Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Najmul Husna

NPM : 1801101010047

MATA KULIAH : Ekonomi Internasional

A. KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi


internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah kebijakan yang mencakup
tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) daripada
neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang. Kebijakan
perdagangan internasional timbul karena meluasnya jaringan-jaringan hubungan ekonomi
antarnegara. Jadi, kebijakan perdagangan internasional adalah segala tindakan pemerintah
atau negara, baik langsung maupun tidak langsung untuk memengaruhi komposisi, arah, serta
Bentuk perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan.

Perdagangan internasional hendaknya dilakukan dengan penuh perhitungan,


mengingat hal ini akan sangat memengaruhi kondisi perekonomian nasional. Untuk itu
diperlukan kebijakan-kebijakan tertentu dalam mengatur pelaksanaan perdagangan
internasional. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi cara atau strategi tertentu yang sifatnya
protektif untuk menyelamatkan dan melindungi perekonomian dalam negeri.

Ada beberapa kebijakan dalam perdagangan internasional yaitu :

1. Kebijakan ekspor dalam Perdagangan Internasional

 Diskriminasi harga, adalah suatu tindakan dalam penetapan harga barang yang
berbeda untuk suatu negara dengan negara lainnya. Untuk barang yang sama, harga
untuk negara yang satu lebih mahal atau lebih murah daripada negara lainnya. Hal ini
dilakukan atas dasar perjanjian atau dalam rangka perang aktif.
 Pemberian premi (subsidi). Kebijakan pemerintah untuk memajukan ekspor adalah
dengan memberi premi kepada badan usaha yang melakukan ekspor. Pemberian
premi (subsidi) itu antara lain berupa bantuan biaya produksi serta pembebasan pajak
dan fasilitas lain, dengan tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di luar
negeri.
 Dumping adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan menetapkan barang
ekspor (harga barang diluar negeri) lebih murah daripada harga di dalam negeri. Cara
ini hanya dapat dilakukan bila pasar dalam negeri dikendalikan atau dikontrol oleh
pemerintah.
 Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-masing pemerintah
memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.
 Larangan ekspor merupakan kebijakan atas suatu negara untuk melarang ekspor
barang-barang tertentu ke luar negeri. Penyebabnya bisa karena alasan ekonomi,
politik, sosial dan budaya.

2. Kebijakan Impor dalam perdagangan Internasional

 Pengenaan bea masuk/tarif, merupakan kebijakan pembebanan pajak atas barang-


barang impor atau barang yang masuk ke Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan untuk
meningkatkan sumber penerimaan negara dalam bentuk devisa.
 Kuota impor, kebijakan kuota impor dilakukan untuk membatasi masuknya barang
impor dalam negeri. Pemerintah dapat menentukan jumlah atau jenis barang impor
yang akan masuk kedalam negeri, hal ini akan membantu produsen dalam negeri
untuk memproduksi barang yang dirasa mampu bersaing dengan barang impor yang
dijual di pasar dalam negeri.
 Pengendalian devisa, dalam pengendalian devisa, jumlah devisa yang disediakan
untuk membayar barang impor dijatah dan dibatasi sehingga importir mau tidak mau
juga membatasi jumlah barang impor yang akan dibeli.
 Kebijakan subsitusi impor, kebijakan mengadakan subsitusi impor ditujukan untuk
mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dengan mendorong produsen luar
negeri agar dapat membuat sendiri barang-barang yang di impor dalam negeri.
 Devaluasi, kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk
menurunkan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing dengan sengaja.
Dengan devaluasi menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal, sehingga
akan mengurangi pembelian barang impor.
3. Kebijakan Tarif dan Non-Tarif Tarif

yang merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum, adalah sejenis pajak yang
dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik (specific tariff’s) dikenakan
sebagai beban tetap unit barang yang diimpor. Sedangkan tarif ad valorem (ad valorem
tariff’s) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan presentase tertentu dari nilai barang-barang
yang diimpor. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara
STIE Muttaqien | Ekonomi Internasional 9 tradisional telah digunakan sebagai sumber
penerimaan pemerintah sejak lama. Namun, maksud utama pengenaan tarif biasanya tidak
semata-mata memperoleh pendapatan pengisi kas pemerintah, malainkan juga sebagai suatu
alat untuk melindungi sektor-sektor tertentu didalam negeri dari tekanan persaingan produk
impor.

a. Kebijakan hambatan tarif (tariff barrier)

Adalah suatu kebijakan proteksionis terhadap barang–barang produksi dalam negeri


dari ancaman membanjirnya barang-barang sejenis yang diimpor dari luar negeri, dengan
cara menarik/mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang impor yang masuk
untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri.

a. Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk

 Bea ekspor (export duties) adalah pajak atau bea yang dikenankan terhadap barang
yang diangkut menuju negara lain (diluar custom area).
 Bea transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan barang-barang yang
melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.
 Bea impor (import duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-
barang yang masuk dalam suatu negara (didalam custom area).

b. Jenis tarif

 Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam presentase dari
nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
 Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap ukuran fisik
daripada barang.
 Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan kombinasi
antara specific dan ad valorem. Misalnya suatu barang tertentu dikenakan 10% tarif
ad valorem ditambah Rp 20.000 untuk setiap unit. STIE Muttaqien | Ekonomi
Internasional.

c. Sistem tarif
 Single-column tariffs: sistem di mana untuk masing-masing barang hanya mempunyai
satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous tariffs (tarif yang tingginya
ditentukan sendiri oleh sesuatu negara tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau
tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain disebut conventional
tariffs.
 Double-column tariffs: sistem di mana untuk setiap barang mempunyai 2 (dua) tarif.
Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-undang, maka
namanya “bentuk maksimum dan minimum”.
 Triple-column tariffs: biasanya sistem ini digunakan oleh negara penjajah.
Sebenarnya sistem ini hanya perluasan daripada double column tariffs, yakni dengan
menambah satu macam tariff preference untuk negara-negara bekas jajahan atau
afiliasi politiknya. Sistem ini sering disebut dengan nama “preferential system”.

d. Efek tarif

Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek terhadap


perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa sfek tarif
tersebut adalah:

 Efek terhadap harga (price effect).


 Efek terhadap konsumsi (consumption effect).
 Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
 Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect).

2). Kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier)

Adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan
distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.

Kebijakan Perdagangan lainnya :

Sesungguhnya, tarif itu adalah bentuk atau jenis kebijakan kebijakan perrdagangan
yang paling sederhana. Dalam praktek perdagangan dunia di era modern ini, kebanyakan
pemerintah melakukan campur tangan dalam kegiatan perdagangan Internasional dengan
menggunakan instrument-instrumen kebijakan lainnya yang lebih kompleks. Ada tiga
4. kebijakan ekonomi/perdagangan internasional lainnya
 Politik Proteksi

Politik Proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri
yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah :

a. Memaksimalkan produksi dalam negeri.

b. Memperluas lapangan kerja.

c. Memelihara tradisi nasional.

d. Menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu
komoditi andalan.

e. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung pada
negara lain.

 Politik Dagang Bebas

Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan


bebas antarnegara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan
alasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi
dalam memproduksi barang dimana suatu negara memiliki keunggulan komparatif.

 Politik Autarki

Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri
dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer,
sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang
menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan
pembayarannya harus membeli uang dolar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan
kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.

Perangkat kebijakan perdagangan lainnya :

Masih banyak cara lainnya yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
memengaruhi intensitas perdagangan Internasional. Beberapa diantaranya dapat kita
kemukakan secara singkat sebagai berikut:
1) Proyek pengadaan pemerintah (National procurement)

Pembelian-pembelian oleh pihak pemerintah ataupun perusahaanperusahaan yang


diatur secara ketat dapat diarahkan pada barangbarang yang diproduksi di dalam negeri,
meskipun barangkali barangbarang tersebut sebenarnya lebih mahal daripada barang yang
sejenis yang diimpor.

2) Hambatan-hambatan birokrasi (red-tape-barrier)

Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya secara formal.

B. NERACA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Neraca Perdagangan adalah selisih antara nilai ekspor dan impor suatu negara dalam
perdagangan internasional. Apabila nilai ekspor suatu negara lebih besar dibanding impor,
berarti negara itu mengalami neraca dagang surplus (Positive Trade Balance). Sedangkan jika
nilai impor lebih besar dibanding ekspor, berarti terjadi neraca dagang defisit (Negative
Trade Balance). Pengertian Neraca Perdagangan ini mencakup ekspor impor barang maupun
jasa dalam lingkup perdagangan internasional saja, dengan tidak memperhitungkan transaksi
domestik.

Di seluruh dunia, Neraca Perdagangan setiap negara memiliki status berbeda-beda.


Berikut ini contoh data Neraca Perdagangan internasional berikut status defisit atau surplus
masing-masing.

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan

Secara teoritis, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Neraca Perdagangan
Internasional suatu negara. Diantaranya :

1) Biaya produksi di negara importir versus negara eksportir. Umpamanya biaya


produksi tekstil di negara A lebih mahal ketimbang biaya produksi tekstil di negara B, maka
industri garmen negara AS akan cenderung mengimpor tekstil daripada membeli produk
lokal.
2) Ketersediaan bahan mentah (bahan baku). Umpamanya negara X ingin memproduksi
pipa besi berkualitas tinggi, tetapi di wilayahnya tidak tersedia tambang bijih besi, sehingga
harus mendatangkan dari luar negeri.
3) Nilai tukar mata uang. Negara dengan nilai tukar mata uang mahal, maka daya
saingnya dalam perdagangan internasional akan cenderung rendah. Sedangkan negara dengan
nilai tukar lemah, justru memiliki daya saing lebih tinggi karena harga produknya akan
menjadi lebih murah bagi pengguna mata uang berbeda.
4) Standarisasi Barang Impor. Penerapan standar tertentu bagi barang impor atau barang
yang diperbolehkan beredar bisa menjadi hambatan bagi suatu negara untuk mengekspor
barangnya ke negara lain.
5) Tarif impor atau ekspor. Penerapan bea impor oleh suatu negara merupakan suatu
langkah yang dapat diambil untuk menanggulangi defisit Neraca Perdagangan. Sedangkan
apabila dikhawatirkan akan ada ekspor barang vital, maka pemerintah bisa mematok tarif
ekspor tinggi guna mencegah pengirimannya ke luar negeri.

Keempat faktor tersebut merupakan komponen utama yang dapat menentukan apakah
aliran ekspor atau impor yang akan lebih unggul dalam Neraca Perdagangan Internasional
suatu negara. Namun, setiap tindakan ekspor maupun impor biasanya harus pula disertai ijin
dari pihak berwenang, sehingga kebijakan pemerintah merupakan penentu utama.

Apabila suatu negara dilanda paceklik berat misalnya, maka dapat diputuskan untuk
melakukan impor besar-besaran guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan jika
industri dalam negeri dianggap dalam kondisi kritis dan perlu dilindungi dari banjir barang
impor murah, maka pemerintah bisa menerapkan bea impor tinggi atau melarang impor sama
sekali. Namun, perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan pemerintah terkait Neraca
Perdagangan dapat pula berimbas jauh melampaui bidang-bidang yang ditarget.

Contohnya langkah yang diambil oleh Presiden AS Donald Trump baru-baru ini. Pada
awal tahun 2018, ia mengumumkan akan mengenakan bea impor atas logam besi baja dan
aluminium. Tujuannya untuk melindungi industri logam Amerika Serikat. Namun, kebijakan
tersebut diprotes oleh industri manufaktur, seperti perusahaan-perusahaan otomotif, kulkas,
dan lain sebagainya, karena akan mengakibatkan kenaikan harga bahan baku mereka. Bagi
masyarakat AS pun, kebijakan itu akan mengakibatkan harga-harga berbagai barang
meningkat. Oleh karenanya, langkah ini dianggap buruk dan membuat investor melepas
saham-saham AS, serta mengakibatkan Dolar AS melemah.
REFERENSI

Krugman, R. Paul dan Maurice Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan jilid 5. Jakarta: PT. INDEKS

Anonim. “Kebijakan Expor dan Impor Perdagangan Internasional” . Artikel diposting


pada 2014/05. Dapat ditemukan dilaman: ssbelajar.net

Ashari, Septiani. “Kebijakan Impor dalam Perdagangan Internasional”. Artikel diposting


pada 2015/01. Dapat ditemukan dilaman: ipapedia.web.id
Prawiro, Adi. “Ebook Bab 5 Ekonomi Internasional.” Ebook diunduh dilaman
Ardiprawiro.staff.gunadarma.ac.id

Mastur, Amalia. “Kebijakan Perdagangan Internasional”. Artikel diposting pada


27/03/2015. Dapat ditemukan dilaman :

http://amaliamastur-fisip13.web.unair.ac.id/index.html

Anda mungkin juga menyukai