Anda di halaman 1dari 15

Dalam aturan baru tersebut, pemerintah akan mengenakan bea masuk dan pajak pada barang impor

yang dbeli lewat e-commerce dengan nilai 3 Dollar AS. Perubahan kebijakan ini tentu akan terasa
sangat signifikan karena berdasaskan pada peraturan terakhir, barang impor baru akan dikenakan bea
masuk dan pajak jika nilainya melebihi 75 dollar AS. Pemberlakuan tersebut merupakan reaksi
pemerintah yang diberikan untuk menunjukkan dukungan pemerintah terhadap Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM). Harapannya, produsen produk-produk Indonesia lebih bisa bersaing,
terutama dalam konteks harga jual, sehabis diberlakukannya peraturan ini.

Namun, masyarakat boleh sedikit lega, bersamaan dengan perubahan peraturan ini, tarif bea masuk
dan pajak yang dikenakan kepada barang impor juga mengalami penurunan. Lewat peraturan terbaru,
bea masuk yang dikenakan ialah 7.5% dari nilai pembelian dan 10% untuk pajak pertambahan nilai.
Hal yang paling berbeda di peraturan baru ini ialah tidak dikenakannya pajak penghasilan terhadap
nilai pembelian.

Tetapi, perlu dicatat, perubahan tarif bea masuk dan pajak ini tidak berlaku untuk produk tekstil, tas,
dan sepatu. Bea masuk dan pajak untuk produk-produk tersebut masih mengikuti peraturan lama yaitu
bea masuk sekitar 15-20% untuk produk tas, 25-30% untuk produk sepatu, dan 15-20% untuk produk
tekstil, ketiganya juga akan dikenai pajak pertambahan nilai 10% dan pajak penghasilan dengan
kisaran 7.5% sampai 10%.

Adanya pengecualian terhadap ketiga produk tersebut dikarenakan prioritas pemerintah yang ingin
menjaga industri dari ketiga produk tersebut di Indonesia. Pemerintah ingin menjaga terjadinya
pelemahan dari kekuatan ekonomi makro kita yang banyak ditopang oleh industri-industri prioritas
tersebut. Pemerintah sangat sadar bahwa tidak adil bagi industri dalam negeri jika tarif impor yang
tinggi bagi produk-produk tersebut tidak diberlakukan karena tingginya harga produk dari industri
dalam negeri juga dipengaruhi oleh pembayaran pajak yang harus disetor ke negara.

Soal beredarnya kabar bahwa pemberlakuan kebijakan tarif impor yang baru akan memengaruhi arus
dagang Indonesia terhadap barang impor juga telah ditepis oleh pemerintah lewat pihak Kemenkeu.
Pihak Kemenkeu meyakini bahwa jika diteruskan (arus impor yang besar-besaran dan tidak dikenai
nilai pajak) fenomena tersebut dapat menggangu roda ekonomi industri-industri yang menjadi pilar
ekonomi Indonesia. Tentunya jika gangguan tersebut sangat besar dan sudah tidak terkontrol,
Indonesia akan mengalami masalah besar terkait ekonomi dalam negeri.

Hal yang menjadi catatan di kasus ini adalah jangan sampainya pemerintah menjadi pemerintah yang
manja terhadap perlindungan pemerintah. Banyak perwakilan pengusaha meyakini baiknya peraturan
ini, namun tidak sedikit dari mereka memberikan catatan bagi pemerintah untuk turut membangun
ekosistem industri yang baik di Indonesia. Harapannya jika ekosistem industri sudah baik, produksi
barang-barang di Indonesia juga bisa lebih murah dan tidak perlu lagi mengharapkan proteksi dari
pemerintah sehingga industri kita pun menjadi lebih mandiri.

https://www.pajakku.com/read/5e43ee5d387af773a9e015a0/Perubahan-Bea-Impor-sebagai-Cara-
Pemerintah-Melindungi-Industri-Indonesia

Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan Perdagangan Internasional adalah segala tindakan negara/pemerintah, baik langsung


ataupun tidak langsung untuk memengaruhi struktur, arah, komposisi, serta bentuk perdagangan luar
negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud bisa berupa tarif, larangan
impor, kuota, dumping dan berbagai kebijakan lainnya.

A. Penetapan tarif

Tarif adalah sebuah pembebanan atas barang-barang yang melintasi daerah pabean (costum area).
Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk.

Dengan penerapan bea masuk yang besar atas barang-barang dari luar negeri, memiliki tujuan untuk
memproteksi industri dalam negeri sehingga diperoleh pendapatan negara. Bentuk umum kebijakan
tarif adalah penetapan pajak impor dengan prosentase tertentu dari harga barang yang diimpor. Akibat
dan pengenaan tarif dan bea masuk barang impor adalah : Harga barang impor naik, Sehingga
produksi dalam negeri menjadi lebih bisa bersaing (karena lebih murah), Kemudian karena produksi
dalam negeri mampu menyaingi barang impor maka diharap impor barang menjadi turun.

B. Kuota impor

Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk dari luar negeri.
Akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi : Jumlah barang di pasar
turun, harga barang naik, produksi dalam negeri meningkat, dan impor barang turun.

C. Larangan ekspor impor


Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke dalam pasar domestik.
Hal ini  dilakukan karena alasan politik dan ekonomi. untuk alasan ekonomi pelarangan impor
bertujuan untuk melindungi dan meningkatkanproduksi dalam negeri

D. Subsidi

Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi sebagian biaya produksi per
unit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri bisa memasarkan barangnya
lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor. Subsidi yang diberikan dapat berupa tenaga
ahli, mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit, keringanan pajak, dll.

E. Premi

Adalah suatu kebijkan yang diambil oleh pemerintah dengan memberikan tambahan dana pada
produsen dalam negeri yang berhasil mencapai target produksi tertentu yang telah ditetapkan.

F. Dumping

Dumping merupakan kebijakan pemerintah untuk mengadakan diskriminasi harga, yakni produsen
menjual barang di luar negeri dengan harga yang lebih murah dari dalam negeri atau bahkan di bawah
biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan
negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang
mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong
pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih
tinggi), atau sering disebut counterveiling duties hal tersebut dilakukan untuk melindungi industri
yang sejenis di negara pengimpor.

Kebijakan dumping sendiri biasanya hanya berlaku sementara, harga produk akan dinaikkan sesuai
dengan harga pasar setelah berhasil merebut dan menguasai pasar internasional. Biasanya kebijakan
dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di
luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu
melakukan kebijakan dumping. Namun, pelaksanaan politik dumping dalam praktik perdagangan
internasional dianggap sebagai tindakan yang tidak terpuji (unfair trade) karena dapat merugikan
negara lain.
 

G. Devaluasi

Adalah tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang sendiri dengan sengaja terhadap uang
asing.

Akibat devaluasi:

harga barang-barang impor menjadi mahal

harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih murah di pasaran luar negeri.

Tujuan devaluasi:

Memperbesar exspor

Memperkecil impor

Menambah devisa negara

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Perdagangan%20Internasional-
KIS/topik5.html

B. Perlindungan Hukum Terhadap Industri Dalam Negeri dari Praktik Dumping.

1. Penegakan Hukum Terhadap Produk Impor yang berindikasi Dumping

Untuk melindungi Produk dalam negeri terhadap Produk dumping, Pemerintah melalui Deparemen
Perundustrian dan Perdagangan, serta Komisi Anti Dumping Indonesia (KADI) telah melakukan
beberapa upaya penegakan hukum baik secara preventif maupun represif.

Upaya Preventif: adalah merupakan upaya pencegahan terhadap pelanggaran penjual barang atau
produk impor di dalam negeri sehingga merugikan industri domestik yang memproduksi produk
sejenis. Upaya pencegahan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain:

1) Melakukan sosialisasi, pendidikan dan traning kepada para pelaku ekonomi (ekporter dan importer)
tentang regulasi dan kebijakan ekspor-impor, baik terkait dengan upaya peningkatan kualitas produk
industri dalam negeri maupun dalam mengantisipasi terhadap produk impor yang berindikasi
menimbulkan kerugian terhadap produk industri domestik, sehingga diharapkan produk industri
dalam negeri akan mampu bersaing di pasar bebas, baik domestik maupun internasional.

2) Melakukan pembinaan terhadap para aparatur pada lembaga-lembaga yang terkait dengan
penyelesaian masalah perdagangan dan dumping.

3) Melakukan pengakajian terhadap mekanisme perizinan impor barang yang berindikasi


menimpulkan kerugian terhadap industri sejenis di dalam negeri.

Upaya Represif: adalah pengenaan sanksi balasan berupa pengenaan bea masuk tambahan yang
disebut dgn “bea masuk anti dumping (BMAD)” sebagaimana dinyatakan dalam Pasal IV ayat (2)
GATT bahwa ”Negara dapat menjatuhkan sanksi balasan apabila negara pengekspor terbukti
melakukan penjualan produk dibawah harga normal (dumping) sehingga merugikan negara
pengimpor”.

Untuk menindak lanjuti ketentuan GATT tersebut, selanjutnya Pemerintah mengeluarkan Undang-
Undang Kepabeanan No.10 Tahun 1995. Dalam Pasal 18 dinyatakan bahwa Bea Masuk Antidumping
dikenakan terhadap barang impor dalam hal:

harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya, dan

impor barang tersebut:

menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan
barang tersebut;

mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis
dengan barang tersebut; atau

menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.

Bea Masuk Antidumping yang dikenakan terhadap barang impor tersebut adalah bea setinggi-
tingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang tersebutsebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 12 (1) dan pasal 19 UU Kepabeanan No. 10 Tahun 1995 di atas.

C. Kebijakan Indonesia dalam menghadapi praktik dumping dan tuduhan dumping.

Indonesia sebagai salah satu negara yang selalu ikut serta dalam kegiatan perdagangan internasional
seringkali menerima tuduhan sebagai pelaku dumping dari negara pengimpor produk Indonesia.
Selain itu Indonesia juga dapat berada pada pihak yang melakukan tuduhan dumping terhadap produk
impor untuk memberikan perlindungan terhadap industri dalam negeri dari praktik dumping. Akhir-
akhir ini banyak produk impor dari negera tertentu yang masuk ke Indonesia dan dijual dengan harga
yang tidak wajar. Jika hal itu berlangsung terus menerus dapat merugikan atau mengganggu
perkembangan industri dalam negeri. Perangkat hukum yang ada yang dijadikan pedoman dalam
melakukan tuduhan dan pembelan terhadap praktik dumping serta pengenaan bea masuk masih
berupa Peraturan Pemerintah yaitu PP No. 34 Tahun 1996 yang merupakan peraturan pelaksanaan
dari UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan yang selanjutnya diubah dengan UU No. 17 Tahun
2006.

Dalam mengantisipasi praktik dumping, peraturan perundang undangan nasional yang dipersiapkan
yang mengacu kepada ketentuan GATT-WTO hendaknya berupa undang-undang. Harus disadari
bahwa keberadaan perangkat hukum nasional dalam mengantisiasi masalah dumping memang masih
lemah, baik sebagai instrumen guna melakukan perlindungan produk dalam negeri dari praktik
dumping oleh negara lain, maupun sebagai instrumen hukum guna mengahdapi tuduhan dumping di
luar negeri.

Kelemahan dari perangkat hukum antidumping dapat dilihat dalam PP. 34 Tahun 1995, terkait dengan
pengertian harga normal. Salah satu unsur terjadinya praktik dumping apabila harga yang ditawarkan
di pasar negara pengimpor lebih rendah jika dibandingkan dengan harga normal (norma value) di
dalam negeri pengimpor. Dalam PP. 34 Tahun 1996, Pasal 1 butir 3, yang dimaksud dengan harga
norma adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang sejenis dalam
perdagangan pada umumnya di pasar domestik negara pengekspor untuk tujuan konsumsi.

Menurut Sukarmi (Sukarmi, 2002: 18), dalam pasal ini tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana kalau
harga normal tidak didapatkan karena mungkin ada produsen dalam negeri yang menghkususkan
produk yang sejenis tersebut hanya dapat memenuhi pasar luar negeri atau untuk konsumsi ekspor,
apakah ada penetapan pedoman harga yang lain yang dapat dijadikan sebagai penganti harga normal.
[1]

Selanjutnya dalam Pasal 1 butir 11 dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kerugian adalah
sebagai berikut:

Kerugian industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis:

Ancaman terjadinya kerugian industri dalam negeri yang produksi barang sejenis

Terhalangnya pengembangan industri dalam negeri.

Tidak adanya penjelasan lebih lanjut tentang ketiga hal ini dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan
penafsiran yang berbeda-beda dalam dunia usaha, Di antaranya sebagai bentuk kerugian yang
dimaksud, kapankah impor barang sejenis dianggap sebagai suatu ancaman bagi industri domestik
yang berakibat terhalangnya pengembangan industri domestik dan hal lainnya.

Sehubungan dengan tidak adanya kejelasan tentang pengertian ”harga normal’ dan ”kerugian” dalam
PP. No.34 tahun 1996, menurut Paul B. Stephan dalam Sukarmi, diperlukan kejelian dalam penerapan
dan penafsiran ketentuan antidumping dalam GATT-WTO ke dalam peraturan nasional. Dengan
adannya Undang-Undang Anti-dumping, pemerintah dapat mengambil tindakan terhadap barang-
barang impor yang dijual lebih murah dari negara asalnya, atau negara ketiga atau lebih murah dari
perhitungan ongkos produksi dan trasportasi di tambah keuntungan normal yang merugikan produsen
dalam negeri. (Sukarmi, 2002: 19).

Sebagai akibat dari masih lemahnya perangkat hukum tentang antidumping sebagaimana dijelaskan di
atas, menimbulkan kesulitan baik terhadap upaya perlindungan hukum bagi produk ekspor Indonesia
dari tuduhan dumping di luar negeri, maupun terhadap upaya perlindungan hukum bagi produk
domestik dari praktik dumping di dalam negeri.

https://ft.unram.ac.id/regulasi-anti-dumping-sebagai-upaya-perlindungan-terhadap-industri-dalam-
negeri/

Apa itu: Kuota impor (import quota) adalah kebijakan impor dengan membatasi kuantitas impor
produk selama jangka waktu tertentu. Pemerintah memberlakukannya untuk melindungi industri
dalam negeri yang rentan terhadap tekanan produk impor. Atau, itu merupakan pembalasan atas
kebijakan serupa oleh negara mitra. 

Kuota impor adalah salah satu kebijakan hambatan perdagangan non-tarif selain subsidi dan embargo.

Tujuan kuota impor 

Pemerintah berusaha untuk melindungi industri dalam negeri dengan membatasi kuantitas impor.
Produsen di negara mitra mungkin menerapkan praktik perdagangan yang tidak adil.

Produsen asing mungkin dengan sengaja mencoba memaksa produsen dalam negeri kalah bersaing.
Mereka menjual harga di bawah harga pasar domestik.

Memang, produk impor yang lebih murah mungkin karena biaya produksi yang lebih rendah. Tapi,
produsen asing mungkin juga sengaja melakukan dumping. Mereka menjual ke pasar luar negeri
dengan harga lebih rendah daripada yang dijual di pasar domestik mereka. 

Dumping merugikan pasar domestik. Tingginya impor meningkatkan tekanan terhadap produsen


domestik dan membuat mereka kurang kompetitif.
Sebagai akibatnya, produk impor mulai menggeser posisi produk domestik. Konsumen domestik
mulai beralih dari produk domestik untuk mendapatkan harga yang lebih murah. 

Produk impor kemudian menangkap penjualan yang lebih besar dan menyisakan sedikit pangsa bagi
produsen domestik. Dalam jangka panjang, kondisi kemungkinan besar mematikan produsen
domestik.

Untuk mencegahnya, pemerintah dapat menerapkan hambatan perdagangan. Salah satu opsinya
adalah dengan menerapkan kuota impor.

Kuota membatasi kuantitas impor yang diizinkan masuk ke teritori domestik. Karena kuantitas impor
lebih sedikit, tekanan kompetitif mereda. Tapi, itu memunculkan permasalahan lain, yakni
kekurangan pasokan (shortage)..

Selain melindungi industri dalam negeri, tujuan lain dari kuota impor adalah untuk menghemat
cadangan devisa dan mengurangi tekanan pada neraca pembayaran. Tingginya impor menekan neraca
perdagangan. Itu dapat menghasilkan defisit jika ekspor tidak tumbuh pada tingkat yang setara.
Defisit berarti mata uang yang masuk lebih kecil (hasil dari ekspor) daripada yang keluar (untuk
membayar impor). Itu pada akhirnya menguras cadangan mata uang asing demi membayar impor. 

Perbedaan antara kuota impor vs tarif impor

Kuota berbeda dari tarif impor. Di bawah kuota, pemerintah membatasi kuantitas produk. Sedangkan,
tarif impor adalah pungutan atas harga produk impor.

Kuota impor hanya mempengaruhi kuantitas dan tidak menaikkan harga produk impor. Sebaliknya,
tarif impor menaikkan harga produk impor.
Kuota menghasilkan kekurangan (shortage) di pasar domestik, sedangkan tarif tidak. 

Pemerintah memberlakukan keduanya untuk memproteksi perekonomian domestik. Bagi pemerintah,


tarif menjadi sumber pemasukan bagi anggaran fiskal. Tapi, kuota tidak. 

Bagi produsen asing, tarif adalah biaya. Barang mereka menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif di
pasar domestik. Sebaliknya, kuota berarti volume penjualan mereka lebih rendah. 

Bagaimana cara kerja kuota impor

Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, di bawah kuota impor, pemerintah membatasi kuantitas
impor. Pemerintah biasanya menunjuk beberapa importir untuk mengapalkan barang dar luar negeri.
Pemerintah kemudian memberikan batas berapa banyak yang dapat mereka impor.

Katakanlah, sebelum kebijakan kuota berlaku, importir mengapalkan sebanyak 100 ton. Karena
permintaan tinggi, mereka kemudian menaikkan kuantitas impor menjadi 200 ton.

Tingginya impor meningkatkan pasokan di pasar domestik. Merasa posisi mereka terancam oleh
produk impor, produsen domestik menekan pemerintah untuk memberlakukan kuota impor.

Katakanlah, pemerintah setuju. Pemerintah kemudian menerbitkan kebijakan kuota dan membatasi
impor hanya sebanyak 90 ton. 

Memang, dengan kuota baru, pemerintah melindungi produsen domestik. Tapi, itu juga memunculkan
masalah lain. Pasokan dalam negeri berkurang. Dalam kasus di atas, kekurangan mencapai 110 ton
(200 ton – 90 ton).

Catatan: Dalam mikroekonomi, istilah lain dari kekurangan (shortage) adalah ekses permintaan,
sebuah kondisi dimana permintaan melebihi pasokan. 

Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, turunnya pasokan mendorong harga barang di pasar
domestik naik. Itu tentu saja merugikan konsumen. 

Mari kita gambarkan situasi tersebut ke dalam sebuah grafik.

Sebelum kuota berlaku, pasokan di pasar domestik berada pada Q1. Dan, setelah kebijakan kuota
berlaku, pasokan berkurang menjadi Q2 karena kuantitas impor yang lebih sedikit. Sebagai hasilnya,
kurva penawaran bergeser ke kiri.

Mengasumsikan permintaan konstan, pasokan yang lebih sedikit akan mendorong harga naik dari P1
ke P2. Sebagai hasilnya, konsumen domestik harus membayar harga yang lebih tinggi. 
Konsumen juga memiliki pilihan yang lebih sedikit. Barang impor mungkin menawarkan beberapa
fitur yang tidak ada di produk domestik. 

Untuk mengatasi kenaikan harga, pemerintah seharusnya mendorong produsen domestik untuk
meningkatkan produksi. Katakanlah, produksi domestik meningkat sebanyak penurunan kuantitas
impor (Q1 minus Q2). Harga pasar seharusnya akan kembali turun ke tingkat sebelumnya,
mengasumsikan permintaan tidak berubah. 

Jenis kuota impor

Kuota impor dapat mengambil beberapa variasi. Pemerintah mungkin menerapkan kuota tetap. Dalam
hal ini, pemerintah membatasi jumlah maksimum yang boleh diimpor. Dalam contoh di atas,
pemerintah membatasi impor hanya sebanyak 90 ton. 

Selanjutnya, pemerintah juga dapat menerapkan kuota berbasis tarif tambahan (tariff-rate


quota). Pemerintah masih mengijinkan impor melebihi kuota, tapi harus membayar bea impor yang
tinggi untuk setiap tambahan kuantitas. 

Misalnya, kuota impor adalah sebanyak 90 ton dan importir membayar bea sebesar 6%. Mereka dapat
mengimpor lebih dari 90 ton, tapi harus membayar bea masuk sebesar 15%.

Singkat cerita, tariff-rate quota adalah kombinasi dari kuota impor dan tarif impor. 

Jenis lain dari kuota impor adalah: 

Voluntary export restraints 

Kuota tersembunyi

https://cerdasco.com/kuota-impor/

kebijakan ekspor ini sebenarnya bertujuan untuk melindungi produksi dalam negeri. Wah!
Ternyata nggak hanya untuk mencari keuntungan aja, ya? Nggak dong! Oleh karena itu, ada beberapa
kebijakan perdagangan internasional yang dikembangkan pemerintah. Ada apa saja, ya? 

Diskriminasi Harga

Apa sih yang dimaksud dengan diskriminasi harga? Diskriminasi harga adalah penetapan harga
barang yang berbeda untuk masing-masing negara. Oleh karena itu, harga barang yang sama di negara
A akan berbeda dengan harga barang di negara B. Oleh karena itu, mungkin saja lho, harga barang di
negara B lebih murah dibanding harga barang di negara A. Padahal barangnya sama persis. Kebijakan
ini dilakukan berdasarkan perjanjian untuk memenangkan persaingan serta untuk memperoleh
keuntungan yang besar. 
Pemberian Premi

Kebijakan selanjutnya adalah kebijakan premi. Kebijakan premi merupakan salah satu kebijakan yang
diambil pemerintah untuk memajukan ekspor. Bagaimana caranya, ya? Caranya adalah dengan 
memberikan premi kepada badan usaha atau industri yang melakukan ekspor. Pemberian premi
banyak bentuknya nih. Bentuknya antara lain berupa bantuan biaya produksi serta pemberian pajak
dan fasilitas lain, dengan tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di luar negeri. 

Dumping

Kamu sudah pernah mendengar istilah dumping? Dumping adalah penetapan harga barang ekspor
lebih murah dibandingkan harga barang tersebut di dalam negeri. Ada kondisi tertentu yang harus
kamu perhatikan jika ingin menerapkan kebijakan dumping. Kamu dapat melakukannya jika pasar
dalam negeri berada di dalam kendali pemerintah. Tapi kamu tahu nggak sih, kebijakan dumping ini
sudah dilarang, lho. Wah, kenapa dilarang? Kebijakan ini dilarang karena bisa mematikan persaingan
penjual lain. Jadi, harap diingat ya Squad, kebijakan ini nggak dipakai lagi. 

Politik Dagang Bebas

Politik dagang bebas merupakan suatu kondisi ketika masing-masing Pemerintah memberi kebebasan
dalam ekspor dan impor. Kebebasan dalam perdagangan ini akan membawa beberapa keuntungan
seperti mutu barang yang tinggi dan harga yang relatif murah.

Larangan Ekspor

Sesuai dengan namanya, larangan ekspor adalah kebijakan suatu negara untuk melarang ekspor
barang-barang tertentu keluar negeri. Ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, antara lain
karena ada alasan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kok banyak ya alasannya? Contohnya apa
saja, sih?

Contoh alasan ekonomi antara lain adalah larangan ekspor karena ingin mendorong perkembangan
industri lokal. Jadi, supaya industri lokalnya terus berkembang dan tidak "manja" dengan kebiasaan
mengekspor barang ini. Lalu, kalau alasan politik, seperti apa ya? Contoh alasan politik adalah
dilarangnya ekspor minyak bumi di negara Timur Tengah, misalnya Irak. Hal ini dikarenakan ada
campur tangan politis dari PBB dan Amerika Serikat dalam bentuk embargo ekonomi. Kalau alasan
sosial budaya, seperti apa dong? Contoh alasan sosial dan budaya adalah larangan ekspor benda-
benda bersejarah dan ekspor hewan-hewan yang dilindungi. Jangan sampai kalian terlibat dalam
kegiatan perdagangan ini, ya! 
Sekarang, kita masuk ke bagian impor ya Squad. Kamu tahu nggak impor itu apa? Impor itu
kebalikannya ekspor, ya? Yes, betul banget! Dalam kasus impor barang, barangnya dibuat di luar
negeri. Jadi, barangnya bukan berasal dari negara kita, ya. Sama seperti ekspor, ada beberapa
kebijakan yang diterapkan dalam kaitannya dengan impor. Secara garis besar, kebijakan-kebijakan ini
dilakukan untuk melindungi perusahaan dalam negeri. Kebijakan apa saja, sih? Kuy, simak
penjelasannya satu persatu!

Kuota

Kalian sudah pernah mendengar istilah kuota, kan? Pasti istilah kuota yang paling sering kalian
dengar kuota internet habis, ya? Hahaha. Kalau kuota dalam impor itu, apa ya? Dalam konteks impor,
kuota yang dimaksud adalah jumlah total suatu barang yang bisa diimpor dalam satu periode tertentu.
Kuota impor ini sudah diprediksikan sebelumnya, sehingga seharusnya tidak mengganggu industri
dalam negeri. Meskipun demikian, jika suatu negara sedang memberlakukan perdagangan bebas,
maka kebijakan kuota tidak bisa dipakai lagi karena bisa menghambat proses perdagangan
internasionalnya. 

Tarif

Sesuai dengan namanya, kebijakan tarif ini berarti ada penerapan tarif yang tinggi untuk impor
barang-barang tertentu. Kebijakan tarif ini diharapkan bisa membantu barang produksi dalam negeri
meningkatkan daya saingnya di pasar. Jadi supaya konsumernya juga nggak beli barang-barang impor
terus, nih. Ada sedikit perbedaan antara negara dengan sistem perdagangan bebas dan sistem
perdagangan proteksi mengenai kebijakan tarif ini. Penganut perdagangan bebas akan mengenakan
tarif yang rendah atas barang-barang impor. Sebaliknya, negara dengan sistem perdagangan
proteksionis akan menetapkan tarif yang tinggi untuk barang impor. Jangan tertukar yaaa!

Subsidi

Kamu pernah nggak sih, belanja barang impor tapi harganya jauh lebih murah dibanding barang
lokal? Aneh nggak sih rasanya, kok bisa ya barang impor lebih murah dibanding barang lokal? Kamu
pasti jadinya ingin beli barang impor terus, ya. Oleh karena itu, ada yang namanya kebijakan subsidi.
Kebijakan subsidi ini bertujuan untuk menekan harga barang produksi lokal. Jadinya produk lokal
bisa lebih murah deh dibanding produk impor. Hore! 

Larangan Impor

Kebijakan larangan impor dilakukan jika suatu negara diharuskan untuk menghemat devisanya. Selain
itu, barang-barang yang dianggap berbahaya juga akan dikenakan kebijakan larangan impor. Jadi
kamu harus ingat nih Squad, tidak semua barang bisa diimpor, ya! 
https://www.ruangguru.com/blog/ekonomi-kelas-11-2-kebijakan-perdagangan-internasional-dan-
jenisnya
KOMPAS.com - Kegiatan ekspor dan impor diberlakukan oleh perusahaan atau negara. Ekspor dapat
membantu meningkatkan pendapatan, sedangkan impor membantu mendapatkan barang atau jasa
yang tidak tersedia di dalam negeri. Mengutip dari buku Hukum Ekspor Impor (2014) karya Adrian
Sutedi, ekspor merupakan aktivitas perdagangan yang dilakukan dengan mengeluarkan barang dari
negara tertentu dan mengirimkannya ke negara lain. Sedangkan impor adalah aktivitas perdagangan
yang dilakukan dengan memasukkan barang dari negara lain ke negara sendiri. Antara ekspor dan
impor, keduanya sama-sama bisa dilakukan oleh perusahaan, perseorangan ataupun negara. Dua
kegiatan perdagangan internasional ini memiliki serangkaian kebijakan yang harus diterapkan dan
dipatuhi oleh pihak yang terlibat di dalamnya. Hal ini dilakukan supaya tujuan dari pembuatan
kebijakan tersebut bisa tercapai. Baca juga: Hubungan Teori Keunggulan Mutlak dengan Perdagangan
Internasional Dalam buku Ekonomi Internasional (2017) karya Nazaruddin Malik, disebutkan jika
tujuan dari kebijakan perdagangan internasional ialah:

Melindungi kepentingan industri dan produksi dalam negeri

Melindungi kondisi ekonokmi nasional dan menghindarkannya dari pengaruh buruk

Melindungi lapangan pekerjaan

Menjaga nilai tukar agar tetap stabil

Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi

Menjaga keseimbangan neraca pembayaran internasional Kebijakan perdagangan internasional bidang


ekspor

Kebijakan ini bisa mempengaruhi secara langsung ataupun tidak, terhadap transaksi atau kelancaran
usaha, struktur dan komposisi.

Kebijakan tersebut di antaranya:

Pemberian subsidi ekspor Subsidi diberikan untuk meningkatkan atau memajukan ekspor. Subsidi ini
bisa dalam bentuk pembebasan pajak, pemberian fasilitas, pengurangan biaya produksi atau lainnya.
Tujuan subsidi ini ialah supaya produk ekspor bisa memiliki daya saing di negara tujuan. Penetapan
prosedur ekspor Sebelum melakukan ekspor, tentu eksportir (pihak yang melakukan ekspor) harus
melakukan beberapa prosedur tertentu. Pemerintah memberlakukan kebijakan yang setidaknya bisa
mempermudah alur ekspor. Baca juga: Definisi dan Teori Perdagangan Internasional Menurut Para
Ahli Dumping Adalah kebijakan penetapan harga barang ekspor lebih murah dibanding di dalam
negeri. Dengan arti lain, dumping merupakan kebijakan menjual hasil produksi di luar negeri lebih
rendah dari di dalam negeri.  Biasanya kebijakan ini diterapkan apabila pemerintah dapat
mengendalikan harga barang di dalam negeri terlebih dahulu. Larangan ekspor Merupakan kebijakan
pelarangan untuk mengekspor barang tertentu ke luar negeri. Alasan pelarangan ini bisa karena
ekonomi, politik, sosial ataupun budaya. Contohnya larangan ekspor minyak bumi, barang bersejarah,
kayu ataupun lainnya. Diskriminasi harga Artinya barang ekspor ditetapkan dengan harga yang
berbeda untuk tiap negara. Biasanya hal ini dilakukan sesusai dengan perjanjian. Misalnya negara A
mengekspor pakaian ke negara B dengan harga murah, sedangkan pakaian yang diekspor negara A ke
negara C tergolong relatif mahal. Politik dagang bebas Pemerintah memberikan kebijakan untuk
bebas melakukan kegiatan ekspor atau impor. Kebebasan ini diharapkan nantinya bisa membawa
beberapa keuntungan, contohnya mendapat barang produksi berkualitas tinggi atau barang yang
harganya lebih murah. Baca juga: Subsidi sebagai Bentuk Hambatan Perdagangan Internasional
Kebijakan perdagangan internasional bidang impor Kebijakan perdagangan internasional secara
impor, yaitu: Pemberlakuan kuota Pemerintah menetapkan kuota impor dalam jangka waktu tertentu.
Tujuannya supaya tidak mengganggu kegiatan produksi dalam negeri. Namun, apabila suatu negara
telah menetapkan kebijakan politik dagang bebas, pemberlakuan kuota tidak bisa dilakukan karena
bisa mengganggu perdagangan internasional. Pemberian subsidi Beberapa barang impor bisa jadi
lebih murah dibanding barang produksi dalam negeri. Maka dari itu, pemerintah memberikan subsidi
supaya harga barang dalam negeri bisa jauh lebih murah. Subsidi ini diberikan kepada produsen,
misalnya dengan pengurangan biaya produksi. Larangan impor Kebijakan pelarangan impor berlaku
untuk beberapa barang yang dianggap bisa membahayakan lingkungan masyarakatnya. Contoh impor
senjata berapi. Selain itu, larangan impor ini juga sering diberlakukan untuk menghemat devisa. Baca
juga: Hambatan Perdagangan Internasional: Definsi Kuota dan Jenisnya Tarif Penetapan tarif
dilakukan pada barang impor, bisa jadi lebih murah atau mahal. Jika harga barang impor lebih mahal,
hal ini bisa mendorong masyarakat untuk lebih memilih memakai produk dalam negeri. Sedangkan
untuk negara penganut politik dagang bebas, biasanya cenderung memberi harga impor lebih murah
atau sama dengan barang dalam negeri.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/21/131212369/kebijakan-perdagangan-internasional-
bidang-ekspor-dan-impor

Anda mungkin juga menyukai