com/pulse/what-main-factors-affecting-international-trade-simon-kang
Setiap negara perdagangan bilateral atau multilateral dipengaruhi oleh posisi geografis,
sumber daya alam, tingkat perkembangan ekonomi dan faktor politik.
1. Lokasi geografis. Mid-lintang iklim sedang, daerah pesisir, transportasi yang nyaman,
bagus untuk pengembangan perdagangan internasional. Lintang tinggi iklim dingin, daerah
pedalaman pegunungan blok lalu lintas, merugikan perkembangan perdagangan
internasional. Jepang untuk "trading", itu ada hubungannya dengan posisi pulau. Selain itu,
menguntungkan bagi perkembangan perdagangan bilateral antar tetangga.
2. Sumber daya alam. Sebuah negara kaya akan jenis dan tingkat sumber daya alam secara
langsung mempengaruhi perdagangan produk primer negara tersebut. Seperti yang Zaire
katakan sebagai "permata Mid-Afrika", dalam komoditas ekspor nasional, mineral (70% ~
80%).
Faktor paling berpengaruh yang mempengaruhi Perdagangan Luar Negeri adalah sebagai berikut:
Karena perdagangan internasional dapat secara signifikan mempengaruhi ekonomi suatu negara, penting untuk
mengidentifikasi dan memantau faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1) Dampak Inflasi:
Jika tingkat inflasi suatu negara meningkat relatif terhadap negara-negara yang diperdagangkan, maka giro akan
diperkirakan akan menurun, hal-hal lain sama. Konsumen dan perusahaan di negara tersebut kemungkinan besar
akan membeli lebih banyak barang di luar negeri (karena inflasi lokal yang tinggi), sementara ekspor negara ke
negara lain akan menurun.
Jika tingkat pendapatan suatu negara (pendapatan nasional) meningkat dengan persentase yang lebih tinggi
daripada jumlah negara lain, maka giro pada saat ini diperkirakan akan menurun, hal-hal lain sama. Seiring
tingkat pendapatan riil (adjusted to inflation) naik, begitu pula konsumsi barang. Persentase kenaikan konsumsi
tersebut kemungkinan besar akan mencerminkan peningkatan permintaan barang asing.
Pemerintah suatu negara dapat memiliki dampak yang besar terhadap neraca perdagangannya karena
kebijakannya untuk mensubsidi eksportir, pembatasan impor, atau kurangnya penegakan pembajakan.
4) Subsidi untuk Eksportir:
Beberapa pemerintah menawarkan subsidi kepada perusahaan domestik mereka, sehingga perusahaan tersebut
dapat menghasilkan produk dengan biaya lebih rendah daripada pesaing global mereka. Dengan demikian,
permintaan ekspor yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut lebih tinggi akibat subsidi.
Banyak perusahaan di China umumnya menerima pinjaman gratis atau lahan bebas dari pemerintah.
Perusahaan-perusahaan ini mengeluarkan biaya operasi yang lebih rendah dan mampu menurunkan harga
produk mereka sehingga menghasilkan pangsa pasar global yang lebih besar.
5) Pembatasan Impor:
Jika pemerintah suatu negara mengenakan pajak atas barang impor (sering disebut tarif), harga barang asing ke
konsumen meningkat secara efektif. Tarif yang dikenakan oleh pemerintah A.S. rata-rata lebih rendah daripada
yang dikenakan oleh pemerintah lain. Beberapa industri, bagaimanapun, lebih banyak dilindungi oleh tarif
daripada yang lain. Produk pakaian Amerika dan produk pertanian secara historis mendapat lebih banyak
perlindungan terhadap persaingan luar negeri melalui tingginya tarif impor terkait.
Selain tarif, pemerintah bisa mengurangi impor negaranya dengan memberlakukan kuota, atau batas maksimal
yang bisa diimpor. Kuota biasanya diaplikasikan pada berbagai barang yang diimpor oleh Amerika Serikat dan
negara lainnya.
Dalam beberapa kasus, pemerintah dapat mempengaruhi arus perdagangan internasional karena kurangnya
pembatasan pembajakan. Di China, pembajakan sangat umum terjadi; individu (disebut bajak laut)
memproduksi CD dan DVD yang terlihat hampir persis seperti produk asli yang diproduksi di Amerika Serikat
dan negara lainnya. Mereka menjual CD dan DVD di jalan dengan harga lebih rendah dari produk aslinya.
Mereka bahkan menjual CD dan DVD ke toko ritel. Diperkirakan bahwa produsen film, musik, dan perangkat
lunak A.S. kehilangan $ 2 miliar dalam penjualan per tahun karena pembajakan di China.
Akibat pembajakan, permintaan impor China lebih rendah. Pembajakan adalah salah satu alasan mengapa
Amerika Serikat memiliki defisit neraca perdagangan yang besar dengan China. Namun, bahkan jika
pembajakan dieliminasi, defisit perdagangan A.S. dengan China masih akan besar.
Mata uang masing-masing negara dinilai dalam mata uang lain melalui penggunaan nilai tukar, sehingga mata
uang dapat ditukar untuk memfasilitasi transaksi internasional.
http://www.yourarticlelibrary.com/foreign-trade/7-most-influential-factors-affecting-foreign-
trade/5938/
Secara keseluruhan, perdagangan internasional bermanfaat bagi individu bangsa dan dunia
secara keseluruhan. Smith memiliki pandangan optimis tentang pertumbuhan dan kemajuan
ekonomi. Dia tidak pernah menyebutkan batas atas pembagian kerja; dan pertumbuhan teorinya
tidak terbatas (lihat Darity and Davis 2005, 146-148). Pembagian kerja dibatasi oleh tingkat pasar,
namun tingkat pasar tidak terbatas pada teori Smith. Melainkan ukuran pasar itu sendiri tergantung
pada pembagian kerja dan perpanjangan pembagian tenaga kerja yang mengarah pada pelebaran
pasar.
Secara umum, selalu lebih menguntungkan untuk berdagang dengan negara yang lebih maju
yang memiliki ekonomi lebih matang, karena memiliki pasar yang lebih maju dan umumnya lebih
besar, yang memungkinkan pembagian kerja lebih maju. Karena Smith terutama berkepentingan
dengan Inggris Raya, dia berpendapat bahwa perdagangan bebas dengan Prancis akan lebih
menguntungkan daripada perdagangan bebas dengan Portugal karena Prancis memiliki "kemewahan
yang superior" dan "akan mengambil lebih banyak dari kita, dan bertukar dengan nilai dan nilai yang
jauh lebih besar cara yang jauh lebih besar, akan mendorong lebih banyak industri di Inggris Raya
dan memberi kesempatan kepada lebih banyak subdivisi kerja "(Smith, 1978).
Tujuan Smith adalah untuk menunjukkan bahwa perdagangan internasional bermanfaat bagi
semua negara yang terlibat dalam perdagangan. Namun, dia mengakui bahwa negara-negara tidak
memperoleh keuntungan dalam hal yang sama: "perdagangan yang, tanpa kekuatan atau kendala,
secara alami dan teratur dilakukan di antara dua tempat selalu menguntungkan, meski tidak selalu
sama, bagi keduanya" (WN, IV .iii.c.2). Sama seperti perdagangan dalam negeri tidak sama
menguntungkannya dengan semua wilayah di dalam suatu negara, perdagangan internasional tidak
sama menguntungkan bagi semua negara. Perdagangan bahkan bisa memperkuat perbedaan di
antara mereka, terutama jika mereka berbeda dalam kekayaan mereka. Sejalan dengan gagasan ini,
dalam ceramahnya tentang yurisprudensi, Smith membandingkan hubungan dagang antara orang
kaya dan orang miskin untuk itu antara negara maju dan terbelakang:
Ini berarti bahwa sebuah negara memproduksi dan mengekspor komoditas-komoditas yang
dihasilkannya lebih murah daripada negara lain, dan mengimpor barang-barang yang tidak dapat
diproduksi. Sebuah negara tidak akan menghasilkan barang yang diproduksi lebih mahal di rumah
daripada di luar negeri - jadilah "sepertiga puluh, atau bahkan sepertiga bagian lagi" (WN, IV.ii.15).
Akibatnya, perdagangan internasional berkembang dengan cara yang sama seperti perdagangan
dalam negeri: "Apakah semua negara mengikuti sistem liberal untuk ekspor bebas dan impor bebas,
negara-negara yang berbeda di mana benua besar terbagi sejauh ini menyerupai berbagai provinsi
yang berbeda kerajaan besar.
Jika perdagangan bebas berjalan, konsumen akan membeli barang dari siapa pun yang
menjualnya dengan harga terendah. Bangsa (atau produsen) dengan yang terendah biaya produksi
mampu menjualnya lebih murah daripada setiap produsen lain dan mampu menurunkan
pesaingnya.12 Oleh karena itu, setiap bangsa akan menghasilkan komoditas yang bisa menghasilkan
harga lebih murah daripada negara lain.
Apa asal usul keuntungan itu? Smith mengakui bahwa ada beberapa perbedaan antara
negara-negara yang menghasilkan spesialisasi. Ini termasuk "tanah, iklim, dan situasi" suatu negara
dan juga "undang-undang dan institusi" (WN, I.ix.15) dan sarana komunikasi dan transportasinya
(lihat WN, III.iv.20, IV.ix .41). Namun, pendekatan Smith secara keseluruhan terhadap spesialisasi
adalah bahwa perdagangan dan pembagian kerja mengarah pada spesialisasi dan bukan sebaliknya.
Dia berpendapat bahwa spesialisasi dalam kebanyakan kasus bukan penyebabnya tapi "efek
pembagian kerja" (WN, I.ii.4). Dia memberi contoh seorang filsuf dan portir jalanan yang "mungkin
sangat mirip" (WN, I.ii.4) di masa kecil mereka. Perbedaan antara mereka muncul dengan pendidikan
mereka untuk pekerjaan yang berbeda dan terus melebar saat mereka mengejar profesi tersebut.
Hal yang sama berlaku untuk spesialisasi bangsa-bangsa. Dengan demikian, perdagangan
antar negara pada umumnya tidak didasarkan pada perbedaan antara keduanya yang ada sebelum
perdagangan. Sebaliknya, itu adalah perdagangan yang mengarah ke spesialisasi dan perbedaan.
Perbedaan antar bangsa, kemudian, adalah terutama karena tingkat pembagian kerja suatu negara,
dan dengan demikian produktivitas dan teknologinya, dan bukan karena perbedaan alam.
Keuntungan biaya produksi suatu negara terutama berkembang secara endogen, melalui efek
pelebaran pasar perdagangan internasional (lihat Blecker 1997, 534).
Dengan demikian ada hubungan timbal balik antara perdagangan internasional dan
pembangunan ekonomi domestik. Mereka saling bergantung satu sama lain dan masing-masing
berdampak pada pola perdagangan. Keuntungan biaya produksi suatu negara "ditentukan secara
endogen oleh jalur pengembangannya, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh pola perdagangannya"
(Maneschi 1998, 48). Baik perdagangan internasional dan pembangunan domestik mempengaruhi
pembagian kerja. Akibatnya, keuntungan biaya produksi absolut suatu negara tidak tetap. Mereka
cenderung diperkuat oleh perdagangan. Dan mereka juga bisa berubah seiring berjalannya waktu.
Sebuah negara bisa mendapatkan keuntungan absolut dalam produksi barang, misalnya, atau bisa
kehilangan keuntungan seperti itu - seperti produsen di pasar domestik.
Untuk meringkas bagian ini, teori perdagangan internasional Adam Smith bersifat dinamis
karena ia terintegrasi ke dalam kerangka ekonomi yang lebih luas dalam pembagian kerja. Ini
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari dan mempengaruhi perdagangan
internasional. Keuntungan biaya produksi absolut dan pembagian keuntungan dari perdagangan
tidak tetap satu kali dan selamanya. Sebaliknya, mereka berkembang dan muncul secara endogen
sebagai hasil
(https://www.tentorku.com/spesialisasi-keunggulan-komparatif-absolut)
ABSOLUTE ADVANTAGE
Absolute Advantage adalah kemampuan suatu pihak untuk menghasilkan barang atau jasa yang
lebih banyak daripada para pesaing, dengan menggunakan sumber daya yang sama. Absolute
Advantage ditentukan oleh perbandingan sederhana dari produktivitas tenaga kerja, sangat
memungkinkan bagi suatu pihak untuk tidak memiliki keuntungan absolut pada yang lainnya.
Sehingga tidak ada terjadi perdagangan dengan pihak lain. Tampak kontras perbedaannya pada
konsep keuntungan komparatif yang mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan barang-
barang tertentu pada biaya peluang yang lebih rendah.
Teori ini berasal dari An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations oleh Adam
Smith tahun 1776. Adam Smith berpendapat bahwa tidak mungkin semua bangsa menjadi kaya
secara serentak, jika mengikuti Merkantilisme, karena ekspor dari salah satu negara adalah impor
bagi negara tujuan. Malahan, semua negara akan bisa untung secara serentak jika mereka
mempraktekkan perdagangan bebas dan spesialisasi sesuai dengan keuntungan absolut mereka.
Smith juga menyatakan bahwa kesejahteraan para bangsa tergantung pada barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia bagi warga negara ketimbang cadangan emas mereka. Ketika ada
kemungkinan dari perdagangan keuntungan absolut, maka keuntungan tidak mungkin bermanfaat
satu sama lain. Comparative Advantage berfokus pada jarak kemungkinan keuntungan pertukaran
satu sama lain.
COMPARATIVE ADVANTAGE
Teori ini terjadi jika dua negara dapat sama-sama beruntung dari perdagangan jika saat tidak ada
perdagangan tersebut, mereka memiliki biaya relatif yang berbeda dalam menghasilkan barang
yang sama. Walau suatu negara efisien dalam menghasilkan suatu barang, masih ada keuntungan
saat berdagang dengan negara yang kurang efisien, selama mereka memiliki perbedaan efisiensi
yang relatif.
Teori ini berawal dari gambaran David Ricardo yang dijelaskan dalam buku On the Principles of
Political Economy and Taxation (1817) dalam sebuah contoh antara Inggris dan Portugal. Di
Portugal, sangat memungkinkan untuk menghasilkan anggur dan pakaian dengan tenaga kerja
yang lebih sedikit dari pada Inggris dengan jumlah yang sama. Di Inggris, sulit untuk
menghasilkan anggur dan pakaian dengan tenaga kerja yang lebih sedikit daripada Inggris, pada
jumlah yang sama. Di Inggris, sulit untuk menghasilkan anggur, dan lumayan sulit untuk
menghasilkan pakaian. Karenanya, ketika lebih murah untuk menghasilkan kain di Portugal
daripada di Inggris, masih lebih murah untuk menghasilkan anggur dan memperdagangkannya
untuk pakaian Inggris. Dan sebaliknya, Inggris memiliki keuntungan dari perdagangan ini karena
biayanya dalam menghasilkan pakaian telah tidak berubah, tapi dapat memperoleh anggur dengan
harga yang lebih murah. Keputusan seri ini dapat memberikan keuntungan pada kedua belah
pihak melalui spesialisasi yang memiliki keuntungan komparatif.
https://hehemahita.wordpress.com/2011/09/12/ekonomi-internasional-absolute-advantage-vs-
comparative-advantage/
Keunggulan absolut adalah situasi ekonomi di mana penjual mampu menghasilkan jumlah yang lebih
tinggi dari produk yang diberikan, saat menggunakan jumlah yang sama sumber daya yang
digunakan oleh pesaing untuk menghasilkan jumlah yang lebih kecil. Hal ini dimungkinkan bagi
individu, perusahaan, dan bahkan negara memiliki keuntungan absolut di pasar. Kemampuan untuk
menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan lebih efisien juga memungkinkan untuk
mendapatkan keuntungan lebih, dengan asumsi bahwa semua unit yang diproduksi dijual.
Biaya juga merupakan faktor yang terlibat dalam menentukan apakah keuntungan absolut ada.
Ketika itu adalah mungkin untuk memproduksi lebih banyak produk dengan menggunakan sumber
daya yang lebih sedikit, ini biasanya diterjemahkan ke dalam biaya produksi yang lebih rendah per
unit. Bahkan dengan asumsi bahwa produsen menjual setiap unit dengan biaya sedikit di bawah
kompetisi, hasil akhir masih harus keuntungan yang lebih tinggi pada setiap unit yang dijual.
Kelebihan dari teori Absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang
saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini
meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki
keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.
Kelemahan dari teori ini adalah Perdagangan internasional hanya akan menguntungkan
kedua negara apabila kedua negera tersebut masing-masing mempunyai keunggulan
absolut yang berbeda. Apabila hanya suatu negara yang memiliki keunggulan absolut
untuk kedua jenis komoditas, maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang
menguntungkan kedua belah pihak
Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa nilai tukar dan
berapa keuntungan karena pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh teori
absolute advantage.
Agar terlihat sederhana, diasumsikan ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan dua output (pizza dan
pakaian). Keduanya memiliki sumber daya masing-masing 120 jam tenaga kerja (TK) untuk
memproduksi pizza dan pakaian. Namun Amerika mampu memproduksi i unit pizza dengan 1 jam TK
dan 1 unit pakaian dengan 2 jam TK. Sedangkan Eropa membutuhkan 3 jam TK untuk memproduksi
1 unit pizza dan 4 jam TK untuk pakaian. Sekedar keterangan, Amerika mampu memproduksi
keduanya dengan jam TK (input) yang lebih sedikit daripada Eropa. Menurut Teori Keuntungan
Absolut (Absolute Advantage), Amerika seharusnya memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak
demikian menurut teori keuntungan komparatif. Kita lihat perbandingannya dibawah dengan
menggunakan teori keuntungan komparatif :
Produksi di kedua negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK. Upah riil bagi TK di Amerika
adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di Eropa, upah riil TK hanya 1/3 pizza atau 1/4 pakaian.
Artinya upah di Eropa lebih rendah dibandingkan di Amerika dan TK di Eropa memiliki daya beli yang
relatif lebih kecil. Ini tentunya juga menimbulkan perbedaan biaya produksi, dan jika pasar adalah
persaingan sempurna, harga pizza dan pakaian akan berbeda di kedua negara.
https://fajrina.wordpress.com/teori-perdagangan-internasional/
Para Ekonom klasik, khususnya Adam Smith, David Richardo, dan John Stuart Mill, memberikan
kontribusi besar bagi justifikasi ekonomi teoritikal terhadap perdagangan internasional. Setiap
Negara mempunyai kekhasan dalam corak dan ragam, serta kualitas dan kuantitas sumber dayanya,
baik kekayaan alam, sumber daya manusia, penguasaan teknologi dan sebagainya. Perbedaan
sumber daya antar Negara mendorong mereka untuk melakaukan spesialisasi. Kegiatan produksi
barang dan kreasi jasa diarahkan untuk mengeksploitasi kelebihan ayang dimiliki, sehigga dapat
dihasilkan barang dan jasa yang lebih efisien dan bermutu. Barang dan jasa ini akan dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan sebagian akan diekspor ke Negara lain. Sebagai
gantinya, akan diimpor barang dana jasa dari Negara lain yang memiliki keunggulan dalam
memproduksi dan mencipta barang dan jasa tersebut. Uraian singkat diatas merupakan benang
merah dari konsep yang diajukan mashab klasik, yang dikenal dengan teori keunggulan komparatif.
Teori keunggulan komparatif pada dasarnya merupakan perluasan dari teori keunggulan absolut
yang dikemukakan oleh Adam Smith, dimana keunggulan absolute merupakan kasus khusus dari dari
keunggulan komparatif. Menurut teori keunggulan absolute, setiap Negara mampu memproduksi
barang tertentu secara lebih efisien daripada Negara lain (dengan kata lain memiliki keunggulan
absolute untuk barang tersebut) melalui spesialisasi dan pengelompokan kerja secara internasional
(international division of labor). Perdagangan diantara dua Negara, dimana masing-masing memilikii
keunggulan absolute dalam produksi barang yang berbeda, akan memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak. Keunggulan absolute bias diperoleh karena adanya perbedaan dalam factor-
faktor seperti ikllim, kualitas tanah, anugerah sumber daya alam, tenaga kerja, modal, teknologi atau
kewirausahaan (entrepreneurship). Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya disadari bahwa
perdagangan yang saling menguntungkan tidak selalu menuntut setiap Negara harus memiliki
keunggulan absolute disbanding mitra dagangnya. Misalnya Negara A memiliki keunggulan absolute
pada produksi kalkulator dan TV disbanding Negara B. Bila semata-mata diasarkan pada teori
keunggulan absolute, maka tidak akan ada perdagangan antar Negara A dan Negara B. karena jelas
saja negar A tidak bersedia membeli barang apapun dari negar B yang harganya jauh lebih mahal.
Penjelasan alternatif atas kasus ini adalah teori keunggulan komparatif yang dikembangkan oleh
David Richardo. Menurut teori ini, sekalipun sebuah negar memiliki keunggulan absolute dalam
produksi sebuah barang, tetapi selama nnegara yang lebih lemah memiliki keunggulan komparatif
pada produksi salah satu barang tersebut , maka perdagangan tetap bisa dilakukan. Cotoh kasus
teori keunggulan komparatif Jepang dan Amerika Serikat memiliki keunggulan komparatif dalam
penguasaan teknologi canggih disbanding Indonesia dan Vietnam. Sebaliknya Indonesia dan Vietnam
memiliki keunggulan komparatif dalam upah kerja yang relative jauh lebih murah dibandingkan upah
pekerja di Jepang dan Amerika serikat. Perusahaan-perusahaan Jepang dan Amerika serikat , oleh
karena itu akan lebih cocok jika bermain di industry pada modal (misalnya industry otomotif,
industry barang- barang elektronik, dan sebgainya). Sementara itu, perusahaan-perusahaan di
Indonesia dan Vietnam akan lebih tepat jika berusaha di industry padat karya (misalnya industry
sepatu, tekstil, garmen, dan sebagainya).
Konsep ini dikembangkan oleh Michael E. Porter (1990) dalam bukunya berjudul The Competitive
Advantage of Nations. Menurutnya terdapat empat atribut utama yang bisa membentuk
lingkungan dimana perusahaan-perusahaan local berkompetisi sedemikian rupa, sehingga
mendorong terciptanya keunggulan kompetitif. Keempat atribut tersebut meliputi:
a. Kondisi faktof produksi (factor conditions), yaitu posisi suatu Negara dalam factor produksi
(misalnya tenaga kerja terampil, infrastruktur, dan teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dalam
industry tertentu.
b. Kondisi permintaan (demand conditions), yakni sifat permintaan domestic atas produk atau jasa
industry tertentu.
c. Industry terkait dan industry pendukung (related and supporting industries), yaitu keberadaan
atau ketiadaan industry pemasok dan industry terkait yang komoetitif secara internasional di
Negara tersebut.
d. Strategi, struktur dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri yang menentukan
bagaiman perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisasikan, dan dikelola serta sifat persaingan
domestic.
Faktor-faktor ini, baik secara individu maupun sebagai satu system, menciptakan konteks dimana
perusahaan-perusahaan dalam sebuah Negara dibentuk dan bersaing. Ketersediaan sumber daya
dan ketrampilan yang diperlukan untuk mewujudkan keunggulan kompetitif dalam suatu Industri
informasi yang membentuk peluang apa saja yang dirasakan dan arahan kemana sumber dan daya
dan ketrampilan dialokasikan,tujuan pemilik, manajer, dan karyawan yang terlibat dalam atau yang
melakukan kompetisi, dan yang jauh lebih penting, tekanan terhadap perusahaan untuk
berinvestasidan berinovasi.
http://el-anshary212.blogspot.co.id/2014/03/Perbedaan-keunggulan-kompetitif-dan-
komparatif.html
Ditulis pada April 15, 2008 oleh hidayaters. Dalam kehidupan pemerintah, sering kali kita mendengar
atau banyak orang menyebut adanya Keunggulan Kompetitif dan Keuanggulan Komparatif, untuk
memahami kedua keunggulan ini, penulis mencoba memberikan pemahaman dan pengertian,
seperti yang akan jelaskan dibawah ini :
Ciri-ciri Keunikan
(1) Kemampuan finansial dan ekonomis. Ciri keunikan ini ditunjukan oleh adanya kemudahan perusahaan untuk
memperoleh sumber finansial dengan relatif cepat dengan bunga yang relatif lebih rendah dari pada bunga
pasar. Selain itu dapat berupa kemampuan perusahaan menekan harga produk yang lebih murah ketimbangan
harga produk yang sama dari perusahaan lain.
(2) Kemampuan menciptakan produk strategik.Bentuk jenis keunikan ini berupa kelebihan ciri-ciri produk Anda
dibanding produk yang sama dari perusahaan lain. Antara lain dapat dilihat dari aspek rasa, ukuran,
penampilan dan keamanan produk serta suasana lingkungan bisnis Anda. Kembali ke contoh terdahulu,
misalnya Anda menyajikan sate dengan ukuran daging yang lebih besar, bumbu yang lebih bervariasi,
minuman tradisional, kematangan yang merata, ada musik khas, ada tempat bermain untuk anak-anak, oleh-
oleh buat anak-anak tanpa harus mengurangi keuntungan bisnis Anda dsb.
(3) Kemampuan teknologi dan proses. Perusahaan harus memiliki ciri berbeda dalam membuat dan menyajikan
produk ke para pelanggan dibanding perusahaan lain.Hal ini dicirikan oleh alat yang digunakan apakah alat tua
ataukah yang modern dan sudah sangat dikenal kehandalannya di kalangan luas pelanggan. Biasanya
pelanggan sudah mempunyai pilihan favorit tentang alat-alat dan proses tertentu yang digemarinya. Contoh
lain adalah penggunaan alat-alat canggih seperti sistem komputer dan fasilitas pabrik pengolahan produksi
modern .
(4) Kemampuan keorganisasian. Keunikan disini dicirikan oleh kelebihan perusahaan dalam pengelolaan sistem
keorganisasian yang sepadan dengan kebutuhan pelanggan. Perusahaan termasuk karyawannya perlu memiliki
daya tanggap, sensitif dan adapatasi yang tinggi dalam mengikuti perubahan-perubahan karakter pelanggan,
teknologi, keadaan pasokan, peraturan, dan kondisi ekonomi. Dengan demikian para pelanggan akan senang
hati untuk selalu loyal kepada perusahaan.
CONTOH : Keunggulan komparatif dan kompetitif komoditi pada sector pertanian
perhatian khusus bagi perkembangan industri karet di Sumatera Selatan. Bentuk perhatian
tersebut diwujudkan dalam seminar manajemen bertajuk Kuunggulan Komparatif dan Kompetitif
Komoditi karet serta Peranannya Terhadap perekonomian Sumatera Selatan,Sabtu (14/1). Seminar
Yang menghadirkan Prof.Dr. H. M. Sidik Priadana dan Prof.Dr.H. Fachrurozi, MSc. Sebagai
narasumber dibuka langsung Oleh Rektor UTP, prof. Dr. Ir. Edizal AE, MS. Prof.Dr.H. Sulbahri Madjir
Ardja, Direktur MM UTP Menjelaskan seminar manajemen yang digelar setiap empat bulan tersebut
bertujuan agar mahasiswa tidak hanya menguasai teori namun juga praktisi. Melihat besarnya
peranan dari hasil perkebunan karet bagi masyarakat Sumsel, dan mayoritas masyarakat Sumsel
sebagai petani dan bekerja di perkebunan karet, Seminar kali ini kita membahas tentang strategi
keunggulan produk karet Banyak yang harus di pelajari lebih mendetail untuk menciptakan produk
karet yang unggul serta meningkatkan nilai pasar ujar nya.
Pada alat teknologi seperti : alat komunikasi berupa Hp, laptop, computer,
Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau
sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal, 2006). Total
luas laut Indonesia sekitar 3,544 juta km2 (Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2010) atau sekitar
70% dari wilayah Indonesia. Keadaan tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan menjadi salah
satu sektor riil yang potensial di Indonesia. Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan
diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan
tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun,
potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10
miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi
bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potens lainnya pun dapat dikelola,
seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata
bagi pembangunan Indonesia.
http://www.dindingkota.co.vu/2011/08/keunggulan-komparatif-vs-keunggulan.html
a competition, implikasinya hanya produksi dengan biaya murah dan kualitas baik yang mampu
bertahan. Hukum the survival or the fittest pasti berlaku, negara yang mampu dan bertahan
dalam kompetisi serta memiliki struktur ekonomi kuat akan menang. Membahas tentang
pergeseran paradigma dari comparative advantage ke competitive advantage menjadi hal yang
menarik untuk dikaji tanpa mengurangi arti pentingnya teori-teori perdagangan lainnya.
Keunggulan Komparatif
Comparative advantage telah menjadi paradigma sejak adanya teori perdagangan oleh Ricardo
yang tumbuh subur dalam menganalisa dan implementasi kebijakan ekonomi . Teori ini
meganjurkan bahwa suatu negara sebaiknya melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
komoditi yang memiliki keunggulan komparatif, sebaliknya jangan memproduksi atau
mengekspor komoditi yang memiliki comparative disadvantage.
Disadari atau tidak teori ini benyak mengilhami negara-negara berkembang berlomba-lomba
untuk memberdayakan fakctor endowmentr yang dimilikinya. Korean mengekspor labor intensive
goods, Amerika mengekspor skilled labor intensive goods, seperti mobil dan televisi, Swedia
berspesialisasi pada produksi yang berkadar fosfor rendah, negara negara Arab mengekploitasi
ladang-ladang minyaknya, sementara itu India dan Cina memberdayakan penduduknya sebagai
sumber input industri.
Menurut Prebish (1949) jauh jauh telah mewaspadai kemungkinan kegagalan teori keunggulan
komparatif. khususnya jika dianut oleh negara- negara berkembang yang kebanyakan adalah
negara agraris. Kenyataan menunjukkan bahwa spesialisasi justru tidak menguntungkan negara-
negara berkembang, padahal dalam perspektif Ricardo, kedua belah pihak yang berdagang atas
dasar spesialisasi sama-sama untung.
Teori teori baik oleh Ricardo maupun Ohlin - Heckscher memang logis dan bermanfaat untuk
menjelaskan mengapa perbedaan relatif dalam produktifitas pekerja dan karunia alam
(endowment) menyebabkan terjadinya spesialisasi produksi darn perdagangan antarbangsa.
Akan tetapi teori ini tidak handal dalam menjelaskan pola perdagangan yang tejadi dewasa ijni,
yang dicirikan oleh pola perdagangan di antara sesama negara industri yang pada umumnya
memiliki fakctor endowment sama dan berbasis teknoli. Maka tak dapat dihindari lai kemampuan
internal dari teori ini kian lemah.
Sungguhpun demikian yang perlu iingat bahwa para pemikir enonomi dahulu mapun sekarang
tidak lepas dari situasi ekonomi yang mereka hadapi. Mereka mengeluarkan pandangan-
pandangannya dalam rangka mengannggapi masalah masalah yang dihadapi pada saat iitu oelh
negara masing-masing yang mengalami.Sehingga dalam kasus kasus tertentu panangan-
pandangan menjadi tidak netral, artinya pekerjaan dan kedudukan mereka dalam sistem politik
ikut mempengaruhi juga.
Keunggulan Kompetitif
Permasalahan yang muncul sehubungan dengan terori perdagangan internasionl berkisar pada
pertanyaan; apakah negara akan selalu mengimpor produk yang memiliki comparative
advantage?apakah keunggulan komparatif bersifat statis dan tidak dapat disptakan?Bagaimana
melestarikan (sustain) keunggulan komparatif? Dan pertanyaan-pertanya sentimen ini tidak
dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.
Perubahan teknologi mereduksi peran ekspor produk yang naturally recourc-based input. Swedia
tidak lagi memiliki keunggulan komparatif dalam produksi baja, sebab teknologi pemurnian bijih
besi sudah dikuasai oleh Korean. Adanya factor endowment yang comparable menyebabkan
Amerika tidak lagi menguasai produk highly skilled seperti industri telekomunikasi, konstruksi
jalan karena posisi ini telah diambil alih oleh Jepang dan Korea, yang keduanya terkenal memiliki
highly disciplined workers.Gejala globalisasi mengurangi derajat kelangkaan (scarcity) faktor-
faktor produksi. Perdagangan dalam kerangka foreign direct investment yang dilakukan oleh
industri mobil Jepang dan Korea nampaknya dapat dijadikan contoh upaya memecahkan
masalah kelangkaan.
Ketiga faktor diatas memungkinkan negara atau industri mengejar ketertinggalannya.Pola
perdagangan yang diamati Porter menggambarkan upaya negara mengejar untuk merih
competitive advantage daripada mempertahankan comparative advantage. Dengan kata lain
paradigma baru dalam konstelasi perdagangan dunia menjadi competitive advantage.
Meier (1995) meratifikasi tori keunggulan kompetitif dengan menyebutnya sebagai dynamic
comparative advantage. Ia melihat ada dinamika dalam teori keunggulan komparatif Ricardo.
Negara yang memiliki keunggulan komparati dalam suatu industri harus terus menerus
menciptakan produk-produk baru serta meningkakan mutu produk. Setelah negara melakukan
inovasi untuk menemukan teknologi baru dan menghasilkan produk berteknologi baru, ia
menempati posisi monopolis dalam penguasaan teknologi dan mudah mengakses pasar.
Sehingga dalam perdagangan ia menikmati gain from trade.
Meskipun demikian penguasaan teknologi ini hanya bersifat sementara saja. setelah produk
ekspor distandarisasi yang dihadapi negara pengimpor adalah technological gap dan
memperkecil lag, dan keunggulan komparatif diperoleh. Pada tahap ini terjadi kompetisi anntara
dua negara atau lebih yang memiliki keunggulan komparatif relatif hampir sama. Pilihan hasil
dari "permainan: ini adalah menang atau kalah (win or lose). Negara mula-mula mengekspor
dimungkinkan berbalik menjadi pengimpor apabila pasar dalam negeri sudah jenuh (saturation)
dan harga input meningkat, sehingga kebijakan economic of scale atau meningkatkan kuatitas
menjadi tidak menarikJika lebih dari satu negara berhasil meraih (cathing up) keunggulan
komparatif, untuk selanjutnya persoalannya bukan lagi keunggulan komparatif melainkan
keunggulan kompetitif. Meier melihat bahwa motiif perdagangan yang diartikulasikan bukan lagi
gain from trade tetapi from growth.
Fenomena perdagangan ini dapat dijelaskan dengan apa yang disebut product life cycle, yaitu
siklus yang disebabkan perkembangan teknologi serta skill. Siklus ini menjelaskan bagaimana
keunggulan komparatif suatu komoditi yang mula mula diproduksi suatu negara maju
ditransmisikan kepada negara berkembang melalui perdagangan. Proses ini diilustrasukan
misalnya, suatu negara pada mulanya melakukan inovasi teknologi sehingga ia memiliki posisi
monopolis dalam komoditi tersebut. Dan pada suatu titik tertentu negara itu menjadi satu-
satunya negara pengeskpor komoditi hasil inovasinya itu. Tetapi pada satu periode atau titik
berikutnya negara tersebut secara perlahan kehilangan keunggulan komparatifnya karena
distandarisasi oleh negara lain dan negara lain telah mampu meniru atau membuat produk
subtansinya. akhirnya pada titik dan periode berikutnya negara itu menjadi pengimpor komoditi
yang menjadi unggulan inovasinya pada saat pertama.
Pesan yang dapat ditangkap dari competitive advantage paradigm adalah, interaksi yang terjadi
dalam perdagangan internasional akan menimbulkan reaksi dari negara atau industri lain. Pesan
kedua adalah negara atau industri harus mewaspadai bahwa keunggulan komparatif dapat
dikejar dan ditiru, sebaliknya ia dapat mangejar (cath up) dan meniru (imitate) keunggulan
komparatif yang dimiliki negara lain.
kesimpulan dari tulisan ini adalah, bahwa strategy economics of scope jauh lebih penting
daripada economisc of scale. Strategi pertama mengisyaratkan diversifikasi produk melalui
inovasi teknologi untuk menghasilkan produk berbeda dan menciptakan pasar baru. Sedangkan
strategi kedua mensyaratkan peningkatan skala atau kuantitas produk sama untuk
memperbesarpangsa pasar.