Anda di halaman 1dari 13

HAMBATAN TARIF

Pemasaran Internasional adalah kegiatan Pemasaran yang melewati batasbatas lebih dari satu negara. Pemasaran internasional merupakan penerapan konsep,
prinsip, aktivitas, dan proses manajemen pemasaran dalam rangka penyaluran ide,
barang atau jasa perusahaan kepada konsumen di berbagai Negara. Dalam praktek
pemasaran internasional, sekalipun banyak negara mengklaim sebagai pendukung
perdagangan bebas, tetapi demi kepentingan perlindungan industri dalam negeri
masing-masing hampir semua Negara menerapkan kebijakan yang membatasi
masuknya produk asing ke pasar domestik.
Pelaksanaan bisnis internasional memiliki hambatan yang jauh lebih besar
daripada pelaksanaan di dalam pasar domestik. Setiap Negara pasti memiliki
kepentingan tersendiri untuk menghambat terlaksananya bisnis internasional.
Hambatan dalam pemasaran internasional dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu
hambatan tarif dan hambatan nontarif.
Pada metode tarif, kebijakan perdagangan memberlakukan tarif atau pajak
bagi barang-barang dagangan baik impor maupun ekspor. Pemberlakuan metode ini
tentu dimaksudkan untuk mendapatkan tambahan pendapatan kas pemerintah serta
untuk melindungi barang-barang atau produksi dari domestik tertentu agar tidak
terkikis oleh akibat persaingan pasar bebas, yang menyebabkan barang impor lebih
unggul dibanding barang lokal. Pemberlakuan tarif disini dapat meliputi bebeapa hal;
misalnya tarif barang ekspor, tarif transit, ataupun tarif impor (Wild, et al, 2008).

Ada dua cara yang umum dilakukan suatu Negara untuk membatasi aliran
produk asing, yaitu :
1. Penetapan tarif pungutan impor yang lazim dikenal dengan istilah tarif
barriers (hambatan tarif), dan
2. Pembatasan barang melalui peraturan peraturan khusus yang dikenal dengan
sebutan non-tarif barriers (NTBs).
Dalam makalah ini, kita akan membahas hambatan dalam Pemasaran
Internasional yang merupakan hambatan tarif.

A.

Pengertian
Tarif adalah suatu nilai tertentu yang dibebankan kepada suatu komoditi
luar negeri tertentu yang akan memasuki suatu negara (komoditi impor). Tarif
sendiri ditentukan dengan jumlah yang berbeda untuk masing-masing komoditi
impor
Menurut ALAN WINTER (1989:65) tarif pada dasarnya adalah
sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh seorang importir kepada pemerintah
untuk membawa masuk suatu barang ke negaranya. Pemberlakuan pungutan
impor ini pada dasarnya dilakukan dengan dua cara :
1. Jumlah pembayaran yang ditetapkan per unit barang, tanpa memandang
nilai barang tersebut yang lazim dikenal dengan istilah bea masuk atau
cukai spesifik.
Contoh : pemerintah Negara tertentu dapat menetapkan sejumlah
pungutan cukai per liter parfum tanpa melihat mahal-murahnya harga jual
parfum tersebut.

2. Jumlah pembayaran yang ditetapkan berdasarkan nilai setiap barang yang


diimpor, bahwa jumlah uang yang harus dibayarkan bergantung kepada
nilai jual barang.
Contoh : jumlah yang harus dibayar importir untuk setiap unit mobil
mewah lebih besar daripada yang dibayar untuk mobil biasa karena harga
mobil mewah lebih tinggi dari mobil biasa.
Hambatan tarif (tariff barrier) adalah suatu kebijakan proteksionis
terhadap barang-barang produksi dalam negeri dari ancaman membanjirnya
barang-barang sejenis yang diimpor dari luar negeri. Tarif adalah hambatan
perdagangan yang berupa penetapan pajak atas barang-barang impor
atau barang-barang

dagangan

yang

melintasi

daerah

pabean

(custom

area). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan


bea masuk. Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang.
Dengan pengenaan bea masuk yang besar, pendapatan negara akan meningkat
sekaligus membatasi permintaan konsumen terhadap produk impor dan
mendorong konsumen menggunakan produk domestik.

B. Penggolongan Tarif:
1. Menurut aspek komoditi barang :
a. Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/ bea yang dikenakan terhadap
barang yang diangkut menuju Negara lain (di luar custom area).
b. Bea Transit (transit duties) adalah pajak/ bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang melalui Negara lain dengan ketentuan bahwa Negara
tersebut bukan merupakan tujuan akhir dari pengiriman.

c. Bea Impor (import duties) adalah pajak/ bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang masuk dalam suatu Negara dengan ketentuan
pemungutan pajak tersebut adalah merupakan tujuan akhir dari
pengiriman barang.
d. Uang jaminan impor adalah persyaratan bagi importer suatu produk untuk
membayar kepada pemerintah sejumlah uang tertentu pada saat
kedatangan produk di pasar domestic sebelum penjualan dilakukan.

2. Menurut mekanisme perhitungannya:


a. Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam
presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
b. Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap
ukuran fisik daripada barang.
c. Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan
kombinasi antara specific dan ad valorem. Misalnya suatu barang
tertentu dikenakan 10% tarif ad valorem ditambah Rp 20,00 untuk
setiap unit.

C. Sistem Tarif :
Dalam menentukan besar kecilnya tarif yang berlaku bagi setiap
barang atau komoditi yang diperdagangkan secara internasional, para pelaku
perdagangan

internasional

(eksportir-importir)

menggunakan

pedoman

berdasarkan sistem tarif yang berlaku. Sistem tarif yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

1. Single-column Tarifs : sistem di mana untuk masing-masing barang hanya


mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous Tarifs (tarif yang
tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu negara tanpa persetujuan dengan
negara lain). Kalau tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian dengan
negara lain disebutconventional Tarifs.
2. Double-column Tarifs : sistem di mana untuk setiap barang mempunyai 2
(dua) tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undangundang, maka namanya : bentuk maksimum dan minimum.
3. Triple-column Tarifs : biasanya sistem ini digunakan oleh negara penjajah.
Sebenarnya sistem ini hanya perluasan daripada double column Tarifs, yakni
dengan menambah satu macam tarif preference untuk negara-negara bekas
jajahan atau afiliasi politiknya. Sistem ini sering disebut dengan nama
preferential system.

D. Kebijakan Tarif
Kebijakan Tarif Barrier (TB) dalam bentuk bea masuk adalah sebagai
berikut:
1].

Tarif rendah antara 0% - 5%.Tarif ini dikenakan untuk bahan kebutuhan

pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin vital dan alat-alat militer.
2].

Tarif sedang antara 5% - 20%. Tarif ini dikenakan untuk barang

setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam
negeri.
3].

Tarif tinggi di atas 20%. Tarif ini dikenakan untuk barang-barang

mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri
dan bukan barang kebutuhan pokok

E. Tujuan Tarif :
Tarif atau bea masuk dikenakan pada barang impor. Tarif atau bea
masuk ini juga biasa disebut dengan pajak atas barang-barang impor. Setiap
barang yang masuk ke dalam pasar dalam negeri dikenai bea masuk. Apakah
tujuan penetapan tarif atau bea masuk dalam perdagangan internasional?
Tujuan penetapan tarif atau bea masuk ini adalah sebagai berikut.
a. Menghambat Impor Barang-barang/Jasa Luar Negeri dengan
Penetapan Pajak yang Tinggi Atas Barang-barang Impor
Terutama atas barang-barang impor yang tidak mempunyai nilai guna
dan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Misalnya, impor barangbarang
mewah. Bila nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor maka akan
mengganggu perekonomian nasional. Persediaan devisa negara akan terkuras
untuk membiayai impor bila tanpa diimbangi dengan adanya ekspor. Negara
memerlukan devisa yang cukup untuk membiayai pembangunan.
b. Melindungi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
Untuk melindungi produk dalam negeri yang lebih mahal daripada harga
barang impor maka pemerintah menetapkan tarif yang tinggi. Dengan
demikian, harga jual barang impor di dalam negeri menjadi lebih tinggi
daripada harga barang produksi dalam negeri sehingga produk dalam negeri
tetap dapat bersaing. Pajak atau bea masuk akan menambah harga jual suatu
barang/jasa impor.

c. Menambah Pendapatan Pemerintah dari Pajak


Penarikan tarif pajak barang/jasa impor merupakan pemasukan bagi
anggaran pendapatan dan belanja negara khususnya dalam subpenerimaan
pajak. Dahulu APBN kita sangat ditopang dengan adanya pemasukan dari
hasil ekspor migas. Namun, karena keterbatasan jumlah persediaan migas di
negara kita dan semakin meningkatnya kebutuhan migas di dalam negeri
maka pemerintah mengurangi ekspor migas, dan sebagai gantinya adalah
pengejar pendapatan dari sektor pajak. Untuk itu kebijaksanaan perpajakan
diperbaharui melalui intensifikasi dan diversifikasi pemungutan pajak. Salah
satu pajak ditarik adalah penarikan bea masuk untuk barang-barang impor.

F. Efek Tarif
Pembebanan tarif atas suatu barang dapat mempunyai efek terhadap
perekonomiansuatu Negara. Khususnya di dalam pasar barang tersebut. Beberapa
efek yang terjadi karena diberlakukannya tarif dalam perdagangan.
1. Efek terhadap harga, dapat menyebabkan naik turunya harga suatu barang di
dalam negeri.
2. Efek terhadap konsumsi, dapat menyebabkan naik turunnya jumlah konsumsi
atas suatu barang di dalam negeri.
3. Efek terhadap produk, dapat menyebabkan naik turunnya jumlah produksi
suatu barang dalam negeri.
4. Efek terhadap distribusi pendapatan, dapat menyebabkan perubahan pola
dalam pendapatan masyarakat di dalam negeri.

Selain itu, tarif juga memiliki efek bagi produsen dan konsumen, yaitu :
1. Efek tarif terhadap produsen
Pengenaan tarif akan memberikan manfaat bagi para produsen dalam
negeri yang menghadapi persaingan impor karena tarif itu merupakan pajak
terhadap barang-barang produksi luar negeri. Semakin besar tarif yang
dibebankan bagi para konsumen untuk membeli barang luar negeri, akan
semakin banyak yang beralih
2. Efek tarif terhadap konsumen
Beban dari pengenaan tarif terhadap konsumen diukur dan jumlahnya
mungkin bisa menjadi besar. Besarnya jumlah tersebut sebagian disebabkan
karena tarif membuat para konsumen harus membayar lebih banyak, baik bagi
barang-barang produksi dalam negeri maupun barang impor. Pada saat tarif
pertama kali dikenakan, para konsumen secara perorangan akan mencoba
untuk menghindari biaya tambahan dengan lebih banyak memproduksi barang
dalam negeri, akan tetapi penawaran (supply) barang yang diproduksi dalam
negeri tidak mungkin dapat ditingkatkan tanpa meningkatkan biaya marginal.

G. Alasan pembebanan tarif :


1.

Yang secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan

a. Memperbaiki dasar tukar


Suatu Negara dapat mempengaruhi dasar pertukaran antara ekspor
dan impornya melalui pembebanan tarif. Tarif dapat mengurangi keinginan
untuk mengimpor, ini berarti bahwa untuk sejumlah tertentu ekspor

menghendaki jumlah impor yang lebih besar, sebagian daripadanya


diserahkan kepada pemerintah sebagai pembayaran tarif.
Pembebanan tarif ini akan berhasil memperbaiki terms of trade apabila
Negara itu mempunyai kedudukan monopoli dalam perdagangan. Dengan kata
lain, kalau permintaan Negara lain terhadap barangnya bersifat inelastis;
makin inelastis permintaan terhadap barangnya berarti semakin besar posisi
monopoli sehingga pembebanan tarif dapat lebih efektif.
b. Infant-industry
Pada umumnya industri-industri yang sedang tumbuh ini efisiensinya
belum tinggi serta belum dapat menikmati adanya economies of scale. Oleh
karena itu pembebanan tarif terhadap barang dari luar negeri dapat memberi
perlindungan terhadap industri dalam negeri yang sedang tumbuh ini. Tarif
hanya bersifat sementara sampai industri-industri dalam negeri sudah kuat.
Hal ini untuk menjaga industri ini jangan sampai bekerja kurang efisien
dibawah perlindungan tarif.
c. Diversifikasi
Suatu Negara yang hanya menghasilkan satu atau beberapa macam
barang saja akan mengalami kesulitan apabila harga barang-barang hasil
produksinya di pasaran dunia goncang. Dengan pembebanan tarif, industri
dalam negeri dapat berkembang, sehingga dapat memperbanyak jumlah serta
jenis barang yang dihasilkan. Makin banyak jenis barang yang dihasilkan,
ekonomi Negara itu akan semakin stabil karena penurunan harga satu jenis
produk mungkin dapat diimbangi dengan kenaikan harga barang lain.

d. Employment
Pembebanan tarif akan mengakibatkan turunnya impor dan menaikkan
produksi dalam negeri. Kenaikan produksi ini berarti pula kenaikan
kesempatan kerja. Dalam hal ini pembebanan tarif dapat digunakan untuk
memperluas kesempatan kerja.
e. Anti dumping
Dumping berarti menjual barang diluar negeri jauh lebih murah
daripada di dalam negeri. Pembebanan tarif terhadap barang yang berasal dari
negara yang menjalankan politik dumping supaya tidak terkena akibat jelek
daripada politik tersebut.
2.

Yang secara ekonomis tidak dapat dipertanggungjawabkan

a. To keep money at home


Apabila penduduk suatu Negara itu membeli barang dari luar negeri
maka Negara tersebut memperoleh barang dan Negara lain memperoleh uang.
Tetapi apabila membeli barang produksi dalam negeri maka uang tersebut
tidak lari keluar negeri. Jadi dengan pembebanan tarif impor, maka impor
akan berkurang sehingga akan mencegah larinya uang ke luar negeri.
b. The low-wage
Negara yang tingkat upahnya tinggi tidak dapat mengadakan hubungan
dengan negara yang tingkat upahnya rendah tanpa menanggung risiko akan
turunnya tingkat upah. Untuk melindungi para pekerja yang upahnya tinggi
dari persaingan para pekerja yang upahnya rendah maka negara yang tingkat

10

upahnya tinggi tersebut perlu membebankan tarif bagi barang yang berasal
dari negara yang tingkat upahnya rendah.
c. Home market
Produsen dalam negeri mempunyai hak terhadap pasar dalam negeri.
Tarif akan mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor akan diganti dengan
produksi dalam negeri. Kenaikan produksi ini berarti bertambahnya
kesempatan kerja yang akhirnya berarti pula kenaikan kegiatan ekonomi.

3. Yang tidak dapar diuji atau dibuktikan, karena mengandung premis


ekonomi yang salah.
Tarif akan mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor dan diganti dengan
prosuksi dalam negeri. Kenaikan produksi berarti tambahnya kesempatan
kerja yang akhirnya berarti pula kenaikan kegiatan ekonomi.

H. Identifikasi Kebijakan Tarif Yang Menghambat Ekspor Non Migas


Indonesia
a. Jepang
Tingkat Tarif yang dikenakan Jepang terhadap produk-produk impor
yang berasal dari Indonesia sangat bervariasi. Dasar penentuan klasifikasi
produk impor yang terdapat pada customs Tarif schedule menggunakan Tarif
eskalasi dimana pengenaan tarif impor didasarkan pada tingkat proses
produksi suatu barang. Sebagai contoh, bahan baku dikenakan Tarif yang
rendah bahkan bisa mencapai 0% seperti kayu gelondongan atau rotan asalan
yang dikenakan Tarif 0%. Tetapi untuk barang setengah jadi yang masuk ke
Jepang akan dikenakan Tarif lebih tinggi. Di sisi lain, Jepang juga masih

11

melakukan diskriminasi Tarif untuk kayu lapis (polywood) berdasarkan jenis


kayu dan Negara asal. Untuk kayu lapis yang berasal dari Negara tropis
dikenakan Tarif yang lebih tingi dibandingkan dengan kayu lapis yang berasal
dari Negara yang beriklim sub-tropis.
Berdasarkan data yang diperoleh dari The World Integrated Trade
Solution (WITS), Tarif yang diberlakukan untuk ekspor Indonesia ke Jepang
seperti produk-produk alas kaki menghadapi tarif yang paling tinggi sekitar
15%, sementara itu the, kopi, dan rempah-rempah dikenakan Tarif yang paling
rendah yaitu sebesar 3%. Produk pakaian jadi mengalami hambatan masuk
dengan Tarif sebesar 9,34%. Sementara itu produk kayu dan turunannya yang
menerima sumbangan penerimaan ekspor yang cukup tinggi diatas US$ 1 juta
dikenakan Tarif masuk sebesar 3,36%
b. Amerika Serikat
Tarif bea masuk yang berlaku di Amerika Serikat pada umumnya
relative rendah, karena dimasukan dalam klasifikasi Tarif Most Favoured
Nation (MNF). Selain itu, Indonesia menikmati bebas tarif bea masuk karena
produk ekspornya termasuk dalam produk Generalized System of Preferences
(GPS). Tarif impor Amerika Serikat yang relative rendah ternyata masih lebih
tinggi dibandingkan Tarif Most Favoured Nation (MNF) yang diberlakukan
Amerika Serikat bagi impor dari Kanada, Israel, dan Negara-negara Caribean.
Dalam klasifikasi MNF masih ada beberapa produk yang dikenakan tari
cukup tinggi.
Dari data The World Integrated Trade Solution (WITS) yang tersedia,
produk tembakau Indonesia menghadapi hambatan masuk yang sangat tinggi
dengan Tarif 58,3%. Sementara untuk produk daging dan ikan hanya

12

dikenakan tarif 4,6%. Beberapa produk ekspor Indonesia yang dikenakan tarif
di atas 10 adalah apparel, staple fibres, dan filaments.
c. Uni Eropa
Uni Eropa menetapkan Tarif masuk untuk produk impor yang
dikenakan Tarif paling tinggi adalah minyak/lemak dari nabati dan hewani
sebesar 15,8%, dan yang dikenakan Tarif paling rendah adalah man-made
filaments sebesar 5,13% serta the, kopi, dan rempah-rempah sebesar 5,5%.
Sementara itu, produk lainnya seperti pakaian jadi, alas kaki, dan kayu serta
turunannya dikenakan Tarif sekitar 7 sampai 9,9 persen.

13

Anda mungkin juga menyukai