Anda di halaman 1dari 5

GEOGRAFI EKONOMI NEGARA CHINA (RRC)

Muhamad Hilmam Hadiq


190722638052

Dalam perdagangan internasional akan selalu ada pihak yang bertindak sebagai
eksportir dan importir. Suatu negara akan mengimpor barang dari negara lain apabila barang
tersebut diproduksi di dalam negeri justru tidak akan efisien atau kurang menguntungkan.
Sebab itulah, suatu negara dapat melakukan spesialisasi pada produksi barang yang
menguntungkan, sehingga dapat diperoleh keunggulan absolut. Pengaruh perdagangan
internasional berakibat pada harga, pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja negara
– negara yang terlibat dalam perdagangan internasional tersebut. Permintaan masyarakat akan
mempengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan nasional. Bila ekspor netto positif berarti
ekspor lebih besar daripada impor, maka kesempatan kerja dan pendapatan akan cenderung
naik. Jadi kegiatan serta kejadian internasional akan memengaruhi ekonomi dalam negri,
melalui pengaruh nilai kurs mata uang pada impor, ekspor dan akhirnya dapat mempengaruhi
permintaan masyarakat. Pengaruh ini terasa pada ekonomi dalam negri, bank serta
perusahaan – perusahaan besar dan perorangan dapat meminjamkan uangnya di dalam
maupun luar negri, tergantung dari tingginya tingkat bunga yang ditawarkan oleh masing –
masing negara.
China adalah sebuah negara yang berada di wilayah Asia Timur. Letak astronomis
China berada pada 18 hingga 54 derajat Lintang Utara dan 73 hingga 135 derajat Bujur
Timur. Hal ini membuat China memiliki dua iklim yang berbeda, yakni iklim sedang atau
tropis di bagian Utara dan subtropis di bagian Selatan. Perkembangan ekonomi di China
menjadikan china sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia
berdasarkan GDP dan PPP, serta menjadi eksportir dan importir terbesar di dunia. Sejak 1979
konsentrasi ekonomi China telah mengikuti strategi pembangunan baru yang menekankan
pada peran meningkatkan produktivitas dan memperkuat hubungan ekonomi eksternal. Ini
umumnya akan melibatkan pemberian otonomi yang lebih besar kepada otoritas lokal dan
unit ekonomi dasar, dan penggunaan mekanisme pasar yang lebih besar untuk mengatur dan
mengoordinasikan kegiatan ekonomi dan untuk memperbesar pilihan konsumen. Dengan
pasar domestiknya yang besar China menjadi negara yang menarik bagi para investor untuk
mennamkan modalnya.
Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi melebihi 1,4
miliar jiwa, yang mayoritas merupakan bangsa Tionghoa. China memiliki jumlah
penduduk terbanyak di dunia yaitu sekitar 1,4 milyar jiwa dengan luas wilayah 9,69 juta
kilometer persegi. Dan menjadikannya negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Pengelolaan urbanisasi merupakan hal fundamental bagi China dalam pencapaian tujuannya
untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi. Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir,
pertumbuhan ekonomi China berhasil membebaskan setengah milyar penduduk dari
kemiskinan, melalui perkembangan urbanisasi pesat yang menciptakan lapangan kerja
melimpah, lahan murah, serta infrastruktur yang baik. Namun, walaupun China telah
terhindar dari beberapa dampak negatif urbanisasi, beberapa tekanan mulai mengemuka
akibat pengembangan lahan yang kurang efisien, dan mengarah ke pertumbuhan kawasan
perkotaan dan kota mati, polusi yang mengancam kesehatan penduduk, serta lahan pertanian
dan sumber daya air yang mulai langka. Jumlah penduduk perkotaan China pada tahun 2030
diperkirakan akan meningkat ke sekitar satu miliar – atau mendekati 70 persen dari jumlah
penduduknya, mendorong para pemimpin China untuk berupaya menerapkan proses
urbanisasi yang lebih terkoordinir.
Perubahan orientasi China menjadi lebih terbuka pada pasar ekonomi global baru
terjadi setelah peristiwa reformasi ekonomi di masa Deng Xiaoping. Deng Xiaoping dalam
reformasinya melakukan restrukturisasi dalam sistem ekonomi negara China. Kebijakan yang
diambil oleh pemerintah China saat ini dapat dikatakan sukses dalam implementasinya. Sejak
reformasi ekonomi pada tahun 1978, China banyak mengalami kemajuan dalam sektor
ekonomi. Salah satu bentuk kebijakan ekonomi China adalah mereka memiliki five year plan.
Itu merupakan sebuah panduan dan tujuan ekonomi China yang akan diraih dalam jangka
waktu lima tahun. Di dalam five year plan tersebut terdapat beberapa sektor yang dilakukan
modernisasi seperti, agrikultur, industri dan edukasi. Banyak hal lain yang diimplementasikan
China dalam rancangan tersebut.
China sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia memiliki ekonomi
paling besar dan paling kompleks. Sejak diperkenalkannya reformasi ekonomi tahun 1978,
China menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Per 2013, China juga
menjadi anggota berbagai macam organisasi lain seperti WTO, APEC, BRICS, Shanghai
Cooperation Organization, BCIM dan G-20. China adalah kekuatan besar di Asia, dan
menjadi superpower yang potensial menurut beberapa pengamat. Sektor swasta tercatat
sangat berpengaruh pada kesuksesan ekonomi China selama 45 tahun terakhir. Sektor swasta
telah menjadi sumber utama pertumbuhan dalam produktivitas dan lapangan kerja, dan
mendorong transformasi China menjadi manufaktur gardu listrik. Hal tersebut mendorong
bangkitnya bisnis swasta di China. Saat ini, bisnis swasta sedang merintis jalur baru di sektor
layanan, dan yang paling signifikan di ekonomi digital China yang terkemuka di dunia.
Selain itu, perang dagang juga memberi dorongan kuat bagi sektor bisnis swasta
China. Dinamisme dan daya saing sektor swasta China adalah alasan utama perang
perdagangan tidak terlalu berdampak pada jatuhnya ekspor China. Dalam sembilan bulan
yang berakhir pada bulan Maret, ekspor oleh sektor swasta China tumbuh rata-rata 15% per
tahun. Keberhasilan bisnis swasta China karena kemampuannya memanfaatkan skala dan
efisiensi operasi domestik mereka untuk bersaing di luar negeri dengan harga murah dan
inovasi cepat. Fakta bahwa lebih sulit bagi mereka untuk mengakses kredit daripada untuk
BUMN membuat bisnis swasta lebih efisien dalam mengerahkan modal investasi.
Transformasi ekonomi luar biasa di negara China dalam beberapa dekade terakhir telah
menarik ratusan juta orang keluar dari kemiskinan dan memicu belanja rumah tangga yang
sangat masif.
Pertumbuhan ekonomi china selama beberapa dekade ini meningkat tajam namun
dalam 2 tahun terakhir ekonomi China mulai melambat. Negara dengan ekonomi tebesar
kedua di dunia ini merasakan efek dari perang dagang dengan AS serta prospek perdagangan
yang semakin gelap dan upaya pemerintah untuk mengendalikan pinjaman yang beresiko
setelah kenaikan tingkat utang yang pesat. hal ini mengakibatkan ketidak pastian dan resiko
yang tinggi bagi perekonomian china. Selain itu juga dapat berpengaruh terhadap bisnis dan
pasar keuangan di seluruh dunia. Karena china merupakan negara pengekspor barang tebesar
di dunia dan penyerap bahan – bahan dari negara lain untuk mengekspor produk mereka.
Sementara itu pukulan ekonomi dari perang dagang China – AS juga diperkirakan akan
menjadi lebih nyata di China dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini dapat berdampak
pada tingkat ekspor dan dapat merugikan keuntungan perusahaan asal negara china.
Tekanan terhadap perekonomian China sudah terlihat. Sepeti merosotnya penjualan
mobil dalam beberapa bulan terakhir. Kemudian data resmi juga menunjukkan bahwa belanja
ritel secara umum telah melambat. Selain itu, utang warga China yang meningkat dengan
cepat, bisa mendorong keengganan mereka untuk berbelanja. Melihat hal ini, China
kemungkinan akan menghadapi kesulitan ekonomi dengan pendekatan mereka selama ini.
Tahun ini China telah melakukan pemangkasan pajak, investasi infrastruktur, dan
pelonggaran kebijakan moneter. Beijing diharapkan melakukan lebih banyak langkah lagi
untuk mengatasi permasalahan ini.
Para ekonom menyarankan agar China melonggarkan kebijakan pembatasan pasar
real estat di negara itu untuk mendorong aktivitas pembangunan. Namun, menurut Iris Pang,
ekonom China di bank investasi ING, dengan makin banyaknya kebijakan stimulus justru
lebih berisiko merusak upaya China untuk mengatasi masalah yang lebih dalam pada
perekonomian, termasuk mengekang sebagian besar utang dalam sistem keuangan.
Bank Rakyat China (PBOC) telah mengetatkan pengawasan terhadap ekonomi makro,
memperkuat reformasi keuangan, serta mencegah risiko keuangan sistemik demi mendorong
ekonomi riil. Bank Rakyat China akan melanjutkan kebijakan moneter tersebut dengan cara
mempertahankan pertumbuhan kredit moneter dan sosial yang wajar. Sebelumnya Bank
Sentral China menyatakan komitmennya untuk mempertahankan kebijakan moneter yang
pruden dan netral. Bank Sentral juga akan membuat kebijakan yang dapat menjaga likuiditas
tetap stabil. Namun begitu, analis memperkirakan Bank Rakyat China akan menerapkan
kebijakan moneter yang lebih ketat untuk mendukung pertumbuhan di negara dengan
ekonomi terkuat nomor dua di dunia tersebut.
Beberapa kendala yang masih harus dihadapi China kedepan diantaranya yaitu daya
beli konsumen yang masih rendah, sehingga permintaan produk-produk dipasaran tidak
meningkat. Selain itu struktur ekonomi pasar yang dibangun masih belum dilaksanakan
secara rasional karena distorsi yang dialami sebagai akibat dari pengawasan pemerintah yang
cukup ketat. Persoalan lain adalah kesenjangan pendapatan penduduk antar wilayah di China
makin melebar sebagai akibat pembangunan yang cepat, terutama sangat terasa antara
wilayah pantai timur China yang semakin maju dengan wilayah pedalaman (Barat dan
Tengah) yang masih tertinggal. Adapun masalah lain yang sifatnya jangka panjang, dan ini
menyangkut hal-hal yang sifatnya mendasar. Diprediksikan, China akan mengalami
kekurangan tanah, modal maupun buruh terdidik. Hal ini tentu akan menjadi perhatian dan
tantangan bagi pemerintah china dalam beberapa tahun kedepan untuk mengatasi persoalan –
persoalan yang akan terjadi dengan tanpa meninggalkan pertumbuhan perekonomiannya
dalam pasar perekonomian global.
Daftar Referensi

Hubbansyah, A. K. (2019). Dampak Pertumbuhan Ekonomi China Terhadap


Perekonomian Indonesia. JRB-Jurnal Riset Bisnis.
Sihono, T. (2009). Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat Terhadap
Perekonomian Asia. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan.
Wangke, H. (2013). Persaingan Ekonomi Jepang-China di Kawasan. Info Singkat
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi DPR. Vol. V, No.
03/I/P3DI/Februari.

Anda mungkin juga menyukai