Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah ..................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Teori-Teori Klasik Pembangunan Ekonomi Empat Pendekatan ....................... 3
2.2 Pembangunan Sebagai Pertumbuhan dan Teori Tahapan Linear .................... 4
2.2.1 Tahapan Pertumbuhan Rostow ...................................................................... 5
2.2.2 Model pertumbuhan Harrod-Domar ............................................................. 5
2.2.3 Hambatan dan Kendala................................................................................... 9
2.2.4 Syarat Perlu Versus Syarat Cukup : ............................................................ 10
Beberapa kritik terhadap model tahapan pertumbuhan .................................... 10
2.3 Model Perubahan Struktural ............................................................................... 11
2.3.1 Teori Pembangunan Lewis ............................................................................ 11
2.3.2 Teori Pembangunan Chenery ....................................................................... 12
2.4 Revolusi Ketergantungan International ............................................................. 12
2.4.1 Model Ketergantungan Neokolonial ............................................................ 13
2.4.2 Model Paradigma Palsu................................................................................. 14
2.4.3 Teori Pembangunan Dualistis ....................................................................... 15
2.5 Kontrarevolusi Neoklasik : Fundamentalisme Pasar ........................................ 17
Menggugat Model Statis : Pendekatan Pasar Bebas, Pilihan Pasar, dan Ramah
Pasar ............................................................................................................................. 17
2.5.1 Pendekatan Pertumbuhan Neoklasik Tradisional ...................................... 18
2.6 Teori Pembangunan Klasik : Mempertemukan Berbagai Perbedaan ............. 20
BAB III............................................................................................................................. 21
PENUTUP........................................................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 21
3.2 Saran ..................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. dan atas
rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-NYA, sehinga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Teori Klasik Pertumbuhan Ekonomi dan
Pembangunan Ekonomi ”.

Harapan kami semoga makalah ini dapat mengembangkan wawasan para


pembaca yang berkenaan dengan mata kulian Pengantar Ekonomi Pembangunan.
Selain itu, diharapkan para pembaca dapat mendapatkan informasi lebih mengenai
materi yang terdapat di dalam makalah ini.

Isi makalah ini memang belum sepenuhnya sempurna. Namun kami


berharap semoga makalah yang kami buat ini bisa memberikan manfaat dan
informasi yang lebih bagi pembaca. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan struktur ekonomi dan
usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejaheraan penduduk atau
masyarakat. Kemiskinan, keterbatasan modal dan rendahnya kualitas sumber daya
manusia adalah beberapa contoh masalah pembangunan yang harus diatasi. Dengan
adanya pembangunan ekonomi diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan merangsang proses produksi barang maupun jasa dalam kegiatan
masyarakat (Arta, 2013).

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum


digunakan dalam menentukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi
digunakan sebagai ukuran atas perkembangan atau kemajuan perekonomian dari
suatu negara atau wilayah karena berkaitan erat dengan aktivitas kegiatan ekonomi
masayarakat khususnya dalam hal peningkatan produksi barang dan jasa.
Peningkatan tersebut kemudian diharapkan dapat memberikan trickle down effect
yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sudah
sewajarnya peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target
pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. Untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional digunakan Produk Domestik Bruto
(PDB) rill sedangkan untuk tingkat daerah digunkan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) rill.

Dalam pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan yang tinggi merupakan


sasaran utama bagi negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama
satu periode tertentu tidak lepas dari perkembangan masingmasing sektor dan
subsektor yang ikut membentuk nilai tambah perekonomian suatu daerah. Menurut
Sadono Sukirno (2010) dalam Novianto dan Atmanti (2013) teori pertumbuhan neo
klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (di daerah diukur dengan pertumbuhan
PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu : modal,
tenaga kerja dan teknologi.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja empat aliran teori klasik pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonimi
2. Bagaimana teori model pertumbuhan tahapan linier
3. Bagaimana teori dan pola perubahan struktural
4. Bagaimana teori revolusi ketergantungan internasional
5. Bagaiaman teori kontraevolusi neoklasik
6. Bagaimana teori pembangunan klasik

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui empat aliran teori klasi pertumbuhan ekonomi dan


perkembangan ekonomi
2. Untuk mengetahui teori model pertumbuhan tahapan linier
3. Untuk mengetahui teori dan pola perubahan struktural
4. Untuk mengetahui teori revolusi ketergantungan internasional
5. Untuk mengetahui teori kontraevolusi neoklasik
6. Untuk mengetahui teori pembangunan klasik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori-Teori Klasik Pembangunan Ekonomi Empat Pendekatan


Literatur klasik pasca-Perang Dunia II dalam pembangunan ekonomi telah
didominasi oleh empat aliran pemikiran utama yang saling bersaing :

1. Model tahapan pertumbuhan linear (linear stages of growth model).


2. Teori dan pola perubahan struktural (theories and patterns of structural
change).
3. Revolusi ketergantungan internasional (international dependence
revolution).
4. Kontrarevolusi pasar bebas neoklasik (neoclasical free market
counterrevolution).

Beberapa tahun belakangan ini, telah muncul pendekatan ekletik dengan


menggabungkan yang terbaik dari semua teori klasik.

Para pemikir dasawarsa 1950-an memandang proses pembangunan sebagai


serangkaian tahap pertumbuhan ekonomi yang berurutan yang harus dilalui semua
negara. Pada dasarnya ini adalah teori ekonomi pembangunan yang mensyaratkan
adanya kuantitas serta kombinasi tabungan, investasi, dan bantuan luar negeri yang
tepat agar negara-negara berkembangan dapat bergerak di sepanjang jalur
pertumbuhan sebagaimana sebelumnya negara-negara yang lebih maju. Dengan
demikian pembangunan menjadi sinonim dengan pertumbuhan ekonomi agregat
yang berlangsung cepat.

Pendekatan tahapan linear ini sebagian besar tergantikan oleh dua aliran
pemikiran yang saling bersaing pada tahun-1970an. Aliran pertama, yang berfokus
pada teori dan pola perubahan struktural, menggunakan teori ekonomi modern dan
analisis statistik dalam upaya menggambarkan proses internal perubahan struktural
yang harus di laksanakan negara berkembang “pada umumnya” agar berhasil
menciptakan dan mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang pesat. Aliran
kedua, revolusi ketergantungan internasional, lebih radikal dan politis. Aliran ini
memandang keterbelakangan dalam kaitannya dengan hubungan internasional dan

3
kekuasaan domestik, kekakuan lembaga dan truktur ekonomi, serta berkembang
pesatnya dualisme kehidupan ekonomi dan masyarakat baik dalam negeri maupun
di antara negara-negara di dunia.

Teori ketergantungan cenderung menekankan kendala lembaga dan politik,


baik internal maupun eksternal, terhadap pembangunan ekonomi. Penekanan ini di
letakkan pada perlunya kebijakan baru dan utama untuk memberantas kemiskinan,
menyediakan kesempatan kerja yang lebih beragam dan mengurangi ketimpangan
pendapatan. Semua tujuan ini dan tujuan egaliter lainnya diupayakan untuk dicapai
dalam konteks perekonomian yang makin tumbuh dan berkembang. Tetapi
pertumbuhan ekonomi sendiri tidak terlalu diagungkan yang justru menurut model
tahapan linear dan perubahan struktural merupakan hal yang utama.

Nyaris di sepanjang dasawarsa 1980-an dan 1990-an yang paling


mempengaruhi adalah pendekatan keempat. Pemikiran kontrarevolusi neoklasik
dalam ekonomi ini menekankan peran yang menguntungkan dan pasar bebas,
perekonomian terbuka, dan privatisasi badan usaha milik negara yang tidak efisien.
Menurut teori in, kegagalan membangun bukan karena adanya kekuatan eksternal
dan internal yang eksploitatif, sebagaimana yang diyakini oleh para pemikir teori
ketergantungan. Melainkan, kegagalan itu terutama karena terlalu banyak campur
tangan dan regulasi pemerintah dalam perekonomian

2.2 Pembangunan Sebagai Pertumbuhan dan Teori Tahapan Linear


Ketika perhatian terhadap negara-negara miskin di dunia mulai benar-benar
tampak berwujud -setelah berkhirnya perang dunia II, para ekonom di negara-
negara maju benar-benar terkejut. Mereka tidak memiliki model konseptual yang
berlangsung tersedia untuk menganalisis proses pertumbuhan ekonomi di
kebanyakan masyaratkat agraris yang tidak memiliki struktur perekonomian
modern. Namun mereka memiliki pengalaman dari Marshall Plan yang waktu itu
baru dilaksanakan, dimana bantuan keuangan dan teknis dari amerika serikat dalam
jumlah yang besar memungkinkan negara-negara eropa yang porak-poranda karena
perang untuk kembali membangun dan memodernisasi perekonomian mereka
dalam hitungan tahun.

4
Selain itu, bukankah semua negara industri modern sebelumnya juga adalah
kumpulan masyarakat agraris yang terbelakang? Tentunya pengalaman sejarah
mereka dalam mengubah perekonomian mereka dari masyarakat subsistem
pertanian miskin menjadi raksasa industri modern dapat menjadi pelajaran penting
bagi negara-negara “terbelakang” di asia, afrika dan amerika latin.

Logika dan kesederhanaan dari dua aliran pemikiran ini kegunaan bantuan
modal besar-besaran dan pengalaman sejarah negara-negara yang sekarang maju
terlalu menarik untuk disangkal oleh para ilmuwan, cara hidup di negara
berkembang tidak lebih dari sekedar statistik PBB atau uaraian dari bab-bab yang
bertebaran dalam buku-buku antropologi. Karena penekanannya pada arti penting
akselerasi akumulasi modal, pendekatan ini sering diacu sebagai “fundamentalisme
modal”.

2.2.1 Tahapan Pertumbuhan Rostow


Pendukung paling berpengaruh dari model pembangunan tahapan
pertumbuhan adalah Walt W. Rostow, sejarawan ekonomi kebangsaan amerika.
Menurut Rostow, transisi dari keterbelakangan ke perekonomian maju dapat
diuraikan dalam serangkaian langkah atau tahapan yang harus dilalui oleh semua
negara. Seperti yang di kemukakan Rostow dalam bab pembuka bukunya The
stages of economic growth.

Salah satu strategi utama pembangunan yang diperlukan untuk dapat lepas landas
adalah mobilisasi tabungan dalam dan luar negri untuk menghasilkan investasi yang
cukup guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Mekanisme ekonomi di mana
investasi yang lebih banyak akan menghasilkan pertumbuhan lebih besar dapat di
uraikan dengan menggunakan model pertumbuhan Harrod-Domar.

2.2.2 Model pertumbuhan Harrod-Domar


Setiap perekonomian harus menabung bagian tertentu dari pendapatannya, untuk
sekedar mengganti barang-barang modal yang habis atau rusak. Akan tetapi, untuk
bisa tumbuh diperlukan adanya inestasi yang merupakan tambahan neto ke dalam
persediaan modal. Jika kita mengasumsikan adanya hubungan ekonomi langsung
antara jumlah total persediaan modal, K, dan total GDP, Y- misalnya, jika $3 dari
modal selamanya yang di perlukan untuk menghasilkan tambahan GDP tahunan

5
sebesar $1- berarti setiap tambahan neto pada persediaan modal dalam bentuk
investasi baru akan menghasilkan kenaikan dalam arus output nasional GDP. Rasio
modal output : rasio yang menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk
menghasilkan jumlah produk dalam periode waktu tertentu. Rasio tabungan output
: tabungan yang dinyatakan dalam bagian pendapatan yang dimasukkan dalam
periode waktu tertentu.

Kita dapat membuat model sederhana pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

1. Tabungan neto (S) adalah bagian tertentu, s, dari pendapatan nasional (y)
sehingga kita mendapatkan persamaan sederhana.

S = sY 2.1

2. Investasi neto (I) ditetapkan sebagai perubahan yang terjadi dalam


persediaan modal, K dan dapat diwakili dengan ∆K sehingga :

I = ∆K
2.2

atau output nasional, Y seperti yang di ekspresikan dengan rasio modal


output nasional Y, seperti yang di ekspresikan dengan rasio modal output
C3 maka:

𝐾
=𝐶
𝑌

Atau

∆𝐾
=𝐶
∆𝑌

Atau akhirnya

∆K = C∆Y 2.3

6
3. Akhirnya karena tabungan nasional neto, S harus sama dengan investasi
neto, I kita dapat menulis persamaan ini dengan :

S=I 2.4

Tetapi dari persamaan 2.1 kita dapat mengetahui bahwa S = sY dan dari
persamaan 2.2 dan 2.3 kita dapat mengetahui bahwa :

I = ∆K = C∆Y

Dengan demikian, kita dapat menulis “identitas” tabungan sama dengan


investasi dalam persamaan 2.4 sebagai berikut:

S = SY = C∆Y= ∆K = 1
2.5

Atau untuk menyederhanakannya menjadi

SY = c∆Y 2.6

Dengan membagi kedua sisi persamaan 2.6 pertama dengan Y dan


kemudian dengan C, akan di peroleh:

∆𝑌 𝑠
= 2.7
𝑌 𝑐

Perhatikan bahwa bagian kiri oersamaan 2.7, ∆Y/Y, merepresentasikan


tingkat perubahan atau itngkat pertumbuhan GDP.

Persamaan 2.7 merupakan versi sederhana dari pesanan terkenal dalam teori
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar yang secara sederhana menyatakan bahwa
tingkat pertumbuhan GDP (∆K/Y) ditentukan oleh rasio tabungan nasional neto S
dan rasio modal output nasional, C secara bersama.

Secara lebih spesifik, teori ini menyatakan bahwa dengan tidak adanya
campur tangan pemerintah mereka tingkat pertumbuhan pendapatan nasional secara
langsung atau positif akan berkaitan dengan rasio tabungan (yaitu semakin besar
bagian GDP perekonomian yang dapat ditabung dan diinvestasikan, semakin besar
pula pertumbuhan GDP) dan berbanding terbalik atau negatif berkaitan dengan
rasio modal output perekonomian (yakni semkin tinggi C, semakin rendah pula

7
pertumbuhan GDP), persamaan 2.7 juga sering di ungkapkan dalam tabungan bruto,
sC, sehingga pertumbuhan dinyatakan dengan persamaan berikut ;

∆𝑌 𝑠𝐶
= = ᵟ
𝑌 𝑐

Di mana ᵟ adalah tingkat penyusutan modal.

Logika ekonomi yang terkandung dalam persamaan 2.7 sangat sederhana


agar dapat tumbuh, setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan
bagian tertentu dari GDP. Semkain banyak yang ditabung dan investasikan maka
laju pertumbuhan ekonomi juga akan semakin cepat.

Akan tetapi laju pertumbuhan aktualnya untuk setiap tingkat tabungan dan
investasi seberapa banyak tambahan output yang dapat diperoleh dari penambahan
jumlah investasi dapat di ukur dengan kebalikan rasio modal output , c , karena
kebalikannya , 1/c adalah rasio output-modal atau rasio output-investasi. Ini berarti
bahwa dengan melipatgandakan tingkat investasi baru, s – I/Y dengan tingkat
produktivitasnya 1/c akan diperoleh tingkat pertumbuhan yang akan mempertinggi
pendapatan nasional atau GDP.

Selain investasi, dua komponen lain pertumbuhan ekonomi adalah tenaga


kerja dan kemajuan teknologi. Arti penting dan keberfungsian dari ketiga
komponen ini akan dibahas secara rinci dalam lmpiran 2.1. Dalam kaitannya
dengan model Harrod-Domar, pertumbuhan tenaga kerja tidak diuraikan secara
eksplisit. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja di asumsikan sangat besar
dinegara berkembang dan dapat di pekerjakan sebanyak yang di perlukan,
sebanding dengan modal yang di investasikan.

Dalam kaitanyya dengan model Harrod-Domar, secara umum dapat di


kemukakan bahwa kemajuan teknologi dapat diungkapkan sebagai penurunan rasio
modal-output yang di perlukan sehingga memungkinkan pertumbuhan lebih besar
untuk tingkat investasi tertentu, sebagaimana dinyatakan dalam persamaan 2.7. Hal
ini akan terlihat jelas jika kita menyadari bahwa rasio ini dalam jangka panjang
tidaklah tetap tetapi dapat berubah sewaktu-waktu, sebagai reaksi terhadap
keberfungsian pasar keuangan dan lingkungan kebijakan. Akan tetapi, lagi-lagi
fokusnya adalah peran investasi modal.

8
2.2.3 Hambatan dan Kendala
Jika kita kembali ke teori tahapan-tahapan pertumbuhan dan menerapkan
persamaan 2.7 dalam versi sederhana kita tentang model pertumbuhan Harrod-
domar, kita mengetahui bahwa salah satu strategi pertumbuhan ekonomi yang
paling mendasar adalah meningkatkan bagian pendapatan nasional yang ditabung
(yang tidak di konsumsi).

Apabila kita dapat menaikkan S dalam persamaan 3.7 kita dapat


meningkatkan ∆Y/Y , yaitu tingkat pertumbuhan GDP. Sebagai contoh, dengan
mengasumsikan bahwa rasio modal-output nasional dinegara kurang berkembang
tertentu adalah 3 misalnya dan rasio tabungan neto agregat adalah 6% dari GDP,
maka berdasarkan persamaan 2.7 negara ini dapat mengalami pertumbuhan pada
tingkat 2% pertahun karena

∆Y 𝑠 6%
=𝑐 = = 2%
𝑌 3

Sekarang, jika tingkat tabungan neto nasional dapat ditingkatkan dari 6%


menjadi, katakanlah 15% melalui gabungan upaya peningkatan pajak, bantuan luar
negeri, dan penurunan tingkat konsumsi umum maka pertumbuhan GDP dapat di
tingkatkan dari 2% menjadi 5% ,karena sekarang

∆Y 𝑠 15%
= = = 5%
𝑦 𝑐 3

Bahkan, Rostow dan sejumlah pihak lain mendefindikan tahap lepas landas
persis seperti ini. Negara-negara yang mampu menabung 15% dan 20% dari GDP
dapat mengalami pertumbuhan (“berkembang”) lebih cepat dibandingkan dengan
negara-negara yang menabung lebih sedikit. Selanjutnya pertumbuhan ini akan
berlangsung secara otomatis atau dengan sendirinya. Oleh sebab itu, mekanisme
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi hanyalah soal peningkatan tabungan dan
investasi nasional.

Hambatan utama atau kendala dalam upaya pembangunan menurut teori ini
adalah relatif rendahnya tingkat pembentukan modal di kebanyakan negara miskin.
Namun, jika suatu negara benar-benar ingin mengalami pertumbuhan pada tingkat,
katakanlah, 7% per tahun dan seandainya negara ini tidak dapat menghimpun
tabungan dan investasi pada tingkat 21% dari pendapatan nasional (dengan asumsi

9
bahwa C rasio akhir modal output agregat, adalah 3) dan hanya menabung sebanyak
15% negara ini dapat memenuhi kekurangan “kesenjangan tabungan” sebesar 6%
ini melalui bantuan luar negeri atau investasi swasta asing.

Dengan demikian, “kendala modal” dalam pendekatan tahapan


pertumbuhan dan pembangunan menjadi alasan dan (dalam kaitannya dengan
politik perang dingin) sarana oportunitis untuk membenarkan transfer bantuan
modal dan teknologi secara besar-besaran dari negara-negara maju ke negara-
negara dunia ketiga. Kemugkinannya adalah model Marshall Plan lagi, tetapi kali
ini bagi negara-negara berkembang.

2.2.4 Syarat Perlu Versus Syarat Cukup :


Beberapa kritik terhadap model tahapan pertumbuhan
Mekanisme pembangunan yang terkandung dalam teori tahapan
pertumbuhan tidak selamanya dapat di terapkan. Alasan utamanya bukan karena
kondisi lebih banyaknya tabungan dan investasi bukan merupakan syarat perlu
(necessary condition) untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, tetapi
karena tabungan dan investasi yang lebih banyak bukan meru pakan syarat cukup
(sufficient condition). Marshall Plan berhasil bagi eropa kerena negara-negara eropa
yang menerima batuan itu memiliki kondisi truktural, lembaga dan sikap yang di
perlukan (misalnya, komoditas dan pasar uang yang terintegrasi dengan baik,
sarana transportasi yang sangat maju, tenaga kerja yang terlatih dan terdidik dengan
baik, adanya motivasi berhasil, serta adanya birokrasi pemerintahan yang efisien)
untuk mendayagunakan modal baru yang mereka peroleh secara efektif sehingga
menghasilkan tingkat output (keluaran) yang tinggi.

Model Rostow secara implisit mengansumsikan adanya sikap dan tatanan


yang sama dinegara-negara terbelakang seperti yang terdapat di negara-negara
eropa penerima bantuan Marshall Plan. Akan tetapi dalam banyak kasus, negara-
negara terbelakang kurang memiliki faktor-faktor komplementer seperti
kompetensi manajerial, tenaga kerja terampil, serta kemampuan merencanakan dan
melaksanakan beragam proyek pembangunan.

10
Selain itu, model tahapan pertumbuhan fokus pada strategi lain untuk
meningkatkan pertumbuhan yang tampak jelas dari persamaan 2.7 yaitu dengan
memperkecil rasio modal-output, C, yang berarti meningkatkan efisiensi agar
investasi menghasilkan output ekstra.

2.3 Model Perubahan Struktural


Teori perubahan Struktural (structural change theory) berfokus pada
mekainsme yang di terapkan pada negara-negara terbelakang untuk mengubah
struktur perekonomian domestik mereka, dari yang tadinya dangat menekankan
pertanian subsisten tradisional menjadi perekonomian yang lebih modern, lerbih
berorientasi perkotaan, serta industri manufaktur dan jasa yang lebih beragam.
Teori ini menggunakan pendekatan teori neoklasik tentang harga dan alokasi
sumber daya serta metode ekonometri modern untuk menjelaskan cara
berlangsungnya proses transformasi.

2.3.1 Teori Pembangunan Lewis


Model Dasar salah satu model teoritis awal tetang pembangunan yang
sangat terkenal dan berfokus pada transformasi struktural (structural
transformation) perekonomian subsistem primer adalah model yang dirumuskan
W.Athur Lewis di pertengahan dasawarsa 1950-an yang kemudian dimodifikasi,
diformalkan, dan di perluas oleh John Fei dan Gustav Ranis.

Model dua-sektor lewis (lewis two sector model) menjadi teori umum yang
menjelaskan proses pembangunan dinegara-negara berkembang yang memiliki
surplus tenaga kerja selama hampir keseluruhan dasawarsa 1960-an dan awal 1970-
an dan adakalanya masih di terapkan, khususnya untuk mempelajari pengalaman
pertumbuhan di Cina akhir-akhir ini dan pasar tenaga kerja di negara-negara
berkembang lainnya.

Berdasarkan model lewis, perekonomian terbelakang terdiri atas dua sektor:


sektor subsisten pedesaan yang tradisional dan kelebihan penduduk, yang dicirikan
produktivitas marginal tenaga kerja yang sama dengan nol (zero marginal labor
productivity) situasi yang di golongkan lewis sebagai surplus tenaga kerja (labor
surplus) karena tenaga kerjanya dapat diambil dari sektor pertanian tradisional
tanpa mengakibatkan kerugian output apapun dan sektor industri modern perkotaan

11
yang sangat produktif sebagai sektor yang menampung transfer tenaga kerja dari
sektor subsisten secara berangsur-angsur.

Fokus utama model ini terletak baik pada proses transfer tenaga kerja
maupun pertumbuhan output dan lapangan kerja di sektor modern . (sektor modern
dapat mencakup pertanian modern, tetapi kita akan menyebutnya sebagai
“industri”). Transfer tenaga kerja maupun pertumbuhan lapangan kerja timbul
karena perluasan (ekspansi) output yang dihasilkan dari sektor modern ini. Laju
perluasan yang terjadi akan ditentukan oleh tingkat investasi industri dan akumulasi
modal disektor modern.

Investasi ini dimungkinkan karena jumlah keuntungan atau laba sektor


modern melebihi jumlah upah , dengan asumsi bahwa pemilik modal (kapitalis)
menginvestasikan kembali semua keuntungan mereka. Akhirnya, lewis
mengasumsikan bahwa tingkat upah dalam sektor industri modern tidak berubah
(konstan), yang ditentukan sebagai jumlah bayaran tertentu di atas rata-rata tingkat
upah subsisten yang tetap disektor pertanian tradisional. Kerja pedesaan ke sektor
modern di pandang elastis sempurna.

2.3.2 Teori Pembangunan Chenery


Model Perubahan Struktural yang terkenal ternyata di dasarkan atas karya
empiris pakar ekonomi Harvard bernama Hollis B. Chenery dkk, yang mengkaji
pola pembangunan banyak negara berkembang selama periode pasca perang.
(pendekatan ini juga dibangun berdasarkan hasil penelitian pemenang Nobel Simon
Kuznets pada pertumbuhan perekonomian modern negara-negara maju.) Studi
empiris yang mereka lakukan yang bersifat lintas bagian, diantara sejumlah negara
Terhadap negara-negara yang ada pada tingkat pendapatan yang bebeda
menghasilkan beberapa karakteristik proses pembangunan.

2.4 Revolusi Ketergantungan International


Selama dasawarsa 1970-an, model ketergantungan internasional mendapat
banyak dukungan, khususnya di kalangan intelektual negara berkembang, sebagai
akibat dari meningkatnya ketidakpuasan terhadap model tahapan pertumbuhan dan
model perubahan struktural; Sekalipun teori ini makin kehilangan kemasyhuran
selama dasawarsa 1980-an dan 1990-an, sejumlah versinya muncul kembali di abad

12
kedua puluh satu ketika beberapa pandangan pendekatan ini diadopsi, sekalipun
dalam bentuk yang dimodifikasi, oleh sejumlah pemikir dan pemimpin gerakan
antiglobalisasi. Pada dasamya, model ketergantungan internasional memandang
negara-negara berkembang sebagai korban kekakuan lembaga, politik, dan
ekonomi baik domestik maupun mtemasional serta .terjebak dalam perangkap
ketergantungan (dependence) dan dominasi (dominance) negara-negara kaya.
Dalam pendekatan umum ini terdapat tiga aliran pemikiran utama, yaitu model
ketergantungan neokolonial (neocolonial dependence model), model paradigma
palsu (false-paradigm model), dan tesis pembangunan dualistis (dualistic-
development thesis).

2.4.1 Model Ketergantungan Neokolonial


Pemikiran pertama yang penting, model ketergantungan neokolonial
(neocolonial dependence model), adalah pendekatan yang muncul dari pemikiran
Marxis. Model ini menghubungkan eksistensi dan langgengnya keterbelakangan
(underdevelopment) terutama pada evolusi sejarah sistem kapitalis internasional
yang sangat tidak setara dalam hubungan antara negara kaya dan negara miskin.
Terlepas dari apakah negara-negara kaya secara sengaja mengeksploitasi atau
secara tidak sengaja mengabaikan negara-negara miskin, koeksistensi negaranegara
kaya dan negara-negara miskin dalam suatu sistem internasional yang didominasi
oleh hubungan kekuatan yang sangat timpang antara pusat (centernegara-negara
maju) dan pinggiran (periphery-negara-negara berkembang) membuat upaya yang
dilakukan negara-negara miskin untuk berswasembada dan mandiri sulit, dan
adakalanya tidak mungkin dicapai. Kelompok-kelompok tertentu di negara-negara
berkembang (mencakup tuan tanah, wirausahawan, penguasa militer, pedagang,
pejabat pemerintah, dan pemimpin serikat pekerja) yang menikmati penghasilan,
status sosial, dan kekuasaan politik yang besar merupakan segelintir elite penguasa.

Kepentingan utama golongan elite ini, disadari atau tidak, melanggengkan


sistem kapitalis internasional yang tidak adil, di mana imbalan diberikan kepada
mereka atas persetujuan (conformity) mereka terhadap sistem tersebut. Secara
langsung maupun tidak langsung, mereka melayani (dan didominasi oleh) serta
diberikan imbalan (dan bergantung kepada) kelompok-kelompok kepentingan
khusus intemasional yang berpengaruh. Kelompok ini mencakup perusahaan

13
multinasional, badan-badan nasional bantuan luar negeri, dan berbagai organisasi
bantuan multilateral seperti Bank Dunia atau International Monetary Fund-IMF,
yang kesetiaan atau pendanaannya terkait dengan negara-negara kapitalis kaya.
Kegiatan dan pandangan para elite di negara berkembang sering menghambat setiap
Upaya reformasi murni yang menguntungkan masyarakat luas dan dalam beberapa
kasus bahkan justru memperburuk standar hidup dan melestarikan keterbelakangan.
Intinya, pandangan neo-Marxis yang anti neokolonialisme mengaitkan sebagian
besar kemiskinan yang berkelanjutan di negara-negara berkembang dengan
keberadaan dan kebijakan kelompok negara kapitalis.

2.4.2 Model Paradigma Palsu


Pendekatan kedua dan kurang radikal dari teori ketergantungan
internasional dalam pembangunan adalah model paradigma palsu (false-paradigm
model). Model ini mengaitkan keterbelakangan dengan kesalahan dan
ketidaktepatan saran yang diberikan para "pakar” penasihat internasional yang
mungkin bermaksud baik tetapi kurang memiliki informasi yang jelas, bias, dan
etnosentris dari badan-badan bantuan negara-negara maju dan lembaga donor. Para
pakar ini dikatakan menawarkan model-model pembangunan yang rumit, tetapi
akhirnya menyesatkan dan sering menghasilkan kebijakan-kebijakan yang tidak
tepat.

Karena adanya sejumlah faktor kelembagaan seperti peran penting dan


sangat menonjol dari struktur sosial tradisional (suku, kasta, kelas, dan sebagainya);
tingginya ketimpangan kepemilikan lahan dan berbagai hak milik lainnya; tidak
memadainya kendali elite lokal atas berbagai aset finansial domestik dan
internasional; serta sangat tidak adilnya akses perolehan kredit, maka berbagai
kebijakan yang ditetapkan itu, yang sering didasarkan atas model-model neoklasik
arus utama (atau mungkin model surplus-tenaga kerja Lewis atau model perubahan
struktural Chenery), dalam banyak kasus hanya melayani kepentingan pribadi
kelompok-kelompok yang berkuasa, baik domestik maupun internasional.

14
Selain itu, model paradigma palsu berargumentasi bahwa para cendekiawan
universitas terkemuka, aktivis serikat pekerja, ekonom di lembaga pemerintah, dan
pegawai negeri memperoleh pendidikan dari lembaga-lembaga pendidikan di
negara maju, sehingga tanpa disadari mendapat asupan tak sehat berupa berbagai
model teoretis yang mengandung konsep asing dan terkesan elegan tetapi tidak
dapat diterapkan. Karena hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak mempunyai
pengetahuan bermanfaat yang memungkinkan mereka benarbenar memahami
masalah-masalah nyata pembangunan secara efektif, mereka cenderung menjadi
pemaaf yang tidak peduli atau setengah hati bagi sistem kebijakan golongan elite
dan struktur kelembagaan yang ada. Sebagai contoh, dalam mata kuliah ilmu
ekonomi di berbagai universitas, hal ini tampak sebagai upaya melanggengkan
pengajaran berbagai konsep dan model Barat yang "tidak relevan,” sedangkan
pembahasan kebijakan pemerintah terlalu banyak menekankan perlunya upaya
mengukur rasio modal-output, meningkatkan , rasio tabungan dan investasi,
privatisasi dan deregulasi perekonomian, atau memaksimalkan tingkat
pertumbuhan GDP. Akibatnya, para pendukung model ini mengemukakan bahwa
reformasi kelembagaan dan struktural yang diinginkan acap kali terabaikan atau
hanya mendapat perhatian sekadarnya.

2.4.3 Teori Pembangunan Dualistis


Pemikiran yang terkandung secara implisit dalam teori-teori perubahan
struktural dan secara eksplisit dalam teori-teori ketergantungan internasional adalah
gagasan tentang dunia yang terdiri atas masyarakat mendua (dual societies), negara-
negara kaya dan negara-negara miskin, segelintir orang kaya di tengahtengah
gelimang kemiskinan.

Dualisme (dualism) adalah konsep yang dibahas secara luas dalam ilmu
ekonomi pembangunan. Konsep ini menunjilkkan adanya perbedaan cukup besar
dan makin besar di antara negara-negara kaya dan miskin, serta di antara orang-
orang kaya dan miskin pada berbagai tingkatan dalam suatu negara.

15
Secara khusus, meskipun penelitian masih berlanjut, konsep tradisional
dualime mencakup empat argumentasi utama berikut ini:

1. Beberapa kumpulan kondisi yang berbeda, unsur-unsur yang sebagian


bersifat ”superior” dan selebihnya ”inferior,” ada secara berdampingan di
tempat atau ruang tertentu. Beberapa contoh dari unsur dualisme ini
mencakup gagasan Lewis tentang koeksistensi metode produksi modern dan
tradisional baik di sektor perkotaan dan di pedesaan, koeksistensi para elite
yang kaya dan sangat terdidik di tengah-tengan kerumunan orang miskin
yang buta aksara, serta hubungan ketergantungan dari koeksistensi negara-
negara industri yang kuat dan adanya dengan negaranegara pertanian lemah
dan miskin dalam perekonomian internasional. Koeksistensi bersifat kronis
atau menetap alih-alih transisional.
2. Koeksistensi ini bukan karena suatu gejala temporer (temporary
phenomenon) yang pada waktunya dapat meniadakan kesenjangan antara
unsur superior dan unsur inferior. Dengan kata lain, koeksistensi
internasional antara kaya dan miskin bukan sekadar gejala sejarah yang
pada waktunya akan membaik Meskipun teori tahapan pertumbuhan dan
model perubahan struktural secara implisit berasumsi akan adanya
perbaikan tingkat kesenjangan itu, para pendukung tesis pembangunan
dualistis melihat fakta yang menunjukkan makin besarnya ketimpangan
internasional tampaknya membantah asumsi tersebut.
3. Kadar superioritas dan inferioritas bukan hanya menunjukkan tiadanya
tanda-tanda penurunan, tetapi justru menunjukkan kecenderungan
peningkatan Sebagai contoh, kesenjangan produktivitas antara para pekerja
di negara maju dan para pekerja di kebanyakan negara berkembang tampak
semakin lama semakin lebar.
4. Hubungan saling terkait antara unsur superior dan unsur inferior sedemikian
timpangnya sehingga keberadaan unsur-unsur superiOr tidak banyak
bermanfaat untuk meningkatkan kedudukan unsur-unsuf inferior, apalagi
”mengucurkan" (trickle down) manfaat ke bawahBahkan, keterkaitan itu
justru menekan unsur-unsur inferior sehingga "menyuburkan
keterbelakangannya".

16
2.5 Kontrarevolusi Neoklasik : Fundamentalisme Pasar
Menggugat Model Statis : Pendekatan Pasar Bebas, Pilihan Pasar, dan
Ramah Pasar
Naik panggungnya kekuatan politik pemerintahan konservatif di Amerika
Serikat, Kanada, Inggris, dan Jerman Barat selama dasawarsa 1980-an
menghadirkan pendekatan kontrarevolusi neoklasik (neoclassical
counterrevolution) dalam teori dan kebijakan pembangunan ekonomi. Di negara-
negara maju, pendekatan ini berpihak pada kebijakan makroekonomi dari sisi
penawaran (supply-side macroeconomy policy), teori pengharapan rasional
(rational expectation theory), dan privatisasi perusahaan negara/ publik.

Di negara-negara berkembang, teori kontrarevolusi mendesak adanya pasar


yang lebih bebas serta peniadaan campur tangan pemerintah dalam kegiatan
perekonomian melalui perusahaan negara, perencanaan statis, dan regulasi
pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Para pendukung teori neoklasik sangat
berpengaruh dalam dewan-dewan dari dua lembaga keuangan paling berpengaruh
di dunia, yaitu Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF).

Teori kontrarevolusi neoklasik dapat dikelompokkan ke dalam tiga


komponen pendekatan: pendekatan pasar bebas (free market approach), pilihan
publik (public choice) atau "ekonomi politik baru,” dan pendekatan ”ramah pasar"
(market-friendly approach). Analisis pasar bebas (free-market analysis)
mengemukakan bahwa pasar sebenarnya efisien-pasar produk memberikan isyarat
terbaik untuk melakukan investasi dalam kegiatan industri baru; pasar tenaga kerja
bereaksi terhadap industri baru ini dengan cara yang sesuai; produsen tahu persis
apa yang akan diproduksi dan bagaimana memproduksinya secara efisien; serta
harga produk dan faktor mencerminkan nilai kelangkaan barang dan sumber daya
secara akurat untuk saat ini dan di masa depan. Persaingan berlangsung efektif, jika
tidak dapat disebut. sempurna; teknologi tersedia bebas dan nyaris sangat murah
untuk diserap; informasi juga banyak tersedia dan hampir-hampir tidak
memerlukan biaya untuk memperolehnya.

Teori pilihan publik (public choice theory), yang juga dikenal sebagai
ben-ekatan ekonomi politik baru (new political economy approach), beranjak lebih
jauh dengan mengemukakan bahwa pemerintah (hampir) tidak dapat melakukan

17
apapun dengan benar. Hal ini karena teori pilihan publik berasumsi bahwa para
politikus, birokrat, warga negara, dan negara hanya bertindak dem kepentingan diri
sendiri dengan menggunakan kekuasaan yang dimiliki dan wewenang pemerintah
bagi tujuan mereka sendiri.

Warga negara memanfaatkan pengaruh politik untuk memperoleh


keuntungan sendiri (yang disebut ren; atau "rente") dari kebijakan pemerintah
(misalnya, izin impor atau jatah pertukaran valuta asing) yang membatasi akses
untuk sumber daya penting. Para politikus menggunakan sumber daya pemerintah
untuk mengonsolidasikan dan mempertahankan posisi kekuasaan dan wewenang.

Pendekatan ramah pasar (market-friendly approach) adalah varian dari


pendekatan kontrarevolusi neoklasik, yang terutama berkaitan dengan tulisan-
tulisan Bank Dunia dan para ekonomnya selama dasawarsa 1990-an yang
sebelumnya dalam dasawarsa 1980-an kebanyakan lebih condong ke kubu pasar
bebas dan pilihan publik. Pendekatan ini mengakui bahwa terdapat banyak
kelemahan dalam pasar produk dan faktor negara berkembang dan pemerintah
sesungguhnya memainkan peran penting dalam memfasilitasi operasi pasar melalui
intervensi ”nonselektif” (nonselective) atau ramah terhadap pasar (market
friendly)- contohnya dengan berinvestasi dalam infrastruktur fisik dan sosial,
fasilitas perawatan kesehatan, dan lembaga pendidikan, serta dengan menyediakan
iklim yang kondusif bagi perusahaan swasta.

2.5.1 Pendekatan Pertumbuhan Neoklasik Tradisional


Model pertumbuhan neoklasik Solow (Solow neoclassical growth
model) terutama mewakili kontribusi penting yang memengaruhi teori
pertumbuhan neoklasik, sehingga penggagasnya, Robert Solow, kemudian
mendapat Hadiah Nobel dalam ilmu ekonomi. Model ini berbeda dari rumusan
Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yaitu tenaga kerja, dan
memperkenalkan variabel bebas (independen) ketiga, yaitu teknologi, ke dalam
persamaan pertumbuhan ekonomi. Tidak seperti halnya koefisien tetap dalam
asumsi skala hasil yang konstan/tetap (constant-returns-to-scale) model Harrod-
Domar.

18
Model pertumbuhan neoklasik Solow menunjukkan adanya hasil yang
semakin menurun dari tenaga kerja dan modal secara terpisah serta hasil konstan
dari kedua faktor itu bersama-sama. Kemajuan teknologi menjadi faktor residu
yang menjelaskan pertumbuhan jangka panjang, dan tingkat pertumbuhan menurut
asumsi Solow dan para pemikir pertumbuhan neoklasik lainnya, ditentukan secara
eksogen (dari luar) yang artinya bebas dari pengaruh faktor-faktor lainnya dalam
model itu.

Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional, pertumbuhan output


diperoleh dari satu atau lebih dari tiga faktor: peningkatan kuantitas dan kualitas
tenaga kerja (melalui pertumbuhan penduduk dan pendidikan), peningkatan modal
(melalui tabungan dan investasi), dan kemajuan teknologi.

Perekonomian tertutup (closed economics) (perekonomian yang tidak


memiliki kegiatan dengan pihak luar) dengan tingkat tabungan yang lebih rendah
(semua hal lain sama) akan tumbuh lebih lamban dalam jangka pendek
dibandingkan dengan perekonomian yang tingkat tabungannya tinggi dan
cenderung akan berkonvergensi dalam perekonomian yang tingkat pendapatan per
kapitanya lebih rendah.

Sebaliknya, perekonomian terbuka (open economics) (perekonomian


yang mengadakan perdagangan dan investasi dengan pihak asing) akan mengalami
konvergensi pendapatan di tingkat lebih tinggi, karena arus modal dari negara-
negara kaya mengalir ke negaranegara miskin yang rasio modal-tenaga kerjanya
lebih rendah sehingga akan menghasilkan pengembalian/hasil atas investasinya
(returns on investment) yang lebih tinggi. Ini berarti, dengan menghambat arus
investasi asing maka kebanyakan pemerintah negara berkembang yang bersikap
keras, menurut teori pertumbuhan neoklasik, akan menghambat pertumbuhan
ekonomi negara berkembang bersangkutan. Selain itu, keterbukaan dipandang akan
mendorong akses lebih besar pada gagasan produksi luar negeri yang dapat
mempertinggi tingkat kemajuan teknologi.

19
2.6 Teori Pembangunan Klasik : Mempertemukan Berbagai Perbedaan
Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Fakta adanya berbagai kontroversi yang sifatnya idelogis, teoritis atau pun empiris
menjukkan bahwa studi tentang pembangunan ekonomi merupakan telaah yang
menantang dan juga menyenangkan. Bahkan jika dibandingkan dengan ilmu bidang
ekonomi lainnya, ilmu ekonomi pembangunan tidak memiliki doktrin atau
paradigma yang universal diterima. Sebaliknya, kita melihat adanya pola gagasan
dan pemahaman yang terus bermunculan, yang secara keseluruhan menyediakan
dasar untuk mengkaji berbagai kemungkinan pembangunan kontempotere di
berbagai negara di Afrika, Asia dan America lain.

Sebagai kesimpulan, masing-masing pendekatan untuk memahami


pembangunan memiliki pandangan atau gagasan yang baik. Kontribusi semua
pendekatan itu akan lebih jelas nantinya pada saat kita mengkaji secara rinci asal-
usul beragamnya masalah yang terjadi di negara-negara berkembang dan solusi
untuk memecahkan masalah-masalah itu. Maslah-masalah tersebut meliputi
kemiskinan, pertumbuhan penduduk, pengangguran, pembangunan pedesaan,
perdagangan internasiona, dan lingkungan hidup.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Empat aliran pemikiran utama yang saling bersaing : 1) Model tahapan


pertumbuhan linear (linear stages of growth model). 2) Teori dan pola
perubahan struktural (theories and patterns of structural change). 3) Revolusi
ketergantungan internasional (international dependence revolution). 4)
Kontrarevolusi pasar bebas neoklasik (neoclasical free market
counterrevolution).
2. Model pembangunan tahapan pertumbuhan dicetuskan oleh dua aliran yaitu
Walt W. Rastow yang emnurutnya sebuah negara bergerak melalui tahapan
berurutan dalam upaya mencapai kemajuan. Sedangkan menurut Harrod Domar
yaitu tingkat pertumbuhan PDB bergantung langsung pada tingkat tabungan
nasional bruto dan berbanding terbalik dengan rasio modal output nasional.
3. Model Perubahan Struktural yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa
keterbelakangan terjadi karena kurang didayagunakan sumber daya yang
berasal dari faktor-faktor struktural dan lembaga yang timbul dari dualisme
domestik dan internasional.
4. Sekalipun revolusi ketergantungan internasional dalam teori pembangunan
menarik minat banyak ilmuan negara Barat dan negara berkembang, muncul
reaksi tehadap pendekatan ini dalam bentuk pendekatan kontrarevolusi pasar
bebas neoklasik. Perbedaan yang sangat berbeda inilah yang akhirnya akan
mendominasi teori-teori Barat tentang pembangunan ekonomi.
5. Kontrarevolusi neoklasik kemunculan kembali pendekatan pasar bebas
neoklasik terhadap masalah dan kebijakan pembangunan sebagai lawan dari
pendekatan revolusi ketergantungan nasional dan menyatakan bahwa
keterbelakangan merupakan akibat dari pengalokasian sumber daya yang buruk
karena kebijakan penetapan harga yang tidak tepat.
6. Pembangunan yang berhasil akan memerlukan keterampilan dan kecermatan
dalam penyeimbangan penetapan harga pasar dan promosi agar pasar dapat
beroperasi secara efisien, sejalan dengan intervensi pemerintah .

21
3.2 Saran

Penerapan atas teori dari materi di atas baiknya memperhatikan terlebih


dahulu kondisi perekonomian di negara yang sedang berkembang yang akan
menerapkan teori tersebut, sebelum memilih penerapan yang mana yang sesuai
karena setiap teori yang sudah dijelaskan hadie berdasarkan kondisi yang berbeda-
beda dengan paradigma yang berbeda pula. Jadi negara tidak keliru dalam
menerapkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/43338/4/BAB%20I.pdf (www.eprints.ums.ac.id)

http://penakuasaberkarya.blogspot.com/2013/10/teori-pertumbuhan-dan-
pembangunan.html (www. penakuasaberkarya.blogspot.com)

P. Todaro Michael, dkk. 2011. Pembangunan Ekonomi. Edisi kesebelas. Jilid 1.


Erlangga. Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai