Anda di halaman 1dari 13

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional

5.1. Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional


Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas meliputi semua kegiatan ekonomi pemerintah
suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah dan
kegiatan ekspor impor barang dan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah tersebut. Karena itu,
sekalipun suatu kebijakan ditujukan untuk mengatasi pemasalahan dalam negeri, tapi bila secara
langsung atau tidak langusng berpengaruh terhadap ekspor dan impor maka dapat dimasukkan
dalam kebijakan ekonomi internasional.
Kebijakan ekonomi internasional dalam arti sempit yaitu hanya meliputi kebijakan yang
langsung mempengaruhi ekspor dan impor. Kebijakan internasional dalam arti sempit ini
berkaitan dnegan ekspor barang dan jasa, oleh karena itu cakupannya sangat luas mengingat
banyaknya barang atau jasa yang diekspor maupun diimpor, mulai dari barang konsumsi,
produksi sampai pada tenaga kerja. Jadi, kebijakan ekonomi internasional adalah keseluruhan
tindakan pemerintah suatu negara yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan negaranya dengan melalui kegiatan yang mendorong ekspor
dan mengatur/mengendalikan impor. Keseluruhan tindakan tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung akan memperoleh komposisi, arah serta bentuk dari perdagangan dan
pembayaran internasional.
Instrumen kebijakan ekonomi internasional meliputi:
1. Kebijakan perdagangan internasional mencakup tindakan/kebijakan pemerintah terhadap
perdagangan luar negerinya, khususnya mengenai ekspor dan impor barang/jasa, misalnya
pengenaan tarif terhadap barang impor, bilateral, trade agreement, pengenaan kuota impor dan
ekspor, dll.
2. Kebijakan pembayaran internasional adalah mencakup tindakan pemerintah terhadap
pembayaran internasional, misalnya pengawasan terhadap lalu lintas devisa, pengaturan lalu
lintas modal jangka panjang.
3. Kebijakan bantuan luar negeri adalah tindakan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan
(grants), pinjaman/hutang (loans), bantuan untuk rehabilitasi serta pembangunan, dll.
Contoh kebijakan ekonomi internasional adalah:
1. Subsidi ekspor adalah pembayaran oleh pemerintah dalam jumlah tertentu kepada suatu
perusahaan atau perseorangan yang giat menjual barang ke luar negeri. Dengan subsidi ini, harga
suatu komoditi yang akan diperdagangkan akan dapat diperendah sehingga dapat bersaing dalam
dunia internasional. Catatan disini adalah bahwa kebijakan subsisi ekspor adalah bentuk
kebijakan perdagangan yang hanya dapat berlaku bagi negara maju, yang notabene sudah
memiliki perekonomian yang stabil.
2. Kuota Impor merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor.
Pembatasan ini diberlakukan oleh negara kepada pihak yang mengimpor suatu produk, dimana
terdapat ketentuan jumlah yang boleh diimpor, tidak diperbolehkan melebihi jumlah maksimal.

Bentuk pembatasan ini lahir dari kenyataan bahwa seringnya komoditi impor justru lebih
menguasai pasar domestik, dan berimplikasi logis pada gulung tikarnya perusahaan lokal.
3. Voluntary expor restraint (VER) juga dikenal sebagai pengekangan ekspor secara
sukarela merupakan bentuk pembatasan (kuota) atas jangkauan atau tingkat intensitas
hubungan perdagangan internasional yang dikenakan oleh pihak negara pengekspor, jadi bukan
oleh pihak pengimpor. Secara politis, VER merupakan pilihan efektif yang menawarkan
beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan tarif. Namun ternyata justru menimbulkan
kerugian yang lebih besar dari segi ekonomi.
4. Persyaratan kandungan lokal (local content requirement) merupakan suatu pengaturan yang
mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari suatu produk secara fisik harus dibuat di dalam
negeri, atau menggunakan bahan baku komponen-komponen setempat. Pertimbangan atas
instrumen yang satu ini menjelaskan perhitungan bahwa keuntungan domestik akan lebih
maksimal karena selain diperoleh dari tiap unit komoditi yang diimpor, juga dapat menambah
keuntungan pasar domestik. Kelemahannya adalah kurang jelasnya sistematika yang ada,
misalnya mengenai jumlah maksimal dan regulasi komoditi antara satu negara pengimpor
dengan negara-negara lain.
Tujuan kebijakan ekonomi internasional antara lain:
1. Autarki, tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional.
Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruh-pengaruh negara lain baik
pengaruh ekonomi, politik atau militer.
2. Kesejahteraan (welfare), tujuan ini bertentangan dengan autarki di atas. Dengan mengadakan
perdagangan internasional suatu negara akan memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi
dan kesejahteraan meningkat. Maka untuk mendorong perdagangan internasional,
hambatan/restriksi dalam perdagangan internasional seperti tarif, kuota, dsb akan dihilangkan
atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti mengarah ke perdagangan bebas.
3. Proteksi, tujuannya untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan barang impor.
Kebijakan dapat berupa tarif atau kuota impor.
4. Keseimbangan neraca pembayaran, terutama bagi negara yang mengalami defisit dalam
neraca pembayarannya, posisi cadangan valuta asingnya lemah. Maka diperlukan kebijakan
ekonomi internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran internasionalnya. Kebijakan
ini ummnya berbentuk pengawasan devisa (exchange control). Pengawasan devisa tidak hanya
mengatur/mengawasi lalu lintas tapi juga modal.
5. Pembangunan ekonomi untuk menunjang pembangunan ekonomi suatu negara pemerintah
dapat mengarahkan perdagangan internasionalnya dengan kebijakan seperti:
- Perlindungan terhadap industri dalam negeri yang baru tumbuh (infant-industries).
- Mengurangi impor barang-barang yang non-esensial dan mendorong impor barang-barang yang
lebih esensial.
- Mendorong ekspor

Pengertian Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu),
antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara
dengan pemerintah negara lain.
Rumitnya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal berikut :
1.

Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.

2.

Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya. Barang-

barang tersebut harus melewati berbagai macam peraturan seperti pabean (batasbatas wilayah yang dikenai pajak), yang bersumber dari pembatasan yang
dikeluarkan pemerintah.
3.

Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa,

mata uang, taksiran atau timbangan, hukum dalam perdagangan, dsb.


4.

Sumber daya alam yang berbeda.

B. Manfaat Perdagangan Internasional


a. Saling mendapat petukaran tehnologi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi
b. Menjalin persahabatan
c. Dapat membuka lapangan pekerjaan
d. Dapat menambah jumlah dan kualitas barang
e. Meningkatkan penyebaran sumber daya alam melalui batas Negara.

C. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional


Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, di antaranya sebagai berikut :
1.

Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

2.

Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara

3.

Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam mengolah sumber daya ekonomi


4.

Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk

menjual produk tersebut.


5.

Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,

budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi
dan adanya keterbatasan produksi.
6.

Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

7.

Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara

lain.
8.

Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup

sendiri.

D. Keunggulan Absolut Dan Keunggulan Komperatif Dalam Perdagangan


Internasional

Pada tahun 1776 ADAM SMITH dalam bukunya yang berjudul: in inguiry into The
nature and causes of The Wealth of Nation. Dengan adanya perdagangan
internasional, suatu negara hanya akan memproduksi satu atau beberapa barang
saja dengan biaya produksi yang rendah untuk di ekspor dan negara tersebt akan
mengimpor barang-barang lain dengan harga yang lebih murah daripada
memproduksi sendiri. Dengan cara ini negara-negara yang mengadakan hubungan
perdagangan internasional dapat memperoleh keuntungan.
Adapun macam-macam keuntungan antara lain:
1. Keuntungan Mutlak ( Absolute Advantage) dari Adam Smith
Menurut teori ini perdagangan antar dua negara terhadap dua jenis barang akan
terjadi jika masing-masing negara mempunyai kekuatan dalam memproduksi brang
tertentu. Keuntungan akan diperoleh oleh dua negara tersebut, jika dua negara
tersebut mengeskspor barang yang mempunyai keunggulan mutlak dan mengimpor
barang yang mempunyai kerugian mutlak ( Absolute Disadvantage)
2. Keuntungan Komperative ( Comverative Advantage)
Menurut David Ricardo, perdagangan internasional masih mungkin terjadi dan
menguntungkan kedua negara meskipun satu negara mempunyai keunggulan
mutlak, dan memproduksi kedua barang dengan syarat jika satu negara
mempunyai keunggulan komperative dibandingkan dengan negara lain.

5.2. Kebijakan Ekspor dan Impor


Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi
internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah kebijakan yang mencakup tindakan
pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) daripada neraca
pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang.
Kebijakan perdagangan internasional timbul karena meluasnya jaringan-jaringan hubungan
ekonomi antarnegara. Jadi, kebijakan perdagangan internasional adalah segala tindakan
pemerintah/negara, baik langsung maupun tidak langsung untuk memengaruhi komposisi, arah,
serta Bentuk perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang
dimaksud dapat berupa tarif, dumping, kuota, larangan impor, dan berbagai kebijakan lainnya.
Sama halnya dengan kebijakan perdagangan internasional dibidang impor, kebijakan dibidang
ekspor juga ditujukan untuk melindungi produksi dalam negeri disamping memperoleh
keuntungan. Beberapa kebijakan perdagangan internasional dibidang ekspor, yaitu:
1) Diskriminasi harga, adalah suatu tindakan dalam penetapan harga barang yang berbeda
untuk suatu negara dengan negara lainnya. Untuk barang yang sama, harga untuk negara yang
satu lebih mahal atau lebih murah daripada negara lainnya. Hal ini dilakukan atas dasar
perjanjian atau dalam rangka perang aktif.
2) Pemberian premi (subsidi). Kebijakan pemerintah untuk memajukan ekspor adalah dengan
memberi premi kepada badan usaha yang melakukan ekspor. Pemberian premi (subsidi) itu

antara lain berupa bantuan biaya produksi serta pembebasan pajak dan fasilitas lain, dengan
tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di luar negeri.
3) Dumping adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan menetapkan barang ekspor
(harga barang diluar negeri) lebih murah daripada harga di dalam negeri. Cara ini hanya dapat
dilakukan bila pasar dalam negeri dikendalikan atau dikontrol oleh pemerintah.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
- kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga kurva permintaan
di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
- terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat membeli
barang dari luar negeri.

Keterangan:
Seperti diketahui bahwa laba maksimum diperoleh pada saat kurva MC sama dengan kurva MR.
MC sama dengan MR di pasar dalam negeri yang dicapai pada kuantitas produksi OQ1, dan
pasar luar negeri dicapai pada kuantitas produksi OQ2. Oleh karena kurva permintaan di kedua
pasar memiliki kecuraman yang berbeda, di mana harga pasar dalam negeri adalah OP2
sementara harga di pasar luar negeri setinggi OP1, sehingga permintaan di pasar dalam negeri
relatif lebih inelastis dibandingkan dengan pasar di luar negeri, karena kurvanya lebih curam.
4) Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-masing pemerintah
memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.
5) Larangan ekspor merupakan kebijakan atas suatu negara untuk melarang ekspor barang
barang-barang tertentu ke luar negeri. Penyebabnya bisa karena alasan ekonomi, politik, sosial
dan budaya.
Ada beberapa keburukan mengimpor suatu barang. Salah satunya adalah perusahaan dalam
negeri yang memproduksi jenis barang yang sama akan gulung tikar karena kalah bersaing
dengan barang impor. Untuk itulah, pemerintah harus melindungi atau bertindak untuk mengatasi
keburukan itu dengan jalan memberi perlindungan (proteksi). Perlindungan itu banyak jenisnya,
yaitu :
1) Kuota merupakan jumlah yang ditetapkan untuk suatu kegiatan dalam satu masa atau suatu
waktu tertentu. Jadi, kuota dalam impor adalah total jumlah barang yang dapat diimpor dalam

masa tertentu. Ketika diberlakukan perdagangan bebas, kuota tidak dapat dipakai lagi karena
dapat menghambat perdagangan internasional.

Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:


a. mencegah barang-barang yang penting berada di tangan negara lain;
b. untuk menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup;
c. untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai stabilitas harga
di dalam negeri.

2) Tarif. Kebijakan tarif diambil pemerintah dengan menetapkan tarif tinggi untuk mengimpor
suatu jenis barang. Dengan pengenaan tarif ini, harga barang impor menjadi mahal, sehingga
barang sejenis yang diproduksi di dalam negeri akan memiliki daya saing dan dibeli konsumen.
Penganut perdagangan bebas mengenakan tarif yang rendah atas barang-barang impor.
Sebaliknya, begara proteksionis mengenakan tarif yang tinggi untuk barang impor.
3) Subsidi. Karena ada perbedaan harga antara barang impor dan barang dalam negeri, ada
kemungkinan harga barang impor lebih murah daripada harga barang produksi dalam negeri.
Supaya harga barang produksi dalam negeri dapat ditekan, pemerintah dapat memberi subsidi
pada produsen dalam negeri. Dengan pemberian subsidi ini, harga barang dalam negeri menjadi
murah.

4) Larangan impor. Dengan berbagai alasan, ada barang tertentu yang dilarang diimpor.
Misalnya, barang-barang yang berbahaya untuk masyarakat. Larangan impor bisa jadi dilakukan
untuk membalas tindakan negara lain yang telah lebih dulu melarang impor barang suatu negara.
Selain itu, larangan impor dapat pula dilakukan untuk menghemat devisa.

5.3. Kebijakan Tarif dan Non-Tarif


Kebijakan hambatan tarif (tariff barrier) adalah suatu kebijakan proteksionis terhadap barang
barang produksi dalam negeri dari ancaman membanjirnya barang-barang sejenis yang diimpor
dari luar negeri, dengan cara menarik/mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang
impor yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri.

Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan. Efek kebijakan ini
terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Tarif yang paling umum adalah tarif atas barangbarang impor atau yang biasa disebut bea impor. Tujuan dari bea impor adalah membatasi
permintaan konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen menggunakan
produk domestik. Semakin tinggi tingkat proteksi suatu negara terhadap produk domestiknya,
semakin tinggi pula tarif pajak yang dikenakan. Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan
pajak impor dengan persentase tertentu dari harga barang yang diimpor.

Pembebanan tariff terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek terhadap


perekonomian suatu Negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut.
Beberapa macam efek tariff tersebut adalah:
efek terhadap harga (price effect)
efek terhadap konsumsi (consumption effect)
efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect)
1. Effective rate of protection
Tarif terhadap bahan mentah akan menaikkan ongkos produksi. Pembebanan
tariff terhadap bahan mentah menyebabkan naiknya ongkos produksi
sehingga kurva penawaran naik ke atas. Hubungan antara tariff terhadap
barang jadi dan tariff terhadap bahan mentah dapat dinyatakan dengan
adanya effective rate of protection yang dinikmati oleh produsen yang
memproses barang jadi tersebut. Apabila barang jadi dan juga bahan mentah
impor itu dikenakan tariff, maka effective rate of protection bagi produsen
barang tersebut makin tinggi.
1. Alasan pembebanan tariff
Yang secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan
Memperbaiki dasar tukar (terms of trade)
Suatu Negara dapat mempengaruhi dasar pertukaran antara ekspor dan
impornya melalui pembebanan tariff. Tariff dapat mengurangi keinginan untuk
mengimpor, ini berarti bahwa untuk sejumlah tertentu ekspor menghendaki
jumlah impor yang lebih besar, sebagian daripadanya diserahkan kepada
pemerintah sebagai pembayaran tariff.
Pembebanan tariff ini akan berhasil memperbaiki terms of trade apabila
Negara itu mempunyai kedudukan monopoli dalam perdagangan. Dengan
kata lain, kalau permintaan Negara lain terhadap barangnya bersifat inelastis;
makin inelastis permintaan terhadap barangnya berarti semakin besar posisi
monopoli sehingga pembebanan tariff dapat lebih effective.
Infant-industri
Pada umumnya industri-industri yang sedang tumbuh ini efisiensinya belum
tinggi serta belum dapat menikmati adanya economies of scale. Oleh karena

itu pembebanan tariff terhadap barang dari luar negeri dapat memberi
perlindungan terhadap industri dalam negeri yang sedang tumbuh ini. Tariff
hanya bersifat sementara sampai industri-industri dalam negeri sudah kuat,
tariff dihapuskan. Hal ini untuk menjaga industri ini jangan sampai bekerja
kurang efisien dibawah perlindungan tariff.
Diversifikasi
Suatu Negara yang hanya menghasilkan satu atau beberapa macam barang
saja akan mengalami kesulitan apabila harga barang-barang hasil
produksinya di pasaran dunia goncang. Dengan pembebanan tariff, industri
dalam negeri dapat berkembang, sehingga dapat memperbanyak jumlah serta
jenis barang yang dihasilkan. Makin banyak jenis barang yang dihasilkan,
ekonomi Negara itu akan semakin stabil karena penurunan harga satu jenis
produk mungkin dapat diimbangi dengan kenaikan harga barang lain.
Employment
Pembebanan tariff akan mengakibatkan turunnya impor dan menaikkan
produksi dalam negeri. Kenaikan produksi ini berarti pula kenaikan
kesempatan kerja. Dalam hal ini pembebanan tariff dapat digunakan untuk
memperluas kesempatan kerja.
Anti dumping
Dumping berarti menjual barang diluar negeri jauh lebih murah daripada di
dalam negeri.
Yang secara ekonomis tidak dapat dipertanggungjawabkan
To Keep Money at Home
Apabila penduduk suatu Negara itu membeli barang dari luar negeri maka
Negara tersebut memperoleh barang dan Negara lain memperoleh uang.
Tetapi apabila membeli barang produksi dalam negeri maka uang tersebut
tidak lari keluar negeri. Jadi dengan pembebanan tariff impor, maka impor
akan berkurang sehingga akan mencegah larinya uang ke luar negeri.
The Low-wage
Negara yang tingkat upahnya tidak dapat mengadakan hubungan dengan
Negara yang tingkat upahnya rendah tanpa menanggung risiko akan turunnya
tingkat upah. Turunnya tingkat upah berarti pula turunnya stansar hidup. Oleh
karena itu untuk melindungi para pekerja yang upahnya tinggi dari persaingan
para pekerja yang upahnya rendah maka Negara yang tingkat upahnya tinggi

tersebut perlu membebankan tariff bagi barang yang berasal dari Negara yang
tingkat upahnya rendah.
Produsen dalam negeri mempunyai hak terhadap pasar dalam negeri. Tariff
akan mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor akan diganti dengan
produksi dalam negeri. Kenaikan produksi ini berarti bertambahnya
kesempatan kerja yang akhirnya berarti pula kenaikan kegiatan ekonomi.
Home market
Tarif akan mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor dan diganti dengan
prosuksi dalam negeri. Kenaikan produksi berarti tambahnya kesempatan
kerja yang akhirnya berarti pula kenaikan kegiatan ekonomi.
Pembebanan tarif atas suatu barang dapat menimbulkan pengaruh terhadap
perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang yang dikenai
tarif tersebut. Pengenaan tarif terhadap barang-barang impor biasanya
ditujukan Untuk melindungi produksi barang sejenis yang dihasilkan di dalam
negeri.

Akibat dari pengenaan tarif akan tampak sebagaimana

Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk, yaitu:


1. Bea ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut
menuju negara lain (di luar costum area);

2. Bea transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang
melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain;
3. Bea impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang
masuk dalam suatu negara (di dalam custom area).

1. Pembedaan tariff menurut jenisnya


Ad Valorem Duties, yakni bea pabean yang tingginya
dinyatakan dalam presentase dari nilai barang yang dikenakan
bea tersebut.
Specific Duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan
untuk tiap ukuran fisik daripada barang.
Spesific Ad Valorem atau Compound Duties, yakni bea yang
merupakan kombinasi antara specific dan ad valorem.
1. System tarif:
Single-Column Tariffs: System dimana untuk masing-masing
barang hanya mempunyai satu macam tariff.
Bersifat autonomous, artinya tariff yang tingginya ditentukan
sendiri oleh sesuatu Negara tanpa persetujuan dengan Negara
lain). Kalau tingginya tariff ditentukan dengan perjanjian
dengan Negara lain disebut conventional tariff.
Double-Column Tariffs: System dimana untuk setiap barang
mempunyai 2 (dua) tarif. Apanila kedua tariff tersebut
ditentukan sendiri dengan undang-undang, maka
namanya:bentuk maksimum dan minimum. Jadi
sebagian autonomous dan sebagianconventional, maka bentuk
ini dinamakan general and conventional form.
Triple-Column Tariffs: System ini hanya perluasan
daripada double-column tariffs, yakni dengan menambah satu
macam tariff preference untuk Negara-negara bekas jajahan
afiliasi politiknya. System ini sering disebut dengan
nama preferential system.
Kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) adalah berbagai kebijakan perdagangan selain
bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan
internasional.
A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif (non-tariff barrier)
sebagai berikut:
1. Pembatasan spesifik (specific limitation):
a. Larangan impor secara mutlak.

b. Pembatasan impor (quota system), kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang
dilakukan atas pemasukan barang (kuota impor) dan pengeluaran barang (kuota ekspor) dari/ke
suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen.
c. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
d. Peraturan kesehatan/karantina.
e. Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
f. Peraturan kebudayaan.
g. Perizinan impor (import licence).
h. Embargo.
i. Hambatan pemasaran/marketing.
2. Peraturan bea cukai (customs administration rules):
a. Tata laksana impor tertentu (procedure).
b. Penetapan harga pabean.
c. Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex control).
d. Consulat formalities.
e. Packaging/labelling regulations.
f. Documentation needed.
g. Quality and testing standard.
h. Pungutan administasi (fees).
i. Tariff classification.
3. Partisipasi pemerintah (government participation):
a. Kebijakan pengadaan pemerintah.
b. Subsidi dan insentif ekspor, subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan
perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak,
pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lain-lain.
c. Countervaling duties.
d. Domestic assistance programs.
e. Trade-diverting.

f. Import charges.
g. Import deposits.
h. Supplementary duties.
i. Variable levies.
5.4. Kebijakan Perdagangan Lainnya
Ada tiga kebijakan ekonomi/perdagangan internasional lainnya, antara lain:
1) Politik Proteksi
Politik proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang
sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:
a. Memaksimalkan produksi dalam negeri;
b. Memperluas lapangan kerja;
c. Memelihara tradisi nasional;
d. Menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu komoditi
andalan;
e. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung pada negara
lain.
2) Politik Dagang Bebas
Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan bebas
antarnegara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan alasan
bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi dalam
memproduksi barang dimana suatu negara memiliki keunggulan komparatif.
3) Politik Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari
pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga
kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan adanya
perdagangan bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya harus membeli
uang dolar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang berlaku, kemudian
ditransfer kepada eksportir di Amerika.

Anda mungkin juga menyukai