Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Propaganda sebagai


Instrumen dalam Politik Dunia, namun karena luasnya tema tersebut kami
mempersempit menjadi Propaganda yang Dilakukan Media Massa dalam
Membentuk Opini Masyarakat Pasca Kejadian 11 September 2001 di Amerika
Serikat.

Propaganda berasal dari bahasa Latin modern yaitu propagare yang berarti
mengembangkan atau memekarkan. Propaganda adalah rangkaian pesan yang
bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sejumlah
orang yang banyak. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif,
tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk mempengaruhi pihak yang
mendengar atau melihatnya.

Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali


menyesatkan dimana umumnya isi propaganda lebih menyampaikan fakta-fakta
yang pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan
reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk merubah
pikiran kognitif narasi subyek dalam kelompok sasaran yang lebih lanjut untuk
kepentingan agenda politik.

Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk


membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi dan berpengaruh
langsung pada perilaku untuk pencapaian suatu respon yang sama dengan niat
yang dikehendaki dari pelaku propaganda. Sebagai komunikasi satu ke banyak
orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator dari komunikannya.
Namun, komunikator dalam propaganda sebenarna merupakan wakil dari
organisasi yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap masyarakat
komunikannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikator dalam
propaganda adalah seorang yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol sosial.

1
Dengan berbagai macam teknis, setiap penguasa negara atau yang bercita-cita
menjadi penguasa negara harus mempergunakan propaganda sebagai suatu
mekanisme alat kontrol sosial.

Tipologi Propaganda :

 Propaganda Politik yaitu melibatkan usaha pemerintah,


partai, atau golongan untuk pencapaian tujuan strategis
dan taktis.

 Propaganda Sosiologi yaitu melakukan perembesan


budaya kemudian masuk ke dalam lembaga-lembaga
ekonomi, sosial, dan politik.

Tetapi dalam makalah ini kami akan membahas mengenai propaganda


politik. Propaganda bersifat tertutup/terselubung, terbuka, pada awal tertutup akan
tetapi lambat laun mulai terbuka. Jenis-jenis propaganda diantaranya :

1. Propaganda Agitasi, bertujuan agar komunikan bersedia memberikan


pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan
jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita.

2. Propaganda Vertikal, dengan melalui media massa

3. Propaganda Horisontal, dengan melalui komunikasi interpersonal dan


komunikasi organisasi dibanding komunikasi massa

4. Propaganda Integrasi dengan penanaman doktrin

Ada dua sistem dalam propaganda. Yang pertama yaitu penggunaan


simbol-simbol agar komunikan tidak tersadar dengan arah dan tujuan dari
keinginan komunikator. Yang kedua yaitu penggunaan fakta sebagai alat pemaksa
agar komunikan menerima pesan dan melakukan tindakan seperti apa yang
diharapkan oleh komunikator.
Metoda yang digunakan dalam propaganda ada tiga jenis, yaitu:

1. Metoda Koersif, yaitu sebuah komunikasi dengan cara menimbulkan


rasa ketakutan bagi komunikan agar secara tidak sadar bertindak sesuai
keinginan komunikator

2. Metoda Persuasif, yaitu sebuah komunikasi dengan cara menimbulkan


rasa kemauan secara sukarela bagi komunikan agar secara tidak sadar
dengan seketika dapat bertindak sesuai dengan keinginan komunikator

3. Metoda Pervasif, yaitu sebuah komunikasi dengan cara


menyebarluaskan pesan serta dilakukan secara terus menerus
(berulang-ulang) kepada komunikan sehingga melakukan imitasi atau
menjadi bagian dari yang diinginkan oleh komunikator.

Dalam bidang periklanan atau kehumasan untuk tujuan komersial, bisa


jadi sesuatu itu bukan murni propaganda, namun dapat mengandung elemen
propaganda saat pesan bertujuan untuk menyesatkan penerima pesan dengan
menyembunyikan sumber informasi, tujuan informasi, sisi lain cerita (hanya satu
pihak), dan konsekuensi saat pesan ini diadopsi.

Propaganda biasanya dilakukan melalui beberapa media, seperti:

1. Televisi

2. Surat kabar

3. Film

4. Radio

5. Majalah

6. Pamflet atau poster

Media masa memiliki berbagai peran dalam masarakat, salah satunya ialah

3
dalam mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang maupun seekelompok orang
ataupun masyarakat. Secara perlahan tetapi pasti, media mempengaruhi
pandangan masyarakat dalam proses pembentukan opini atau sudut pandangnya,
dalam hal ini media masa dapat dikatakan merupakan senjata yang ampuh bagi
perebutan citra (image).

Media masa memainkan beberapa fungsi dalam masyarakat, di antaranya:

1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang


lingkungan.

2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan


solusi untuk suatu masalah.

3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan


pendidikan.

4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles


Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan
model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles
Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara
fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).
ISI

Sebagai reaksi terhadap pengeboman (atau lebih tepatnya penjatuhan


kapal) yang dilakukan di menara kembar World Trade Center (WTC) dan
Pentagon Amerika Serikat tanggal 11 September 2001, Amerika Serikat memulai
kampanye Perang Melawan Terorisme mereka di Afghanistan dengan tujuan
menggulingkan kekuasaan Taliban yang dituduh melindungi Al-Qaeda, serta
untuk menangkap Osama bin Laden. Amerika Serikat dan Inggris melakukan
serangan ke Afghanistan. Hal ini dilakukan karena Amerika menuduh
Afghanistan sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas terjadinya terror
tersebut.

Media adalah salah satu hal yang sangat penting dalam suatu propaganda
politik media massa merupakan suatu media dimana ditunjukan kepada seluruh
khalayak ramai, heterogen serta berita atau pesan yang disampaikan pun dapat
tersebar dengan cepat dan serentak. Dalam perkembangannya tentu saja media
massa mempunyai banyak pihak yang terlibat di dalamnya sebagai instrument
pemenuhan kepentingan. Sebut saja negara, pasar, kelompok kepentingan dan
kelompok penekan.

Media massa yang bekerja untuk menyampaikan beberapa berita dapat


membentuk sendiri suatu citra atau bahkan mempertahankan sendiri citra
tersebut.seringkali masyarakat luas memperoleh informasi berdasarkan pada apa
yang biasanya para media massa laporkan atau beritakan.akhirnya masyarakat pun
membentuk sendiri citra suatu lingkungan tersebut. Propaganda politik melalui
media massa sebenarnya merupakan suatu usaha mengemas isu, tujuan, pengaruh,
dan kekuasaan politik dengan memanipulasi psikologi khalayak. Propaganda di
media massa bisa dilakukan secara terus-menerus sehingga bisa menjadi tekanan.

Propaganda Amerika melawan terorisme disampaikan lewat media massa

5
global yang dapat berpengaruh secara internasional, misalnya melalui media
massa CNN, NBC, FOX, VOA, dan lain-lain. Tentu saja dalam hal ini diperlukan
suatu setting pada media-media di seluruh dunia dimana untuk menguatkan suatu
berita bahwa terorisme itu sendiri penggeraknya adalah orang-orang timur tengah.

Serangan teroris pada tanggal 11 September 2001, atau lebih dikenal


dengan sebutan tragedy 9/11, memberikan pukulan yang sangat besar bagi
Amerika karena mereka merasa sangat marah. Rasa marah tersebut ditujukan
kepada kelompok Islam garis keras yang dipimpin oleh Osama bin Laden yang
ditengarai sebagai perencana dan pelaksana serangan tersebut. Padahal dalam
penyelidikan yang telah dilakukan belum ada bukti-bukti yang kuat mengenai
keterlibatan Osama dalam serangan terror tersebut, akan tetapi Amerika sudah
yakin bahwa peristiwa tersebut adalah hasil serangan jaringan Al-Qaeda pimpinan
Osama bin Laden.

Sejak tragedi 9/11, pemerintah AS menyatakan perang dengan apapun


jenis terorisme. Amerika Serikat merespons dengan meluncurkan serangan oleh
War on Terorisme, menginvasi Afghanistan untuk menerang Taliban, dan teroris
al-Qaeda, tindakan selanjutnya adalah Amerika serikat membuat suatu undang-
undang yang dinamakan dengan PATRIOT Act. Banyak negara-negara lain juga
diperkuat dengan undang-undang anti-terorisme dan penegakan hukum
memperluas kekuasaan.

Amerika Serikat merupakan negara adi kuasa yang senang mencampuri


urusan negara lain dengan mengatasnamakan perdamaian dunia. Pada
kenyataannya, campur tangan tersebut sering kali dilakukan bukanlah demi
menciptakan perdamaian dunia, melainkan untuk mencapai kepentingan negara
Amerika di negara yang bersangkutan.

Presiden AS, George W. Bush, terus menyatakan secara resmi kepada


seluruh dunia bahwa pemerintahannya sangat antipati terhadap terorisme publik
melalui pidato kepada seluruh Amerika untuk mendukung keputusan. Ribuan
tentara telah dikirim untuk memasukkan negara-negara lain diyakini menjadi
tempat yang teroris, terutama Irak. Invasi, perang, dan pekerjaan dilakukan atas
nama War on Terorisme.

Hipotesa awal adalah bahwa pada Perang Terorisme AS adalah


paradoksal. Di satu sisi, AS menyatakan perang pada Terorisme didasarkan pada
sikap pemerintah untuk memulai perang dengan terorisme ini dimaksudkan untuk
memunculkan AS agar memiliki martabat sebagai negara super power terluka
oleh 9/11, kecelakaan dan menyiratkan bahwa AS berpartisipasi aktif dalam
menciptakan perdamaian dunia. Di pihak lain, Amerika Serikat pada Perang
Terorisme adalah terorisme itu sendiri. Invasi dan perang yang mengorbankan
ratusan ribu orang tak bersalah, histeria publik, dan kehancuran kehidupan
masyarakat terutama di negara-negara lain yang AS anggap bahwa negara
tersebut adalah kumpulan dari teroris.

Selang satu bulan setelah serangan bunuh diri ke WTC dan Pentagon,
Amerika Serikat dan Inggris melakukan serangan ke Afganistan pada tanggal 7
Oktober 2001. Peristiwa ini lah yang menjadi awal mula terjadinya perang
Afghanistan.

Berikut ini adalah kronologis serangan AS ke Afghanistan.

Pada tanggal 1 Oktober :

• Kapal USS Kity Hawk meninggalkan pangkalan laut Yokosuka di Jepang


menuju Laut Hindia. Kapal ini memuat 75 pesawat tempur berbagai tipe.

Pada tanggal 2 Oktober :

• Bekas Kepala Pejuang Mujahidin, Abdul Haq, kembali ke Afghanistan


untuk memperkuat front oposisi Taliban.

Pada tanggal 3 Oktober :

• Menteri Pertahanan AS, Donald Rumsfeld, memulai kunjungannya ke


Timur Tengah dan Asia Tengah, untuk mencari dukungan melawan

7
terorisme.

• Bekas Jenderal AS saat Perang Teluk, Barry McCaffrey, menyatakan


serangan AS ke Taliban akan dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu.

• Perancis melalui Perdana Menterinya, Lionel Jospin, menyatakan


mendukung AS dan wilayah udaranya diizinkan untuk digunakan oleh
pesawat-pesawat AS dan juga bersedia memberikan dukungan logistic
bagi pasukan AS di Laut India.

Pada tanggal 4 Oktober :

• Kongres Jepang, melalui Perdana Menterinya, Junichiro Koizumi,


mendukung rencana AS memerangi teroris, dengan menyediakan
transportasi pesawat untuk mengangkut para pengungsi keluar dari
Afghanistan.

• Militer Afghanistan sudah melakukan persiapan menghadapi serangan AS


dan sekutunya, yang kabarnya semakin mendekat.

• Pasukan elit Inggris, Special Air Service (SAS) menyatakan siap


bergabung dengan pasukan AS, sebagai bentuk dukungan negara tersebut.

Pada tanggal 5 Oktober :

• Sekitar 1000 tentara AS berada di Uzbekistan, yang berbatasan langsung


dengan Afghanistan, setelah negara tersebut mengizinkan salah satu
pangkalan udaranya digunakan untuk keperluan pesawat-pesawat AS.

• Seorang intelejen senior dari komite senat intelejen AS, memastikan


bahwa serangan ke Afghanistan 100 persen pasti terjadi dalam waktu
dekat.
Pada tanggal 6 Oktober :

• Sekitar 10.000 angggota mariner AS melakukan latihan di sebuah gunung


batu, Sierra Nevada, sebagai adaptasi terhadap kondisi alam di
Afghanistan.

• Aliansi Utara menggerakkan pasukannya sehingga mendekati 56 kilometer


dari kota Kabul.

• Inggris mengultimatum Taliban untuk segera menyerahkan Osama bin


Laden.

• Presiden Georgia, Eduard Shevardnadze, mengizinkan lapangan udara


negaranya digunakan AS untuk keperluan menyerang teroris.

• Menteri Pertahanan AS selesai berkeliling Arab Saudi, Oman, Mesir,


Uzbekistan, dan Turki, sebagai sebuah upaya membangun koalisi.

• Presiden Bush memperingatkan waktu menyerahkan Osama bin Laden


telah habis bagi Taliban.

Pada tanggal 7 Oktober :

• Amerika Serikat menyerang Afghanistan pada pukul 16.45 waktu


setempat.

• Serangan pertama dilakukan dengan menembakkan rudal dari kapal


penjelajah AS dan Inggris, yang berada di Laut Arab. Sebuah kapal selam
Inggris juga turut serta.

• Serangan berikutnya menggunakan pesawat pembom B-2, B-52, dan B-1


Bomber yang terbang dari pangkalan Inggris, Diego Garcia, Lautan

9
Hindia.

• Tiga kota yang menjadi sasaran yaitu Kabul, Kandahar, dan Jalalabad.

• Kerusakan yang terjadi yaitu instalasi pertahanan udara dan radar di


lapangan udara Kandahar hancur. Lapangan udara di utara Kabul juga
diserang. Di Jalalabad, tempat latihan Al-Qaeda. Tidak disebutkan nama
kapal penjelajah dan kapal selam yang menyerang ketiga kota tersebut,
yang pasti posisinya di Laut Arab.1

Dalam peristiwa ini, AS dikejutkan oleh munculnya nara sumber media


Arab dalam perang Afghanistan, sehingga Barat kembali memberlakukan standar
ganda dalam kebebasan pers. Narasumber yang dimaksud yaitu munculnya media
TV Al-Jazeera. Apalagi dalam isu yang sangat sensitif seperti perang Afghanistan.

Sebelumnya tidak pernah seperti ini, Hegemoni pers global oleh Barat
telah memarjinalkan kaum muslimin dan terutama berita jihad dari mujahidin.
Selama ini kaum muslimin hanya mendapat berita-berita dunia dari kantor-kantor
berita seperti Reuters, AFP, CNN, BBC, ABC, The Times, dan sejenisnya yang
menyampaikan berita-berita menurut keinginan propaganda ideologis mereka dan
mendiskriditkan informasi dari kaum muslimin, khususnya mujahidin.

Menurut pakar media Inggris keturunan Arab dari Universitas Oxford,


Prof. Dr. Lezli Machloulin, Al Jazeera berhasil menghentikan monopoli media
Barat sebagai sumber berita selama ini dengan menayangkan berita-berita yang
obyektif. 2

Sebenarnya tayangan Al Jazeera sudah cukup berimbang. Karena setiap


konferensi pers pejabat AS mulai dari Presiden Bush hingga para menterinya
termasuk Menhan selalu disiarkan langsung oleh Al Jazeera lengkap dengan

1 http://www.tempo.co.id/hg/luarnegeri/2001/10/08/brk,20011008-06,id.html
2 http://www.gatra.com/2001-10-17/artikel.php?id=11688
terjemahan bahasa Arab. Tetapi saat Al Jazeera menyiarkan pernyataan tokoh Al-
Qaeda lantas disebut propaganda.

Yang terjadi adalah pihak AS takut dengan opini umum warga negara-
negara Barat sendiri yang sangat meyakini setiap laporan media massa termasuk
korban sipil yang ditayangkan Al Jazeera, sehingga khawatir opini umum akan
berbalik menghujat pemerintahan mereka atas kekeliruan yang dilakukan di
Afghanistan.

Adian Husaini pernah mengatakan bahwa Barat mengontrol informasi


dunia dan memproduk rata-rata 6 juta kata per hari, sementara Timur (Islam)
hanya mampu 500 ribu kata per hari3 Dari perbandingan produksi kata melalui
berbagai jenis media cetak, elektronik, dan dunia maya tampak jelas bahwa
diseminasi nilai yang terus menerus dicangkokan ke benak manusia adalah nilai-
nilai, doktrin, ideologi serta budaya Barat. Hal ini dapat terlihat dari jaringan
informasi seperti CNN yang ditayangkan 24 jam terus-menerus melalui jaringan
satelit yang bisa ditonton di seluruh pelosok dunia dan melakukan cuci otak tanpa
henti. Media massa nasional pun lebih banyak merujuk kepada informasi yang
diproduksi oleh kantor berita seperti UPI, Reuters, dan BBC.

PROPAGANDA MEDIA MASSA OLEH BARAT DAN TIMUR TENGAH


TERHADAP KEJADIAN 11 SEPTEMBER 2001

Setelah kejadian 11 September, Gedung Putih melakukan aksi


imperialisme dan perampokannya terhadap negara-negara muslim secara terang-
terangan dan penuh kekerasan. Negara ini telah menghidupkan kembali periode
imperialisme kuno. Hal inilah yang kini tengah terjadi di Irak dan Afghanistan.
Tentara AS secara langsung menyerang dan menduduki kedua negara tersebut.
Sementara pasukan AS sibuk menyerang penduduk sipil, perusahaan-perusahaan
minyak AS juga tak henti-hentinya menguras sumber minyak di Irak untuk dijual
ke luar negeri.

3 http://www.djogdjaku.110mb.com/book/cyberwar/cyberjihad.php

11
Pada saat yang sama, jaringan raksasa media massa AS tak henti-hentinya
melancarkan propaganda negatif terhadap kaum muslimin. Dengan tujuan untuk
mengubah opini dunia yang membenci aksi invasi AS, di satu sisi, media massa
AS berusaha menjustifkasi dengan slogan-slogan penegakan demokrasi. Di sisi
lain, media massa Barat juga berusaha menciptakan opini bahwa kaum muslimin
adalah teroris, pencinta kekerasan, serta berniat untuk menghancurkan peradaban
Barat. Peristiwa 11 September dimanipulasi sedemikian rupa untuk menyerang
Islam dan kaum muslimin. Tak pelak lagi, berbagai propaganda anti Islam ini
justru menimbulkan kebencian dari kaum muslimin dunia terhadap AS.

Dukungan total yang ditunjukkan AS terhadap rezim Zionis merupakan


salah satu konspirasi kotor yang membuat penderitaan kaum muslimin bertambah
panjang. Rezim Zionis telah merebut tanah air milik bangsa Palestina dan
mendirikan sebuah negara ilegal di atasnya. Tiap harinya, rezim ini melakukan
penyerangan, pembantaian, dan penghancuran atas rumah dan ladang milik
bangsa Palestina. berbagai kejahatan itu mendapatkan dukungan dari AS, baik
dengan bantuan politik, ekonomi, militer, maupun propaganda. Karena dukungan
terang-terangan yang ditunjukkan oleh AS terhadap Israel yang merupakan musuh
dunia Islam, tak heran bila masyarakat muslim di seluruh dunia membenci AS dan
menganggapnya sebagai musuh.

Pasca Serangan 11 September 2001, AS semakin terang-terangan dalam


melancarkan serangan dan tekanan terhadap kaum muslimin sedunia. Isu-isu
terorisme senantiasa dimunculkan oleh para pejabat AS dan disebarluaskan oleh
jaringan media massa negara ini. Akibatnya, kaum muslimin di AS dan Eropa
banyak yang menjadi korban dari sikap kebencian di kalangan masyarakat Barat
terhadap Islam. Mereka dilecehkan, diserang, atau bahkan dipenjarakan tanpa
alasan yang jelas.

Kini, bukan hanya masyarakat muslim dunia yang menyadari kebusukan


AS itu, namun juga masyarakat Barat, termasuk rakyat AS sendiri. Berbagai
demonstrasi yang marak terjadi di negara-negara Barat, termasuk di dalam negeri
AS sendiri, membuktikan adanya kesadaran opini umum dunia atas kejahatan
rezim Washinton ini. Namun demikian, satu-satunya cara untuk menghentikan
kejahatan AS di atas bumi adalah dengan persatuan di antara seluruh kaum
muslimin yang telah tersadarkan akan wajah asli AS sebagai sebuah negara
imperialis di abad modern.

Dalam sudut pandang Afghanistan sendiri, salah satu stasiun televise


negara Arab ialah Al jazeera, yang langsung menyiarkan kejadian yang terjadi.
Dalam hal ini sedikit banyak Al jazeera sendiri telah mempropaganda negara
islam itu sendiri. Maka dari itu diperlukan sebuah usaha dalam menyiasati
propaganda yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang dalam hal ini telah
merusak nama islam.

Hubungan antara Militer dan Media Massa Semasa Perang

Petinggi militer AS sejak awal menyadari bahwa media harus


diperhatikan. Selain operasi militer itu sendiri. Jika sebelumnya dalam Perang
Teluk pertama, AS memakai sistem pool, dimana wartawan dikumpulkan dalam
satu pool, lalu ia meliput dengan bantuan dari militer. Kali ini, kerjasama
wartawan dan militer juga tidak bisa dihindarkan karena pasukan koalisi banyak
mengandalkan serangan dari udara. Intinya, media .butuh militer dan militer juga
butuh media.

Dan fenomena menarik dalam perang ini adalah munculna istilah


embedded journalist yaitu wartawan yang “melekat” di dalam militer. Ada sekitar
500 orang wartawan yang ikut serta dalam konvoi militer pasukan koalisi.4 Justru
hal itulah yang memancing kritik. Pertama, praktek jrnalisme semacam ini
merentankan independensi wartawan. Dia hidup, menghadapi bahaya, makan, dan
bergerak bersama-sama dengan militer yang ditumpanginya. Kedua, pola itu juga
menimbulkan distorsi dan terkesan melebih-lebihkan. Ketiga, liputan semacam itu
hanya menampilkan kehebatan dan kecanggihan peralatan perang pasukan koalisi,

4 http://www.mail-
archive.com/mediacare@yahoogroups.com/msg24705.html

13
tapi jarang menampilkan korban-korban perang itu sendiri. CNN misalnya, yang
banyak sekali memakai kata our soldiers (tentara kita atau kami).

Analisa tentang Perang Media dalam Membuat Propaganda di Masyarakat

Baik CNN, Fox, NBC, maupun Al-Jazeera sebetulnya sejak awal sudah
mempunyai sikap tertentu. Al-Jazeera, bila kita simak keseluruhan siarannya dan
bagaimana ia memframe siarannya, jelas sekali bahwa sikapnya antiinvasi AS ke
Irak. Sebaliknya seluruh media AS, secara general, bila dilihat dari
mainstreamnya, tampak sekali mendukung pemerintahannya. Tentu dengan
berbagai variasi yang sedikit berbeda antara satu media dengan media lain.

Kolumnis New York Times, Tom Friedman, mengritik Al-Jazeera dengan


mengatakan bahwa sebagai salah satu televisi, Al-Jazeera hanya melayani
keinginan audience Timur Tengah, yakni berita tentang kemenangan Saddam
Hussein dan kekalahan pasukan koalisi. Tetapi apa yang dikatakan Tom Friedman
ini juga berlaku untuk media AS. Media AS tak berani melawan arus publik yang
lebih pro pada pemerintahannya.

Ada satu kasus, misalnya Peter Arnett, yang dipecat dari NBC karena
diwawancarai TV Irak yang isinya dinilai merugikan public. Tetapi hal tersebut
diluar kebijakan AS. Ada media yang agak independen, misalnya BBC. Tapi BBC
juga tidak semuanya netral. The Guardian juga sering menerbitkan artikel-artikel
yang kritis.

Tapi secara keseluruhan, dalam situasi perang seperti ini, agak sulit dalam
situasi perang perang seperti ini membayangkan ada media yang benar-benar
independen karena media sebenarnya ditujukan untuk melayani pembaca atau
pemirsanya.

Pers memang tak mungkin netral. Karena bagaimana wartawan


mengambil keputusan harus didasarkan pada hati nurani dan pengamatan factual
di lapangan. Media yang punya akses bagus, yaitu Al-Jazeera yang bisa
mengamati di lapangan secara faktual. Al-Jazeera juga memberikan tempat
kepada pejabat-pejabat dari AS dan sekutunya untuk beropini. Peran wartawan
Al-Jazeera, melihat tragedy kemanusiaan yang terjadi di lapangan, adalah
memberikan informasi bagi warga yang menjadi korban.

Sebelum perang dimulai, banyak surat kabar atau tajuk rencana yang
menentang perang. Tapi karena perang sudah dimulai, kebanyakan orang AS
mendukung pemerintah mereka. Karena liputan media AS berubah menjadi lebih
mendukung perang. Kebebasan pers tetap ada di AS. Tapi selalu ada faktor human
error dalam semua liputan media massa. Tetap ada unsur propaganda di dalam
beritanya.

15
SIMPULAN

Masyarakat dalam iklim demokrasi memiliki kebebasan untuk


mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, tidak bisa begitu saja dibungkam
dengan kekerasan. Untuk kalangan masyarakat seperti ini, pihak penguasa
mengendalikan isi dari pendapat masyarakat tersebut, dengan kata lain pemerintah
membuat propaganda untuk mengendalikan pemikiran masyarakat.

Amerika Serikat mendapat saingan dalam media yaitu dengan kehadiran


televisi Al-Jazeera dan Al-Arabiyya yang mengancam jaringan televise sekuat
CNN, Fox News, atau NBC harus bertempur dalam memperebutkan opini publik.

Propaganda yang terjadi dalam perang ini adalah propaganda vertikal.


Yaitu propaganda yang melalui media massa. Hal tersebut terlihat dalam
persaingan yang ketat antara media Barat dan media Arab dalam memengaruhi
opini publik.

Propaganda menjadi salah satu hal yang dapat memicu terbentuknya opini
public dan reaksi publik dengan hanya membaca koran atau melihat pemberitaan
di televisi. Propaganda memiliki pengaruh yang kuat dalam dunia perpolitikan,
bisa memberikan keuntungan tersendiri bagi negara-negara yang terkait karena
apabila propaganda itu berhasil, maka mereka akan mendapatkan dukungan dari
banyak lapisan demi tercapainya tujuan negara-negara yang bersangkutan.

Seperti yang telah dipaparkan diatas, metoda propaganda terbagi menjadi


tiga; yaitu, metoda koersiv, persuasive, dan pervasive. Dalam hal ini, kami
berpendapat bahwa metoda propaganda yang terjadi pada masa perang pasca
tragedy 9/11 adalah metoda persuasive. Dimana masing-masing media massa
memiliki maksud dan tujuan sendiri didalam berita yang mereka buat. Mereka
berusaha untuk memengaruhi pola pikir masyarakat secara tidak langsung agar
nantinya berpihak kepada mereka.

Jadi, walaupun secara garis besar disini menerangkan bahwa propaganda


memberikan dampak yang buruk, namun sebenarnya propaganda itu sendiri perlu
untuk membangun opini publik dalam menyelesaikan suatu konflik dan
mengambil keputusan yang terbaik pada saat perang, agak sulit untuk memercayai
mana media massa yang benar-benar netral dan mana media massa yang memihak
pada suatu pihak karena media sendiri sebenarnya ditujukan untuk melayani
pembaca atau pemirsanya.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://www.tempo.co.id/hg/luarnegeri/2001/10/08/brk,20011008-06,id.html

http://www.gatra.com/2001-10-17/artikel.php?id=11688

http://www.mail-archive.com/mediacare@yahoogroups.com/msg24705.html

http://www.wikipedia.com/propaganda

http://qattameeya.multiply.com/journal/item/5

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/hollywood-suarakan-anti-perang-irak-
dan-aghanistan.htm

Anda mungkin juga menyukai