NPM : 1801101010047
Diskriminasi harga, adalah suatu tindakan dalam penetapan harga barang yang
berbeda untuk suatu negara dengan negara lainnya. Untuk barang yang sama, harga
untuk negara yang satu lebih mahal atau lebih murah daripada negara lainnya. Hal ini
dilakukan atas dasar perjanjian atau dalam rangka perang aktif.
Pemberian premi (subsidi). Kebijakan pemerintah untuk memajukan ekspor adalah
dengan memberi premi kepada badan usaha yang melakukan ekspor. Pemberian
premi (subsidi) itu antara lain berupa bantuan biaya produksi serta pembebasan pajak
dan fasilitas lain, dengan tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di luar
negeri.
Dumping adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan menetapkan barang
ekspor (harga barang diluar negeri) lebih murah daripada harga di dalam negeri. Cara
ini hanya dapat dilakukan bila pasar dalam negeri dikendalikan atau dikontrol oleh
pemerintah.
Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-masing pemerintah
memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.
Larangan ekspor merupakan kebijakan atas suatu negara untuk melarang ekspor
barang-barang tertentu ke luar negeri. Penyebabnya bisa karena alasan ekonomi,
politik, sosial dan budaya.
yang merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum, adalah sejenis pajak yang
dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik (specific tariff’s) dikenakan
sebagai beban tetap unit barang yang diimpor. Sedangkan tarif ad valorem (ad valorem
tariff’s) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan presentase tertentu dari nilai barang-barang
yang diimpor. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara
STIE Muttaqien | Ekonomi Internasional 9 tradisional telah digunakan sebagai sumber
penerimaan pemerintah sejak lama. Namun, maksud utama pengenaan tarif biasanya tidak
semata-mata memperoleh pendapatan pengisi kas pemerintah, malainkan juga sebagai suatu
alat untuk melindungi sektor-sektor tertentu didalam negeri dari tekanan persaingan produk
impor.
Bea ekspor (export duties) adalah pajak atau bea yang dikenankan terhadap barang
yang diangkut menuju negara lain (diluar custom area).
Bea transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan barang-barang yang
melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.
Bea impor (import duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-
barang yang masuk dalam suatu negara (didalam custom area).
b. Jenis tarif
Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam presentase dari
nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap ukuran fisik
daripada barang.
Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan kombinasi
antara specific dan ad valorem. Misalnya suatu barang tertentu dikenakan 10% tarif
ad valorem ditambah Rp 20.000 untuk setiap unit. STIE Muttaqien | Ekonomi
Internasional.
c. Sistem tarif
Single-column tariffs: sistem di mana untuk masing-masing barang hanya mempunyai
satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous tariffs (tarif yang tingginya
ditentukan sendiri oleh sesuatu negara tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau
tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain disebut conventional
tariffs.
Double-column tariffs: sistem di mana untuk setiap barang mempunyai 2 (dua) tarif.
Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-undang, maka
namanya “bentuk maksimum dan minimum”.
Triple-column tariffs: biasanya sistem ini digunakan oleh negara penjajah.
Sebenarnya sistem ini hanya perluasan daripada double column tariffs, yakni dengan
menambah satu macam tariff preference untuk negara-negara bekas jajahan atau
afiliasi politiknya. Sistem ini sering disebut dengan nama “preferential system”.
d. Efek tarif
Adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan
distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.
Sesungguhnya, tarif itu adalah bentuk atau jenis kebijakan kebijakan perrdagangan
yang paling sederhana. Dalam praktek perdagangan dunia di era modern ini, kebanyakan
pemerintah melakukan campur tangan dalam kegiatan perdagangan Internasional dengan
menggunakan instrument-instrumen kebijakan lainnya yang lebih kompleks. Ada tiga
4. kebijakan ekonomi/perdagangan internasional lainnya
Politik Proteksi
Politik Proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri
yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah :
d. Menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu
komoditi andalan.
e. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung pada
negara lain.
Politik Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri
dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer,
sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang
menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan
pembayarannya harus membeli uang dolar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan
kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.
Masih banyak cara lainnya yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
memengaruhi intensitas perdagangan Internasional. Beberapa diantaranya dapat kita
kemukakan secara singkat sebagai berikut:
1) Proyek pengadaan pemerintah (National procurement)
Neraca Perdagangan adalah selisih antara nilai ekspor dan impor suatu negara dalam
perdagangan internasional. Apabila nilai ekspor suatu negara lebih besar dibanding impor,
berarti negara itu mengalami neraca dagang surplus (Positive Trade Balance). Sedangkan jika
nilai impor lebih besar dibanding ekspor, berarti terjadi neraca dagang defisit (Negative
Trade Balance). Pengertian Neraca Perdagangan ini mencakup ekspor impor barang maupun
jasa dalam lingkup perdagangan internasional saja, dengan tidak memperhitungkan transaksi
domestik.
Secara teoritis, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Neraca Perdagangan
Internasional suatu negara. Diantaranya :
Keempat faktor tersebut merupakan komponen utama yang dapat menentukan apakah
aliran ekspor atau impor yang akan lebih unggul dalam Neraca Perdagangan Internasional
suatu negara. Namun, setiap tindakan ekspor maupun impor biasanya harus pula disertai ijin
dari pihak berwenang, sehingga kebijakan pemerintah merupakan penentu utama.
Apabila suatu negara dilanda paceklik berat misalnya, maka dapat diputuskan untuk
melakukan impor besar-besaran guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan jika
industri dalam negeri dianggap dalam kondisi kritis dan perlu dilindungi dari banjir barang
impor murah, maka pemerintah bisa menerapkan bea impor tinggi atau melarang impor sama
sekali. Namun, perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan pemerintah terkait Neraca
Perdagangan dapat pula berimbas jauh melampaui bidang-bidang yang ditarget.
Contohnya langkah yang diambil oleh Presiden AS Donald Trump baru-baru ini. Pada
awal tahun 2018, ia mengumumkan akan mengenakan bea impor atas logam besi baja dan
aluminium. Tujuannya untuk melindungi industri logam Amerika Serikat. Namun, kebijakan
tersebut diprotes oleh industri manufaktur, seperti perusahaan-perusahaan otomotif, kulkas,
dan lain sebagainya, karena akan mengakibatkan kenaikan harga bahan baku mereka. Bagi
masyarakat AS pun, kebijakan itu akan mengakibatkan harga-harga berbagai barang
meningkat. Oleh karenanya, langkah ini dianggap buruk dan membuat investor melepas
saham-saham AS, serta mengakibatkan Dolar AS melemah.
REFERENSI
Krugman, R. Paul dan Maurice Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan jilid 5. Jakarta: PT. INDEKS
http://amaliamastur-fisip13.web.unair.ac.id/index.html