Anda di halaman 1dari 6

TRANSFORMASI TNI AD DALAM BIDANG PERTEMPURAN

Transformasi dalam bidang pertempuran merupakan tindakan yang harus dilakukan saat
ini dalam menghadapi perubahan strategi global dunia di bidang pertahanan yang
semakin maju demi menjaga keutuhan NKRI”

PENDAHULUAN

Pertempuran adalah suatu kontak senjata antara dua atau lebih pihak di mana masing-
masing pihak bertujuan mengalahkan pihak lainnya. Pertempuran umumnya terjadi dalam
suatu perang atau kampanye militer dan biasanya terjadi pada waktu, lokasi, dan aktivitas
tertentu. Perang dan kampanye dijalankan dengan strategi, sedangkan pertempuran
adalah suatu arena di mana taktik dipergunakan.

Jika kita melihat strategi perang Sun Tzu yang ditulis dalam 13 langkah yang sederhana.
Dimulai dari perencanaan perang hingga kegiatan intelijen. Namun, kalau diurut ke-13
langkah Sun Tzu itu, inti sarinya hanya ada tiga langkah. Yaitu, mengenal diri anda
dengan baik, mengenal musuh anda, dan mengenal tempat di mana kita bertarung.
Ungkapan yang paling terkenal yaitu “Dia yang mengenal musuh maupun dirinya sendiri
takkan pernah beresiko dalam seratus pertempuran; Dia yang tidak mengenal musuh
tetapi mengenal dirinya sendiri akan sesekali menang dan sesekali kalah; Dia yang tidak
mengenal musuh ataupun dirinya sendiri akan beresiko dalam setiap pertempuran.” Dari
teori ini berarti kita kalau mau memang perang dan tidak beresiko, mutlak harus mengenal
lawan dengan baik, juga mengenal kekuatan sendiri. Pada umumnya negara-negara
didunia melakukan pengumpulan data intelijen negara-negara sekelilingnya, yang
berkaitan dengan kekuatan, kemampuan dan kerawanan.

Data-data tersebut dikenal sebagai “Order of Battle” (ORBAT) atau diterjemahkan sebagai
Susunan Bertempur Musuh (SBM). Data ORBAT disusun oleh badan intelijen Angkatan,
ataupun satuan setingkat Komando Utama Operasi (Kotama Ops), dengan faktor-faktor
penting sebagai berikut. Komposisi, yaitu sebuah struktur dan organisasi, mulai dari
tingkat angkatan kebawah. Disposisi, merupakan lokasi geografis dari kekuatan.
Kekuatan yang dinyatakan sebagai struktur komando dan kekuatan satuan penggempur
strategis serta pertahanan. Sistem pelatihan, taktik satuan, penggelaran logistik, Combat
Effectiveness, data tehnis elektronik. Dan data lainnya yang terkait dengan data personil,
seperti kepribadian, sejarah masing-masing satuan, dan seragam serta ‘badge’ satuan.
Dari kekuatan ORBAT sebuah negara, yang sangat patut selalu diwaspadai adalah
seberapa besar kemampuan penyerang strategis yang mereka miliki, serta kemungkinan
daya rusaknya.

PREDIKSI PEPERANGAN DIMASA DEPAN

Jika kita menilik pada keadaan peperangan yang akan terjadi dimasa depan tentunya
akan mengarah kepada peperangan asimetris. Dilihat dari definisi asimetris itu sendiri
mengandung makna sebagai suatu ketidak-seimbangan antara kanan dan kiri, atas dan
bawah maupun dalam berbagai sebab lainnya. Sehingga peperangan asmetris itu pun
dapat dipahami sebagai peperangan diantara dua pihak yang bertikai yang tidak terdapat
keseimbangan dalam hal kekuatan, persenjataan dan circumstancenya. Salah satu cara
untuk dapat mengetahui peperangan asimetris adalah dengan memahami siklus antara
aksi, reaksi dan kaunter-reaksi. Sehingga untuk menghadapi peperangan asimetris
dimasa depan perlu adanya upaya-upaya bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai suatu contoh adalah, dalam doktrin peperangan asimetris yang dimiliki Amerika
Serikat, ketika musuh melakukan persiapan peperangan dengan menggunakan senjata
biologi, maka yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan menyiapkan teknologi,
doktrinasi dan kemampuan untuk force protection dengan mengembangkan anti senjata
biologi serta mengembangkan kemampuan untuk menyerang ataupun mengalahkan
delivery means musuh, dukungan pihak sipil dan menguasai informasi untuk melakukan
propaganda anti musuh melalui media internasional. Ancaman asimetris tentunya akan
terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Bagi
Indonesia, dirasa perlu untuk mempersiapkan ancaman asimetris dimasa yang akan
datang sehingga dalam menghadapi insuregecy, ancaman pertahanan dari negara adi
daya maupun menghadapi ancaman sebuah pakta pertahanan seperti yang dilakukan
negara tetangga bersama beberapa anggota commonwealth bangsa ini memiliki formula
yang tepat.

Kita tidak dapat menutup mata bahwa pada 50 tahun terakhir dalam kerangka proses
globalisasi, pertumbuhan dinamis masyarakat dunia luar biasa, yang diwarnai oleh
pelbagai inovasi di segala bidang. Namun demikian kita juga tidak buta terhadap
kenyataan, bahwa terutama sejak krisis ekonomi di Asia orang juga disadarkan oleh
keterbukaan dan interdependensi serta sifat transnasional dari hal-hal yang bersifat
mencederai tidak hanya negara, tetapi juga human security. Contoh terakhir adalah krisis
ekonomi global yang melanda dunia, akibat perilaku korporasi multinasional di Amerika
Serikat yang berperilaku jauh dari etika bisnis (salah satu ancaman asimetrik).

Kejadian terkini dan terakhir di Indonesia yang menjurus terrorisme yang diarahkan untuk
mencederai simbol-simbol Negara oleh kelompok radikalis dapat dikatakan merupakan
sinergi (hybrid) antara ancaman yang simetrik dan asimetrik. Kita sadar bahwa masalah
keamanan selalu didominasi oleh keprihatinan tradisional seperti kedaulatan,
kemerdekaan politik dan militer serta pertahanan sampai dengan keamanan regional.
Meskipun demikian kenyataan yang terjadi adalah munculnya tantangan-tantangan baru
seperti ancaman terhadap kesehatan (penyakit infeksi menular seperti SARS, flu burung
dll), pengangguran, kemiskinan, krisis ekonomi, bencana alam (tsunami, gempa, banjir,
dsb), degradasi lingkungan hidup, migrasi manusia yang tidak tertib, kompetisi untuk
memperoleh sumber daya alam, kejahatan transnasional terorganisasi, perdagangan
illegal dan narkoba, terorisme dan saling ketergantungan ekonomi, yang sangat
berbahaya baik bagi negara maupun umat manusia.

Ditambah lagi pada saat ini muncul ancaman dunia maya ( cyber threat / cyber crime )
yang sebelumnya merupakan ancaman yang potensial telah berubah menjadi ancaman
yang bersifat aktual sebagai bentuk tambahan ancaman aktual baru yang berdimensi
sangat cepat dari lingkup lokal, nasional, regional atau sebaliknya dapat membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Seperti terjadi
penyadapan-penyadapan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain dalam
rangka untuk mencuri informasi penting serta mengirimkan serangan-serangan yang
dapat mengganggu keamanan situs, terutama situs-situs pemerintah dan militer.
Sehingga dari hal tersebut dapat di pastikan peperangan kedepan nantinya akan bersifat
Hybrid artinya merupakan kombinasi antara pertempuran yang bersifat konvensional
asimetris dan nonreguler.

TRANSFORMASI TNI AD

Transformasi sendiri dapat diartikan dengan berubah bentuk atau berubah dari satu
bentuk ke bentuk lainnya. Apa yang harus diubah dari TNI ? Dalam konteks ini, selain
memiliki pertahanan yang kuat maka TNI harus memiliki kapasitas untuk menyerang
musuh – musuhnya. TNI AD merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI)
yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di darat.
Dimana TNI AD mempunyai tugas pokok yaitu, menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Dihadapkan dengan kondisi saat ini maka TNI AD kedepan ditantang untuk menjadi TNI
AD yang modern sehingga harus terus melaksanakan peningkatan kemampuannya, baik
untuk menghadapi tugas-tugas operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain
perang. Konsekuensinya, penataan terhadap sistem pendidikan, latihan, materiil, doktrin,
pokok-pokok organisasi dan prosedur, teritorial, kepemimpinan, personel, pengelolaan
anggaran, persenjataan dan bahkan kebijakan Angkatan Darat perlu dilakukan oleh
generasi mendatang sehingga dapat tercapainya tujuan dalam mewujudkan visi TNI
sebagai tentara profesional dan modern, memiliki kemampuan yang tangguh untuk
menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan menjaga keselamatan bangsa dan negara serta kelangsungan
pembangunan nasional. Adapun hal- hal yang dilakukan TNI AD dalam rangka
meningkatkan kemampuan tempurnya adalah :

Memaksimalkan modernisasi Alutsista.

Sebagai negara yang memiliki luas wilayah yang besar, Indonesia perlu membangun
kekuatan pertahanan yang memadai guna menjaga kedaulatan NKRI. Peningkatan
kekuatan pertahanan sudah menjadi keharusan karena ini menunjukkan kekuatan
pertahanan sebuah negara. Negara yang memiliki militer lemah dan tidak memiliki sekutu
yang kuat akan mudah diintimidasi oleh negara lain. Kulitas dan kuantitas alutsista yang
dimiliki Indonesia akan sangat mempengaruhi kedudukan Indonesia dalam kancah politik
Internasioal. Sebuah negara dengan kekuatan militer besar akan lebih didengarkan
pendapat dan tindakannya ketimbang negara yang militernya lemah.

Saat ini berbagai Alut Sista yang baru dan modern sudah mulai berdatangan, Khusus TNI
Angkatan Darat, selain membeli 114 unit tank leopard, pemerintah juga mengadakan 28
unit helikopter dan delapan unit Apache tipe AH-64E. Tepatnya sebanyak 30 unit Leopard
dan 21 Marder akan tiba sebelum bulan september 2014. Demikian pula dengan Meriam
Caesar, dimana dari 37 unit, 4 unit diantaranya akan tiba sebelum Oktober 2014.
Sementara untuk roket MLRS Astros II akan tiba 13 unit sebelum Oktober 2014.
Kemudian rudal pertahanan udara jenis Starstreak serta Mistral dijadwalkan juga tiba
sebelum Oktober 2014, khususnya Mistral akan datang sebanyak 9 unit pada Juni 2014.
semua itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kekuatan pertahananan bangsa
Indonesia untuk menimbulkan dampak detern terhadap negara lain apalagi Indonesia
memiliki wilayah yang sangat luas yang sangat rawan terhadap ancaman-ancama baik
internal maupun eksternal. Serta juga meningkatkan pengaruh dan wibawa negara dalam
melaksanakan diplomasi politik International.

Diharapkan kedepan modernisasi Alutsista TNI AD dapat lebih maksimal dan lebih cepat
dari rencana yang pada awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali
renstra (2009-2024), namun akan lebih baik lagi jika MEF dapat dicapai pada 2019 atau
lebih cepat lima tahun dari target yang ditentukan yaitu dua kali renstra saja (2009-2019)
mengingat anggaran yang di gelontorkan ke kemenhan ada peningkatan dari Anggaran
pertahanan pada 2013 mencapai 77 triliun rupiah, namun pada 2014 ini meningkat
menjadi 83,4 triliun rupiah,sehinga semakin cepat Alutsista kita lengkap maka semakin
cepat pula menata TNI AD yang modern dan berkelas dunia.
2. Melaksanakan Combined Arms dan Joint Efforts.

Dengan bertambahnya Alutsista diberbagai satuan di TNI AD maka transformasi


diberbagai bidang harus dilaksanakan. Satuan Infanteri berbeda dengan satuan tempur
TNI AD lainnya seperti Kavaleri, Artileri medan, Artileri pertahanan udara dan Penerbang.
Satuan infanteri adalah prajurit-prajurit yang dilengkapi dengan senjata dalam rangka
menghadapi ancaman kekuatan Infanteri musuh , sedangkan ke empat satuan tempur
lainnya adalah satuan–satuan yang berisikan Alutsista yang diawaki prajurit. Dalam era
perang Hybrid saat ini makna daya tempur akan semakin kompleks, dimana kemenangan
tentu saja akan di raih oleh pihak yang memiliki keunggulan daya tempur relatif terhadap
lawannya. Dalam konteks perang modern , daya tempur dapat diartikan sebagai totalitas
dari fungsi–fungsi pertempuran yang dimiliki oleh sebuah militer secara terintegrasi satu
sama lainnya. Sehingga dengan adanya perubahan–perubahan Alutsista tersebut tentu
akan berpengaruh terhadap perkembangan doktrin dan taktik di setiap kecabangan ,
dimana harus ada revisi dan penyelarasan–penyelarasan terhadap doktrin agar dapat
dijadikan dasar atau pegangan untuk bisa berbuat yang lebih jauh maupun taktik antara
kecabangan satu dengan kecabangan lainnya termasuk antar matra. Hal tersebut tentu
saja akan dapat dicapai dengan adanya latihan-latihan yang dilakukan baik intern satuan
atau kecabangan itu sendiri ataupun melaksanakan latihan–latihan gabungan antar
kecabangan-kecabangan yang ada. Jika dilaksanakan secara terpisah maka daya
gempur kita saat ini belum bisa optimal, sudah saatnya kita melaksanakan combined
arms dan joint efforts.

Untuk mencapai sinergitas dan interopobelitas maka perlu dilakukan latihan bersama
antar kecabangan secara simultan dan terus menerus sehingga akan didapat kelemahan-
kelemahan dan kekurangan-kekurangan dalam rangka memperoleh kesempurnaan
doktrin dan taktik kedepan. Seperti melaksanakan latihan BTP yang mana sasarannya
adalah untuk meningkatkan kemampuan melaksanaan prosedur pimpinan pasukan,
kemampuan komando dan pengendalian unsur pimpinan, kemampuan prajurit dan satuan
dalam menerapkan teknik dan taktik operasi pertempuran di daerah pemukiman,
kemampuan prajurit dan satuan dalam kerja sama antar kecabangan dan satuan dalam
melaksanakan prosedur bantuan tembakan, administrasi serta penerapan hukum Hak
Asasi Manusia dan Humaniter yang baik dan benar serta memiliki tujuan untuk melatih
kerjasama antar kecabangan dalam suatu operasi tempur sehingga memiliki daya hancur,
daya tahan dan daya adaptasi dengan situasi taktis di daerah operasi. Faktor utama
terbangunnya integrasi dan sinergi antar kesenjataan/ kecabanganTNI AD adalah
komunikasi dan koordinasi yang baik karena setiap satuan memiliki kemampuan dan
batas kemampuan yang berbeda dan semua juga memiliki peran dan fungsi yang
berbeda pula, maka untuk itu harus ada semangat yang saling melengkapi dan saling
mendukung sehingga setiap satuan dapat saling mendukung dan saling melengkapi satu
dengan yang lainnya.

3. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan prajurit serta dukungan berdasarkan


Tipologi wilayah

Kita harus mengetahui Apa itu tipologi ? Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis. Indonesia adalah negara seribu pulau atau
terkenal dengan negara kepulauan dimana Negara Indonesia terdiri dari beribu ribu pulau.
Sebagai salah satu unsur pelaksana di TNI AD maka Yonif dituntut untuk mampu
melaksanakan berbagai tugas, baik OMP maupun OMSP, sesuai amanat Undang-
Undang No. 34 tahun 2004. Dalam pelaksanaan tugas OMP, Yonif dituntut mampu untuk
mencari, mendekati, menghancurkan dan atau menawan musuh dalam rangka
mendukung tugas pokok Komando Atas. Sedangkan dalam tugas OMSP Yonif dituntut
untuk mampu melaksanakan 14 macam tugas, diantaranya operasi mengatasi gerakan
separatis bersenjata, operasi mengatasi pemberontakan bersenjata, pengamanan wilayah
perbatasan, tugas perdamaian dunia, operasi bantuan untuk pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaan (SAR), maupun perbantuan terhadap Polri dan Pemda. Dengan
demikian, dihadapkan dengan kemungkinan ancaman yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia, baik itu ancaman militer maupun nirmiliter, maka perbedaan karakteristik
wilayah geografis Indonesia perlu menjadi bahan pertimbangan dalam memodernisasi
Alutsista dan penataan organisasi Yonif selaku satuan tempur dasar TNI AD.

Saat ini dukungan materiil di satuan Yonif masih sesuai atau mengikuti TOP ROI yang
berlaku sehingga masih merupakan perlengkapan standar di satuan masing-masing .
Namun apabila dihadapkan dengan karakteristik wilayah NKRI yang beraneka ragam,
maka satuan-satuan ini dituntut untuk memiliki kemampuan dan perlengkapan yang
khusus untuk dapat melaksanakan berbagai penugasan diwilayahnya. Sistem dukungan
TNI AD kedepan dituntut untuk mampu mewujudkan sistem pertempuran berdasarkan
tipologi wilayah yang berbeda seperti,wilayah perkotaan/pemukiman, hutan gunung,
ralasuntai (rawa,laut,sungai dan pantai). Sehiggga dalam pelaksanaan tugasnya, Yonif
akan berhasil secara optimal apabila didukung Alutsista modern sesuai karakteristik
wilayah tempat satuan tersebut berada, apakah itu di wilayah perairan/kepulauan
(Ralasuntai), hutan gunung maupun perkotaan. Untuk itu diharapkan dengan adanya
moderenisasi persenjataan Alut Sista di setiap satuan Yonif berdasarkan dengan tipologi
di daerah masing-masing. Berikut adalah jenis senjata dan Alkapsus yang perlu
disarankan untuk mendukung pelaksanaan tugas Yonif berdasarkan tipologinya:

1. Ralasuntai (Rawa, laut, sungai, pantai). Pola pertempuran yang dikembangkan di


wilayah seperti ini akan lebih mengedepankan taktik dan teknik bertempur yang
menggunakan kemampuan Ralasuntai, yang dilengkapi perlengkapan modern dan
persenjataan khusus yang tahan air (tidak mudah rusak/berkarat dihadapkan dengan
wilayah perairan yang basah dan lembab) serta berkemampuan menembak dibawah air.
Perlengkapan yang disarankan Senjata HK-416, Live Preserves (Jaket pelampung),
Sepatu boot (anti air), Thermal Sight (Teropong deteksi panas), Laser Range Finder
(Teropong Laser pengukur jarak), GPS military specs (anti air), Survival kit (peralatan
survival), Pisau serba guna, Tali tubuh, UAV (Pesawat tanpa awak/utk pengintaian), Alat
angkut air utk kebutuhan taktis (Hovercraft/LCR), Alat angkut air utk kebutuhan
administrasi (Kapal angkut personel kapasitas 1 Peleton), Peralatan selam, Alat penjernih
air, Alkom troath mic (military specs).

2. Tipe Hutan Gunung. Kemampuan khusus yang harus dimiliki satuan seperti ini
tentu saja tidak terlepas dari kemampuan untuk melaksanakan perang hutan. Lingkungan
hutan memiliki berbagai efek pada operasi militer. Vegetasi yang rapat dapat membatasi
jarak pandang, tetapi juga dapat memberikan kesempatan yang luas untuk kamuflase dan
banyak bahan yang dapat digunakan untuk membangun benteng. Medan di sekitarnya
terbatas untuk mobilitas kendaraan dan sebagainya sehingga membuat dukungan dan
transportasi sulit, demikian juga untuk mengerahkan pasukan lapis baja atau jenis lain
dari pasukan dalam skala besar. Oleh karena itu untuk keberhasilan pelaksanaan perang
hutan ini diperlukan dukungan mobilitas udara. alat peralatan perorangan/satuan Yonif
Hutan Gunung ini harus dirancang seringan mungkin, simple namun tahan dan kuat.
Perlengkapan yamng disarankan Senjata SS2 V4, Thermal Sight/NVG (Teropong malam),
Laser Range Finder (Teropong Laser pengukur jarak), Peralatan Mountaineering
perorangan (harness, ascender, descender, karabiner, sarung tangan kulit), Survival kit
(peralatan survival), Alat pembaca peta malam hari, Perlengkapan Prapas, Pisau serba
guna, Senter kecil, UAV (Pesawat tanpa awak/utk pengintaian ), Peralatan
Mountaineering satuan (tali, katrol, jumar), ATV (kendaraan segala medan), Tali statik,
Alkom troath mic (military specs).
3. Tipe Perkotaan. Pertempuran perkotaan sangat berbeda dari pertempuran di
tempat terbuka baik di tingkat operasional maupun taktis. Faktor kerumitan dalam perang
kota termasuk keberadaan warga sipil dan kompleksitas dari daerah perkotaan. Perang
kota bukanlah perang yang mudah karena ada beberapa kesulitan dalam melakukan
perang kota. Kesulitan tersebut adalah terdapat jumlah penduduk, bangunan, sulit dalam
peninjauan, kebebasan menembak. Pertempuran dapat terjadi dalam bangunan, gedung,
rumah penduduk, jalan-jalan, bunker, lorong-lorong dan bahkan parit sebagai tempat
persembunyian. Pertempuran kota perlu kejelian setiap pasukan dalam pendeteksian,
ketelitian dalam menembak yang diupayakan tidak adanya korban terhadap warga sipil
dan rusaknya bangunan/ fasilitas penduduk lainnya. Spesifikasi kota menjadi
pertimbangan penting dalam pengerahan pasukan dan persenjataan yang digunakan.
Taktik pertempuran jarak dekat menjadi acuan baku dalam membina kemampuan Yonif
yang masuk dalam tipe Tipe perkotaan ini. Perlengkapan yang disarankan Senjata SS2
V5 & tali sandang PJD, Head Mounted Display /NIMOS (Perangkat elektronik tambahan
pada Helm), Weapon Scope Aspis (Alat bidik NIMOS), Thermal Sight/NVG (Teropong
malam), Laser Range Finder (Teropong Laser pengukur jarak), Holster, Rompi anti
peluru, pelindung lutut & siku, Kampak & martil, UAV (Pesawat tanpa awak/utk
pengintaian), Rantis Komodo, Pelontar jangkar, Granat asap, TNT 60 gram & Detonator,
Alat pendobrak, Tangga serbaguna, Ran khusus PJD, Alkom troath mic (military specs).

Pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi wilayah, akan mempermudah satuan


tersebut untuk menentukan jenis senjata maupun perlengkapan khusus/tambahan yang
dibutuhkan guna mendukung operasional satuan ini dihadapkan dengan karakteristik
wilayahnya. TOP ROI yang berlaku pada masing-masing Yonif dan pelaksanaan latihan
sesuai Proglatsi ditujukan untuk tercapainya kemampuan dan perlengkapan standar bagi
masing-masing satuan. Namun apabila dihadapkan dengan karakteristik wilayah NKRI
yang beraneka ragam, maka satuan-satuan ini dituntut untuk memiliki kemampuan dan
perlengkapan yang khusus untuk dapat melaksanakan berbagai penugasan di
wilayahnya. Dengan demikian dukungan senjata dan alkapsus yang sesuai dengan
kebutuhan untuk pelaksanaan berbagai penugasan di wilayah akan mendukung
keberhasilan satuan dalam melaksanakan tugas, dihadapkan dengan karakteristik wilayah
yang berbeda-beda.

PENUTUP

Demikian tulisan tentang ” Transformasi TNI AD Dalam Bidang Pertempuran “ semoga


bisa menjadi acuan untuk menjadikan TNI AD menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Singkawang, Mei 2014

Penulis

Danbrigif 19/Kh Kolonel Inf Andi Chandra As’aduddin, S.E NRP 1910035731066

Anda mungkin juga menyukai