Anda di halaman 1dari 31

Batu bara

Batu bara

Batu bara

Batu bara antrasit

Mineral utama: karbon

Mineral sekunder: hidrogen


belerang
oksigen
nitrogen

Jenis batuan: Batuan sedimen


Contoh batu bara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang
dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang
dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.

Batu bara secara umum


Umur batu bara
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah
masa pembentukan batu bara yang paling produktif di mana hampir seluruh deposit batu bara (black
coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis
di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier
(70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Materi pembentuk batu bara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu
bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

 Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan
batu bara dari periode ini.
 Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan
batu bara dari periode ini.
 Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur
Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak
dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
 Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan
heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin)
tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama
batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
 Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae
sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Penambangan

Tambang batu bara di Bihar, India.

Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan
sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk
pembuatan baja.[1]
Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris.
Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu
bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsurkarbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
 Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75%
dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

Pembentukan batu bara


Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah
pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:

 Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit
terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi)
dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
 Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.
Batu bara di Indonesia
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak
di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya
endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau
sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-
kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip
dengan kondisi kini. Beberapa di antaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air
tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk
pada kondisi di mana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan
membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal
ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya
lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang
terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.[2]
Endapan batu bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah atau
Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi,
Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan
dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran
Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur dalam,
yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia.[3] Lingkungan
pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan
endapan danau yang dangkal.
Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas namun
di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian
tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-
marin).[3] Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara di mana endapan fluvial
kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang kemudian ditutupi di
atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.[4]
Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir dan Asam-
asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan
Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur), Ombilin
(Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).
Dibawah ini adalah kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Eosen di Indonesia.

Kadar Kadar
Kadar Zat
air air Belerang Nilai energi
Tambang Cekungan Perusahaan abu terbang
total inheren (%ad) (kkal/kg)(ad)
(%ad) (%ad)
(%ar) (%ad)

Asam- PT Arutmin
Satui 10.00 7.00 8.00 41.50 0.80 6800
asam Indonesia

PT Arutmin
Senakin Pasir 9.00 4.00 15.00 39.50 0.70 6400
Indonesia

PT BHP
Petangis Pasir Kendilo 11.00 4.40 12.00 40.50 0.80 6700
Coal

PT Bukit 0.50 -
Ombilin Ombilin 12.00 6.50 <8.00 36.50 6900
Asam 0.60

PT Allied 10.00 37.30


Parambahan Ombilin 4.00 - 0.50 (ar) 6900 (ar)
Indo Coal (ar) (ar)

Endapan batu bara Miosen


Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang
luas di mana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping.
Pengangkatan dan kompresi adalah ketampakan yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan
maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai
bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera
bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu.
Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip
dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah
kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu bara Miosen ini
tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro)
atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi juga
tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan batu bara
di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim,
Cekungan Sumatera bagian selatan.
Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Miosen di
Indonesia.
Kadar Kadar
Kadar Zat
air air Belerang Nilai energi
Tambang Cekungan Perusahaan abu terbang
total inheren (%ad) (kkal/kg)(ad)
(%ad) (%ad)
(%ar) (%ad)

PT Kaltim
Prima Kutai 9.00 - 4.00 39.00 0.50 6800 (ar)
Prima Coal

PT Kaltim
Pinang Kutai 13.00 - 7.00 37.50 0.40 6200 (ar)
Prima Coal

Roto PT Kideco
Pasir 24.00 - 3.00 40.00 0.20 5200 (ar)
South Jaya Agung

PT Berau
Binungan Tarakan 18.00 14.00 4.20 40.10 0.50 6100 (ad)
Coal

PT Berau
Lati Tarakan 24.60 16.00 4.30 37.80 0.90 5800 (ad)
Coal

Sumatera
PT Bukit
Air Laya bagian 24.00 - 5.30 34.60 0.49 5300 (ad)
Asam
selatan

Paringin Barito PT Adaro 24.00 18.00 4.00 40.00 0.10 5950 (ad)

(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
Sumberdaya batu bara[sunting | sunting sumber]

Pengisian batu bara ke dalam kapal tongkang.


Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan
Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah
kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat,Jawa Tengah, Papua,
dan Sulawesi.
Badan Geologi Nasional memperkirakan Indonesia masih memiliki 160 miliar ton cadangan batu
bara yang belum dieksplorasi. Cadangan tersebut sebagian besar berada di Kalimantan Timur dan
Sumatera Selatan. Namun upaya eksplorasi batu bara kerap terkendala status lahan tambang.
Daerah-daerah tempat cadangan batu bara sebagian besar berada di kawasan hutan
konservasi.[5] Rata-rata produksi pertambangan batu bara di Indonesia mencapai 300 juta ton per
tahun. Dari jumlah itu, sekitar 10 persen digunakan untuk kebutuhan energi dalam negeri, dan
sebagian besar sisanya (90 persen lebih) diekspor ke luar.
Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum
digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat dibandingkan solar,
dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp
0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200/liter).
Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia. Jumlahnya
sangat berlimpah, mencapai puluhan miliar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memasok
kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin
membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain
mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan
kurang memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika dikonversi
menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi tinggi. Dua cara yang
dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi (penyubliman) batu bara.
Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya secara
continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum, cara-cara
pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-lain,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.

Gasifikasi batu bara


Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas batu bara
yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) – dapat
digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas
kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi
udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur dan
nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila mengapung di
udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh
ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan asam" “acid rain”. Disini
juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan batu bara, partikel
kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil
ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari
cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.
Bagaimana membuat batu bara bersih
Ada beberapa cara untuk membersihkan batu bara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia
kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara yang ditemukan di Ohio,
Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat
batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian
sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting
bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batu
bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron
pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batu bara. Secara khusus pada
proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang terisi air , batu bara
mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan
"coal preparation plants" yang membersihkan batu bara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara adalah
secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic sulfur,"
dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batu
bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu bara, tetapi
kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya
dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978 —
telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil
pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue
gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" — karena mereka men-
scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batu bara.
Membuang NOx dari batu bara
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar daripada udara yang dihirup, pada kenyataannya
80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen mengambang terikat satu sama
lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000
F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen
oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang
terjebak di dalam batu bara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang kadang kala
terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk “acid rain” (hujan asam), dan
dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut “ground level ozone”, tipe lain daripada polusi
yang dapat membuat kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar di mana ada lebih banyak
bahan bakar daripada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini kebanyakan
oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran pembakaran
kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua di mana terdapat proses yang mirip berulang-
ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged combustion" karena
batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx burners" dan telah
dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari
separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang membersihkan NOX dari flue
gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus yang
disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih
mahal dari "low-NOx burners," namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox.
Cadangan batu bara dunia

Daerah batu bara di Amerika Serikat

Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 × 1015 kg atau 1 trilyun ton) total
batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi tambang saat ini, diperkirakan
setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai energi dari semua batu bara dunia adalah 290
zettajoules.[6] Dengan konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt,[7] terdapat cukup batu bara untuk
menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600 tahun.
British Petroleum, pada Laporan Tahunan 2006, memperkirakan pada akhir 2005, terdapat 909.064
juta ton cadangan batu bara dunia yang terbukti (9,236 × 1014 kg), atau cukup untuk 155 tahun
(cadangan ke rasio produksi). Angka ini hanya cadangan yang diklasifikasikan terbukti, program bor
eksplorasi oleh perusahaan tambang, terutama sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus
memberikan cadangan baru.
Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di Amerika Serikat sekitar
1.081.279 juta ton (9,81 × 1014 kg), yang setara dengan 4.786 BBOE (billion barrels of oil
equivalent).[8]
Cadangan batu bara dunia pada akhir 2005 (dalam juta ton)[9][10][11][12]
Negara Bituminus (termasuk antrasit) Sub-bituminus Lignit TOTAL
Amerika Serikat 115.891 101.021 33.082 249.994
Rusia 49.088 97.472 10.450 157.010
Republik Rakyat Tiongkok 62.200 33.700 18.600 114.500
India 82.396 2.000 84.396
Australia 42.550 1.840 37.700 82.090
Jerman 23.000 43.000 66.000
Afrika Selatan 49.520 49.520
Ukraina 16.274 15.946 1.933 34.153
Kazakhstan 31.000 3.000 34.000
Polandia 20.300 1.860 22.160
Serbia dan Montenegro 64 1.460 14.732 16.256
Brazil 11.929 11.929
Kolombia 6.267 381 6.648
Kanada 3.471 871 2.236 6.578
Ceko 2.114 3.414 150 5.678
Indonesia 790 1.430 3.150 5.370
Botswana 4.300 4.300
Uzbekistan 1.000 3.000 4.000
Turki 278 761 2.650 3.689
Yunani 2.874 2.874
Bulgaria 13 233 2.465 2.711
Pakistan 2.265 2.265
Iran 1.710 1.710
Britania Raya 1.000 500 1.500
Rumania 1 35 1.421 1.457
Thailand 1.268 1.268
Meksiko 860 300 51 1.211
Chili 31 1.150 1.181
Hongaria 80 1.017 1.097
Peru 960 100 1060
Kirgizstan 812 812
Jepang 773 773
Spanyol 200 400 60 660
Korea Utara 300 300 600
Selandia Baru 33 206 333 572
Zimbabwe 502 502
Belanda 497 497
Venezuela 479 479
Argentina 430 430
Filipina 232 100 332
Slovenia 40 235 275
Mozambik 212 212
Swaziland 208 208
Tanzania 200 200
Nigeria 21 169 190
Greenland 183 183
Slowakia 172 172
Vietnam 150 150
Republik Kongo 88 88
Korea Selatan 78 78

Niger 70 70

Afganistan 66 66
Aljazair 40 40
Kroasia 6 33 39
Portugal 3 33 36
Perancis 22 14 36
Italia 27 7 34
Austria 25 25
Ekuador 24 24
Mesir 22 22
Irlandia 14 14
Zambia 10 10
Malaysia 4 4
Afrika Tengah 3 3
Myanmar 2 2
Malawi 2 2
Kaledonia Baru 2 2

Nepal 2 2

Bolivia 1 1

Norwegia 1 1
Taiwan 1 1
Swedia 1 1
Negara pengekspor batu bara utama
Pengekspor batu bara berdasarkan negara dan tahun
(dalam juta ton)[13]
Negara 2003 2004
Australia 238,1 247,6
Amerika Serikat 43,0 48,0
Afrika Selatan 78,7 74,9
Uni Soviet 41,0 55,7
Polandia 16,4 16,3
Kanada 27,7 28,8
Republik Rakyat Tiongkok 103,4 95,5
Amerika Selatan 57,8 65,9
Indonesia 200,8 131,4
Total 713,9 764,0
Manfaat Batubara dan Kerusakan
yang di akibatkan
Manfaat Batubara dan Kehancuran. Apa yang tersirat dalam benak Anda, jika mendengar kata
batubara? Sebuah bongkahan batu hitam legam, atau Anda membayangkan kepulan asap hitam
keluar dari cerobong, atau bayangan Anda tertuju kepada pegunungan yang hijau kemudian
rusak akibat pengerukan batubara? Apa yang Anda bayangkan memang nyata terjadi, dan
memang seperti itulah sifat batubara, hitam dan merusak. Saya ingin berbagi cerita mengenai
dampak buruk yang diakibatkan oleh batubara berikut pengolahannya.
Indonesia mengalami kecanduan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil , terutama terhadap
batubara, bahan bakar terkotor di muka bumi. Lebih dari 90% listrik yang dihasilkan di negeri ini
berasal dari bahan bakar fosil, sepertiganya berasal dari batubara, dan sepertinya pemerintah
tidak akan menghentikan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap bahan bakar fosil ini dalam
waktu dekat. Alih-alih, pemerintah Indonesia malah menganggap batubara sebagai obat mujarab
untuk mengatasi permasalahan energi negeri ini, pemerintah justru terus membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di seluruh Indonesia. Pada tahun 2005,
pemerintah meluncurkan proyek percepatan pembangunan PLTU 10000 MW Tahap I, yang
keseluruhannya merupakan pembangkit listrik yang akan menggunakan bahan bakar batubara.
Pemerintah menargetkan pada tahun 2030, batubara akan menyumbangkan separuh dari total
listrik yang dihasilkan di negeri ini.

Manfaat Batubara
Batubara merupakan sumber energi yang paling kotor di planet ini, batubara juga merupakan
penyumbang utama gas rumah kaca penyebab pemanasan global di dunia. Indonesia merupakan
salah satu produsen utama batubara di dunia, saat ini Indonesia merupakan pengekspor batubara
terbesar kedua di dunia setelah Australia. Tahun 2011, total produksi batubara Indonesia
mencapai 350 juta ton, lebih dari 80% nya diekspor ke luar negeri.
Pulau Kalimantan merupakan penghasil utama batubara di Indonesia, lebih dari 70% produksi
batubara negeri ini berasal dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Pengerukan batubara
yang sangat massif di daerah tersebut meninggalkan jejak kerusakan yang maha dasyat, mulai
dari lubang-lubang raksasa yang ditinggalkan begitu saja pasca batubaranya dikeruk habis oleh
perusahaan tambang, sampai penggusuran masyarakat adat dari tanah yang telah mereka tinggali
selama ratusan tahun. Batubara dari hulu ke hilir, menyisakan dampak yang buruk dan sulit
untuk ditanggulangi. Jejak kerusakan batubara tidak berakhir di pertambangan, tetapi terus
berlanjut selama perjalanannya, dalam proses pembakarannya di PLTU,batubara mengeluarkan
polusi zat-zat beracun, mulai dari karbonmonoksida, mercury, sampai ke karbondioksida, gas
rumah kaca penyebab pemanasan global itu. Akibatnya, kehidupan masyarakat yang tinggal
disekitar PLTU, berubah pasca PLTU tersebut mulai dibangun dan semakin memburuk ketika
PLTU tersebut mulai beroperasi.
Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada kondisi temperatur dan
tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami
pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya
diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen. Material-
material sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan
sedimen.[1]
Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi. Diperkirakan batuan sedimen mencakup 8%
dari total volume kerak bumi.[2]
Studi tentang urutan strata batuan sedimen adalah sumber utama untuk pengetahuan ilmiah tentang
sejarah bumi, termasuk Paleogeografi, paleoklimatologi dan sejarah kehidupan. Disiplin ilmu yang
mempelajari sifat-sifat dan asal batuan sedimen disebut sedimentologi. Sedimentologi adalah
bagian dari baik geologi maupun geografi fisik dan tumpang tindih sebagian dengan disiplin lain
dalam ilmu bumi, seperti pedologi, geomorfologi, geokimia dan geologi struktur.
Batuan sedimen terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi. Materi hasil erosi terdiri atas
berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Cara
pengangkutannya pun bermacam-macam seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-
lompat (saltation), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (solution).

Batuan Sedimen di Mars, hasil investigasi NASA menggunakan Curiosity Mars Rover

Batugamping, jenis umum batuan sedimen


Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan genesannya
Berdasarkan proses yang bertanggung jawab untuk pembentukan mereka, batuan sedimen dapat
dibagi menjadi empat kelompok: batuan sedimen klastik , batuan sedimen biokimia (atau biogenik) ,
batuan sedimen kimia dan kategori keempat untuk "kategori lainnya" adalah untuk batuan sedimen
yang dibentuk oleh dampak vulkanisme, dan proses-proses minor lainnya.
Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik terdiri dari mineral silikat dan fragmen batuan yang diangkut menggunakan
fluida yang bergerak (sebagai bed load, suspended load, atau sebagai sedimen aliran gravitasi) dan
terendapkan ketika fluida ini berhenti. Batuan sedimen klastik sebagian besar terdiri
dari kuarsa, feldspar, fragmen batuan (litik), mineral lempung, dan mika; banyak mineral lainnya
dapat hadir sebagai mineral aksesoris dan mungkin penting secara lokal.
Sedimen klastik, dan akhirnya menjadi batuan sedimen klastik , dibagi sesuai dengan ukuran
partikel yang dominan (diameter). Kebanyakan ahli geologi menggunakan skala ukuran butir Udden-
Wentworth dan membagi sedimen terkonsolidasi menjadi tiga fraksi: kerikil (diameter> 2 mm ), pasir
(diameter 1/16 hingga 2 mm ), dan lumpur (lempung berdiameter <1/256 mm sedang lanau
berdiameter antara 1/16 dan 1/256 mm). Klasifikasi batuan sedimen klastik sejajar skema
ini; konglomerat dan breksi sebagian besar terbuat dari kerikil, batupasir sebagian besar terbuat
dari pasir, dan batulumpur sebagian besar terbuat dari lumpur. Subdivisi tripartit ini mirip dengan
pembagian kategori pada literatur yang lebih tua yakni rudit, arenit, dan lutit.
Subbagian tiga kategori luas ini didasarkan pada perbedaan dalam bentuk klas
(konglomerat dan breksi), komposisi (batupasir), ukuran butir dan / atau tekstur (batulumpur).
Batuan sedimen biokimia
Batuan sedimen biokimia dibuat ketika biota menggunakan bahan terlarut di udara atau air untuk
membangun jaringan mereka. Contohnya termasuk :

 Sebagian besar batugamping yang terbentuk dari kerangka biota berkapur


seperti karang, moluska, dan foraminifera.
 Batubara, terbentuk dari tanaman yang menghilangkan karbon dari atmosfer dan
mengkombinasikannya dengan unsur-unsur lain untuk membentuk jaringannya.
 Endapan rijang terbentuk dari akumulasi kerangka mengandung silika dari biota mikroskopis
seperti radiolaria Dan diatom.
Batuan sedimen kimia
Batuan sedimen kimia terbentuk ketika konstituen mineral dalam larutan menjadi jenuh dan
terpresipitasi secara anorganik . Batuan sedimen kimia yang umum meliputibatugamping oolitik dan
batuan-batuan yang terdiri dari mineral evaporit, seperti halit (batuan
garam), silvit, barit dan gypsum.
Kategori keempat ini termasuk batuan yang terbentuk oleh arus piroklastik, breksi impact , breksi
vulkanik, dan proses relatif jarang lainnya.
Skema klasifikasi batuan sedimen berdasarkan komposisi
Alternatif klasifikasi batuan sedimen dapat dibagi menjadi grup-grup komposisional berdasarkan
mineraloginya :

 Batuan sedimen silisiklastik


 Batuan sedimen karbonatan
 Batuan sedimen evaporit
 Batuan sedimen karya organik
 Batuan sedimen silikaan
 Batuan sedimen kaya besi
 Batuan sedimen fosfat

Deposisi dan diagenesis[sunting | sunting sumber]

cross bedding dan scour di batupasir pada formasi logan, Ohio, Amerika Serikat

Transportasi sedimen dan deposisi (pengendapan)


Batuan sedimen terbentuk ketika sedimen diendapkan dari udara, es, angin, gravitasi, atau air
mengalir yang membawa partikel dalam bentuk suspensi. Sedimen ini sering terbentuk
ketika pelapukan dan erosi memecah batuan di daerah sumber (provenans) menjadi material .
Material kemudian diangkut dari daerah sumber ke daerah pengendapan. Jenis sedimen yang
diangkut tergantung pada keadaan geologi dari hinterland (daerah sumber sedimen). Namun,
beberapa batuan sedimen, seperti evaporit, terdiri dari material yang terbentuk di tempat
pengendapan. oleh karena itu, sifat batuan sedimen, tidak hanya tergantung pada pasokan
sedimen, tetapi juga pada lingkungan pengendapan sedimen di mana ia terbentuk.
Diagnesis

tekanan larutan bekerja pada batuan sedimen klastik

Istilah diagenesis digunakan untuk menggambarkan semua perubahan kimia, fisik, dan biologis,
termasuk sementasi, yang dialami oleh sedimen setelah deposisi awal, eksklusif pada pelapukan
permukaan. Beberapa dari proses ini menyebabkan sedimen terkonsolidasi: membentuk substansi
solid dan kompak dari material lepas. Batuan sedimen muda, terutama mereka yang berusia Kuarter
(periode terbaru dari skala waktu geologi) sering masih belum terkonsolidasi. Ketika deposisi
sedimen terjadi, pembebanan (overburden) menyebabkan tekanan meningkat, dan proses yang
dikenal sebagai litifikasiberlangsung.
Batuan sedimen sering terjenuhkan dengan air laut atau air tanah, di mana mineral dapat terlarut
atau terendapkan. Mengendapnya mineral mengurangi ruang pori dalam batuan, proses yang biasa
disebut sementasi. Karena penurunan ruang pori, cairan bawaan asli terusir atau dikeluarkan.
Mineral yang diendapkan membentuk semen dan membuat batuan lebih kompak dan kompeten.
Dengan cara ini, klas-klas yang semula longgar dalam batuan sedimen dapat menjadi "terpaku"
bersama-sama.
Seiring sedimentasi berlangsung, lapisan batuan yang lebih tua menjadi terkubur lebih dari
sebelumnya. Tekanan litostatik dalam batuan meningkat seiring meningkatnya beban dari sedimen
di atasnya. Hal ini menyebabkan Kompaksi(pemadatan), sebuah proses di mana butir-butir klas ter-
reorganisasi. Kompaksi adalah proses diagenesa yang penting dalam pembentukan - misalnya-
batulempung, yang awalnya dapat terdiri dari 60% air. Selama pemadatan, air interstitial ini ditekan
keluar dari ruang pori. Kompaksi juga dapat terjadi sebagai hasil dari pelarutan butiran akibatlarutan
tekanan. Material terlarut akan terendapkan lagi di ruang pori terbuka, yang berarti akan ada aliran
material ke dalam pori-pori. Namun, dalam beberapa kasus, mineral tertentu larut dan tidak
mengendap lagi. Proses ini, disebut pencucian (leaching), meningkatkan ruang pori di batuan.
Beberapa proses biokimia, seperti aktivitas bakteri, dapat mempengaruhi mineral dalam batuan dan
oleh karena itu dianggap sebagai bagian dari diagenesis. Jamur dan tanaman (oleh akarnya) dan
berbagai organisme lain yang hidup di bawah permukaan juga dapat mempengaruhi diagenesis.
Penguburan (overburden) batuan akibat sedimentasi yang sedang berlangsung menyebabkan
peningkatan tekanan dan temperatur, yang merangsang reaksi kimia tertentu. Contohnya adalah
reaksi di mana bahan organik menjadi lignit atau batubara. Ketika suhu dan peningkatan tekanan
lebih jauh, ranah diagenesis membuat jalan bagi metamorfosis, proses yang membentuk batuan
metamorf.
Sifat-sifat batuan sedimen
Sifat-sifat yang dapat diidentifikasi dari batuan sedimen adalah sebagai berikut:
Warna

Sepotong banded iron fomation.Sejenis batuan yang terdiri dari perselingan lapisan besi (III) oksida (merah)
dan lapisan besi (II) oksida (abu-abu). Batuan ini biasa terbentuk pada zaman prekambrian, ketika atmosfer
masih memiliki sedikit oksigen. Afrika Selatan

Warna dari batuan sedimen sebagian besar ditentukan oleh besi yang terkandung didalamnya, yang
merupakan unsur dengan dua oksida utama: besi (II) oksida dan besi (III) oksida. Besi (II) oksida
hanya terbentuk dalam keadaan anoxicdan menyebabkan batuan berwarna abu-abu atau kehijauan.
Besi (III) oksida sering muncul dalam bentuk mineral hematitdan menyebabkan batuan berwarna
kemerahan hingga kecoklatan. Dalam iklim kering benua, batuan berada dalam kontak langsung
dengan atmosfer di mana oksidasi adalah proses penting, sehingga menyebabkan batuan berwarna
merah atau oranye. Sekuen tebal batuan sedimen berwarna merah yang terbentuk di
iklim arid sering disebut red bed. Namun, warna merah tidak selalu berarti bahwa batuan tersebut
terbentuk di lingkungan benua atau di iklim kering.[3]
Kehadiran bahan organik dapat mewarnai batuan menjadi hitam atau abu-abu. Bahan organik di
alam terbentuk dari organisme mati yang sebagian besar tanaman. Biasanya, bahan tersebut
akhirnya meluruh oleh oksidasi atau aktivitas bakteri. Meskipun begitu, dalam keadaan anoxic,
bahan organik tidak dapat membusuk, dan menjadi sedimen gelap yang kaya bahan organik
tersebut. Hal ini dapat terjadi misalnya di bagian bawah laut dalam dan danau. Hanya terdapat
sedikit aliran air di lingkungan tersebut, sehingga oksigen dari air permukaan tidak dibawa turun,
dan sedimen yang terendapkan disana biasanya adalah batulempung. Oleh karena itu batuan gelap
kaya bahan organik yang sering terbentuk adalahserpih.[3][4]
Tekstur

Diagram diatas menggambarkan butiran dengan sortasi baik (kiri) dan butiran dengan sortasi buruk (kanan)
Ukuran, bentuk dan orientasi klas atau mineral dalam batuan disebut tekstur. Tekstur adalah sifat-
sfiat skala kecil dari batuan, namun tekstur juga cukup banyak ditentukan oleh sifat-sifat batuan
skala besar, seperti kepadatan, porositas atau permeabilitas.[5]
Batuan sedimen klastik memiliki 'tekstur klastik', yang berarti mereka terdiri dari klas-klas. Orientasi
tiga dimensi dari klas-klas disebut fabrik batuan. Antara setiap klas-klas, batuan dapat terdiri dari
matriks atau semen (yang terakhir dapat terdiri dari kristal yang berasal dari satu atau lebih mineral
presipitasi). Ukuran dan bentuk klas-klas dapat digunakan untuk menentukan kecepatan dan arah
arus di lingkungan pengendapan di mana batuan itu terbentuk; batulempung gampingan berbutir
halus hanya terendapkan di air tenang sementara kerikil dan klas-klas yang lebih besar hanya
terendapkan oleh air yang bergerak cepat.[6][7] Ukuran butir batuan biasanya dinyatakan dengan
skala Wentworth, namun skala alternatif kadang-kadang digunakan. Ukuran butir dapat dinyatakan
sebagai diameter atau volume, dan selalu nilai rata-rata karena batuan terdiri dari klas-klas dengan
ukuran yang berbeda. Distribusi statistik dari ukuran butir yang berbeda untuk jenis batuan yang
berbeda dijelaskan dalam sifat yang disebut pemilahan batuan (sortasi). Ketika semua klas kurang
lebih berukuran sama, batuan disebut 'sortasi baik', dan ketika ada variasi yang cukup besar dari
ukuran klas/butir, batuan disebut 'sortasi buruk'.[8][9]

Kebundaran (rounding) dan kebulatan (sphericity)

Bentuk butiran dapat mencerminkan asal batuan.


Coquina, batuan yang terdiri dari klas kerang yang rusak, hanya dapat terbentuk dalam air
energetik. Bentuk klas dapat dijelaskan dengan menggunakan empat parameter:[10][11]

 Tekstur permukaan menggambarkan relief skala kecil permukaan butiran yang terlalu kecil
untuk dapat mempengaruhi bentuk umumnya.
 Kebundaran atau roundness menggambarkan kehalusan bentuk butir
 Kebulatan atau sphericity menggambarkan sejauh mana bentuk butir atau klas mendekati bola.
 Bentuk butir menggambarkan bentuk tiga dimensi dari butir.
Batuan sedimen kimia memiliki tekstur non-klastik, yang terdiri sepenuhnya dari kristal. Untuk
menggambarkan tekstur batuan tersebut, hanya ukuran rata-rata kristal dan fabrik yang diperlukan.
Mineralogi
Kebanyakan batuan sedimen mengandung baik kuarsa (terutama batuan silisiklastik)
maupun kalsit ( terutama batuan karbonat). Berbeda dengan batuan beku dan batuan metamorf,
batuan sedimen biasanya mengandung sangat sedikit mineral utama yang berbeda. Namun, asal-
usul mineral dalam batuan sedimen sering lebih kompleks daripada dalam batuan beku. Mineral
dalam batuan sedimen dapat (telah) dibentuk oleh presipitasi selama sedimentasi maupun ketika
terjadi diagenesis. Dalam kasus diagenesis, mineral presipitasi dapat tumbuh diatas semen yang
lebih tua satu generasi .[12] Sejarah diagenesis kompleks dapat dipelajari di mineralogi optik,
menggunakan mikroskop petrografi.
Batuan sedimen karbonat dominan terdiri dari mineral karbonat seperti kalsit, aragonit atau dolomit.
Baik semen maupun klas/butir (termasuk fosil dan ooid) dari batuan karbonat dapat terdiri dari
mineral karbonat. Mineralogi dari batuan sedimen klastik ditentukan oleh material yang dipasok dari
daerah sumber, cara transportasi ke tempat pengendapan dan stabilitas mineral tertentu. Stabilitas
mineral pembentuk utama batuan (ketahanan terhadap pelapukan) dinyatakan oleh seri reaksi
Bowen. Dalam seri ini, kuarsa adalah yang paling stabil, diikuti oleh feldspar, mika, dan mineral
kurang stabil lainnya yang hanya hadir ketika telah terjadi sedikit pelapukan .[13] Jumlah pelapukan
terutama bergantung pada jarak ke daerah sumber, iklim lokal dan waktu yang dibutuhkan untuk
sedimen yang akan diangkut sana. Di sebagian besar batuan sedimen, mika, mineral feldspar dan
mineral kurang stabil lainnya telah bereaksi dengan mineral lempung
seperti kaolinit, illite atau smektit.
Fosil

Lapisan kaya fosil di batuan sedimen, California, Amerika Serikat

Di antara tiga jenis utama dari batuan, fosil paling sering ditemukan di batuan sedimen. Tidak seperti
kebanyakan batuan beku dan batuan metamorf, batuan sedimen terbentuk pada suhu dan tekanan
yang tidak merusak sisa-sisa fosil. Seringkali fosil ini mungkin hanya terlihat ketika belajar di bawah
mikroskop (mikrofosil) atau dengan kaca pembesar atau lup.
Organisme mati di alam biasanya cepat dihapus oleh binatang pemakan bangkai dan bakteri,
maupun akibat pembusukan dan erosi. Namun, sedimentasi dapat berkontribusi untuk keadaan
tertentu di mana proses alami yang tadi disebutkan tidak mampu bekerja, sehingga menyebabkan
fosilisasi. Kesempatan fosilisasi jauh lebih tinggi ketika: tingkat sedimentasi sangat tinggi
(menyebabkan bangkai cepat terkubur), di lingkungan anoxic (di mana hanya terjadi sedikit aktivitas
bakteri), maupun jika organisme memiliki kerangka yang keras. fosil terawat berukuran besar relatif
jarang.
Galian (burrow) di turbidit, dibuat oleh krustacea,
Pyrenees

Fosil dapat berbentuk sisa-sisa langsung atau jejak organisme dan kerangka mereka. Paling umum
diawetkan adalah bagian keras dari organisme seperti tulang, tempurung, dan jaringan kayu
dari tanaman. Jaringan lunak memiliki kesempatan yang jauh lebih kecil untuk diawetkan dan
terfosilisasi, dan jaringan lunak dari hewan yang lebih tua dari 40 juta tahun sangat jarang.[14] Jejak
dari organisme yang dibuat saat masih hidup disebut fosil jejak. Contohnya adalah liang, jejak kaki,
dll
Menjadi bagian dari batuan sedimen atau metamorf, fosil menjalani proses diagenesa yang sama
seperti batuan. Misalnya, sebuah tempurung terdiri dari kalsit dapat melarutkan sementara semen
silika kemudian mengisi rongga. Dengan cara yang sama, mineral-mineral presipitasi dapat mengisi
rongga-rongga yang sebelumnya ditempati oleh pembuluh darah, jaringan pembuluh darah atau
jaringan lunak lainnya. Hal ini dapat mempertahankan bentuk organisme tetapi mengubah komposisi
kimia, proses yang disebut permineralization.[15][16] Mineral yang paling umum di
semen permineralisasi adalah karbonat (terutama kalsit), berbagai bentuk silika amorf
(kalsedon, flint, rijang) danpirit. Dalam kasus semen silika, proses ini disebut litifikasi.
Pada suhu dan tekanan yang tinggi, bahan organik dari organisme mati mengalami reaksi kimia di
mana zat-zat mudah menguap (volatil) seperti air dan karbon dioksida akan dikeluarkan. Fosil
tersebut, pada akhirnya, terdiri dari lapisan tipis karbon murni atau bentuk mineralisasinya, grafit.
Jenis fosilisisasi ini disebut karbonisasi. Hal ini sangat penting untuk fosil tanaman.[17] Proses yang
sama bertanggung jawab untuk pembentukan bahan bakar fosil sepertilignit atau batubara lainnya.
Struktur sedimen primer

Perlapisan - Silang siur batupasir fluviatil, Kepulauan Shetland


Struktur di batuan sedimen dapat dibagi ke dalam struktur 'primer' (terbentuk selama pengendapan)
dan struktur 'sekunder' (terbentuk setelah pengendapan). Tidak seperti tekstur, struktur selalu
berbentuk fitur skala besar pada batuan yang dapat dengan mudah dipelajari di lapangan. Struktur
sedimen dapat menunjukkan sesuatu tentang lingkungan pengendapan sedimen atau dapat
berfungsi untuk mengindikasi di bagian mana batuan tersebut berada ketika sebelum terjadi
pembalikan maupun gaya tektonik lainnya.

Flute cast, salah satu tipe sole mark, Utah, Amerika Serikat

Batuan sedimen yang tersusun berlapis-lapis disebut lapisan atau strata. Sebuah lapisan
didefinisikan sebagai lapisan batuan yang memiliki litologi dan tekstur yang seragam . Lapisan
terbentuk oleh pengendapan lapisan sedimen di atas satu sama lain. Urutan lapisan yang
mencirikan batuan sedimen disebut perlapisan.[18][19] Lapisan tunggal dapat memiliki ketebalan dari
beberapa sentimeter hingga beberapa meter. Lapisan yang lebih halus dan kurang terlihat disebut
laminae, dan struktur yang terbentuk di batuan disebut laminasi. Ketebalan laminae biasanya kurang
dari beberapa sentimeter.[20] Meskipun perlapisan dan laminasi umumnya dimulai dalam keadaan
horizontal di alam, hal ini tidak selalu terjadi. Pada beberapa lingkungan tertentu, lapisan-lapisan
diendapkan pada sudut tertentu . Kadang-kadang beberapa set lapisan dengan orientasi yang
berbeda berada di batuan yang sama, struktur yang disebut perlapisan- silang siur ( cross
bedding). [21] Perlapisan - silang siur terjadi ketika erosi skala kecil terjadi selama deposisi,
memotong bagian perlapisan. Perlapisan yang baru lalu terjadi membentuk sudut terhadap
perlapisan yang lebih tua.
Kebalikan dari perlapisan - silang siur adalah paralel laminasi , di mana setiap lapisan sedimen
saling sejajar satu sama lain.[22] Pada laminasi, perbedaan umumnya disebabkan oleh perubahan
siklus dalam pasokan sedimen yang disebabkan, misalnya, oleh perubahan musiman dalam curah
hujan, suhu atau kegiatan biokimia . Lamina yang mewakili perubahan musim (mirip
dengan lingkaran pohon) disebut varve. Setiap batuan sedimen terdiri dari lapisan dengan skala
milimeter bahkan lebih halus lagi yang diberi nama dengan istilah umu laminit. Beberapa batuan
tidak memiliki laminasi sama sekali; karakter struktural mereka disebut struktur masif.
Perlapisan berusun (graded bedding) adalah struktur dimana lapisan dengan ukuran butir yang lebih
kecil terjadi di atas lapisan dengan butiran lebih besar. Struktur ini terbentuk ketika air yang mengalir
cepat berhenti mengalir. Klas - klas yang lebih besar dan berat mengendap lebih dulu baru
kemudian klas - klas yang lebih kecil. Meskipun perlapisan bersusun dapat terbentuk dalam
berbagai lingkungan yang berbeda, struktur ini adalah karakteristik utama pada arus turbidit.[23]
Tanda riak (ripple mark) ditemukan di Bavaria, Jerman

Bentuk lapisan (bedform atau bentuk permukaan perlapisan tertentu) dapat menjadi indikasi untuk
lingkungan sedimen tertentu juga. Contoh - contoh bentuk lapisan termasuk bukit (dune) dan tanda
riak (ripple mark). Tapak riak (sole mark) , seperti tanda alat (tool mark) dan cetakan suling (flute
cast), merupakan hasil galian pada lapisan sedimen yang diawetkan. Bentuknya memanjang dan
sering digunakan sebagai indikasi arah aliran pada saat proses pengendapan berlangsung.[24][25]
Tanda riak juga terbentuk dalam air yang mengalir. Ada dua jenis: gelombang riak asimetris
(asymmetric wave ripples)dan arus riak simetris (symmetric current ripples). Lingkungan di mana
saat ini berada dalam satu arah, seperti sungai, menghasilkan riak asimetris. Semakin lama sayap
riak tersebut berorientasi berlawanan dengan arah arus.[26][27][28]Gelombang riak terjadi dalam
lingkungan di mana arus terjadi pada semua arah, seperti permukaan pasang surut.
Lumpur retak atau mudcrack terbentuk akibat dehidrasi sedimen yang kadang-kadang terjadi di atas
permukaan air. Struktur seperti ini umumnya ditemukan di permukaan pasang surut atau titik bar
(point bar) di sepanjang sungai.
Struktur sedimen sekunder
Struktur sedimen sekunder adalah struktur pada batuan sedimen yang terbentuk setelah
pengendapan. Struktur tersebut terbentuk oleh proses kimia, fisika dan biologi di dalam sedimen.
Mereka bisa menjadi indikator untuk keadaan lingkungan setelah deposisi. Beberapa dapat
digunakan sebagai kriteria umur relatif batuan.
Konkresi rijang di cyprus

Kehadiran material organik dalam sedimen dapat meninggalkan jejak lebih dari sekadar fosil. Jejak-
jejak terawetkan dan liang (burrow) adalah contoh jejak fosil (juga disebut ichnofossil).[29] Beberapa
jejak fosil seperti cetakan kaki dinosaurus atau manusia purba dapat menangkap imajinasi manusia,
tetapi jejak tersebut relatif jarang. Kebanyakan fosil jejak adalah liang moluska atau
arthropoda. Burrowing ini disebut bioturbasi oleh ahli sedimentologi. Bioturbasi dapat menjadi
indikator yang berharga dari lingkungan biologi dan ekologi setelah sedimen diendapkan. Di sisi lain,
aktivitas burrowing organisme dapat menghancurkan struktur-struktur sedimen primer lain, yang
membuat rekonstruksi menjadi lebih sulit.
Struktur sekunder juga dapat terbentuk oleh diagenesis atau pembentukan tanah (pedogenesis)
ketika sedimen tersingkap diatas permukaan air. Contoh struktur diagenesa umum dalam batuan
karbonat adalah stylolit.[30] Stylolit adalah bidang yang tidak teratur di mana material terlarutkan
menjadi pori-pori fluida di dalam batuan. Hasil presipitasi dari spesies kimia tertentu dapat mewarnai
batuan, atau disebut juga pembentukan konkresi (concretion). Konkresi merupakan kurang lebih
tubuh konsentris dengan komposisi yang berbeda dari batuan induk. Pembentukan mereka dapat
terjadi akibat presipitasi lokal akibat perbedaan kecil dalam komposisi atau porositas batuan induk,
seperti di sekitar fosil, di dalam liang atau di sekitar akar tanaman.[31] Pada batuan karbonat seperti
batugamping dan rijang, konkresi mudah ditemukan. Sedangkan batupasir terestrial dapat memiliki
konkresi besi. Konkresi kalsit di batulempung disebut konkresi septarian.
Setelah pengendapan, proses fisik dapat merusak sedimen, membentuk struktur-struktur sekunder
kelas tiga. Kontras densitas antar setiap lapisan sedimen yang berbeda, seperti antara pasir dan
lempung, bisa mengakibatkan struktur api (flame structure) atau cetakan beban (load cast), yang
dibentuk oleh diapirisme terbalik.[32] Diapirisme menyebabkan lapisan atas yang lebih padat
tenggelam ke dalam lapisan lainnya. Kadang-kadang, kontras densitas dapat terjadi ketika salah
satu satuan batuan mengalami dehidrasi. Lempung dapat dengan mudah dikompresi sebagai akibat
dari dehidrasi, sedangkan pasir mempertahankan volume yang sama namun menjadi relatif kurang
padat akibat dehidrasi. Di sisi lain, ketika tekanan fluida pori di dalam lapisan pasir melampaui titik
kritis, pasir dapat mengalir melalui lapisan lempung di atasnya, membentuk tubuh diskordan dari
batuan sedimen yang disebut dike sedimen (proses yang sama dapat membentuk gunung berapi
lumpur di permukaan).
Sebuah dike sedimen juga dapat terbentuk di iklim dingin di mana tanah secara permanen beku
selama hampir sepanjang tahun. Pelapukan frost dapat membentuk retakan di tanah yang dapat
terisi dengan puing-puing dari atas. Struktur tersebut dapat digunakan sebagai indikator iklim urutan
pembentukan.[33]
Kontras padatan juga dapat menyebabkan patahan skala kecil , bahkan saat sedimentasi
berlangsung (syn-sedimentaru fault).[34] faulting tersebut juga dapat terjadi ketika massa besar
sedimen tak terlitifikasi tersimpan di lereng, seperti di sisi depan dari delta atau lereng benua.
Ketidakstabilan dalam sedimen tersebut dapat mengakibatkan longsor (slumping). Struktur yang
dihasilkan pada batuan akibat proses tersebut yakni lipatan dan patahan sinsedimentasi, yang sulit
sekali dibedakan dengan patahan dan lipatan yang diakibatkan oleh gaya tektonik.

Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen[sunting | sunting sumber]


Situasi di mana batuan sedimen terbentuk disebut lingkungan pengendapan. Setiap lingkungan
pengendapan memiliki kombinasi karakteristik proses geologi dan situasi yang berbeda. Jenis
sedimen yang diendapkan tidak hanya bergantung pada sedimen yang diangkut ke suatu tempat,
tetapi juga bergantung pada lingkungan pengendapan itu sendiri.[35]
Lingkungan pengendapan laut atau marin bermakna bahwa batuan tersebut terbentuk di laut atau
samudra. Seringkali, Lingkungan pengendapan laut dangkal dan laut dalam dibedakan. Laut
dalam biasanya mengacu pada lingkungan pengendapan dengan kedalaman lebih dari 200 m di
bawah permukaan air. Lingkungan laut dangkal ada yang berdekatan dengan garis pantai dan dapat
meluas keluar batas landas kontinen (continental shelf / paparan benua). Air di lingkungan tersebut
memiliki energi yang umumnya lebih tinggi daripada di lingkungan laut dalam karena aktivitas
gelombang. Ini berarti bahwa partikel sedimen kasar dapat diangkut dan sedimen yang diendapkan
bisa lebih kasar daripada di lingkungan laut dalam. Ketika sedimen yang tersedia diangkut dari
benua, secara bergantian pasir, lempung, dan lanau diendapkan. Ketika benua terletak sangat jauh,
jumlah sedimen yang dibawa tersebut mungkinlebih sedikit, dan proses biokimia mendominasi jenis
batuan yang terbentuk. Terutama di iklim hangat, lingkungan laut dangkal yang jauh dari lepas
pantai biasanya terdiri dari endapan karbonat. Air dangkal dan hangat merupakan habitat yang
ideal bagi banyak organisme kecil yang membangun kerangka karbonat. Ketika organisme ini mati,
kerangka mereka tenggelam ke dasar, membentuk lapisan tebal lumpur gampingan yang dapat
membatu menjadi batugamping. Lingkungan laut dangkal yang hangat juga merupakan lingkungan
yang ideal untuk terumbu karang, yang merupakan sedimen yang terdiri dari kerangka karbonat dari
organisme yang lebih besar.[36]
Di lingkungan pengendapan laut dalam, arus air di dasar laut kecil. Hanya partikel halus dapat
diangkut ke tempat-tempat ini. Biasanya sedimen yang terendapkan di dasar laut dalam adalah
lempung halus atau kerangka-kerangka kecil mikroorganisme. Pada kedalaman 4 km, kelarutan
karbonat meningkat secara dramatis (zona kedalaman di mana hal ini terjadi disebut isoklin).
Sedimen karbonatan yang tenggelam di bawah lysoklin kemudian larut, sehingga tidak ada
batugamping yang dapat dibentuk di bawah kedalaman ini. Namun Kerangka mikro-organisme
yang terbentuk dari silika (seperti radiolaria) masih dapat bertahan. Contoh dari batuan yang
terbentuk dari kerangka silika adalah radiolarit. Ketika dasar laut memiliki kemiringan kecil, misalnya
di lereng benua, endapan sedimen yang ada dapat menjadi tidak stabil, menyebabkan terjadinya
arus turbidit. Arus turbidit adalah gangguan mendadak pada lingkungan laut yang cukup dalam dan
dapat menyebabkan pengendapan spontan sedimen dalam jumlah besar, seperti pasir dan lanau.
Urutan batuan yang terbentuk oleh arus turbidit disebut turbidit.[37]
Lingkungan pengendapan transisi (terminologi amerika serikat = lingkungan pengendapan pantai
) didominasi oleh aksi gelombang. Di pantai, sedimen dominan kasar seperti pasir atau kerikil
terendapkan, sering berbaur dengan fragmen tempurung. Dataran pasang surut (tidal
flat) dan shoal merupakan tempat-tempat yang kadang-kadang kering karena air pasang. Mereka
sering dipotong oleh gully, di mana aliran gully tersebut lebih besar dan juga ukuran butir material
yang terbawa dan terendapkan lebih besar. Dimanapun di sepanjang pesisir (baik pesisir dari laut
atau danau) badan air yang dimasuki sungai, delta dapat terbentuk. Delta adalah akumulasi besar
sedimen yang diangkut dari benua ke tempat-tempat di depan mulut sungai. Delta umumnya terdiri
dari sedimen klastik.
Sebuah batuan sedimen yang terbentuk di benua disebut memiliki lingkungan pengendapan benua.
Contoh lingkungan pengendapan benua yaitu laguna, danau, rawa, dataran banjir dan kipas aluvial.
Dalam air tenang seperti rawa, danau dan laguna, sedimen halus terendapkan, bercampur dengan
bahan organik dari tanaman dan hewan yang mati. Di sungai, energi air jauh lebih tinggi dan bahan
yang diangkut terdiri dari sedimen klastik. Selain transportasi air, sedimen di lingkungan benua juga
bisa diangkut oleh angin atau gletser. Sedimen yang diangkut oleh angin disebut Aeolian dan
batuannya selalu memiliki sortasi yang baik, sedangkan sedimen yang diangkut oleh gletser disebut
glasial (glacial till) dan ditandai dengan penyortiran batuan yang sangat buruk.[38]
Fasies sedimentasi

Pergeseran fasies sedimentasi, dalam kasus ini transgresi (atas) dan regresi (bawah)

Lingkungan pengendapan sedimen biasanya berada berdampingan satu sama lain dalam sebuah
suksesi alam tertentu. Sebuah pantai, di mana pasir dan kerikil terendapkan, biasanya dibatasi oleh
lingkungan laut yang lebih dalam di lepas pantai, di mana sedimen-sedimen yang lebih halus
terendapkan pada waktu yang sama. Di belakang pantai, bisa terdapat bukit atau dune (dimana
endapan dominannya adalah pasir dengan sortasi baik) atau laguna (di mana lempung halus dan
material organik terendapkan). Setiap lingkungan pengendapan memiliki karakteristik endapan
sendiri. Batuan khas yang dibentuk dalam lingkungan tertentu disebut fasies sedimen. Ketika
lapisan sedimen terakumulasi sepanjang waktu, lingkungan dapat bergeser, membentuk perubahan
fasies di bawah permukaan pada satu lokasi. Di sisi lain, ketika lapisan batuan dengan usia tertentu
diikuti secara lateral, litologi (jenis batuan) dan fasies akan berubah di titik tertentu.[39]
Fasies dapat dibedakan dengan berbagai cara: yang paling umum adalah dengan litologi (misalnya:
batugamping, batulanau atau batupasir) atau dengan konten fosil. Karang misalnya hanya hidup di
lingkungan laut hangat dan dangkal dan fosil karang karenanya hanya khas pada fasies laut
dangkal. Fasies yang ditentukan oleh litologi disebut lithofasies; facies yang ditentukan oleh fosil
disebut biofacies.[40]
Lingkungan pengendapan sedimen dapat menggeser posisi geografis mereka sepanjang waktu.
Garis pantai dapat menggeser ke arah laut ketika permukaan laut turun, yakni ketika permukaan
naik karena kekuatan tektonik di kerak bumi atau ketika sungai membentuk delta besar. Di bawah
permukaan, pergeseran geografis lingkungan pengendapan sedimen dari masa lalu ini terekam
dengan baik dalam pergeseran fasies sedimentasi. Ini berarti bahwa fasies sedimen dapat berubah
baik sejajar ataupun tegak lurus terhadap lapisan imajiner batuan dengan usia tetap, fenomena
yang dijelaskan oleh Hukum Walther.[41]
Situasi di mana garis pantai bergerak ke arah benua disebut transgresi. Dalam kasus transgresi,
fasies laut dalam terendapkan diatas facies laut dangkal, sebuah suksesi yang disebut onlap.
Regresi adalah situasi di mana garis pantai bergerak ke arah laut. Pada regresi, fasies laut yang
lebih dangkal akan terendapkan di atas facies laut yang lebih dalam, situasi yang disebut offlap.[42]
Fasies dari semua batuan dari usia tertentu dapat diplot pada peta untuk memberikan gambaran
mengenai paleogeografi. Sebuah urutan peta untuk usia yang berbeda dapat memberikan wawasan
dalam pengembangan geografi regional.

Cekungan Sedimentasi
Tempat dimana sedimentasi skala besar berlangsung disebut cekungan sedimen. Jumlah sedimen
yang dapat disimpan di cekungan tergantung pada kedalaman cekungan, yang disebut ruang
akomodasi. Kedalaman, bentuk dan ukuran cekungan bergantung pada pergerakan tektonik di
litosfer Bumi. Ketika litosfer bergerak ke atas (tectonic uplift), menyebabkan daratan naik ke atas
permukaan laut, sehingga erosi menghapus material-material atas permukaan tadi, dan daerah tadi
menjadi sumber baru untuk sedimen . Ketika litosfer bergerak ke bawah (tectonic subsidence),
sebuah bentuk cekungan dan sedimentasi dapat terbentuk. Ketika litosfer terus bergerak ke bawah,
ruang akomodasi baru terus diciptakan.
Suatu jenis cekungan yang dibentuk oleh dua potong benua yang saling bergerak terpisah disebut
cekungan keretakan (rift basin). rift basin berbentuk memanjang, sempit dan dalam. Karena gerakan
divergen tersebut, litosfer tertarik dan menipis, sehingga astenosfer panas naik dan memanaskan rift
basin diatasnya. Karena keadaannya yang terpisah dari sedimen benua, pada rift basin biasanya
juga terdapat endapan vulkanik yang merupakan infill. Ketika cekungan tumbuh karena peregangan
litosfer terus berlanjut, rifttumbuh dan laut dapat masuk, membentuk endapan laut.
Ketika sepotong litosfer yang dipanaskan dan tertarik tadi mendingin lagi, densitasnya naik,
menyebabkan penurunan keseimbangan isostatik. Jika penurunan ini berlanjut cukup lama,
terebntuk cekungan yang disebut cekungan sag (sag basin). Contoh cekungan sag adalah daerah di
sepanjang tepi benua pasif, tetapi cekungan sag juga dapat ditemukan di pedalaman benua. Dalam
cekungan sag berat tambahan dari sedimen yang baru terendapkan sudah cukup untuk menjaga
penurunan terjadi dalam lingkaran setan. Sehingga, total ketebalan infill sedimen di cekungan sag
bisa melebihi 10 km.
Jenis ketiga dari cekungan sedimentasi ada di sepanjang batas lempeng konvergen - tempat di
mana satu lempeng tektonik bergerak menujam ke bawah lempeng yang lain ke dalam astenosfer.
Lempeng yang menujam tadi menekuk dan membentuk cekungan fore-arc di depan lempeng yang
meniban (overriding plate) - Cekungan yang dalam, asimetris, dan panjang. Cekungan -
cekungan fore-arc diisi oleh endapan laut dalam dan sekuen tebal turbidit. Infill tersebut disebut
Flysch. Ketika gerakan konvergen dari kedua lempeng menyebabkan kolisi benua, cekungan
menjadi dangkal dan berkembang menjadi cekungan tanjung (foreland basin). Pada saat yang
sama, pengangkatan tektonik membentuk sabuk pegunungan di lempeng yang meniban (overriding
plate), dimana sejumlah besar material dari sabuk pegunungan tersebut tererosi dan terbawa ke
cekungan. Material erosi tersebut disebut molase dan terdapat baik di fasies benua maupun fasies
samudera. Proses-proses tadi disebut siklus wilson.
Pada saat yang sama, berat yang terus tumbuh dari sabuk pegunungan dapat menyebabkan
penurunan litostatik di daerah overriding plate di sisi lain sabuk pegunungan. Jenis cekungan yang
dihasilkan dari penurunan ini disebut cekungan busur belakang ( back arc basin) - dan biasanya diisi
oleh endapan laut dangkal dan molase.[43]
Tingkat sedimentasi
Tingkat pengendapan sedimen berbeda tergantung pada lokasi. Sebuah saluran di flat tidal dapat
mengalami pengendapan beberapa meter sedimen dalam satu hari, sementara di dasar laut dalam,
setiap tahun hanya beberapa milimeter dari sedimen terendapkan. Dapat dibedakan pengendapan
akibat sedimentasi normal dan sedimentasi akibat proses katastropisme. Kategori yang terakhir
mencakup semua jenis proses yang luar biasa tiba-tiba seperti gerakan massa, longsoran batuan
atau banjir. Proses bencana dapat menyebabkan proses pengendapan secara tiba-tiba dari
sejumlah besar sedimen. Dalam beberapa lingkungan sedimen, sebagian dari total kolom batuan
sedimen dibentuk oleh proses bencana, meskipun lingkungan tersebut secara umum stabil.
Lingkungan sedimen lainnya didominasi oleh sedimentasi normal yang sedang berlangsung.[44]
Dalam banyak kasus, sedimentasi terjadi secara perlahan. Di padang pasir, misalnya, angin
mengendapkan material silisiklastik (pasir atau lanau) di beberapa tempat, atau banjir katastropik di
lembah mungkin menyebabkan pengendapan mendadak sejumlah besar material detrital, tetapi di
sebagian besar tempat ,erosi eolian yang mendominasi. Jumlah batuan sedimen yang terbentuk
tidak hanya bergantung pada jumlah material yang tersedia, tetapi juga pada seberapa baik materi
terkonsolidasi. Erosi menghilangkan sedimen yang terendapkan segera setelah pengendapan.[44]

Stratigrafi
Lapisan batuan muda pada prinsipnya selalu berada di atas lapisan batuan yang lebih tua, hal itu
dinyatakan dalam prinsip superposisi. Biasanya ada beberapa gap dalam urutan batuan yang
disebut ketidakselarasan. Ketidakselarasan mewakili periode di mana tidak ada sedimen baru yang
hadir, atau ketika lapisan sedimen sebelumnya naik ke atas muka air dan tererosi karenanya.
Batuan sedimen berisi mengenai informasi penting tentang sejarah Bumi. Mereka mengandung fosil,
sisa-sisa terawetkan dari tanaman purba dan hewan. Batubara dianggap sebagai jenis batuan
sedimen. Komposisi sedimen memberikan kita petunjuk ke batuan asal. Perbedaan antara urutan
perlapisan menunjukkan perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Batuan sedimen dapat berisi
fosil karena, tidak seperti kebanyakan natuan beku dan batuan metamorf, batuan sedimen terbentuk
pada suhu dan tekanan yang tidak merusak sisa-sisa fosil.

Klasifikasi lebih lanjut


 Berdasarkan proses pengendapannya
 batuan sedimen klastik (dari pecahan pecahan batuan sebelumnya)
 batuan sedimen kimiawi (dari proses kimia)
 batuan sedimen organik (pengedapan dari bahan organik)
 Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
 batuan sedimen aerik (udara)
 batuan sedimen aquatik (air sungai)
 batuan sedimen marin (laut)
 batuan sedimen glastik (gletser)
 Berdasarkan tempat endapannya
 batuan sedimen limnik (rawa)
 batuan sedimen fluvial (sungai)
 batuan sedimen marine (laut)
 batuan sedimen teistrik (darat)
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut.
Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung.
 Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butitan
yang bersudut
 Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk
butiran yang membudar
 Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16 mm
 Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai 1/256 mm
 Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm
Makalah Geografi

x5

Anda mungkin juga menyukai