Anda di halaman 1dari 20

EFEKTIVITAS PROGRAM DERADIKALISASI

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME


TERHADAP NARAPIDANA TERORISME DI INDONESIA

THE EFFECTIVENESS OF DERADICALIZATION


PROGRAM OF THE NATIONAL COUNTERTERRORISM AGENCY
FOR TERRORIST INMATES IN INDONESIA

Jerry Indrawan1 dan M. Prakoso Aji2


UPN “Veteran” Jakarta
(jerry.indrawan@upnvj.ac.id dan prakosoaji@upnvj.ac.id)

Abstrak – Program deradikalisasi sudah berjalan di Indonesia sejak tahun 2012. Program ini
menggunakan paradigma pencegahan dalam implementasi kebijakan-kebijakan yang dihasilkannya.
Selama tujuh tahun pelaksanaannya, deradikalisasi mengalami cukup banyak tantangan dan
hambatan. Sejauh ini, banyak kritik dialamatkan terhadap program deradikalisasi. Kritik-kritik,
seperti terkait kurangnya anggaran, fasilitas di lapas, materi deradikalisasi yang diberikan kepada
napi terorisme, bagaimana program kelanjutan pasca deradikalisasi, sampai pada persepsi
masyarakat terhadap program ini yang cenderung tetap menghadirkan penolakan bagi eks
narapidana terorisme setelah kembali ke masyarakat. Masalah-masalah ini muncul dan menjadi
hambatan bagi efektivitas program deradikalisasi. Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah
teori deradikalisasi dan teori efektivitas. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis
yang bersifat deduktif dan konseptual, serta cara pengumpulan data adalah melalui studi pustaka.
Atas dasar itulah, artikel ini ingin melihat efektivitas program deradikalisasi yang dilakukan oleh
BNPT terhadap narapidana terorisme di Indonesia.
Kata Kunci: terorisme, deradikalisasi, narapidana terorisme, dan resosialisasi dan reintegrasi

Abstract – Deradicalization programs have been running in Indonesia since 2012. This program uses
a preventive paradigm in the implementation of the policies it produces. During the seven years
of implementation, deradicalization experienced challenges and obstacles. So far, there are many
critics addressed to deradicalization program. Critics regarding to the lack of budget, facilities in
prisons, deradicalization materials given to prisoners of terrorism, the continuing program after
deradicalization, until the public perception of the program which tends to continue rejecting the
former terrorist inmates after returning to the community. These problems arise and become obstacles
to the effectiveness of the deradicalization program. The theory used in this paper is the theory of
deradicalization and the theory of effectiveness. The method used is qualitative with deductive and
conceptual analysis, and the method of data collection is through literature studies. On this basis,
this article wants to see the effectiveness of the deradicalization program carried out by BNPT for
terrorism inmates in Indonesia.
Keywords: Terrorism, Deradicalization, Terrorist Inmates, and Resocialization and Reintegration
1
Alumni Program Studi Peace and Conflict Resolution Cohort I, Universitas Pertahanan Indonesia. Saat ini
aktif mengajar Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di UPN “Veteran” Jakarta, Universitas Paramadina,
dan Universitas Satya Negara Indonesia. Penulis buku Studi Strategis dan Keamanan.
2
Penulis adalah Dosen Program Studi Ilmu Politik UPN “Veteran” Jakarta. Alumni Program Studi Ilmu Politik,
Universitas Indonesia. Penulis buku Cyberpolitics: Perspektif Baru Memahami Politik Era Siber.

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 1
Pendahuluan 12 300 narapidana teroris yang ada di lapas-

S
lapas di seluruh Indonesia.5
ejak peristiwa 9/11 berbagai
negara mulai untuk mencari Saat ini terdapat 800 narapidana
cara untuk mengelola dan teroris yang sudah diberi program
mengontrol radikalisasi dalam berbagai deradikalisasi oleh Badan Nasional
bentuk. Berbagai cara dilakukan, mulai penanggulangan Terorisme (BNPT).
dari pencegahan radikalisasi di penjara Kepala BNPT Suhardi Alius menyampaikan
sampai melancarkan strategi kebijakan bahwa program deradikalisasi ini
publik melawan radikalisasi (counter- sendiri telah dilakukan sejak tahun 2012.
radicalization) yang bertujuan untuk “Perinciannya ini, 630 orang dari mantan
mencegah orang-orang masuk organisasi napi terorisme yang sudah keluar dari
teroris.3 Terorisme menjadi ancaman yang lapas. Dari 630 itu, 325 orang sudah
menakutkan bagi banyak negara karena ikut program deradikalisasi. Di luar itu
radikalisme adalah aspek yang paling belum,” katanya. “Program ini kan mulai
penting, yang berada di dalamnya, serta 2012. Jadi dia keluar sebelum kita mulai
memiliki sifat yang intangible atau tidak program ini. Dan di antara 300 lebih yang
terlihat. Termasuk di negara kita, di mana belum kena deradikalisasi itu mengulangi
hingga hari ini upaya penanggulanggannya perbuatannya kembali tiga orang, yakni
masih terus dicari formula yang terbaik. Cicendo, Thamrin, dan Samarinda. Mereka
ini mantan napi terorisme, mengulangi
Sepanjang tahun 2017, sudah ada
perbuatannya, dan belum kena program
172 tersangka kasus terorisme. Hal ini
deradikalisasi. Yang sudah kena program
dilaporkan oleh Kepala Kepolisian RI
deradikalisasi, tidak satu pun yang
(Kapolri) Jenderal Pol Tito Karnavian.
mengulangi perbuatannya”.6
Ia menyebutkan, jumlah tersebut lebih
tinggi bila dibandingkan dua tahun Di Indonesia, sejak terorisme
sebelumnya yakni 163 di tahun 2016 dan menjadi salah satu masalah besar
73 di tahun 2015. Dari 172 penindakan yang dihadapi bangsa ini, pemerintah
pelaku terorisme tersebut, sebanyak 10 berupaya mencari cara-cara terbaik
di antaranya sudah mendapat vonis, 76 untuk menanggulanginya. Pada
orang masih dalam proses persidangan, periode pemerintahan Presiden Susilo
68 orang masih dalam proses penyidikan, Bambang Yudhoyono (SBY) yang kedua,
dan 16 orang tewas ditembak.4 Saat ini, 5
Republika.co.id, “Kepala BNPT: 289 Napi
menurut perkiraan penulis ada hampir Terorisme Tersebar di 113 Lapas”, 30 May 2018,

1
dalam https://www.republika.co.id/berita/
nasional/hukum/18/05/30/p9jf2p428-kepala-bnpt-

2

3
John Horgan, Walking Away from Terrorism:
289-napi-terorisme-tersebar-di-113-lapas, diakses
Accounts of Disengagement from Radical and
pada 25 Juli 2019.
Extremist Movements, (New York: Routledge, 6
Detik.com, “Klaim Program Deradikalisasi
2009), hlm. 155.
Berhasil 100 Persen”, 22 Mei 2018, dalam https://
4
Saefudin Zuhri (b), “Muhammadiyah dan
news.detik.com/berita/d-4033545/bnpt-klaim-
Deradikalisasi Terorisme di Indonesia: Moderasi
program-deradikalisasi-berhasil-100-persen,
Sebagai Upaya Jalan Tengah”, Maarif, Vol. 12, No.
diakses pada 30 Mei 2019.
2, 2017, hlm, 74.

2 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


BNPT berdiri sebagai upaya utama yaitu pencegahan, perlindungan,
pemberantasan terorisme di Indonesia. penindakan, penyiapan kesiapsiagaan
Awalnya, BNPT adalah sebuah lembaga nasional, dan deradikalisasi. 8
yang dikembangkan dari Desk Koordinasi Inisiatif kebijakan deradikalisasi
Pemberantasan Terorisme (DKPT), yang di Indonesia sendiri diumumkan
dibentuk oleh Presiden SBY pada tahun pada Februari 2007 ketika parlemen
2002. DKPT sebagai sebuah lembaga mendukung kebijakan deradikalisasi
yang berada di bawah seorang Menteri oleh pemerintah yang bertujuan untuk
Koordinator, memiliki tugas membantu menghentikan terbentuknya kelompok-
Kemenkopolhukam untuk merumuskan kelompok keagamaan garis keras dan
kebijakan bagi pemberantasan tindak melawan terorisme. Anggota parlemen
pidana terorisme, yang meliputi mengimbau pemerintah untuk fokus pada
aspek penangkalan, pencegahan, pengentasan kemiskinan dan pengadaan
penanggulangan, penghentian lapangan kerja. Pada saat yang sama,
penyelesaian, dan segala tindakan hukum mereka menekankan pentingnya tidak
yang diperlukan.7 memberikan kesempatan dan ruang
BNPT sendiri dibentuk melalui bagi kelompok-kelompok radikal dan
Peraturan Presiden No. 46 tahun 2010 jaringan teroris untuk mengembangkan
tentang Pembentukan Badan Nasional dan menyebarkan propaganda untuk
Penanggulangan Terorisme (BNPT). merekrut anggota baru atas nama agama.
Perpres ini diubah dengan Perpres Peran kelompok-kelompok keagamaan
No. 12 Tahun 2012. Pembentukan mainstream adalah instrumental dalam
BNPT merupakan kebijakan nasional mempromosikan inisiatif tersebut,
penanggulangan terorisme di Indonesia. bersatu dalam mencegah unsur-unsur
BNPT juga dibentuk sebagai elaborasi radikal yang menjustifikasi terorisme
UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI dan atas nama agama. Namun, secara formal
UU No. 2 tahun 2002 tentang Polri, untuk baru pada tahun 2012 BNPT menerapkan
mengatur ketentuan lebih rinci tentang program ini kepada para narapidana
“Rule of Engagement” (aturan pelibatan) terorisme (napiter) yang berhasil
TNI, terkait tugas Operasi Militer selain ditangkap aparat.
Perang (OMSP), termasuk aturan Terkait dengan fungsi deradikalisasi,
pelibatan TNI dalam mengatasi terorisme, lembaga ini melakukan kegiatan melawan
serta tugas perbantuan TNI terhadap propaganda ideologi radikal, pencegahan
Polri. BNPT secara struktural bertanggung ideologi radikal, pelaksanaan program-
jawab kepada presiden. BNPT memiliki program reedukasi dan resosialisasi.
lima fungsi untuk memberantas terorisme, Deradikalisasi adalah sebuah program
7
Agus Surya Bakti, Darurat Terorisme: Kebijakan dengan tujuan yang beragam, dengan
Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi,
(Jakarta: Daulat Press, 2014), hlm. 74. 8
Ibid, hlm. 74-75.

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 3
berpusat pada penanggulangan masalah Kerangka Teoritik
terorisme secara keseluruhan. Beberapa
Penanggulangan masalah terorisme di
hal, seperti melakukan counter-terrorism,
Indonesia terbukti kurang ampuh jika
mencegah proses radikalisme, mencegah
hanya menggunakan cara-cara militeristik.
provokasi, penyebaran kebencian, dan
Peluru memang mampu menembus
permusuhan antarumat beragama,
badan, tetapi tidak mampu menembus
mencegah masyarakat dari indoktrinasi,
hati dan pikiran kelompok-kelompok
meningkatkan pengetahuan masyarakat
radikal tersebut. Kemudian, BNPT
untuk menolak paham teror, serta
mempopulerkan sebuah metode baru
memperkaya khazanah atas perbandingan
yang bernama deradikalisasi. Munculnya
paham-paham yang berbeda, adalah
deradikalisasi karena tumbuh suburnya
bagian dari program deradikalisasi.
paham radikal yang mengatasnamakan
Dari lima fungsi pemberantasan agama, yang kemudian naik kelas menjadi
terorisme yang dimiliki oleh BNPT teroris serta menghancurkan kehidupan,
tersebut, deradikalisasi adalah salah satu memporakporandakan tatanan dan
yang menarik untuk kita cermati. Program tuntunan beragama, serta bermasyarakat
deradikalisasi menarik perhatian penulis dan bernegara.9
karena program ini lebih mengedepankan
Berikut adalah pendapat beberapa
paradigma pencegahan, daripada
ahli terkait bagaimana melakukan
penindakan. Selain itu, aspek dan nuansa
deradikalisasi dengan optimal. Menurut
psikologis sangat kental dalam program
Agus Surya Bakti, metode ini merupakan
deradikalisasi ini. Hal ini karena program
sebuah upaya untuk mengajak masyarakat
ini berusaha mengubah perspektif atau
yang radikal, terutama narapidana
cara pandang para mantan napiter agar
teroris, mantan napi teroris, keluarga,
kembali ke jalan yang benar, yaitu tidak
dan jaringannya agar kembali ke jalan
lagi berpikiran atau berpandangan radikal.
yang benar berdasarkan aturan agama,
Maksud dan tujuan penulisan moral, dan etika yang senapas dengan
artikel ini adalah bahwasanya penulis esensi ajaran semua agama yang sangat
ingin melihat lebih jauh tentang program menghargai keragaman dan perbedaan.
deradikalisasi, terutama efektivitasnya Program deradikalisasi ingin mengajarkan
sejak pertama kali program ini kepada para mantan teroris untuk
dilaksanakan tahun 2012. Penulis juga kembali menjadi warga negara Indonesia
bertujuan untuk mengumpulkan data- yang benar sesuai Pancasila dan UUD 1945
data terkait tujuh tahun pelaksanaan dalam wilayah NKRI, di bawah prinsip
program deradikalisasi, untuk dianalisa bersatu dalam perbedaan dan berbeda
menggunakan metodologi kualitatif, agar dalam persatuan yang dirangkum dalam
diketahui apakah program deradikalisasi Bhinneka Tunggal Ika.10
selama ini berjalan efektif atau tidak. 9
Ibid, hlm. 173.
10
Ibid, hlm. 173-174.

4 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


Deradikalisasi adalah bagian dari bagi orang-orang yang pernah terlibat
strategi kontra terorisme. Deradikalisasi tindak pidana terorisme, maupun bagi
dipahami sebagai bagian dari sebuah cara mereka yang hanya sebagai simpatisan.
merubah ideologi kelompok teroris secara Implementasi dari program deradikalisasi
drastis. Perubahan drastis ini berwujud adalah secara penuh melepaskan
bukan hanya individu yang terbebas atau meninggalkan ideologi-ideologi
dari tindakan kekerasan, namun juga kekerasan dalam diri mereka, termasuk
melepaskan diri dari kelompok radikal menghentikan ideologi-ideologi tersebut
yang menaunginya selama ini. Program menyebar. Kondisi ini mengakibatkan
deradikalisasi lebih banyak berbentuk soft dalam prakteknya, deradikalisasi harus
approach, baik kepada masyarakat secara dilakukan bersamaan dengan proses
luas, kelompok tertentu, maupun kepada deideologi. Proses deideologi ini
individu-individu yang masuk dalam dapat menjadi hal utama dalam upaya
jaringan kelompok radikal.11 penyadaran, serta reorientasi ideologi
Petrus Golose dalam bukunya, teroris yang bersifat kekerasan, untuk
termasuk dalam beberapa kesempatan dapat kembali ke ajaran yang benar.12
seminar, adalah pakar yang banyak Empat komponen yang terdapat
berbicara terkait masalah deradikalisasi. dalam program deradikalisasi, adalah
Menurutnya, deradikalisasi adalah reedukasi, rehabilitasi, resosialisasi, dan
segala upaya untuk menetralisir paham- reintegrasi. Definisi reedukasi adalah cara-
paham radikal melalui pendekatan cara penangkalan yang dilakukan dengan
interdisipliner. Pendekatan-pendekatan memberikan pengajaran dan pencerahan
interdisipliner yang dimaksud, adalah kepada masyarakat tentang bahayanya
hukum, psikologi, agama, dan juga sosial paham radikal, sehingga paham tersebut
budaya. Deradikalisasi ini ditujukan bagi tidak dapat berkembang. Reedukasi bagi
orang-orang yang dipengaruhi oleh para napi terorisme dilakukan dengan
paham radikal, atau mereka biasanya memberikan pencerahan terkait doktrin-
cenderung sering melakukan kekerasan doktrin menyimpang, yang isinya seputar
(pro-kekerasan). Orang-orang ini, pengajaran kekerasan. Cara ini akan
biasanya meliputi para narapidana kasus membuat mereka sadar bahwa melakukan
terorisme, mantan narapidana, individu kekerasan, seperti melakukan bom bunuh
militan radikal yang pernah terlibat, diri misalnya, bukanlah sebuah aksi yang
keluarganya, simpatisannya, dan juga masuk kategori “jihad”.13
masyarakat umum. Program deradikalisasi Kemudian, cara selanjutnya adalah
dijalankan melalui program reorientasi proses rehabilitasi. Proses ini memiliki
motivasi, reedukasi, resosialisasi, dan dua makna, yaitu pembinaan kemandirian
juga mengupayakan kesejahteraan sosial dan pembinaan kepribadian. Definisi dari
dan kesetaraan dengan masyarakat lain 12
Ibid, hlm. 174-175.
11
Ibid, hlm. 174. 13
Ibid, hlm. 181-182.

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 5
pembinaan kemandirian adalah dengan negara-negara lain yang mengalami
melatih dan membina para mantan napi kasus serupa, yaitu ancaman terorisme.
dalam mempersiapkan ketrampilan Dua contohnya adalah Belanda dan
dan keahlian, agar ketika keluar dari Inggris. Di Belanda, dalam menghadapi
lembaga pemasyarakatan nanti mereka radikalisme yang muncul dari kalangan
sudah memiliki keahlian. Sedangkan, kaum imigran, terutama dari Afrika
definisi pembinaan kepribadian adalah dan Timur Tengah, pemerintah negara
pendekatan yang dilakukan dengan cara tersebut menggandeng ahli dan pakar,
berdialog kepada para napi teroris agar serta perguruan tinggi untuk menghadapi
cara pandang mereka bisa diluruskan ancaman radikalisme agama. Pemerintah
atau diperbaiki, serta kemudian memiliki negeri kincir angin tersebut juga terus
pemahaman yang komprehensif dan melakukan pemantauan dan pengamatan
dapat menerima pihak atau cara pandang atas institusi-institusi agama yang
yang berbeda dari mereka. Kemudian, dianggap berbahaya, karena bisa saja
untuk memudahkan para napi teroris menumbuhkan ide-ide radikal dan
kembali kemasyarakat, perlu dilakukan menyebarkannya. Sedangkan, di Inggris
upaya untuk mengajak mereka untuk program deradikalisasi dilakukan dalam
bersosialisasi dan menyatu kembali bentuk pembicaraan pribadi dengan
dengan lingkungan masyarakat normal, tahanan di penjara. Pembicaraan itu
atau masyarakat di mana mereka pernah dilakukan atas dasar sukarela dan bisa
tinggal dahulu.14 dihentikan setiap saat. Walaupun belum
BNPT sebagai lembaga negara yang terlihat jelas dampaknya, yang pasti
bertanggung jawab menyelenggarakan masyarakat dan pemerintah Inggris terus
program deradikalisasi berpandangan bekerja sama agar paham radikalisme
bahwa program ini tidaklah bertujuan tidak menyebar lebih jauh.16
menjauhkan Islam dari pemeluknya, Penanganan tindak pidana
atau bahkan mengkriminalisasi Islam. terorisme dapat juga dikatakankan
Akan tetapi, program deradikalisasi sebagai suatu perlawanan yang ditunjukan
justru mendekatkan umat Islam pada terhadap ideologi yang dianut para teroris.
pemahaman ke-Islaman yang moderat, Upaya perlawanan ini termasuk juga
humanis, dan senantiasa menjaga menghentikan proses penyebarannya.
kedamaian dalam lingkungan kehidupan Program ini menjadi penting karena
yang majemuk (ummatan wasathan).15 berperan untuk melepaskan ideologi
Penulis melihat cukup banyak kekerasan yang dianut oleh para teroris
negara-negara lain yang menjalankan radikal tersebut, untuk kemudian kita
program sejenis deradikalisasi. Penulis gantikan kembali dengan ideologi
yakin BNPT juga banyak belajar dari pancasila, yang sebelumnya sudah mereka
tinggalkan. Deradikalisasi juga tidak hanya
14
Ibid, hlm. 182.
15
Bakti, op.cit, hlm. 177. 16
Ibid, hlm. 180.

6 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


dilakukan kepada napi teroris saja, tetapi untuk tulisan ini dikumpulkan melalui
dapat juga dilakukan kepada keluarga- kajian pustaka tentang bagaimana ada
keluarga napi tersebut. Hal ini berguna permasalahan terkait efektivitas program
agar sekembalinya para napi tersebut dari deradikalisasi yang dilakukan oleh
masa hukuman, mereka kembali diterima BNPT terhadap para napi terorisme di
oleh pihak keluarga. Selain itu, cara ini Indonesia. Melalui cara berpikir deduktif
dapat juga mencegah pihak keluarga tidak dan konseptual, penulis melakukan
terkontaminasi paham radikal karena analisis terhadap program deradikalisasi
terpengaruh ideologi kekerasan.17 sejak pertama kali diterapkan oleh BNPT
Mengingat tulisan ini ingin sebagai salah satu cara penanggulangan
menganalisis efektivitas program terorisme, apakah efektif atau tidak
deradikalisasi, maka kita perlu memahami pelaksanaan program deradikalisasi
terlebih dahulu apa yang dimaksud selama dijalankan.
dengan efektivitas. Kata efektif berasal
dari bahasa Inggris yaitu “effective”, Hasil dan Diskusi
yang berarti berhasil atau sesuatu yang Berjalan kurang lebih tujuh tahun, program
dilakukan berhasil dengan baik. Kamus deradikalisasi yang dilakukan untuk
ilmiah populer mendefinisikan efetivitas mengubah cara pandang para napiter
sebagai ketepatan penggunaan, hasil mengalami banyak hambatan. Hambatan-
guna atau menunjang tujuan. Pendapat hambatan muncul tidak hanya dari napiter
H. Emerson yang dikutip Soewarno sebagai subjek program itu sendiri, namun
Handayaningrat, menyatakan bahwa dari faktor-faktor eksternal, seperti
Efektivitas adalah pengukuran dalam arti kurangnya anggaran, fasilitas di Lapas,
tercapainya tujuan yang telah ditentukan sampai persepsi masyarakat terhadap
sebelumnya.18 Ukuran efektivitas ini akan program deradikalisasi ini yang cenderung
menjadi landasan penulis dalam bab tetap menghadirkan penolakan bagi eks
hasil dan diskusi berdasarkan data-data napiter setelah kembali ke masyarakat.
yang penulis berhasil kumpulkan melalui Di luar masih perlunya perbaikan dalam
metodologi pustaka. hal materi deradikalisasi yang diberikan
kepada napiter, faktor-faktor eksternal ini
Metode cukup menghambat efektivitas program
Tulisan ini berbentuk esai kualitatif yang deradikalisasi. Pada bagian ini penulis
menggunakan metode penalaran logis akan mencoba mempelajari lebih lanjut
(logical reasoning) yang biasa digunakan terkait masalah-masalah, kritik-kritik,
dalam tulisan-tulisan ilmiah. Data sampai hambatan-hambatan apa saja yang
dihadapi dalam mengimplementasikan
17
Saefudin Zuhri (a), Deradikalisasi Terorisme,
(Jakarta: Daulat Press, 2017), hlm. 103-104. program deradikalisasi.
18
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi
Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Haji
Masagung, 1994), hlm. 16.

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 7
Pada tataran implementasi, ledakan tersebut dilakukan oleh pelaku
deradikalisasi seringkali tumpang tindih lone wolf, yang berarti pelaku tunggal
bahkan tidak bisa diterjemahkan secara teradikalisasi sendiri. Tito menambahkan,
konkrit. Ini terjadi karena pada tataran “Artinya dia teradikalisasi sendiri,
konseptual, deradikalisasi menjadi kemudian membuat bom sendiri dari
banyak dan mudah untuk diperdebatkan. internet, kemudian menarget sendiri,
Bagi BNPT, deradikalisasi mengacu menyurvei sendiri, tidak melibatkan
pada pengertian AS. Hikam yang jaringan. Namun, karena sendiri pula
memiliki dua makna, yaitu pemutusan maka kualitas bom di Kartasura itu tidak
atau pelepasan diri (disengagement) sempurna”.20
dan deideologisasi (deideologization). Kemudian, beberapa materi
Pelepasan diri adalah upaya pengarahan dalam program deradikalisasi selama
pada perubahan perilaku, seperti contoh ini dilakukan hanya melalui seminar-
keluarnya seseorang dari jaringan teroris seminar soal Pancasila, kunjungan
dengan mengubah perilaku hidupnya, keluarga untuk membujuk para napiter,
serta akhirnya meninggalkan aturan dan juga pemodalan agar napiter bisa
kelompoknya. Kemudian, deideologisasi membuat usaha setelah bebas.21 Menurut
diarahkan untuk menghapus pemahaman Sofyan Tsauri, mantan napiter yang telah
ideologis atas doktrin politik Islam dan menjalani program deradikalisasi sejak
menjadikan Islam sebagai nilai-nilai luhur tertangkap tahun 2010, sekalipun ia
yang menyemai perdamaian. Orientasi bersyukur telah mengikuti program ini
deradikalisasi adalah mengubah spektrum dengan baik sehingga ia tidak lagi menjadi
seseorang menjadi tidak lagi radikal, radikal, namun tetap perlu dikritisi dan
tetapi moderat.19 diperbaiki. Sebab, program itu dirasa
Secara umum, program ini banyak masih belum kuat bila hanya mengubah
dikritik karena tidak efektif dalam cara pandang saja. Masih banyak faktor
merubah mindset napiter untuk tidak di luar itu masih memberatkan para
lagi melakukan tindak pidana terorisme. eks napiter. Salah satunya kenyamanan
Banyak kasus para napiter yang telah untuk kembali ke masyarakat. Termasuk
bebas, kembali mengulangi perbuatannya untuk memperoleh pekerjaan, di mana
dengan bergabung dengan kelompok sampai sekarang ia sulit mendapat kerja.
radikal, atau bahkan menjadi lone wolf 20
Beritasatu.com, “Kapolri Sebut Terduga
(pelaku teror individu). Contohnya, Teroris Kartasura Lone Wolf, Ini Maksudnya”, 5
Rofik Asharudin yang pada bulan puasa Juni 2019, dalam https://www.beritasatu.com/
nasional/558023/kapolri-sebut-terduga-teroris-
(3/6/2019) lalu meledakkan bom di kartasura-lone-wolf-ini-maksudnya, diakses pada
dekat Pos Pengamanan (Pospam) Tugu 21 Juni 2019.
21
Tirto.id, “KontraS Anggap Program Deradikalisasi
Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Pemerintah Kurang Efektif”, 19 Mei 2018,
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut dalam https://tirto.id/kontras-anggap-program-
deradikalisasi-pemerintah-kurang-efektif-cKKF,
19
Zuhri (b), op.cit, hlm. 75. diakses pada 4 Juni 2019.

8 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


Beruntung, dia beberapa kali dapat kerja Didalam UU Terorisme yang baru (UU
sebagai pembicara. Diundang BNPT No. 5 tahun 2018 tentang Pemberantasan
untuk sosialisasi mengenai deradikalisasi. Tindak Pidana Terorisme), persoalan
Menjelaskan kepada para eks napiter terkait pengaturan antara Direktorat
agar meninggalkan jaringan dan sadar Jenderal Permasyarakatan Kementerian
bahwa selama ini dilakukannya adalah Hukum dan HAM, dengan BNPT selaku
kesalahan besar. Sofyan menambahkan, lembaga negara yang berwenang
“deradikalisasi ini belum menyentuh hal- dalam hal pemberantasan tindak pidana
hal yang sifatnya ideologi menurut saya. terorisme, belum diatur secara jelas.
Makanya kemudian ini menyebabkan Selama ini, setiap napiter yang ditangkap
upaya deradikalisasi ini agak kurang oleh BNPT, pasti diserahkan kepada
maksimal, karena kalaupun ada kontra Rutan-rutan maupun lapas-lapas di
narasi atau kontra ideologi itu hanya seluruh Indonesia untuk nantinya menjadi
bersifat orang-orang yang tidak kompeten urusan Ditjen Pemasyarakatan (PAS).
di dalam membahas masalah-masalah Sekalipun sudah ada
itu. Karena mereka enggak paham apa Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama
itu takfiri dan menurut saya ini adalah (PKS) antara Dirjen PAS dengan Deputi
kesalahan untuk orang-orang ini”.22 II bidang Penindakan dan Pembinaan
Kendala berikutnya adalah tidak Kemampuan BNPT, sebagai tidak lanjut
maksimalnya pembinaan dari pamong dari penadatanganan Memorandum
sebagai wali dari para narapidana (kasus of Understanding (MoU) antara BNPT
terorisme), karena memang masih dengan Kementerian Hukum dan HAM
banyak pamong yang belum dibekalkan pada tanggal 30 Mei 2018, namun
oleh pembangunan kapasitas, baik implementasinya tidak mudah. Jumlah
kapasitas sebagai pendamping, juga penghuni Rutan dan Lapas yang ada di
kapasitas sebagai orang yang menangani Indonesia sendiri saat ini mencapai lebih
narapidana dengan risiko tinggi. Mereka dari 253 ribu orang dari berbagai kasus
juga belum mendapatkan pengakuan kriminal. Tahanan dan napi yang terbesar
struktural serta insentif yang jelas adalah dari kasus narkoba, dimana terdiri
terkait risiko yang mereka tangani. Tidak dari pengedar, bandar, dan pengguna.
adanya undang-undang yang mengatur Kemudian, jumlah narapidana kasus
mengenai kewenangan lembaga negara terorisme yang menghuni rutan maupun
dalam menangani narapidana kasus lapas yang ada di Indonesia ada sebanyak
terorisme di lembaga pemasyarakatan 590 tahanan dan narapidana. “Meski
juga merupakan kendala.23 cuma 590 orang, tapi mereka ini daya
rusaknya juga sangat luar biasa. Jadi
22
Merdeka.com, “Hidup Mantan Napi Teroris. 11
Juni 2018”, dalam https://www.merdeka.com/ penanganannya juga sangat luar biasa,
khas/hidup-mantan-napi-teroris.html, pada 4 Juni tidak bisa sepele menanganinya,” begitu
2019.
23
Ibid. menurut Dirjen PAS Dra. Sri Puguh Budi

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 9
Utami, Bc.IP, M.Si”.24 kenapa ada kerusuhan di lapas tersebut
Kembali menurut Dirjen PAS, jumlah adalah persoalan kelebihan kapasitas
napi penghuni lapas di Indonesia saat ini sehingga terjadi penyanderaan oleh para
mencapai 254.000 orang. Dari 254.000 napiter di Mako Brimob pada awal Mei
orang napi ini tercatat sebanyak 115.000 tahun lalu. Suhardi Alius menekankan
orang napi narkoba. Selain napi narkoba, pada perlunya dibuatkan satu lapas
yang membuat lapas penuh sesak adalah khusus, di mana saat ini sedang dibangun
napi pencurian, terorisme, dan korupsi. di Nusakambangan, termasuk usulan
Jumlah penghuni lapas sebanyak ini, tidak Kapolri untuk membangun lapas baru di
sebanding dengan ketersediaan lapas Cikeas sebagai pengganti lapas yang ada
yang ada saat ini sebanyak 524 lapas. di Mako Brimob.26
Kondisi ini menyebabkan setiap lapas di Penulis merasa bahwa sebaiknya
daerah overload atau kelebihan kapasitas program deradikalisasi dilakukan di
penghuni napi. Jumlah napi penghuni lapas-lapas di mana terdapat napiter
lapas di Indonesia cenderung naik karena di sana, contohnya seperti yang ada di
banyak pengguna narkoba, pencurian, kawasan Indonesian Peace and Security
tindak pidana ringan, dan kekerasan Center (IPSC), Sentul, Bogor, yang
dalam rumah tangga semua masuk sel adalah lapas khusus napiter. Hal ini akan
tahanan.25 membantu kesiapan petugas lapas,
Kondisi ini juga menjadi hambatan karena fasilitas lapas yang memadai
bagi program deradikalisasi, di mana untuk dilakukannya deradikalisasi. BNPT
lapas adalah wadah utama proses perlu berkoordinasi dengan lapas terkait
tersebut dijalankan. Sebagai informasi, bagaimana pelaksanaan dari program ini
dalam 113 lapas di seluruh Indonesia, sendiri, namun lapas akan lebih banyak
terdapat 289 napiter. Menurut Kepala mengambil peranan karena mereka
BNPT, harus dibuatkan satu lapas khusus yang sehari-hari berhubungan langsung
yang berguna untuk menggantikan dengan para napiter.
fungsi lapas cabang Salemba di kompleks Sekalipun di BNPT terdapat Deputi
Mako Brimob, Depok, terutama pasca bidang Pencegahan, Perlindungan,
kerusuhan tahun lalu. Salah satu alasan dan Deradikalisasi, personel BNPT
masih sangat kurang jika harus menjadi
24
Damailahindonesiaku.com, “Meski Jumlah Napi
Terorisme Sedikit, Namun dalam Menanganinya implementator program deradikalisasi
Tidak Boleh Dianggap Sepele”, 5 Desember 2018, di seluruh Indonesia. Peran lapas dalam
dalam https://damailahindonesiaku.com/meski-
jumlah-napi-terorisme-sedikit-namun-dalam- keberhasilan deradikalisasi sangat penting
menanganinya-tidak-boleh-dianggap-sepele.html,
diakses pada 6 Juni 2019. 26
Kompas.com, “BNPT: Ada 289 Narapidana
25
Gatra.com, “Penghuni Lapas Di Indonesia Terorisme yang Tersebar di 113 Lapas”, 30
Kebanyakan Napi Narkoba”, 31 Januari 2019, dalam Mei 2018, dalam https://nasional.kompas.
https://www.gatra.com/detail/news/386285- com/read/2018/05/30/12294981/bnpt-ada-289-
Penghuni-Lapas-Di-Indonesia-Kebanyakan-Napi- narapidana-terorisme-yang-tersebar-di-113-lapas,
Narkoba, diakses pada 6 Juni 2019. diakses pada 6 Juni 2019.

10 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


karena petugas lapas-lah yang ada di Lain lagi menurut hasil penelitian
lapangan dan bersentuhan langsung yang dilakukan oleh Divisi Riset Ilmu
dengan para napiter. Namun, BNPT Psikologi Terapan Universitas Indonesia
tetap menjadi koordinator, serta wajib (DASPR-UI). Selama ini, program
menyediakan perangkat yang diperlukan deradikalisasi untuk napiter yang digagas
dalam program deradikalisasi tersebut. BNPT cenderung bersifat eksklusif,
Selanjutnya, menurut Guru Besar yang tidak melibatkan petugas lapas.
Psikologi Universitas Indonesia Hamdi Salah satu yang dilakukan ialah kegiatan
Muluk, deradikalisasi napiter tidak diskusi agama dengan menghadirkan
semudah membalik telapak tangan. sejumlah tokoh agama dan pengajaran
Pasalnya, orang yang sudah terlanjur ideologi negara. Pendekatan seperti
terpapar ideologi radikal butuh waktu itu justru membuat para napi terorisme
panjang untuk disadarkan. Upaya untuk merasa spesial dan kian menjauhkan diri
pendekatan dan penyadaran adalah dari pergaulan sosial dalam lapas. Hal ini
sebuah proses yang sangat rumit. Hal ini membuat mereka malas dalam mengikuti
karena para napiter sangat sulit untuk program deradikalisasi karena merasa
didekati dan diajak bersosialisasi. Mereka tidak penting.28
hanya mau berteman dengan kelompok DASPR-UI mendampingi kegiatan
mereka sendiri saja. Cara menyadarkan deradikalisasi para napi terorisme sejak
napiter pastinya berbeda dengan napi Juli 2017 di sejumlah penjara, seperti Lapas
tindak pidana. Kondisi ini disebabkan Cipinang, Lapas Cibinong, Lapas Semarang,
karena napiter sudah terpikat dengan ide dan Lapas Pasir Putih di Nusakambangan.
atau gagasan tentang pendirian negara Kegiatan itu, antara lain, berisi pelatihan
Islam, meski cara mendapatkannya harus manajemen kehidupan (Life Management
ditempuh dengan kekerasan. Karena itu, Training) atau manajemen konflik (Conflict
dibutuhkan pemahaman, serta strategi Management Training) yang diikuti
yang tepat untuk mengajak mereka untuk seluruh napi dan petugas lapas. Pelibatan
mau berkomunikasi dengan orang luar. petugas bakal meminimalkan kemunculan
Petugas lapas harus memiliki kemampuan perasaan eksklusif di kalangan para
untuk melakukan pendekatan secara napi terorisme. Perasaan eksklusif napi
khusus kepada mereka. Selain itu, harus terorisme membuat ada rasa enggan
ada pendampingan ketika napiter keluar bergabung dengan kegiatan umum di
dari penjara. Selanjutnya, harus ada lapas. Menurut konsultan senior DASPR-
proses berikutnya untuk membawa UI, Nasir Abas, salah satu pelatihan yang
mereka kembali ke masyarakat setelah 2019.
selesai menjalani hukuman.27
28
Benarnews.org, “Penelitian: Kegiatan
Inklusif Lapas Mampu Deradikalisasi Napi
27
Tirto.id, “Pakar Psikologi: Deradikalisasi Napi Terorisme”, 9 Februari 2018, dalam https://
Terorisme Butuh Waktu”, 11 Maret 2016, dalam www.benarnews.org/indonesian/berita/lapas-
https://tirto.id/pakar-psikologi-deradikalisasi-napi- deradikalisasi-02092018114320.html, diakses pada
terorisme-butuh-waktu-h2y, diakses pada 6 Juni 6 Juni 2019.

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 11
dilakukan adalah menggelar permainan program deradikalisasi harus melakukan
peran. Napi dapat berperan sebagai sipir, supervisi terhadap kegiatan deradikalisasi
dan sebaliknya. Kegiatan ini dimaksudkan di seluruh Indonesia, dengan tidak hanya
agar seseorang bisa menjadi orang menyerahkannya pada pihak lapas,
lain dan belajar berempati. Intinya, apalagi pihak-pihak eksternal.
yang membuat mereka belajar berbaur Contoh lain di mana pihak eksternal
dengan orang lain.29 Meski begitu, Faisal membantu proses deradikalisasi, bahkan
mengakui program-program yang bersifat sampai proses reintegrasi, adalah di
inklusif, seperti pelatihan manajemen Kabupaten Purwakarta. Bupati Purwakarta
dan pelatihan manajemen kehidupan, Dedi Mulyadi membantu mantan napiter
merupakan praktek terbaik karena yang sudah bebas bernama Agus Marshall
sifatnya yang partisipatif dan mengajarkan untuk mendapatkan pekerjaan sebagai
keterampilan yang sangat dibutuhkan petugas kebersihan. Bahkan, sejak
narapidana kasus terorisme baik ketika dibebaskan tahun 2015, Agus pernah
berada dalam lembaga pemasyarakatan diberikan modal usaha warung makanan
maupun menjalani reintegrasi sosial.30 oleh Dedi. Namun, karena tidak pernah
Sejauh ini memang banyak lembaga berpengalaman sebagai wiraswasta,
lain di luar BNPT yang terlibat dalam serta tidak diberikan pelatihan bisnis
proses deradikalisasi. Sayangnya, tidak apa pun ketika di penjara, maka usaha
ada koordinasi yang jelas antar-lembaga Agus pun gulung tikar. Sejak itulah Dedi
mana saja yang terlibat. Lembaga yang memberikan pekerjaan sebagai petugas
terlibat pun banyak juga yang membantu kebersihan di jalan Sadang, Kabupaten
melakukan proses deradikalisasi di lapas Purwakarta.31
tidak melalui izin BNPT, namun langsung Inisiatif Dedi Mulyadi dalam
kepada lapas. Seharusnya semua memberdayakan napiter juga terlihat dari
lembaga eksternal di luar BNPT yang upayanya mendirikan Sekolah Ideologi
ingin membantu program deradikalisasi Purwakarta tahun 2016. Tujuan sekolah
di lapas-lapas seluruh Indonesia berada di ini adalah memperkenalkan Pancasila
bawah komando BNPT. Hal ini mengingat sebagai ideologi nasional Indonesia,
harus ada kesesuaian materi dan metode kepada masyarakat lokal. Sekolah
deradikalisasi yang diberikan kepada ini menargetkan siswa dari sekolah
para napiter di seluruh lapas-lapas yang menengah pertama, sekolah menengah,
ada di seluruh Indonesia. BNPT sebagai universitas, hingga para guru, penduduk
lembaga yang berwenang melakukan desa, dan pejabat dari komunitas pemuda
29
Ibid.
30
Voaindonesia.com, “Pemerintah Perlu 31
Matamatapolitik.com, “Mantan Napi Teroris
Evaluasi Program Deradikalisasi di Lapas”, 9 Indonesia, Apa yang Harus Dilakukan pada
Februari 2018, dalam https://www.voaindonesia. Mereka?”, 17 Desember 2018, dalam https://
com/a/pemerintah-perlu-evaluasi-program- www.matamatapolitik.com/mantan-napi-teroris-
deradikalisasi-di-lapas-/4244745.html, diakses indonesia-apa-yang-harus-dilakukan-pada-
pada 4 Juni 2019. mereka/, diakses pada 2 Juni 2019.

12 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


di Purwakarta. Kelas diadakan seminggu Pemda Purwakarta mampu
sekali. Sekolah memungkinkan mantan menyediakan program yang sesuai,
teroris seperti Agus untuk berbagi meskipun tidak ada panduan dan instruksi
pengalaman dan mendidik siswa tentang khusus dari pemerintah pusat. Stigma
bahaya ajaran ekstremis. Kelas-kelas yang ada di masyarakat pada umumnya
menekankan budaya tabayyun atau akhirnya dapat diatasi karena kehadiran
“verifikasi dan konfirmasi” di antara para Sekolah Ideologi, yang memungkinkan
siswa mengenai informasi sensitif dan dialog antara mantan teroris dan
berita yang berkaitan dengan politik dan masyarakat setempat. Pemda Purwakarta
agama. Pembicara terkemuka lainnya juga memberikan bantuan keuangan
termasuk ulama Islam Azyumardi Azra untuk Agus. Bantuan semacam ini harus
dan pendukung kebebasan beragama disesuaikan dengan keadaan individu,
Romo Antonius Benny Susetyo.32 yang seharusnya tidak terbatas hanya
Inisiatif Pemerintah Kota Purwakarta pada pengusaha kecil tetapi juga meluas
adalah model alternatif yang layak untuk ke bentuk pekerjaan lain. Dengan cara ini,
mengintegrasikan kembali mantan teroris individu tersebut akan berhutang budi
di Indonesia. Pihak berwenang seringkali kepada pemerintah lokal dan aparatur
menghadapi tantangan dalam memantau lokal kemudian dapat memantau proses
mantan narapidana teroris di seluruh reintegrasi dengan lebih efektif.34
negeri dan tidak dapat bergantung pada Terlepas dari kelebihannya, model
arahan pemerintah pusat di Jakarta atau reintegrasi napiter yang digagas Dedi
bahkan LSM karena jangkauan terbatas masih jauh dari sempurna. BNPT harus
mereka. BNPT tidak memiliki perwakilan bekerja sama dengan berbagai LSM untuk
yang ditempatkan di kawasan lokal lebih menyempurnakan inisiatif mereka
yang dapat secara teratur memantau dan mendukung upaya-upaya kontra-
efektivitas program reintegrasi. Ada juga terorisme pemerintah daerah. Pemda
sejumlah LSM lokal yang berpengalaman. juga masih memerlukan bantuan yang
Misalnya, LSM Peace Generation yang signifikan untuk secara efektif melakukan
berbasis di Bandung bertugas membantu program pengembangan profesional
dalam berbagai program reintegrasi dan merumuskan prosedur pemantauan
untuk orang-orang yang dideportasi di berkala.
berbagai kabupaten di Jawa Barat seperti Namun, sekali lagi koordinasi
Bandung, Majalengka, dan Subang. tetap berada di tangan BNPT sehingga
Sumber daya mereka tersebar terlalu semua proses deradikalisasi di Indonesia
sedikit dan melintasi jarak yang sangat dilakukan dengan materi dan metode
jauh antar lokasi.33 yang seragam, bukan disesuaikan dengan
kepentingan pihak-pihak eksternal.
32
Ibid.
33
Ibid.
34
Ibid.

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 13
Usulan-usulan mereka sudah pasti jenazah beberapa pelaku terorisme ingin
akan dimasukkan kedalam kurikulum dikuburkan.35
deradikalisasi yang seharusnya dimiliki Berangkat dari pemahaman
BNPT dalam melaksanakan program ini, BNPT belum memiliki program
deradikalisasi di seluruh lapas di yang konkrit, apalagi efektif terkait
Indonesia. Menurut penulis, sejauh ini bagaimana masa depan para napiter
belum ada materi dan metode yang baku pasca masa tahanannya selesai.
bagaimana BNPT melaksanakan program Tahapan yang bernama resosialisasi dan
deradikalisasinya. Seharusnya, BNPT reintegrasi juga tidak boleh dilupakan
merancang sebuah kurikulum baku yang dalam pelaksanaan seluruh program
dapat diterapkan (applicable) di seluruh deradikalisasi. Negara harus menyediakan
Indonesia, sekalipun pelaksananya bisa saluran pendistribusian yang tepat
saja dari pihak eksternal, seperti LSM atau bagi para napiter agar dapat menjadi
Pemda, di luar tentunya petugas lapas, bekal konstruktif bagi hidup mereka
seperti yang penulis sudah sampaikan selanjutnya. Kita harus ingat pula bahwa
sebelumnya. ada cukup banyak alasan yang menjadi
Selanjutnya, bagian terpenting dasar tindakan terorisme, seperti aspek
dari pelaksanaan deradikalisasi adalah ketidakadilan, ekonomi, sosial, budaya,
bagaimana cara mengembalikan para politik, dan lain-lain. Bagi para napiter,
napiter ke masyarakat setelah mereka harus dibangun kemitraan sosial, seperti
menjalani hukumannya. Usaha untuk dalam bentuk pelatihan-pelatihan
mengembalikan para napiter bersatu ketrampilan, agar para napiter dapat
kembali di tengah-tengah masyarakat memulai hidup secara mandiri, termasuk
bukanlah persoalan ringan, karena memenuhi kesejahteraannya.
menyangkut stigma negatif yang diberikan Tahap reintegrasi dilakukan
kepada mereka oleh masyarakat, bahkan agar para mantan napiter dapat
keluarganya sendiri. Fakta bahwa mereka berbaur kembali dengan masyarakat,
adalah bekas napiter membuat masyarakat sehingga pemidanaan ditujukan untuk
takut karena para napiter dianggap memulihkan konflik atau menyatukan
akan mengulangi tindak kejahatan yang kembali mereka dengan masyarakat,
mereka sudah lakukan sebelumnya. termasuk keluarganya. Dengan demikian,
Fenomena penolakan masyarakat pembinaan di luar lapas memperlihatkan
terhadap pemakaman pelaku tindak komitmen dalam upaya mengubah
terorisme setidaknya merepresentasikan kondisi mantan terpidana, melalui proses
bahwa masyarakat masih sulit untuk pembinaan dan memperlakukan dengan
menerima kembali kehadiran mantan sangat manusiawi. Hal ini dapat dilakukan
narapidana atau pelaku kejahatan kendati 35
Muhammad Khamdan, “Rethinking
sudah meninggal. Fakta ini dapat dilihat Deradikalisasi: Konstruksi Bina Damai Penanganan
pada aksi penolakan masyarakat ketika Terorisme”, Jurnal Addin, Vol. 9, No. 1, 2015, hlm.
198-199.

14 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


dengan memberikan perlindungan hak- aksi terorisme, belum tentu ia telah
hak para mantan napiter sebagai warga teradikalisasi. Ideologi dan pikiran tetap,
masyarakat normal. Basis masyarakat namun ia tidak lagi mau terlibat dalam
yang harus dibangun adalah gerakan aksi terorisme.37
moral untuk melawan terorisme Pelepasan diri seringkali lebih
ataupun ideologi radikal. Gerakan moral realistis daripada deradikalisasi. Seorang
masyarakat harus membuat para napiter teroris misalnya, dapat melepaskan diri
tidak mengalami keterasingan sehingga dari kegiatan terorisme tanpa harus
kembali dapat berperilaku sesuai dengan menolak penyebab atau keyakinan
orang-orang di sekitarnya. Gerakan moral mereka, walaupun semangat mereka
diarahkan dengan penanganan terorisme untuk melakukan kegiatan teror mungkin
yang tidak bisa dilakukan seperti juga memudar dari waktu ke waktu.
menghadapi ancaman konvensional Dalam sebuah analisisnya, John Horgan
(militer), tetapi selalu dibutuhkan memandang bahwa dalam konteks
pengkajian pendekatan, pemikiran, dan kontra-terorisme, pelepasan diri lebih
strategi baru. Oleh karena akar terorisme penting daripada deradikalisasi, karena
bermotif ideologis dan doktrinal pelepasan diri bisa terjadi tanpa harus
keagamaan, serta penyebarannya yang terjadinya proses deradikalisasi terlebih
melalui berbagai macam cara, maka untuk dahulu.38
mengatasinya memerlukan berbagai
Menurut Tore Bjorgo, ada dua
macam cara dan metode, termasuk
faktor yang menyebabkan seseorang
psikologi yang sudah dibahas pada
melepaskan dirinya dari sebuah
bagian sebelumnya.36 Sayangnya, penulis
kelompok, yaitu push factors (faktor-
berpendapat bahwa BNPT belum dapat
faktor pendorong) dan pull factors
secara optimal melakukan proses ini
(faktor-faktor penarik). Faktor pendorong
dalam program deradikalisasi.
adalah kondisi negatif atau desakan sosial
Penulis merasa, bahwa yang belum yang membuat seseorang tidak lagi
diterapkan dalam program deradikalisasi tertarik untuk bergabung dalam sebuah
adalah perbedaan antara deradikalisasi organisasi. Antara lain karena tuntutan
dan pelepasan diri. Kita perlu memahami hukuman, celaan masyarakat, hilangnya
dan membedakan antara dua konsep kedudukan dalam organisasi tersebut,
ini. Jika deradikalisasi cenderung kepada dan lain-lain. Sedangkan faktor penarik
attitudinal modification (perubahan adalah kesempatan atau tuntutan sosial
prinsip, sikap, dan pendirian), maka yang menarik seseorang kepada alternatif
pelepasan diri lebih cenderung pada lain yang menurutnya lebih menjanjikan.
behavioral modification (perubahan 37
Jurnalintelijen.net, “Mengenal Deradikalisasi”,
perilaku). Pemahaman secara mudahnya 26 Oktober 2017, dalam https://jurnalintelijen.
adalah, jika seseorang meninggalkan net/2017/10/26/mengenal-deradikalisasi/, diakses
pada 4 Juni 2019.
36
Ibid, hlm. 201. 38
Ibid.

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 15
Antara lain yaitu keinginan untuk kembali proses ini dilakukan setelah deradikalisasi.
ke kehidupan “normal”, pekerjaan baru, Faktor pendorong dan penarik lebih
pendidikan, dan keinginan untuk kembali bersifat eksternal, sedangkan jika secara
kepada keluarga. Kesimpulan adalah, psikologis para napiter masih berpikiran
bahwa “faktor penarik” lebih efektif radikal, sekalipun tidak dipraktekkan,
dibanding “faktor pendorong”. Artinya, potensi kemunculan kembali (resurface)
seseorang lebih mungkin untuk menarik paham radikalisme di dalam diri mereka
diri dari kegiatan teror karena mereka cukup besar. Sebaiknya, pelepasan diri
tertarik pada “kehidupan normal”, dilakukan pada tahapan resosialisasi
pekerjaan baru, atau kelompok sosial dan reintegrasi, pasca rehabilitasi dan
baru dibanding mereka menarik diri reedukasi, dimana proses deradikalisasi
karena ancaman hukuman, kekerasan, dilakukan secara komprehensif.
atau reputasi negatif.39 Namun, tahap resosialisasi dan
Namun, bagi penulis sebaiknya para reintegrasi tidak bisa dipandang remeh.
napiter mengalami pelepasan diri ketika Justru, penulis melihat bahwa efektif
sudah menjalani proses deradikalisasi. atau tidaknya program deradikalisasi
Faktor pendorong dan penarik memang sangat tergantung pada tahapan
dapat membuat tahapan resosialisasi dan ini. Deradikalisasi tidak hanya dilihat
reintegrasi berjalan baik, karena napiter dari perspektif sempit bahwasanya
bisa saja tertarik pada kehidupan normal pemahaman dan perilaku radikal
tadi, seperti pada saat mereka belum seseorang dapat dihilangkan. Sekalipun,
menjadi radikal. Pilihan untuk menjalani katakanlah para napiter yang mengikuti
pekerjaan seperti masyarakat normal program ini berhasil men-deradikalisasi
misalnya, akan lebih mudah untuk dipilih pemahaman dan perilakunya, mereka
oleh napiter karena “tertarik” oleh hal harus tetap menjalani hidup pasca
tersebut. kondisi tersebut. Malahan, para napiter
Namun, faktor ketertarikan ini bisa tidak hanya harus mencari pekerjaan
saja hilang ketika mereka gagal dalam untuk bertahan hidup setelah bebas dari
menjalaninya, seperti tidak ada lowongan penjara, akan tetapi mereka juga harus
pekerjaan untuk mereka karena mereka “bertahan hidup” menghadapi stigma
bekas napiter, misalnya. Itulah mengapa atau perspektif yang ada di masyarakat
deradikalisasi tetap penting, karena jika tentang diri mereka sebelum mereka di-
sudah tidak lagi radikal maka kemungkinan deradikalisasi.
untuk kembali melakukan hal yang sama, Kondisi ini, menurut penulis, belum
jika katakanlah program resosialisasi dan ditangani dengan baik oleh BNPT. BNPT
reintegrasinya gagal, kecil. Sekalipun, harus lebih concern untuk bagaimana
pelepasan diri dapat terjadi tanpa proses mengembalikan para napiter ini ke
deradikalisasi, akan tetapi sebaiknya masyarakat, dengan cara memberdayakan
39
Ibid.

16 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


mereka. Menciptakan iklim yang positif pasca masa tahanannya selesai.
terkait keberadaan para mantan napiter ini 4.
Program deradikalisasi untuk
di tengah-tengah masyarakat juga sangat napiter yang digagas BNPT
penting untuk dilakukan. Upaya-upaya cenderung bersifat eksklusif dan
yang dilakukan pihak-pihak eksternal di tidak melibatkan petugas lapas.
luar BNPT, seperti contoh-contoh yang 5. Tidak adanya undang-undang yang
penulis sudah sampaikan pada bagian mengatur mengenai kewenangan
sebelumnya, juga harus dicontoh oleh lembaga negara dalam menangani
lembaga nomor satu di Indonesia yang napiter di lapas.
mengurusi masalah terorisme ini.
6. Lapas-lapas di Indonesia sudah
Merujuk pada pendapat Soewarno banyak yang kelebihan kapasitas
Handayaningrat yang mengatakan (overload), sehingga tidak ada
bahwa sebuah program dapat dikatakan pemisahan antara napiter dan napi-
efektif atau tidak adalah berdasarkan napi lainnya.
tercapainya tujuan atau berjalan 7. Kurangnya koordinasi dengan
baiknya program tersebut, maka lembaga-lembaga negara lainnya,
program deradikalisasi menurut penulis seperti Kepolisian, TNI, Kementerian
belum bisa dikatakan efektif. Penulis Hukum dan HAM, Dirjen
memang tidak menggunakan parameter Pemasyarakatan, dan Kementerian
kuantitatif dalam penelitian ini, namun Keuangan terkait pengajuran
lebih kepada analisis kualitatif. Atas anggaran.
dasar pengumpulan data pustaka, yang
penulis sudah sampaikan sebelumnya,
penulis berpendapat bahwa program Terakhir, efektivitas program
deradikalisasi selama ini belum berjalan deradikalisasi BNPT sangat bergantung
efektif karena hal-hal berikut ini: pada bagaimana BNPT memaksimalkan
tahapan-tahapan yang ada di dalam
1. Masih banyak peristiwa terorisme
program deradikalisasi itu sendiri. Namun,
yang terjadi di Indonesia, dengan
jika enam masalah-masalah di atas yang
varian pelaku yang berbeda pula,
penulis simpulkan belum ditangani dengan
mulai dari Lone Wolf, sampai satu
baik, maka program deradikalisasi tetap
keluarga menjadi teroris.
belum akan efektif implementasinya,
2. Materi deradikalisasi yang belum sekalipun penulis berpendapat program
jelas bentuknya, serta tidak ada ini harus tetap dilanjutkan. Sulit memang,
kurikulum baku yang dibuat oleh apalagi di tengah-tengah nuansa
BNPT. ancaman tindak pidana terorisme yang
3. BNPT juga belum memiliki program semakin tinggi, namun bukan berarti
yang konkrit, apalagi efektif terkait tidak mungkin. Menurut penulis, program
bagaimana masa depan para napiter ini adalah program dengan tingkat

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 17
keberhasilan yang tinggi. Untuk itu, menyediakan saluran pendistribusian
diperlukan keseriusan dari aparat terkait yang tepat bagi para napiter agar dapat
untuk terus menjalankan program ini menjadi bekal konstruktif bagi hidup
secara lebih efektif. mereka selanjutnya.
Kemudian, kita harus ingat pula
Kesimpulan bahwa ada cukup banyak alasan yang
menjadi dasar tindakan terorisme, seperti
Berjalan kurang lebih tujuh tahun, program
aspek ketidakadilan, ekonomi, sosial,
deradikalisasi yang dilakukan untuk
budaya, politik, dan lain-lain. Bagi para
mengubah cara pandang para napiter
napiter, harus dibangun kemitraan sosial,
mengalami banyak hambatan. Hambatan-
seperti dalam bentuk pelatihan-pelatihan
hambatan muncul tidak hanya dari napiter
keterampilan, agar para napiter dapat
sebagai subjek program itu sendiri, namun
memulai hidup secara mandiri, termasuk
dari faktor-faktor eksternal, seperti
memenuhi kesejahteraannya. Itulah
kurangnya anggaran, fasilitas di lapas,
mengapa penulis berpendapat bahwa
sampai perspepsi masyarakat terhadap
deradikalisasi belum dijalankan secara
program deradikalisasi ini yang cenderung
efektif selama tujuh tahun berjalannya.
tetap menghadirkan penolakan bagi eks
Namun demikian, pemberantasan
napiter setelah kembali ke masyarakat.
terorisme secara komprehensif memang
Di luar masih perlunya perbaikan dalam
membutuhkan langkah-langkah yang
hal materi deradikalisasi yang diberikan
bersifat holistis, dan pastinya memakan
kepada napiter, faktor-faktor eksternal ini
waktu. Bukan tidak mungkin deradikalisasi
cukup menghambat efektivitas program
menjadi tonggak keberhasilan
deradikalisasi.
penanggulangan terorisme di Indonesia.
Pada tataran implementasi, Hanya saja semua pihak yang terkait harus
deradikalisasi seringkali tumpang tindih bersama-sama bekerja demi kesuksesan
bahkan tidak bisa diterjemahkan secara program ini.
konkrit. Ini terjadi karena pada tataran
konseptual, deradikalisasi menjadi
mudah untuk diperdebatkan. Beberapa Rekomendasi
temuan yang penulis berhasil dapatkan Sekalipun penulis mengatakan bahwa
secara pustaka menunjukkan data-data program deradikalisasi belum berjalan
bahwasanya program ini belum mampu efektif, namun program ini memiliki
berjalan secara efektif melakukan proses tingkat keberhasilan yang tinggi jika
deradikalisasi terhadap napiter karena dijalankan secara lebih baik. Untuk itu,
beberapa faktor. Tahapan yang bernama penulis tetap merekomendasikan agar
resosialisasi dan reintegrasi juga tidak boleh program deradikalisasi tetap dilanjutkan
dilupakan dalam pelaksanaan seluruh sebagai salah satu cara penanggulangan
program deradikalisasi. Negara harus terorisme. Tentunya, kelanjutan dari

18 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2


program ini harus dilakukan dengan Daftar Pustaka
memperbaiki beberapa sektor yang dirasa Buku
masih kurang, terutama enam hal berikut Bakti, Agus Surya. 2014. Darurat Terorisme:
ini: Kebijakan Pencegahan, Perlindungan,
dan Deradikalisasi. Jakarta: Daulat
1. Harus ada kurikulum baku yang Press.
berisi tentang muatan atau materi Horgan, John. 2009. Walking Away from
deradikalisasi yang diajarkan secara Terrorism: Accounts of Disengagement
from Radical and Extremist Movements.
kongruen kepada seluruh napiter di
New York: Routledge.
Indonesia.
Handayaningrat, Soewarno. 1994. Pengantar
2. Kurikulum tersebut juga harus Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
memuat rencana resosialisasi dan Jakarta: Haji Masagung.

reintegrasi pasca napiter bebas dari Zuhri, Saefudin (a). 2017. Deradikalisasi
Terorisme. Jakarta: Daulat Press.
masa tahanan.
3. Program deradikalisasi dengan Jurnal
kurikulum barunya harus juga
Khamdan, Muhammad. 2015. “Rethinking
melibatkan petugas lapas dalam Deradikalisasi: Konstruksi Bina Damai
implementasinya di lapangan. Penanganan Terorisme”. Jurnal Addin.
Vol. 9. No. 1.
4.
Membuat aturan terkait
Zuhri, Saefudin (b). 2017. “Muhammadiyah
kewenangan lembaga negara dalam dan Deradikalisasi Terorisme di
menangani napiter di lapas. Indonesia: Moderasi Sebagai Upaya
Jalan Tengah”. Maarif. Vol. 12. No. 2.
5. Menempatkan napiter ke dalam
lapas-lapas khusus terorisme,
sekalipun kebijakan ini dibuat Website
dengan menetapkan skala prioritas, Beritasatu.com, “Kapolri Sebut Terduga
Teroris Kartasura Lone Wolf, Ini
artinya hanya napiter tertentu saja Maksudnya”, 5 Juni 2019, dalam https://
yang ditempatkan di lapas khusus www.beritasatu.com/nasional/558023/
kapolri-sebut-terduga-teroris-
tersebut.
kartasura-lone-wolf-ini-maksudnya,
6.
Kordinasi dengan pihak-pihak diakses pada 21 Juni 2019.
terkait, seperti Kepolisian, TNI, Benarnews.org, “Penelitian: Kegiatan
Kementerian Hukum dan HAM, Inklusif Lapas Mampu Deradikalisasi
Napi Terorisme”, 9 Februari 2018,
Dirjen Pemasyarakatan, dan dalam https://www.benarnews.
Kementerian Keuangan terkait org/indonesian/berita/lapas-
pendanaan. deradikalisasi-02092018114320.html,
diakses pada 6 Juni 2019.
Detik.com, “Klaim Program Deradikalisasi
Berhasil 100 Persen”, 22 Mei 2018,
dalam https://news.detik.com/
berita/d-4033545/bnpt-klaim-program-
deradikalisasi-berhasil-100-persen,
diakses pada 30 Mei 2019.

Efektivitas Program Deradikalisasi Badan Nasional ... | Jerry Indrawan dan M. Prakoso Aji | 19
Damailahindonesiaku.com, “Meski Jumlah Voaindonesia.com, “Pemerintah Perlu
Napi Terorisme Sedikit, Namun dalam Evaluasi Program Deradikalisasi di
Menanganinya Tidak Boleh Dianggap Lapas”, 9 Februari 2018, dalam https://
Sepele”, 5 Desember 2018, dalam www.voaindonesia.com/a/pemerintah-
https://damailahindonesiaku.com/ perlu-evaluasi-program-deradikalisasi-
meski-jumlah-napi-terorisme-sedikit- di-lapas-/4244745.html, diakses pada 4
namun-dalam-menanganinya-tidak- Juni 2019.
boleh-dianggap-sepele.html, diakses
pada 6 Juni 2019.
Gatra.com, “Penghuni Lapas Di Indonesia
Kebanyakan Napi Narkoba”, 31 Januari
2019, dalam https://www.gatra.
com/detail/news/386285-Penghuni-
Lapas-Di-Indonesia-Kebanyakan-Napi-
Narkoba, diakses pada 6 Juni 2019.
Jurnalintelijen.net, “Mengenal
Deradikalisasi”, 26 Oktober 2017, dalam
https://jurnalintelijen.net/2017/10/26/
mengenal-deradikalisasi/, diakses pada
4 Juni 2019.
Kompas.com, “BNPT: Ada 289 Narapidana
Terorisme yang Tersebar di 113
Lapas”, 30 Mei 2018, dalam
https://nasional.kompas.com/
read/2018/05/30/12294981/bnpt-ada-
289-narapidana-terorisme-yang-
tersebar-di-113-lapas, diakses pada 6
Juni 2019.
Merdeka.com, “Hidup Mantan Napi Teroris.
11 Juni 2018”, dalam https://www.
merdeka.com/khas/hidup-mantan-napi-
teroris.html, pada 4 Juni 2019.
Matamatapolitik.com, “Mantan Napi Teroris
Indonesia, Apa yang Harus Dilakukan
pada Mereka?”, 17 Desember 2018,
dalam https://www.matamatapolitik.
com/mantan-napi-teroris-indonesia-
apa-yang-harus-dilakukan-pada-
mereka/, diakses pada 2 Juni 2019.
Tirto.id, “KontraS Anggap Program
Deradikalisasi Pemerintah Kurang
Efektif”, 19 Mei 2018, dalam https://
tirto.id/kontras-anggap-program-
deradikalisasi-pemerintah-kurang-
efektif-cKKF, diakses pada 4 Juni 2019.
Tirto.id, “Pakar Psikologi: Deradikalisasi Napi
Terorisme Butuh Waktu”, 11 Maret 2016,
dalam https://tirto.id/pakar-psikologi-
deradikalisasi-napi-terorisme-butuh-
waktu-h2y, diakses pada 6 Juni 2019.

20 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Agustus 2019, Volume 9 Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai