UNIVERSITAS MATARAM
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Kasih karuniaNya sehingga Makalah yang berjudul Ekonomi Politik Radikal ini
dapat kami selesaikan sebagaimana adanya.
Penyusunan makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Politik Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Mataram
dengan dosen pengampu Mata Kuliah Ekonomi Politik, agar para mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami materi perkuliahan tentang Ekonomi Politik Radikal
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Ekonomi
Politik Bapak AHMAD ZAENAL WAFIK yang senantiasa mendampingi dan membimbing
kami dalam penyusunanan makalah ini. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada kami,
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari akan kekurangan penyususnan makalah ini, untuk itu kami
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat menjadi referensi dalam
pembelajaran Ekonomi Politik di dalam kelas.
Penyusun
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................................ 6
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BEAKANG
Dilihat dari latar belakang sejarah, negara negara Amerika Latin tidak begitu berbeda
dengan negara Amerika Serikat, sebab keduanya merupakan koloni dari negara negara Eropa
Barat. Bedanya kalau Amerika Serikat lebih di dominasi oleh Inggris, Perancis, Italia,dan
Jerman sedangkan negara Amerika Latin lebih di dominasi oleh bangsa Spanyol dan Portugis.
Setelah Amerika Serikat memerdekan diri dari negara negarainduknya pada akhir abad ke 18,
negara negara Amerika Latin pada awal abad ke 19.
Yang menjadi pertanyaan mengapa negara Amerika Latin relatif terbelakang dibanding
Amerika Serikat.Persepsi awal tentang keterbelakangan yang dialami negara negara Amerika
Latin lebih disebabkan oleh faktor kelemahan diri, seperti kemalasan, kesedihan dan
keangkuhan. Selanjutnya kecenderungan dari yang semula menyalahkan diri sendiri berubah
dengan mencari penyebab dari faktor luar.Kebetulan mereka menemukan kambing
hitam,bahwa terbelakangnya negara negara Amerika Latin karena sudah sejak lama
dieksploitasi oleh negara negara industri maju terutama oleh Amerika Serikat.
Prebisch melihat ada hubungan yang tidak menguntungkan bagi negara negara
berkembang untuk bekerja sama dengan negara maju. Negara negar berkembang dipaksa
menghasilkan komoditas primer untuk diekspor,yang cenderung lebih menguntungkan negara
pengimpor. Hal ini terjadi karena pasar untuk komoditas komoditas primer sangat kompetitif,
dan harga lebih ditentukan pembeli. Semua yang diproduk negara berkembang mempunyai
nilai harga yang rendah. Kemudian diolah negara maju dan dibeli dengan harga tinggi sehingga
produsen negara maju memperoleh keuntungan monopoli.
Menurut teori ekonomi konvensional Klasik maupun Neoklasik, tiap negara harus
fokus menghasilkan barang barang yang biaya produksinya rendah jika dihasilkan di dalam
4
negeri dan mengekspor surplus produksi keluar negeri,dan sebaliknya. Sesuai prinsip
keunggulan absolut dan komparatif yang dikembangkan kaum klasik kedua negara yang
terlibat perdagangan bebas akan menguntungkan. Namun apa yang dialami oleh negara
Amerika Latin sungguh berbeda dengan teori tersebut akibatnya hubungan dagang
menimbulkan banyak persoalan, karena memposisikan negara berkembang pada
keterbelakangan dan ketergantungan
B. RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini, penulis mengajukan rumusan masalah terbatas sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan ekonomi politik radikal ?
2. Bagaimanakah pendekatan ekonomi politik strukturalisme?
3. Bagaimanakah pendekatan ekonomi politik Dependensia?
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas yaitu
:
1. Mengetahui yang dimaksud ekonomi politik Radikal?
2. Mengetahui pendekatan ekonomi politik strukturalisme?
3. Mengetahui pendekatan ekonomi politik Dependensia?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan yang Digunakan dalam Ekonomi Politik Sistem Radikal Ekonomi politik
sistem radikal sebenarnya sangat bervariasi, tetapi secara sederhana dibedakan menjadi 2
pendekatan yaitu pendekatan strukturalisme dan pendekatan dependesia.
6
C. Ekonomi Politik Pendekatan Strukturalisme
Perdagangan bebas sistem kapitalis yang telah melahirkan ketergantungan negara -negara
berkembang terhadap Negara-negara maju, mengakibatkan hubungan perdagangan
internasional yang sangat pincang antara negara-negara dunia ketiga dengan negara-negara
industri maju. Dari hal inilah muncul berbagai macam kritikan, kritikan pertama datang dari
kelompok yang disebut aliran strukturalis. Aliran ini muncul untuk merespon gagasan-gagasan
ECLAC mengenai sebab-sebab keterbelakangan di Amerika Latin dan rekomendasinya untuk
menghilangkan hambatan-hambatan struktural dalam negeri di negara-negara terbelakang di
Amerika Latin.
Menurut Swasono (2003), strukturalis adalah paham yang menolak ketimpangan-
ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadilan sosial ekonomi, sebagaimana dianut oleh
neoklasik yang dilandaskan pada prinsip kepentingan pribadi, mekanisme pasar bebas,
persaingan ketat, dan pengutamaan pertumbuhan pemerataan. Strukturalisme beroirentasi pada
strukturisasi dan restrukturisasi ekonomi disertai intervensi dan pengontrolan mekanisme pasar
sehingga tidak saja menghasilkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosiokultural
yang menjangkau makna partisipasi dan emansipasi kemartabatan.
Profesor Gunnar Myrdal berpendapat bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu
proses sebab-menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak
dan mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin terhambat. Secara umum
kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan internasional dan menyebabkan
ketimpangan regional di antara negara-negara terbelakang. Ketimpangan regional berkaitan
erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba. Motif laba inilah yang
mendorong berkembangnya pembangunan terpusat di wilayah-wilayah yang memiliki harapan
laba tinggi, sementara wilayah-wilayah lain tetap terlantar.
Ketimpangan Internasional disebabkan perdangangan bebas antara dua negara dimana
yang satu negara industri dan lainnya negara terbelakang akan memperkaya negara industri
dan mempermiskin negara terbelakang karena negara maju mempunyai basis industri
manufaktur yang kuat, dengan mengekspor produk industri mereka dengan harga murah ke
negara terbelakang maka mereka mematikan industri skala kecil dan kerajinan tangan negara
terbelakang. Hal ini cenderung mengubah negara terbelakang dengan menjadi produsen
barang-barang primer untuk ekspor.(Jhingan, 1988)
Kaum strukturalis pada umumnya menolak mekanisme pasar, karena mereka menilai
mekanisme pasar bebas tersebut secara inheren cenderung menimbulkan ketidakadilan sosial
7
ekonomi.. Selain menolak pasar bebas, kaum strukturalis juga menolak teori invisible hand
yang dikemukakan oleh kaum neoklasik karena apabila kompetisi untuk mencapai keinginan
masing-masing tidak dikontrol oleh pemerintah maka akan menjadi ketimpangan dan
perusakan pada perekonomian masyarakat.
Contoh analisis fenomena ekonomi politik dengan pendekatan ekonomi strukturalisme adalah
sebagai berikut:
Kemiskinan
Kemiskinan adalah fenomena ekonomi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor
ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Pendekatan ekonomi strukturalisme dapat digunakan
untuk memahami bagaimana faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan membentuk
kemiskinan.
8
Misalnya, kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, seperti ketimpangan
pendapatan dan kekayaan, rendahnya produktivitas, dan tidak tersedianya lapangan kerja.
Kemiskinan juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor politik, seperti korupsi dan ketidakadilan
hukum. Kemiskinan juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor sosial, seperti diskriminasi dan
ketimpangan gender. Kemiskinan juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor budaya, seperti
kurangnya pendidikan dan kesadaran akan pentingnya pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah fenomena ekonomi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
termasuk faktor ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Pendekatan ekonomi strukturalisme
dapat digunakan untuk memahami bagaimana faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan
membentuk pertumbuhan ekonomi.
9
sebaliknya sangat berhasil mengintroduksi semua ketimpangan ekonomi dan sosial yang
melekat dalam sistem kapitalis lebih dari itu kapitalisme juga telah mengubah orientasi
pertanian dari pola pemenuhan kebutuhan sendiri kearah pola produksi komoditas ekspor.
2. Andre Gunder Frank
Teori dependensia berusaha menjelaskan tentang ketergantungan. Dalam hubungan
ketergantungan ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang dominan dan yang bergantung (
dependent). Frank mengumpamakan hubungan antara Negara-negara industry barat dengan
negara-negara non industri dunia ketiga laksana rangkaian hubungan dominasi dan eksploitasi
antara metropolis dan satelit.
Kerugian yang menimpa negara-negara terbelakang dapat dilihat dari dua sudut. Pertama,
negara-negara terbelakang tidak memiliki kontrol atas pembangunan di negaranya sendiri.
Kedua, secara materi negara-negara terbelakang juga tidak menerima manfaat dari hubungan
ketergantungan dengan negara-negara metropolis.
3. Samir Amin
Dominasi perekonomian dunia dan rekayasa eksploitasi yang dilakukan oleh negara-
negara maju dipusat menjadikan negara-negara miskin semakin tergantung pada pusat (negara
maju). Samir Amin mengombinasikan sistem kapitalis dunia, artikulasi moda produksi, dan
internasionalisasi kapital dengan teori pertukaran yang tidak imbang menghasilkan sebuah
teori pembangunan dimana negara maju dan negara miskin saling beroposisi dalam sebuah
formasi sosial kapitalis dunia. Hubungan antara negara maju dengan negara miskin ini
meningkatkan pembangunan kapitalis di daerah inti dan memblokir pembangunan di daerah
pinggiran.
4. Theotonio Dos Santos
Dos Santos (1970) mendefinisikan ketergantungan sebagai suatu situasi dimana
perekonomian sekelompok negara dikondisikan oleh pembangunan dan ekspansi dari
kelompok negara lain. Titik berat proses ketergantungan tidak hanya merupakan faktor
eksternal semata melainkan juga dipengaruhi oleh faktor internal sehubungan dengan faktor-
faktor internal tersebut Dos Santos mengklasifikasikan tiga jenis ketergantungan yaitu:
· Ketergantungan kolonial, yang ditandai oleh bentuk perdagangan luar negeri era kolonial
yang bersifat monopoli dan diikuti monopoli sumber daya lainnya oleh pemerintah kolonial.
· Ketergantungan industrial-finansial, ditandai oleh dominasi modal besar di negara-negara
kolonial melalui investasi produksi bahan mentah primer untuk tujuan konsumsi di negara -
negara penjajah.
10
· Ketergantungan teknoogi industri, yang terjadi setelah perang dunia kedua sebagai dampak
operasi perusahaan-perusahaan multi nasional yang melakukan investasi di negara-negara
sedang berkembang.
Teori-teori ketergantungan pada dasarnya meyakini bahwa keputusan dalam alokasi
sumber daya tidaklah cukup atas pertimbangan efisiensi melainkan lebih dari itu berkaitan
dengan kepentingan publik. Teori dependesia cukup bagus dalam mengembangkan hubungan
sebab akibat yang menjelaskan keterbelakangan di negara-negara miskin dan ketergantungan
mereka pada negara-negara kaya. Yang ditawarkan oleh aliran dependensia adalah
memutuskan hubungan dengan negara-negara maju dan melakukan kerja sama dengan negara-
negara miskin. Namun dalam kenyataannya paradigma pendekatan dependensia tidak mampu
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, dan kian lama pendekatan dependensia ini semakin
pudar dan ditinggalkan.
Ekonomi politik depandensia berpendapat bahwa negara memiliki peran penting dalam
mencapai pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Negara perlu melakukan intervensi
dalam perekonomian untuk melindungi kepentingan masyarakat miskin dan rentan.
Dampak globalisasi
11
Ekonomi politik depandensia berpendapat bahwa globalisasi telah memperburuk
keterbelakangan negara-negara Dunia Ketiga. Negara-negara maju menggunakan globalisasi
untuk mengeksploitasi negara-negara Dunia Ketiga.
Berikut adalah beberapa contoh fenomena ekonomi politik yang dapat dianalisis menggunakan
pendekatan ekonomi depandensia:
Eksploitasi sumber daya alam oleh negara-negara maju dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi bagi negara-negara Dunia Ketiga.
Kebijakan ekonomi yang tidak ramah lingkungan, seperti kebijakan subsidi bahan bakar fosil,
dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan kerugian ekonomi bagi negara-negara
Dunia Ketiga.
12
diri dari keterbelakangan. Contohnya negara-negara di Asia Timur. Menurut negara-negara
yang sudah maju, persoalan yang dihadapi negara yang sedang berkembanng adalah soal
bagaimana negara-negara yang sedang berkembang ini bisa terintegrasi ke dalam pasar global.
Pemerintahan di negara berkembang saat ini mempunyai peranan lebih aktif dalam
melaksanakan pembangunan ekonomi dengan memendorong dan memajukan Industrialisasi.
Industrialisasi meliputi berbagai cara, yaitu strategi substitusi impor dan strategi promosi
ekspor.
Mulanya, strategi industrialisasi yang ditempuh oleh negara-negara berkembang sepeti
Amerika Latin adalah strategi substistusi impor. Substitusi impor adalah menciptakan suatu
produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Indusrialisasi menggunakan strategi
substitusi impor merupakan sumber utamapertumbuhan ekonomi di negara-negara
berkembang, karena kebutuhan untuk mengembangkan industri dalam negeri dilakukan
melalui pemberian subsidi kepada perusahaan-perusahaan domestik dan membatasi kuota
impor negara. Industri substitusi impor tidak mempertimbangkan masalah biaya yang
terpenting tujuan politis dapat tercapai baik yaitu untuk dapat berdiri diatas kaki sendiri
maupun untuk mencapai suatu kemerdekaan di bidang ekonomi. Untuk memajukan
perekonomian dan mendorong timbulnuya industri-industri yang pokok dalam negeri, negara-
negara berkembang terpakasa menjalankan suatu politik proteksi dan memberikan berbagai
macam fasilitas pada pengusaha-pengusaha swasta. Dengan demikian keuntungan yang
diperoleh oleh pengusaha swasta dapat meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi
lebih lanjut.
Dalam kenyataannya, pelaksanaan strategi substitusi impor yang memberikan proteksi
yang berlebihan membuat pengusaha selalu meminta pertolongan dan selalu memfasilitasi
sehingga perusahan-perusahan tersebut tidak bisa mandiri. Ini salah satu kelemahan dari
strategi substitusi impor. Kelemahan yang lai antara lain yaitu alokasi sumber daya yang tidak
efisiensi, daya saing jadi lemah, ekonomi berbiaya tinggi, serta penggunaan teknologi padat
modal dan skala besar menyebabkan tingginya angka pengangguran dan matinya perusahaan-
perusahaan skala kecil dan menengah.
Kemudian negara-negara berkembang beralih ke strategi promosi ekspor. Strategi
promosi ekspor lebih berorientasi ke pasar Internasional dalam usaha pengembangan industri
dalam negeri yaitu akan memperbanyak macam barang yang dapat diekspor.
Strategi ini berhasil diterapkan oleh negara-negara industri baru di Asia Timur.
Keberhasilan ini dikarenakan faktor pengembangan ekspor dilakukan dengan
mengoptimalkan keunggulan dalam tatanan ekonomi yang semakin kompetitif dan negara
13
memegang peranan dalam memutuskan dan mengimplementasikan kebijakan. Faktor lain yang
menjadi kunci keberhasilan negara-negara industri baru ialah negara-negara itu mengalami
kenaikan dalam biaya dan perbaikan kapasitas produksi, memproduksi barang ekspor yang
pembuatannya ringan beralih ke produksi yang lebih canggih.
Dengan menerapkan strategi promosi ekspor, negara yang pada mulanya negara agraris
dapat menjadi negara industri baru. Misalnya: negara-negara Asia Timur, Korea, Taiwan,
Singapore, Hong Kong, Malaysia, Thailand, Indonesia.
ISI menjadi sebuah kebijakan yang diterapkan Amerika Latin, pula sebagian besar Asia
dan Afrika. Namun beda halnya dengan negara-negara Asia Timur seperti Hong Kong, Korea
Selatan, Taiwan, dan lainnya yang lebih terfokus pada ekspor. Export-Oriented
Industrialization (EOI) merupakan suatu kebijakan negara untuk mengembangkan industri
supaya mampu mengekspor sebesar-besarnya. Pemerintah juga melakukan kebijakan seperti
pemberian subsidi dan insentif untuk meningkatkan ekspor domestik. Adanya strategi-strategi
ekonomi yang diterapkan negara-negara Amerika Latin, Asia, dan Afrika dalam rangka
melakukan pembangunan negaranya. ISI (Import-Substituting Industrialization) yang
bertujuan untuk mengganti barang-barang impor dengan produksi lokal dan menerapkan
restriksi-restriksi perdagangan dari luar menjadi salah satu cara negara Amerika Latin,
sebagian besar Asia, dan Afrika untuk berkompetisi dalam perdagangan namun tetap
melindungi ekonomi domestik. Begitu juga dengan kebijakan EOI (Export-Oriented
Industrialization) yang fokus pada maksimalisasi ekspor untuk meningkatkan ekonomi
domestik ini, menjadi strategi yang telah terbukti dapat meningkatkan pembangunan di Asia
Timur. Dekolonisasi juga merupakan strategi politik untuk memerdekakan diri dari belenggu
kolonialisme dan menata secara mandiri ekonomi-politik negaranya, seperti yang pernah
diterapkan India. Pembangunan memang sesuatu yang harus terjalin secara gradual dan
melibatkan sinergi kuat antara masyarakat dan pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang terfokus
pada industrialisasi memang menjadi hal yang patut dipertimbangkan oleh sebuah negara untuk
mengoptimalkan sumber daya yang ada (full employment). Dekolonisasi menjadi suatu hal
yang dianggap penting karena lepasnya keterikatan suatu negara dengan negara koloni, dapat
memimpin pada kemandirian dan usaha keras untuk membangun sendiri negaranya tanpa suatu
ketergantungan.
Yang menjadi kunci keberhasilan Jepang ialah peran pemerintah dalam ekonomi dan
MITI. Pemerintah jepang mempromosikan industri dan memfasilitasi Pengusaha supaya bisa
bersaing di pasar global. Ini sesuai dengan teori pembangunan negara, yaitu negara tidak harus
antipasar dan terjadi konvergensi kapitalisme pasar dan kapitalisme negara. Ekspor dipacu
14
melalui kebijakan pajak dan kredit yang menguntungkan. Monitoring ekspor juga dilakukan
untuk mencari peluang baru. Nilai tukar mata uang juga disesuaikan secara realistis
Dengan demikian, keterbelakangan di negara-negara miskin bukan karena hubungan
tak seimbang antara negara-negara maju dan berkembang miskin, melainkan disebabkan oleh
buruknya manajemen dinegara miskin itu sendiri. Misalnya campur tangan pemerintah yang
terlalu besar dalam bidang ekonomi, adanya KKN, kesalahan dalam mengalokasikan sumber
daya.
Pembangunan menurut Sumitro sebagai berikut :
1. Proses Pembangunan ekonomi harus merupakan proses pembebasan dari belenggu ekonomi
dunia.
2. Melekukan pembenahan di bidang ekonomi, yaitu memperbesar kekuatan rakyat Indonesia
dengan jalan memperluas daras ekonomi dan melaksanakan usaha-usaha produktif yang sesuai
dengan kebijakan keuangan dan ekonomi yang tepat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
15
2. Strukturalisme:
3. Teori Dependensi:
Ketergantungan ini dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menjaga
ketidaksetaraan global dan membatasi kemampuan negara-negara berkembang
untuk mengendalikan perekonomian mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
16