Anda di halaman 1dari 19

Kapitalisme, Industrialisasi dan Pembangunan di Amerika Latin

(Peninjauan Kembali Paradigma Ketergantungan)

MAKALAH

Guna melengkapi tugas mata kuliah

EKONOMI POLITIK

Dosen pengampu

Dr. NASIKH, S.E, M.P, M.Pd.

Oleh :

Bima Santrya 190432626060

Andrean Krisnartiko 190432626053

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Kapitalisme,
Industrialisasi dan Pembangunan di Amerika Latin (Peninjauan Kembali Paradigma
Ketergantungan) " dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Ekonomi Politik. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana keadaan ekonomi,
industri dan pembangunan di Amerika latin bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nasikh, S.E, M.P, M.Pd.
selaku guru dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Politik. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................................ ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan

I. Teori Ketergantungan................…………………………………………………..3
II. Ekonomi Amerika Latin.....................................................……………………….5
III. Industrialisasi Amerika Latin ….…………………………………………………9
IV. Pembangunan Amerika Latin…………………………………………………….12

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 13

3.2 Saran........................................................................................................................ 14

Daftar Pustaka................................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis teori Dependensi atau teori ketergantungan muncul
dikarenakan adanya ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan
ekonomi negara-negara terbelakang seperti negara di bagian Amerika Latin.
Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di negara dunia ketiga diakibatkan faktor internal
di negara tersebut. Karena faktor internal itulah mengapa negara Dunia Ketiga
tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Akar dari teori ketergantungan berasal dari marx dan lenin tetapi gagasan
bahwa adanya kontradiksi mendasar antara perkembangan kapitalis di pusat dan
industrialisasi dan perkembangan di batas luar pertama kali dijelaskan oleh Paul
Baran pada tahun 1957 dan kemudian dielaborasi oleh sekolah ketergantungan
Andre Gunder Frank pada akhir tahun 1960 berusaha menunjukkan
bahwa perkembangan kapitalis di batas luar, khususnya Amerika Latin adalah
mustahil. Frank berpendapat bahwa penggabungan Amerika Latin ke dalam
sistem kapitalis dunia menggerakkan hubungan metropolis-satelite, atau struktur
kekuasaan yang memungkinkan berkembang dengan menbamil alih srplus
ekonomi dari yang akhir. Proses ini mengarah pada pembangunan
keterbelakangan di wilayah batas luar. Lebih jauh lagi, satu-satunya cara
Amerika latin dan negara ketergantungan lain bisa menghindari nasib ini adalah
memutuskan sistem kapilitas yang ada.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori ketergantungan
2. Bagaimana keadaan Ekonomi Amerika Latin?
3. Bagaimana perkembangan industrialisasi Amerika Latin?
4. Bagaimana Pembangunan di Amerika latin?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan teori ketergantungan.
2. Untuk mengetahui keadaan ekonomi Amerika Latin
3. Untuk menjelaskan Perkembangan indusrtrialisasi Amerika Latin.
4. Untuk mengetahui bagimana pembangunan negara di Amerika Latin

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. Teori Ketergantungan(Dependency)

Teori ketergantungan merupakan suatu penekatan untuk memahami


keterbelakangan ekonomi yang menekankan pada kendala-kendala yang diduga
dipaksakan oleh tatanan politik dan ekonomi global.

Teori ketergantungan berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan di


negara dunia ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun
lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal dari luar. Faktor eksternal pada memiliki
pengaruh terbesar terhadap keterbelakangan suatu negara dunia ketiga yaitu karena
adanya campur tangan negara maju pada laju pertumbuham pembangunan negara.
Dengan adanya campur tangan dari negara lain, hal ini menyebabkan pembangunan di
negara dunia ketiga tidak mengatasi dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan
yang sedang terjadi pada negara itu, namun semakin membawa kemiskinan dan
keterbelakangan. Keterbelakangan yang terjadi pada negara dunia ketiga dikarenakan
oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan negara maju kepada negara
Dunia Ketiga. pembangunan yang dilakukan pada negara dunia ketiga harus dilakukan
dengan cara memutus hubungan dengan negara maju dan membiarkan negara dunia
ketiga membangun negaranya secara mandiri.(Digdowiseiso,2019)

Ciri umum dari teori ketergantungan yaitu adalah ketergantungan mencirikan


sistem internasional yang terdiri dari dua negara yang digambarkan sebagai
dominan/tergantung, pusat/pinggiran atau metropolitan/satelit. Negara-negara yang
dominan adalah negara-negara indsutri yang maju dalam Organization of Economic of
Co-Operation and Development atau yang biasa disebut OECD. Negara-negara yang
bergantung adalah negara dunia ketiga seperti Amerika Latin, Asia, dan Afrika yang
memiliki GNP per kapita rendah dan sangat bergantung pada ekspor satu komoditas
untuk pendapatan devia.

Kedua, kekuatan eksternal sangat penting bagi kegiatan ekonomi di negara-


negara yang ketergantungan. Kekuatan eksternal ini termasuk perusahaan multinasional,

3
pasar komoditas internasional, bantuan luar negeri, komunikasi, dan sarana lain yang
digunakan negara-negara maju untuk mewakili kepentingan ekonomi mereka di luar
negeri.

Ketiga, hubungan antara negara dominan dan negara ketergantungan bersifat


dinamis karena interaksi antara dua negara cenderung tidak hanya memperkuat tetapi
juga mengintensifkan pola yang tidak setara. Selain itu. Ketergantungan adalah proses
sejarah yang sangat mendalam, berakar pada internasionalisasi kapitalisme.
(Ferarro,2008)

4
II. Ekonomi Amerika Latin

Dengan melihat data pada tabel satu yang diambil dari World Bank pada tahun
1993. Dapat dilihat bahwa pada tahun 1965 dan 1974 tingkat pertumbuhan sangat
mengesankan terutama bagi Amerika Latin(LAC) dan ekonomi yang berhutang. Namun
dari tahun 1973 ekonomi dunia mulai terhenti dan pada tahun 1991 mengalami
kontraksi. Hal ini merupakan cerminan dari kinerja perekonomina dunia ketiga yang
relatif buruk. Secara umum, sejak tahun 1970-an hingga 1980-an, tingkat petumbuhan
tahunan rata-rata GNP per Kapita di dunia ketiga tertinggal dari pertumbuhan yang
dicapai oleh dunia pertama.

Para kritikus tidak dapat menyalahkan penurunan tingakt pertumbuhan per


kapita dunia ketiga sepenuhnya pada pertumbuhan penduduk yang cepat atau
berlebihkan. Jika dibandingkan dengan tahun 1970-1980 dan 1980-1990 dapat dilihat
bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata penduduk menurun di semua wilayah yang berada
pada tabel 1, dan menurut proyeksi bank dunia tren ini akan terus berlanjut. Oleh karena
itu tingkat pertumbuhan penduduk tetap konstan dan penurunan tingkat pertumbuhan
per kapita dunia ketiga akan lebih terlihat. Di Amerika Latin, tingkat pertumbuhan rata-
rata tidak hanya melambat, namun menjadi negatif untuk periode pertama yang
berkepanjangan pada abad ini pada tahun 1980. Tingkat pertumbuhan yang
mempercepat dan tidak pernah terjadi ini telah berhenti. Kinerja ekonomi
berpenghasilan menengah secara keseluruhan juga memburuk pada tahun 1980, dan
semakin memburuk pada awal 1990. Namun, ekonomi dengan penghasilan menegah

5
sebagai sebuah kelompok memang menggunguli negara-negara LDCs(Less Develop
Countries) yang berhutang banyak. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa
keterbelakangan dan ketergantungan terkait dengan utang luar negeri.

Namun sebaliknya, pada tabel 1 menunjukkan bahwa negara LDCs telah


berhasil melawan tren ini dengan mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 4% di antara
tahun 1980 dan 1990. Sekilas data yang disajikan oleh World Bank menunjukkan bahwa
lebih dari separuh ekonomi berpenghasilan rendah menderita tingkat pertumbuhan GNP
per kapita negatif antara tahun 1980 dan 1991. Selain itu cina dan india dengan tingkat
pertumbuhan 7,8% dan 3,2% mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi berpenghasilan
rendah menjadi 1% selama periode tersebut. Tentu saja, sementara tingkat pertumbuhan
tahunan rata-rata 1% masih lebih unggul dari performa dunia ketiga, hal ini jauh lebih
kecil dibandingan dengan pertumbuhan yang dicapai oleh negara OECD. Hal ini
menunjukkan bahwa kesenjangan antara bagian utara dan selatan semakin melebar.

Tabel 2 berfokus pada fenomena ini dengan membuat peringkat Amerika Latin
(LACs) dan 19 ekonomi berpenghasilan tinggi teratas dalam kategori GNP per kapita
untuk tahun 1965-1977 dan 1980-1991. Selama tahun 1965-1977 tidak ada
diskontinuitas yang mencolok anatar tingkat pertumbuhan LACs dan ekonomi
berpenghasilan tinggi. Lebih dari sepertiga negara Less Develop Country(LDC)
termasuk hongkong dan singapura berhasil masuk ke bagian atas tabel. Faktanya, empat
negara dari enam besar adalah LDC, lebih dari seperempat negara di bagian bawah tabel
adalah ekonomi berpenghasilan tinggi. Warren pada tahun 1980 berpendapat bahwa
bukti semacam ini menunjukkan perkembangan yang tidak merata dan polarisasi yang
berkelanjutan, bukan stagnasi ekonomi dan polarisasi yang tumbuh.

6
7
Namun, situasi terbalik pada tahun 1980-an. Antara 1980 dan 1991 pada tabel 2
menggambarkan tidak hanya stagnasi ekonomi bahkan keterbelakangan sebegaian besar
LAC, tetapi polarisasi yang hampir sempurna. Tidak hanya dua negara LAC(Peru dan
Chili), semua negara di bagian atas tabel adalah ekonomi berpenghasilan tinggi. Bagian
bawah tabel didominasi oleh LACs.
Pada tahun 1980-an juga terjadi polarisasi antara negara-negara Amerika Latin.
Misalnya, perbandingan pertumbuhkan tingkat Peru (2.4%), Chile (1.6%), dan
Colombia (1.2%) dengan pertumbuhan Nicaragua (-4.4%), Haiti (-2.4%) dan Bolivia (-
2.0%). Dengan terjadinya polarisasi yang berkembang baik di tingkat global maupun
regional pada tahun 1980-an. (Ayres & Clark,1998)

8
III. Industrialisasi

Dengan menggunakan metodologi Warren untuk mengevaluasi bukti tentang


industrialisasi khususnya manufkatur dalam tahun 1970 sampai 1992. Tabel 3
memberikan gambaran pertumbuhan tahunan manufacturing value added (MVA) atau
nilai tambah manufaktur menurut wilayah dan di 22 negara LAC. Data untuk tahun
1970-1980 mengkorfirmasi pendapat warren bahwa industrialisasi sedang berlangsung
di negara berkembang, meskipun pengalaman individu negara sangat berbariasi. Selain
itu pertumbuhan MVA lebih tinggi di semua wilayang yang berkembang, negara ini
termasuk daerah Amerika Latin jika dibandingkan wilayah di dunia pertama.

Periode setelah tahun 1980 sanget berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan
pola pertumbuhan lebih bervariasi. Pada tingkat global rata-rata pertumbuhan MVA
pada tahun 1980 turun menjadi 2,0% dibandingkan dengan tahun 1970 yang berada
pada angka 3.1%, hanya Jepang dan anak benua India yang mencatatkan peningkatan
kinerja. Namun pada wilayah yang berkembang serta Eropa Timur dan sisa Uni Soviet
pertumbuhan negara tersebut melampaui pertumbuhan global MVA dan kelompok
sebelumnya mengungguli Amerika Utara, Eropa Barat dan Jepang. Sebaliknya
Industrialisasi yang terjadi di Afrika Tropis hampir terhenti dan di Amerika latin
meskipun beberapa negara melebihi rata-rata global masih terdapat pertumbuhan negatif
secara keseluruhan

Pada akhir tahun 1980 dan awal dekadi ini, pola pertumbhan negara maju dan
negara berkembang mengalami keterputusan. Tingkat pertumbuhan global MVA
menjadi negatif -1,7% pada periode 1990-1992, sementara negara maju berada dalam
resesi dengan produksi industri yang menurun, daerah berkembang mengalami
pertumbuhan positif MVA. Pada tingkat regional LAC, Afrika Tropis dan Afrika Utara
dan Asia Barat mengalami tingkat pertumbuhan MVA yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun 1980-an dan pertumbuhan pada wilayah berkembang
lainnya tetap positif. Pemulihan LAC pada tahun 1990 an baru tercermin dalam data
negara dengan 18 dari 22 negara tercatat pertumbuhan positif MVA, pengecualian
negara yang paling menonjol yaitu Brasil yang terus di bawah beban penyesuaian
Struktural dan reformasi Ekonomi. (Ayres & Clark,1998)

9
Secara keseluruhan, data yang ditunjukkan pada tabel 3 memberikan bukti untuk
mendukung tesis ketidakmungkinan. Semua wilayah yang berkembang di dunia telah
memperluas produksi industri pada periode 1970-1992. Bahkan dalam lost decade tahun
1980 ketika pertumbuhan industri global mulai menurun, semua daerah berkembang
selain LAC mampu mempertahankan pertumbuhan positif MVA. Selain itu, dengan
pengecualian LAC, semua wilayah berkemang mencapai tingkat rata-rata pertumbuhan
manufaktur yang lebih cepat antara tahun 1970 dan 1992 daripada Jepang yang
merupakan negara maju yang paling sukses. Pada tabel 3 menunjukkan catatan

10
pertumbuhan masing-masing negara sangat bervariasi tetapi hanya Barbados dalam
LAC yang mengakhiri periode dengan tingkat produksi industri yang lebih rendah
daripada tahun 1970 dan pengecualian ini memberikan sedikit dukuungan unutk tesis
ketidakmungkinan. Warren tidak mengklaim bahwa ‘industrialisasi berkelanjutan telah
bersifat universal’ atau bahwa industrialisasi dunia ketiga ‘tidak konsisten dengan
periode stagnasi, perlambatan, atau penurunan yang terputus-putus’. (Ayres & Clark,
1998)

11
IV. PEMBANGUNAN AMERIKA LATIN

Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi


membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di
negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak
mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.

Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini
berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di Negara-negara
Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih
banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar
yang paling menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya campur
tangan dan dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia Ketiga.

Teori Dependensi kali pertama muncul di Amerika Latin. Pada awal


kelahirannya, teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang
dijalankan oleh ECLA (United Nation Economic Commission for Latin Amerika) pada
masa awal tahun 1960-an. Lembaga tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mampu
menggerakkan perekonomian di negara-negara Amerika Latin dengan membawa
percontohan teori Modernisasi yang telah terbukti berhasil di Eropa.

Tokoh utama dari teori Dependensi adalah Theotonio Dos Santos dan Andre
Gunder Frank. Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa ketergantungan
adalah hubungan relasional yang tidak imbang antara negara maju dan negara miskin
dalam pembangunan di kedua kelompok negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa
kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah akibat dari ekspansi ekonomi negara maju
dengan kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di negara maju, maka negara
berkembang akan mendapat dampak negatifnya pula. Sedangkan jika hal negatif terjadi
di negara berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak tersebut.
Sebuah hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif dampak berkembang
pembangunan di negara maju akan dapat membawa dampak pada Negara.

12
Pada titik ini teori ketergantungan itu dipandang sebagai sebuah cara yang
mungkin untuk menjelaskan kemiskinan terus-menerus dari negara-negara miskin.
Pendekatan neoklasik tradisional mengatakan hampir tidak ada pada pertanyaan ini
kecuali untuk menegaskan bahwa negara-negara miskin terlambat datang ke praktik-
praktik ekonomi yang padat dan begitu mereka mempelajari teknik-teknik ekonomi
modern, maka kemiskinan akan mulai mereda. Ketergantungan dapat didefinisikan
sebagai suatu penjelasan tentang pembangunan ekonomi suatu negara dalam hal
pengaruh eksternal - politik, ekonomi, dan budaya - pada kebijakan pembangunan
nasional.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Teori ketergantungan merupakan suatu penekatan untuk memahami


keterbelakangan ekonomi yang menekankan pada kendala-kendala yang diduga
dipaksakan oleh tatanan politik dan ekonomi global. Teori ketergantungan berpendapat
bahwa kemiskinan dan keterbelakangan di negara dunia ketiga bukan disebabkan oleh
faktor internal di negara tersebut, namun lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal dari
luar. Ciri umum dari teori ketergantungan yaitu adalah ketergantungan mencirikan
sistem internasional yang terdiri dari dua negara yang digambarkan sebagai
dominan/tergantung, pusat/pinggiran atau metropolitan/satelit. Kedua, kekuatan
eksternal sangat penting bagi kegiatan ekonomi di negara-negara yang ketergantungan.
Ketiga, hubungan antara negara dominan dan negara ketergantungan bersifat dinamis
karena interaksi antara dua negara cenderung tidak hanya memperkuat tetapi juga
mengintensifkan pola yang tidak setara.

Dengan menggunakan metodologi Warren untuk mengevaluasi bukti tentang


industrialisasi khususnya manufkatur dalam tahun 1970 sampai 1992. Tabel 3
memberikan gambaran pertumbuhan tahunan manufacturing value added (MVA) atau
nilai tambah manufaktur menurut wilayah dan di 22 negara.

Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi


membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin. Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori
ini berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di Negara-negara
Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih
banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Pada titik ini
teori ketergantungan itu dipandang sebagai sebuah cara yang mungkin untuk
menjelaskan kemiskinan terus-menerus dari negara-negara miskin.

14
3.2 SARAN

Negara berkembang di Bagian Amerika Latin untuk tidak terlalu bergantung


pada negara maju sepenuhnya, karena jika ada hal negative di negara maju pasti akan
berdampak ke negara berkembang juga. Bahan mentah yang di didapatkan di dalam
negeri seharusnya diolah sendiri agar dapat dijual ke pasar internasional dengan harga
yang tinggi daripada dijual sebagai bahan mentah. Laba dari hasil penjulan tersebut
dapat meningkatkna ekonomi dan pembangunan infrastruktur maupun non-infrastruktur
di negara tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Vincent Ferraro, "Dependency Theory: An Introduction," in The Development


Economics Reader, ed. Giorgio Secondi (London: Routledge, 2008), pp. 58-64

Digdowiseiso, K.2019. Teori Pembangunan. Jakarta Selatan: Lembaga Penerbitan


Universitas Nasional.

Ayres, R., & Clark, D. (1998). Capitalism, Industrialisation and Development in Latin
America: the Dependency Paradigm Revisited. Capital & Class, 22(1), 89–118.
https://doi.org/10.1177/030981689806400107

http://repository.unas.ac.id/653/1/Diktat%20Teori%20Pembangunan.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai