dan
GLOBALISASI
Kelompok 6:
211207038
0 Fifi Afriani
211207038
4 Anisa Putri Kumalasari
211207038
6 Iqbal Ibrahim
211207038
9 Gianita Ferisa
211207039
6 Salsabila Taufik
211207039
2 M. M. Malik Ibrahim
211207039
5 Gelora Sitepu
211207039
1 Saskia Putri Hendrawan
211207039
0 Fiqhy Nanda Setyawan
211207040
4 Ulfhi Yuliani
Perdagangan Internasional:
A. Interaksi Perdagangan Luar Negeri
B. Mampu membedakan dan menghitung cara dan system perhitungan internasional
C. Mampu mengevaluasi efek internasional dan kebijaksanaan
Globalisasi:
Mampu memahami globalisasi dan dampaknya terhadap perekonomian.
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
1. Pengertian
Devisa umum yaitu devisa yang diperoleh tanpa ada kewajiban untuk
mengembalikan. Devisa kredit yaitu devisa yang berasal dari pinjaman
atau kredit dari luar negeri sehingga ada kewajiban untuk
mengembalikan.
Berikut sumber devisa:
1. Ekspor barang
2. Penerima jasa
3. Penerimaan dari turis mancanegara
4. Pinjaman luar negeri
5. Bantuan luar negeri
6. Pungutan bea masuk
7. Kiriman uang asing dari luar negeri ke dalam negeri
Contoh:
Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian
dan tas dengan asumsi (anggapan) masing-masing negara
menggunakan 100 tenaga kerja untuk memproduksi kedua komoditi
tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan 50 tenaga
kerja untuk memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara
tersebut (dalam sebulan) yaitu:
Negara Produksi Barang
Pakaian Tas
Indonesia 3.000 1.000
India 4.000 500
Jumlah 7.000 1.500
A
40 B
35
C
20
10 D
0 10 20 40 45 Celana/unit
Gambar 1. Kurva Kemungkinan Produksi
Pakaian Pakaian
800
0
600
0 D
400
A 0
300
0
0 50 100 Tas
0 100 2000 0 0
0 Tas
Gambar 2. Sebelum Perdagangan
Gambar (a) diatas menunjukan kurva kemungkinan produksi untuk
Indonesia, kurva ini menggambarkan bahwa apabila seuruh factor
produkai di Indonesia digunakan untuk memproduksi pakaian, maka akan
dihasilkan 6000 unit. Sedangkan bila yang diproduksi hanya tas saja maka
produk yang dihasilkan sebesar 2000 unit. Ini berarti harga relative antara
tas dan pakaian 1 tas = 3 pakaian. Tanpa perdagangan Indonesia harus
menghasilkan 3000 unit pakaian dan 1000 unit tas. Diasumsikan bahwa
penduduk Indonesia menginginkan 3000 unit pakaian dan 2000 unit tas
seperti yang ditunjukan dalam titik A.
Setelah Spesialisasi:
Jika kita bandingkan harga relative dianatara kedua Negara, harga relative
di Indonesia antara tas dan pakaian 1 tas = 3 pakaian dan harga relative di
India antara tas dan pakaian 1 tas = 8 pakaian. Dari hasil perbandingan
tersebut dapat disimpulkan bahwa harga tas secara relatif lebih murah di
Indonesia, sedangkan harga pakaian secara relatif lebih murah di India.
6000
F
C D
400 4000
A
3000
B
0 1000 2000 Tas
0 500 1000 Tas
Gambar 3. Setelah Spesialisasi
Setelah Perdagangan:
Setelah kedua negara sepakat untuk melakukan perdagangan antar dua
negara dan kurs perdagangan akan menguntungkan apabila 1 unit tas
ditukar antara 3 sampai dengan 8. Dalam kasus ini disepakati 1 unit tas
ditukar 4 unit pakaian. Maka kurva kemungkinan produksi yang baru akan
bergeser kekanan yang menunjukan bahwa kedua negara mengalami
peningktan kesejahteraan. Untuk Indonesia sebelum perdagangan
penduduknya hanya dapat menikmati produksi pakaian sebesar 3000 unit
dan tas 1000 unit, sekarang dengan adanya perdagangan penduduk
Indonesia dapat mengkonsumsi 4000 unit pakaian dan 1000 unit tas.
Dalam kasus salah satu negara memiliki keunggulan seluruh barang yang
dihasilkan, maka Adam smith mengatakan perdagangan tidak akan
menguntungkan bagi negara yang memiliki keunggulan seluruh barang
yang diproduksi. Sebagai contoh ; Indonesia dan India memproduksi dua
jenis komoditi yaitu pakaian dan tas dengan asumsi (anggapan) masing-
masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk memproduksi kedua
komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan 50
tenaga kerja untuk memproduksi tas. Hasil total produksi kedua negara
tersebut (dalam sebulan) yaitu:
Agar terlihat sederhana, diasumsikan ada dua negara (Jepang dan India)
dan dua output (Sepeda Motor dan Mobil). Keduanya memiliki sumber
daya masing- masing 100 tenaga kerja (TK) untuk memproduksi sepeda
motor dan mobil. Jepang mampu memproduksi 8000 unit sepeda motor
dan 800 unit mobil. Sedangkan India mampu mengahsilkan sepeda motor
3000 unit dan mobil sebanyak 500 unit.
Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan tabel di bawah ini:
Keadaan Produksi sebelum adanya spesialisasi
Produksi Sepeda Produksi Harga Relatif
Negara
Motor Mobil
Jepang 8.000 800 1 mobil : 10 spd motor
India 3.000 500 1 mobil : 6 sepeda motor
Jumlah 11.000 1.300
Keadaan Produksi sesudah adanya spesialisasi
Produksi Sepeda Produksi
Negara
Motor Mobil
Jepang 16.000 - Memiliki Keunggulan dlm
memproduksi spd motor
India - 1.000 Memiliki Keunggulan dlm
memproduksi mobil
Jumlah 16.000 1.000
Keadaan Penggunaan sesudah perdagangan
Produksi Sepeda Produksi Kurs yang disepakati 1 unit
Negara
Motor Mobil mobil berbanding 6 sampai
Jepang 12.000 500 dengan 10 sepeda motor
India 4.000 500 (dalam kasus ini
Jumlah 16.000 1.000 ditentukan 1 mobil = 8
motor)
Untuk membuktikan bahwa sepeda motor lebih murah di Jepang, perlu kita
bandingkan harga relatif antara Jepang dan India. faktor produksi (50
tenaga kerja) di Jepang dapat menghasilkan 8.000 sepeda motor dan 800
mobil, ini berarti 1 unit mobil di Jepang setara dengan 8 unit sepeda motor
(1 mobil = 10 sepeda motor). Di india faktor produksi (50 tenaga kerja)
dapat mengahasilkan
3.0 sepedamotor dan 500 mobil, ini berarti 1 mobil setara
dengan 6 sepeda motor (1 mobil = 6 sepeda motor). Dari hasil
perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa harga sepeda motor
secara relatif lebih murah di Jepang, sedangkan harga mobil secara
relatif lebih murah di India.
6000
16000
A
3000
D
8000
Setelah Spesialisasi:
Dari hasil perbandingan harga relative di kedua Negara tersebut dapat
disimpulkan bahwa harga sepeda motor secara relatif lebih murah di
Jepang, sedangkan harga mobil secara relatif lebih murah di India.
Setelah Perdagangan:
Setelah kedua negara sepakat untuk melakukan perdagangan antar dua
negara dan kurs perdagangan akan menguntungkan apabila 1 unit mobil
ditukar antara 6 sampai dengan 10 sepeda motor. Dalam kasus ini
disepakati 1 mobil ditukar 8 sepeda motor. Maka kurva kemungkinan
produksi yang baru akan bergeser kekanan yang menunjukan bahwa kedua
negara mengalami peningkatan kesejahteraan. Untuk Jepang sebelum
perdagangan penduduknya hanya dapat menikmati produksi sepeda motor
sebesar 8.000 unit sepeda motor dan 800 unit mobil, sekarang dengan
adanya perdagangan penduduk Jepang dapat mengkonsumsi 12.000 unit
sepeda motor dan 500 unit mobil.
Perdagangan Tidak Selalu Menguntungkan:
Dalam hal perdagangan tidak selalu menguntungkan apabila kurs salah
satu negara berada di luar perbandingan harga relative. Dalam kasus
diatas keuntungan perdagangan akan terjadi apabila Kurs perdagangan
yang disepakati 1 unit mobil berbanding 6 sampai dengan 10 sepeda motor.
Misalkan Jepang memaksa India agar mau menggunakan kurs perdagangan
1 mobil
Dalam kasus ini disepakati 1 mobil ditukar 5 sepeda motor. Maka kurva
kemungkinan produksi yang baru untuk negara India akan bergeser kekiri
yang menunjukan bahwa kesejahteraan India mengalami penurunan
kesejahteraan, sebelum adanya perdagangan India dapat memproduksi 500
mobil dan 3.000 sepeda motor. Setelah perdagangan India hanya
mengkonsumsi 500 unit mobil dan 2.000 sepeda motor, hal ini ditunjukan
pada pergeseran titik A ke titik C yang berada di bawah garis sebelum
adanya perdagangan. Sedangkanuntuk Untuk Jepang sebelum perdagangan
penduduknya hanya dapat menikmati produksi sepeda motor sebesar
8.000 unit sepeda motor dan 800 unit mobil, sekarang dengan adanya
perdagangan penduduk Jepang dapat mengkonsumsi 14.000 unit sepeda
motor dan 500 unit mobil, bergeser dari titik D ke F, dalam hal ini Jepang
mengalami peningkatan kesejahteraan.
3. Aspek Globalisasi
Dalam perkembangannya, globalisasi mempengaruhi 3 aspek yaitu:
2) Aspek Sosial Budaya, yang dapat dilihat dari proses masuknya nilai, norma,
cara hidup, hingga praktik kebudayaan secara terintegrasi dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini merujuk kepada berbagai perilaku masyarakat yang
tengah dipengaruhi oleh budaya global. Contohnya seperti pengaruh tren
musik dari Amerika Serikat, kecantikan dan fashion ala Korea karena adanya
pengaruh K-Pop, dll.
3) Aspek Politik, era globalisasi membuat banyak terciptanya kerja sama
politik seperti World Trade Organization (WTO), world bank, dll. Aspek
politik di era globalisasi juga dapat dilihat dari maraknya kegiatan politik
untuk mempromosikan nilai - nilai universal secara luas atau global, yakni
seperti masalah lingkungan, kesetaran, hak asasi manusia, dan lain
sebagainya.
4. Ciri-ciri Globalisasi
Globalisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terjadinya kemajuan dan perkembangan teknologi dalam berbagai aspek,
contohnya saja dengan kehadiran internet yang memudahkan komunikasi
antar satu sama lain menjadi lebih efisien.
2) Terjadinya kerjasama ekonomi antar negara di dunia yang menyebabkan
adanya ketergantungan antara pasar dan produksi ekonomi negara.
Kesepakatan kerjasama inilah yang membuat proses globalisasi terus
berjalan tanpa henti.
3) Munculnya berbagai macam masalah bersama yang harus diselesaikan,
contohnya seperti pencemaran lingkungan, krisis multinasional, dan lain
sebagainya.
4) Terjadinya interaksi yang mengakibatkan adanya pertukaran budaya atau
akulturasi tanpa disadari. Seiring berkembangnya zaman dan
perkembangan teknologi, pertukaran budaya semakin mudah terjadi dan
cepat mempengaruhi satu sama lain. Misalnya saja budaya K-Pop yang
tengah ramai bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia.
5. Globalisasi Ekonomi
Globalisasi ekonomi adalah gabungan dari dua kata yaitu globalisasi dan
ekonomi. Dari pengertian-pengertian yang sudah dibahas sudah dapat kita
ketahui makna dari kedua kata tersebut. Berarti dapat kita artikan bahwa
globalisasi ekonomi adalah suatu proses atau keadaan ekonomi yang bersifat
global mengalami perubahan kegiatan perekonomian yang lebih terbuka tanpa
mengenal batas-batas teritorial ataupun wilayah baik antar daerah maupun
antar negara. Perubahanperubahan tersebut terjadi dalam seluruh aspek
perekonomian.
Pada zaman dulu ekonomi dijalankan dengan sangat sederhana yaitu
dengan barter. Namun mengikuti perkembangan setelah munculnya uang di
dunia akhirnya negara memiliki mata uang dan sistem perekonomiannya
masing-masing. Banyak perusahaan-perusahaan didirikan di negara lain.
Kegiatan in terus berkembang hingga banyak negara yang berinvestasi di
negara lain.
Namun dengan berjalannya waktu banyak juga hambatan yang terjadi
dalam sistem tersebut yang membuat negara-negara membutuhkan suatu
kekuatan pasar tanpa batasan territorial yang dapat mempercepat arus modal,
barang dan jasa. Globalisasi ekonomi tersebut tentunya menunjukkan bahwa
tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan ketergantungan
dengan negara lain. sehingga dengan globalisai ekonomi tersebut terciptalah
perdagangan internasional yang mengadakan pertukaran barang dan jasa antar
negara. Globalisasi ekonomi dapat saja terjadi di bidang ekspor-impor, tenaga
kerja, dan permodalan antar negara di dunia.
Peningkatan keterbukaan berbagai negara dalam menjalankan
perdagangan luar negeri (melalui pengurangan tarif/pajak impor dan pajak
ekspor dan hambatan perdagangan lain), dalam menerima aliran investasi
dalam bentuk penanaman modal (direct foreign investment) dan dalam
menerima aliran modal keuangan untuk investasi portfolio.
Keburukan Globalisasi
Beberapa implikasi buruk globalisasi yang meningkatkan ketidakstabilan
dalam kegiatan ekonomi dalam jangka pendek dan akan menimbulkan efek
buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi yang dapat di capai dalam jangka
panjang, yaitu:
1) Menghambat pertumbuhan sektor indrusti manufaktur
2) Memperburuk keadaan neraca pembayaran
3) Sector keuangan semakin tidak stabil
4) Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Mempelajari budaya asing menjadi salah satu hal yang penting untuk
dilakukan dan dipelajari, namun harus tetap disaring untuk mencegah hilang
atau pudarnya budaya lokal yang dimiliki. Beberapa upaya menghadapi
globalisasi dapat dicontohkan dengan tetap mencintai produk dalam negeri,
mengembangkan usaha mikro, meningkatkan pemanfaatan potensi sumber
daya nasional, dan lain sebagainya.