KASUS :
Di dalam perjanjian Asuransi Jiwa Syariah AJB Bumiputera 1912 Kantor Unit
Tulungagung, telah diatur ketentuan tentang hak dan kewajiban para pihak dalam polis
asuransi yang merupakan dasar perjanjian. Polis merupakan salah satu bentuk dari perjanjian
baku, yang penyusunannya dilakukan oleh perusahaan asuransi sebagai penanggung yang
mempunyai posisi ekonomi lebih kuat daripada tertanggung. Akan tetapi di dalam praktik
perjanjian pertanggungan jiwa timbul suatu masalah dimana pihak penanggung tidak
membayar atau melakukan penundaan pembayaran uang pertanggungan. Dengan demikian
berarti telah terjadi wanprestasi (ingkar janji) sehingga pihak yang melakukannya wajib
mengganti kerugian sebagaimana yang ditentukan Pasal 1239 KUHPdt. Namun dalam
praktiknya Asuransi Jiwa Syariah AJB Bumiputera Tulungagung tidak terlaksana sesuai
dengan pasal 1239 KUHPdt, karena dalam melakukan penyelesaian masalah wanprestasi
asuransi syariah menggunakan cara musyawarah untuk mencapai mufakat, dan jika dengan
musyawarah tidak tercapai mufakat maka diputus oleh Badan Arbitrase Syariah Nasional
(BASYARNAS), hal ini sesuai dengan isi perjanjian dalam polis.
PENYELESAIAN :
Dalam hal ini sudah jelas bahwa Asuransi Jiwa Syariah AJB Bumiputera 1912 Kantor
Unit Tulungagung telah mengaplikasikan penyelesaian sengketa yang sesuai dengan syariah
Islam. Sistem penyelesaian sengketa dalam Islam, yaitu melalui :
a) Perdamaian (Sulh/Ishlah) Dalam perdamaian ini terdapat dua pihak, yang sebelumnya di
antara mereka ada suatu persengketaan, dan kemudian para pihak sepakat untuk saling
melepaskan semua atau sebagian dari tuntutannya, hal ini dimaksudkan agar
persengketaan di antara mereka dapat berakhir.
b) Arbitrase Untuk menyelesaikan perkara atau perselisihan secara damai dalam hal
keperdataan, selain dapat dicapai melalui inisiatif sendiri dari para pihak, juga dapat
dicapai melalui keterlibatan pihak ketiga sebagai wasit (mediator). Upaya ini biasanya
akan ditempuh apabila para pihak yang berperkara itu sendiri ternyata tidak mampu
mencapai kesepakatan damai. Pengangkatan pihak ketiga sebagai mediator dapat
dilakukan secara formal maupun nonformal. Institusi formal yang khusus dibentuk untuk
menangani perselisihan atau sengketa disebut arbitrase, yaitu cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yanng
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
c) Pengadilan Biasa (Ai-Qadla) Dengan disahkannya UU No. 3/2006 tentang perubahan UU
No.7/1989 tentang peradilan Agama telah membawa perubahan besar dalam eksistensi
lembaga peradilan agama saat ini. Salah satu perubahan mendasar adalah penambahan
wewenang lembaga Peradilan Agama antara lain dalam bidang: Perkawinan, Waris,
Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Ekonomi Syariah. Lembaga Peradilan
Syariah (Qadha) secara harfiah berarti memutuskan atau menetapkan. Sedangkan secara
terminologi, istilah Qadha dapat diartikan sebagai lembaga/Institusi peradilan yang
bertugas untuk menyampaikan keputusan hukum yang bersifat mengikat.
KASUS :
Seorang istri Pensiunan POLRI menderita sakit yang harus di rawat inap di RS.
Elizabeth Semarang. Peserta adalah pemegang kartu peserta PT. ASKES (PERSERO)
Cabang Utama Semarang. Sebagaimana diketahui Kartu Peserta PT. ASKES Indonesia
berlaku di Indonesia setempat dimana peserta Askes bekerja. Setelah selesai menjalani
perawatan medis beberapa hari, pasien telah dibolehkan pulang tetapi setelah biaya
perawatannya ditanggung oleh Keluarga pasien terlebih dahulu. Setelah pihak keluarga
membayar semua biaya perawatan, seorang istri Pensiunan Polri tersebut mendapatkan
Kwitansi pembayaran selama perawatan dan rincian biaya obat selama rawat inap di Rumah
Sakit tersebut.
Dengan Kwitansi, rincian perawatan dan rincian obat, dari pihak keluarga pasien
mengurus klaim tersebut dengan cara, Meminta Surat Pengantar dari Rumah Sakit saat
penderita di rawat agar PT. ASKES (Persero) Cabang Utama Semarang benar-benar yakin
bahwa pasien/ peserta Askes pernah dirawat di Rumah Sakit tersebut. Dengan membawa
Kwitansi (rincian Perawatan dan obat), Kartu anggota PT. ASKES (Persero) Cabang Utama
Semarang dan Surat Kuasa, pihak keluarga mengurus klaim tersebut ke Kantor PT. ASKES
(Persero) Cabang Utama Semarang.
PENYELESAIAN :
Pihak keluarga pasien bertemu Petugas Pelayanan Klaim, Syarat-syarat pengajuan
klaim tersebut diserahkan oleh Petugas tersebut, Setelah menunggu beberapa saat, Syarat-
syarat yang telah diserahkan tadi diteliti oleh Petugas Pelayanan Klaim, apakah sudah
lengkap apa belum. Setelah syarat-syarat dinyatakan lengkap oleh Petugas Pelayanan Klaim
pihak keluarga diminta untuk menunggu kurang lebih 1 (satu) minggu sejak proses/syarat-
syarat itu dimasukkan ke PT. ASKES (Persero) Cabang Utama Semarang. Setelah 1 (satu)
minggu kemudian pihak keluarga pasien datang ke Kantor PT. ASKES (Persero) Cabang
Utama Semarang yang sebelumnya telah ditelepon oleh Pegawai pelayanan Klaim untuk
mengambil biaya penggantian perawatan dan rincian obat. Pihak keluarga Pasien telah
mendapatkan penggantian biaya perawatan dan obat sebesar kurang lebih 25% dari biaya
yang telah dikeluarkan oleh Pihak keluarga Pasien.
Pasien tersebut adalah istri anggota Polri dan sebagai peserta Asuransi Kesehatan PT.
ASKES (Persero) Cabang Utama Semarang. Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT.
ASKES (Persero) Indonesia Nomor 69/Kep/0304 tertanggal 8 Maret 2004, maka ketentuan
suatu klaim dianggap kadaluarsa untuk klaim kolektif adalah:
Dalam klaim perorangan tagihan yang diajukan harus dilakukan oleh yang berhak
(peserta) sedangkan di dalam klaim kolektif diajukan oleh Unit Pelayanan Kesehatan yang
telah ditunjuk oleh PT. ASKES (PERSERO) Cabang Utama Semarang sebelumnya sebagai
pihak yang berhak. Untuk menghindari penyalahgunaan dari yang tidak berhak, maka tanda
tangan dari yang bersangkutan harus sama bentuknya pada setiap formulir yang ditanda
tangani yang bersangkutan sebelumnya.
Jadi pelaksanaan pembayaran klaim secara perorangan maupun kolektif baru dapat
dilaksanakan dan mendapatkan pelayanan setelah melaui jalur atau prosedur yang ditetapkan
oleh PT. ASKES (PERSERO) Cabang Utama Semarang. Maka barulah klaim itu dapat
dibayarkan oleh petugas PT. ASKES (PERSERO) Cabang Utama Semarang atau kasirnya
dengan menanda tangani bukti pengeluaran kas oleh peserta atau kuasanya untuk klaim
perorangan dan oleh Unit Pelayanan Kesehatan melalui orang lain yang ditunjuk untuk itu.
Pembayaran ini dapat diberikan dengan uang tunai ataupun cek.
ASURANSI KEBAKARAN
KASUS :
Setelah asuransi berjalan 2 tahun, tepat pada tanggal 19 Januari 2015 terjadi peristiwa
kebakaran yang diakibatkan oleh konslet listril dari lantai dua rumah Edi Saputra. Sehingga
pada tanggal 23 Januari 2015, Edi melaporkan kepada pihak asuransi bahwa telah terjadi
kebakaran pada rumah miliknya. Pihak asuransi menolak klaim yang diajukan oleh Edi
karena masa pertangungan sudah dianggap hangus. Ini karena Edi terlambat mengajukan
klaim. Sementara polis sudah lewat jatuh tempo 1 hari. Edi beralasan bahwa pada saat itu
keluarganya sedang kesulitan setelah peristiwa kebakaran dan baru bisa mengajukan klaim
pada tanggal 23 Januari 2015. Pihak Edi juga beralasan bahwa polis dibuat secara tertulis
pada tanggal 23 Januari 2015 dan menganggap masih sah untuk mengajukan klaim. Edi juga
mengatakan bahwa pihak asuransi tidak menjelaskan mengenai waktu untuk mengajukan
klaim dan tata cara yang harus ditempuh.
PENYELESAIAN :
Kronologis mengenai kejadian kebakaran yang dialami oleh Edi Saputra awalnya
ditolak oleh pihak asuransi, namun karena alasan kurang informasi mengenai tata cara klaim
tersebut akhirnya pihak asuransi menerima klaim yang diajukan oleh Edi. Bapak Edi Saputra
melampiran dokemen seperti:
1. Dokumen permohonan klaim penggantian asuransi dari pihak bank yang ditunjuk oleh
PT. Jasindo Takaful, yaitu Bank Syariah Mandiri.
2. Surat keterangan peristiwa kebakaran dari kepolisian.
3. Surat kronologi kejadian kebakaran yang dibuat oleh tertanggung Edi Saputra.
4. Surat keterangan dari Kantor Kelurahan Ratu Sima mengenai kejadian kebakaran.
5. Surat keterangan kebakaran dari RT.
6. KTP suami Edi Saputra dan Istri Almasrah Khairani.
7. Kartu keluarga.
8. Serifikat kepemilikan tanah dari BPN.
a) Pelunasan premi apakah dibayar sebelum atau sesudah klaim, meneliti pelunasan
premi sesuai dengan ketentuan: (1) Persyaratan polis (2) Perjanjian Kesepakatan (3)
Kesepakatan khusus (4) Hal-hal lainnya.
b) Meneliti dan memahami kondisi polis dan melakukan survei klaim segera mungkin.
c) Meneliti objek yang mengalami kerugian, apakah objek yang dipertanggungan dalam
polis.
d) Meneliti sebab-sebab kerugian, meneliti sebabsebab kerugian dapat dilakukan dengan
cara mengadakan wawancara dengan lingkungan sekitarnya perihal sebabsebab
kebakaran maupun langkah-langkah yang ditempuh untuk penyelamatan yang sudah
dilakukan, kemudian meneliti ketentuanketentuan yang ditetapkan oleh persyaratan
klausul dalam polis apakah sudah dipenuhi dan dilaksanakan oleh tertanggung.
e) Membuat analisa pendahuluan berdasarkan data yang diperoleh.
Dari penjabaran di atas dapat dijelaskan bahwa nilai pertanggungan yang dibayarkan
oleh asuransi kepada pihak tertanggung Edi Saputra sebesar Rp. 163.547.000 (seratus enam
puluh tiga juta lima ratus empat puluh tujuh ribu rupiah). Walaupun dana yang diperkirakan
untuk membangun kembali rumah milik Edi Saputra adalah Rp. 188.547.00,00 (seratus
delapan puluh delapan juta lima ratus empat puluh tujuh ribu rupiah), pihak asuransi tetap
membayarkan sebesar Rp. 163.547.000 (seratus enam puluh tiga juta lima ratus empat puluh
tujuh ribu rupiah) melalui Bank Mandiri Syariah Cabang Dumai.