Anda di halaman 1dari 4

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN PERDAGANGAN LAINNYA

A. Kebijakan Tarif Dan Non-Tarif


Tarif yang merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum, adalah sejenis pajak
yangdikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik (specific tariffs) dikenakansebagai
beban tetap unit barang yang diimpor. Sedangkan tarif ad valorem (ad valorem tariff)adalah pajak yang
dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yangdiimpor. Tarif merupakan
bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secaratradisional telah digunakan sebagai
sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Namun,maksud utama pengenaan tarif biasanya tidak
semata-mata memperoleh pendapatan pengisikas pemerintah, melainkan juga sebagai suatu alat untuk
melindungi sektor-sektor tertentu didalam negeri dari tekanan persaingan produk impor.
Kebijakan hambatan tarif (tariff barrier) adalah suatu kebijakan proteksionis
terhadapbarang–barang produksi dalam negeri dari ancaman membanjirnya barang-barang
sejenisyang diimpor dari luar negeri, dengan cara menarik/mengenakan pungutan bea masuk kepadasetiap
barang impor yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri. Macam-macam penentuan tarif
atau bea masuk, yaitu:
1. Bea ekspor (export duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang yangdiangkut
menuju negara lain (diluar custom area).
2. Bea transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan barang-barang
yangmelalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.
3. Bea impor (import duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-barangyang
masuk dalam suatu negara (didalam custom area).

Jenis tarif:
1. Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam persentase darinilai
barang yang dikenakan bea tersebut.
2. Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap ukuran
fisikdaripada barang.
3. Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan kombinasi antaraspecific
dan ad valorem. Misalnya suatu barang tertentu dikenakan 10% tarif ad valoremditambah Rp
20.000 untuk setiap unit.

Sistem tarif:
1. Single-column tariffs: sistem dimana untuk masing-masing barang hanya mempunyai satumacam
tarif. Biasanya sifatnya autonomous tariffs (tarif yang tingginya ditentukan sendirioleh suatu
negara tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya tarif ditentukandengan
perjanjian dengan negara lain disebut conventional tariffs.
2. Double-column tariffs: sistem di mana untuk setiap barang mempunyai 2 (dua)
tarif.Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-undang, maka
namanya :“bentuk maksimum dan minimum”.
3. Triple-column tariffs: biasanya sistem ini digunakan oleh negara penjajah. Sebenarnyasistem
ini hanya perluasan daripada double column tariffs, yakni dengan menambah satumacam
tariff preference untuk negara-negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. Sistem ini sering disebut
dengan nama “preferential system”.
Efek tarif:
Pembebanan tarif terhadap suatu barang dapat mempunyai efek terhadap perekonomian suatunegara,
khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa efek tarif tersebut adalah:
1. Efek terhadap harga (price effect).
2. Efek terhadap konsumsi (consumption effect).
3. Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
4. Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect)

Kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) adalah berbagai kebijakan


perdaganganselain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi
manfaatperdagangan internasional.

A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif (non-tariff barrier)sebagai berikut:

1. Pembatasan spesifik (specific limitation):


a. Larangan impor secara mutlak.
b. Pembatasan impor (kuota sistem).
c. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
d. Peraturan kesehatan atau karantina.
e. Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
f. Peraturan kebudayaan.
g. Perijinan impor.
h. Embargo.
i. Hambatan pemasaran atau marketing.

2. Peraturan bea cukai (customs administration rules):


a. Tata laksana impor tertentu (procedure).
b. Penetapan harga pabean.
c. Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex control).
d. Consulate formalities.
e. Packaging/labeling regulations.
f. Documentation needed.
g. Quality and testing standard.
h. Pungutan administrasi (fees).
i. Tariff classification

3. Partisipasi pemerintah (government participation):


a. Kebijakan pengadaan pemerintah.
b. Subsidi dan insentif ekspor, subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan
perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan
pajak,pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lain-lain.
c. Countervailing duties.
d. Domestic assistance programs.
e. Trade-diverting.
f. Import charges.
g. Import deposits.
h. Supplementary duties.
i. Variable levies

B. Politik Proteksi
Politik Proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industridalam negeri yang sedang
tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-barangimpor. Tujuan kebijakan proteksi
adalah:
1. Memaksimalkan produksi dalam negeri.
2. Memperluas lapangan kerja.
3. Memelihara tradisi nasional.
4. Menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada
satukomoditi andalan.
5. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung
padanegara lain.

C. Politik Dagang Bebas


Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan bebas antar negara.
Pihak-pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa perdagangan
bebas akan memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi dalam memproduksi barang dimana
suatu negara memilikikeunggulan komparatif.

D. Politik Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari
pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga
kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan adanya
perdagangan bebas. Seorang importir dalammelaksanakan pembayarannya harus membeli uang
dolar terlebih dahulu pada suatu bankdevisa dengan kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada
eksportir di Amerika.

Perangkat kebijakan perdagangan lainnya:


Masih banyak cara lainnya yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhiintensitas
perdagangan Internasional. Beberapa diantaranya dapat kita kemukakan secarasingkat sebagai
berikut:
1. Proyek pengadaan pemerintah (National procurement)
Pembelian-pembelian oleh pihak pemerintah maupun perusahaan-perusahaan yang
diatursecara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri,
meskipunbarangkali barang-barang tersebut sebenarnya lebih mahal daripada barang yang sejenis
yang diimpor.
2. Hambatan-hambatan birokrasi (red-tape-barrier)
Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya secara formal.
Kesimpulan

Suatu kebijakan sangat berperan dalam sebuah kegiatan ekonomi, baik secara nasional maupun
Internasional. Kebijakan berarti mengatur. Dalam skala global, perdagangan Internasional tidak lepas dari
kebijakan yang meliputi ekspansi pasar, baik secara ekspor maupun bagaimana kebijakan ekonomi ketika
memutuskan untuk impor. Dalam makalah ini telah dijelaskan pengertian instrumen kebijakan dan tujuan
kebijakan ekonomi Internasional. Diantara tujuan kebijakan ekonomi Internasional itu adalah autarki,
proteksi, kesejahteraan dan keseimbangan neraca pembayaran. Dalam makalah ini juga telah dijelaskan
bagaimana kebijakan kebijakan tariff dan non-tariff dan kebijakan ekonomi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai