Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PRODUKTIVITAS DALAM EKONOMI ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Syari’ah

OLEH KELOMPOK 4 MBS-4D


1. Anjeli Geovana : 3721143
2. Ayunda Putri : 3721129

Dosen Pengampu :
Melya Husna, S.E.I, M.E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH DJAMIL M.DJAMBEK
BUKITTINGGI
TP 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga pemakalah
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa izin-Nya tentunya pemakalah
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kemudian shalawat
serta salam selalu dicurahkan kepada baginda Rasul yakni Nabi Muhammad SAW, semoga
kelak kita mendapatkan syafa’atnya di akhirat nanti.
Pemakalah mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat beliau,
berupa sehat fisik maupun akal pikiran serta lain sebagainya, sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Syari’ah untuk membuat sebuah
makalah ini dengan baik. Laporan tugas mata kuliah ini pemakalah susun untuk memenuhi
tugas semester genap. Pada kesempatan ini pemakalah juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang membantu pelaksanaan kegiatan dan semua pihak
yang turut membantu melancarkan kegiatan dalam pelaksanaan tugas pemakalah.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan tentu
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, pemakalah
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, pemakalah sebagai penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Bukittinggi, 28 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Pembahasan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Islam ................................................... 3

B. Perbedaan Kedua Sistem Ekonomi ............................................................. 6

C. Manfaat Pertumbuhan Ekonomi ................................................................ 7

D. Pengertian Produktivitas dalam Perspektif Ekonomi Islam ....................... 8

E. Indikator Produktivitas dalam Perspektif Ekonomi Islam ........................ 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ................................................................................................ 12

B. Saran ........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak Negara berkembang di dunia ini yang sudah berhasil menunjukan
pertumbuhan ekonomi di Negara itu sendiri, tetapi permasalahan dalam Negara itu sendiri
pun masih banyak yang belum terselesaikan, seperti contohnya : pengangguran, tingkat
kelahiran yang sangat tinggi, minimnya tenaga ahli, dan susahnya mendapatkan tempat
untuk bekerja. Keadaan ini pun menjadi sorotan oleh ahli ahli ekonomi dengan
permasalahan “pembangunan bukan lah arti dari pembangunan”
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi sering kali di kait kan dengan
suatu hal yang sama oleh beberapa ahli ekonomi, tetapi pada dasar nya dua hal itu berbeda
pengertiannya. Dengan ada nya pertumbuhan ekonomi maka akan ada pembangunan
ekonomi itu sendiri dimana dengan pertumbuhan ekonomi itu sendiri akan memuncul kan
pembangunan pembangunan ekonomi.
Perubahan-perubahan pada berbagai sektor ekonomi tersebut akan mengakibatkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi, yang ditandai dengan naiknya produksi nasional,
pendapatan nasional, dan pendapatan perkapita. Situasi semacam itu akan berlangsung
secara terus-menerus.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi menurut ekonomi islam ?
2. Apa perbedaan kedua sistem ekonomi ?
3. Apa Manfaat pertumbuhan ekonomi ?
4. Apa pengertian produktivitas dalam perspektif ekonomi islam ?
5. Bagaimana indikator produktivitas dalam perspektif ekonomi islam ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi menurut ekonomi
islam
2. Mengetahui dan menjelaskan perbedaan kedua sistem ekonomi
3. Mengetahui dan menjelaskan Manfaat pertumbuhan ekonomi
4. Mengetahui dan menjelaskan pengertian produktivitas dalam perspektif ekonomi islam
5. Mengetahui dan menjelaskan indikator produktivitas dalam perspektif ekonomi islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Islam


Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang
sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan
memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa
yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari
pertambahan produksi yang sebenarnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun
sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar hidup yang
lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.
Sedangkan menurut ekonomi islam ada perbedaan dalam menilai pertumbuhan
ekonomi antara ekonomi Islam dengan konsep ekonomi kapitalis. Perbedaan tersebut
berangkat dari sudut pandang yang berbeda tentang makna dan tujuan hidup. Berangakat
dari konsep dasar kapitalis yang tujuan utamanya adalah pemenuhan kebutuhan materi
tanpa batas, maka muncullah sikap pemenuhan terhadap barang-barang dan jasa tanpa
batas pula. Lain halnya dengan Islam, walaupun memandang perlu materi, akan tetapi
Islam tidak melupakan unsur moralspritual dan tidak meletakkan materi sebagai tujuan
utama, karena dalam ajaran Islam manusia tidak hanya akan menjalani hidup di dunia saja
akan tetapi manusia akan dibangkitkan kembali kelak di akhirat. Sikap demikian sejak
pertama sudah terintegrasi dalam kehidupan baik sosial, politik atau ekonomi.1

1
M.A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, terj. M. Nastngin, (Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf, 1997), h. 419

3
Bagi negara yang rata-rata menganut faham kapatalis, mereka lebih menitik
beratkan pertumbuhan pada kemajuan dan kemodernan. Untuk mendapatkan status negara
membangun, maju atau modern, sebuah negara hendaklah mampu dan menguasai sains
dan teknologi. Di samping itu juga, negara tersebut hendaklah mampu mewujudkan sektor
perindustrian dan perusahaan. Pemakaian tolak ukur demikian, karena bagi mereka melalui
perindustrian dan perusahaan-lah ekonomi negara akan berkembang, pembangunan
industri akan bertambah pesat, peluang-peluang pekerjaan dapat disediakan dan
kemiskinan dapat dikurangkan. Namun apa yang menjadi asas kepada konsep
pertumbuhan mereka adalah kapital sebagai penggerak dan ukuran pertumbuhan.
Perbedaan yang paling utama antara konsep pertumbuhan dalam Islam dan
konvensional adalah terletak pada asas yang dipakai, dalam Islam unsur spritualitas
(agama) menjadi prioritas utama. Arti agama di sini adalah ajaran agama yang
termanifestasi dalam al-Qur’an dan sunnah Rasul. Meskipun prinsip pertumbuhan
(ekonomi) dalam Islam berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadis, namun ia tidak merinci
secara detail yang menyangkut masalah-masalah tekhnis, akan tetapi hanya menjelaskan
secara global yang mencakup petunjuk-petunjuk pokok, kaidah-kaidah, prinsip dan
canbang-cabang penting yang bersifat spesifik, karena masalah ekonomi termasuk masalah
kemanusiaan yang dapat mengalami perubahan sesuai dengan lingkungan dan zamannya,
sedangkan masalah yang bersifat tekhnis diselesaikan melalui upaya manusia (ijtihad)
sesuai kondisi lingkungan dan zamannya.2
Adapun asas-asas pertumbuhan dalam ekonomi Islam ada empat yaitu :
a. Tauhid. Konsep tauhid adalah menjelaskan hubungan sesama manusia dengan
Allah. Manusia harus patuh pada Allah SWT, kepatuhan manusia kepada Allah
dilihat dari tingkah laku atau tindakan mereka mematuhi perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya dengan cara yang ikhlas dan menyeluruh.
b. Rububiyyah. Konsep yang menerangkan sifat Allah. Sifat Allah adalah sebagai
penguasa di alam ini. Dia yang berkuasa membuat peraturan untuk menjamin dan
membimbing kehidupan manusia supaya sempurna dan sejahtera. Dia juga

2
Ade Dede, Rohayana, “Ekonomi Islam Pendekatan al-Qur’an dan Hadith,” Religia, Vol. 3, No. 1,
Februari 2000, h. 3.

4
berkuasa untuk menjaga, mengawal, menampung dan mengurus kehidupan
makhluk ke arah kesempurnaan.
c. Khalifah. Manusia sebagai utusan Allah di muka bumi ini. Tanggung jawab
utamanya ialah sebagai pemegang amanah Allah dalam segala aspek seperti akhlak,
ekonomi, politik dan sosial. Sebagai pemegang amanah, manusia tidak boleh
merusak alam ini. Pembangunan yang hendak dijalankan adalah memberi kebaikan
seperti yang ajarkan oleh Allah melalui nabi-Nya. Oleh karena itu, manusia wajib
menghindari dari melakukan pembangunan dapat merusak, yaitu pembangunan
yang membawa kepada keruntuhan, kekacauan dan kezaliman/tidak adil. Asas
terpenting untuk melaksanakan tugas khalifah selain daripada iman ialah ilmu. Ilmu
yang dimaksudkan ialah ilmu tentang realitas fisik. Merubah kepada kedudukan
ilmu tersebut berarti telah mengubah kedudukannya yang asli dan perubahan yang
dilakukan menyalahi sunnatullah maka ilmu tersebut akan merusak bukan
memperbaiki.
d. Tazkiyah. Tazkiyah merupakan mekanisme utama bagi mewujudkan pertumbuhan
termasuk sumber daya manusia. Tazkiyah melibatkan proses penyucian dinamik
yang perlu dilakukan oleh setiap umat manusia sekiranya dia mempunyai keinginan
untuk maju dan sejahtera. Manusia perlu menyucikan hubungan antara dirinya
dengan Allah, manusia dengan manusia dan makhluk lain di dunia.3
Keempat asas tersebut di atas merupakan pijakan utama yang mempunyai nilai
etika bagi manusia dalam melakukan pembangunan di muka bumi, karena keempat asas
tersebut sudah mencakup seluruh aspek kebutuhan manusia baik materi atau spritualitas
sebagai ciri khusus ekonomi yang berlandaskan ketentuan syari’ah. Hal ini menunjukkan
bahwa pembangunan dalam perspektif ekonomi Islam bukan saja bertujuan untuk
mewujudkan dimensi kemanusiaan (insani) namun juga diarahkan memiliki dimensi ilahi.4
Pertumbuhan ekonomi memiliki unsur ‘ubbudiyah di samping ta’aqquli. Hal ini tidak
ditemui dalam konsep pertumbuhan ekonomi dalam perspektif ekonomi kapitalis
(konvensional).

3
Khursid Ahmad, Economic Development In Islamic Framework, (Liecester he Islamic Fondation,
1980), h. 178.
4
Lihat La Jamaa, “Dimensi Ilahi dan Dimensi Insani dalam Maqashid al-Syari’ah,” Asy-Syir’ah,
Vol. 45, No. 2, Juli-Desember 2011.

5
B. Perbedaan antara Kedua Sistem Ekonomi
Yang membedakan antara paham kapatalisme dengan Islam dalam konsep
pertumbuhan, menurut Imam Al-Ghazali, bahwa pertumbuhan dalam Islam mencakup tiga
aspek penting yaitu pembangunan fisik, mental dan spiritual. Sedagkan menurut Heidar
Naqvi, pertumbuhan dalam kerangka Islam meliputi aspek moral-spiritual dan material
kehidupan manusia dengan rincian berikut:
1. Tuntutan umum Islami untuk menjamin dan mengamankan pendistribusian
pendapatan (kemakmuran) secara adil dan menetapkan batas dalam tingkat
pertumbuhan yang layak.
2. Mempertahankan equitas antar generasi. Karena pembentukan modal harus di
seimbangkan dengan pembentukan modal sumber daya manusia tangguh yang
merupakan investasi jangka Panjang.5
Selain itu jika lihat dari sudut ekonomi, pertumbuhan menurut sistem kapitalis
Barat dimana riba masih dijadikan sistem, baik dalam bank dan perdagangan adalah
sesuatu yang bertentangan dengan konsep ekonomi Islam.
QS al-Baqarah: 275 dan 278 :6

َ‫ن ٱ ْلم ِس‬ َُ ‫شي ْٰط‬


َ ‫ن ِم‬ َّ ‫ط َهُ ٱل‬ ِ َ‫ٱلَّذِينَ يأ ْ ُكلُون‬
ُ َّ‫ٱلرب ٰوَا َل يقُو ُمونَ ِإ ََّل كمَا يقُو َُم ٱلَّذِى يتخب‬
Artinya :
"Orang yang memakan riba tidak boleh berdiri (pada hari kiamat) melainkan seperti
berdirinya orang yang dirasuki setan..."

َ ِ‫ٱلرب ٰ َٰٓواَ إ‬
َ‫ن كُنت ُ َم ُّم ْؤ ِمنِين‬ ِ ‫ن‬ َ ‫ى ِم‬
َ ‫وا ما ب ِق‬
َ ‫ٱّلل وذ ُر‬ َ ُ‫ٰيَٰٓأيُّها ٱلَّذِينَ ءامنُواَ ٱتَّق‬
ََّ ‫وا‬
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Islam menawarkan konsep
keseimbangan antara tujuan duniawi dan ukhrawi. Konsep keseimbangan ini pula yang

5
Nawab Heider Naqvi, Etika Dan Ilmu Ekonomi, (Bandung: Mizan, 1991), h. 140
6
Al-Qur’an al-Karim

6
melandasi ajaran Islam tentang optimalisasi pertumbuhan, karena pertumbuhan yang
ditawarkan ekonomi konvensional pada akhirnya mengundang pertanyaan dengan tidak
efisiensinya distribusi pendapatan dan dalam memacu pertumbuhan yang pada akhirnya
kembali pada ketidak seimbangan.7
Di antara komponen yang dapat memacu pertumbuhan juga di antaranya adalah
terpenuhinya kebutuhan melalui kesempatan kerja penuh (full empoyment). Syari’ah
menganjurkan setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya untuk kesejahteraan
hidupnya. Penggunaan sumberdaya manusia merupakan keharusan bagi manusia untuk
kesejahteraan dirinya termasuk di antara tujuan syari’ah, demikian juga pendayagunaan
sumber daya alam sebagai bahan untuk mendapatkan hasil yang lebih besar, akan tetapi
Islam juga melarang menghambur-hamburkannya.
Selain dorongan-dorongan spiritual dan nilai yang multi dimensional dalam ajaran
Islam diantaranya adalah nilai humanitas (humanity) yang tercermin dalam sikap takaful
atau tadamun (keamanan sal bersama). Sikap ini secara aktual dapal terimplementasikan
melalui zakat, pinjaman untuk kebajikan, shadakah dan lainnnya yang dapat memotivasi
pertumbuhan ekonomi. Perbuatan tersebut apabila dilandasi dengan kesadaran yang tinggi
terutama bagi orang yang mempunyai kelebihan harta tentu akan mendorong pendapatan
perkapita negara karena akan mendorong konsumsi dan distribusi per individu.

C. Manfaat Pertumbuhan Ekonomi


Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan
nasional Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran
penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja konstan
semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya.
2. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk
perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar
penentuan prioritas pemberian bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau Lembaga
internasional lainnya. Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan

7
Ibid., 136.

7
penjualan bagi perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan
perkembangan sumber daya.

D. Pengertian Produktivitas Dalam Perspektif Ekonomi Islam


Secara sederhana, produktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi, keproduktivan. Dalam perspektif
ilmu manajemen, produktivitas bisa dimaknai sebagai hubungan antara keluaran (bisa
berupa barang atau jasa) dengan masukan (modal yang bisa berupa tenaga kerja, bahan,
uang).8
produktivitas adalah kemampuan kita untuk memanfaatkan modal yang ada, baik
berupa tenaga maupun materi, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan berdaya.
Elemen paling strategis dan faktor mendasar yang mempengaruhi kemampuan bersaing
adalah produktivitas.9
Faktor yang mempengaruhi produktivitas dibagi menjadi dua klasifikasi besar
sebagai berikut.10
1. Faktor Eksternal
Misalnya, peraturan pemerintah, persaingan dari perusahaan lain, permintaan dan
konsumen. Hal itu semua di luar control perusahaan. Dalam beberapa kasus, faktor
luar dapat begitu kuat sehingga membuat tidak berartinya Langkah manajemen
dalam meningkatkan produktivitas.
2. Faktor Internal
a. Tenaga kerja Misalnya, seleksi dan penempatan, pelatihan, rancangan
Pekerjaan, struktur organisasi, penyediaan, penghargaan sasaran (Management
by Objective/MBO), dan serikat pekerja.
b. Proses Proses terdiri dari pemilihan proses, otomatisasi, aliran proses, dan tata
letak.
c. Produk Proses terdiri dari riset dan pengembangan, keragaman produk, dan

8
Gadeng, T. (2009). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam (Peluang dan Tantangan Profesionalisme Masyarakat
Muslim dalam Era Modern). Jurnal Mentari, 12(01).
9
Anwar, M. K. (n.d.). Produktivitas Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
10
Suharti, L., & Sirine, H. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan
(Entrepreneurial Intention). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(2), 124–134.

8
perekayasaan nilai.
d. Kapasitas dan persediaan Misalnya, pembelian bahan, persediaan, dan
perencanaan kapasitas.
e. Mutu Mutu sangat berhubungan dengan pernyempurnaan kualitas.
Produktivitas kerja seorang muslim tercermin dari kuantitas dan kualitasnya.
Seperti dalam firman Allah menjelaskan bahwa hamparan bumi adalah potensi
yang dengan ketekunan manusianya menciptakan dan mengembangkannya. Dalam
ajaran Islam, produktivitas yang bisa mewujudkan keberdayaan ekonomi
masyarakat merupakan kondisi yang diharapkan, yang mana titik beratnya adalah
tercapainya kesejahteraan umat manusia. Dalam ajaran Islam, produktivitas yang
bisa mewujudkan keberdayaan ekonomi masyarakat merupakan kondisi yang
diharapkan, yang mana titik beratnya adalah tercapainya kesejahteraan umat
manusia.
Ada beberapa penjelasan sumber ajaran Islam tentang produktivitas, diantaranya
adalah:11
1) Produktivitas yang berkaitan erat dengan konsep amal yang berarti kerja
atau aktivitas. Bahkan Allah SWT justru mewajibkan seorang Muslim
selalu beramal. Dalam surat At-Taubah:105 yang artinya: “Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
2) Produktivitas menjadi tujuan hidup seseorang yang sudah digariskan Allah,
Q.S Al-Mulk:2 artinya: “yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
3) Produktivitas dalam Islam meliputi kehidupan di dunia hingga akhirat.
Dalam Q.S An Nahl:97 artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka

11
Sarjono, H. (2001). Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Rasio Output Per Input.
Journal The WINNERS, 2(2), 130–136.

9
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Jika dicermati dalam penjelasan ayat dan hadits di atas dapat simpulkan
bahwa sesungguhnya Islam sangat mendorong umat Islam dan kaum Muslimin
untuk produktif dalam beramal atau bekerja. Namun tentu saja selalu ada
kesenjangan antara yang ideal dan realitanya, antara ajaran Islam dan umat Islam.

E. Motivasi Produktivitas Dalam Ekonomi Islam


Menurut Dewan Produktivitas Nasional dalam Muayyad & Gawi (2016)
Produktivitas mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu
berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari padahari ini. Dalam kajian keislaman,
pengertian tersebut selaras dengan maqalah yang berbunyi :
‫ن‬
َ ‫ن أمس َه فهو ملعو‬
َ ‫ن يوم َه شرَا م‬
َ ‫ن كا‬
َ ‫ن يوم َه كأمس َه فه َو مغبون َو م‬
َ ‫من كا‬
Artinya :
“Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka orang itu tertipu.
Barang siapa yang hari ini lebih jelek dari pada kemarin, maka orang itu
terlaknat”.
Maqalah di atas pada intinya memotivasi manusia agar mengatur dan
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Hal ini selaras dengan firman Allah
dalam surat al-Ashr yang artinya “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benarbenar
dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”.12
ciri-ciri orang yang memiliki motivasi bekerja menurut Islam adalah sebagai
berikut:13
1. Niat baik dan benar (mengharap ridha Allah SWT)

12
Mulyadi, H. (2010). Pengaruh Motivasi Dan Kompetensi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
Pada PT. Galamedia Bandung Perkasa. Manajerial, 9(17), 97–111.
13
Anoraga, B. (2015). Motivasi Kerja Islam dan Etos Kerja Islam Karyawan Bank Jatim Syariah Cabang
Surabaya. Jurnal JESTT, 2(7).

10
Seseorang harus mengetahui apa niat dan motivasi bekerja, niat inilah yang
akan menentukan arah pekerjaanya. Jika niat bekerja hanya untuk
mendapatkan gaji, maka hanya itulah yang akan dia dapat. Akan tetapi jika
niatnya adalah bekerja untuk mendapatkan harta halal, menafkahi keluarga,
dan semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT, maka dia akan
mendapatkan sebagaimana yang diniatkan.
2. Takwa dalam bekerja
Takwa yang dimaksud, yang pertama adalah taat melaksanakanperintah dan
menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Kedua, sikap tanggung jawab
seorang muslim terhadap keimanan yang telah diyakini dan diikrarkannya.
Orang yang bertakwa dalam bekerja adalah orang yang mampu bertanggung
jawab terhadap segala tugas yang telah diamanahkan kepadanya.
3. Ikhlas dalam bekerja
Ikhlas adalah syarat diterimanya amal perbuatan manusia disisi AllahSWT.
Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan keikhlasan maka akan
mendatangkan rahmat dari Allah SWT. Ciri orang yang bekerja dengan
ikhlas adalah: Bekerja semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT,
Bekerja dengan ikhlas meskipun pekerjaan itu berat, Penuh semangat dalam
mengerjakan pekerjaannya, tidak melakukan pamrih dan riya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi disetiap negara pun berbeda beda tergantung dengan
pendapatan perkapita itu sendiri dan tergantung dengan pendapatan penduduknya.
Semakin tinggi pendapatan penduduknya maka akan semakin tinggi pula pertumbuhan
ekonomi di Negara tersebut dan sebaliknya dengan rendah nya pendapatan penduduk itu
sendiri maka akan berdampak pada rendahnya pendapatan nasional pada Negara itu
sendiri.
Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan
penduduk suatu Negara. Semua berpengaruh pada kesejahteraan rakyat banyak. Oleh
karena itu Negara pun terus memajukan pendapatan nasional mereka dengan menaikkan
harga-harga kebutuhan pokok seperti bahan bakan minyak (BBM) dengan menjadikan
pendapatan nasional yang akan lebih baik dan tingkat perekonomian kita pun semakin baik.
Pertumbuhan dalam ekonomi Islam bertumpu ada empat asas yaitu tauhid
(hubungan sesama manusia dengan Allah); rububiyyah, Khalifah (manusia sebagai
utusan Allah di muka bumi ini); Tazkiyah (mekanisme utama bagi mewujudkan
pertumbuhan termasuk sumber daya manusia).
Pertumbuhan ekonomi dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep ekonomi
kapitalis. Konsep dasar kapitalis memiliki utama untuk pemenuhan kebutuhan materi
tanpa batas, sehingga munculah sikap pemenuhan terhadap barang-barang dan jasa tanpa
batas pula. Sedangkan ekonomi Islam, memadukan kepentingan materi, dengan unsur
moral-spritual dan tidak meletakkan materi sebagai tujuan utama, karena dalam ajaran
Islam manusia tidak hanya akan menjalani hidup di dunia saja akan tetapi manusia akan
dibangkitkan kembali kelak di akhirat. Sikap demikian sejak pertama sudah terintegrasi
dalam kehidupan baik sosial, politik atau ekonomi.
Ekonomi islam sangat mengajarkan produktivitas, di antaranya dengan
mengajarkan umat manusia agar bisa memanfaatkan dan mengatur waktu dengan sebaik-
baiknya. Produktivitas dalam ekonomi Islam tidak hanya diukur dari hasil materi
(jasmani) tapi juga in materi (rohani).

12
Produktivitas seseorang tidak hanya diukur seberapa banyak nilai tambah ekonomi
yang dia dapatkan, tetapi juga seberapa banyak kebahagiaan yang dia rasakan. Sedangkan
orientasi produktivitas dalam ekonomi Islam bukan hanya kebahagiaan dunia, tapi juga
kebahagiaan akhirat. Keseimbangan kebahagiaan dunia dan akhirat ini menunjukkan
bahwa produktivitas dalam Ekonomi Islam terkait erat dengan nilai-nilai (values) yang
terkandung di dalam al-Qur’an dan Al-Hadits.

B. Saran
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang penulis peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempunanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ade Dede, Rohayana, “Ekonomi Islam Pendekatan al-Qur’an dan Hadith,” Religia, Vol. 3, No. 1,
Februari 2000, h. 3.

Al-Qur’an al-Karim

Anoraga, B. (2015). Motivasi Kerja Islam dan Etos Kerja Islam Karyawan Bank Jatim Syariah
Cabang Surabaya. Jurnal JESTT, 2(7).

Anwar, M. K. (n.d.). Produktivitas Dalam Perspektif Ekonomi Islam.

Gadeng, T. (2009). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam (Peluang dan Tantangan Profesionalisme
Masyarakat Muslim dalam Era Modern). Jurnal Mentari, 12(01).

Khursid Ahmad, Economic Development In Islamic Framework, (Liecester he Islamic Fondation,


1980), h. 178.

Lihat La Jamaa, “Dimensi Ilahi dan Dimensi Insani dalam Maqashid al-Syari’ah,” Asy-Syir’ah,
Vol. 45, No. 2, Juli-Desember 2011.

M.A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, terj. M. Nastngin, (Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf, 1997), h. 419

Mulyadi, H. (2010). Pengaruh Motivasi Dan Kompetensi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Pada PT. Galamedia Bandung Perkasa. Manajerial, 9(17), 97–111.

Nawab Heider Naqvi, Etika Dan Ilmu Ekonomi, (Bandung: Mizan, 1991), h. 140

Sarjono, H. (2001). Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Rasio Output Per
Input. Journal The WINNERS, 2(2), 130–136.

Suharti, L., & Sirine, H. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan
(Entrepreneurial Intention). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(2), 124–134.

14

Anda mungkin juga menyukai