Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

EKONOMI POLITIK

Disusun Oleh :

NURUL RABBIYENI
A11115018
ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah ini yaitu mengenai Sub bab Ekonomi Politik yang merupakan salah satu tugas dari mata
kuliah Ekonomi Politik.
Saya berharap makalah ini dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk menambah spirit
dalam mencari pengetahuan yang luas dimana saja dan memberi manfaat bagi kita semua yaitu
dapat menambah wawasan kita.
Saya menyadari betul bahwa isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai penyempurna makalah ini demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1

PEMBAHASAN

1. Political economy of Pre-Classical School 1

2. A brief Review of Classical Model 4

3. Perspective of the Political Economy of the Classical Liberal : 10

1. The Classical view on “wealth” 11

2. The Classical view on “ division of labor” 12

3. The Classical View on “ nature of men “ 13

4. The Classical view on “ market mechanism” 16

5. The Classical view on “ liberalism” 18

4. Classical Political Economy and the Role of Government 18

BAB 2

Daftar Pustaka

Sumber 19
BAB 1

PEMBAHASAN

1. Political economy of Pre-Classical School

Ekonomi Politik Pra Klasik

Secara historis, berkembangnya ide tentang hubungan antara ekonomi dengan politik
dapat di lihat dari pemikiran-pemikiran para filsuf masa Yunani Kuno seperti Plato dan
Aristoteles. Aristoteles dalam bukunya Politic: mengatakan bahwa ilmu ekonomi merupakan
bagian dari politik, sedangkan Politik sendiri merupakan bagian dari Erika dan Falsafah.
Ekonomi berasal dari dua kata Yunani yaitu “oikos” dan “nomos” yang dapat diartikan sebagai
“seni mengelola rumah tangga”. Dari definisi Ekonomi inilah llmu Ekonomi Politik berkembang
yang awalnya diartikan sebagai “seni mengelola negara”. Sebagaimana disebutkan James Steuart
dalam An Inquiry into the Principle of Political Economy (1767). Ekonomi adalah seni
memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Artinya, cakupan llmu Politik lebih Iuas dari llmu
Ekonomi. Jika Ekonomi berlaku untuk rumah tangga, maka Politik berlaku untuk negara".

Implisit dalam definisi yang diberikan oleh Steuart di atas ialah bahwa politik lebih
dominan dibanding ekonomi. Artinya, kepercayaan bahwa ekonomi harus tunduk pada politik
sudah ada pada masa Yunani. Lebih jclas, dalam masyarakat Yunani Kuno ada semacam tradisi
fllosofis yang melihat masyarakat sebagai sebuah organise yang kepentingan-kepentingannya
lebih utama dari kepentingan-kepentingan individu-individu warga negara. Sesuai tradisi
filosofis tersebut, individu akan berusaha menderivasikan identitas dan tujuan moral mereka
terhadap organisme yang lebih besar, yaitu negara. Pandangan bahwa individu harus
menderivasikan identitas dan tujuan moral mereka pada negara di atas dapat ditelusuri mulai dari
era Plato melalui kekuasaan Roman hingga pemikiran sosial abad pertengahan dan terus ke masa
konservatif romantik dan nasionalis pada abad ke-l9).

Plato menganggap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai seorang individu, manusia
bukan dan memang tidak bisa mencukupi kebutuhannya sendiri. Begitu tidak pcrcayanya Plato
pada orang-perorangan, sehingga ia juga menganjurkan agar hak pemilikan privat dihapus.
Tuiuannya adalah agar masyarakat terhindar dari kejahatan yang mungkin timbul dari pemilikan
kekayaan pribadi. Sebagaimana dijelaskannya dalam Republik: “sehingga kita bisa
mengandalkan ketiadaan pertikaian yang muncul akibat kepemilikan kekayaan”.

Selain tidak percaya pada orang-perorangan, Plato juga tidak percaya pada demokrasi.
Dengan demikian bagi Plato adalah absurd untuk memberikan hak suara pada tiap orang, sebab
tidak setiap orang tahu apa yang terbaik bagi masyarakat. Yang tahu tentang apa yang terbaik
bagi masyarakat dan bahkan tahu tentang kebenaran hakiki adalah ahIi-ahli filsafat. Ahli filsafat
yang memiliki ilmu pengetahuan yang lebih luas, juga dianggap lebih tahu apa yang terbaik bagi
1
perorangan, masyarakat, dan negara. Karena tidak ada individu yang sempurna. mereka perlu
dididik. Dari orang-orang terdidik inilah akan lahir elit pemimpin yang akan mengatur negara.

Jauh sebelum Adam Smith mengembangkan teori pembagian kerja (division of labor),
Plato telah telebih dahulu menganjurkan perlunya pembagian tugas atau divisi dalam
masyarakat. yaitu: (l) kelompok pengatur (rulers) atau raja yang sekaligus juga filsuf: (2)
kelompok pelaksana (auxiliaritirs), terdiri dari tentara, polisi, dan pamong; dan (3) kelas pekerja
(workers). Dari ketiga kelompok di atas, yang menentukan apa yang harus dilakukan oleh tiap
anggota masyarakat adalah kclompok pertama, yaitu ahli filsafat atau raja yang sekaligus juga
ahli fllsafat.

Pandangan Plato tentang masyarakat di alas didasarkan pada kepercayaan bahwa ahli
filsafat tahu kebenaran absolut tentang bagaimana mengatur masyarakat, dan dengan demikian
dijustifikasi Iayak memiliki kekuasaan absolut. Bentuk masyarakat seperti inilah yang
disebutnya scbagai masyarakat atau “Negara Ideal". Lebih jelas, Negara Ideal menurut Plato
adalah masyarakat yang dipimpin atau dididik oleh ahIi-ahli filsafat. Jika negara sudah dipimpin
oleh ahli filsafat atau oleh raja yang juga sekaligus ahli filsafat. ia menjamin negara akan jaya
dan masyarakat sejahtera: “Tidak akan ada akhir dalam permasalahan negara, atau kemanusiaan
itu sendiri hingga ahli filsafat menjadi raja di dunia ini. atau hingga mereka yang kita sebut raja
dan penguasa telah benar-benar menjadi ahli filsafat, dan kekuasaan politik serta filosofi berada
ditangan yang sama".

Walau sudah ada pembahasan tentang Ekonomi politik sejak masa Yunani Kuno, arus
pemikiran Ekonomi Politik berkermbang lebih maju pada abad ke-14, saat terjadinya Revolusi
Prancis yang memungkinkan terjadinya transisi kekuasaan dari raja dan gereja kcpada para
merchand atau kaum saudagar. Era di mana kaum saudagar berkuasa inilah yang disebut
merkantilisme.

Merkantilisme
Kaum merkantilis, sesuai namanya sangat mengagung-agungkan perdagangan dan
perniagaan untuk mencapai tingkat kemakmuran. Menurut mereka, kemakmuran negara bisa
diperoleh dari surplus ekspor atas impor. Semakin besar surplus ekspor atas impor (yang dibayar
dalam bentuk batangan emas), semakin tinggi kemakmuran negara tersebut. Pandangan ini
dikemukakan oleh Jean Baptist Colbert, menteri ekonomi dan keuangan Prancis pada era
kekuasaan Raja Louis XIV.

Dalam kajian Ekonomi Politik, merkantilis adalah aliran pertama yang menghendaki
adanya campur tangan negara dalam perekonomian. Campur tangan negara dalam perekonomian
bisa dilakukan dengan banyak cara misalnya dengan memberikan berbagai fasilitas bagi
“industri yang masih baru", memonopoli perdagangan, atau mengenakan pajak impor. Tujuan
campur tangan negara tidak lain adalah untuk memperbesar surplus jika surplus yang dibayarkan
dalam bentuk batangan emas lebih banyak diperoleh otomatis negara makin jaya.

2
Dilihat dari aspek ekonomi politik, merkantilisme adalah contoh pertama dari model
primacy of politic, di mana ekonomi berfungsi melayani politik atau sebagai refleksi dari
hubungan kckuasaan. Kaum merkantilis percaya bahwa konflik adalah sesuatu yang intrinsik
dalam kehidupan ekonomi, bukan sesuatu yang harmoni. Konflik lebih mengemuka dalam
ekonomi internasional, karena adanya konflik tersebut tugas utama pemerintah adalah untuk
menjamin keamanan negara yang jika perlu dilakukan dengan mengorbankan kekayaan dan
keamanan negara-negara tetangga. Untuk itu semua konsiderans dan kepentingan harus
disubordinasikan pada prioritas mengonsolidasikan kekuasaan negara yang merupakan kondisi
utama bagi upaya mengejar kesejahteraan (Staniland, 1985).

Perlunya campur tangan pemerintah pada masa merkantilis adalah untuk


mengakumulasikan surplus agar negara semakin jaya. Sayangnya, praktik campur tangan negara
tersebut lebih banyak dinikmati oleh pengusaha yang berkolaborasi dengan penguasa. Sedangkan
kesejahteraan rakyat jelata terutama kaum petani yang bekerja lebih keras, tidak diperhatikan.
ltulah ironinya: kebijakan yang dilakukan seolah-olah demi negara dan rakyat, dalam
kenyataannya lebih dinikmati segelintir pengusaha licik yang berkolaborasi dengan penguasa
korup.

Fisiokrat
Sebagai reaksi atas keistimewaan yang dinikmati kaum saudagar tersebut muncul aliran
pemikiran baru yang kemudian dikenal dengan aliran fisiokratisme. Aliran fisiokratisme
dikembangkan oleh Francois Quesnay (1694-1774). Berbeda dengan kaurn merkantilis yang
sangat mengagung-agungkan aktivitas perdagangan Iuar negeri, kaum fisiokrat justru menyebut
kegiatan perdagangan bersifat steril, sedang aktivitas yang betul-betul produktif menurut mereka
adalah kegiatan yang banyak memanfaatkan kekayaan alam seperti pertanian dan pertambangan.

Kaum Fisiokrat mcmbagi penduduk atas tiga kelas. yaitu :

1. Kelas produktif.
2. Kelas semiproduktif, dan
3. Kelas steril yang tidak produktif. Kelas produktif (Ia class: productive) terdiri dari petani,
peladang dan mereka yang bergerak dalam usaha pertambangan.

Bagi kaum fisiokrat, mereka inilah yang sesungguhnya merupakan pahlawan


kemakmuran, bukan kaum saudagar yang justru dikategorikan ke dalam kelas steril yang tidak
produktif.

Walau para petani sangat berjasa, dalam era merkantilisme mereka justru digencet.
Mereka diharukan membayar pajak yang tinggi dan dikenai berbagai pungutan liar. Quesnay
melihat hal ini sebagai bahaya laten. Kaum petani yang tidak puas pasti akan melawan kelompok
saudagar yang lebih diuntungkan. Apa yang diprediksi Quesnay ternyata menjadi kenyataan
dengan meletusnya Revolusi Francis pada akhir abad ke-18. Untuk memperbaiki keadaan, kaum
fisiokrat meminta agar aktivitas ekonomi tidak perlu diatur oleh pemerintah. Mereka juga
3
meminta agar monopoli dan kemudahan-kemudahan pada sekelompok orang dihapuskan, dan
sekat-sekat perdagangan dibuka.

Pandangan inilah yang kemudian diadopsi oleh Adam Smith yang dikenal scbagai
penggagas perdagangan bebas berdasarkan prinsip “laissez faire, laissez passer”.

2. Brief Review of Classical Liberal

Aliran Klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permulaan abad ke 19, yaitu di masa revolusi
industry. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan menurut Klasik pertumbuhan
ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan teknologi dan
perkembangan jumlah penduduk.

Teori Klasik: tentang pembangunan ekonomi


 Kebijaksanaan pasar. Ahli ekonomi Klasik meyakini adanya perekonomian, persaingan
sempurna, pasar bebas yang secara otomatis bebas dari campur tangan pemerintah
 Pemupukan modal. Semua kaum Klasik memandang pemupukan modal merupakan kunci
keberhasilan pembangunan ekonomi
 Keuntungan, ransangan bagi investasi. Semakin besar keuntungan yang diperoleh dari
penanaman investasi, maka semakin besar pula akumulasi modal dan investasi;
 Keuntungan cenderung menurun. Keuntungan tidak akan naik secara terus menerus,
namun cenderung menurun apabila persaingan antara kapitalis cenderung meningkat;
 Keadaan stasioner.Ahli ekonomi Klasik meramalkan timbulnya keadaan stasioner pada
akhir proses pemupukan modal
Teori Ekonomi Klasik, antara lain:
I. Teori Pembangunan Adam Smith
II. Teori Ricardian
Teori Pembangunan Adam Smith

Adam Smith (1723-1790) bapak dari ilmu eknomi modern yang terkenal dengan teori nilainya
yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang.
Bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776) yang terkenal
dengan bukuWealth of Nations yang tema pokoknya mengenai bagaimana perekonomian itu
tumbuh. Adam Smith melihat proses pertumbuhan ekonomi itu dari dua segi yaitu pertumbuhan
output (GNP) total, dan pertumbuhan penduduk. Pembagian kerja merupakan titik permulaan
dari teori pembangunan ekonomi Adam Smith yang meningkatkan daya produktivitas tenaga
kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan:

a) meningkatnya keterampilan pekerja;


b) penghematan waktu dalam memproduksi barang; dan
c) penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga

Pertumbuhan Output Total


4
Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga yaitu:
o sumberdaya alam yang tersedia (atau faktor produksi “tanah”)
o sumberdaya insani (atau jumlah penduduk)
o stok barang modal yang ada.

Menurut Smith, sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar
dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang tersedia merupakan
“batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu perekonomian. Maksudnya, jika sumberdaya ini
belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang
peranan dalam pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika
semua sumberdaya alam tersebut telah digunakan secara penuh.

Sumberdaya insani jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses
pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan
akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

Stok modal, menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan
tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output. Jumlah dan fingkat
pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal (sampai “batas maksimum”
dari sumber alam).

Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung dan talk
langasung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena pertambahan modal (sebagai input)
akan langsung meningkatkan output. Sedangkan pengaruh talk langsung maksudnya adalah
pening¬katan produktivitas per kapita yang dimungkinkan oleh karena adanya spesialisasi dan
pembagian kerja yang lebih tinggi. Semakin besar stok modal, menurut Smith, semakin besar
kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan pembagian kerja yang pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas per kapita.

Spesialisasi dan pembagian kerja ini bisa menghasilkan pertumbuhan output, menurut
Smith, karena spesialisasi tersebut bisa meningkatkan ketrampilan setiap pekerja dalam
bidangnya dan pembagian kerja bisa mengurangi waktu yang hilang pada saat peralihan macam
pekerjaan. Namun demikian, sebenarnya ada 2 faktor penunjang penting dibalik proses
akumulasi modal bagi terciptanya pertumbuhan output yaitu:
o makin meluasnya pasar, dan
o adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.

Menurut Smith, potensi pasar akan bisa dicapai secara maksimal jika, dan hanya jika,
setiap warga masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pertukaran dan
melakukan kegiatan ekonominya. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan
pembenahan dan penghilangan peraturan-peraturan, undang-undang yang menjadi penghambat
kebebasan berusaha dan kegiatan ekonomi, baik antara warga masyarakat di suatu negara

5
maupun antara warga masyarakat antarnegara. Hal ini menunjukkan bahwa Adam Smith
merupakan penganjur laissez-faire dan free trade.

Faktor penunjang yang kedua yaitu tingkat keuntungan yang memadai. Tingkat
keuntungan ini erat hubungannya dengan luas pasar. Jika pasar tidak tumbuh secepat
pertumbuhan modal, maka tingkat keuntungan akan segera merosot, dan akhirnya akan
mengurangi gairah para pemilik modal untuk melakukan akumulasi modal. Menurut Adam
Smith, dalam jangka panjang tingkat keuntungan tersebut akan menurunkan dan pada akhirnya
akan mencapai tingkat keuntungan minimal pada posisi stasioner perekonomian tersebut.

a. Pertumbuhan Penduduk

Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkatjika tingkat upah yang berlaku
lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika
tingkat upah di atas tingkat subsisten, maka orang-orang akan kawin pada umur muda, tingkat
kematian menurun, dan jumlah kelahiran meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah yang berlaku
lebih rendah dari tingkat upah subsisten, maka jumlah penduduk akan menurun.

Tingkat upah yang berlaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik-menarik antara
kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dan meningkat jika
permintaan akan tenaga kerja (D) tumbuh lebih cepat daripada penawaran tenaga kerja (S).
Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output
masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju
pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output.

b. Kritik terhadap Teori Adam Smith

Seperti digambarkan di muka, teori Adam Smith ini telah memberikan sumbangan yang besar
dalam menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi dan faktor-faktor apa yang
dapat menghambatnya.Namun demikian, ada beberapa kritik terhadap teori Adam Smith antara
lain:

c. Pembagian Kelas dalam Masyarakat

Teori Smith ini didasarkan pada lingkungan sosial ekonomi yang berlaku di Inggris dan di
beberapa negara Eropa. Teori ini mengasumsikan adanya pembagian masyarakat secara tegas
yaitu antara golongan kapitalis (termasuk tuan tanah) dan para buruh. Padahal dalam
kenyataan¬nya, seringkali kelas menengah mempunyai peran yang sangat penting dalam
masyarakat modern. Dengan kata lain, teori Smith mengabaikan peranan kelas menengah dalam
mendorong pembangunan ekonomi.

d. Alasan Menabung

6
Menurut Smith orang yang dapat menabung adalah para kapitalis, tuan tanah, dan lintah darat.
Namun ini adalah alasan yang tidak adil, sebab tidak terpikir olehnya bahwa sumber utama
tabungan di dalam masyarakat yang maju adalah para penerima pendapatan, dan bukan kapitalis
serta tuan tanah.

e. Asumsi Persaingan Sempurna

Asumsi utama teori Adam Smith ini adalah persaingan sempurna. Kebijakan pasar bebas dari
persaingan sempurna ini tidak ditemukan di dalam perekonomian manapun. Sejumlah kendala
batasan malahan dikenakan pada sektor perorangan (misalnya larangan monopoli) dan
perdagangan internasional (misalnya adanya proteksi) pada setiap negara di dunia.

f. Pengabaian Peranan Entrepreneur

Smith agak mengambaikan peranan entrepreneur dalam pembangunan. Padahal para


entrepreneur ini mempunyai peranan yang sentral dalam pembangunan. Mereka inilah yang
menciptakan inovasi dan pada akhirnya menghasilkan akumulasi modal.

g. Asumsi Stasioner

Menurut Smith, hasil akhir suatu perekonomian kapitalis adalah keadaan stasioner. IN berarti
bahwa perubahan hanya terjadi di sekitar titik keseimbangan tersebut. Padahal dalam
kenyataannya proses pembangunan itu seringkali terjadi teratur dan tidak seragam. Jadi asumsi
ini tidak realistis.

Teori Ricardian, David Ricardo

Garis besar proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh
berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada
perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo
juga menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak bisa bertambah,
sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat. Teori
Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political
Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun 1917.

Proses Pertumbuhan

Sebelum membicarakan aspek-aspek pertumbuhan dari Ricardo, terlebih dulu kita coba untuk
mengenai ciri-ciri perekonomian Ricardo sebagai berikut:
o Jumlah tanah terbatas.
o Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakah tingkat upah
di atas atau di bawah tingkat upah minimal (tingkat upah alamiah = natural wage).

7
o Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada di
atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan
investasi.
o Kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu.
o Sektor pertanian dominan.
Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan.penduduk (tenaga kerja) akan
menurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal dengan istilah the law of
diminishing returns. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut bisa menerima tingkat
upah di atas tingkat upah alamiah, maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal
ini akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja dan pada gilirannya akan menekankan
tingkat upah ke bawah.

Proses yang dijelaskan di atas akan berhenti jika tingkat upah turun sampai tingkat upah
alamiah. Jika tingkat upah turun sampai di bawah tingkat upah alamiah, maka jumlah penduduk
(tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah akan naik lagi sampai tingkat upah alamiah. Pada
posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi dari segi faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada
suatu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah tingkat upah minimum, yaitu
bekerjanya the law of diminishing returns.

Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah cenderung
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya, bisa memperlambat bekerjanya the law of
diminishing returns yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup ke
arah tingkat hidup minimal. Inilah inti dari proses pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut
Ricardo. Proses ini tidak lain adalah proses tarik menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu
antara:
 the law of diminishing returns dan
 kemajuan teknologi.

Sayangnya, proses tarik-menarik tersebut akhirnya dimenangkan oleh the law of


diminishing returns, demikian Ricardo. Keterbatasan faktor produksi tanah (sumbersdaya alam)
akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh dampai
batas yang dimungkinkan oleh sumberdaya alamnya. Apabila semua potensi sumberdaya alam
telah dieksploitir secara penuh maka perekonomian berhenti tumbuh. Masyarakat mencapai
posisi stasionernya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) tingkat output konstan
b) jumlah penduduk konstan
c) pendapatan per kapita juga menjadi konstan
d) tingkat upah pada tingkat upah alamiah (minimal)
e) tingkat keuntungan pada tingkat yang minimal
f) akumulasi modal berhenti (stok modal konstan)
g) tingkat sewa tanah yang maksimal.
8
Kritik terhadap Teori Ricardo
i. Pengabaian Pengaruh Kemajuan Teknologi
Ricardo menjelaskan bahwa kemajuan teknologi di sektor industri akan mengakibatkan
penggantian tenaga kerja. Pada awalnya kemajuan teknologi tersebut dapat menahan laju
berlakunya the law of diminishing returns, tetapi akhirnya pengaruh kemajuan teknologi tersebut
habis dan perekonomian menuju ke arah stasioner. Kenyataannya kenaikan produksi pertanian
yang sangat pesat di negara-negara maju telah membuktikan bahwa Ricardo kurang
memperhatikan potensi kemajuan teknologi dalam menahan laju berlakunya the law of
diminishing returns dari faktor produksi tanah.

ii. Pengertian yang Salah tentang Keadaan Stasioner

Pandangan Ricardo bahwa negara akan mencapai keadaan stasioner secara otomatis adalah tidak
beralasan, karena tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan stasioner dengan laba yang
meningkat, produksi yang meningkat, dan akumulasi modal terjadi.

iii. Pengabaian Faktor-faktor Kelembagaan

Salah satu kelemahan pokok dari teori Ricardo ini adalah pengabaian peranan faktor-faktor
kelembagaan. Faktor-faktor ini diasumsikan secara tertentu. Meskipun demikian, faktor tersebut
penting sekali dalam pembangunan ekonomi dan tidak dapat diabaikan.

iv. Teori Ricardo bukan Teori Pertumbuhan

Menurut Schumpeter, teori Ricardo bukanlah teori pertumbuhan ekonomi tetapi teori distribusi
yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik modal. Bahkan dia
menganggap bahwa pangsa untuk tanah adalah sangat utama, dan sisanya sebagai pangsa tenaga
kerja dan modal. Ricardo gagal menunjukkan teori distribusi fungsional karena ia tidak
menentukan pangsa dari masing-masing faktor produksi secara terpisah.

v. Pengabaian Suku Bunga

Kelemahan lain dari teori Ricardo ini adalah pengabaian suku bunga dalam pertumbuhan
ekonomi. la tidak menganggap suku bunga sebagai imbalan jasa yang terpisah dari modal tetapi
termasuk dalam laba. Pendapat yang salah ini berasal dari ketidakmampuannya untuk
membedakan pemilik modal dari pengusaha (entrepreneur).

3. Perspective of the Political Economy of the Classical Liberal

Munculnya paham liberal klasik


Berkembangnya ide tentang hubungan ekonomi dan politik dapat dilihat dari pemikiran
filsuf Yunani Kuno, merkantilisme dan fisiokratisme yang semuanya dapat digolongltan ke
dalam arus pemikiran Ekonomi Politik Pra klasik. Namun, konsep-konsep dan teori-teori yang

9
digunakan oleh para pemikir yang kita kategorikan ke dalam Praklasik tersebut dalam membahas
hubungan antara Ekonomi dan Politik belum “mantap”.
Konsep-konsep Ekonomi Politik baru terbentuk setelah munculnya pemikiran-pemikiran
Ekonomi Politik dari James Steuart. Adam Smith, darn kawan-kawan seperti Robert Malthus,
David Ricardo, serta John Stuart Mill pada akhir abad ke-18. Munculnya kaum Klasik dapat
disebut sebagai tonggak awal kelahiran llmu Ekonomi, tepatnya llmu Ekonomi Politik.
Dikatakan demikian sebab di masa itu ilmu Ekonomi dengan ilmu Politik masih bersatu dalam
ilmu Ekonomi Politik.
Buku tentang Ekonomi (Politik) Klasik yang paling banyak dikutip adalah buku Adam
Smith: An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776). Padahal buku
pertama yang membahas tentang Ekonomi Politik adalah: An Inquiry into the Principle of
Political Economy yang ditulis oleh James Steuart tahun 1767 atau sembilan tahun lebih awal
dari buku Adam Smith. Selain dari kedua buku tersebut di atas, ide tentang keterkaitan antara
ekonomi dan politik juga bisa diikuti dari buku-buku yang ditulis oleh Robert Malthus, David
Ricardo, James Mill, dan John Stuart Mill. David Ricardo menulis The Principle of Political
Economy and Taxation tahun 1817.

Robert Malthus menulis buku Principle of Political Economy tahun 1820 dan definition
of Political Economy tahun 1827. Pakar Klasik lain yang juga cukup banyak membahas tentang
Ekonomi Politik adalah dua orang ayah dan anak, yaitu James Mill (bapak) dan John Stuart Mill
(anak). James Mill menulis The Element of Political Economy. Buku ini konon diedit oleh
anaknya, J. S. Mill pada usia 13 tahun. J. S. Mill sendiri menulis banyak buku dan dua di
antaranya tentang Ekonomi Politik. Buku pertama adalah Essay on Some Unsettled Question of
Economy (selesai ditulis tahun 1829 sewaktu ia berusia 23 tahun tetapi baru diterbitkan tahun
1844). Buku kedua adalah Principle of Political Economy With Some of Their Implications to
Social Philosophy yang terbit tahun 1848.

Tokoh-tokoh kaum Klasik di atas tidak hanya mengembangkan dan menulis buku tentang
Ekonomi Politik, tetapi sebagai orang yang paham tentang teori-teori dan konsep-konsep
ekonomi, mereka dalam kehidupan keseharian juge aktif berkecimpung dalam dunia politik.
Hampir semua pakar ekonomi Klasik adalah juge politikus. Misalnya, Smith sering menjadi
penasihat ekonomi kerajaan sedangkan David Ricardo dan John Stuart Mill adalah anggota
parlemen lnggris (Buchholz. 1990).

Perspektif Ekonomi Politik liberal Klasik

Buku The Wealth of Nation yang ditulis oleh Adam Smith bukan buku biasa, melainkan
buku “Luar Biasa". Buku edisi pertama setebal lebih dari 900 halaman terjual habis dalam waktu
enam bulan (Buchholz, 1990). Dari buku ini, orang bisa belajar dengan sangat jelas tentang
filsafat politik dan bisnis. Dari judulnya saja, yaitu An Inquiry into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations, 0rang mudah menebak bahwa buku ini dimaksudkan untuk menyibak hukum-
hukum sebab akibat demi menjelaskan bagaimana cara mencapai kesejahteraan. Buku ini
10
menjelaskan hukum-hukum yang menuntun “aktor-aktor ekonomi” dan implikasi dari hukum-
hukum ekonomi tersebut bagi masyarakat dan negara.

Walaupun banyak yang bisa dipelajari dari The Wealth of Nations di sini yang akan kita
kupas lebih Ianjut hanya hal-hal yang terkait dcngan perspektif ekonomi politik. di antaranya
pandangan kaum Klasik (terutama Smith) tentang kekayaan (wealth), pcmbagian kcrja (division
of labor), khuluk manusia (nature of men), mekanisme pasar (market mekanism), dan paham
liberalisme (libemlim).

1. Pandangan tentang Kekayaan (The Classical view on “wealth”)

Dalam Principle of Political Economy (1848), Mill secara spesifik membahas prinsip-
prinsip dasar dari produksi, distribusi, dan penukaran kekayaan (exchange of wealth), serta
implikasinya dalam kehidupan bernegara. Penekanan yang sama dilakukan oleh pakar Ekonomi
politik lain, yaitu oleh Henry Fawcett dalam bukunya The Manual of Political Economy (1883),
yang mendefinisikan ilmu Ekonomi Politik sebagai ilmu yang mempelajari tentang prinsip-
prinsip yang mengatur produksi, distribusi, dan pertukaran kekayaan.

Dengan fokus utama pada isu-isu produksi, distribusi, dan penukaran kekayaan, jelas
sekali bahwa pada awal perkembangannya, Ilmu Ekonomi Politik Klasik sangat didominasi dan
bahkan bisa dianggap identik dengan disiplin ilmu ekonomi. Dari berbagai isu yang disebutkan
di atas, yang lebih menarik dibahas dari perspektif ckonomi politik adalah pemaknaan kaum
Klasik tcntang “kekayaan”.

Jika kaum merkantilis mengidentikkan kekayaan dengan uang, bagi Adam Smith
kekayaan adalah kemakmuran atau kesciahtcraan. Walau pcndapat Smith dan kaum merkantilis
tentang kekayaan berbeda, namun kalau diperhatikan keduanya mendefinisikan kekayaan dalam
arti sempit. Definisi yang lebih luas diberikan oleh Fawcett (1883), yang mengatakan bahwa
kekayaan mencakup semua komoditas yang mempunyai nilai tukar.

Untuk memproduksi kekayaan, diperlukan berbagai Faktor produksi, seperti sumber daya
manusia (SDM), kapital, dan sumber daya alam. Dalam pandangan Klasik, SDM adalah semua
personil yang terlibat (Iangsung dan tak Iangsung) dalam proses produksi suatu komoditas,
sedangkan kapital adalah dana yang disimpan atau disisihkan dari konsumsi dan digunakan
untuk menjamin kelangsungan produksi berikutnya.

Berbeda dengan proses produksi kekayaan yang lebih ditentukan oleh ketersediaan SDM,
kapital, dan sumber daya alam, pendistribusian kekayaan lebih ditentukan oleh keinginan dan
kata nilai yang berlaku. Pada tataran individu, seseorang dapat mendistribusikan kekayaan yang
dimiliki pada siapa saja yang disukai. Namun pada tataran masyarakat yang lebih luas,
pendistribusian kekayaan memerlukan pcrsetujuan masyatakat yang ditemukan oleh politik
berdasarkan kebiasaan atau tata hukum masyarakat setempat.

11
Menurut mazhab Sosialis, pendisrribusian kekayaan didasarkan pada prinsip “sama rata
sama rasa” (ekualitas). OIeh kelompok Liberalis, pandangan Sosialis sesuai asas ekualitas
tersebut dinilai sangat naif. Bagi kelompok Liberalis adalah hal yang lumrah jika tiap orang
memperoleh bagian yang berbeda-beda dan justru perbedaan inilah yang menjadi pemicu bagi
setiap orang untuk malu.

Secara konseptual, pendistribusian kekayaan sangat ditemukan oleh aktor-aktor atau


kelas-kelas sosial yang berperan dalam proses produksi kekayaan. Aktor-aktor tersebut adalah
tenaga kerja (pemilik SDM), kapitalis (pemilik kapital) dan para tuan tanah atau landlord
(pemilik sumber daya alam terutama tanah). Idealnya, tiap aktor tersebut memperoleh bagian
masing-masing secara adil. Namun dalam praktiknya, pemilik kapital dan tuan tanah lebih sering
memperoleh bagian kekayaan yang leih besar sedangkan buruh lebih sering menerima bagian
yang kecil.

Selain masalah produksi dan pendisuibusian kekayaan, isu yang lebih penting lagi dilihat
dari kacamata Ekonomi Politik lnternasional ialah tentang pertukaran kekayaan. Menurut J. S.
Mill, suatu komoditas mempunyai nilai karena ada pertukaran kekayaan. Dalam kenyataan, tidak
ada masyarakat yang mampu memproduksi semua komoditas yang mereka perlukan. Tiap negara
umumnya berkonsentrasi untuk memproduksi beberapa jenis komoditas tertentu kemudian
melakukan pertukaran atau perdagangan dengan negara-negara lain, Pertukaran kekayaan terkait
dengan pembagian kerja.

2. Teori Pembagian Kerja (The Classical view on “ division of labor”)


Teori ini tidak berlaku hanya pada suatu tugas tertentu saja tetapi juga bisa diterapkan
antarsektor dan antarnegara. Menurut teori keunggulan absolute yang dikembangkan Smith tiap
negara lebih banyak berfokus menghasilkan barang-barang yang bisa diproduksi dengan biaya
rendah di negaranya, dan menjual kelebihan produksi ke luar negeri dan sebaliknya Negara
tersebut lebih baik membeli saja barang-barang dari luar negeri yang kalu dibuat di dalam negeri
harganya mahal.
Agar orang bisa memperoleh hasil yang lebih baik, Smith menganjurkan adanya
pembagian kerja. Dengan mencontohkan cara membuat peniti, ia dengan sangat jelas mampu
meyakinkan bahwa jika setiap orang mengerjakan semua aktivitas pembuatan peniti mulai dari
memotong kawat, meruncing, hingga ke pemasangan kawat ke kepala peniti, maka hasil yang
diperoleh tidak seberapa. Namun, jika ada pembagian kerja, di mana tiap orang hanya
mengerjakan suatu bagian pekerjaan tertentu saja, dan pekerja yang lain mengerjakan bagian
tertentu yang lainnya pula. maka hasil yang diperoleh tiap orang akan jauh lebih besar. Teori
pembagian kerja menunjukkan bahwa dalam upaya mengejar keinginan pribadi, orang perlu
bekerja sama dengan orang lain.
Teori pembagian kerja tidak berlaku hanya untuk suatu tugas tertentu saja, tetapi juga
bisa diterapkan antarsektor dan antarnegara. Menurut teori keunggulan absolut yang

12
dikembangkan Smith. tiap negara lebih baik berfokus menghasilkan barang-barang yang bisa
diproduksi dengan biaya rendah di negaranya. dan menjual kelebihan produksi (surplus) ke luar
negeri dan sebaliknya negara tersebut lebih baik membeli saja barang-barang dari luar negeri
yang kalau dibuat di dalam negeri harganya lebih mahal.
Dalam perdagangan internasional. kaum Klasik memperkenalkan dua jenis keuntungan
yang mendorong dilakukannya perdagangan internasional lebih jelas. Adam Smith menganggap
bahwa perdagangan internasional didasarkan pada keunggulan absolut (absolut advantage).
sedangkan David Ricardo mengatakan bahwa perdagangan intemasional hendaknya didasarkan
pade keunggulan komparatif (campamtive advantage). Kemudian oleh pakar manajemen
Michael Porter dikembangkan lagi menjadi teori Keungulan Kompetitif. Terlepas dari perbedaan
sudut pandang antara Smith, Ricardo, dan Ponct di atas. yang jelas secara umum mereka sangat
pro dengan perdagangan bebas dalam dunia internasional sebab menguntungkan semua pihak.
dan semuanya dilandaskan pada teori pembagian kerja yang dikembangkan oleh Adam Smith.
Menurut Smith. di bawah sistem pasar bebas negara-negara miskin pun bisa berjaya. Sebaliknya
dalam sistem yang serba diatur dan direncanakan, hanya keluarga dan teman-teman raja dan
penguasa saja yang bisa kaya dan berjaya (Buchholz. 1990).
3. Khuluk Manusia (The Classical View on “ nature of men “)

Ilmu ekonomi tidak bisa dipahami tanpa mengetahui perilaku individu-individu dan
masyarakat keseluruhan. Salah satu sifat atau khuluk manusia yang dipelajari Smith ialah bahwa
semua orang ingin hidup lcbih baik. Keinginan seperti inilah yang disebut Smith sebagai “hasrat
untuk kondisi yang lebih baik, suatu hasrat yang ada dalam diri kita semenjak masih di rahim
dan tidak akan pernah meninggalkan kita hingga ajal mcnjemput” (Buchholz. I990).

Dalam meletakkan dasar-dasar ekonomi, Adam Smith secara ekspresif mengeliminiasi


motif motif lain selain kepentingan pribadi. jelasnya, dalam konsep-konsep yang dikembangkan
oleh kaum Klasik ada asumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang akan berusaha
memilih alternatif terbaik dari bcrbagai pilihan yang terscdia. Adapun dorongan utama setiap
pelaku ekonomi dalam tindakannya adalah kepentingan pribadi. Konsumen yang rasional akan
berusaha memaksimumkan kepuasan (utility maximizers), dan produsen yang rasional berusaha
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit maximize”).

Bagi Smith “manusia adalah binatang yang gelisah”, dan sudah merupakan khuluk
manusia unluk menjadi homo economicus, yaitu manusia ekonomi sebagai makhluk rasional
yang didorong oleh kepentingan pribadi untuk selalu berusaha memperoleh hasil sebesar-
besarnya dari berbagai kemungkinan pilihan yang ada. Terkecuali mungikin hanya kasih ibu
yang selalu berusaha melakukan yang terbaik bagi anak anaknya.

Dalam sistem ekonomi pasar, motif kepentingan pribadi adalah prinsip dasar.
Sebagaimana disampailtan oleh James Anthony Froude dalam The Science of History tahun

13
1900. Prinsip pertama, yang didukung oleh teori ilmu sejarah adalah semua tindakan dilatar
belakangi oleh kepentingan pribadi kepentingan pribadi tersebut bisa saja jelas ataupun tidak
jelas tetapi sudah dianggap sebagai kebenaran bahwa setiap manusia, dalam setiap tindakan yang
mereka lakukan mengharap sesuatu yang dianggap akan meningkatkan kebahagiaan mereka.

Apakah dengan mengatakan bahwa sudah merupakan khuluk manusia menjadi hamo-
economicus yang selalu melandaskan tindakannya pada kepentingan pribadi maka dengan
sendirinya Smith mengabaikan moral dan etika? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu
diketahui bahwa sewaktu ia masuk kuliah di University of Glasgow pada usia l5 tahun, ia dengan
intensif belajar tentang filsafat moral dari Francis Hutcheson. Dari gurunya tersebut ia juga
mempelajari berbagai hal tentang altruisme dan kebajikan dalam hubungan manusia. Sesudah
tamat dan menjadi dosen, subjek yang diajarnya adalah retorika, logika dan falsafah moral. Perlu
juga diketahui buku yang pertama kali ditulis Adam Smith bukan The Wealth of Nation: (I776).
melainkan buku The Theory of Moral Sentiment (1759) yang lebih banyak menggambarkan
tentang kecenderungan cinta kasih (empati) manusia kepada masyarakatnya. Karena dalam The
Theory of Moral Sentiment ia lebih banyak membahas tentang falsafah dan moral. Smith
mendapat julukan sebagai Smith the Philosopher (Buchholz. I990).

Dari uraian di atas jelas bahwa Smith bukannya tidak paham dengan etika dan moral.
Sebagai orang yang cukup paham tentang etika dan moral ia juga mengerti bahwa ada orang
yang memperoleh kebahagiaan karena melakukan hal-hal yang dianggap baik dalam masyarakat.
Jelasnya, Smith mengakui adanya kecondongan dan kepatutan manusia dalam hidup
bermasyarakat. Begitu juga Smith tidak menyangkal ada motif-motif lain yang menggerakkan
orang melakukan sesuatu tindakan. Dalam Moral Sentiment (I759) Smith menulis: Meskipun
manusia dianggap egois, jelas terdapat sejumlah prinsip dalam khuluknya yang menjadikannya
tertarik pada nasib baik orang lain dan membuat kebahagiaan mereka menjadi hal penting
baginya meskipun ia tidak mendapatkan apa-apa dari tindakannya kecuali kebahagiaan hanya
dengan melihatnya.

Smith tidak mengatakan bahwa orang tidak pernah bertindak atas dasar motif lain atau
bahwa mereka tidak pernah harus bertindak atas dasar motif lain. Namun, walaupun mungkin
ada motif motif lain yang menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu, Smith menandaskan
bahwa jika menyangkut kegiatan ekonomi seperti berproduksi membeli, dan menjual maka ini
sangat yakin bahwa semuanya dilandaskan pada kepentingan pribadi. Sehubungan dengan motif
kepentingan pribadi ini, Smith membuat sebuah ungkapan yang termasuk paling banyak dikutip
orang: Bukan dari kebaikan hati tukang daging atau tukang roti, kita mengharapkan makan
malam kita tetapi berdasarkan kepentingan pribadi mereka masing masing. (“ It is not from the
benevolence of the butcher, or the baker, that we are“ our dinner but from regard to their own
self-interest".)

Dalam The Wealth of Nations, Smith menjelaskan bahwa dalam upaya mengejar
kepentingan pribadi sifatnya tidak harus eksklusif. Kadang, untuk dapat mengejar kepentingan
14
pribadi orang justtu harus bekerja sama dengan pihak lain dan saling membantu (scratching
another person back). Yang jelas untuk mengejar keinginan pribadi seseorang harus melayani
orang lain.

Orang bekerja dan menghasilkan barang-barang atau jasa yang diperlukan oleh orang
lain. Semakin dengan ia melayani orang lain, semakin banyak orang membeli barang dan jasa
yang ditawatkannya, dan semakin besar pula laba yang akan diterimanya. Sehubungan dengan
hal ini, pakar Klasik Iainnya J. S. Mill juga percaya bahwa jika orang dibiarkan bebas maka
mereka secara alamiah akan memperlakukan orang lain sebagai saudara dan bekerja dengan
harmonis untuk kebaikan bersama.

Mungkin Anda akan bertanya: apakah tidak berbahaya bagi masyarakat secara
keseluruhan jika tiap orang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri? Tidak ada masalah,
kata Smith. Justru jika tiap orang mampu mengejar kepentingannya masing-masing maka
masyarakat secara keseluruhan akan menjadi lebih sejahtera: “Every individual necessarily
labor to render the annual revenue of the society as great as he can... he generally indeed
neither intends to promote the public interest, nor he knows how much he is promoting it. He
intends only his own gain, and he is in this as in many other rates led by invisible hand to
promote and end which was no part of his intention. By pursuing his own interest he frequently
promote that of the society more effectively than when he really intends to promote it".

Agar lebih dapat memahami apa yang dimaksudkan Smith tersebut ada baiknya Anda
menanyakan pada diri anda sendiri bagaimana tiap jenis makanan yang Anda sama hari ini bisa
terhidang ke meja Anda. Nasi yang Anda makan, berasnya ditanam oleh siapa dan di mana? Sup
buntut dari ekor sapi milik siapa? kecap dibuat oleh pabrik mana dan menggunakan kedelai yang
ditanam oleh siapa? Untuk berbagai pertanyaan di atas, mungkin Anda akan menjawab emang
gua pikirin! Yang penting bagi Anda adalah bahwa semua jenis makanan yang Anda inginkan
sudah tersedia di meja bila waktu makan sudah tiba dan tidak mau repot-repot mempersoalkan
tiap jenis bahan yang digunakan untuk membuat nasi dan lauk pauk yang Anda makan tersebut
datang dari mana dan dihasilkan oleh siapa.

Sesungguhnya, semua kegiatan produksi dan distribusi yang memungkinkan Anda untuk
dapat menyantap makanan kegemaran Anda tersebut dilakukan lewat kerja sama sukarela oleh
banyak pihak (petani, peternak, pedagang, supir angkot, dan mungkin juga kapten, kru kapal
laut, dan petugas pelabuhan) yang juga didorong oleh kepentingan pribadinya masing-masing.
Petani yang menanam padi katakanlah di Karawang, tidak menanam padi agar Anda kenyang
terapi dengan motif agar dari hasil padi yang dipanennya bisa dijual sehingga dia memperoleh
uang untuk menghidupi diri dan anak isrrinya. Peternak di Australia tidak menghasilkan sapi
agar Anda bisa makan sup buntut dengan lahap, melainkan didorong untuk memperoleh laba.
Sopir angkot yang ikut membantu dalam proses pengangkutan bahan belanjaan istri Anda tidak
sedikit pun memikirkan agar buntut sapi yang dibeli dapat sampai ke rumah Anda dalam keadaan

15
scgar, tetapi agar ia dapar membayar setoran dan memperoleh sedikit uang untuk diberikan pada
istrinya.

Walaupun semua pihak terkait yang kita sebutkan di atas melakukan pekerjaannya
masing masing yang didorong oleh kepentingan masing-masing pula, secara tidak sengaja Anda
bisa menikmati santapan Anda. Bahkan dalam ruang lingkup makro, secara ridak sengaja
semuanya ikut mendorong berbagai aktivitas ekonomi (pertanian, peternakan, transportasi dan
sebagainya) sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Padahal, tujuan-tujuan yang disebutkan terakhir ini tidak pernah
terpikirkan oleh mereka. Menurut F. A. Hayek dalam The Fatal Conceit (I989): "Kita kacau . . .
untuk melakukan berbagai hal oleh keadaan yang kebanyakan tidak kita sadari dan hasilnya pun
tidak kita idam-idamkan.”

Inilah hebatnya model laissez faire yang dikembangkan oleh kaum Klasik. Sebagaimana
ditulis Smith dalam The Wealth of Nations: “. . . the natural effort of every individual to better
his own condition, when suffert to exert itself with freedom and security, is so powerful a
principle that it is alone and withtout any assistente, not only capable of carrying on the society
to wealth and prosperity, but of surmounting a hundred teal impertinen obstructions with which
the folly of human laws too often encumbers its operations . . .". Melihat begitu hebatnya
kemampuan pasar dalam mengatur ribuan aktivitas ekonomi seperti digambarkan di alas.
Emerson menyimpulkan: “on the whole, selfishness plants best, prunes best, makes the best
commerce and the best citizen".

4. Mekanisme Pasar (The Classical view on “ market mechanism”)

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa dalam melakukan berbagai aktivitas ekonomi tiap
orang tidak tahu kebutuhan siapa yang akan ia penuhi dan kita juga tidak tahu sumber kita untuk
mendapatkan sesuatu. Semuanya terjadi begitu saja tanpa perencanaan. Kita semua hampir
melayani orang-orang yang tidak kita kenal. Tetapi kita terus hidup dari jasa yang kita berikan
pada orang-orang yang tidak kita kenal tersebut. Semua ini bisa terjadi karena kita berdiri dalam
suatu kerangka institusi dan tradisi-ekonomi, hukum, dan moral-dengan mematuhi aturan-aturan
perilaku tertentu yang kita sendiri juga tidak ikut membuatnya (Hayek, 1989).

Siapa yang mengatur itu semua? Menurut Adam Smith, yang mengatur semua itu adalah
pasar yang digerakkan oleh apa yang disebut Smith sebagai tangan tak kentara (invitible band).
Menurut Arthur Sheldon (1991): “Individuals in households and firms arbange property rights by
a pricing system in markets, which thus coordinate billions of transactions spontaneously
Individuals may act with the motive of self-interest but the consequence is usually to serve the
general interest became transactions will not normally be made unless they benefit both or all
parties”.

Pada awalnya pasar diartikan sebagai tempat bertemunya konsumen dan produsen. Pada
masa sekarang pasar sudah berkembang menjadi jauh lebih rumit, mengintegrasikan individu-
16
individu dan kelompok-kelompok. Proses integrasi di pasar didukung oleh apa yang disebut
sistem harga. Di pasar, semua pelaku ekonomi (produsen, distributor, konsumen) bekerja tanpa
konflik sosial. walau tiap orang yang berpartisipasi didorong oleh kepentingan pribadi masing-
masing. Tidak ada seorang individu pun, berapapun berkuasanya, dapat melakukan semua tugas
di atas sendirian. Namun, dari hasil kerja tiap orang yang melakukan tugasnya masing-masing
koondinasi melalui mekanisme harga di pasar, maka hal di atas dapat terjadi.

Fungsi paling utama dari pasar adalah untuk mengalokasikan sumber daya yang ada
secara rasional. Menurut Arthur Sheldon dalam Capitalism (199l), empat tugas sistem-sistem
ekonomi adalah:
1) Mengembangkan teknik-teknik untuk menilai sumber-sumber yang langka.
2) Membuat insentif untuk berkonsentrasi pada metode-metode yang paling produktif.
3) Menyediakan alat-alat untuk merakit dan mendistribusikan informasi, dan
4) Menciptakan prinsip-prinsip mengalokasikan output pada penggunaan yang paling
penting atau bernilai paling tinggi.
Sesungguhnya, demikian Sheldon mengatakan inilah persisnya metode dan alat-alat yang
dikembangkan oleh pasar. Di pasar, masing-masing aktor bersaing atau berkompetisi satu sama
lainnya. Dengan adanya kompetisi, tiap orang berupaya mencari teknik-tcknik terbaik untuk
memproduksi dan menyampaikan barang dalam jumlah, waktu, dan kualitas yang tepat pada
masing-masing kelompok konsumen. Dalam sebuah pidato yang disampaikan di hadapan
Amerika Serikat tahun 1832. Henry Clay menyatakan keutamaan kompetisi: “By competition the
total amount of the supply is increased and by increase of the supply a competition in the sale
ensues and this enables the consumer to buy at lower ratet. Of all human powers operating on the
affairs of mankind, non is greater than that of competition”.
Menurut Sheldon (1991), pasar adalah motor penggerak kesejahteraan: “The market...is a
generator of wealth which does not take away liberty... It is a system, a motor of a free and
prosperous society". Selain itu, pasar juga merefleksikan kebutuhan individu dan keinginan
masyarakat, bukan sebagai instrumen untuk digunakan oleh segelintir orang yang memiliki
kekuatan politik.

Banyak kelebihan model pasar persaingan sempurna yang dikembangkan Smith, Sistem
ini dipercaya akan membawa perekonomian pada suatu keseimbangan yang efisien dan
memberikan hasil yang optimum (Nicholson, 2003). Menurut Milton Friedman dalam Capitalism
and Freedom (1963), sistem pasar bahkan secara efektif dapat mengurangi diskriminasi ras dan
etnik. sebab konsumen akan membeli dari siapa saja yang menawarkan barang dengan harga
lebih rendah dan mutu lebih baik, bukan karena latar belakang ras, etnik, atau agama si penjual.

5. Paham Liberalisme (The Classical view on “ liberalism”)


Menurut Smith untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran kita perlu mengeksploitasi
dorongan-dorongan alamiah. Dan dalam upaya tiap orang untuk mencari yang terbaik bagi
dirinya masing-masing, pemerintah tidak boleh menekan atu menghalanginaktivitas tiap pelaku
17
ekonomi. Sehubungan dengan hal inin Smith memperingatkan bahwa orang akan menjadi bodoh
dan Negara miskin terbelakang jika tiap orang hanya menggantungkan hidupnya pada pemberian
dan kebaikan hati orang. Salah satu asumsi yang palaing penting dalam system ekonomi bebas
yang dikembangkan Smith ialah bahwa setiap orang dibebaskan melakukan yang terbaik bagi
dirinya masing-masing. Jika diperhatikan paham liberarisme ini relative baru sebab baru muncul
pada abad pertengahan. Haraga dalam pasar persaingan sempurna akan bertindak sebagai sinyal
untuk mengintegrasiakn keputusan para pelaku ekonomi.

4. Classical Political Economy and the Role of Government


Proses Peminggiran Peran Pemerintah
Perbedaan utama anatra kaum klasik dengan pemikir-pemikir terdahulu adalah bahwa
kaum klasik terutama Smith sangat anti dengan campur tangan pemerintah. Pandangan ini sangat
berbeda dengan pandangan yang dianut pada masa merkantilisme yang percaya bahwa
negarawan sebagai layaknya seorang bapak yang baik dalam suatu hubungan rumah tangga,
bertanggung jawab memenuhi semua kebutuhan seluruh anggota masyarakat dan mengatur
ketenagakerjaan. Ia percaya bahwa campur tangan pemerintah yang terlau banyak oleh
pemerintah justru bisa menyebabkan perekonomian mengalami distorsi yang ujung-ujungnya
hanya akan menimbulkan terjadinya inefisiensi. Smith tidak menyukai campur tangan
pemerintah sebab campur tangan pemerintah tersebut berikut aturan-aturan yang dibuat oleh para
pejabat pemerintah lebih sering dijadikan sebagai alat oleh kaum kaya untuk menekan kelompok
masyarakat miskin.
Catatan Tentang Pandangan Klasik Adam Smith
Ide Smith untuk memisahkan ekonomi dan pasar dan politik cukup jelas dan tidak banyak yang
membantah. Akan tetapi tentang motivasi penyelenggara Negara dan perlunya peminggiran
peran Negara ada beberapa hal yang belum jelas. Sebagaimana diketahui dalam pandangan
klasik Smith setiap pelaku ekonomi diasumsikan didorong oleh motivasi mengejar kepentingan
perancang pembangunan serta para penyelenggara. Negara, pandangan Smith agak ambigo.
Kadang-kadang ia mengasumsikan semua penyelenggara Negara tersebut mempunyai tujuan
yang lebih mulia yaitu sama-sama ingin mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam pendekatan ekonomi politik yang lebih modern tidak ada yang nyaman dengan ide
Smith untuk mendepak peran Negara sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sebagian
besar menolak ide Smith. Suatu hal yang pasti tidak ada Negara yang tidak ada peran dan
campur tangan pemerintahnya bahkan Negara asal ekomoni liberal pasar bebas seperti Inggris
dan Amerika Serikat sekalipun.

BAB 2
Daftar Pustaka
Sumber :
Deliarnov, M.sc, Drs. 2006.”Ekonomi Politik”. Jakarta : Penerbit Erlangga

18
https://books.google.co.id/books?
id=E8sPDpge5I0C&pg=PA62&lpg=PA62&dq=peran+pemerintah+dalam+ekonomi+polit
ik+klasik&source=bl&ots=ue63aOzgJ0&sig=INzgLK9ePaaea8lerhh_clOVQdY&hl=id&
sa=X&ved=0ahUKEwiZ5sWmx4raAhVF6bwKHQpgBRU4ChDoAQhAMAQ#v=onepa
ge&q=peran%20pemerintah%20dalam%20ekonomi%20politik%20klasik&f=false
http://dhearaisad.blogspot.co.id/2012/05/book-review-ekonomi-politik-deliarnov.html
diakses pada 30 Mei 2012.
(u.d). Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi. [online] Available at:
< http://www.sylabus.web44.net>%5BAccessed 23 February 2012]
Amaludin, (u.d). teori pembangunan [ppt]. Available through:
< http://naufalalfatih.files.wordpress.com>%5BAccessed 19 February 2013]
https://mutosagala.wordpress.com/2013/03/05/teori-pembangunan-klasik/ diakses pada
03 Mei 2013

19

Anda mungkin juga menyukai