Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

DAMPAK KONFLIK DAGANG ANTARA CHINA DENGAN AMERIKA


SERIKAT BAGI INDONESIA

Disusun Oleh:

1. Fhaya Alfa Mumtaza 151200016

2. Savara Tirta De Zandra 151200030

3. Yenita Evayani 151200034

4. Sarah Keisya Azzahra Putri 151200119

5. Rangga Maulana 151200136

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amerika Serikat dan China adalah dua negara yang sangat besar dan maju di dunia
dilihat kemajuannya di bidang politik, keamanan, hingga ekonomi. Keduanya bahkan
merupakan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia dengan Amerika Serikat
menempati posisi pertama dan China pada posisi kedua, sehingga termasuk negara-negara
yang paling berpengaruh di dunia. Hubungan dagang AS dan China berlangsung sejak lama
dimulai pada tahun 1970 ketika Presiden Nixon selaku presiden yang menjabat kala itu,
mengunjungi China dengan maksud untuk membawa serta mengenalkan China kepada dunia
internasional.1 Pada saat itu, AS berencana akan menghilangkan hambatan dalam hubungan
dagang antara Amerika Serikat dengan China, mengingat potensi dalam perekonomian China
yang menunjukkan adanya perkembangan yang pesat dan membawa keuntungan bagi AS di
masa mendatang. Kerjasama antara AS dan China dimulai sejak bangkitnya China pada tahun
1990-2010 dimana ketika pertumbuhan ekonomi di China mencapai angka 2-4%.2
Pada tahun 2001, semenjak China resmi bergabung ke dalam World Trade
Organization (WTO) dan mendapat dukungan dari rekan kerjasamanya yaitu AS,
perekonomian China tumbuh semakin pesat sehingga hal tersebut akan menjadikan China
sebagai pemegang kepentingan yang bertanggung jawab, dimana China akan bekerja sama
dengan AS untuk mempertahankan sistem internasional yang telah memungkinkan
keberhasilannya. Namun, pandangan AS terhadap China berubah, yang dulunya melihat China
sebagai mitra kerjasama, tetapi kini AS melihat China sebagai saingannya ketika terpilihnya
Trump sebagai Presiden AS.
Sejak Trump menjadi Presiden Amerika Serikat, hubungan bilateral antara Amerika
Serikat dengan China menjadi memburuk, khususnya dalam bidang ekonomi. Kisaran pada
bulan Maret 2018, pemerintahan Trump mengeluarkan kebijakan terkait pemberlakuan tarif

1
“Power and Interdependence: World Politics in Transition.”Power and
Interdependence: World Politics in Transition, by Robert O. Keohane and Joseph S.
Nye, Harper Collins, 1989, pp. 24–25.
2
“Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi-Politik Internasional, Dan Tatanan
Dunia.”Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi-Politik Internasional, Dan
Tatanan Dunia, by Walter S. Jones and Budiono Kusumohamidjojo, 2nd ed., PT Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
impor bagi produk dari China. Trump dipandang melakukan hal yang tujuannya hanya untuk
merealisasikan keinginannya yaitu merubah perekonomian AS menjadi proteksionisme. Hal
tersebut semakin terlihat dengan memburuknya perekonomian AS-China yang mengarah pada
perang dagang. Tarif impor sebesar US$50-US$60 miliar diberlakukan oleh pemerintahan
Trump terhadap sejumlah produk China yang masuk ke Amerika sebagai upaya memperbaiki
perekonomian negaranya dan mengurangi defisit neraca perdagangan di kedua negara. Trump
mengumumkan kenaikan tarif impor atas baja sebesar 15% dan aluminium sebesar 10%. AS
juga berencana membatasi investasi dan bertindak terhadap China di WTO karena AS
menganggap China bersikap tidak adil dalam perdagangan bilateral.3 Atas kejadian perang
dagang antara AS dengan China dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Trump
tentunya memberikan dampak atau efek domino yang tidak hanya kepada dua negara yang
terlibat perang dagang, tetapi hal tersebut dapat memberikan dampak ke negara lain seperti
halnya negara kita Indonesia. Oleh sebab itu, penyusun tertarik untuk mengangkat isu yang
berjudul “Dampak Perang Dagang antara China dengan Amerika Serikat bagi Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dapat dibuat yaitu:

1. Apa dampak yang ditimbulkan akibat perang dagang China dengan Amerika Serikat
terhadap Indonesia?

C. Tujuan

Dalam melakukan penelitian ini, tentunya penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Oleh sebab itu, tujuan penulis yaitu:

1. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dengan adanya perang dagang China dengan
Amerika Serikat terhadap Indonesia.

3
Adrini Pujayanti, “Perang Dagang Amerika Serikat–China Dan Implikasinya Bagi
Indonesia.”, https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-7-I-P3DI-
April-2018-179.pdf diakses pada 19 April 2021.
BAB II
PEMBAHASAN

Perang dagang antara AS-China memberikan dampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap Indonesia. Terdapat pengaruh perang dagang AS-China terhadap
perekonomian Indonesia dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pertama, ketegangan
perdagangan antara Amerika Serikat dan China menciptakan ketidakpastian yang meningkat.
Meningkatnya ketidakpastian masa depan perdagangan dunia dan perekonomian ini akan
meningkatkan “risiko investasi” di seluruh dunia. Peningkatan proteksionisme perdagangan
AS akan memperburuk pertumbuhan untuk semua negara, termasuk Amerika Serikat sendiri.
Diperkirakan jika Amerika Serikat menerapkan bea masuk, sebagaimana terancam, tingkat
tarif rata-rata impor Amerika akan naik 3,4 persen, dan perusahaan akan membebankan biaya
ini kepada pelanggan mereka. Pada akhirnya, produsen dan pelanggan AS lah yang akan
menanggung biayanya, seperti yang diperingatkan oleh banyak ekonom AS. Sebuah studi oleh
McKibbin dan Stoeckel (2017) menemukan bahwa jika Amerika Serikat mengenakan tarif 40
persen untuk semua impor, PDB AS akan turun 1,2 persen. Jika semua negara membalas,
PDB AS akan turun 5,2 persen, yang mengarah ke presesi yang dalam. Nicholas Lardy,
seorang ahli ekonomi Tiongkok di Peterson Institute for International Economics, telah
menyatakan bahwa setiap orang akan kalah dalam perang dagang.
Kedua, perang perdagangan AS-China saat ini akan menurunkan permintaan dunia,
dan dengan demikian dapat mempengaruhi ekspor Indonesia ke dunia. Melihat durasi
ketegangan perdagangan yang panjang dan terus berlanjut, ekonomi dunia diperkirakan akan
tumbuh pada tingkat yang sama hingga tahun 2024. Demikian pula, Bank Dunia
memperkirakan tingkat pertumbuhan ekonomi dunia pada 2,6 persen pada 2019, dan 2,7 dan
2,8 persen untuk tahun 2020 dan 2021 berturut-turut. Pertumbuhan China turun dari 6,8
persen pada 2017 menjadi 6,6 persen pada 2018 dan diperkirakan akan melambat lebih
jauh menjadi 6,2 persen pada 2019. Kontraksi ekonomi sejalan dengan permintaan yang
lebih rendah, dan seiring perlambatan negara-negara terbesar pertama dan kedua di dunia,
Amerika Serikat dan China, akan menurunkan permintaan dunia dan pada akhirnya akan
menurunkan ekspor Indonesia ke dunia.
Terakhir, potensi dampak langsung ke Indonesia adalah melalui hubungan rantai nilai
global, karena Indonesia merupakan bagian dari rantai nilai global China. Data input-output
OECD untuk tahun 2015 menunjukkan bahwa ekspor Indonesia sebagian besar berkontribusi
pada industri China. Produk ekspor utama Indonesia digunakan sebagai bahan mentah, input,
atau barang setengah jadi di China, termasuk arang, kayu, dan kertas, antara lain.
Perdagangan barang negara-negara ASEAN dengan Cina terus meningkat, terutama sejak
akses Cina ke WTO pada tahun 2001, dan ini lebih diperbesar oleh Framework Agreement on
Comprehensive Economic Cooperation antara ASEAN dan Cina, yang berlaku efektif pada
Januari 2010. Yu dan Cui (2017), berdasarkan analisis nilai tambah, menilai bahwa
peningkatan ekspor China ke seluruh dunia akan meningkatkan nilai tambah ekspor ASEAN.
Studi Ing, Yu, dan Zhang (2016) menunjukkan bahwa persaingan kualitas dari China
meningkatkan produktivitas perusahaan Indonesia di pasar domestik dan ekspor, yang
berdampak lebih besar pada pasar ekspor Indonesia. Dampak langsung maupun tidak langsung
dari perang dagang terhadap perusahaan China akan mempengaruhi produktivitas dan ekspor
perusahaan Indonesia.
Perang dagang AS-China membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan
perubahan manajemen perdagangan, sehingga daya saing ekonomi tidak berkurang. Perubahan
ini dilakukan baik secara internal maupun secara eksternal. Secara internal, Indonesia harus
bisa melakukan harmonisasi regulasi yang terkait dengan ekonomi sektor perdagangan
sebagai upaya meningkatkan ekspor. Pemerintah juga harus bisa melibatkan sebanyak
mungkin pelaku ekonomi agar bisa merangsang ekspor. Keinginan pemerintah untuk
melibatkan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan langkah maju
untuk meningkatkan partisipasi pengusaha kecil di ekspor, sehingga keuntungan tidak hanya
dirasakan oleh pengusaha besar. Apalagi pemerintah harus menciptakan pasar ekspor yang
lebih beragam sehingga peluang bagi komoditas Indonesia untuk bersaing di pasar
internasional semakin terbuka. Diplomasi ekonomi sebagai arus utama kebijakan luar negeri
Presiden Joko Widodo dalam 5 tahun ke depan, memperjelas komitmen pemerintah dalam
meningkatkan ekspor. Peran diplomat sangat penting dalam diplomasi ekonomi ini yaitu agar
menjadi lebih aktif dan inovatif dalam mencari pasar dan investor.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Taye Shim yakin bahwa industri di sektor pakaian
rajut, pakaian tenunan, dan alas kaki bisa semakin melebarkan sayapnya di pasar Amerika
Serikat. Apalagi, ketiga komponen tersebut memegang hampir 32% total ekspor ke negeri
Paman Sam. Dari sisi pandang Shim, kecil kemungkinan untuk Amerika Serikat akan
mengenakan tarif super tinggi atas industri tersebut. Ada beberapa alasan yang mendasari hal
itu, seperti sejumlah merek alas kaki terkenal yang diproduksi akhir di dalam negeri.
Misalnya, merek-merek seperti Nike, GAP dan termasuk lainnya. Selama ini, Nike dipasok
oleh hampir 150 pabrik alas kaki di 14 negara, dimana pabrik merek tersebut yang berada di
Indonesia berhasil memproduksi 25% dari total alas kaki.
Selain itu adapun potensi keuntungan terbesar ada di 3 sektor yaitu IT, otomotif, dan
garmen. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China membuat kawasan Asia Tenggara,
khususnya Indonesia, berpeluang menjadi pihak yang diuntungkan, karena korporasi global
yang tadinya berpusat di China bisa saja mendiversifikasikan bisnisnya ke luar China. Sektor-
sektor berpotensi diantaranya adalah IT, otomotif, dan garmen. Dan Indonesia berpeluang
untuk mendapatkan keuntungan dari perang dagang ini sebab upah pekerja di RI terbilang
murah dibanding negara lain. Pasalnya, saat ini banyak perusahaan yang ingin keluar dari
negeri tirai bambu tersebut. Dikarenakan murahnya upah tersebut, diperkirakan bahwa hal ini
dapat menjadi daya tarik tersendiri dan akan membuat banyak pihak produsen mengalihkan
tempat produksinya ke Indonesia. Tetapi, dengan begitu bukan berarti hanya upah murah saja
yang harus menjadi daya tarik bagi Indonesia di mata para pengusaha tersebut. Sektor lain pun
harus tumbuh, berkembang dan meyakinkan agar dapat menambah daya pikat Republik
Indonesia di mata dunia.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Amerika Serikat adalah mitra penting bagi
Indonesia. Hubungan Perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat pun cukup
signifikan, karena kedua negara saling Mengisi pasar dengan produk unggulan masing-
masing. Dan terlebih Amerika Serikat adalah negara penyumbang surplus Indonesia. Dan juga
Amerika Serikat merupakan mitra dagang terbesar ketiga bagi Indonesia setelah China dan
Jepang. Tidak lupa, China juga merupakan salah satu mitra dagang terbesar di Indonesia.
Hubungan perdagangan kedua negara terbilang cukup besar meski Indonesia mengalami
defisit.
Terkait neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat menunjukkan nilai
yang positif. Ekspor nonmigas yaitu karet, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki dan mesin listrik
mendominasi komoditas Indonesia yang dikirim ke Amerika Serikat (Kementerian
Perdagangan, 2012). Meskipun Indonesia sempat mengalami krisis ekonomi pada akhir tahun
1990an, tidak lama kemudian berangsur membaik tepatnya setelah tahun 2001. Bahkan
Amerika Serikat turut memberi berbagai macam bentuk bantuan bagi Indonesia yang mana
disalurkan melalui United States Agency for International Development (USAID). Dan terkait
dengan bidang ekonomi, terdapat beberapa aspek yang menjadi fokus dari bantuan Amerika
Serikat ini, diantaranya adalah penguatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan
pekerjaan, pengembangan iklim usaha dan perusahaan, stabilitas dan kewajaran sektor
keuangan, perbaikan kualitas jasa kebutuhan dasar, jasa lingkungan, jasa kesehatan, serta
sektor pangan dan gizi. Selain itu, Amerika Serikat juga memberikan pinjaman luar negeri.
Jika dilihat berdasarkan kondisi yang terkait dengan Indonesia dan Amerika Serikat,
terdapat beberapa bidang kerja sama yang berpeluang untuk dikembangkan kedua negara,
yaitu:
1. Kerjasama di bidang infrastruktur yang masih menjadi kelemahan utama di Indonesia akan
menjadi peluang utama kerjasama ekonomi dengan Amerika Serikat.
2. Meningkatkan perdagangan bilateral yang tidak hanya menyangkut tentang perdagangan
komoditas terutama pertanian, tekstil, perkayuan, dan industri Perfilman, tapi juga berbagai
kegiatan yang dapat mendorong perdagangan, seperti sertifikasi dan labeling, pemberian
General System of Preferences (GSP), perlindungan HKI oleh Pemerintah Indonesia bagi
produk dari Amerika Serikat, dan tindakan tegas terhadap praktek-praktek korupsi dan juga
birokrasi yang berbelit-belit.
3. Perbaikan pelaksanaan debt-swap.
4. Kedua negara dapat meningkatkan hubungan ekonomi dengan meningkatkan transparansi
akun wajib pajak Amerika Serikat di Indonesia.

Di sisi lain, implikasi dari Perang Dagang Amerika Serikat dan China terhadap
Indonesia yaitu dalam sektor perdagangan baja dan aluminium serta pengaruhnya terhadap
industri-industri baja dan aluminium dalam negeri. Secara keseluruhan implikasi perang
dagang tersebut akan berpengaruh terhadap keuntungan peluang bagi Indonesia untuk menjadi
pasar ekspor baru, dan berpengaruh terhadap kerugian bagi industri-industri dalam negeri,
karena baja dan aluminium dapat diimpor dengan biaya lebih murah dibanding harga lokal.
Perang dagang pastinya berpengaruh terhadap sektor keuangan suatu negara. Misalkan
yang terjadi pada kasus Trump, China sebagai mitra dagang terbesar Amerika Serikat yang
berpotensi mengurangi impor pada sektor yang terkena dampak kebijakan Trump, tidak
terkecuali dari Indonesia. Secara tidak langsung kebijakan tersebut sedikit berimbas pada
ekspor Indonesia yang nantinya dapat mengalami pelemahan. Dikarenakan ekspor Indonesia
yang lemah, efek penerimaan dari sektor tersebut juga akan tergerus. Selanjutnya sektor
tersebut akan goyah, akibatnya para pekerja diberhentikan dan merebaknya jumlah
pengangguran.
Sedangkan perekonomian Indonesia telah bergejolak sejak resmi diterapkannya perang
dagang, serta kenaikan nilai ekspor pada tahun 2018, yang mana tidak sesuai dengan harapan.
Belum lagi proteksi Amerika Serikat yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak
memiliki arah ekspor-impor serta ragu dalam menentukan kebijakan selanjutnya. Pemerintah
Indonesia terus berupaya meningkatkan perekonomian melalui perdagangan baja dan
aluminium. Namun dengan adanya perang dagang, baja, aluminium dan turunannya
mengalami berbagai implikasi serta berpengaruh terhadap industri dalam negeri. Disamping
itu, dampak perang dagang Amerika Serikat dan China ini terhadap Indonesia tidak signifikan
karena produk yang dikenakan tarif bukan produk utama dan Indonesia hanya memiliki
pangsa pasar kecil di Amerika Serikat maupun di Cina. Karena Indonesia merupakan negara
pemasok ke 16.
Indonesia berpeluang mengisi pasar Amerika Serikat di China dalam berbagai produk,
yang utamanya adalah produk-produk dari baja dan aluminium, dan juga sebaliknya Indonesia
berpeluang untuk mengisi pasar China di Amerika Serikat dalam produk-produk baja dan
aluminium. Namun di samping itu, perang dagang juga berpengaruh terhadap neraca dagang
Indonesia yang mana dikarenakan menurunnya permintaan bahan baku impor dari Amerika
Serikat dan Cina. Dampak perang dagang China Amerika Serikat tidak terlalu berdampak
signifikan terhadap hubungan dagang Indonesia dengan Amerika Serikat namun, banyak
dinamika yang terjadi selama perjalanan hubungan bilateral antara Indonesia dengan Amerika
Serikat.

A. Dampak Terhadap Investasi Luar Negeri


Dalam rangka memproteksi perekonomian Amerika Serikat, Donald Trump
memberlakukan tarif bea baik masuk maupun keluar terhadap produk produk China. Alasan
Donald Trump mencoba memproteksi perekonomian Amerika Serikat ialah tingkat ekspor
China kepada Amerika lebih tinggi daripada impornya. Pada tahun 2018, jumlah ekspor China
ke Amerika Serikat mencapai Rp. 4.600 triliun, menunjukkan kinerja terkuat sejak tujuh tahun
terakhir dengan total ekspor global China naik sebesar 9.9% (Tempo.co, 2019). Selain itu, Hal
ini didasari atas respons terhadap praktik perdagangan Tiongkok yang tidak adil selama
bertahun-tahun, termasuk pencurian kekayaan intelektual AS.
Oleh karena itu, melihat jumlah ekspor produk China yang semakin meningkat dan
dapat mengancam produk dalam negeri, Presiden Donald Trump mengenakan tarif impor bagi
produk China sebesar US$50-US$60 miliar sebagai upayanya untuk menjaga perekonomian
dalam negeri dan memperbaiki defisit neraca perdagangan. Tidak hanya sebatas peningkatan
tarif, AS juga berencana melaporkan hal tersebut kepada WTO. Pada tanggal 23 Maret 2018
China melakukan serangan balik dengan memperkenalkan tarif impor barang dari AS senilai
US$ 3 miliar. Hingga tanggal 20 Juni 2020, Amerika telah memberlakukan 11 kali penyesuain
dagang sebesar 550 miliar dolar AS, sedangkan China telah menerapkan 14 penyesuaian tariff
dagang sebesar 185 miliar dolar AS.
Detik-detik terakhir sebelum masa jabatan Trump sebagai presiden amerika berakhir,
Trump mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan sanksi dan pembatasan pada perusahaan
China dan juga memberlakukan larang investasi di beberapa perusahaan China. Beberapa
perusahan China yang dianggap mengancam keamanan negara Amerika kedalam daftar
blacklist yang dibuat oleh departemen perdagangan dan departemen keamanan. Kebijakan
tersebut merupakan tanggapan atas pernyataan pusat departemen pertahanan amerika tentang
adanya perusahaan komunis China yang beroperasi di Amerika. Perusahaan-perusahaan yang
tercantum dalam blacklist dilarang melakukan bisnis dengan perusahaan amerika tanpa
terlebih dahulu memperoleh lisensi dari pemerintah Amerika. Berapa perusahaan terkenal di
dunia dari lusinan perusahaan yang tercantum dalam blacklist yaitu pabrik smartphone Xiaomi
Corp, raksasa teknologi Huawei Technologies Co.
Setelah Joe Biden resmi menjadi presiden Amerika, tampaknya bentuk kebijakan
pemerintah terhadap perusahaan china masih belum terlihat. Jefferies, seorang analis
memperkirakan bahwa akan ada penurunan dalam ketegangan Amerika-China atas teknologi
dan memprediksi Amerika akan beralih ke pembatasan ekspor khusus teknologi daripada
berbasis perusahaan. Mereka melihat peluang yang rendah dalam pembatalan larangan
investasi pada perusahaan China yang tercantum dalam blacklist, terutama dalam enam bulan
pertama setelah Joe Biden mengambil alih. Tindakan Amerika seperti pembatasan, sanksi,
penyesuaian tarif dagang terhadap China. Kebijakan-kebijakan kedua negara tersebut tentunya
akan mempersulit pertumbuhan ekonomi masing-masing. Kedua negara mau tidak mau harus
mengambil tindakan untuk menyelamatkan perekonomian mereka.
Dalam rangka mencegah pelemahan ekonomi, salah satu tindakan yang harus
dilakukan kedua negara tersebut adalah dengan memindahkan perusahaan mereka dari
Amerika atau melakukan investasi langsung luar negeri pada negara lain. Investasi langsung
luar negeri ini akan sangat membantu dalam menghindari penetapan tarif yang tinggi,
ketidakstabilan politi dan penetapan kebijakan-kebijakan yang dapat mempersulit pengusaha
dari kedua belah pihak negara.Selain menghindari dampak dagang dari kedua negara, investasi
langsung luar negeri juga dapat memberikan keuntungan lain bagi para pengusaha, seperti
peningkatan kapasitas produksi, biaya yang lebih rendah dari negara asalnya, membuka pasar
baru, dll. Dalam memaksimalkan keuntungan yang akan di dapat, Asia Tenggara dianggap
mempunyai potensi yang tinggi sebagai tempat tujuan investasi langsung.
Investasi langsung luar negeri memberikan keuntungan bagi banyak pihak tidak hanya
menguntungkan pihak penguasa, tetapi negara tujuan investasi dan negara asal investasi
ditanamkan juga akan mendapatkan keuntungan yang besar. Terutama wilayah Asia Tenggara
yang kebanyakan merupakan negara berkembang akan sangat membutuhkan masuknya
investasi langsung luar negri ini dalam membantu pembangunan dan perekonomian negara.
Beberapa manfaat investasi langsung luar negeri yaitu menciptakan hubungan yang stabil
antar kedua negara, menjadi saluran untuk transfer teknologi asing, terbentuknya
pembangunan nasional, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pemasukan negara,
perlindungan wilayah, perkembangan di berbagai bidang, dll.
Oleh karena itu Indonesia harus bersiap dan bersaing dengan negara-negara yang
berada di Asia Tenggara dalam menarik perhatian para investor untuk menanamkan modalnya
di Indonesia. Tetapi pada September 2019 Indonesia ditampar oleh kenyataan bahwa dari 33
perusahaan yang akan direlokasi dari China, sebanyak 23 perusahaan memilih pindah ke
Vietnam, 10 perusahaan memilih pindah ke Malaysia, Kamboja, dan Thailand, dan tidak
satupun perusahaan yang melirikan matanya ke Indonesia. Menurut Presiden Joko Widodo
salah satu permasalahan tidak diliriknya Indonesia oleh perusahaan asing ialah perizinan
berbelit-belit yang ada di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Indonesia bergerak cepat
dalam menciptakan UU Cipta Kerja, perbaikan Infrastruktur, Perbaikan Insentif Fiskal dan
non fiskal. Pada akhir 2020 usaha Indonesia membuahkan hasil dengan masuknya 16 relokasi
perusahaan ke Indonesia dengan nilai investasi US$ 7,15 miliar.

B. Dampak Terhadap Ekspor – Impor


Perang dagang antara China dan Amerika Serikat juga berpengaruh buruk terhadap
perekonomian Indonesia dikarenakan kedua negara yang berkonflik ini adalah mitra dagang
indonesia dan negara tujuan ekspor terbesar dari Indonesia, dan pengaruhnya mulai dari
terhambatnya ekspor bahan mentah atau komoditas kedua Negara tersebut, (Badan Pusat
Statistik, diakses pada 12 mei 2020) dan ditambah terjadi surplus produksi di antara kedua
negara sehingga memperburuk pertumbuhan ekonomi global. Hal ini sangat berdampak
kepada negara lain khususnya negara berkembang.
Hal ini bermula dari Amerika Serikat yang berpendapat bahwa China terlalu
menguasai perdagangan global. Pemicu utama perang dagang pertama adalah ketika tingginya
nilai defisit perdagangan AS yang disumbang oleh China sebesar US$ 405,7 miliar, hal ini
membuktikan bahwa China adalah penyumbang defisit perdagangan terbesar bagi Amerika.
Amerika melihat agresi ekonomi China adalah ancaman global karena pertumbuhan yang
sangat pesat sehingga AS membuat beberapa kebijakan seperti menaikkan tarif pajak impor
barang dari China sebesar 5%-10% atau lebih. Tarif ini sangat besar sehingga China juga
membalas dengan menaikkan tarif barang impor dari Amerika Serikat. Presiden Republik
Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping juga merespon dengan mengenakan bea masuk ke
Tiongkok sebesar 15-25%.
Dari sudut pandang Indonesia, perang ini berdampak pada pergerakan ekonomi
bangsa. Maka dari itu Indonesia berusaha untuk mempererat dan menstabilkan hubungan
dengan China dan Amerika Serikat. Amerika Serikat sendiri adalah target ekspor utama yang
penting bagi Indonesia, walaupun China juga target ekspor Indonesia yang penting tetapi
masih lebih besar jumlah ekspor ke Amerika. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian
Perdagangan pada penghujung tahun 2018, Amerika Serikat tetap menjadi negara prioritas
bagi produk Indonesia.
Sedangkan untuk China, negara ini menjadi negara terbesar pengimpor barang ke
Indonesia. Meski begitu terdapat beberapa barang yang tidak layak jual karena kualitasnya
tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Standarisasi yang diterapkan pemerintah
Indonesia (Badan Standardisasi Nasional) terhadap setiap produk impor yang masuk harus
sangat diperhatikan, itu karena harga yang murah dengan kualitas barang rendah banyak
diminati oleh masyarakat Indonesia yang menyebabkan jumlah barang impor dari China ke
Indonesia sangat tinggi.
Perang dagang ini semakin memanas dan menyebabkan beberapa kerusakan bagi
kedua negara. Walaupun begitu kedua negara ini tetap berseteru dan berusaha saling
mendominasi perdagangan internasional. Amerika terjadi kenaikan ekspor yang signifikan,
akan tetapi masih lebih rendah daripada Tiongkok. Bila dihitung dari beberapa tahun
belakang, ekspor Amerika Serikat kurang dari setengahnya jika dibandingkan dengan ekspor
China. Setelah bertahun-tahun perselisihan ini tidak memiliki titik terang dan tidak ada solusi
yang terjadi. China sendiri bersedia berdamai dengan Amerika Serikat. China bersedia
menyelesaikan perselisihan perang dagang dengan Amerika Serikat melalui negosiasi yang
tenang dan tegas menentang eskalasi konflik.

C. Dampak pada Kerjasama Multilateral


Indonesia merupakan negara yang mengandalkan kerjasama multilateral untuk
mencapai tujuannya sangat terpengaruh dengan konflik dagang yang terjadi antara AS-China.
sebab, kedua negara yang sedang dirundung konflik akan mengandalkan kerjasama bilateral.
Indonesia sangat bergantung pada kedua negara tersebut sebagai mitra ekonomi utama
Indonesia dan AS maupun China merupakan tujuan ekspor dan investasi utama Indonesia.
Indonesia maupun ASEAN sangat tergantung pada hak paten yang dimiliki oleh perusahaan
AS. sedangkan China, China merupakan salah satu negara tempat mengimpor barang setengah
jadi. Indonesia yang sudah lama mengandalkan kerjasama multilateral sangat merasakan
dampak yang terjadi akibat perang dagang As-China dan indonesia sendiri akan kesulitan
untuk mencari mitra ekonomi dan investasi dikarenakan kedua negara yang sedang berselisih
akan mengandalkan kerjasama bilateral untuk memperkuat posisi mereka.
Indonesia melihat bahwa kerjasama dan kolaborasi sebagai pilihan terbaik, daripada
persaingan dan kompetisi zero-sum games yang tengah terjadi pada kedua negara tersebut.
Indonesia memiliki perspektif bahwa, pada dekade peningkatan kerjasama multilateral yang
berbasis globalisasi sangat memberikan dampak positif pada perdagangan dan investasi,
termasuk untuk memastikan semua pihak berbagi tanggung jawab. perang dagang antara AS-
China merubah pandangan negara-negara lain yang sudah mempercayai praktik sebagai
perdagangan global. konflik yang terjadi karena Trump ingin mencari solusi atas
ketidakseimbangan perdagangan, justru menjadi titik lemah ekonomi kedua negara dan
merusak multilateralisme. seperti Indonesia yang sudah merasakan dampak yang diakibatkan
oleh ketegangan antara kedua negara tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang terjadi pada tahun 2018
telah memberikan dampak terhadap berbagai sektor, khususnya sektor perekonomian berbagai
negara di dunia, termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara yang aktif dalam
perdagangan internasional. Dampak yang dihadirkan dari adanya perang dagang Amerika
Serikat dan China bukan hanya dampak yang menguntungkan saja, tetapi disamping dampak
menguntungkan ada dampak yang merugikan. Beberapa kebijakan serta langkah preventif juga
dilakukan Indonesia sebagai tindakan terhadap adanya dampak dari perang dagang AS –
China.

B. Solusi Rekomendasi
Dengan adanya berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
bagi Indonesia, seharusnya Indonesia harus lebih bersikap lebih tegas dalam menghadapinya.
Sebagai contoh dalam bidang investasi, Indonesia tidak boleh berpuas diri dan terus
meningkatkan tawaran dan potensi Indonesia yang dapat memikat investor asing. Di samping
meningkatkan tawaran dan potensi yang dapat memikat investor asing, Indonesia sebaiknya
memperbaiki segala kemudahan dalam berbisnis. Hal dikarenakan menurut EoDB Indonesia
berada pada tingkat 73 yang menyebabkan investor enggan memilih Indonesia. Selain itu,
biaya tenaga kerja yang tinggi dengan keahlian yang rendah, dan juga proses perizinan yang
sangat lambat harus diperbaiki dan terus ditingkatkan.
Selain itu, dalam bidang ekspor – impor, Indonesia seharusnya lebih selektif menerima
barang impor dari negara mitra yang terlibat perang tersebut. Hal tersebut karena barang impor
terkadang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Di samping adanya itu,
Indonesia juga harus lebih aktif dalam hal negosiasi terkait mencari mitra ekspor yang
terdampak akibat tidak terpenuhinya komoditas ekspor yang disebabkan perang dagang AS-
China.

C. Alasan Pengangkatan Judul


Berdasarkan pengangkatan judul yang dibuat oleh peneliti maka, peneliti memiliki beberapa
alasan menarik yang menjadikan judul “DAMPAK KONFLIK DAGANG ANTARA
CHINA DENGAN AMERIKA SERIKAT BAGI INDONESIA” diangkat yaitu sebagai
berikut :
a. Penulis mengangkat judul ini karena ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dampak yang

dirasakan Indonesia akibat ketegangan yang terjadi karena perang dagang antara AS dan
China.
b. Penulis ingin mengetahui akar dari ketegangan yang menyebabkan terjadinya AS dan China

terlibat dalam perang dagang.


c. Penulis ingin mengetahui penyebab terjadinya perang dagang antara AS dan China.
Referensi :

Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi-Politik Internasional, Dan Tatanan


Dunia.”Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi-Politik Internasional, Dan
Tatanan Dunia, by Walter S. Jones and Budiono Kusumohamidjojo, 2nd ed., PT Gramedia
Pustaka Utama, 1993.

Adrini Pujayanti, “Perang Dagang Amerika Serikat–China Dan Implikasinya Bagi Indonesia.”,
https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-7-I-P3DI-April-2018-
179.pdf diakses pada 19 April 2021.

Bariyah, Inayatul dkk. 2020. Strategi Kebijakan Moneter Indonesia dalam Menghadapi
Dampak Perang Dagang AS-China. Jurnal Humaniora. Vol.4 No.2: 155-167.

Hindrayani, Aniek. 2013. Investasi Langsung Luar Negri Dan Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal
Ekonomi. 51-68.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/96777/VIDYA%20ANDINA%20AP
RI LIANTI%20-%20140910101047..pdf?sequence=1&isAllowed=y, diakses pada 19 April
2021.

Ing, Lili Yan dan Yessi Vadila. US-China Trade Tensions on Indonesia’s trade and
Investment. Asian Economic Papers, hlm 99-101

Kristiadi, Revo. 2021. “Pengaruh Perang Dagang China – Amerika Serikat Terhadap
Hubungan Dagang Indonesia Dengan Amerika Serikat”,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/download/32460/30760, diakses pada 19
April 2021.

Power and Interdependence: World Politics in Transition.”Power and Interdependence: World


Politics in Transition, by Robert O. Keohane and Joseph S. Nye, Harper Collins, 1989, pp. 24–
25.

Wangke, Humphrey. 2019. ASEAN, Indonesia, dan Perang Dagang Amerika Serikat-China.
Info Singkat, Vol. XI, No. 11
Wangke, Humphrey. 2020. Implication of United States-China Trade War to Indonesia.
International Journal of Business and Economics Research, hlm 151-159

Wright, Logan and Daniel Rosen. “Credit and Credibility: Risks to China’s Economic
Resilience.” CSIS Freeman Chain in China Studies. October.

Anda mungkin juga menyukai