Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah tersebarluasnya pengaruh ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang ada
di setiap penjuru dunia ke penjuru dunia yang lain sehingga tidak jelas lagi batas-batas
yang jelas dari suatu negara.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-globalisasi/

2. Faktor Pendorong Globalisasi


 Faktor perdagangan internasional dipicu untuk memenuhi kebutuhan barang dan
jasa dalam negeri.
 Faktor kedua ialah keinginan untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan
pendapatan negara.
 Faktor ketiga merupakan perbedaan kemampuan dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya eknomi
 Faktor keempat dipicu karena kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu
meningkatkan pasar baru untuk menjual produk.
 Faktor kelima dipicu karena perbedaan keadaan iklim, sumber daya, sumber daya
manusia, dan budaya.
 Faktor keenam ini dipicu karena adanya kesamaan selera terhadap suatu barang
antara negara satu dan negara lainnya.

https://tirto.id/faktor-faktor-pendorong-globalisasi-ekonomi-contohnya-gabW

3. Perubahan dari Ekonomi global


- Perubahan Demografis terhadap Ekonomi Global
Seiring dengan kecenderungan globalisasi, telah terjadi perubahan yang cukup dramatis
dalam demografi ekonomi global selama 30 tahun terakhir. Sampai akhir 1960, terdapat
empat tren yang menggambarkan demografi ekonomi global. Yang pertama adalah
terdapat dominasi AS dalam perekonomian dunia dan gambaran perdagangan dunia.
Yang kedua adalah terdapat dominasi AS dalam investasi asing dunia. Terkait dengan hal
ini, fakta ketiga adalah dominasi besar perusahaan multinasional AS di kancah bisnis
internasional. Yang keempat adalah bahwa sekitar setengah dunia-ekonomi terencana
pusat dari dunia komunis-membatasi diri terhadap bisnis internasional Barat. Keempat
sifat ini telah berubah atau sedang berubah dengan cepat saat ini seperti yang akan
dijelaskan sebagai berikut.
- Perubahan output dunia dan gambaran perdagangan dunia
Pada awal 1960-an, Amerika Serikat masih jauh mendominasi kekuatan industri dunia.
Pada 1963, Amerika Serikat menyumbang sebesar 40,3 persen dari aktivitas ekonomi
dunia, yang diukur dengan produk domestik bruto-PDB (gross domestic product-GDP).
Menjelang 2008, Amerika Serikat menyumbang sebesar 20,7 persen dari PDB dunia,
masih menjadi kekuatan industri terbesar di dunia, tetapi turun secara signifikan dalam
ukuran relatif sejak 1960 (lihat pada Tabel 1.2). Tidak hanya Amerika Serikat, Banyak
negara maju lainnya yang mengalami penurunan secara relatif. Hal yang sama terjadi
pada Jerman, Prancis, dan Inggris Raya, seman negara yang pertama kali melakukan
Industrialisasi. Perubahan dalam posisi AS bukanlah penurunan absolut karena ekonomi
AS tumbuh pada tingkat tahunan yang kuat, dengan rata rata lebih dari 3 persen dalam
kurun waktu 1963 sampai 2008 (perekonomian Jerman, Prancis, dan Inggris Raya juga
tumbuh selama waktu ini). Sebaliknya, itu adalah penurunan relatif, mencerminkan
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dari beberapa negara lain, khususnya di Asia.

Selama 30 tahun terakhir, dominasi AS di pasar ekspor telah berkurang seperti Jepang
dan Jerman. Sejumlah negara industri baru seperti Korea Selatan dan Cina telah
mengambil bagian yang lebih besar dari ekspor dunia. Selama 1960-an, Amerika Serikat
secara rutin menyumbang 20 persen dari ekspor dunia untuk barang-barang manufaktur.
Meskipun mengalami penurunan, Amerika Serikat masih tetap menjadi eksportir terbesar
di dunia, di atas Jerman, Jepang, Prancis, dan Cina. Jika peningkatan pesat pada
perekonomian Cina terus terjadi, negara tersebut bisa segera mengambil alih posisi
Amerika Serikat sebagai perekonomian terbesar dan eksportir terbesar dunia.

Karena peningkatan ekonomi negara berkembang, seperti Cina, India, dan Brasil yang
terus tumbuh, penurunan relatif dalam pangsa produksi dunia dan ekspor dunia Amerika
Serikat serta negara-negara lain tampaknya akan terus terjadi. Hal tersebut bukanlah
sesuatu yang buruk. Penurunan relatif ekonomi Amerika Serikat mencerminkan
perkembangan ekonomi dan industrialisasi ekonomi dunia, bukan mencerminkan
penurunan absolut dalam kesehatan ekonomi AS.

- Perubahan gambaran investasi langsung luar negeri

Dominasi Amerika Serikat dalam ekonomi global pada 1960, tercermin pada persentase
investasi langsung luar negeri perusahaan AS sebesar 66,3 persen dari nilai seluruh
investasi asing di dunia. Perusahaan Inggris yang kedua, sebesar 10,5 persen, sementara
perusahaan perusahaan Jepang di posisi kedelapan, dengan hanya 2 persen. Dominasi
perusahaan AS begitu besar sehingga ditulis buku tentang ancaman ekonomi perusahaan-
perusahaan A pada Eropa." Beberapa pemerintah Eropa, terutama Prancis, berbicara
tentang membatas investasi asing perusahaan AS.

Namun, karena hambatan aliran barang, jasa, dan modal semakin mengecil, negara
negara lain dapat meningkatkan sumbangan mereka pada output produksi dunia,
perusahaan perusahaan non-AS mulai berinvestasi di luar negeri. Motivasi yang
meningkatkan investa asing perusahaan non-AS adalah keinginan untuk memindahkan
kegiatan produksi ke lokani yang optimal dan untuk membangun kehadiran di pasar asing
yang menjadi sasaran. Dengan demikian, dimulai pada 1970, perusahaan-per, sahaan
Eropa dan Jepang mulai menggeser operasi manufaktur padat karya di pasar lokal mereka
ke negara-negara berkembang di mana biaya tenaga kerja lebih rendah. Selain itu, banyak
perusahaan Jepang berinvestasi di Amerika Utara dan Eropa-sering sebagai langkah
perlindungan nilai terhadap pergerakan mata uang yang tidak menguntungkan dan
kemungkinan pengenaan hambatan perdagangan. Sebagai contoh, Toyota, perusahaan
mobil Jepang, dengan cepat meningkatkan investasi di fasilitas produksi mobil di
Amerika Serikat dan Eropa pada 1980-an dan awal 1990-an. Para eksekutif Toyota
percaya bahwa yen Jepang semakin kuat dan akan menaikkan harga ekspor mobil Jepang
ke pasar luar negeri sehingga memproduksi di pasar luar negeri menjadi langkah yang
penting alih-alih mengekspor dari Jepang. Toyota juga melakukan investasi ini untuk
mencegah meningkatnya tekanan politik di Amerika Serikat dan Eropa yang membatasi
ekspor mobil Jepang ke dalam pasar tersebut.

Gambar 1.3 menggambarkan dua tren yang penting lainnya-pertumbuhan yang


berkelanjutan dalam arus lintas batas investasi langsung luar negeri yang terjadi selama
1990 an dan pentingnya negara-negara berkembang sebagai tujuan investasi langsung
luar negeri. Sepanjang 1990, jumlah investasi diarahkan pada negara-negara maju dan
berkembang meningkat secara dramatis. tren yang mencerminkan meningkatnya
internasionalisasi perusahaan bisnis. Sebuah lonjakan investasi langsung luar negeri yang
terjadi pada 1998 hingga 2000 diikuti oleh kemerosotan pada 2001 hingga 2003, yang
disebabkan oleh perlambatan aktivitas ekonomi global setelah runtuhnya gelembung
keuangan pada akhir 1990-an dan 2000. Namun, pertumbuhan investasi langsung luar
negeri berlanjut pada 2004 dan terus berlanjut sampai 2007 dan mencapai tingkat yang
belum pernah dicapai sebelumnya. Bagaimanapun juga, investasi langsung luar negeri
menurun pada 2008 karena terjadinya krisis keuangan global. Di antara negara-negara
berkembang. penerima terbesar dari investasi asing adalah Cina, yang dari 2004 dan 2008
menerima aliran masuk senilai $60 miliar sampai $90 miliar per tahun. Seperti yang akan
kita lihat nanti dalam buku ini, aliran investasi langsung luar negeri ke negara-negara
berkembang yang berkelanjutan merupakan stimulus penting bagi pertumbuhan ekonomi
di negara-negara tersebut, yang menjadi pertanda baik bagi masa depan negara-negara,
seperti Cina, Meksiko, dan Brasil, dan semua negara penerima tren ini.

- PERUBAHAN SIFAT PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Perusahaan multinasional (multinational enterprise-MNE) adalah setiap bisnis yang


memiliki kegiatan produktif dalam dua negara atau lebih. Sejak 1960, dua tren penting
dalam demografis perusahaan multinasional telah (1) munculnya perusahaan
multinasional non-AS dan (2) tumbuhnya perusahaan minimultinasional.

- Perusahaan Multinasional Non-AS


Pada 1960. perusahaan-perusahaan multinasional besar AS mendominasi kegiatan bisnis
global. Dengan perusahaan AS terhitung sekitar dua pertiga dari investasi langsung luar
negeri selama 1960, seseorang akan memperkirakan sebagian besar perusahaan
multinasional menjadi perusahaan AS. Menurut data perusahaan multinasional terbesar di
dunia adalah perusahaan-perusahaan AS. Negara sumber investasi asing kedua terbesar
adalah Inggris Raya, dengan 18,8 persen dari perusahaan multinasional terbesar. Jepang
menyumbang 3,5 persen dari perusahaan multinasional terbesar di dunia pada saat itu.
Banyaknya perusahaan multinasional AS mencerminkan dominasi ekonomi AS dalam
tiga dekade setelah Perang Dunia II, sementara sejumlah besar perusahaan multinasional
Inggris mencerminkan dominasi industri negara itu dalam dekade-dekade awal Abad ke-
20.

Menjelang 2006, hal-hal telah berubah secara signifikan. Dari 100 perusahaan
multinasional nonfinansial terbesar di dunia, urutan ke-24 adalah perusahaan AS, ke-13
adalah perusahaan Prancis, ke-12 Jerman, ke-12 Inggris, dan ke-9 Jepang." Meskipun
data 1973 tidak dapat diperbandingkan sepenuhnya dengan data berikutnya, data-data
tersebut menggambarkan tren (data 1973 didasarkan pada 260 perusahaan terbesar,
sedangkan angka berikutnya didasarkan pada 100 perusahaan multinasional terbesar).
Globalisasi ekonomi dunia telah menyebabkan penurunan relatif dalam dominasi
perusahaan-perusahaan AS di pasar global.

Menurut data PBB, jajaran 100 peruseaan multinasional terbesar di dunia masih
didominasi oleh perusahaan-perusahaan dari negara maju." Namun, tujuh perusahaan dari
negara-negara berkembang telah memasuki daftar PBB dari 100 perusahaan
multinasional terbesar menjelang 2006. Hutchison Whampoa of Hong Kong, Cina,
menempati peringkat ke-20 dalam hal aset luar negeri." Pertumbuhan jumlah perusahaan
multinasional dari negara-negara berkembang terlihat jelas ketika kita melihat
perusahaan-perusahaan kecil. Menjelang 2005, 50 perusahaan multinasional terbesar dari
negara-negara berkembang memiliki penjualan antarnegara senilai $323 miliar, dari total
penjualan senilai 738 miliar dan mempekerjakan 1.1 juta orang di luar negara asal
mereka. Sekitar 64 persen dari 100 perusahaan multinasional terbesar dari negara-negara
berkembang berasal dari Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Cina daratan. Beberapa
entri dari negara-negara lain dalam daftar itu termasuk Korea Selatan, Brasil, Meksiko,
dan Malaysia. Kita bisa mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari perusahaan
multinasional baru yang terdapat negara-negara berkembang di dunia. Perusahaan-
perusahaan dari negara-negara berkembang dapat diharapkan untuk muncul sebagai
pesaing utama dalam pasar global sehingga ke depannya dapat menggeser sumbu
perekonomian dunia menjauhi Amerika Utara dan Eropa Barat, dan mengancam
dominasi panjang perusahaan Barat. Salah au pesaing yang muncul, yaitu Hisense, salah
satu produsen peralatan konsumen dan peralatan telekomunikasi terkemuka di Cina, yang
diprofilkan dalam fitur Fokus Manajemen berikut.
- Peningkatan Perusahaan Minimultinasional

Kecenderungan lain dalam bisnis internasional telah menumbuhkan perusahaan


multinasional menengah dan perusahaan multinasional kecil (perusahaan
minimultinasional)." Ketika orang berpikir tentang bisnis internasional, mereka
cenderung berpikir perusahaan besar. seperti Exxon. General Motors, Ford, Fuji. Kodak.
Matsushita. Procter & Gamble, Sony, dan Unilever-perusahaan multinasional yang
kompleks dengan operasi yang menjangkau seluruh dunia. Meskipun perusahaan besar
masih melakukan sebagian besar perdagangan dan investasi internasional, perusahaan
menengah dan kecil menjadi semakin banyak terlibat dalam perdagangan dan investasi
internasional. Bisnis internasional dilakukan bukan hanya oleh perusahaan besar, tetapi
juga oleh usaha ukuran menengah dan usaha kecil.

4. Perdebatan tentang dampak globalisasi

Perdebatan Globalisasi
Apakah pergeseran ke arah ekonomi global yang lebih terintegrasi dan saling bergantung
merupakan hal yang baik? Banyak ekonom berpengaruh, politisi, dan pemimpin bisnis
tampaknya berpikir begitu. Mereka berpendapat bahwa turunnya hambatan perdagangan
internasional dan investasi adalah mesin kembar yang mendorong ekonomi global
menuju kemakmuran yang lebih besar. Mereka mengatakan peningkatan perdagangan
internasional dan investasi lintas-batas akan menghasilkan harga yang lebih rendah untuk
barang dan jasa. Mereka percaya bahwa globalisasi merangsang pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan konsumen, dan membantu menciptakan lapangan kerja di
semua negara yang berpartisipasi dalam sistem perdagangan global. Argumen mereka
yang mendukung globalisasi akan dibahas secara terperinci pada Bab 5, 6, dan 7. Seperti
yang akan kita lihat. terdapat alasan teoretis yang baik untuk percaya bahwa penurunan
hambatan perdagangan internasional dan investasi dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan tingkat pendapatan. Seperti
dijelaskan pada Bab 6 dan 7, bukti empiris memberikan dukungan untuk prediksi teori
ini. Namun, meskipun keberadaan teori dan bukti yang memaksa, globalisasi juga menuai
kritik." Beberapa kritikus ini menjadi semakin vokal dan aktif, turun ke jalan untuk
menunjukkan oposisi mereka terhadap globalisasi. Di sini kita mempelajari sifat protes
terhadap globalisasi dan meninjau secara singkat tentang tema utama perdebatan
mengenai manfaat globalisasi. Pad, bab-bab selanjutnya, kita akan menguraikan poin-
poin yang disebutkan di bawah ini.

PROTES ANTIGLOBALISASI

Demonstrasi jalanan menolak globa pada esember 1999, ketika lebih dari 40.000
pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan di Seattle dalam upaya untuk membatalkan
pertemuan WTO yang diadakan di kota itu. Para demonstran memprotes berbagai isu,
termasuk hilangnya pekerjaan di suatu industri akibat serangan dari pesaing asing,
tekanan pada tingkat upa para pekerja tidak terampil, degradasi lingkungan, dan
imperialisme budaya oleh media global dan perusahaan multinasional, yang beberapa
pengunjuk rasa merasa didominasi ole apa yang mereka sebut "budaya miskin"
kepentingan dan nilai-nilai Amerika Serikat. Para demonstran mengklaim bahwa semua
kondisi buruk ini terjadi karena pengaruh globalisasi. Pertemuan WTO mencoba untuk
memulai babak baru perundingan untuk mengurangi hambatan perdagangan dan investasi
lintas batas. Dengan demikian, organisasi tersebut dilihat sebagai promotor globalisasi
sehingga menjadi target bagi para demonstran antiglobalisasi Protes berubah menjadi
kekerasan, mengubah jalan-jalan Seattle yang biasanya tenang ke pertempuran berjalan
antaraa “anarkis” dan kepolisian seattle yang bingung dan tidak siap.Gambar demonstran
melempar bata dan polisi lapis baja memegang tongkat mereka sepatutnya. dicatat oleh
media global, yang kemudian gambar tersebut beredar di seluruh dunia. Sementara itu,
pertemuan WTO gagal mencapai kesepakatan, dan meskipun protes di luar balai
pertemuan tidak ada kaitannya dengan kegagalan itu, terdapat kesan bahwa para
demonstran telah berhasil menggagalkan pertemuan.

Didorong oleh pengalaman di Seattle, demonstran antiglobalisasi sekarang muncul di


hampir setiap pertemuan utama dari lembaga global. Protes dalam skala yang lebih kecil
telah terjadi di beberapa negara, seperti Prancis, di mana para aktivis antiglobalisasi
menghancurkan sebuah restoran McDonald's pada Agustus 1999 untuk memprotes
pemiskinan budaya Prancis oleh imperialisme Amerika (lihat fitur Fokus Negara, "Protes
Globalisasi di Prancis", untuk detailnya). Sementara protes kekerasan dapat memberikan
nama yang buruk bagi upaya antiglobalisasi, terlihat jelas dari skala demonstrasi
antiglobalisasi yang dapat dipastikan anarkis. Segmen besar dari populasi di berbagai
negara percaya bahwa globalisasi memiliki efek merugikan pada standar hidup dan
lingkungan.

5. Proses globalisasi menciptakan peluang dan tantangan bagi praktik manajemen


- Peluang Globalisasi
. Globalisasi di bidang ekonomi telah mendorong munculnya perdagangan bebas
lintas negara. Perdagangan bebas adalah suatu situasi di mana arus lalu-lintas barang,
jasa, dan manusia dari dan ke suatu negara di dunia ini tidak mengalami hambatan yang
berarti. Peluang itu berupa makin mudahnya barang dan jasa produksi Indonesia
untuk memasuki pasaran luar negeri. Hambatan non-tarif (kuota, dan sebagainya)
bagi produk Indonesia ke negara lain akan semakin hilang atau tidak berarti lagi.
Demikian pula halnya dengan tenaga kerja Indonesia, mereka akan dapat bekerja
dengan mudah di negeri asing tanpa hambatan peraturan imigrasi yang berarti.
Namun di sisi lain, keadaan itu juga dapat menimbulkan ancaman bagi Indonesia:
barang, jasa, dan tenaga kerja asing boleh masuk ke Indonesia dengan tanpa hambatan
yang berarti. Akan terjadi persaingan kualitas barang, jasa, dan tenaga kerja dalam
negeri dan luar negeri guna merebut pasar dalam negeri.

- Tantangan Globalisasi

Perdagangan atau pasar bebas, dapat dikatakan sebagai tantangan.Tantangan yang


terkandung pada sistem pasar bebas adalah bagaimana kita dapat memanfaatkan sebaik-
baiknya setiap peluang untuk mengembangkan industri dan menghasilkan produk-
produk yang dapat bersaing dan diserap pasar internasional.

Guna menghadapi tantangan tersebut, maka sumber daya manusia yang berkualitas
(masyarakat dan kalangan dunia usaha yang kreatif dan inovatif) sangat diperlukan untuk
dapat memainkan peran sebagai pelaku aktif yang dapat bersaing atau bahkan keluar
sebagai pemenang dalam persaingan global. Sumber daya manusia yang berkualitas
juga sudah menjadi tuntutan dan keharusan untuk dapat menghadapi persaingan yang
sangat ketat dalam memperebutkan lapangan pekerjaan yang semakin sempit.

Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu bersaing dengan
semua bangsa di dunia, maka semua komponen masyarakat terutama dunia pendidikan
di tuntut perannya untuk meningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran. Globalisasi tidak bisa ditolak atau dihindari, dia hadir seiring
perkembangan peradaban manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itu, yang harus dilakukan adalah menghadapinya dengan seksama, turut serta
memainkan peran dalam setiap tantangan dan peluang yang tersedia.

Salah satu faktor yang menentukan dalam daya saing suatu produk adalah mutu
produk. Mutu merupakan bagian isu kritis yang menantang dalam persaingan global.
Tantangan lainnya dalam menghadapi pasar dan persaingan bebas adalah
bagaimana menciptakan sektor pertanian dan industri yang efisien, efektif, dinamis
dan berkelanjutan, penyebarluasan teknologi dan inovasi yang terkait dengan sistem
produksi, packaging, serta pemasaran.
https://www.kompasiana.com/zulharto_susilo/5633114b73937345075f5ccc/peluang-dan-
tantangan-globalisasi

Anda mungkin juga menyukai