Anda di halaman 1dari 2

Perang Dagang Amerika Serikat dan China Terhadap Dunia dan Indonesia

Perang dagang adalah konflik ekonomi yang terjadi ketika suatu negara memberlakukan
atau meningkatkan tarif atau hambatan perdagangan lainnya sebagai balasan terhadap hambatan
perdagangan yang ditetapkan oleh pihak yang lain. Agresifitas Amerika Serikat terhadap
ekonomi belakangan ini membuat gejolak dunia. Salah satu kebijakannya yaitu memberlakukan
25% bea masuk baja dan 15% untuk aluminium. Lalu, China memberlakukan kebijakan tarif
15% untuk 120 komoditas Amerika Serikat. Kedua negara tersebut terus bersaing sehingga
tercetusnya perang dagang. Saling balas membalas bea masuk ini memberikan dampak yang
krusial terhadap perekonomian dunia. Salah satunya memengaruhi naiknya nilai tukar dolar.

Perang dagang Amerika Serikat dan China sangat berdampak bagi negara-negara yang
menjadi eksportir terhadap kedua negara tersebut. Seperti beberapa negara di Eropa yang
mengandalkan penghasilan negara dari ekspor. Apabila negara-negara tersebut tetap
mengandalkan ekpor maka mereka akan mengalami defisit karena China dan Amerika saling
bersaing dalam mengurangi produk impor. Salah satunya adalah Hungaria, presentase ekspor
negara ini adalah 65,1% yang terdiri dari otomotif, IT, elektronik,dan kimia. Sehingga negara
tersebut haruslah mencari alternatif lain agar tidak defisit.

Di Asia terdapat juga negara yang mengandalkan ekspor menjadi pendapatan negaranya.
Seperti Taiwan 67,6%, Korea Selatan 62,1%, dan Singapura 61,6%. Dari beberapa negara Asia
tersebut membuktikan sangat berpengaruhnya perang dagang Amerika Serikat dan China
terhadap keberlangsungan ekonomi negara-negara yang terdampak.

Perang dagang Amerika Serikat dan China juga berakibat pada pertumbuhan ekonomi
secara global. Hal ini bisa menguntungkan bagi negara-negara maju. Namun, di sisi lain hal ini
cukup memberatkan bagi negara-negara berkembang. Mereka harus dapat memperbaiki
perokonomian negaranya agar tidak tertinggal. Ketertinggalan sebuah negara dalam
perkembangan ekonomi dunia akan berakibat pada depresiasi mata uang negara tersebut
sehingga berdampak pada krisis moneter. Sebagai contoh Turki, negara ini mengalami depresiasi
lira terhadap dollar Amerika Serikat sebesar 77,2%. Hal tersebut mengakibatkan krisis moneter
di Turki namun karena banyak dukungan terhadap negara ini krisis tersebut dapat diredakan.

Indonesia sendiri juga terdampak akibat perang dagang Amerika Serikat dan China. Nilai
tukar rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar Amerika Serikat sebesar 10,03%. Dalam hal
ini pemerintah memberlakuakan berbagai langkah salah satunya menggiatkan pembelian produk
dalam negeri serta mengurangi pembangunan yang berdampak terhadap naiknya nilai tukar
dollar Amerika Serikat. Selain itu, Amerika Serikat akan mengancam beberapa komoditi ekspor
Indonesia yaitu tekstil.

Dalam perang dagang Amerika Serikat dan China, banyak dampak yang terjadi baik
secara global maupun nasional. Berbagai negara sedang dalam tahap peningkatan ekonomi agar
mereka dapat menyusul peningkatan ekonomi global. Banyak negara yang berhasil dan juga
gagal dalam kontestasi ekonomi tersebut. Indonesia sendiri harus menganggap hal ini serius
karena banyak masyarakat yang belum paham tentang revolusi mental. Indonesia sendiri telah
tergabung dalam ekonomi bebas antar negara Asia sehingga masyakat harus paham tentang
pentingnya menggunakan produk dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai