Anda di halaman 1dari 7

Tutorial/Praktikum Pengantar Ekonomi Pertanian

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Lab. Agriculrure Economics, Faculty of Agriculture, BrawijayaUniversity
Website: http://fp.ub.ac.id/ekonomipertanian
Email : ekonomipertanian@gmail.com

A. Uraian MateriTutorial/Praktikum Kegiatan 8


MODUL
B. Tujuan Tutorial/Praktikum
C. Pelaksanaan Tutorial/Praktikum
D. Laporan Tutorial/Praktikum (Lembar Kerja) 12
A. Uraian Materi
Kebijakan perdagangan internasional diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan
yang dijalankan suatu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional dari /ke negara
tersebut. Kekonomi/perdagangan internasional lainnya, antara lain:
1) Politik Proteksi
Politik proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri
yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:
a. Memaksimalkan produksi dalam negeri;
b. Memperluas lapangan kerja;
c. Memelihara tradisi nasional;
d. Menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu
komoditi andalan;
e. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika
bergantung pada negara lain.
2) Politik Dagang Bebas
Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan bebas
antarnegara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan
alasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan bila setiap negara
berspesialisasi dalam memproduksi barangdimana suatu negara memiliki
;keunggulan komparatif.
3) Politik Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari
pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga
kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan
adanya perdagangan bebas
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016

1. Bentuk-bentuk kebijakan perdagangan


A. Kebijakan Ekspor
Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor diartikan sebagai berbagai
tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu negara, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta
kelancaran usaha untuk peningkatan devisa nagara. Kebijakan perdagangan internasional
di bidang ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan sebagai
berikut :
1) Kebijakan Ekspor di dalam Negeri
a) Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian pajak
untuk barang-barang tertentu. (pajak crude palm oil -CPO)
b) Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor barang
tertentu.
c) Penetapan prosedur ekspor yang relatif mudah.
2) Kebijakan Ekspor di luar Negeri
a) Pembentukan International Trade Cetre (ITC) di bergagai negara, Jepang , Eropa, As
dan lain-lain.
b) Pemanfaattan General System of Preferency (GSP), yaitu fasilitas keringan bea masuk
yang diberikan negara-negara industri untuk barang manufaktur yang berasal dari
negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia.
a. Kebijakan Impor

Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan


dan peraturan yang dijalankan suatu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi/
mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. Kebijakan
perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan menjadi dua macam
kebijakan sebagai berikut :

1. Kebijakan Tariff

Menurut tujuannya, kebijakan bea masuk dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Tariff Proteksi, yaitu pengenaan Tariff bea masuk yang tinggi untuk membatasi impor
barang tertentu.
b. Tariff Revenue, yaitu pengenaan Tariff bea masuk yang bertujuan untuk
meningkatkan penerimaan negara.

62 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
Kebijakan Tariff dalam bentuk bea masuk dapat dibedakan berdasarkan tinggi randahnya
pembebanan Tariff, sebagai berikut :

a. Tariff rendah, yaitu antara 0 % - 5 % dikenakan pada bahan kebutuhan pokok dan
vital seperti beras, mesin vital, alat-alat militer dan lain-lain.
b. Tariff sedang, yaitu antara 6 % - 20 % dikenakan untuk barang setengah jadi dan
barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.
c. Tariff tinggi, yaitu di atas 20 % dikenakan untuk barang barang mewah dan barang-
barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang
kebutuhan pokok.
2. Kebijakan non Tarif
Kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) adalah berbagai kebijakan
perdagangan selain
bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat
perdagangan
internasional.

A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif (non-tariff barrier)

sebagai berikut:

1. Pembatasan spesifik (specific limitation):

a. Larangan impor secara mutlak.


b. Pembatasan impor (quota system), kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang
dilakukan atas pemasukan barang (kuota impor) dan pengeluaran barang (kuota ekspor)
dari/ke suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen.
c. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
d. Peraturan kesehatan/karantina.

e. Peraturan pertahanan dan keamanan negara.

f. Peraturan kebudayaan.

g. Perizinan impor (import licence).

h. Embargo.

i. Hambatan pemasaran/marketing

2. Peraturan bea cukai (customs administration rules):

a. Tata laksana impor tertentu (procedure).

63 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
b. Penetapan harga pabean.

c. Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex control).

d. Consulat formalities.

e. Packaging/labelling regulations.

f. Documentation needed.

g. Quality and testing standard.

h. Pungutan administasi (fees).

i. Tariff classification

3. Partisipasi pemerintah (government participation):

a. Kebijakan pengadaan pemerintah.

b. Subsidi dan insentif ekspor, subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan

perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak,

pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lain-lain.

c. Countervaling duties (penerapan pungutan tambahan ).

B. Quota Impor

Quota adalah suatu kebijakan yang dilakukan dengan cara membatasi jumlah impor atau
dengan kata lain menentukan jumlah maksimum barang yang boleh di impor. Menurut
ketentuan GATT (General Agreement on Tariffs and Trade ) / WTO sistem quota ini
hanya dapat digunakan dalam hal sebagai berikut :

1. Dalam perlindungi hasil pertanian.


2. Dalam menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
3. Dalam melindungi kepentingan ekonomi nasional.

Macam-macam quota impor :

1. Unilateral Quota, yaitu sistem quota yang ditetapkan secara sepihak (tanpa
negosiasi).
2. Bilateral Quota, yaitu sistem quota yang ditetapkan atas kesepakatan ke dua belah
fihak.
3. Tariff Quota, yaitu pembatasan impor yang dilakukan dengan mengkombinasikan
sistem Tariff dan sistem quota.

64 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
4. Mixing Quota, yaitu pembatasan impor bahan baku tertentu untuk melindungi
industri dalam negeri.
C. Subsidi

Kebijakan subsidi adalah merupakan kebijakan pemerintah untuk memberikan


perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak,
pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lainnya dengan tujuan sebagai
berikut :

a. Menambah produksi dalam negeri


b. Mempertahankan jumlah konsumen dalam negeri
c. Menjual dengan harga yang lebih murah daripada produk impor.
D. Dumping

Kebijakan suatu diskriminasi harga secara internasional (international price


discrimination) yang dilakukan dengan menjual suatu komoditi di pasar internasional
dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan dibayar konsumen di dalam negeri.
Ada tiga tipe dumping :

1. Persistant dumping, yaitu kecenderungan monopoli yang berkelanjutan dari suatu


perusahaan dipasar domestik untuk memperoleh profit maksimum dengan
menetapkan harga yang lebih tinggi di dalam negeri daripada di luar negeri
2. Predatory dumping, yaitu tindakan perusahaan untuk menjual barang di luar negeri
lebih murah untuk sementara (temporary) sehingga menggusur atau mengalahkan
perusahaan lain dari persaingan bisnis, setelah dapat memonopoli pasar, barulah
harga kembali dinaikkan untuk mendapat profit maksimum.
3. Sporadic dumping, yaitu tindakan perusahaan dalam menjual produkya di luar negeri
dengan harga yang lebih murah secara pecara poradis dibandingkan dengan harga di
dalam negeri karena adanya surplus produksi di dalam negeri

4. Tujuan Tutorial/Praktikum
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Menemukenali latar belakang perumusan kebijakan perdagangan aspek impor,
ekspor, quota, subsidi dan dumping perdagangan pertanian di Indonesia
2. Menanggapi kelebihan dan kelemahan kebijakan yang relevan.

C. Pelaksanaan Tutorial/Praktikum

65 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
1. Praktikan telah memiliki Modul 10 seminggu sebelum pelaksanaan
tutorial/praktikum.
2. Praktikan melakukan pre-test sebelum Tutorial/praktikum dimulai. Pre-test terdiri
dari maksimal 4 pertanyaan berkaitan dengan pemahaman konsep di bab yang akan
ditutorialkan/dipraktikumkan.
3. Praktikan wajib mendapatkan nilai lebih dari 70 untuk dapat mengikuti
tutorial/praktikum ini. Jika nilai pre-test di bawah nilai yang disyaratkan maka
praktikan tidak diijinkan mengikuti tutorial/praktikum dan wajib mengulang pre-
test. Jika setelah dua kali tidak lulus pre-test maka praktikan mendapat tugas
tambahan ditentukan oleh asistent dengan nilai tugas maksimal 70.
4. Pada pertemuan Modul 7, asisten mengarahkan kepada praktikan untuk mencari
literature (artikel)secara individu dan dapat dipertanggung jawabkan sumbernya
sesuai dengan ketentuan berikut:
a) Dalam satu kelas terdapat 3 jenis literature (artikel) dengan jumlah yang sama
yakni artikel tentang kebijakan aspek produksi (perbaikan teknologi, kredit
dll), kebijakan aspek harga (harga input, harga output) dan kebijakan
aspek perdagangan (ekspor, impor).
b) Judul literature (artikel) setiap praktikan tidak boleh sama.
c) Literature (artikel) berbentuk hardcopydan dibawa ketika praktikum.
5. Asisten menjelaskan materi agar praktikan paham sehingga dapat mengerjakan
tugas pada Modul 9.
6. Terkait dengan literature (artikel) yang telah didapat, praktikan membuat review
dari artikel tersebut yang terdiri dari 200 – 250 kata.
7. Berdasarkanreview, praktikan mengidentifikasi, menganalisis dan membuat
alur logika permasalahan tentang kebijakan perdagangan dalam pencapaian
kesejahteraan masyarakat dan dituliskan sesuai dengan format pada
Laporan/Lembar Kerja Tutorial/Praktikum Kegiatan 9 pada saat
tutorial/praktikum di kelas.
8. Laporan/lembar kerja individu dan literature (artikel) dikumpulkan
diakhirtutorial/praktikum Modul 9 ke asisten kelas masing-masing.
9. Sebelum tutorial/praktikum berakhir asisten menjelaskan tugas tutorial/praktikum
selanjutnya.

Pertanyaan dalam Pre-Test

1. Sebutkan pengertian dari kebijakan ekonomi internasional?


2. Sebutkan dan jelaskan instrumen kebijakan ekonomi internasional?
3. Sebutkan dan jelaskan kebijakan ekspor dan impor? Beri satu contoh nyata dari
salah satu kebijakan tersebut!
4. Jelaskan apa itu Embargo?
5. Jelaskan apa itu kebijakan tarif dan non-tarif?

66 | P a g e
Pengantar Ekonomi Pertanian Brawijaya University 2016
DAFTAR PUSTAKA
Jawa Pos. 18 April, 2013. Kuota Impor Dihapus.
Sukirno, Sadono. 1995. Ekonomi pembangunan. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Sudirman Tebba. 2005. Jurnalisme Baru. Jakarta: Kalam Indonesia.

67 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai