1. Kebijakan Tariff
a. Tariff Proteksi, yaitu pengenaan Tariff bea masuk yang tinggi untuk membatasi impor
barang tertentu.
b. Tariff Revenue, yaitu pengenaan Tariff bea masuk yang bertujuan untuk
meningkatkan penerimaan negara.
62 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
Kebijakan Tariff dalam bentuk bea masuk dapat dibedakan berdasarkan tinggi randahnya
pembebanan Tariff, sebagai berikut :
a. Tariff rendah, yaitu antara 0 % - 5 % dikenakan pada bahan kebutuhan pokok dan
vital seperti beras, mesin vital, alat-alat militer dan lain-lain.
b. Tariff sedang, yaitu antara 6 % - 20 % dikenakan untuk barang setengah jadi dan
barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.
c. Tariff tinggi, yaitu di atas 20 % dikenakan untuk barang barang mewah dan barang-
barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang
kebutuhan pokok.
2. Kebijakan non Tarif
Kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) adalah berbagai kebijakan
perdagangan selain
bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat
perdagangan
internasional.
A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif (non-tariff barrier)
sebagai berikut:
f. Peraturan kebudayaan.
h. Embargo.
i. Hambatan pemasaran/marketing
63 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
b. Penetapan harga pabean.
c. Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex control).
d. Consulat formalities.
e. Packaging/labelling regulations.
f. Documentation needed.
i. Tariff classification
b. Subsidi dan insentif ekspor, subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan
perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak,
B. Quota Impor
Quota adalah suatu kebijakan yang dilakukan dengan cara membatasi jumlah impor atau
dengan kata lain menentukan jumlah maksimum barang yang boleh di impor. Menurut
ketentuan GATT (General Agreement on Tariffs and Trade ) / WTO sistem quota ini
hanya dapat digunakan dalam hal sebagai berikut :
1. Unilateral Quota, yaitu sistem quota yang ditetapkan secara sepihak (tanpa
negosiasi).
2. Bilateral Quota, yaitu sistem quota yang ditetapkan atas kesepakatan ke dua belah
fihak.
3. Tariff Quota, yaitu pembatasan impor yang dilakukan dengan mengkombinasikan
sistem Tariff dan sistem quota.
64 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
4. Mixing Quota, yaitu pembatasan impor bahan baku tertentu untuk melindungi
industri dalam negeri.
C. Subsidi
4. Tujuan Tutorial/Praktikum
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Menemukenali latar belakang perumusan kebijakan perdagangan aspek impor,
ekspor, quota, subsidi dan dumping perdagangan pertanian di Indonesia
2. Menanggapi kelebihan dan kelemahan kebijakan yang relevan.
C. Pelaksanaan Tutorial/Praktikum
65 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
1. Praktikan telah memiliki Modul 10 seminggu sebelum pelaksanaan
tutorial/praktikum.
2. Praktikan melakukan pre-test sebelum Tutorial/praktikum dimulai. Pre-test terdiri
dari maksimal 4 pertanyaan berkaitan dengan pemahaman konsep di bab yang akan
ditutorialkan/dipraktikumkan.
3. Praktikan wajib mendapatkan nilai lebih dari 70 untuk dapat mengikuti
tutorial/praktikum ini. Jika nilai pre-test di bawah nilai yang disyaratkan maka
praktikan tidak diijinkan mengikuti tutorial/praktikum dan wajib mengulang pre-
test. Jika setelah dua kali tidak lulus pre-test maka praktikan mendapat tugas
tambahan ditentukan oleh asistent dengan nilai tugas maksimal 70.
4. Pada pertemuan Modul 7, asisten mengarahkan kepada praktikan untuk mencari
literature (artikel)secara individu dan dapat dipertanggung jawabkan sumbernya
sesuai dengan ketentuan berikut:
a) Dalam satu kelas terdapat 3 jenis literature (artikel) dengan jumlah yang sama
yakni artikel tentang kebijakan aspek produksi (perbaikan teknologi, kredit
dll), kebijakan aspek harga (harga input, harga output) dan kebijakan
aspek perdagangan (ekspor, impor).
b) Judul literature (artikel) setiap praktikan tidak boleh sama.
c) Literature (artikel) berbentuk hardcopydan dibawa ketika praktikum.
5. Asisten menjelaskan materi agar praktikan paham sehingga dapat mengerjakan
tugas pada Modul 9.
6. Terkait dengan literature (artikel) yang telah didapat, praktikan membuat review
dari artikel tersebut yang terdiri dari 200 – 250 kata.
7. Berdasarkanreview, praktikan mengidentifikasi, menganalisis dan membuat
alur logika permasalahan tentang kebijakan perdagangan dalam pencapaian
kesejahteraan masyarakat dan dituliskan sesuai dengan format pada
Laporan/Lembar Kerja Tutorial/Praktikum Kegiatan 9 pada saat
tutorial/praktikum di kelas.
8. Laporan/lembar kerja individu dan literature (artikel) dikumpulkan
diakhirtutorial/praktikum Modul 9 ke asisten kelas masing-masing.
9. Sebelum tutorial/praktikum berakhir asisten menjelaskan tugas tutorial/praktikum
selanjutnya.
66 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
DAFTAR PUSTAKA
Jawa Pos. 18 April, 2013. Kuota Impor Dihapus.
Sukirno, Sadono. 1995. Ekonomi pembangunan. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Sudirman Tebba. 2005. Jurnalisme Baru. Jakarta: Kalam Indonesia.
67 | P a g e