Anda di halaman 1dari 7

KKORELASI ANTARA PEMAHAMAN TENTANG SEJARAH PERANG DENGAN

MEMBANGUN SISTIM PERTAHANAN NEGARA PADA MASA KINI DAN MASA


MENDATANG DARI SUDUT PANDANG TEKNOLOGI PERSENJATAAN

Pendahuluan

➢ Latar Belakang.
Perang dan sejarah manusia di muka bumi ini, nyaris tidak dapat terpisahkan.
Perang selalu berubah-berubah dan seluruh pihak yang berperang juga terus belajar,
melahirkan inovasi-inovasi yang terintegrasi terutama dibidang teknologi persenjataan.
Saat ini, perang berubah dengan cepat dan dengan skala yang lebih besar dibanding
sebelumnya. Perubahan tersebut tidak hanya terjadi dalam hal bagaimana perang
dilakukan, namun juga siapa yang terlibat berperang, untuk apa mereka berperang,dan
teknologi senjata juga menjadi parameter dari perubahan generasi perang.
Perkembangan teknologi membuat perang berkembang dan berlangsung
memanfaatkan sistem otomatis seperti pesawat tempur, senjata laser, senjata tempur
tanpa awak, hingga bom nuklir. Saat ini beberapa teknologi telah berkembang menjadi
senjata perang modern. Negara-negara maju yang aktiv berperang mulai dari Perang
Dunia 1 hingga perang dunia ke 3 seperti Amerika,Uni soviet, China, Inggris, dan
Jerman,merupakan negara yang aktif dalam melaksanakan pengembangan teknologi di
bidang persenjataan dan berperan besar dalam perkembangan teknologi senjata
hingga saat ini.
➢ Tujuan
Mengetahui dan mencoba mengkaji tentang sistem pertahanan Negara saat ini dan
yang akan datang yang berhubungan erat dengan sejarah perang yang dipandang dari
persepktif Teknologi Persenjataan.
➢ Landasan Teori
Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002,
mengamanatkan bahwa sistem pertahanan negara diselenggarakan dengan
memberdayakan seluruh sumber daya nasional, yang setiap saat siap didayagunakan.
Jika diperhatikan perkembangan dimasa perang dingin terjadi persaingan teknologi
diantara blok barat dan blok timur yang sangat besar.
Perang yang terjadi dibelahan bumi banyak yang melibatkan penggunaan senjata-
senjata berteknologi canggih seperti rudal balistik, senjata nuklir, pesawat bomber, tank,
bahkan virus computer sekalipun. Senjata-senjata yang ada sekarang merupakan
pengembangan dari yang pernah ada sebelumnya. Manusia pada era kuno, masih
menggunakan tombak, ballista, dsb. hingga akhirnya berkembang dan berkembang
hingga menjadi senjata yang sekarang kita temukan saat ini. Berikut ini perkembangan
senjata manusia dari masa ke masa. Berikut ini perkembangan senjata manusia dari
masa ke masa.
1. Ancient Era (Era Kuno)
Di era ini, semua senjata yang ada masih lah berbasis manual, sehingga pada
penggunaannya kebanyakan harus dengan tatap muka dengan lawan secara
langsung. Berikut beberapa senjata pada era ini.
a. Tombak (Spear)
b. Flaming Arrow (Panah Berapi)
Saat era belum ditemukannya senapan angin, orang-orang pada era ini
menggunakan panah api sebagai senjata berradius (ranged attack) untuk
menyerang musuh-musuhnya dalam jarak tertentu.
2. Abad Pertengahan (Medieval Age)
Pada abad ini, persenjataan manusia semakin maju, meskipun beberapa alat
seperti tombak masih digunakan. Pada era ini, penggunaan bubuk mesiu pun
digunakan pertama kali untuk membuat meriam oleh bangsa eropa.
3. Era Industrial
Pada masa ini, riffle (senapan angin) pun ditemukan. Riffle pertama kali diciptakan
oleh B. Tyler Henry pada tahun 1860. Senapan ini pun diberi nama Henry Riffle.
Senapan yang banyak dipakai di Perang Sipil (Amerika) memiliki panjang sekitar
44,75 inches, dan berbobot 9,25 pounds. Sekurang-kurangnya sebanyak 160.000
senapan jenis ini diproduksi pada era ini.
4. Era Perang Dunia
Pada tahun-tahun ini, perkembangan senjaa pun semakin pesat. Semakin banyak
pengaplikasian dari gunpowder pada era ini, Selain itu, penggunaan alat perang
berat seperti tank pun mulai digunakan.
a. Zeppelin
Adalah sejenis kapal udara yang dibuat oleh German. Tank
b. Tank
Tank pertama kali digunakan sebagai alat peperangan pada perang dunia
pertama, yakni pada tahun 1917 oleh Inggris.
c. Bom Atom
Bom atom pertama kali di buat dan digunakan oleh Amerika menjelang
meletusnya WWII. Bom atom yang pertama kali di ledakkan ialah bom atom
dengan kode nama “The Gadget” yang merupakan uji coba yang dilakukan
oleh Amerika di Alamagordo, New Mexico pada tanggal 16 Juli 1945 pukul
5:29:45 (Mountain War Time).
5. Era Atom
Dimana pada masa ini banyak senjata pemusnah masal berbasis nuklir dibuat.
Kemudian dikaitkan dengan perang dingin dikarenakan pada masa ini pula, dua
kubu superpower dunia saling berlomba-lomba mengembangkan senjata nuklir
mereka.
a. Tsar Bomb
Adalah bom atom terbesar yang pernah meledak di dunia. Dibuat oleh Uni
Soviet dalam perang dingin untuk menandingi kekuatan rudal Amerika.
6. Era Modern / Digital
Era digital, di waktu inilah kini kita berada. Pada era ini, ancaman yang datang
sudah tidak lagi secara fisik, melainkan datang melalui dunia maya. Pada era
digital inilah, senjata yang berkembang dapat berupa varian virus computer.
a. Stuxnet
Merupakan varian virus computer yang dipercaya sengaja dibuat untuk
melumpuhkan fasilitas pengayaan uranium Iran. Stuxnet dikatakan sebagai
senjata digital karena itu adalah pertama kalinya kode digital digunakan untuk
merusak sesuatu secara fisik di dunia nyata. Tujuan dari stuxnet ini adalah
untuk menggagalkan atau memperlambat proses pengayaan uranium Iran.
b. Laser
Senjata laser kian banyak dikembangkan saat ini. Sebutlah beberapa
contohnya adalah Airborne Laser Testbed (ALTB), dan Laser Weapon System
(LaWS).
➢ Pembahasan
Dengan perkembangan teknologi persenjataan yang terjadi hingga saat ini dan yang
akan terjadi di masa depan maka di perlukan suatu sistim pertahanan negara yang
efektif dan efisien dalam menghadapi ancaman yang mungkin akan terjadi di masa ini
dan masa depan. Dalam era globalisasi sekarang ini kita sudah masuk dalam perang
generasi IV dan V, ancaman keamanan terhadap kedaulatan setiap negara tidak
hanya bersifat ancaman militer yang bersifat fisik semata, melainkan telah meluas
ke ancaman non fisik yang bersifat nirmiliter, yakni ancaman dunia maya atau
ancaman cyber, yang mengarah pada Cyber Crime, dan berpotensi menyebabkan
Cyber Warfare. Ancaman Cyber Warfare bersifat halus, tidak terlihat, dan sulit
dirasakan, namun dampaknya sangat mematikan karena langsung menyerang
“jantung” dan “hati” pertahanan setiap negara, sehingga sangat membahayakan.
Ancaman Cyber Warfare menyadarkan setiap negara di dunia, termasuk Indonesia
untuk membentuk tentara cyber, karena ancaman Cyber Warfare tidak bisa dihadapi
dengan jumlah persenjataan, alutsista dan jumlah tentara yang banyak dan
canggih, melainkan diperlukan tentara cyber yang memahami teknologi informasi,
komunikasi, komputer, internet, dan media sosial. Ancaman Cyber Warfare sudah
saatnya mendorong Indonesia untuk menyusun ulang sistem pertahanan yang
berbasis pada cyber atau cyber defence dan cyber security, yang tentunya
memerlukan persiapan yang matang dan sistematis dengan dukungan dari
berbagai pihak dengan ujung tombak kementerian pertahanan dan TNI. Sinergitas
dalam menghadapi ancaman Cyber Warfare merupakan sebuah keniscayaan dan
keharusan bagi Indonesia. Kementerian pertahanan harus mampu menjadi ujung
tombak dalam mempelopori sinergitas antar berbagai komponen bangsa untuk
melawan ancaman Cyber Warfare. Mekanisme pembangunan jalinan komunikasi,
koordinasi, jaringan, dan kerja sama teknis harus digalakkan oleh Kementerian
Pertahanan untuk membentuk komunitas pertahanan cyber (cyber defence
community) yang dapat menangkal, mendeteksi, menangkis, dan mencegah
secara dini berbagai potensi serangan ancaman Cyber Warfare.
Peperangan di masa depan tidak akan pernah sama dengan peperangan yang lalu,
walaupun prinsip-prinsip peperangan tetap berlaku. Perang masa depan akan
dipengaruhi oleh apa yang dikenal dengan Revolution in Military Affairs, suatu medan
perang yang ditandai dengan elemen-elemen precision strike, information warfare,
dominating maneuvers, dan space warfare. Ancaman bersenjata di masa mendatang
akan ditandai dengan penggunaan keempat elemen tersebut secara terintegrasi.
Karena itu, peperangan tidak dapat hanya bersandarkan pada kekuatan militer nyata
yang eksis pada saat itu. Jaminan kemenangan dalam suatu perang diperoleh dari
keunggulan militer, dan daya tahan atau kemampuan militer melakukan perang yang
berkelanjutan . Hal ini mempersyaratkan bahwa bangsa ini perlu memiliki kemampuan
untuk memenuhi sendiri akan kebutuhan dasar alat peralatan perangnya dan mampu
melipatgandakan kekuatan militernya sesuai dengan besar ancaman yang mungkin
muncul. Dengan kemajuan bangsa sebagai hasil pembangunan, kesemestaan perang
mendatang tidak menitikberatkan tumpuannya kepada kerakyatan semata tetapi akan
lebih bersandar kepada kesemestaan segenap potensi yang dimiliki bangsa yaitu
totalitas dukungan kemampuan negara di bidang teknologi, industri, sarana dan
prasarana, maupun daya tahan hasrat rakyat mendukung angkatan bersenjatanya
dalam penyelenggaraan perang.
Dinamka perlu di cermati kedepan di antaranya pertumbuhan ekonomi yang
berimplikasi pada perkembangan kekuatan militer khususnya di kawasan asia Pasifik.
Dinamika ini sangat mempengaruhi pola dan bentuk ancaman yang semakin kompleks
dan multidimensional, berupa ancaman militer, ancaman non militer dan ancaman
hibrida yang dapat dikategorikan dalam bentuk ancaman nyata dan belum nyata. Wujud
ancaman tersebut diantaranya terorisme dan radikalisme, separatisme dan
pemberontakan bersenjata, bencana alam, pelanggaran wilayah perbatasan,
perompakan dan pencurian kekayaan alam, wabah penyakit, serangan siber, dan
spionase, peredaran dan penyalagunaan narkoba serta konflik terbuka atau peran
konvensional. Kondisi dalam negeri juga tidak dapat di lepas dari pengaruh lingkungan
strategis yang di picu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
keamanan. Perkembangan ini menjadi tantangan yang berpengaruh terhadap
penyelenggaraan pertahanan negara di Inonesia. Oleh karena itu perlunya peningkatan
kemampuan industri pertahanan dalam mendukung tercapainya industri pertahanan
yang kuat, mandiri dan berdaya saing. Pemberdayaan industri pertahanan memerlukan
kerja sama antarpemangku kepentingan yaitu pemerintah sebagai regulator, pengguna
sebagai konsumen dan industri pertahanan sebagai produsen. Untuk mencapai
kemandirian sistem industri pertahanan negara di Indonesia hal yang harus di siapkan
adalah :
1. Program pengembangan teknologi industri pertahanan dan klasterisasi
Program pemberdayaan dan pendayagunaan industri pertahanan yang bertujuan
untuk menhasilkan Alpalhankam yang berkualitas dalam rangka memenuhi
kebutuhan pengguna.
2. Monitoring dan evaluasi
Mekanisme monitoring dan evaluasi di laksanakan melalui rapat-rapat koordinasi
pemangku kepentingan industri pertahanan.
3. Membangun Sumber daya manusia
Hadirnya sebuah lembaga dalam mewadahi segala kebutuhan dalam
mewujudkan sistem alusista seperti fasilitas penelitian, laboratorium dan pusat
perancangan
4. kelembagaan industri pertahanan
meliputi pemerintah, pengguna dan industri pertahanan serta hubungan
kewenangan dan tanggungjawab yang di laksanakan secara terpadu.
5. Peningkatan kemampuan industri pertahanan
Peningkatan tingkat kesiapan manufaktur dan teknologi dapat memperoleh
antara lain pembelian lisensi, joint production, modernisasi permsinan dan
peralatan produksi, joint section dan joint development.
6. Pembinaan industri pertahanan
Pembinaan indutri pertahanan nasional melibatkan pihak pengguna, produsen,
dan pemerintah sebagai regulator.
➢ Kesimpulan
Dalam konteks global saat ini perkembangan teknologi di bidang persenjataan
bisa menjadi ancaman terhadap kedaulatan negara berkembang. Namun dalam
konteks tersebut juga, suatu negara yang memiliki industri teknologi persenjataan dan
system pertahanan yang mapan dan ideal dianggap memiliki sebuah keuntungan
strategis.
Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai sebuah kesadaran
bersama antara Negara, pemerintah, masyarakat, dan seluruh tatanan. Pertahanan
Negara melingkupi bidang- bidang :
1. politik
2. sosial
3. budaya
4. persatuan
5. ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara.

Persoalan siapa yang harus bertanggungjawab untuk menjawab ancaman


keamanan tertentu menjadi rumit dan politikal: rumit, karena perkembangan konsep dan
ketidakpastian setelah berakhirnya Perang Dingin dan politikal, karena landasan
konstitusional, sejarah, maupun realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk
membangun pola pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah
perlunya ketentuan yang mengatur level of engagement dan instrumen yang boleh
digunakan dalam setiap bagian dari spektrum ancaman terhadap keamanan nasional.

Anda mungkin juga menyukai