Anda di halaman 1dari 31

MODEL MODEL PERTUMBUHAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan


Dosen Pengampu: Dr. Eko Wahyudi Nugrahadi, M.Si

Disusun Oleh : KELOMPOK 3

ANNE MIRANDA MALAU (7172141008)


DEDI LANOVA HUTABARAT (7172141010)
PUTRI C TAMPUBOLON (7173341038)
RESNITA SINAGA (7172141017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
Makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Makalah ini
di waktu yang akan datang.

Medan, April 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Model Harrod-Domar.....................................................................................................3
B. Model Distribusi Menurut Kaldor ................................................................................11
C. Model Akumulasi Modal Joan Robinson .....................................................................13
D. Model Pertumbuhan Ekonomi Neo-klasik Meade........................................................23

BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................12
Kesimpulan........................................................................................................................12

ii
BAB  I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dari jaman dahulu sampai sekarang, perekonomian terus dan terus mengalami perubahan
dan perkembangan. Diharapkan perkembangan itu menjadi lebih baik, namun dalam
realitanya perkembangan ekonomi tidak bisa berjalan semulus yang diharapkan. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi pengembangan perekonomian, hal tersebutlah yang kadang
menjadi kendala dalam menciptakan perekonomian yang lebih bagus. Selain karena
perekonomian sifatnya sangat mengglobal dan perekonomian satu daerah kedaerah lain
maupun dari satu negara ke negara lain saling mempengaruhi maka tidak hanya satu atau dua
negara saja yang memikirkan bagaimana cara mengembangkan perekonomian menuju arah
yang lebih baik, bahkan seluruh dunia memikirkannya. Berbicara masalah ekonomi, dari
periode satu ke periode berikutnya perkembangan ekonomian senantiasa menjadi pokok
pembicaraan yang menarik.
Oleh karena itu munculah berbagai tokoh-tokoh ekonomi yang mengemukakan berbagai
pendapat, dari generasi ke generasi munculah tokoh-tokoh ekonomi baru yang membawa
pemikiran yang berbeda dengan tokoh-tokoh ekonomi generasi sebelumnya. Pemikiran
tersebut biasanya merupakan penyempurnaan pemikiran tokoh sebelumnya atau pembenahan
apabila ada pemikiran tokoh yang setelah diuji ada suatu kesalahan. Walaupun berbagai
pemikiran bermunculan, namun pada dasarnya pemikiran-pemikiran tersebut merngharapkan
adanya pengembangan perekonomian menuju yang lebih baik. Dan dari berbagai macam
pemikiran dan teori-teori dari para tokoh inilah kita bisa mengambil suatu tindakan ekonomi
yang tepat guna meningkatkan perekonomian. Sebelum kita bisa mengambil tindakan itu,
timbul pertanyaan baru yaitu bagaimana awal dari teori-teori pengembangan ekonomi itu
dan bagaimanakah proses perkembangan teori-teori itu?.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Model Harrod dan Domar?
2. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh tersebut?
3. Apa yang dimaksud dengan Model Distribusi Menurut Kaldor?
4. Apa yang dimaksud dengan Model Akumulasi Modal Joan Robinson?
5. Apa yang dimaksud dengan Model Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik Meade?
6. Apa sajakah beberapa konsep dasar pertumbuhan dan pembangunan ekonomi ?

1
C. TUJUAN
Tujuan kami menulis makalah dan mengangkat Tema mengenai “Teori-Teori
Pembangunan Ekonomi” ini adalah guna memenuhi  tugas mata kuliah Ekonomi
Pembangunan.

D. MANFAAT

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan kami dan pembaca
tentang bagaimana pembahasan Teori-teori Pembangunan Ekonomi dari berbagai tokoh
ekonomi, aliran-aliran apa saja yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, serta apa saja
kelemahan dan faktor yang mempengaruhi pengembangan ekonomi.

2
BAB  II
PEMBAHASAN

A. MODEL HARROD-DOMAR

Teori pertumbuhan Harrod-domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi sesudah
Keynes, yaitu Evsey Domar dan R.F.Harrod. Domar mengemukakan teorinya tersebut untuk
pertama kalinya tahun 1947 dalam  American Ekonomic Review, sedangkan Harrod telah
mengemukakannya pada tahun 1939 dalam Economic Journal, maka pada hakekatnya teori
tersebut sebenarnya dikembangkan oleh kedua-dua ahli ekonomi itu secara bersaingan, terapi
karena inti dari teori tersebut sangat bersamaan, maka dewasa ini ia dikenal sebagai teori
Harrod-Domar.

Teori Harrod-Domar ini merupakan perluasan dari Analisa Keynes mengenai kegiatan
ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja. Analisa Keynes dianggap kurang
lengkap karena tidak menyinggung persoalan mengatasi masalah-masalah ekonomi di dalam
jangka panjang. Analisa yang dibuat Harrod dan Domar bertujuan untuk menutupi kelemahan
ini. Teori tersebut pada khakekatnya menganalisa mengenai persoalan berikut: “Syarat-syarat
apakah atau  keadaan yang  bagaimanakah yang tercipta dalam perekonomian untuk
menjamin agar dari masa ke masa kesanggupan memproduksi yang selalu bertambah sebagai
akibat dari penanaman modal akan selalu sepenuhnya digunakan? Dengan perkataan lain
teori Harrod-Domar pada hakekatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan
agar pertumbuhan yang mantap atau steady growth yang didefinisikan sebagai Pertumbuhan
yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya alat-alat modal akan selalu berlaku
dalam perekonomian.

Harrod dan Domar tetap mempertahankan pendapat dari ahli-ahli ekonomi yang
terdahulu yang menekankan tentang peranan pembentukan modal dalam menciptakan
pertumbuhan ekonomi. Tetapi berbeda dengan pandangan kaum Klasik dan Keynes, yang
memberikan perhatian pada satu aspek saja dari pembentukan modal, teori Harrod-Domar
menekankan kedua aspek dari  pembentukan modal, menurut pendapat kaum Klasik
pembentukan modal merupakan suatu pengeluaran yang akan menambah kesanggupan
sesuatu masyarakat untuk menambah produksi.

Bagi kaum Klasik pembentukan modal adalah pengeluaran yang akan mempertinggi
jumlah alat-alat modal dalam masyarakat. Kalau kesanggupan tersebut bertambah, maka

3
dengan sendirinya produksi dan pendapatan nasional akan bertambah tinggi dan
pembangunan ekonomi akan tercipta. Keadaan ini akan terjadi karena, seperti telah dijelaskan
dalam sebelumnya, kaum klasik berpendapat bahwa “Supply creates its own demand” berarti
bertambahnya alat-alat modal yang terdapat dalam masyarakat akan dengan sendirinya
menciptakan pertambahan produksi nasional dan pembangunan ekonomi. Karena adanya
keyakinan tersebut kaum klasik tidak memberikan perhatian, kepada fungsi kedua dari
pembentukan modal dalam perekonomian yaitu untuk mempertinggi tingkat pengeluaran
masyarakat.

Keadaan yang sebaliknya terdapat dalam analisa Keynes yaitu ia mengabaikan sama
sekali peranan pembentukan modal sebagai pengeluaran yang akan mempertinggi
kesanggupan sektor produksi untuk menghasilkan barang-barang yang diperlukan
masyarakat. Dalam Analisa Keynes perhatian lebih ditekankan  kepada masalah kekurangan
pengeluaran masyarakat, karena ia menganggap tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh
tingkat pengeluaran seluruh masyarakat dan bukan kepada kesanggupan alat-alat modal untuk
memproduksikan barang-barang. Oleh sebab itu dalam menganalisa mengenai penanaman
modal, kegiatan tersebut terutama dipandang sebagai tindakan untuk memperbesar
pengeluaran masyarakat.

Teori Harrod-Domar, memperhatikan kedua-dua fungsi dari pembentukan modal


tersebut dalam kegiatan ekonomi. Dalam teori Harrod-Domar pembentukan modal dipandang
sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan sesuatu perekonomian untuk
menghasilkan barang-barang, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan
efektif seluruh masyarakat. Teori tersebut menunjukkan suatu kenyataan yang diabaikan
dalam analisa Keynes, yaitu apabila suatu masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan
modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut mempunyai kesanggupan yang
lebih besar untuk menghasilkan barang-barang. Dan disamping itu sesuai dengan pendapat
Keynes, teori Harrod-Domar menganggap pula bahwa pertambahan dalam kesanggupan
memproduksi ini tidak secara sendirinya akan menciptakan pertambahan produksi dan
kenaikan pendapatan nasional.

Harrod dan Domar sependapat dengan Keynes bahwa pertambahan produksi dan
pendapatan nasional bukan ditentukan oleh pertambahan dalam kapasitas memproduksi
masyarakat, tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Dengan demikian walaupun
kapasitas memproduksi bertambah, pendapatan nasional baru akan bertambah dan

4
pertumbuhan ekonomi tercipta apabila pengeluaran masyarakat mengalami kenaikan kalau
dibandingkan dengan pada masa sebelumnya bertitik tolak dari pandangan ini, analisa
Harrod-Domar bertujuan untuk menunjukkan syarat yang diperlukan supaya dalam jangka
panjang kemampuan memproduksi yang bertambah dari masa-kemasa (yang diakibatkan oleh
pembentukan modal pada masa sebelumnya) akan selalu sepenuhnya digunakan.

Teori Harrod-Domar menggunakan beberapa pemisalan berikut:

1. Pada taraf permulaan perekonomian telah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh dan
alat-alat modal yang tersedia dalam masyarakat sepenuhnya digunakan.
2. Perekonomian tersebut terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak terdapat.
3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsionil dengan besarnya pendapatan
nasional, dan keadaan ini berarti bahwa fungsi tabungan dimulai dari titk 0.
4. Kecondongan menabung batas besarnya tetap dan begitu juga perbandingan di antara
modal dengan jumlah produksi yang lebih lazim disebut “rasio modal produksi
(capital output ratio) dan perbandingan di antara pertambahan modal dengan jumlah
pertambahan produksi yang lazim disebut sebagai rasio pertumbuhan modal produksi
(incremental capital output ratio) besarnya tidak berubah.

Setelah mengemukakan berbagai pemisalan diatas, maka tibalah masanya untuk


membahasa inti dari pada teori tersebut. Penanaman modal yang dilakukan masyarakat dalam
suatu waktu tertentu diigunakan untuk dua tujuan, untuk mengganti alat-alat modal yang
tidak dapat digunakan lagi dan untuk memperbesar jumlah alat-alat modal yang tersedia
dalam masyarakat. Oleh sebab itu dalam memperbandingkan jumlah pertambahan produksi
dengan penanaman modal yang dilakukan, akan diperoleh dua macam nilai. Nilai yang
pertama adalah perbandingan di antara seluruh tambahan produksi yang diciptakan dalam
satu tahun tertentu yang diciptakan oleh seluruh penanaman modal, dengan jumlah modal
yang ditanamkan tersebut.

Maka apabila dalam satu tahun tertentu penanaman modal bernilai Rp. 1 milyar akan
menghasilkan produksi sebesar Rp. 300 juta setiap tahun, maka perbandingan di antara
jumlah produksi bertambah dan jumlah modal  yang ditanam adalah sebesar: Rp.300 juta/Rp.
1 milyar = 0,3. Tetapi apabila dimisalkan pada waktu sebelumnya alat-alat modal yang baru
sepenuhnya digunakan, maka perekonomian tersebut tidak akan dapat mencapai pertambahan

5
produksi sebesar Rp. 300 juta, karena sebagian alat-alat modal yang lama tidak akan
menghasilkan barang-barang lagi.

Misalkan, sebagai akibat dari penyusutan alat-alat modal yang lama, alat-alat modal yang
tersisa (alat-alat modal lama yang belum disusutkan) hanya sanggup menghasilkan sebanyak
Rp. 50 Juta lebih rendah dari pada kalau dianggap tidak terdapat penyusutan. Maka dengan
adanya penanaman modal besar Rp. 1 milyar, yang sanggup menghasilkan produksi Rp. 300
juta, perekonomian tersebut maksimal hanya dapat menaikkan produksi sebanyak Rp. 250
Juta.

Dengan demikian nilai kedua dari perbandingan diantara jumlah pertambahan produksi
dengan penanaman modal yang dilakukan, yang dapat disebutkan sebagai α, adalah Rp.250
juta/1 milyar = 0,25. Nilai α, yang disebutkan sebagai rasio produksi modal, dan merupakan
kebalikan dari rasio modal produksi (capital output ratio), adalah nilai yang lebih
dipentingkan dalam analisa Harrod-Domar. Nilai tersebut menunjukkan pertambahan efektif
kapasitas memproduksi sesuatu negara  yang ditimbulkan oleh penanaman modal baru yang
dilakukan dalam suatu tahun tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pertambahan
kapasitas alat-alat modal yang efektif (yaitu setelah dikurangi  oleh penyusutan).

Asumsi:

1. Ada ekuilibrium awal pendapatran dalam keadaan pekerjaan penuh.

2. Tidak ada campur tangan pemerintah.

3. Model ini bekerja pada perekonomiaan tertutup tanpa perdagangan luar negeri.

4. Tidak ada kesulitan di dalam penyesuaian anatar investasi dan penciptaan kapasitas
produktif.

5. Kecenderungan menabung rata-rata sama dengan kecenderungan menabung marginal.

6. Kecenderungan menabung marginal tetap konstan.

7. Koefisien modal, yaitu rasio stok modal terhadap pendapatan, diasumsikan tetap (fixed).

8. Tidaak ada penyusustan barang modal yang diasumsikan memiliki daya pakai seumur
hidup.

9. Tabungan dan invetasi berkaitan dengan pendapatan tahun yang sama.

10. Tingkat harga umum konstan, yaitu upah uang sama dengan pendapatan nyata.
6
11. Tidak ada perubahan tingkat suku bunga.

12. Ada proporsi yang tetap anatara modal dan buruh dalam proses produksi.

13. Modal tetap dan modal lancara disatukan menjadi modal.

Model Domar:

1. Domar menganggap investasi memegang peranan kunci di dalam proses pertumbuhan


dan memberikan tekanan pada ciri gandany dan menjalin hubungan antara penawaran.

2. Model domar hanya di dasarkan pada satu laju pertumbuhan.

3. Domar mempergunakan kebalikan dari rasio modal-output marginal.

4. Domar menggunakan multiplikator (pengali).

5. Domar menunjukkan hubungan teknologis antara akumulasi modal dan pertumbuhan


kapasitas penuh dalam outout berikutnya.

Model Harrod

1. Harrod menganggap tingkat pendapatan sebagai faktor paling penting di dalam proses
pertumbuhan tersebut.

2. Harrod menggunakan tiga laju pertumbuhan yang berbeda-beda ; laju actual (G), laju
terjamin (Gw) dan laju natural (Gn).

3. Harrod mempergunakan rasio modal-output marginal.

4. Harrord menggunakan akselerator (pemacu) yang dalam hal ini tidak dibicarakan oleh
domar.

5. Harrod memperlihatkan hubungan perilaku antara kenaikan permintaan dengan output


saat ini di satu pihak dan dengan akumulasi modal di pihak lain.

Titik Perbedaan Teori Harrod dan Domar:

Namun demikian ada beberapa perbedaan penting di dalam kedua model tersebut di atas.

1. Domar menganggap investasi memegang peranan kunci di dalam proses pertumbuhan


dan memberikan tekanan pada ciri gandanya. Tetapi Harrod menganggap tingkat
pendapatan sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan tersebut.

7
Sementara Domar menjalin hubungan antara penawaran dan permintaan investasi,
Harrod, di pihak lain, menyamakan permintaan dan penawaran tabungan.
2. Model Domar hanya didasarkan pada satu laju pertumbuhan, r = ασ. Tetapi Harrod
menggunakan tiga laju pertumbuhan yang berbeda-beda: laju aktual (G), laju terjamin
(Gw) dan laju natural (Gn).
3. Domar mempergunakan kebalikan dari rasio modal-output marginal, sedang Harrod
mempergunakan rasio modal-output marginal. Dalam hal ini σ dalam Domar = 1/Cr
dalam Harrod.

Keterbatasan Teori Model Harrod-Domar

Sebagian kesimpulan yang dapat ditarik tergantung pada asumsi-asumsi pokok yang
dibuat Harrod dan Domar, yang menyebabkan model-model ini menjadi tidak realistik

1. Kecenderungan menabung dan rasio modal-output adalah tidak konstan.

Kecenderungan untuk menabung (α atau s) dan rasio modal-output (σ) diasumsikan


konstan didalam kenyataan, keduanya mungkin berubah dalam jangka panjang, dan berarti
memodifikasi persyaratan-persyaratan pertumbuhan mantap. Laju pertumbuhan mantap
bahkan dapat dipertahankan tampa asumsi ini. Sebagaimana ditulis Domar sendiri, “asumsi
ini tidak begitu perlu dan secara keseluruhan persoalan dengan mudah dikerjakan kembali
dengan variabel α dan σ”.

2. Buruh dan modal tidak dapat dipergunakan dalam proporsi tetap.

Asumsi bahwa buruh dan modal dipergunakan dalam proporsi yang tetap tidaklah dapat
dipertahankan. Pada umumnya buruh dapat menggantikan modal dan perekonomian dapat
bergerak lebih mulus kearah lintasan pertumbuhan mantap. Dalam kenyataan, tidak seperti
model Harrod, lintasan ini tidak begitu tak stabil sehingga perekonomian harus mengalami
inflasi kronis atau pengannguran kronis jika G tidak terhimpit oleh Gw.

3. Harga tidak akan konstan.

Kedua model tersebut juga luput mempertimbangkan perubahan-perubahan dalam


tingkat harga pada umumnya. Perubahan harga selalu terjadi tiap waktu dan sebaliknya dapat
menstabilkan situasi yang tidak stabil. Menurut Meier dan Baldwin, “jika dimungkinkan ada
perubahan harga dan proporsi variabel dalam produksi, maka sistem tersebut mungkin akan
lebih stabil daripada yang diduga model harrod sendiri.

8
4. Tingkat suku bunga berubah.

Asumsi bahwa tidak ada perubahan dalam tingkat suku bunga tidaklah relevan dengan
analisis yang bersangkutan. Tingkat suku bunga dapat berubah dan mempengaruhi investasi.
Penurunan tingkat sukubunga pada periode over-produksi dapat membuat proses-proses
padat-model lebih menguntungkan dengan jalan meningkatkan permintaan modal dan dengan
itu menurunkan kelebihan penawaran barang.

5. Program pemerintah tak dapat diabaikan.

Model-model Harrod dan Domar mengabaikan pengaruh program pemerintah pada


program pemerintah pada pertumbuhan perekonomian. Jika misalnya pemerintah
menjalankan suatu program pembangunan, analissi Harrod-Domar itu tidak memberi kita
hubungan kausal atau fungsional.

6. Perilaku wiraswasta tidak dapat diabaikan.

Model ini juga mengabaikan perilaku wiraswasta yang sebenarnya menentukan laju
pertumbuhan terjamin tersebut dalam perekonomian. Ini membuat konsep laju pertumbuhan
terjamin tidak realitis.

7. Kegagalan membedakan barang modal dengan barang konsumen.

Model Harrod-Domar dikritik karena kegagalannya menarik perbedaan antara barang


modal dan barang konsumsi.

8. Menurut profesor Rose

Sumber utama ketidak stabilan dalam sistem harrod terletak pada akibat akses
permintaan dan penawaran dalam keputusan produksi dan tidak pada akibat langkanya modal
atau berlebihnya keputusan investasi. Disamping keterbatasan ini, model pertumbuhan
Harrod-Domar menurut prof. Kurihara “merupakan model yang sama sekali liberal yang
didasarkan pada asumsi netralitas fiskal dan dirancang untuk menunjukkan kondisi
ekuilibrium progresif bagi suatu negara maju. “model ini penting karena merupakan suatu
upaya kuat yang mendinamiskan mensekulerkan teori tabungan dan investasi jangka pendek
statis yang diperkenalkan oleh keynes”.

9
Munculnya Teori Harrod-Domar

Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh R.F Harrod dan Evsey Domar.
Kedua ekonom ini mengemukakan teorinya secara terpisah. Harrod menjelaskan tentang teori
pertumbuhannya pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Sedangkan Domar menyatakan
teorinya pada tahun 1947 dalam jurnal Amerika Economic review. Walaupun dikembangkan
secara terpisah, namun kedua teori ini memiliki inti yang sama, sehingga kedua teori ini
dikenal sebagai teori pertumbuhan Harrod-Domar.

Negara-Negara yang Menggunakan Teori Harrod-Domar

Negara-negara yang menerapkan Teori Harrod Domar ini: negara-negara


persemakmuran/bekas jajahan Inggris, negara-negara tersebut dimodali dan diawasi oleh
negara Inggris. Pada kenyataannya, model Harrod-Domar kurang begitu cocok untuk kondisi
negara-negara berkembang, dimana karakteristik negara berkembang ditandai dengan
tingginya jumlah angkatan kerja dan banyaknya investasi-investasi dilakukan langsung oleh
rumah tangga.

Teori Harrod-Domar merupakan salah satu teori yang terus dipakai dan terus
dikembangkan. Hal ini bisa dijumpai pada negara maju dan berkembang, masyarakat di
negara maju merupakan masyarakat yang memiliki investasi yang tinggi yang diwujudkan
dalam saham, danareksa, indeks, dan bentuk investasi yang lain. Contoh paling dekat dapat
dilihat bagaimana masyarakat Singapura memiliki tingkat investasi yang tinggi dibanding
negara-negara di Asia Tenggara.Asumsi yang mendasari teori ini bahwa masalah
pembangunan pada dasarnya adalah masalah investasi modal. Jika investasi model sudah
berkembang baik, maka pembangunan ekonomi negara tersebut juga akan berkembang baik.
Maka, salah satu implikasi dalam pembangunan di Indonesia, pemerintah mendorong
penanaman investasi dan hal membuat investasi tumbuh subur di Indonesia. Pemerintah
Indonesia berpijak dari teori Harrod-Domar, sampai membuat suatu lembaga yaitu
Penanaman Modal Nasional, karena langkah ini dianggap sebagai langkah strategis untuk
pertumbuhan dan pembanguan ekonomi Indonesia.

Walaupun demikian, terjadi suatu ironi yang terjadi di Indonesia, ketika penanaman
modal dilakukan secara masal oleh negara asing dan membeli asset startegis yang dimiliki
oleh bangsa. Alih-alih menjaring investasi agar besar, yang terjadi adalah penggerogotan
asset negara. Maka dari itu, salah satu kritik terhadap teori ini bahwa teori sangat
mengedepankan pertumbuhan ekonomi.Salah satu aspek yang tidak dibahas adalah aspek

10
manusia, karena menurut Harrod-Domar yang penting adalah menyediakan modal, masalah
manusia setiap negara sudah memilikinya. Implikasinya, pengembangan kualitas manusia
tidak menjadi perhatian Harrod-Domar.

B. MODEL DISTRIBUSI MENURUT KALDOR

Walaupun masih merujuk pada pendekatan asumsi-asumsi mazhab ekonomi Klasik


sehingga dikelompokkan dalam kelompok Neo-klasik, analisis Nicholas Kaldor sebenarnya
mencakup pada analisis yang lebih luas.Ia pun tidak membantah aplikasi model-model
makro ekonomi dan ekonometrik yang rumit. Namun, Kaldor menyarankan untuk melakukan
seleksi dan penyaringan fenomena ekonomi yang paling relevan untuk dianalisis.

Menurut pandangan Kaldor tentang pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, perlu
dibedakan antara pertumbuhan ekonomi industri manufaktur dan industri primer.Hal ini
mengingat bahwa karakteristik keduanya berbeda. Pada industri manufaktur, proses produksi
telah berlangsung pada kondisi tingkat output yang semakin lebih tinggi dari tingkat
pertambahan input yang digunakan (increasing returns to scale) sehingga lebih efisien. Oleh
karena itu, perekonomian negara-negara industri telah terjadi kenaikan hasil (increasing
returns) baik pada level makro (keseluruhan masyarakat) maupun mikro (level pengusaha).

Pada kondisi perekonomian manufaktur, increasing returns dan kemajuan teknologi saling
mengait (sebagai fungsi dan' sistem produksi) yang diterapkan berdasarkan hasil penelitian
ilmiah. Oleh karena itu, semakin li40 Ekonomi Pembangunan Perikanan A jauh proses
pcnelitian berjalan, teknologi yang diaplikasikan biasanya akan semakin efisien dan tingkat
produksi akan semakin tinggi. Ini berarti bahwa increasing returns bukan hanya merupakan
fungsi dari skala produksi, melainkan juga merupakan fungsi dari produksi, yang dihasilkan
sejalan dengan waktu.

Demikian pula tentang akumulasi modal.Pertumbuhan industri dalam jangka panjang


ditandai dengan meningkatnya produktivitas tenaga kerja.Akan tetapi, pertumbuhan industri
tersebut memerlukan dukungan investasi yang terus-menerus sehingga semakin besar
nilainya, modal per tenaga kerja (capital-labor ratio) mengalami peningkatan. Sementara itu,
hubungan antara kapital dengan output yang dihasilkan (capital-output ratio) tidak begitu
menonjol. Oleh karena itu, Kaldor menyatakan bahwa investasi sebenamya bukan sebab bagi
pertumbuhan produksi, tetapi pertumbuhanlah yang mendorong investasi.

11
Pada industri komoditi primer (pertanian, kehutanan, perikanan, dan tambang),
berlangsung dccrcasing returns atau tingkat pengembalian per unit faktor produksi menurun
secara relatif terhadap biaya. Menurut Kaldor, decreasing returns dapat dicegah/ dihambat
dengan aplikasi teknologi. Namun, terdapat satu kesulitan untuk menerapkan solusi yang
ditawarkan oleh Kaldor, yaitu bahwa dalam industri primer teknologi bersifat eksogen.

Berdasarkan asumsi tentang adanya ekonomi tertutup (closed economy) dalam jangka
panjang maka pertumbuhan industri sektor primer menjadi kendala bagi pertumbuhan
industri sektor manufaktur. Alasannya adalah, dalam jangka panjang, permintaan dari sektor
industri primer akan menjadi faktor penentu bagi penumbuhan sektor industri manufaktur.
Keadaan ini kemudian akan mendorong sektor industri manufaktur untuk mencari alternatif
permintaan pada daerah lain sehingga memungkinkan adanya transaksi perekonomian
terbuka (terjadinya transaksi perdagangan dengan wilayah luar negeri) Industrialisasi,
dianggap menjadi faktor pendorong ke arah perekonomian tertutup menjadi terbuka.

Menurut Djojohadikusumo (1994), kelebihan dari gagasan Kaldor dibanding


pendahulunya adalah dalam hal pengikutscrtaan unsur spasial serta introduksi konsep
cumulative causation, yaitu hal-hal atau sebab-sebab yang mendorong peningkatan kumulatif.
Hal ini dipandang sebagai kemajuan karena dapat menjelaskan pertumbuhan perekonomian
kawasan atau region. Suatu kawasan yang mengalami increasing returns to scale akan
mempunyai produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi, dan membutuhkan biaya tenaga
kerja per output produksi yang lebih rendah. Dengan begitu, kawasan tersebut akan
mempunyai tingkat daya saing yang lebih tinggi dan terus berkembang. F enomena
sebaliknya terjadi pada daerah industri yang menunjukkan decreasing returns to scale. Untuk
meredakan kesenjangan, daerah industri yang increasing return to scale memfungsikan diri
sebagai pasar produk bagi daerah decreasing return to scale dan arah sebaliknya pada proscs
berikutnya.

Sifat dasar model pertumbuhan Kaldor adalah sebagai berikut:

1. Pasokan jangka pendek dari barang dan jasa agregat dalam ekonomi yang tumbuh tidak
elastis dan tidak terpengaruh oleh peningkatan permintaan moneter yang efektif. Karena
didasarkan pada asumsi Keynesian tentang "pekerjaan penuh".

2. Kemajuan teknis tergantung pada tingkat akumulasi modal. Kaldor mendalilkan "fungsi


kemajuan teknis", yang menunjukkan hubungan antara pertumbuhan modal dan
produktivitas, menggabungkan pengaruh kedua faktor tersebut. Dimana rasio modal-

12
output akan tergantung pada hubungan pertumbuhan modal dan pertumbuhan
produktivitas.

3. Upah dan keuntungan merupakan pendapatan , di mana upah terdiri dari gaji dan
pendapatan tenaga kerja manual, dan laba terdiri dari pendapatan pengusaha serta
pemilik properti. Dan total tabungan terdiri dari tabungan di luar upah dan tabungan di
luar laba.

Syarat-Syarat:

1. Upah nyata tak boleh berada dibawah tingkat biaya hidup minimal tertentu.

2. Peranan kenutungan tidak dapat jatuh ke bawah tingkat ambang risiko (Risk Premium
Rate), yang merupakan tingkat keuntungan minimum yang diperlukan untuk menarik
investasi.

3. Peranan keuntungan tak boleh berada “derajat tingkat monopoli”, yaitu tingkat
keuntungan minimum tertentu dalam penjualan (turn over) akibat dari persaingan tidak
sempurna, perjanjian kolusif, dsb.

Apabila syarat ini terpenuhi, akan terjadilah disitu kecenderungan inheren kearah
pertumbuhan dan kearah keadaan pekerjaan penuh. Akan tetapi, dalam jangka pendek
peranan keuntungan dan upah cenderung akan konstan.

C. MODEL AKUMULASI MODAL JOAN ROBINSON

Joan Robinson didalam bukunya The Accumulation of Capital mmebangun model


pertumbuhan ekonomi yang sedrhana berdasarkan “aturan main kapasitas’. Model ini “ tidak
begitu banyak berkaitan dengan pergeseran ekuilibrium dalam perekonomian kapitalis, tetapi
ditambah dengan pengkajian sifat-sifat pertumbuhan ekuilibrium”.

Asumsi

Model robinson didasarkan pada asumsi berikut:

a. Perekonomian liberal yang tertutup


b. Dalam perekonomian itu hanya ada buruh dan modal sebagai faktor produksi
c. Untuk memproduksi suatu output tertentu, modal dan buruh dipergunakan dengan
proporsi tetap
d. Kemajuan teknik yang netral

13
e. Tidak ada kelangkaan buruh dan pengusaha dapat mempekerjakan buruh sebanyak yang
mereka sukai
f. Hanya ada dua kelas pekerja dan pengusaha yang menjadi penerima pendapatan nasional
g. Para pekerja sama sekali tidak menabung dan membelanjakan seluruh upahnya untuk
konsumsi
h. Para pengusaha sama seklai tidak mengkonsumsi tetapi menabung dan menanamkan
keseluruhan pendapatan mereka (yang didapat dari laba) untuk pembentukan modal. “
Jika mereka tidak memperoleh laba, para pengusaha itu tak dapat menumpuk modal, dan
kalau tidak menumpuk modal, mereka tidak memperoleh laba”.
i. Tidak ada perubahan dalam tingkat harga.

Pendapatan nasional netto di dalam model Robinson adalah jumlah rekening upah total
plus keuntungan total, yang dapat dinyatakan sebagai:

Y = wN + pK

dimana Y adalah pendapatan nasional netto, w tingkat upah nyata, N jumlah buruh yang
dipekerjakan, p tingkat keuntungan dan K jumlah modal. Disini Y adalah fungsi N dan K.
Karena tingkat keuntungan amatlah penting didalam teori akumulasi modal, hal itu dapat
dinyatakan sebagai:

P = (Y - wN) / K

Dibagi dengan N, p = [(Y / N) - w] / (K / N)

Dengan mengganti Y/N = 1 dan K/N= (theta), kita peroleh:

P = (1-w) / 

Jadi tingkat keuntungan adalah rasio antara produktivitas buruh minus rekening upah
nyata total terhadap jumlah modal yang dipergunakan untuk setiap unit buruh. Dengan kata
lain, tingkat keuntungan (p) tergantung pendapatan (Y), produktivitas buruh (1), tingkat upah
nyata (w) dan rasio modal-buruh ().

Pada sisi pengeluaran (expenditure), pendapatan nasional netto (Y) sama dengan
pengeluaran konsumsi (C) plus pengeluaran investasi (I),

Y=C+I

14
Karena Joan robinson mengasumsikan bahwa tabungan dari upah adalah nol dan
hanya pengusaha yang menabung, keuntungan diartikan untuk investasi saja, maka kita
peroleh :

S=I

Hubungan tabungan-investasi ini dapat dinyatakan sebagai:

S = pK

Dan I = K [K adalah kenaikan dalam modal nyata]

p K = K

atau p = K/K = (1-w)/ 

Karena tingkat pertumbuhan modal (K/K) sama dengan p (tingkat keuntungan),


maka ia tergantung pada rasio hasil netto dari modal (net natural on capital) relatif terhadap
stok modal tertentu. Jika pendapatan naik dan tingkat upah tetap, maka tingkat keuntungan
akan cenderung meningkat. Tingkat keuntungan dapat juga naik jika rasio modal-buruh
turun. Dengan cara inilah para pengusaha memaksimalkan keuntungan.

Abad keemasan. Disamping laju pertumbuhan modal (K/K), faktor lain


menentukan laju pertumbuhan suatu perekonomian adalah laju pertumbuhan penduduk
(N/N). Apabila laju pertumbuhan modal, N/N=K/K, perekonomian berada dalam
ekuilibrium pekerjaan penuh. Untuk menggambarkan pertumbuhan yang mantap, mulus,
dengan pekerjaan penuh Joan Robinson menyebutnya sebagai “zaman keemasan”. “apabila
kemajuan teknik bersifat netral dan berlanjut mantap, tanpa perubahan apa pun dalam pola
waktu produksi, mekanisme persaingan bekerja dengan bebas, penduduk berkembang pada
laju mantap dan akumulasi berjalan cukup cepat untuk memasok kapasitas produksi semua
buruh yang tersedia, maka laju keuntungan cenderung konstan dan tingkat upah nyata naik
bersamaan dengan output perorang. Tidak ada kontradiksi internal di dalam sistem ini.
Output total tahunan dan stok modal kemudian tumbuh bersama-sama dalam laju yang secara
proporsional tetap yang melipatgandakan laju kenaikan tenaga buruh dan laju kenaikan
output perorang. Kita dapat melukiskan keadaan ini sebagai zaman keemasan.

Dalam hal perekonomian menyimpang dari lintasan “zaman keemasan”, kekuatan-


kekuatan tertentu akan cenderung membawa kembali ke posisi ekuilibrium tersebut. misalkan
laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi daripada laju pertumbuhan modal, N/N>K/K,

15
dan dengan demikian membawa kesetengah pengangguran secara progresif. Dalam situasi
seperti ini, surplus buruh akan menyebabkan upah uang jatuh dan jika tingkat harga tetap
konstan malah akan menyebabkan upah-uang jatuh dan jika tingkat harga tetap konstan
malah akan menyebabkan upah nyata jatuh. Alhasil, laju keuntungan akan cenderung naik
dan laju pertumbuhan modal meningkat terhadap tingkat penduduk. Mekanisme
penyeimbangan ini tidak akan bekerja jika upah nyata tidak dapat turun baik karena kekakuan
upah-uang ataupun karena tingkat harga jatuh dalam proporsi yang sama seperti upah-uang.
Ekuilibrium zaman keemasan tidak dapat diperbaiki dan pegangguran progresif akan
berlanjut. Menurut profesor Kurihara: “kemungkinan terakhir ini cocok dengan gagasan
harrod tentang ketidaksatbilan berkepanjangan berdasarkan asumsi koefisien teknologi yang
konstan dan pergeseran harga secara relatif”.

Dalam hal sebaliknya, jika pertumbuhan modal lebih cepat daripada pertumbuhan
penduduk, K/K >N/N, keseimbangan ke arah lintasan “zaman keemasan” dapat dicapai
melalui perubahan teknologi seperti perubahan rasio modal-buruh atau perubahan
produktivitas buruh dan cara menggeser keseluruhan fungsi produksi ke atas sehingga karena
modal meningkat, kebutuhan akan buruh juga meningkat. Tetapi Robinson mengatakan
bahwa “mekanisme yang dapat menyesuaikan laju akumulksai dengan laju kenaikan
penawaran buruh lebih dapat diandalkan apabila yang diinginkan adalah penurunan laju
akumulasi dan bukan kenaikan laju akumulasi itu; surplus tenaga kerja sangat mudah
berkembang relatif terhadap stok modal, sementara invesatasi tidak dapat meningkat dan
ekonomi tenggelam kedalam stagnasi; sementara itu para pengusaha tidak akan menumpuk
sejumlah besar modal dan menahannya, sehingga ketika tingkat modal terlalu tinggi (relatif
terhadap tenaga buruh) ia pasti akan jatuh”.

Menurut Robinson, sutu perekonomian berada dalam masa keemasan pada saat rasio
pertumbuhan potensial sedang direalisasikan. Rasio pertumbuhan potensial menunjukkan laju
tertinggi akumulasi modal yang secara tetap dapat dipertahankan pada tingkat keuntungan
konstan . rasio ini kurang lebih sama dengan laju proporsional tenaga kerja plus laju
proporsional output perkapita. Kondisi zaman keemasan menghendaki adanya laju
pertumbuhan yang mantap karena laju pertumbuhan yang terlalu sering berubah-ubah akan
mengganggu ketenangan zaman keemasan. Akan tetapi, ketenangan ini tidak mungkin terjadi
sekalipun rasio pertumbuhan tersebut berjalan stabil. Keniakan dalam stok modal total bisa
jadi memperlemah dorongan untuk mengakumulasi sehingga mulailah timbul keadaan
stagnasi dan perekonomian keluar dari masa keemasan. Masa keemasan bukanlah suatu

16
idaman. Sutu rasio pertumbuhan baru memungkinkan timbulnya suatu masa keemasan baru.
Kenaikan rasio pertumbuhan memerlukan kenaikan proporsi kapasitas produksi dan
penurunan konsumsi. Sebaliknya, jatuhnya rasio pertyumbuhan dapat membawa ke
pengangguran atau peningkatan konsumsi. Suatu keadaan statis, namun demikian,
merupoakan keadaan masa keemasan tertentu dimana tingkat pertumbuhan adalah nol,
tinglkat keuntungan juga nol dan upah menyerap habis keseluruhan output netto industri.
Joan Robinson menyebutnya sebagai “situasi kebahagiaan ekonomis, karena konsumsi berada
pada tingkatan maksimum yang secara tetap dapat dipertahankan berdasarkan kondisi
teknologi tertentu”.

Joan Robinson di dalam karangannya Essays in the Theory of Economic Growth


menulis gagasan masa keemasan tersebut lebih lanjut. Ia membeda-bedakan penentu
pertumbuhan ekuilibrium tersebut dan menggolongkannya ke dalam tujuh kelas:

1. kondisi teknikal
2. kebijakan investasi
3. kondisi penghematan
4. kondisi persaingan
5. kesepakatan upah
6. kondisi keuangan (finansial)
7. stok awal barang modal dan besarnya harapan yang didasarkan pada pengalaman masa
lalu ketujuh faktor penentu ini satu sama lain bersifat independen.

Menurut J. Robinson, perekonomian berada dalam keadaan ekuilibrium apabila harga


setiap jenis output adalah normal, dan tiap-tiap pabrik bekerja pada kapasitas normalnya. Jika
stok modal juga dinilai dengan harga normal,maka tingkat keuntungan pada modal sama
dengan tingkat keuntungan pada investasi. Keuntungan per tahun sama dengan nilai investasi
netto plus nilai konsumsi para investor dan rentenir. Tingkat keuntungan pada modal
ditentukan oleh tingkat akumulasi modal dan proporsi keuntungan yang ditabung. Tingkat
upah ditentukan oleh kondisi teknikal.dan tingkat keuntungan. Karena tersedia sejumlah
teknik untuk membuat rentetan produksi (line of production) tertenjtu, maka setiap
perusahaan dapat menggunakan teknik yang menghasilkan tingkat keuntungan tertingi pada
investasi. Tetapi apabila harapan masa depan perusahaan sejalan atau sama dengan harapan
masa kini, tingkat keuntungan yang diharapokan untuk semua rentetan produksi adalah sama.
Tetapi, sebagaimana ditunjukkan oleh Joan Robinson, keuntungan dikejar demi pertumbuhan

17
daripada sebaliknya pertumbuhan demi keuntungan. Perusahaan, walaupun demikian,
didirikan untuk mencoba memaksimasi keuntungan.

Sepanjang menyangkut kemajuan teknikal, ia bersifat netral dalam arti bahwa “nilai
modal dalam arti unit upah per orang yang dipekerjakan tidak berubah cukup besar pada
waktu akumulasi berlangsung pada lajuyang cukup untuk menjaga agar tingkat keuntungan
tetap konstan”. Tetapi laju kemajuan teknikal tergantung pada penawaran dan permintaan
akan buruh. Jika perusahaan tidak berhasil memetik keuntungan dari pasar yang
menguntungkan yang berkembang disekitarnya, mereka akan berusaha menerapkan peralatan
yang menghemat buruh. Sebab, tingkta kemajuan teknikal diartikan sebagai kenaikan output
perkepala,dengan mengasumsikan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar nol. Akan tetapi,
kemjuan teknikal berjalan terus kendati terdapat pengangguran besar. Joan Robinson
mengungkapkan bahwa perkembangan pengetahuan akan melahirkan autonomous
innovation. Untu kepentingan modal ini, laju pertumbuhan yang dicita-citakan mungkin jatuh
lebih rendah daripada laju pertumbuhan yang mungkin terjadi (the possible rate of growth)
lantaran inovasi otonomous dan kompetisi.

Laju pertumbuhan yang dicita-citakan adalah laju akumulasi dimana perusahaan puas
dengan situasi yang diketemukan sendiri. Laju pertumbuhan ini ditentukan oleh tingkat upah
yang disebabkan oleh laju akumulasi tersebut dan laju akumulasi dirangsang oleh laju
keuntungan. Pada pihak lain, laju pertumbuhan yang bisa terjadi tergantung pada kondisi fisik
yang timbul dari laju pertumbuhan penduduk dan pengetahuan teknikal.

Pada waktu laju petumbuhan yang dicita-citakan sama denga laju pertumbuhan yang bisa
terjadi pada keadaan yang mendekati pekerjaan poenuh, perekonomia berada dalam masa
keemasan. Upaya nyata meningkat bersama meningkatnya output per kepala sebagia akibvat
kemajuan teknikal. Tetapi tringkat keuntungan pada modal tetap konstan. Dan tekni9k
produksi yang cocok untuk tingkat keuntungan tersebut diketemukan. Inilah abad keemasan
yang diperasakan oleh joan robinson.

Masa Keemasan dan Masa Platina

Selanjutnya Joan robinson membedakan antara jenis-jenis alternatif pertumbuhan


ekuilibrium berdasarkan pada hubungan antara laju pertumbuhan yang dicita-citakan dan laju
peeertumbuhan yang bisa terjadi tersebut diatas.

1. Masa keemasan yang timpang.

18
Dalam masa keemasan pincang laju mantap akumulasi modal berada dibawah tingkatan
pekerjaan penuh. Stok peralatan modal memang cukup bagi laju akumulasi modal yang
dicita-citakan, tetapi tidak cukup untuk mempekerjakan keseluruhan tenaga kerja.
Kepincangan dalam masa keemasan ini dapat bersifat ringan atau mungkin berat. Jika output
berkembang pada kecepatan yang lkebih rendah daripada output perkepala, tingkat pekerjaan
akan jatuh. Sebaliknya, apabila output tumbuh lebih cepat daripada output per kepala, tingkat
pekerjaan akan meningkat. Jika pekerjaan meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan
tenaga kerja , perekonomian akan bergerak menuju pekerjaan penuh. Singkatnya, dalam suatu
masa keemasan yang pincang laju pertumbuhan yang secara aktual terlaksana dibatasi oleh
laju yang dicita-citakan.

2. Masa kusam

Tetapi apabila pekerjaan meningkat terlalu lamban, rasio buruh yang tidak bekerja
terhadap yang bekerja naik, sebagai akibatnya standar kehidupan buruh merosot.
Kemerosotan, kemudian akan berlanjut kecuali apabilaupah nyata buruh yang bekerjha naik
dengan cepat untuk mengimbangi rasio yangt berkembang antara buruh yang bekerja dan
yang tidak bekerja atau apabila tersedia kesempatan yang memadai bagi kerja mandiri.
Kedua situasi ini sangat mustahil. Jadi, apabila terjadi kemerosotan dalam standar
kehidupan, kemerosotan ini akan mengurangi laju pertumbuhan penduduk. Dalam hal ini
tidak ada kemajuan teknikal, mungkin akan timbul keadaan dimana laju akumulasi sama
besar dengan laju pertumbuhan tenaga kerja. Tingginya rasio tenaga buruh yang tidak
bekerja menyebabkan laju pertumbuhan tenaga kerja tetap sama dengan laju akumulasi.
Inilah suatu masa keemasan dimana laju pertumbuhan yang bisa terjadi tertahan oleh laju
yang terlaksana.

3. Masa Keemasan Terkendali

Dalam masa keemasan terkendali, laju pertumbuhan terlaksana dibatasi oleh laju
pertumbuhan yang bisa terjadi dan membuatnya tetap berada lebih rendah. Dengan adanya
stok kapital yang diperlukan bagi laju akumulasi yang diinginkan dalam suatu perekonomian
pekerjaan penuh, laju pertumbuhan yang diinginkan tidak dapat diwujudkan karena laju
pertumbuhan output per kepala tidak begitu cukup untuk hal yang demikian.

19
Laju pertumbuhan yang diinginkan dapat dikendalikan melalui dua cara. Pertama,
melalui pengetatan keuangan. Jika dalam perekonomian pekerjaan penuh, perusahaan ingin
mempekerjakan lebih banyak buruh, permintaan akan buruh akan menaikkan tingkat upah
uang dan kemudian harga. Ini akan cenderung menaikkan permintaan kredit untuk
membiayai produksi dan akibatnya tingkat sukubunga meningkat sehingga menghambat
investasi. Pada pihak lain, jika ada pengendalian yang tapat terhadap kredit, perusahaan-
perusahaan akan selalu mencoba untuk melakukan lebih banyak investasi. Dalam situasi
semacam ini, setiap pelanggaran kredit akan membawa ke inflasi dan perekonomian akan
terhalang untuk mencapai laju pertumbuhan yang dicita-citakan. “ suatu masa keemasan yang
dikekang melalui kontrol keuangan oleh karena itu tidak dapat disebut sebagai stabilitas
jangka pendek,” demikian menurut Robinson.

Kedua, melalui monopsoni di pasar tenaga buruh. Pada waktu kapasitas produktif
perusahaan pada kurang digunakan akibat langkanya buruh (karena masing-masing
perusahaan mempeunyai kelompok buuruh sendiri-sendiri), tingkat keuntungan yang
diharapkan menjadi merosot ke tingkat keuntungan yang bisa terjadi dan di situ tidak ada
stabilitas jangka pendek.

Jenis pengendalian tersebut mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap jenis teknik
yang dipilih. Jika pengendalian dilakukan dengan menjaga suku bunga pada tingkat yang
cukup tinggi sehingga mencegah perkembangan waktu, pemilihan teknik cocok untuk tingkat
keuntungan yang berlaku. Jika pengendalian dilakukan melalui pengaturan atau rasionalisasi
kredit, perusahaan-perusahaan dapat mempergunakan teknik yang tidak begitumekanis.
Apabila pengendalian dilakukan melalui monopsoni di pasar tenaga kerja, teknik yang lebih
mekanis dapat dipilih sehingga tingkat keuntungan pada modal turun ke suatu tingkat
sedemikian rupa sehingga menurunkan laju pertumbuhan yang dicitakan menjadi sama
dengan tingkat aktual yang terealisasi.

4. Masa Platina Melesat

Pada masa ini pada mulanya berawal dengan adanya pengangguran. Perusahaan
melakukan perluasan di sektor investasi. Karena sektor investasi meluas,lebih banyak buruh
dapat dipekerjakan dan tingkat keuntungan akan naik. Tetapi tanpa kemajuan teknikal yang
cukup cepat, tingkat upah nyata akan merosot. Oleh karena itu, pada setiap ronde investasi
bruto, dipillih teknik kurang padat modal sehingga kesempatan bekerja meluas lebih cepat.
Inilah yang disebut masa platina melesat dimana tingkat akumulasi melaju dengan cepat.

20
5. Masa platinum merayap.

Masa ini berawal dengan situasi pekerjaan penuh. Tingkat akumulasi dan tingkat
keuntungan sangat tinggi dan tekbik yang diterapkan adalah teknik kurang padat modal.
Pertumbuhan tenaga kerja tidak berkembang sama cepatnya dengan pertumbuhan stok modal.
Untuk mengendalikan kemungkinan kelangkaan buruh, tingkat sukubunga dinaikkan
sehingga sedikit demi sedikit akan menurunkan tingkat keuntungan dan akumulasi. Dengan
jatuhnya tingkat keuntungan, orang akan memilih teknik yang lebih mekanis pada setiap
babak investasi. Proses ini berjalan begitu rupa sehingga laju akumulasi akhirnya menjadi
sama dengan tingkat pertumbuhan buruh tanpa menimbulkan pengangguran macam apapun.
“ jadi lintasan yang dilalui oleh model ini menyerupai model ekuilibrium melalui waktu yang
logis denganntingkat akumulasi yang melambat, jatuhnya tingkat keuntungan, jatuhnya
efisiensi marginal investasi dan meningkatnya tingkat upah nyata, yang mendekati keadaan
stasioner”.

6. Masa keemasan palsu.

Pertama kali digunakan oleh R.F Kalm. Dalam suatu masa keemasan palsu laju
pertumbuhan yang bisa terjadi tertahan tetap rendah oleh upaya nyata karena upah ini berada
pada tingkat yang cukup minimum. Pada masa ini, stok modal tidak berkembang lebih cepat
karena tekanan inflasioner. Menaikkan harga berarti kemerosotan tingkat upah nyata. Jika
tingkat upah nyata berada pada tingkatan minimum yang masih tertenggang, ia berarti
menjadi pembatas bagi laju akumulasi modal. Pada masa emas palsu tingkatan rendah inilah
laju akumulasi modal lebih rendah daripada laju pertumbuhan penduduk, sehingga
pengangguran membengkak. Tetapi pada masa emas palsu tingkat tinggi, buruh yang
terorganisasi mungkin menetapkan pagu upah nyata yang cukup tinggi (dengan kenaikan
upah uang begitu harga naik). Ini dapat menahan laju akumulasi tetap lebih tinggi daripada
laju pertumbuhan penduduk, sehingga pengangguran menurun. Tetapi laju pertumbuhan yang
bisa terjadi tertahan oleh kenaikan inflasi dalam tingkat upah uang.

7. Masa platina palsu.

Jika kemajuan teknikal terjadi, maka, meskipun dengan tingkat upah nyata yang berada
dalam tingkat kecepatan konstan , laju akumulasi akan meningkat tanpa menyebabkan inflasi.
Inilah masa platina palsu.

21
Penerapan Model Ini Di Negara Terbelakang

Bagi negara terbelakang, model Robinson mempunyai manfaat sebagai berikut. Dalam
teorinya, Robinson mengkaji masalah penduduk dan dampaknya pada laju akumulasi modal.
Ada “masa keemasan” yang dapat dicapai setiap negara melalui pembangunan ekonomi
berencana.

Perekonomian negara terbelakang menghadapi masalah laju pertumbuhan penduduk


yang lebih cepat daripada laju pertumbuhan modal, yaitu N/N>K/K, sebagaimana
diutarakan Joan Robinson. Ini menunjukkan adanya kecenderungan pengangguran secara
progresif dalam perekonomian semacam itu.

Rasio pertumbuhan potensial adalah paling penting dalam teori pertumbuhan ekonomi J.
Robinson. Masa keemasan tergangtung rasio pertumbuhan. Tugas perencanaan menjadi lebih
mudah jika rasio pertumbuhan potensial suatu perekonomian itu dihitung untuk periode
perencanaan atas dasar laju pertumbuhan tenaga kerja dan laju pertumbuhan output
perkepala.

Kelemahan Model Ini

Disamping manfaatnya, model ini memiliki kelemahan sebagai berikut:

1. Laju rendah akumulasi modal dibanding laju pertumbuhan potensial.

Dalam perekonomian negara terbelakang, laju akumulasi modal selalu lebih rendah
daripada rasio pertumbuhan potensialnya, itulah sebabnya ia terbelakang dan memiliki
surplus tenaga buruh. Oleh karena itu negara terbelakang menggantungkan pada pejabat
perencanaan untuk meningkatkan laju akumulasi ke tingkat rasio pertumbuhann. Namun
demikian, negara terbelakang tidak dapat menselaraskan keduanya dengan mengikuti “aturan
permainan kapitalis”. Sebaliknya, menjadi tugas pejabat perencanaan untuk mengambil
inisiatif dalam pengendalian dan pengaturan, tidak saja terhadap investasi swasta tetapi juga
investasi publik. Menurut pengamatan Kurihara: “ pembahasan Joan Robinson atas
pertumbuhan modal secara halus mendiskreditkan semua gagasan yang ingin menyerahkan
persoalan-persoalan penting seperti pertumbuhan ekonomi kepada permainan kapitalis,
karena modelnya mengenai pertumbuhan liberal memperlihatkan bahaya dan tidak aman:
mempercayakan tugas-tugas besar mencapai pertumbuhan stabil yang sesuai dengan
perluasan kebutuhan penduduk dan dengan kemungkinan memajukan teknologi, semata-
mata kepada para pencari untung swasta”.

22
2. Ekonomi tertutup.

Model Joan Robinson didasarkan padaasumsi perekonomian tertutup. Tetapi ini


merupakan asumsi yang tidak realistis karena perekonomian negara terbelakang bukan
tertutup karena disana ada peran perdagangan dan bantuan luar negeri dalam mempercepat
laju pertumbuhan

3. Mengabaikan faktor kelembagaan.

Model ini mengasumsikan faktor kelembagaan sebagai tertentu (given). Tetapi peranan
faktor kelembagaan sebagai salahsatu penentu pertumbuhan ekonomi tidak dapat diabaikan
dalam model apapun. Perkembangan suatu perekonomian dalam batas tertentu tergantung
pada perubahan sosial, budaya dan kelembagaan.

4. Tingkat harga konstan.

Model ini didasarkan pada asumsi tingkat harga yang konstan. Asumsi ini tidak realistik.
Jika perekonomian seperti itubergerak ke arah lintasan kemajuan, investasi harus dinaikkan
terus menerus sehingga cenderung menaikkan permintaan faktor. Akan tetapi penawaran
faktor tidak dapat dinaikkan memenuhi permintaan itu. ini menyebabkan harga naik. Jadi
kenaikan harga merupakan hal yang tak terelakkan dalam pembangunan.

5. Koefisien produksi tetap.

Robinson mengasumsikan bahwa untuk memproduksi satu unit output dipergunakan


modal dan buruh dalam proporsi yang tetap. Asumsi ini tidak realistik karena dalam suatu
perekonomian yang dinamis tidak ada koefisien produksi yang bersifat tetap. Malahan,
penggantian modal dan buruh terjadi sepanjang waktu. Derajat penggantian terganttung pada
sifat perubahan teknologi.

D. MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI NEO-KLASIK MEADE

Profesor J.E. Meade (1961) membangun modelnya disekitar asumsi berikut:

1. Ada suatu perekonomian tertutup dengan sistem pasar bebas yang didalamnya terdapat
persaingan sempurna.
2. “Returns of Scale” konstan.
3. Di dalam perekonomian tersebut diproduksi dua jenis barang yaitu barang konsumsi dan
barang modal.

23
4. Mesin merupakan satu-satunya bentuk modal.
5. Semua mesin diasumsikan serupa.
6. Harga barang konsumsi dalam uang diasumsikan konstan.
7. Tanah dan buruh digunakan secara penuh.
8. Rasio buruh terhadap mesin bisa diubah, baik dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang.
9. Barang modal dan barang konsumsi sama sekali dapat diperlukan dalam produksi.
10. Adanya penyusutan karena aus, yaitu sekian tahun sekian persen dari msin-mesin
dihapuskan dan memerlukan penggantian.

Di dalam prekonomian sebagaimana digambarkan diatas, output bersih diproduksi


tergantung dalam empat faktor:

1. Stok modal netto yang tersedia dalam bentuk mesin.


2. Jumlah tenaga buruh yang tersedia.
3. Tanah dan sumber alam yang tersedia; dan
4. Keadaan pengetahuan teknik yang harus membaik sepanjang waktu.

Hubungan ini dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi:

Y = F(K,L,L,t)

Dimana Y adalah output netto, atau pendapatan nasional netto, K stok modal mesin yang
ada, L tenaga kerja, N tanah dan sumber alam dan t adalah waktu yang menandakan
kemajuan teknik.

Turunan fungsi akibat adanya kenaikan setiap tahun dengan asumsi jumlah tanah dan
sumber alam tetap tetap dari hubungan diatas adalah:

∆Y = V∆K + W∆L + ∆Y1

Dimana ∆ menunjukkan kenaikan,, V adalah produk marginal dari modal, W produk


marginal dari buruh dan Y1 dipergunakan sebagai pengganti t.

Turunan fungsi laju pertumbuhan output pertumbuhan tahunan proporsional adalah:

Y VK Y Y   Y WL K K   Y Y L L 1   

24
Dimana ∆Y/Y adalah laju pertumbuhan output proporsional, ∆K/K laju pertumbuhan stok
modal proporsional, ∆L/L laju pertumbuhan tenaga buruh proporsional dan ∆Y 1 /Y laju
pertumbuhan kemajuan teknik selama satu tahun.

Penilaian atau Kritik Model Neo Klasik Meade:

1. Persaingan sempurna

2. Returns to scale yang konstan.

3. Hubungan kausal semu.

4. Mesin sepenuhnya dapat diubah-ubah.

5. Adanya asumsi yang tidak realistik mengenai ekonomi tertutup karena mengabaikan
peranan penting perdagangan luar negeri dan modal asing dalam pembangunan ekonomi.

6. Mengabaikan faktor kelembagaan.

7. Model matematika yang sulit dipaham.

8. Ekonomi Tertutup

Kesimpulan: Model Meade mempunyai kelebihan dalam menunjukkan pengaruh


pertumbuhan penduduk, akumulasi modal dan kemajuan teknik pada laju pertumbuhan
pendapatan nasional dan pendapatan nasional per kepala di sepanjang waktu.

Model Pertumbuhan Jangka Panjang Solow

Menurut Solow, keseimbangan yang peka antara Gw dan Gn tersebut timbul dari
asumsi pokok mengenai proporsi produksi yang dianggap tetap, suatu keadaan yang
memungkinkan untuk mengganti buruh dengan modal. Jika asumsi ini dilepaskan,
keseimbangan tajam antara Gw dan Gn juga lenyap bersamanya. Oleh karena itu, Solow
membangun model pertumbuhan jangka panjang tanpa asumsi proporsi produksi yang tetap
seperti itu.

Model Solow

Solow menganggap output di dalam perekonomian sebagai satu keseluruhan, sebagai


satu-satunya komoditi. Laju produksi tahunannya dinyatakan sebagai Y(t) yang
menggambarkan pendapatan nyata masyarakat, sebagian daripadanya dikonsumsikan dan

25
sisanya ditabung dan diinvestasikan. Bagian yang ditabung, s adalah konstan, dan laju
tabungan adalah sY(t). K(t) adalah stok modal. Jadi investasi netto adalah laju kenaikan stok
modal ini, yaitu dk/dt atau K.

Persamaan pokoknya, yaitu:

1. K = Sy

2. y = F(K.L)

3. K = sF (K,L)

4. L (t) = Loe nt

5. K = sF (K, Loe nt )

6. R = sF (4,r) - nr

Penilaian

Solow adalah seorang perintis dalam membangun suatu model neo-klasik dengan
menggunakan ciri-ciri utama model Harrod Domar seperti model homogen, fungsi tabungan
proporsional, yang terkenal sebagai fungsi produksi neo-klasik di dalam menelaah proses
pertumbuhan.

“Tujuannya ialah untuk menguji apa yang disebut pandangan ketat tentang pertumbuhan
ekonomi dan untuk melihat sejauh mana asumsi-asumsi yang fleksibel mengenai produksi
akan melahirkan model yang sederhana.”

Kelebihan Model Neo-Klasik Meade:

Model Meade mempunyai kelebihan dalam menunjukkan pengaruh pertumbuhan


penduduk, akumulasi modal dan kemajuan teknik pada laju pertumbuhan pendapatan
nasional dan pendapatan nasional per kepala di sepanjang waktu.

Kelemahan Model Solow:

1. Model Solow hanya membicarakan masalah keseimbangan antara Gw dan Gn yang


diajukan Harrod, dan mengabaikan keseimbangan antara G dan Gw

2. Dalam model Solow tidak terdapat fungsi investasi dan sekali fungsi ini dimasukkan
masalah ketidakstabilan yang muncul pada Harrod akan muncul dalam model Solow
juga

26
3. Model Solow didasarkan pada asumsi tentang kemajuan teknis yang memperbesar
buruh

4. Solow mengasumsikan fleksibilitas harga faktor yang mungkin mempersulit


perjalanan menuju pertumbuhan mantap

5. Model Solow didasarkan pada asumsi tidak realistis tentang modal yang homogen dan
dapat diubah-ubah

6. Solow melupakan kemajuan teknologi sebagai faktor penentu dan menganggap hal itu
sebagai faktor eksogen di dalam proses pertumbuhan

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar dibangun berdasarkan pengalaman
negara-negara maju. Model yang dibangun berbasis perekonomian kapitalis maju dan
berusaha mengevaluasi atau studi persyaratan pertumbuhan mantap, atau steady growth
negara maju.
Pada kenyataannya, model Harrod-Domar kurang begitu cocok untuk kondisi negara-
negara berkembang, dimana karakteristik negara berkembang ditandai dengan tingginya
jumlah angkatan kerja dan banyaknya investasi-investasi asing. Selain itu, teori ini
berdasarkan pada anggapan yang sukar. Faktor-faktor penting seperti hasrat menabung dan
ratio kapital  dianggap tetap, sedangkan pada kenyataannya faktor-faktor tersebut berubah
syarat-syarat yang dibutuhkan untuk adanya pertumbuhan yang mantap.

28

Anda mungkin juga menyukai