Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional pada dasarnya masih perlu diwaspadai oleh negara-negara di dunia
ini mengingat dampaknya terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu ada kelompok
yang setuju dan tidak setuju. Kelompok yang tidak setuju memiliki beberapa alasan
diantaranya sebagai berikut:

1. Perekonomian dalam negara harus dilindungi dari persaingan dengan produk negara
lain, terutama kepada negara-negara yang industrinya baru mulai tumbuh.
2. adanya perdagangan internasional yang mengarah pada liberalisasi pasar(pasar modal)
sangat dikwatirkan dampak sosial budayanya terhadap kehidupan sosial budaya suatu
negara.
3. Negara berkembang belum mampu bersaing di pasar internasional mengingat faktor-
faktor produksi yang dimiliki masih sangat rendah dibanding negara maju.

Hasil kajian dari pendapat dua kelompok yang pro dan kontra, menghasilkan peraturan-
peraturan perdagangan internasional berupa kebijakan-kebijakan perdagangan internasional ,
berupa tarif, kuota, larangan ekspor, larangan impor, subsidi, premi, diskriminasi harga, dan
dumping.

1. Tarif atau bea masuk


Tarif atau bea masuk adalah pengenaan pajak atas barang-barang impor. Tarif atau
bea masuk merupakan salah satu cara untuk melindungi produksi dalam negeri. Tarif
yang dikenakan terhadap produk impor memberikan proteksi kepada produsen dalam
negeri dalam bentuk mahalnya barang impor di dalam negeri. Hal ini memberikan
peluang bagi produsen dalam negeri untuk bersaing dengan barang impor sehingga
mereka bisa meningkatkan produksinya.
2. Kuota
Kuota adalah suatu pembatasan atau jumlah barang yang dapat diimpor oleh suatu
negara dari semua negara atau dari negara-negara tertentu dalam jangka waktu yang
ditentukan.
Kuota terdiri dari :
a. Absolute Quota
Absolute Quota mengizinkan pemasukan komuditas tertentu dalam jumlah yang
diterapkan selama jangka waktu tertentu.
b. Tariff Rate Quota
Tariff rate quota mengizinkan pemasukan barang dalam jumlah tertentu ke suatu
negara dengan tarif yang diturunkan selama jangka waktu tertentu.
3. Larangan Ekspor
Larangan ekspor terhadap barang-barang tertentu dimaksudkan untuk menjaga
ketersediaan barang-barang tersebut yang masih sangat terbatas di produksi dalam
negeri.
4. Larangan Impor
Larangan impor adalah kebijakan perdagangan internasional yang melarang secara
mutlak impor komoditas tertentu.
Misalnya, pakaian bekas , karet mentah, dan beras. Tujuan larangan impor adalah
membantu kelangsungan hidup industri(hasil produk) dalam negeri.
5. Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan
kepada industri dalam negeri dalam bentuk modal, bisa berupa mesin-mesin,
peralatan, keahlian, keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, dan
subsidi harga yang bertujuan menambah produksi dalam negeri, mempertahankan
jumlah konsumsi di dalam negeri, serta menjual produk dengan harga yang lebih
murah daripada produk impor. Misalnya, bahan bakar minyak, pupuk, dan
perumahan sangat sederhan.
Menurut Boediono, kebijakan subsidi tidak merugikan konsumen seperti kebijakan
lainnya di bidang perdagangan internasional.
beberapa alasan kebijakan subsidi lebih baik daripada kebijakan lainnya:
a. Subsidi diberikan secara terbuka , sehingga masyarakat bisa menilai manfaat atau
kerugiannya.
b. Subsidi dibiayai dengan cara yang lebih adil karena tidak terjadi distribusi
pendapatan dari konsumen terhadap produsen. Artinya, konsumen tidak dikenakan
kenaikan harga dan konsumsi yang berkurang, tetapi konsumen tetap membayar
dengan harga semula dan jumlah konsumsinya tidak berkurang.

Anda mungkin juga menyukai