Anda di halaman 1dari 43

PERTEMUAN 3

KEBIJAKAN EKONOMI DAN


PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
PENGERTIAN KEBIJAKAN EKONOMI
INTERNASIONAL
Kebijakan ekonomi internasional diartikan sebagai
berbagai tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu
negara, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah
perdagangan internasional dari/ke negara tersebut.

Dalam implementasinya, perdagangan antara dua negara


sering merugikan negara lemah (less developing
countries). Negara maju (developing countries)
mendominasi perdagangan internasional. Tingkat harga
lebih banyak ditentukan oleh negara maju, hal ini
disebabkan tingkat ketergantungan Negara berkembang
relatif lebih besar kepada Negara maju daripada
sebaliknya
Instrumen Kebijakan Ekonomi
Internasional
 Kebijakan Perdagangan internasional mencakup
tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang
berjalan (current account) pada neraca pembayaran
internasional (BOP), khususnya tentang ekspor dan
impor barang dan jasa.

 Kebijakan pembayaran internasional meliputi


tindakan/ kebijakan pemerintah terhadap rekening modal
(capital account) dalam neraca pembayaran internasional
(BOP) yang berupa pengawasan terhadap pembayaran
internasional.

3
lanjutan…

 Kebijakan bantuan luar negeri adalah tindakan/ke


bijakan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan
(grants), pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan
untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan dan
bantuan militer terhadap negara lain.

4
KEBIJAKAN BIDANG EKSPOR

Kebijakan bidang ekspor, yaitu: berbagai tindakan dan


peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi
serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa
ekspor suatu negara.

Kebijakan di bidang impor dibedakan menjadi:

 Kebijakan Ekspor di dalam Negeri


 Kebijakan Ekspor di luar Negeri
Kebijakan Ekspor Dalam Negeri

1. Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan,


keringanan, pengembalian pajak ataupun pengenaan
pajak ekspor/PET untuk barang-barang ekspor tertentu.
contoh: pajak ekspor atas CPO.
2. Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong
peningkatan ekspor barangbarang tertentu.
3. Penetapan prosedur/tata laksana ekspor yang relatif
mudah.
lanjutan…

4. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat


ekspor.
5. Pembentukan asosiasi eksportir.
6. Pembentukan kelembagaan seperti Bounded
Warehouse (Kawasan Berikat Nusantara), Bounded
Island Batam, export processing zone, dan lain-lain.
7. Larangan/pembatasan ekspor, misalnya larangan
ekspor CPO (Crude Palm Oil) oleh Menperindag.
Kebijakan Ekspor Luar Negeri
1. Pembentukan International Trade Promotion Centre
(ITPC) di berbagai negara, seperti di Jepang (Tokyo),
Eropa, AS, dan lain-lain.
2. Pemanfaatan General System of Preferency (GSP),
yaitu fasilitas keringanan bea masuk yang diberikan
negara-negara industri untuk barang manufaktur yang
berasal dari negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia sebagai salah satu hasil UNCTAD (United
Nation Conference on Trade and Development).
lanjutan…

3. Menjadi anggota Commodity Association of


Producer, seperti OPEC dan lain-lain.
4. Menjadi anggota Commodity Agreement between
Producer and Comsumer, seperti ICO (International
Coffee Organization), MFA (Multifibre Agreement),
dan lain-lain.

Secara umum Bentuk kebijakan ekspor baik dalam negri


maupun luar negri meliputi : diskriminasi harga, pemberian
premi, dumping, politik dagang bebas, larangan ekspor
KEBIJAKAN BIDANG IMPOR

Kebijakan bidang impor, yaitu: berbagai tindakan dan


peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran
usaha untuk melindungi/mendorong pertumbuhan
industri dalam negeri dan penghematan devisa

Kebijakan di bidang impor dibedakan menjadi:

• Kebijakan Tariff Barrier


• Kebijakan Non Tariff Barrier
Kebijakan Tariff Barrier
Tarif adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas
barang impor yang masuk untuk dipakai/ dikonsumsi habis di dalam
negeri.

1. Pembebasan bea masuk/tariff rendah (0% - 5%):


Untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti beras,
mesin-mesin vital, alat-alat militer/pertahanan/ keamanan, dan
lain-lain.
2. Tarif sedang (> 5% - 20%):
Dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang
lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.
3. Tarif tinggi (>20%):
Dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang
lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan
barang kebutuhan pokok.
Jenis Tarif
Pembebanan tarif dapat dikelompokkan menjadi :

1. Bea Ekspor (export duties): pajak atau bea yang dikenakan


terhadap barang yang diangkut menuju ke negara lain. Jadi pajak
untukbarang-barang yang keluar dari custom area suatu negara
yang memungut pajak.

2. Bea Transit (transit duties): pajak atau bea yang dikenakan


terhadap barang-barang yang melalui suatu negara dengan
ketentuan bahwa barang tersebut sebagai tujuan akhirnya adalah
negara lain.

3. Bea Impor (import duties): pajak atau bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang masuk dalam custom area suatu negara
dengan ketentuan bahwa negara tersebut sebagai tujuan akhir.
Sistem Tarif
Besarnya tarif berlaku bagi setiap barang atau komoditi yang
diperdagangkan secara internasional, digunakan pedoman sistem
tarif internasional, yaitu:

1. Tarif Tunggal (Single Column Tariff), satu tarif untuk satu jenis
barang dari negara mana pun berasal

2. Tarif ganda (double coloum tariff), satu tarif untuk satu


komoditi yang besarnya tarif berbeda antara satu negara
dengan negara lain.

3. Tarif Preferensi (preferensi tariff): tarif yang ditentukan oleh


lembaga tarif internasional GATT (General Agreement on
Tariff and Trade) yang persentasenya disesuaikan karena
adanya hubungan tertentu antara negara pengimpor dengan
negara pengekspor.
Cara Perhitungan Tarif

1. Dasar Nilai (Ad Valeroom)


Besarnya pungutan bea masuk atas barang impor
ditentukan oleh tingkat persentase tarif dikalikan harga
tetap dari barang tersebut.

Contoh:
Harga suatu barang adalah US$ 100 dan besarnya tarif
bea masuk 10%, sedangkan kurs US$1=Rp. 5.000. Maka
besarnya bea masuk yang dikenakan sebesar: 10% x
US$100 x Rp. 5.000,- = Rp. 50.000,-.
lanjutan…

Keuntungan
 Dapat mengikuti perkembangan tingkat harga atau
inflasi.
 Terdapat perbedaan harga produk sesuai kualitasnya.

Kerugian
 Memberikan beban yang cukup berat bagi administrasi
pemerintah, khususnya bea cukai karena memerlukan
data dan perincian harga yang lengkap.
 Sering menimbulkan perselisihan dalam penetapan
harga untuk perhitungan bea masuk antara importir
dan bea cukai, sehingga dapat menimbulkan stagnasi
atau kemacetan arus barang di pelabuhan.

15
lanjutan…

2. Dasar Jumlah Barang (Ad Specific)


Pungutan bea masuk ini didasarkan pada ukuran atau
satuan tertentu dari barang impor.

Contoh:
Bea masuk yang dikenakan atas barang-barang atau
komoditi seperti dibawah ini:
• Semen : Rp. 3.000,- per ton.
• Sepatu : Rp. 14.500,- per pasang.
• Piring : Rp. 5.000,- per lusin.
• Jeruk : Rp. 500,- per Kg.
lanjutan…

Keuntungan:
 Mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan
perincian harga barang sesuai kualitasnya.
 Dapat digunakan sebagai alat kendali proteksi industri
dalam negeri.
Kerugian:
 Pengenaan tarif dirasakan kurang atau tidak adil
karena tidak membedakan harga dan kualitas barang.
 Hanya dapat digunakan sebagai alat kendali proteksi
yang bersifat statis.

17
lanjutan…
3. Compound Duties
Pengenaan tarif yang merupakan kombinasi dari
ad valeroom dan ad spesific.

Contoh: sejenis barang tertentu dikenakan bea 10%


Ad Valeroom ditambah Rp. 50.000,- setiap unit.
Dampak Tarif
Pembebanan tarif terhadap suatu komoditi atau barang
dapat mempunyai dampak (effect) terhadap perekonomian
suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut.

Dampak (effect) pengenaan tariff antara lain:


1. Terjadi kenaikan harga
2. Terjadi penurunan konsumsi dalam
3. Kenaikan produksi dalam negeri
4. Pemerintah akan mendapat pendapatan dalam bentuk
bea masuk
5. Redistribusi pendapatan atau subsidi dari konsumen
kepada produsen
6. Penurunan impor
Jenis Tarif Lain

1. Tarif Nominal dan Tarif Proteksi Efektif


Besarnya prosentase tarif suatu barang tertentu yang
tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia
(BTBMI) berdasarkan ketentuan harmonized system
atau HS menggunakan penggolongan barang dengan
sistem 10 digit.

2. Tarif Proteksi Efektif


Tarif proteksi efektif (Effective Rate of Protection/
ERP), yaitu kenaikan Value Added Manufacturing
(VAM) yang terjadi karena perbedaan antara
prosentase tarif nominal untuk barang jadi dengan tarif
nominal untuk bahan baku/komponen input impor.
lanjutan…

3. Infant Industry Argument


Kebijaksanaan untuk melindungi industri-industri
dalam negeri yang baru lahir/tumbuh dengan "proteksi
edukatif', sehingga dapat bersaing baik di pasar dalam
negeri maupun luar negeri. Pembangunan ekonomi di
negara-negara berkembang seperti Indonesia
berlandaskan pada Infant Industry Argument
KEBIJAKAN NONTARIFF BARRIER

Kebijakan Nontariff Barrier (NTB) adalah berbagai


kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat
menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi
manfaat perdagangan internasional, terbagi menjadi:

 Pembatasan spesifik (specific limitation)


 Peraturan bea cukai (customs administration rules)
 Partisipasi pemerintah
Sistem Kuota
Kuota adalah pembatasam fisik secara kuantitatif yang
dilakukan atas pemasukan barang (kuota impor) dan
pengeluaran barang (kuota ekspor) dari/ke suatu negara
untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen.

Sistem kuota hanya dapat digunakan dalam hal:


 Untuk melindungi hasil pertanian.
 Untuk menjaga keseimbangan balance of payment.
 Untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional.
Kuota Impor

1. Absolute/ unilateral kuota; sistem kuota yang


ditetapkan secara sepihak

2. Negotiated/ bilateral kuota; sistem kuota yang


ditetapkan atas kesepakatan atau menurut perjanjian

3. Tarif kuota

4. Pembatasan impir yang dilakukan dengan kombinasi


sistem tarif dan kuota

24
Efek Kuota Impor

• Terjadi kenaikan harga


• Penurunan konsumsi dalam negeri
• Kenaikan produksi dalam negeri
• Keuntungan bagi pemegang/ pemilik kuota
• Terdapat redistribusi pendapatan atau subsidi dari
konsumen terhadap produsen
• Penurunan impor

25
Subsidi

Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan


perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri
dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak,
fasilitas kredit, subsidi harga, dan lain-lain.

Tujuan :
 Menambah produksi dalam negeri.
 Mempertahankan jumlah konsumsi dalam negeri.
 Menjual dengan harga yang lebih murah daripada
produk impor.
Kelebihan Subsidi

 Subsidi biasanya diberikan untuk barang-barang


kebutuhan pokok masyarakat banyak

 Subsidi biasanya bersifat transparan dan dapat dikontrol


oleh masyarakat

27
Kebijakan Perdagangan Lainnya

1. Dumping
Suatu kebijakan diskriminasi harga secara internasional yang
dilakukan dengan menjual suatu komuditas di luar negri
dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan
konsumen di dalam negeri.

2. Anti Dumping Duties


Suatu negara melakukan anti dumping apabila sudah ada
penyelidikan tentang apakah telah terjadi perdagangan luar
negri yang tidak jujur, sehingga menyebabkan kerugian bagi
industri dalam negeri.

28
lanjutan…

3. International Cartel
Suatu bentuk organisasi dari beberapa negara/
perusahaan pemasok (supplier) produk tertentu yang
sepakat membatasi produksi dan ekspor mereka dengan
tujuan memonopoli sehingga dapat memaksimalkan
keuntungannya

29
Dumping
Tipe dumping:

1. Persistant dumping
Kecenderungan monopoli yang berkelanjutan dari
suatu perusahaan di pasar domestik untuk
memperoleh profit maksimum dengan menetapkan
harga yang lebih tinggi di dalam negeri daripada di luar
negeri.

2. Predatory Dumping
Tindakan perusahaan untuk menjual barangnya di
luar negeri dengan harga yang relatif murah untuk
sementara, sehingga dapat menggusur atau
mengalahkan perusahaan lain dari persaingan bisnis.
30
lanjutan…

3. Sporadic Dumping
Tindakan perusahaan dalam menjual produknya di
luar negeri dengan harga yang lebih murah sacara
sporadis dibandingkan harga di dalam negeri karena
adanya surplus produksi di dalam negeri

31
TUJUAN KEBIJAKAN EKONOMI
INTERNASIONAL
1. Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari
pengaruh buruk atau negatif dan dari situasi/kondisi
ekonomi/perdagangan internasional yang tidak baik
atau tidak menguntungkan.
2. Melindungi kepentingan industri di dalam negeri.
3. Melindungi lapangan kerja (employment).
4. Menjaga keseimbangan dan stabilitas balance of
payment (BOP) atau neraca pembayaran
internasional.
5. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi dan stabil.
6. Menjaga stabilitas nilai tukar/kurs valas.
GATT (GENERAL AGREEMENT ON
TRADE AND TARIFFS)

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)


atau "Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan"
ditandatangani pada 1947 merupakan suatu
kesepakatan multilateral yang mewajibkan negara
anggotanya untuk melakukan kerjasama ekonomi
internasional. Indonesia tergabung dalam anggota GATT.
Jumlah anggota GAAT tercatat 159 negara.
lanjutan…

Tujuan GATT :
Membuat perdagangan luar negeri sebebas mungkin
melalui penurunan tingkat tarif dan penghapusan
hambatan kuota impor, dan untuk memberikan
pengarahan tertentu terhadap
kebijakan perdagangan luar negeri negara-negara
anggotanya.
Prinsip pokok dalam GATT Clause

1. Prinsip free trade, yaitu:


Perdagangan dengan menghilangkan/mengurangi
berbagai hambatan perdagangan intemasional, baik
Tariff Barrier (TB) maupun Nontariff Barrier (NTB).
2. Prinsip resiprositas (timbal balik)/most favorised nation
clause ), yaitu:
Prinsip multilateralisasi dalam perlakuan (treatment)
hubungan ekonomi/keuangan/ perdagangan intemasional
dengan pengecualian sebagai berikut: hubungan
preferential history (commonwealth dan france union),
kesatuan ekonomi regional (freetrade area dan customs
union)
lanjutan…

3. Prinsip nondiskriminasi /nation treatment clause


(NTC), yaitu:
Memberi perlakuan yang sama terhadap produk luar
negeri maupun produk dalarn negeri. Misalnya
dengan mengenakan tarif PPN yang sama terhadap
produk irnpor maupun produk lokal.
Isi kesepakatan GATT

• Peningkatan standar-standar kehidupan global, yang


mengusahakan tercapainya suatu tingkat penyerapan
tenaga kerja sepenuhnya (full-employment),
• Menjamin pertumbuhan pendapatan riil yang tinggi dan
terusmenerus,
• Mengamankan permintaan efektif,
• Mengeksploitasi sepenuhnya sumber-sumber daya
dunia,
lanjutan…

• Meningkatkan produksi, dan menukarkan komoditas


dan barang.
• Mendukung pelaksanaan tujuan penandatanganan
persetujuan dalam menghilangkan tarif dan hambatan-
hambatan perdagangan lainnya
DAYA SAING SUMBER DAYA
INDONESIA
Visi pemerintah:
Indonesia menjadi negara industri baru yang sejajar
dengan bangsa-bangsa lain di kawasan Asia – Pasifik.
Sementara
Misi pemerintah:
1. Fokus pada sektor industri dan perdagangan yaitu
sebagai penggerak utama dan pendobrak hambatan
perdagangan di luar negeri dengan mematuhi aturan
main (rule of game) tata perdagangan dunia di bawah
koordinasi WTO (World Trade Organization), dan
lanjutan…

2. Mengamankan kebijakan industri dan perdagangan


nasional melalui penataan ulang strategi pemasaran
internasional dan diplomasi perdagangan yang unggul.

Peringkat daya saing global Indonesia dalam Global


Competitiveness Index 2019 menduduki peringkat ke 50
dunia dibawah Malaysia di posisi ke 27 dan Thailand di
posisi ke 40 ( World Economic Forum Report).
lanjutan…

Indikator penurunan daya saing Indonesia disebabkan oleh


1. Kinerja perdagangan internasional mengalami
penurunan terutama sisi ekspor.
2. Impor barang-barang meningkat
3. Pertumbuhan ekonomi dalam negri yang melambat
4. Menurunnya nilai investasi luar negri.
Strategi Peningkatan Daya Saing

 Fokus pada core business akan jalankan, memperkuat


sektor-sektor yang menjadi keunggulan Indonesia.
 Membuat ekonomi Indonesia lebih kompetitif dan berdaya
saing
 Mempercepat pembangunan infrastruktur, (pelabuhan,
bandara dan jalan tol). dengan tujaun untuk meningkatkan
efisiensi dan menurunkan biaya logistik.
 Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi (penyederhanaan
aturan, regulasi, prosedur yang berbelit-belit)

Anda mungkin juga menyukai