Anda di halaman 1dari 93

RAHASIA

PUSAT KESENJATAAN INFANTERI Lampiran III Keputusan Danpusdikif


PUSAT PENDIDIKAN INFANTERI Nomor Kep / 46 / VII / 2017
Tanggal 18 Juli 2017

PENGETAHUAN OPERASI LAWAN INSURJENSI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum. Perubahan-perubahan yang cukup pesat dalam bidang sosial politik,


ekonomi dan teknologi dewasa ini membawa pengaruh terhadap perkembangan keadaan,
aspirasi dan kebutuhan masyarakat, Hal tersebut berpengaruh pula terhadap pola dan
bentuk konflik yang dapat timbul di dalam negeri, sehingga penyiapan piranti lunak bagi
pelaksanaan operasi lawan insurjensi juga harus selalu mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam lingkungan masyarakat tersebut. Mengingat ruang lingkup masalah yang
akan dihadapi dalam operasi lawan insurjensi itu sangat luas dan menyangkut berbagai
bidang kehidupan yang saling berkait, maka sangat diperlukan adanya usaha yang
terpadu dalam pelaksanaannya antara satuan TNI, aparat pemerintahan sipil dan
masyarakat secara keseluruhan.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Dikcabpaif.

b. Tujuan. Agar Pasis dan Taruna Akmil memahami Pengetahuan Operasi


Lawan Insurjensi (OLI)

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Departemen ini memuat tentang
Pendahuluan,Lingkungan Operasi,Kampanye Penanggulangan,Operasi Intelijen, Operasi
Tempur,Operasi Teritorial dan Bantuan Administrasi serta Penutup yang disusun secara
sistimatika dengan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.
b. Lingkungan operasi.
c. Kampanye Penanggulangan.
d. Operasi Intel.
e. Operasi Tempur.
f. Operasi Teritorial.
g. Bantuan Administrasi.
h. Penutup.

RAHASIA
2

BAB II
LINGKUNGAN OPERASI

4. Umum. Operasi lawan insurjensi bertujuan untuk memelihara ataumengembalikan


kekuasaan dan kewibawaan pemerintah Negara Republik Indonesia dari keadaan
terganggunya kestabilan keamanan serta pembangunan. Lingkungan operasi adalah
keseluruhan kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Lingkungan
operasinya berada dalam wilayah nasional yang terdiri dari masyarakat sebagai unsur
utamanya, wilayah daratan, lautan dan ruang angkasa sebagai wadah kegiatan serta
musuh dan bentuk ancaman yang dihadapi.

5. Masyarakat. Sebagai unsur utama dari lingkungan operasi, maka masyarakat


Indonesia harus diusahakan agar tidak dapat dijadikan bagian dari usaha subversi,
infiltrasi, pengacauan dan pemberontakan. Struktur masyarakat Indonesia yang cukup
heterogen merupakan sasaran pihak lawan untuk dieksploitasi dan dimanipulasi dalam
mencapai tujuannya. Harus disadari bahwa perbedaan sikap, aspirasi dan pendapat yang
ada dalam masyarakat adalah gejala yang wajar sebagai akibat dari perkembangan
kondisi yang ada dalam masyarakat tersebut. Ketegangan yang timbul dalam masyarakat
kadang-kadang dapat memberi peluang yang baik terhadap pihak lawan yang melakukan
kegiatan subversi untuk menggalang kelompok tertentu dalam masyarakat guna
memperuncing ketegangan, mematangkan situasi dan kondisi untuk merongrong
pemerintah, mencetuskan pemberontakan dan kemudian menggulingkan pemerintah
yang sah. Perbedaan dalam pandangan dan sikap, menimbulkan pengelompokan dalam
masyarakat dan masing-masing kelompok akan mempunyai kepentingannya dalam
proses sosial politik, yang memungkinkan terjadinya konflik bilamana terjadi cara yang
berlebihan dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh pemerintah.
Pengelompokan masyarakat dapat terjadi berdasarkan suku, golongan, budaya, agama
dan kepentingan. Pengelompokan dapat juga dilihat pada masyarakat pedesaan dan
perkotaan yang memiliki sub-budaya yang berbeda, yang meninmbulkan pola masalah
yang berbeda pula. Menghadapi kenyataan ini, maka berbagai kelompok masyarakat
secara keseluruhan harus dilihat sebagai suatu sistem sosial yang terintegrasi satu
dengan yang lainnya. Kesadaran masyarakat harus ditumbuhkan dan diarahkan agar
terwujud adanya kohesi sosial, saling harga menghargai dan menyelesaikan masalahnya
sesuai azas musyawarah untuk mencapai mufakat.

6. Wilayah. Sebagai wadah kegiatan masyarakat, maka wilayah nasional harus


tetap dijaga agar tidak dapat dimanfaatkan oleh pihak lawan untuk usaha subversi,
infiltrasi, pengacauan maupun pemberontakan. Luasnya wilayah nasional yang terdiri
dalam belasan ribu pulau besar dan kecil dengan bentuk medan daratan yang cukup sulit
untuk ditempuh membawa berbagai kesulitan bagi aparat keamanan untuk menguasai
sepenuhnya. Pengawasan terhadap wilayah daratan, lautan dan udara serta wilayah
terpencil perlu dilakukan upaya secara terpadu agar tetap terjaga keutuhan seluruh
wilayah NKRI.

7. Musuh. Memburuknya aspek-aspek kehidupan sosial adalah awal dari timbulnya


keresahan masyarakat. Apabila keadaan ini tidak dapat diatasi maka keresahan
masyarakat dapat meningkat dan berkembang, sehingga keadaan ini dapat dimanfaatkan
oleh kelompok subversi baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk mencapai
tujuannya.

a. Ancaman keamanan dalam negeri. Ancaman terhadap keamanan dalam negeri


menurut eskalasi dapat dimulai dari ketegangan sosial, teror, insurjensi atau
3

kerusuhan bersenjata dan pemberontakan. Pola eskalasi ancaman/kegiatan musuh


dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Di dalam masyarakat Indonesia yang ditandai oleh ciri ke-Bhinekaan


terkandung banyak perbedaan pandangan sosio-kultural yang secara potensial
merupakan kerawanan.

2) Adanya kerawanan tersebut dapat dikembangkan menjadi ketegangan,


terutama apabila perbedaan pandangan itu dimanifestasikan dalam bentuk
interaksi sosial yang saling bertentangan. Hal ini ditandai oleh semakin
renggangnya persatuan dan semakin pudarnya toleransi (sosial).

3) Ketegangan antara kelompok sosial yang satu dengan kelompok yang


lain dapat meningkat menjadi bentrokan dimana kontak fisik dalam arti negatif
sudah mulai nampak.

4) Bentrokan yang berlarut-larut dapat berkembang dan diikuti oleh


kekacauan bersenjata atau insurjensi yang dengan segala daya upaya
berusaha untuk melemahkan atau meniadakan sistem kekuasaan dan
kewibawaan pemerintah yang sah.

b. Ancaman Insurjensi.

1) Hakekat ancaman insurjensi adalah kekacauan bersenjata di dalam


negeri yang dilakukan oleh kelompok insurjen, yang dapat berkembang
menjadi perlawanan tersusun. Jadi insurjensi adalah gerakan bersifat subversif
yang berusaha dengan jalan melawan hukum, melemahkan, merubah atau
merobohkan dan mengganti ideologi, sistem pemerintahan yang sah dengan
menggunakan kekuatan ireguler serta dengan cara-cara yang tidak
konvensional.

2) Kaum insurjen pada umunya memantapkan diri di pedesaan, di daerah


yang terpencil dan sulit di mana kekuasaan pemerintah sangat lemah,
pengendaliannya sangat terbatas dan terlebih-lebih di daerah di mana
kemampuan militer pemerintah terbatas. Di daerah seperti ini, jaring politik
kaum insurjen dan propaganda mereka mampu merekrut sejumlah kekuatan
yang dapat disusun ke dalam kelompok-kelompok kecil insurjensi setempat.
Bersamaan dengan itu secara diam-diam kaum insurjen mengambil alih
kekuasaan terhadap desa-desa yang terpencil dimana mereka membangun
pangkalan perlawanannya. Mereka menjalankan kegiatannya melalui kepala-
kepala desa yang mereka angkat, mereka paksa atau mereka pengaruhi.
Melalui itu semua kaum insurjen mengoperasikan administrasi pemerintahan
mereka sejajar dengan organisasi pemerintahan yang ada. Mereka
mengumpulkan pajak secara paksa, mengatur tata tertib menurut hukum
dengan cara mereka, merekrut anggota insurjen baru serta melatihnya dan lain
sebagainya.

3) Berhadapan dengan intimidasi dan bujukan kaum insurjen biasanya


penduduk setempat memilih lebih baik bekerja sama dengan insurjen dan tutup
mulut, karena cara itu lebih aman. Kaum insurjen acapkali memperoleh
simpatisan dan tenaga baru dari kalangan kaum muda yang resah, yang
mereka banjiri dengan propaganda baik terbuka maupun tertutup. Tenaga baru
itu akan menambah jumlah kaki tangan klandestein mereka maupun pasukan
4

insurjennya. Untuk memberikan latihan, kepercayaan diri dan senjata kepada


kelompok-kelompok baru itu, maka kaum insurjen memulai operasi kecil-
kecilan, seperti penghadangan dan serangan terhadap pos-pos polisi yang
terpencil. Mula-mula ulah mereka hanya diduga sebagai kegiatan kriminal
biasa. Berangsur-angsur setelah terlihat adanya indikasi, pemerintah mulai
menggerakkan kekuatan militer. Bila pasukan pemerintah kekuatannya kecil
biasanya akan dihadang oleh insurjen, bila kekuatannya besar pasukan
tersebut tidak menemukan apa-apa.

4) Insurjensi dapat tumbuh semakin besar dan lebih lengkap kekuatannya


yang memungkinkan beroperasi semakin jauh dari daerah pangkalan mereka,
menggunakan desa-desa yang baru dikuasai sebagai pangkalan sementara.
Bila pada awalnya pasukan insurjen dapat bekerja di ladangnya pada siang
hari dan beroperqasi pada malam hari, maka lama kelamaan kegiatan
bertempur menjadi pekerjaan tetap yang menyita waktunya. Insurjen yang
tadinya lokal, berkembang menjadi regional, ada pasukan inti mereka yang
direkrut dari kalangan insurjen yang lebih terampil dari berbagai desa. Langkah
ini memungkinkan organisasi politik insurjen memadukan beberapa desa ke
dalam daerah pangkal baru yang lebih luas.

5) Dengan wilayah kekuasaan yang lebih luas, kaum insurjen mulai


membangun bengkel-bengkel kecil yang memproduksi dan memperbaiki
senjata dan bahan peledak, depo perbekalan yang mereka sembunyikan,
rumah-rumah sakit, serta semua instalasi yang dipandang perlu untuk
menjalankan suatu perjuangan yang berlarut. Pada saat yang bersamaan
kaum insurjen mulai denghan sungguh-sungguh memobilisasi penduduk untuk
mendukung gerakannya. Para penganjur propaganda mereka pada tahapan ini
biasanya sudah berhasil menemukan berbagai keresahan maupun yang
mereka anggap sebagai aspirasi penduduk, seperti persediaan makanan tidak
mencukupi, pemerasan dan korupsi oleh petugas pemerintah, berbagai
larangan yang mereka anggap tidak masuk akaldan lain-lain. Kaum insurjen
perlahan-lahan memenangkan dukungan penduduk dengan cara memenuhi
keluhan dan tuntutan tersebut dengan cara apapun, bahkan kalau perlu
dengan cara melanggar ketentuan maupun prinsip mereka sendiri dalam
rangka memperoleh dan memelihara dukungan itu. Dengan cara mengisolasi
penduduk sejauh mungkin dari pengaruh luar dan bekerja atas dasar dari
pribadi ke pribadi, para penganjur propaganda kaum insurjen dengan perlahan-
lahan semakin mengembangkan pengaruh mereka. Kaum insurjen pada
tahapan ini telah dapat menyususn suatu dewan atau komite pimpinan yang
seolah-olah dipilih dengan dukungan penduduk. Sejalan dengan itu mereka
membentuk organisasi wanita, kelompok pemuda, himpunan petani, badan
hukum, serikat buruh, yang bertugas untuk memobilisasi dukungan penduduk,
melancarkan propaganda dan mengawasi tiap orang. Setiap badan
pemerintahan, partai politik, satuan militer, dan organisasi kemasyarakatan lain
disusupi oleh sel klandestein yang berfungsi sebagai bagian dari jaring intelijen
organisasi insurjen. Bila telah mencapai tahapan ini yaitu telah
terkonsolidasinya daerah-daerah pangkal perlawanan dan daerah belakang,
mereka mulai menyusup organisasi militer untuk operasi yang lebih bercorak
konvensional.

6) Peperangan Mobil. Kaum insurjen bila sudah cukup kuat, segera


menyiapkan diri untuk memasuki tahap akhir dari perjuangan mereka yakni
untuk menghancurkan pasukan pemerintah dan merebut kekuasaan dengan
5

menyelenggarakan peperangan mobil. Penyelenggaraan peperangan mobil


jelas membutuhkan persyaratan adanya pasukan reguler yang tersusun
dengan perlengkapan konvensional. Pada tahap ini beberapa satuan insurjen
regional telah berkembang mencapai kekuatan setingkat Batalyon dan sangat
berpengalaman. Kaum insurjen berangsur-angsur menarik pasukan ini ke
daerah yang aman dan terlindung, atau jika mungkin ke wilayah negara
tetangga yang bersimpati. Disini satuan insurjen itu disusun sebagai pasukan
reguler dan bila mungkin distandarisasikan perlengkapannya, ditingkatkan
latihannya dan dibenahi organisasinya agar mencapai persyaratan
konvensional, acapkali sampai dengan kekuatan resimen, brigade bahkan
divisi. Biasanya langkah ini membutuhkan bantuan dari luar secara luas, baik
dalam bentuk penasehat militer maupun material. Pasukan reguler ini diberi
pengalaman sekali-sekali dengan operasi yang dipilih dengan cermat, yang
bertujuan memberikan latihan dalam operasi ukuran lebih besar secara
konvensional. Namun biasanya komando tinggi merekan akan selalu hati-hati
melepaskan satuan tersebut kedalam pertempuran bila mereka tidak yakin
akan menang. Sebagian besar operasi kecil-kecilan yang merongrong dan
sangat meletihkan pasukan pemerintah diserahkan kepada pasukan insurjen
yang biasa. Bilamana dinilai sudah siap, pimpinan insurjensi akan melepaskan
satuan yang telah tersusun itu berangsur-angsur dan bilamana ada
kesempatan yang menentukan mereka akan dilibatkan dengan tujuan utama
ialah melikuidasi kekuatan pemerintah. Mengingat peperangan konvensional
merupakan unsur yang menentukan dalam mencapai kemenangan akhir, para
insurjen makin lama akan semakin memusatkan upaya mereka kepada
peperangan mobil tersebut. Pada tahapan ini babak insurjensi berakhir dan
mereka telah siap membuka suatu babakan baru, yaitu pemberontakan atau
perang saudara secara luas dan semesta.

BAB III
KAMPANYE PENANGGULANGAN

8. Umum. Upaya penanggulangan masalah keamanan dalam negeri, hanya akan


dapat berhasil apabila dilaksanakan sebagai suatu kampanye yang melibatkan unsur TNI,
aparat pemerintah sipil dan masyarakat secara terpadu. Perkembangan kondisi sosial
yang berbeda diberbagai daerah mengakibatkan situasi daerah operasi yang akan
dihadapi dapat berbeda antara daerah satu dengan daerah lain. Dalam kondisi aman,
maka aparat pemerintah dapat berfungsi sepenuhnya namun dalam kondisi yang rawan,
maka kelancaran administrasi akan terganggu yang akan mengakibatkan pula terhadap
kesejahteraan dan kemanan serta ketentraman masyarakat. Sebaliknya bila suatu daerah
dipengaruhi oleh kerusuhan bersenjata, yang pada tingkat tertentu dapat mengganggu
berfungsinya roda pemerintahan, merosotnya kemampuan dan kewibawaan pemerintah,
maka efektivitas pengerahan pasukan dapat menurun. Oleh karena itu pada tahap awal
pengamanan daerah akan menjadi sulit. Kerusuhan bersenjata yang merupakan salah
satu bentuk ancaman dalam negeri lazimnya berkembang karena adanya dorongan yang
bermotifkan politik. Kerusuhan senjata yang semula mungkin kecil dan tidak teratur, bila
tidak ditangani secara cepat akan tumbuh menjadi ancaman yang meluas dan ruwet.
Menghadapi situasi yang demikian, maka satuan TNI-AD selaku penegak kedaulatan
negara didarat dalam mempertahankan kewibawaan, kedaulatan dan keutuhan wilayah
daratan nasional, bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan
6

keamanan lainnya, sewaktu-waktu dapat melancarkan suatu kampanye dalam bentuk


operasi lawan insurjensi. Mengingat penyelesaian secara militer saja tidak akan memadai,
maka kegiatan yang akan dilaksanakan harus direncanakan secara terpadu pada semua
bidang dan aspek yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial dan psikologi yang serasi
dengan operasi militer yang akan dilaksanakan.

9. Tujuan. Dasar utama dalam setiap operasi lawan insurjensi meliputi dua aspek
yaitu aspek politik dan militer yang saling berkaitan erat. Penentuan sasaran militer
tergantung kepada pertimbangan politik, sedangkan tujuan politik itu sendiri berdasarkan
tiga pertimbangan sebagai berikut :

a. Pertama : Tujuan dan luasnya operasi militer.


b. Kedua : Sasaran politik dan militer yang dirumuskan pemerintah.
c. Ketiga : Tujuan jangka panjang politik yang diharapkan dapat dibangun
setelah kampanye militer selesai.

Sasaran militer adalah untuk menghancurkan insurjen sedini mungkin, sehingga


kehidupan normal yang berdasarkan hukum dapat dipulihkan. Kecepatan bertindak
merupakan bagian utama dari tujuan, agar sengketa dapat segera diatasi atau diakhiri
sebelum berkembang menjadi ancaman yang lebih besar.

10. Dasar Penanggulangan. Penanggulangan sengketa dalam negeri bertitik tolak


kepada intelijen tentang bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
dihadapi. Makin akurat intelijen yang dimiliki, penentuan cara bertindak akan lebih tepat.
Secara nasional, usaha untuk mencegah dan menaggulangi ancaman keamanan dalam
negeri harus diarahkan untuk menghancurkan semua pra-syarat dan kondisi yang dapat
memungkinkan berhasilnya operasi pihak lawan. Bersamaan dengan itu, harus ada juga
upaya yang terarah untuk memutuskan hubungan insurjen dengan organisasi bawah
tanah mereka baik di dalam maupun di luar negeri yang bergerak di bidang politik,
ekonomi, sosial dan militer. Secara umum ada empat syarat yang menjadi dasar bagi
usaha penanggulangan ancaman keamanan dalam negeri, yaitu :

a. Seluruh potensi nasional harus dimobilisir dan upaya maksimum ditujukan


pada pemaduan kegiatan militer dan politik. Walaupun secara umum upaya
penanggulangan harus diarahkan pada segenap bidang kehidupan masyarakat yang
dapat dimanfaatkan oleh pihak lawan, akan tetapi harus disadari bahwa
penyelesaian akhirnya akan tergantung pada pendekatan politik dan militer.

b. Bantuan penduduk sangat penting untuk menghadapi insurjensi, selain


bermanfaat untuk kepentingan operasi juga bermanfaat untuk kepentingan
penduduk itu sendiri. Bila sengketa dalam negeri telah berkembang jauh menjadi
gerakan insurjensi, maka sasaran utama yang akan diperebutkan oleh kedua belah
pihak adalah dukungan dari rakyat. Bagaimanapun juga tidak mungkin seluruh
rakyat menaruh simpati kepada pihak insurjen. Melalui rakyat yang simpati kepada
pemerintah yang merupakan sumber intelijen akan dapat diketahui seluruh kegiatan
musuh di daerah tempat tinggal mereka. Penduduk harus diyakinkan bahwa bantuan
mereka terhadap pemerintah adalah untuk kepentingan mereka juga dalam
memelihara keamanan di daerahnya.

11. Azas-azas Operasi Lawan Insurjensi. Azas-azas perang yang bersifat universal,
maupun azas-azas yang dikenal dalam Hankamrata, pada hakekatnya tetap dapat
diterapkan dengan aplikasi yang dapat dikembangkan dalam berbagai variasi. Sebagai
contoh, sifat medan yang berbeda-beda di berbagai wilayah Indonesia, dengan jelas
7

menunjukkan perlunya pemilihan peralatan yang sesuai dengan medan tersebut, untuk
memperoleh azas kekenyalan yang diharapkan. Disamping itu azas-azas yang bersifat
khusus harus diperhatikan, mengingat perlawanan dari pihak insurjen selalu
memanfaatkan setiap situasi yang memungkinkan bagi mereka.

a. Azas-azas umum.

1) Tujuan Operasi Lawan Insurjensi bertujuan untuk menumpas insurjensi,


memulihkan keamanan dan menanggulangi segenap masalah yang dapat
mengganggu stabilitas keamanan yang timbul akibat insurjensi, sehingga
kehidupan yang normal, tertib, aman dan sejahtera dapat dipulihkan secepat-
cepatnya. Pelaksanaan operasi, bagaimanapun kecilnya akan dapat membawa
pengaruh terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, maka pemilihan
sasaran agar dikoordinasikan sebaik-baiknya dengan pemerintah daerah
setempat, sehingga hasil yang akan dicapai benar-benar bermanfaat bagi
daerah tersebut terutama bagi kepentingan tahapan stabilisasi di kemudian hari
dan tetap mendapat dukungan dari penduduk secara keseluruhan.

2) Ofensif. Aksi ofensif sebagaimana terdapat dalam perang konvensional,


membutuhkan daya imajinasi untuk dapat diterapkan dalam operasi ini. Hal ini
terjadi akibat sangat kurangnya informasi, baik karena penduduk yang bersikap
apatis mungkin pula akibat adanya permusuhan. Dan yang lebih penting lagi,
karena kaum insurjen hanya akan muncul dan bertempur bila mereka yakin
kemenangan dapat mereka capai. Suatu aksi ofensif yang mendalam tanpa
intelijen yang baik, di mana medan kurang menguntungkan, biasanya akan
kurang efektif. Bila operasi seperti ini dilakukan, insurjen akan mudah
meloloskan diri ke daerah penyelaman atau bergabung dengan penduduk
biasa, terutama apabila pertempuran yang menentukan tidak memberi peluang
kemenangan bagi mereka. Seperti dikemukakan sebelumnya maka perlu
diperhatikan, bahwa operasi yang gagal dapat berpengaruh buruk terhadap
penduduk yang terkena atau menderita kerugian sebagai akibat kegagalan
tersebut, selain sebagai akibat reaksi insurjen setelah pasukan kita berangkat.
Dalam operasi lawan insurjensi, maka setiap operasi yang dilancarkan harus
didasarkan pada perhitungan dan keyakinan akan berhasil, dan bukan atas
dasar besarnya pasukan. Berbagai upaya yang aktif dan imajinatif yang
berkaitan dengan masalah aspirasi dan kebutuhan penduduk, ditambah
dengan adanya administrasi pemerintahan daerah yang bersih, operasi bhakti
yang memberikan manfaat langsung kepada penduduk, penerangan
masyarakat serta dengan adanya perlindungan keamanan yang baik,
semuanya itu merupakan cara yang efektif untuk memperluas daerah
penguasaan pemerintah. Operasi yang bersifat ofensif sangat perlu untuk
membatasi kegiatan insurjen di sekitar daerah yang dikuasai dan untuk
memperoleh inisiatif di daerah yang akan dibersihkan atau akan diduduki. Hal
ini hanya dapat dicapai dengan patroli yang terus-menerus dan dengan operasi
lainnya yang ditujukan untuk memberi pengamanan dan mencegah insurjen
mendapat bantuan dari penduduk.

3) Pendadakan. Tanpa adanya pendadakan, maka prospek berhasilnya


operasi lawan insurjensi akan kecil sekali. Pendadakan tidak mungkin dicapai,
tanpa intelijen yang baik, yang merupakan syarat utama bagi semua operasi
militer. Pendadakan terlebih-lebih akan semakin sulit diperoleh dalam kondisi di
mana setiap gerakan pasukan dilaporkan kepada pihak insurjen oleh penduduk
setempat. Kunci dari masalah ini adalah merahasiakan kehendak kita.Untuk itu,
8

maka langkah-langkah berikut ini perlu dilaksanakan dalam membantu


tercapainya pendadakan.

a) Pelaksanaan rencana yang matang, berani, rahasia dan cepat pada


semua tingkatan.
b) Penyesatan melalui kegiatan dan gerakan pura-pura.
c) Kemahiran dan kerahasiaan gerakan memasuki daerah operasi. Ini
termasuk penggunaan maksimal dari bantuan udara pada malam hari,
gerakan lintas medan, ataupun menjauhi daerah pemukiman.

4) Pengamanan. Pihak insurjen tidak akan henti-hentinya melakukan usaha


pencarian informasi dan berbagai keperluan lainnya, dengan usahanya dalam
subversi, melancarkan ancaman yang bahkan dapat lebih besar daripada
dalam perang yang konvensional. Bila sebagian penduduk diperkirakan terlibat
dalam jaringan intelijen pihak insurjen, maka diperlukan adanya suatu sistem
pengendalian, pembatasan dan bila perlu diadakan jam malam.

5) Kekenyalan. Prinsip kekenyalan, meliputi juga kemampuan mengambil


keputusan yang cepat dan tindakan segera untuk mengeksploitasi keuntungan
dari suatu perubahan situasi, atau sebagai akibat adanya intelijen yang baru.
Hal ini secara tidak langsung membutuhkan mobilitas fisik dari seorang
komandan, kesegaran jasmani dari pasukan untuk mampu bergerak secara
bebas di medan sulit. Dengan bantuan udara yang cukup, maka hal ini dapat
dicapai sesuai dengan kebutuhannya.

6) Pemusatan tenaga. Pemusatan tenaga harus dilaksanakan dengan


rahasia. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan angkutan udara atau
bergerak dengan jalan kaki dalam kelompok yang tersebar dengan
menggunakan jalan pendekat yang terlindung terutama di malam hari. Dasar-
dasar bagi pemusatan tenaga yang efektif adalah :

a) Satuan yang mobil, yang dapat bergerak dengan beban perorangan


untuk lintas medan, menghindari jalan umum dan kampung-kampung.
b) Penggunaan angkutan udara.
c) Penggunaan alat angkut personel dan perlengkapan yang cocok
untuk lintas medan dan lintas air, terutama melalui medan-medan yang
terpotong, sungai, rawa dan persawahan.

7) Penghematan tenaga. Luasnya tugas-tugas militer dalam operasi


lawan insurjensi cenderung akan menyerap tenaga militer yang cukup besar
dan terus meningkat apabila tindakan penghematan tenaga tidak diterapkan
secara efektif. Tanpa penghematan tenaga sukar memperoleh kekenyalan
dalam aksi yang ofensif, yang keduanya sangat penting dalam memperoleh
kemenangan.

8) Kerjasama. Hubungan timbal balik antara militer dan aparat sipil


dalam operasi lawan insurjensi menggambarkan perlunya keterpaduan yang
erat dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi, mulai dari tingkat nasional
hingga tingkat satuan terkecil.

9) Moril. Pemeliharaan moril yang tinggi penting sekali, terutama karena


garis komando yang biasa kadang-kadang terputus dan banyak hal yang
penyelesaianya sangat tergantung pada inisiatif dan aksi yang agresif baik dari
9

peroraqngan ataupun kelompok. Ketegangan jiwa yang gawat dapat timbul


sebagi akibat dari operasi yang terus menerus dan kadang-kadang
membosankan dan akibatnya dapat merusak moril pasukan. Memlihara moril
akan menguji watak dan kepemimpinan seorang komandan. Sebagai bahan
pembantu, seorang komandan dapat memperhatikan hal-hal sebagi berikut :

a) Kebijaksanaan yang jelas dalam keadaan istirahat dan pergantian


pasukan.
b) Partisipasi anggota dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi
masyarakat sekitarnya.
c) Kegiatan olahraga bersama penduduk setempat.
d) Mempelajari bahasa setempat, sejarah dan adat-istiadatnya.
e) Briefing yang rutin, untuk menyampaikan informasi, agar setiap
prajurit mengikuti perkembangn situasi.

10) Administrasi. Masalah administrasi adalah masalah besar dalam


operasi lawan insurjensi. Sebagian besar pembekalan ulang kadang-kadang
sulit dilakukan, karena medan yang sukar ditempuh. Untuk itu, maka
pembekalan melalui udara dan penentuan tempat-tempat pembekalan yang
tepat sangat diperlukan. Pengawalan instalasi pembekalan yang tersebar harus
seminimal mungkin, karena dapat menyerap tenaga pasukan pengamanan
yang banyak, dan sesungguhnya dibutuhkan untuk pertempuran.

b. Azas-azas khusus. Dari berbagai pengalaman yang telah diperoleh


dalam melaksanakan operasi lawan insurjensi, maka dirasakan perlu adanya azas-
azas khusus yang selalu diperhatikan, disamping adanya azas-azas umum seperti
telah disebut di atas. Azas-azas tersebut adalah :

1) Pemerintah mempunyai sasaran yang jelas dalam menciptakan suatu


pemerintahan yang bersih, efektif dan berwibawa. Sebagamana halnya negara-
negara yang sedang membangun, maka masalah menanggulangi ancaman
dari dalam negeri, adalah merupakan salah satu masalah dari banyak masalah
yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Masalah keamanan dalam negeri
mungkin suatu saat mendapat prioritas, namun hal tersebut tidak boleh dilihat
secara terpisah. Operasi lawan insurjensi pada dasarnya adalah suatu
pertarungan untuk merebut hati dan dukungan penduduk atau rakyat banyak.
Oleh karena itu maka langkah-langkah yang ditempuh oleh pemerintah suatu
saat mungkin saja mempunyai sasaran masalah ekonomi demi kepentingan
rakyat banyak, namun hal ini harus diketahui dengan jelas oleh
penduduksehingga mereka memberi dukungan kepada pemerintah.Untuk
menangani masalah-masalah kompleks seperti ini maka diperlukan struktur
pemerintahan yang bersih, sehat, kuat dan bekerja secara efektif untuk
merebut kepercayaan, simpati dan dukungan penduduk. Dalam kondisi dimana
diperlukan adanya suatu operasi lawan insurjensi, maka tidak akan ada hasil
yang dapat dicapai bila aparatur pemerintah tidak mampu bekerja secara
efektif dan efisien.

2) Pemerintah harus bertindak sesuai dengan hukum dan peraturan.


Masalah yang sangat sulit kadang-kadang harus dihadapi adalah, bilamana
pihak insurjen melakukan aksi-aksi teror. Menghadapi masalah seperti ini,
maka pemerintah tidak boleh melakukan tindakan pembalasan yang tidak
sesuai dengan hukuim, walaupun mungkin menganggap hukum yang ada
kurang memadai untuk meghadapinya. Hal ini bukan saja secara moral keliru,
10

tetapi juga pada suatu periode tertentu akan dapat meinmbulkan berbagai
kesulitan bagi pemerintah, yang dapat menjadikan penyelesaian masalah yang
dimaksudkan meluas, berlarut-larut dan tidak tuntas. Suatu pemerintahan dari
suatu negara hukum yang dalam melaksanakan fungsinya tidak sesuai dengan
hukum, akan sulit mengharapkan rakyatnya juga bertindak sesuai hukum.

3) Pemerintah harus mempunyai rencana yang menyeluruh dan terpadu.


Rencana operasi lawan insurjensi tidak boleh hanya meliputi masalah tindakan
pengamanan dan opersai militer saja. Ia juga harus meliputi semua aspek
politik, sosial, ekonomi, psikologis, dan hal-hal lainnya yang mempunyai
pengaruh terhadap insurjensi itu sendiri. Akan tetapi diatas segalanya itu, maka
dalam rencana tersebut harus jelas disebutkan mengenai peranan dan
tanggung jawab dari masing-masing untuk menghindarkan timbulnya duplikasi
dalam kegiatan dan untuk menjamin bahwa tidak ada masalah-masalah yang
luput dari penanganan nantinya oleh semua bagian secara keseluruhan.
Disamping itu harus ada keseimbangan antara bagian militer dan sipil, dengan
koordinasi yang baik disegala bidang. Ini dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya kegiatan yang tidak saling mendukung sehingga hasilnya kurang
memuaskan. Terutama di daerah yang dipengaruhi oleh insurjen, maka
kegiatan aparat sipil yang tidak terkoordinir akan dapat menghamburkan biaya
yang sia-sia, bila tidak dipadukan dengan operasi militer, serta akan
menyebabkan dampak terhadap operasi pemulihan keamanan baik selama
operasi maupun sesudahnya pada tahap konsolidasi.

4) Pemerintah harus memberi prioritas untuk menghancurkan subversi


politik, baru kemudian insurjensi secara fisik. Penghancuran subversi politik,
terutama harus dilakukan pada tahap pembentukan kekuatan sebelum
insurjensi dimulai dan diteruskan, sehingga insurjen dapat ditumpas. Tanpa
menghancurkan organisasi subversi politiknya, di kota maupun di desa, maka
insurjensi tidak dapat dipisahkan dari penduduk, atau ibarat ikan dipisahkan
dari air, maka kehancuran mereka sesunguhnya akan berjalan secara
otomatis. Sebagai gambaran dapat dilihat diagram berikut:

Partai politik
Komando Insurjensi
“KUNING” C
“KUNING"
( Komite Pusat )

Sel-sel klandestein B
A Insurjen
“KUNING” dalam
“KUNING”
Masyarakat.

Bila organisasi politik subversi pada A dapat dihancurkan, maka insurjen pada
B dan C akan kekurangan perbekalan, anggota dan intelijen, sehingga lambat
laun anggota-anggotanya menjadi berkurang karena terbunuh atau menyerah.
Dalam proses penghancuran organisasi politik tersebut, maka perhatian
intelijen harus diarahkan untuk mengidentifikasi dan sedapat mungkin
menumpas semua anggota organisasi subversi karena satu dan lain hal
11

berusaha menembus garis pemisah antara insurjensi dan penduduk. Upaya ini
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan swadaya penduduk yang
dikoordinasikan dengan operasi militer untuk mencegah hubungan antara
insurjen dan organisasi politik subversinya. Sementara proses ini berlangsung,
maka insurjen akan dipaksa untuk muncul ke permukaan melakukan kontak
untuk mencari bantuan, sehingga dari berbagai kegiatan kontak tersebut dapat
menjadi petunjuk dan penuntun bagi operasi penghancuran mereka.

5) Dalam tahap awal operasi lawan insurjensi maka pemerintah harus


mengamankan basis operasi terlebih dahulu. Pengamanan basis operasi dari
gangguan insurjen menjadi lebih penting, karena sebagai sumber menghadapi
insurjensi yang berada di daerah operasi. Gangguan insurjen ke basis operasi
harus dicegah di mana terdapat sebagian besar penduduk dan instansi yang
menggerakan operasi militer dan roda pemerintahan. Usaha mengatasi
insurjensi akan dapat terganggu, bila fasilitas komando dan bantuan
administrasi untuk mengatasinya kurang dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Akan tetapi bila kegiatan lawan masih dalam tahap pembentukan
kekuatan, maka kegiatan dapat terjadi sebaliknya, yaitu lebih diarahkan ke
daerah pedalaman, dan perhatian di daerah operasi lebih ditujukan pada
masalah-masalah ekonomi, teritorial dan keamanan. Namun apabila usaha-
usaha ini mengalami kegagalan, maka prioritas pengamanan harus diberikan
kepada daerah yang lebih maju dalam pembangunannya. Daerah seperti ini
dapat menampung sebagian besar dari penduduk dan mempunyai arti yang
lebih penting bagi pemerintah dipandang dari sudut ekonomi dan politik.

12. Taktik dan Teknik Operasi Lawan Insurjensi. Untuk dapat melawan insurjensi
perlu diketahui prinsip taktik dan teknik mereka, yaitu banyak akal, inisiatif, kemauan
menyerang, keteguhan, kerahasiaan, kecepatan dan kesempurnaan. Di bawah ini adalah
dasar taktik dan teknik insurjensi pada umumnya yang lazim dilakukan.

a. Banyak akal. Insurjensi dikatakan mereka sebagai gerakan kaum yang


lemah melawan yang kuat. Untuk dapat melangsungkan perlawanan yang berlanjut
insurjen harus cerdik dan banyak akal. Untuk dapat bertempur secara cerdik,
insurjen menerapkan 7 ketentuan yaitu :

1) Melakukan serangan penipuan (pura-pura) pada satu titik, sementara di


titik / tempat yang lain melakukan serangan sesungguhnya agar pasukan
pemerintah tidak sempat melindungi dirinya.

2) Bergerak secara berloncatan baik terlihat ataupun tidak, agar pasukan


pemerintah tidak dapat mengetahui secara pasti di mana kedudukan insurjen
itu sendiri yang sebenarnya, sehingga tidak dapat menyerang insurjen.

3) Menghindari titik-titik pasukan pemerintah yang kuat dan hanya


menyerang titik lemahnya yaitu pasukan kawal belakang, pasukan yang
sedang istirahat atau yang sedang mengundurkan diri. Jika menyerang suatu
formasi atau pasukan pengawalnya, insurjen diajarkan untuk tidak boleh takut
mengalami korban.

4) Mendalami bilamana saat yang tepat untuk maju ataupun mundur. Jika
pasukan pemerintah yang menyerang lebih kuat, insurjen akan melakukan
pengunduran dan akan segera melaksanakan serangan balas pada beberapa
titik lemah yang ditemukan.
12

5) Serang, hancurkan dan mundur dengan berbagai cara agar pasukan


pemerintah tidak dapat bereaksi atau mengerahkan perkuatan untuk
mengepung ataupun melancarkan serangan udara. Jika pertempuran telah
usai, insurjen mundur dengan cepat dan mencoba menyerang kembali untuk
mencegah kemungkinan pasukan pemerintah mengejar. Tetapi demi
kecepatan gerakan insurjen mungkin harus mengorbankan berbagai hal, antara
lain anggota yang tidak penting, perlengkapan yang berat-berat, dan lain-lain.

6) Insurjen tidak bertempur bila tidak yakin akan berhasil, untuk itu lebih baik
mundur. Insurjen tidak bertempur tanpa perhitungan. Jika suatu kemenangan
tidak dapat dipastikan, maka serangan insurjen biasanya ditunda dan
menunggu sampai adanya kesempatan yang lebih baik. Jika yakin akan
menang maka serbuan akan dijaga dan diteruskan dalam rangka
menghancurkan pemerintah secara tuntas, setelah itu insurjen akan bertahan
sementara, kemudian mundur tanpa ragu-ragu.

7) Insurjen tidak menggunakan taktik yang sama secara tetap, karena hal
tersebut hanya menguntungkan pasukan pemerintah untuk menghancurkan
insurjen dengan mudah mengembangkan inisiatifnya. Untuk ini diperlukan
kecerdikan pada pimpinan insurjen agar tetap dapat menipu atau mengelabui
pasukan pemerintah.

b. Inisiatif. Dalam berbagai keadaan, insurjen akan tetap mencari dan


menyerang untuk melakukan operasi pembersihan, harus bertindak mendahului
dengan melakukan serangan atau menghilang untuk menghindari pengepungan.
Selama pertempuran tidak boleh terpaku pada sutu tempat, sebaiknya mencari
jalan, bagaimana bergerak maju atau mundur bila diperlukan dan bertempur secara
seimbang di dalam maupun di luar pedesaan.Jika pasukan pemerintah bergerak
dengan cepat, harus dipaksa untuk memperlambat geraknnya. Jika pasukan
pemerintah bergerak hanya dengan menggunakan satu jalur, harus dipaksa untuk
menggunakan beberapa jalur dengan memecah pasukannya, agar dapat
dihancurkan dalam kelompok-kelompok kecil dan lemah. Berbagai ketentuan
tentang inisiatif adalah :

1) Harus menguasai keadaan dan berusaha mencari dan mengetahui


keadaan pasukan pemerintah, sikap pimpinannya dan daya tempurnya, moril
serta keuletan pasukannya. Mengikuti semua kegiatan pasukan pemerintah
dan pengerahan dinas intelijennya termasuk berbagai pelaksanaan tugas rutin
serta kebiasaannya sehingga memungkinkan membuat rencana operasi yang
dapat berhasil guna.

2) Harus menanggulangi berbagai titik lemah yang terdapat dipihak sendiri


seperti kurangnya persenjataan, munisi, obat-obatan dan bahan makanan.
Harus memlihara perlengkapan dan peralatan yang ada, atau merampas dari
pasukan pemerintah, serta menyempurnakan perlengkapan utama. Memeriksa
perlengkapan pengamanan dan komunikasi serta hubungan dengan berbagai
satuan kawan, tetangga, atasan dan desa tetangga. Memelihara kesehatan,
mencari medan-medan yang baik untuk kegiatan operasi. Apapun yang terjadi,
perhatian utama, harus ditujukan uantuk mempertinggi semangat tempur dan
mengarahkan semua pemikiran ke dalam satu keinginan yaitu untuk
menghancurkan dan memusnahkan pasukan pemerintah.
13

3) Berusaha bagaimana agar dapat mengetahui semua titik lemah pasukan


pemerintah. Kemudian memanfaatkan semua kelemahan tersebut untuk
menghancurkannya dengan cara menyerang. Pada waktu yang bersamaan
menasehati penduduk untuk berperan aktif di dalam pertempuran.

4) Mencapai sesuatu yang tampaknya seperti tidak mungkin, dalam rangka


memaksa pemerintah mengikuti kemauan mereka dan mencegah usaha
pemerintah untuk menuntun dan mendikte mereka.

5) Jika pasukan pemerintah melindungi diri dengan baik tanpa adanya titik
lemah, mereka menciptkan kondisi sebelum melancarkan serangan.

c. Kemauan untuk menyerang. Jika memberi kesempatan kepada pemerintah


untuk menyerang dan membatasi diri pada pertahanan yang pasif, maka tidak dapat
melindungi penduduk dan akan mudah untuk dihancurkan. Untuk itu harus
diusahakan untuk menyerang pasukan pemerintah, dalam rangka memaksanya
untuk bertahan, menguras tenaganya, mencegahnya memperluas radius gerakan,
memegang teguh inisiatif dan menghalangi berbagai usaha pemerintah. Inilah cara
untuk mencapai tugas yang luhur“melindungi penduduk“. Jika pasukan pemerintah
mundur, melakukan pengejaran. Jika pasukan pemerintah mundur akibat terpukul,
maka harus dikejar dan dihancurkan secara tuntas.

d. Keteguhan. Sikap teguh dalam sutu serangan berarti siap menyerang


pasukan pemerintah dengan cepat setiap saat dengan keyakinan akan berhasil
meraih kemenangan. Bila keadaan tidak menguntungkan dan terpaksa mundur,
maka mundur dalam rangka melakukan tindakan balas disuatu tempat. Setiap rasa
bimbang pada saat-saat kritis dapat berakibat kehancuran yang tidak mudah
diperbaiki. Keteguhan sangat erat kaitannya dengan inisiatif. Jika tidak
membahayakan rencana yang lebih luas dan pangkal perlawanan barulah dapat
bertempur untuk mencapai suatu hasil. Hal itu harus dilaksanakan tanpa rasa
bimbang dan tnpa menunggu perintah dari atasan. Mereka akan kehilangan
kesempatan baik bila kebimbangan menguasainya.

e. Kerahasiaan. Selama mata-mata pasukan pemerintah masih tersebar di


segala tempat, maka kerahasiaan harus dijaga, tidak hanya oleh pasukan sendiri,
tetapi juga oleh penduduk. Pasukan harus mempertahankan kerahasiaan sebelum,
selama dan setelah operasi dan juga dalam setiap tugas dan kegiatan rutin. Berhati-
hati dalam setiap perkataan dan perbuatan, berfikir sebelum melangkah berbicara
secukupnya.

f. Kecepatan. Pasukan pemerintah selalu mengawasi daerah belakang di


mana terdapat jalur perhubungan, sarana angkutan, saran perhubungan dan bahan
bekal serta pasukan cadangan serta berbagai sarana pengendalaian pasukan.
Disinilah titik kuat pasukan pemerintah, dalam rangka menghindari titik kuat dan
untuk dapat merubahnya menjadi titik lemah, kecepatan harus dimiliki agar kita
memiliki keuntungan waktu. Kegiatan menciptakan titik lemah harus cepat karena
pasukan pemerintah tidak akan tinggal diam jika kegiatan memakan waktu yang
lama. Jika lamban maka pada akhirnya akan menderita kerugian yang besar akibat
berbagai tindakan balasan pasukan pemerintah seperti serangan balas, serangan
udara dan tembakan artileri.

g. Kesempurnaan.Pada kader dan gerilya harus diteguhkan hatinya untuk


menghancurkan pasukan pemerintah secara tuntas yaitu, hancurkan pasukannya
14

dan rampas semua persenjataannya. Adalah penting sebelum pelaksanaan setiap


opersi, menentukan jumlah personel pasukan pemerintah yang perlu dimusnahkan
dan jumlah senjata yang harus dirampas, dikaitkan dengan sarana yang dmiliki dan
kenyataan berdasarkan perkiraan kekuatan pasukan pemerintah. Bila dalam suatu
pertempuran inisiatif berada ditangan mereka, maka adalah kurang menguntungkan
bila dapat menghalau 100 atau 200 orang pasukan pemerintah tanpa merampas 1
atau 2 senjatanya. Dan adalah lebih baik bila sanggup membunuh2 atau 3 orang,
tetapi dengan hasil dapat merampas senjatanya. Dilain pihak kehancuran pasukan
pemerintah secara total memberikan keuntungan bertambahnya senjata dan bekal
bagi pasukan insurjen. Penduduk akan bangga terhadap insurjen dan jelas akan
bertambah keuntungan mereka dari sikap penduduk tersebut, dengan demikian
mereka akan sanggup bertempur dalam perang yang panjang. Dasar tentang taktik
dan teknik bertempur insurjensi di atas harus benar-benar dipahami dengan sebaik-
baiknya untuk dapat mengalahkan dan menghancurkan insurjensi.

13. Konsepsi Dasar Operasi.

a. Penyelesaian masalah insurjensi harus diarahkan kepada penyebab terjadinya


gerakan tersebut yaitu organisasi subversi dan bukan kekuatan bersenjatanya
semata-mata. Dalam hal ini maka operasi lawan insurjensi adalah suatu operasi
dengan kerja sama antara penguasa sipil dan Angkatan Bersenjata baik di pusat
maupun di daerah. Usaha bersama ini digunakan untuk melakukan tekanan secara
serentak kepada insurjen yang mencakup semua bidang.Secara umum maka
operasi tersebut mencakup empat macam tahap sebagai berikut : pemebersihan,
mempertahankan apa yang telah dicapai selanjutnya meningkatkan kondisi daerah,
konsolidasi serta stabilisasi dalam rangka meningkatkan ketahanan masyarakat.

b. Pembersihan (“Clearing”). Daerah-daerah yang telah disusupi oleh unsur-unsur


subversi, sel-sel bawah tanah dan mungkin satuan insurjen pertama-tama harus
dibersihkan lebih dahulu dari anasir tersebut. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah
penyelidikan untuk menemukan daerah basis insurjen, dengan sasaran yang
meliputi kekuatan dan kelemahan musuh, keadaan medan dan kondisi, politik,
ekonomi, sosial budaya serta penduduk. Operasi-operasi pembersihan dapat
dilakukan dengan gabungan intelijen, operasi tempur, teritorial dan kamtibmas
dengan titik berat disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Operasi tempur
terutama ditujukan untuk menghancurkan insurjendi daerah basisnya. Dengan
adanya tekanan-tekanan ini maka insurjen mungkin akan mengabaikan personelnya
di dalam daerah tersebut atau menyusupkannya keluar daerah. Untuk menghadapi
hal ini maka satuan-satuan ditempatkan sedemikian rupa sehingga menutup
kemungkinan pihak insurjen untuk memusatkan pasukannya untuk meloloskan diri
keluar daerah atau mencegah perkuatan dari daerah lain. Pembersihan daerah ini
menjadi dasar untuk pembangunan basis operasi awal bagi pembersihan secara
total seluruh daerah yang kacau dari pengaruh insurjensi selanjutnya.

c. Mempertahankan dan Meningkatkan Kondisi Daerah yang telah Dikuasai


(“Holding“). Daerah-daerah yang telah dibersihkan tetap dikuasai oleh satuan-satuan
operasional TNI, sehingga tidak memungkinkan insurjensi untuk kambuh atau
melaksanakan kegiatannya. Kegiatan penting yang perlu dilakukan adalah menata
kembali pemerintahan dan pranata masyarakat untuk selanjutnya melaksanakan
pembangunan guna menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk pembinaan
ketahanan nasional. Dengan meningkatkan kehidupan masyarakat dalam semua
aspek kehidupan seperti pertanian, kesehatan, sarana komunikasi dan lain-lain akan
lebih menimbulkan semangat penduduk untuk membantu pasukan lawan insurjensi
15

serta melakukan tindakan yang positif guna mencegah penyusupan kembali insurjen
serta melaporkan sel-sel yang ditinggalkannya. Keadaan tersebut harus
dipertahankan serta ditingkatkan sehingga tercapai suatu kondisi yang mendukung
untuk tindakan berikutnya.

d. Konsolidasi ( “Winning” ). Kondisi penduduk diusahakan sedemikian rupa


sehinga kehidupannya normal, kegiatan berjalan seperti sedia kala dan penduduk
menaruh kepercayaan kepada pemerintah. Dalam hal ini dilakukan kegiatan
pembangunan, mengajak penduduk berpartisipasi dalam menanggulangi akibat-
akibat kekacauan, sehingga tidak ada peluang bagi lawan untuk membangun
kembali kekuatannya.

e. Rehabilitasi ( “Won” ). Bila kondisi telah kembali normal seperti sedia kala
dimana penduduk dapat dengan bebas melakuikan kegiatan masing-masing serta
pemerintahan telah berfungsi kembali, maka pemerintah telah memenangkan
operasi lawan insurjenasi. Selanjutnya penduduk tetap dibina agar percaya
sepenuhnya kepada pemerintah dan dalam kondisi demikian maka kesiapan untuk
menghadapi insurjen bila sewaktu-waktu muncul kembali akan lebih siap.Kegiatan
selanjutnya adalah memelihara stabiltas politik, ekonomi dan kemauan serta
melanjutkan program rehabilitasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan kekacauan
yang lalu. Dengan mengajak serta penduduk dalam setiap penanggulangan
terhadap ancaman insurjensi penduduk akan merasa terpanggil, bahwa pada
dasarnya penanggulangan terhadap insurjensi bukan semata-mata menjadi tugas
pemerintah saja.

14. Langkah - langkah Operasi Lawan Insurjensi.

a. Operasi lawan insurjensi pada tingkat nasional. OLI pada tingkat nasional akan
menitik beratkan perhatian pada aspek politik dan aspek militer secara terpadu.
Kemacetan dalam bidang politik, sering dapat dipecahkan melalui operai militer yang
terarah dan pada kesempatan lain, operasi militer dapat disesuaikan dengan
kegiatan politik yang akan ditempuh.

b. Langkah ke I hancurkan dan usir kekuatan insurjen.

1) Operasi lawan insurjensi digerakkan untuk menghancurkan seluruh


kekuatan insurjen di tempat yang dipilih. Taktik tersebut digunakan karena
insurjen yang tersisa tidak akan berhenti dan akan tetap berusaha untuk
tumbuh lagi. Oleh karena itulah insurjensi harus dihancurkan secara
keseluruhan, serentak dan tuntas. Untuk dapat mewujudkan hal itu maka
satuan luas insurjensi tinggal dalam basis operasi. Bilamana terancam sisa-
sisa insurjen akan berpencar dalam kelompok-kelompok kecil dan bila perlu
akan tetap menyelam. Untuk mengatasi kemungkinan yang tidak dapat
dikehendaki itu satuan pemukul mobil dari pasukan lawan insurjensi akan
tinggal di basis operasi sampai satuan kerangka dan teritorial setempat dapat
menguasai daerahnya, mampu secara fisik mengawasi penduduk, daerah-
daerah bekas basis insurjen dan mampu menekan dan mengendalikan sisa-
sisa insurjen yang terpencar serta mencegah mereka untuk bergabung.

2) Pada langkah pertama ini operasi lawan insurjensi jangan diarahkan


untuk kpentingan pencapaian tujuan militer saja tapi juga untuk tujuan non-
militer.
16

a) Satuan pemukul mobil tinggal dalam basis operasi dalam rangka


membantu satuan kerangka dan teritorial setempat yang pada tahapan itu
telah ditugaskan di sekitar daerah penghancuran.

b) Pembersihan oleh pasukan pemukul dilakukan dari dalam keluar


dengan tujuan memperkecil kemungkinan insurjen menyelam atau
menghilang.

c) Operasi akan diakhiri dengan pembersihan satuan-satuan kecil.


Satuan kerangka selalu menempati garis penyekat, sedangkan satuan
pemukul mobil bergerak terhadap sasaran-sasaran yang ditentukan dan
dikendalikan secara terpusat. Dengan demikian maka semua kekuatan
dilibatkan untuk menghancurkan insurjen

3) Operasi pada tahap ini dibantu dengan perang urat syaraf yang diarahkan
pada insurjen, pasukan sendiri dan penduduk sebagai berikut :

a) Penerangan pasukan diarahkan pada pelaksanaan operasi lawan


insurjensi. Pada tahapan ini operasi didominasi oleh pendekatan dan
cara-cara militer yang dapt menimbulkan rasa ketakutan dan kerusakan.
Kesempatan ini akan dimanfaatkan insurjen untuk memecah belah antara
penduduk dengan pasukan lawan insurjensi. Bila berhasil penduduk tidak
akan membantu lagi oleh karenanya keresahan dan ketakutan harus
dicegah seminimal mungkin. Satuan yang ikut berpartisipasi dalam
operasi selalu diberikan penjelasan tentang itu.

b) Penyuluhan diarahkan pada penduduk. Penyuluhan menghimbau


dan mendorong penduduk setempat untuk bekerja sama pada tahapan ini
acapkali hasilnya sia-sia, karena mereka masih di bawah pengawasan
insurjen. Seandainya ada penduduk yang membantu operasi lawan
insurjensi, mereka akan dihukum oleh kaum insurjen. Secara psykologis
hal ini merugikan. Satuan lawan insurjensi harus lebih bijaksana untuk
menetralisir penduduk, misalnya dengan mengeluarkan peraturan dan
sangsi yang harus dapat ditegakkan. Meskipun bantuan penduduk sangat
minim, tetapi pada tahap awal harus dapat dicegah bantuan mereka
kepada insurjen.

c) Penggalangan diarahkan pada insurjen. Perang urat syaraf pada


langkah ini diarahkan untuk mengurangi perlawanan dan aktivitas
insurjen. Salah satu usaha untuk mewujudkan hal itu adalah merebut
kerja sama penduduk serta memenangkan dukungannya. Bila terjadi
demikian maka insurjen akan dapat diputuskan kontaknya dan
diisolasikan.

c. Langkah ke II Penempatan Satuan Kerangka. Pada tahap ini tindakan militer


saja terhadap insurjensi tidak menjamin keberhasilan. Karena sisa-sisa insurjen
akan menyelam ke daerah tersebut, dan membentuk kader-kader baru, sedangkan
sel-sel klandestein insurjen bebas melakukan kegiatannya. Menghadapi kenyataan
ini maka pasukan lawan insurjensi harus dapat memberikan perhatian yang sama
besarnya terhadap peri kehidupan penduduk, tanpa menghentikan tindakan militer
yang berlanjut terus. Oleh karena itu pasukan lawan insurjensi harus senantiasa
mewaspadai agar kekuatan insurjen jangan sampai tumbuh ditengah-tengah
penduduk. Langkah selanjutnya adalah menempatkan pasukan kerangka disuatu
17

wilayah tertentu sebagai satuan keamanan stasioner. Kekuatan satuan ini dapat dari
tingkat regu sampai dengan Batalyon, tergantung kepada situasi setempat. Tugas-
tugas yang dapat diberikan adalah terutama tindakan militer seperti penghadangan,
penyergapan, pembersihan serta operasi lainnya oleh satuan kecil. Disamping itu
satuan ini akan selalu memelihara hubungan dengan penduduk dengan tugas
memenangkan dukungan penduduk terhadap pelaksanaan tugas lawan insurjensi.
Mengingat luasnya daerah operasi maka daerah tersebut dibagi dalam sektor dan
sub sektor, dimana didalamnya ditempatkan kekuatan satuan kerangka yang sesuai.
Berbagai cara dapat ditempuh untuk memenangkan dukungan penduduk sehingga
dapat ditumbuhkan kerja sama. Tindakan tersebut diantaranya berupa operasi bakti,
memukimkan kembali penduduk, meningkatkan usaha mengembangkan ekonomi
setempat dan lain-lain yang perlu mendapat perhatian dalam program pemukiman
adalah kemungkinan dilakukannya penyusupan oleh anasir insurjen. Usaha
selanjutnya adalah untuk memperoleh informasi tentang gerakan insurjensi dari
penduduk serta menumbuhkan kesadaran mereka terhadap keikutsertaan secara
langsung atau tidak langsung dalam upaya penanggulangan ancaman insurjensi
serta akibat-akibatnya. Pada tingkat tertentu maka perlu diadakan pengujian
terhadap daerah sasaran untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan
usaha lawan insurjensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Cara-cara pengujian
tersebut menggunakan pendekatan penerangan, pembinaan dan penggalangan
yang ditujukan kepada berbagi pihak baik insurjen, penduduk maupun pasukan
sendiri. Program ini direncanakan dengan masak oleh komando atasan,
berdasarkan perkembangan situasi dari daerah yang bersangkutan. Dengan
demikian maka melalui perang urat syaraf tersebut akan membantu tercapainya
operasi lawan insurjensi :

1) Penerangan diarahkan kepada pasukan sendiri. Pertama-tama kepada


pasukan perlu diberikan penjelasan tentang rencana pengalihan kegiatan dari
tindakan militer kepada kegiatan lain serta tugas-tugas yang akan datang.
Pemberian penerangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan reaksi dari para
anggota sendiri, dimana dari mereka dapat diketahui siapa-siapa yang nampak
yang pantasuntuk bekerja sama dengan penduduk, siapa yang lebih tertarik
pada kegiatan yang lebih bersifat militer serta tindakan-tindakan lainnya.

2) Penyuluhan diarahkan kepada penduduk. Tujuan utama penyuluhan ini


adalah dalam rangka kampanye jangka panjang terhadap penduduk untuk
menggerakannya dari sikap netral dan tidak bermusuhan menjadi bersimpati
kepada lawan insurjensi. Penduduk diharapkan mengambil kesimpulan dari
fakta dan issu yang ada.

3) Penggalangan diarahkan kepada insurjen. Usaha memecah belah


kekuatan insurjen dimulai sejak pasukan kerangka belum disebar luaskan ke
sektor-sektor : pertama mereka dienyahkan dari penduduk, kemudian
mengajak mereka menyerah dengan janji-janji pengampunan, sehingga mau
meninggalkan daerah persembunyiannya.

d. Langkah ke III Pelihara hubungan dan kendalikan penduduk.

1) Pada langkah ini ada 3 sasaran utama yang harus dicapai.

a) Menegakkan kembali kewibawaan pemerintah terhadap penduduk.


b) Dengan sekuat tenaga mengamankan penduduk dari tindakan fisik
insurjen.
18

c) Mengumpulkan intelijen yang bermanfaat guna melaksanakan


langkah berikutnya, yaitu menghancurkan sel-sel klandestein insurjen.
Hal ini merupakan langkah yang paling kritis, yaitu langkah peralihan
kegiatan dengan titik berat tindakan militer kepada kegiatan politik. Dimana
kedua-duanya merupakan beban yang berat.
2) Membuka hubungan dengan penduduk. Perjuangan pertama operasi
lawan insurjensi adalah memenangkan perebutan penguasaan atas penduduk,
dimana mereka mungkin sudah berada dibawah pengawasan sel-sel
klandestein insurjen ataupun dibawah tekanan dan intimidasi insurjen.
Dalam suasana demikian biasanya penduduk akan menghindari pasukan
lawan insurjensi dan dalam hal demikian harus dicarikan jalan keluarnya serta
hindarkan tindakan-tindakan kekerasan. Penduduk jangan diperlakukan
sebagi musuh. Ajak dan arahkan mereka melaksanakan pekerjaan yang
menguntungkan mereka sendiri seperti pembersihan kampung, perbaikan
jalan, dan lain-lain. Berikan petunjuk bagaimana mereka melaksanakannya,
tetapi harus hati-hati dan diyakini bahwa mereka benar-benar dapat diajak
bekerja sama. Bila pekerjaan tersebut berhasil, maka selanjutnya diarahkan
kepada kegiatan yang ada kaitannya degan operasi seperti pembangunan jalan
untuk kepentingan militer, membantu membangun instalasi pertahanan
kampung, mengangkut perbekalan, sebagai penunjuk jalan ataupun pengawal
dan lain sebagainya.

3) Pengendalian penduduk. Maksud pengendalian adalah untuk


mengurangi selanjutnya meniadakan sama sekali kontak antara para penduduk
dengan insurjen. Pengendalian penduduk pertama-tama dilakukan dengan
cara mengadakan sensus serta memberikan kartu identitas penduduk dan
surat jalan yang harus dibawa bila bepergian. Dalam kaitan ini maka setiap
kepala keluarga diwajibkan bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya.
Untuk mengurangi lalu lintas penduduk, maka diterapkan jam malam serta
sangsi-sangsi jika melanggarnya. Langkah lainnya adalah mewajibkan para
prajurit untuk bersikap akrab dan mengenal langsung penduduk di sektornya
masing-masing. Ketentuan yang dimaksudkan untuk memudahkan
pengawasan itu biasanya akan ditentang oleh insurjen. Mereka akan menekan
penduduk dan mengajurkan mereka untuk membuang dan menghancurkan
kartu identitas tersebut. Intimidasi insurjen akan selalu menjadi masalah yang
pelik bagi penduduk, karena mereka dilain waktu akan mengalami kesulitan
bila berhadapan dengan pasukan lawan insurjensi yang harus menegakkan
sangsi yang berlaku. Namun hal ini harus dilakukan secara tegas tetapi sopan
sebagai upaya pelaksanaan memisahkan penduduk dari insurjen.

4) Perlindungan penduduk. Pasukan lawan insurjensi perlu meningkatkan


kegiatan militernya, melipat gandakan patroli, operasi dengan satuan kecil
pada siang hari serta penghadangan pada malam hari. Perencanaan cadangan
untuk reaksi cepat melawan setiap gerakan pendadakan insurjen harus
disiapkan dan pasukan kerangka juga harus siap digerakkan sewaktu-waktu
untuk mendukung maksud tersebut. Semuanya dilakukan dalam rangka
meningkatkan perlindungan bagi penduduk terhadap kemungkinan pengaruh
insurjen. Disamping itu kepada penduduk harus pula diberlakukan sanksi yang
keras bilamana mereka bekerja sama dengan insurjen. Dalam hal ini
penegakkan peratutan harus hati-hati karena akan memberikan peluang bagi
anasir insurjen untuk mempengaruhi penduduk agar menjauhi dan membenci
pemerintah dan TNI.
19

5) Pengumpulan intelijen. Sumber utama yang diharapkan dalam usaha


pengumpulan intelijen adalah penduduk terlebih-lebih mereka yang pernah
dikecewakan oleh insurjen. Masalah yang dihadapi mereka mencakup
pengamanan terhadap dirinya, karena pihak insurjen akan menandai dan
mengintimidasi kepada siapa-siapa yang bekerja sama dengan pemerintah dan
TNI. Berbagai cara dapat digunakan dalam usaha memberikan perlindungan,
seperti penggunaan nama samaran, bersikap pura-pura tidak kenal kepada
mereka yang sudah meberikan informasi dan lain-lain. Dalam usaha
pengumpulan intelijen semua anggota pasukan lawan insurjensi harus ikut
berperan serta dan tidak terbatas hanya oleh mereka yang bertugas dari dalam
satuan intelijen saja. Teknik yang digunakan dapat bervariasi mulai dari yang
bersifat lemah lembut seperti pemanfaatan kegiatan sensus, pemberian
penghargaan, kontak antara orang dengan orang, sampai dengan yang
kekerasan, misalnya melakukan tekanan tertentu, perlakuan hukum yang tidak
kenal kompromi. Cara-cara lain adalah dengan penyesatan, berpura-pura
menjadi insurjen lalu mendatangi penduduk yang diduga ada hubungan
dengan insurjen. Pada kesempatan ini digunakan juga untuk menyebarkan
benih kecurigaan antara insurjen yang sebenarnya dengan para
simpatisannya. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana mengirimkan
informasi yang didapat serta penyebaran intelijen yang diperlukan kepada
anggota pasukan sendiri. Penyebaran intelijen ini harus dibatasi kepada
mereka yang benar-benar memerlukan saja untuk menghindari jatuhnya
untelijen ketangan pihak insurjen beserta simpatisannya.

6) Awal memenangkan bantuan penduduk. Proses memenangkan bantuan


penduduk memerlukan waktu yang cukup panjang dan mencakup segala
bidang kehidupan masyarakat. Usaha menghancurkan sel-sel klandestin
insurjen dilakukan dengan kegiatan politik dan intelijen. Bentuk tindakan politik
yang akan digunakan tergantung pada situasi setempat dengan data lain,
dapat dicerna dan sesuai aspirasi masyarakat setempat. Pada saat tersebut
diharapkan para kader pimpinan daerah akan muncul, sehingga dari padanya
kegiatan selanjutnya dapat dilaksanakan, sehingga sel-sel klandestin musuh
dengan mudah dihancurkan. Bersamaan dengan usaha tersebut dilaksanakan
pula kegiatan lainnya dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan
bidang lainnya yang berguna untuk penduduk. Usaha ini sedapat mungkin
mengiku tsertakan penduduk sendiri. Keberhasilan ataupun kekurang
berhasilan usaha-usaha tersebut selalu akan menjadi bahan pembicaraan
penduduk dan akan berkembang menjadi issu. Oleh karenanya pada tahap ini
perlu juga dilancarkan kegiatan pemberian informasi yang tepat serta perang
urat syaraf dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

a) Penerangan pasukan diarahkan kepada pasukan sendiri. Setelah


dalam periode waktu tertentu pasukan hidup bersama-sama dengan
penduduk maka diharapkan hubungan baik dengan mereka telah tercipta.
Pada saat kritis kadang-kadang keselamatan pasukan juga tergantung
pada hasil hubungannya dengan penduduk. Tetapi dalam situasi
semacam ini perlu tetap menyadarkan kepada para anggota pasukan
bahwa mereka berkewajiban melindungi penduduk. Persoalan lainnya
adalah bagaimana membuat anggota pasukan menjadi seorang agen
yang aktif dan efisien disamping melaksanakan tugas pokoknya masing-
masing. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa setiap tindakan
peorangan adalah untuk tujuan bersama, oleh karenanya agar
diusahakan untuk menghindanrkan penyimpangan ataupun kesalahan
20

ataupun kecil. Para komandan pasukan wajib memberikan briefing


kepada para anggotanya sebelum melaksanakan tugas-tugas harian,
serta mengadakan debriefing setelah tugas selesai. Hasil dari debriefing
dari komandan bawahan menjadi perhatian selanjutnya dan bila perlu
disebarkan kepada anggota lainnya sebagai informasi.

b) Penyuluhan yang diarahkan pada penduduk.

(1) Sasaran dari usaha ini adalah :

(a) Mendapatkan tindakan yang tepat atau bisa diterima


untuk mempengaruhi penduduk.
(b) Menentukan dasar-dasar tindakan yang digunakan untuk
memisahkan penduduk dengan insurjen.
(c) Menyiapkan tindakan untuk menarik penduduk yang telah
berhasil dipisahkan dari insurjen.

(2) Masalah penyuluhan terhadap penduduk ini adalah suatu


masalah ajakan lawan insurjensi kepada penduduk. Materi
penyuluhan direncanakan oleh komando atasan, dimana tersedia
sarana untuk pengujian sebelum dilemparkan ke sasaran. Bahan-
bahan tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan dapat dicerna
penduduk di daerah pedalaman, sehingga dengan demikian hasilnya
akan lebih efektif. Seandainya dipandang perlu, maka materi
penyuluhan dapat dipisahkan untuk sasaran-sasaran seperti
penduduk laki-laki, perempuan, pemuda atau kelomok tua daripada
secara umum dan pukul rata. Dalam menentukan dan memilih
materi penyuluhan tersebut juga dipikirkan kemungkinan reaksi yang
akan muncul. Berdasarkan hal tersebut maka disiapkan tindakan
lanjutan. Selama melaksanakan penyuluhan ini maka kepada
pasukan akan diperbantukan personel yang akan bertindak sebagai
penasehat tentang bagaimana melaksanakan taktik dan teknik
penyuluhan tersebut.

c) Penggalangan diarahkan pada insurjen. Sama halnya dengan


lainnya maka penggalangan inipun dalam rangka kampanye perang urat
syaraf komando atasan. Kelompok insurjen pada dasarnya yang
tergabung dalam gerakan tersebut adalah dengan latar belakang yang
berlainan, baik karena disebabkan tingkat kepentingannya, perasaan dan
pendapatnya tentang hal itu. Bertitik tolak pada prosedur itu maka
pelaksanaan perang urat syaraf harus pula dipisahkan sesuai latar
belakang masing-masing. Perang urat syaraf untuk para pimpinan
sebagai unsur penggerak massa, harus berbeda dengan yang ditujukan
kepada para anggota insurjen. Kedua macam perang urat syaraf tersebut
pada dasarnya bertujuan sama, yaitu untuk memecah belah mereka dan
menghancurkan mental perjuangannya. Dalam penyelenggaraan
penggalangan ini dapat menggunakan penduduk setempat serta para
insurjen yang terpisah dari induk pasukannya.

e. Langkah ke IV Penghancuran Organisasi Politik Insurjen.

1) Saat untuk memulai kegiatan ini hanyalah setelah cukup tersedia


informasi tentang data-data sel-sel politik klandestein kaum insurjen yang
21

didapat dari penduduk desa yang dicurigai. Sebagai dasar dalam mengambil
keputusan adakah intelijen yang cukup tersedia serta apakah tindakan tersebut
bisa berlangsung terus.

2) Kegunaan membasmi agen klandestein dan sel politik insurjen dari


kalangan penduduk benar-benar nyata. Masalahnya bagaimana cara
mengerjakan dengan cepat dan efektif dengan sesedikit mungkin melakukan
kesalahan. Cara-cara yang dilakukan adalah :
a) Adakan penahanan kelompok-kelompok penduduk yang dicerigai
secara serentak.
b) Adakan penahanan terhadap sel-sel klandestein yang telah
diketahui.
Diantara mereka kemungkinan ada ikatan dengan penduduk lainnya,
seandainya benar maka akan timbul reaksi secara spontan. Oleh karenanya
pasukan perlu memberikan penjelasan akan maksud dan tujuan penahanan
tersebut, yaitu untuk menghancurkan sel-sel politik dan klandestei insurjen.
Dalam rangkaian penahanan tersebut mungkin saja terambil mereka yang tidak
bersalah, tetapi lebih baik demikian daripada hanya melakukan penahanan
setelah yakin bahwa orang tersebut benar-benar agen politik insurjen, karena
ada kemungkinan terlambat dan akan tidak efektif.

3) Pada setiap kampung biasanya penduduk sendiri telah mengetahui siapa


yang menjadi anggot sel-sel politik atau siapa yang menggerakkan mereka.
Dengan demikian maka pendekatan secara tidak langsung akan lebih mudah
menemukan mereka daripada cara-cara langsung. Oleh karena itu maka tiap
daerah tersebut harus ditempati oleh pasukan kerangka, karena bila tidak
demikian maka sel-sel tersebut dapat membentuk sel baru dengan leluasa dan
kekuatan insurjen dapat bertambah besar. Didalam daerah hitam (basis
insurjen) biasanya menjadi pusat kegiatan politik, disitulah pemimpin yang
sebenarnya dari organisai politik kaum insurjen. Sehubungan denga hal itu,
maka bila mendapat tahanan dari daerah ini tingkat kecurigaan perlu
ditingkatkan walaupun kelihatannya hanya kecil dan kurang berarti. Tahanan
darim daerah ini harus dipisahkan dengan lainnya untuk memudahkan
kedoknya.

4) Tindakan lain untuk menghancurkan oerganisasi politik kaum insurjen


adalah dengan jalan memberikan pengampunan kepada mereka yang benar-
benar insyaf dan menyesali tindakannya melawan pemerintah. Secara hukum
mereka harus mendapatkan tindakan sesuai dengan tingkat pelanggaran.
Untuk mengetahui apakah mereka benar-benar menyesal dapat dilakukan
dengan pengujian sebagai berikut :
a) Apakah mereka memberikan pengakuan tentang seluruh kegiatanya
pada masa lampau dengan penuh kejujuran.
b) Apakah mereka bersedia untuk ikut berperan serta secara aktif
melakukan perlawanan terhadap insurjen bersama-sama dengan TNI.
Keuntungan lain dari tindakan yang bersikap ramah ini adalah menarik
perhatian bagi para tahanan lain untuk lebih terbuka dan mau berbicara.

5) Pasukan lawan insurjensi harus hati-hati dalam melaksanakan konsep


atau rencana penghancuran kelompok insurjen. Jangan sampai muncul kasus
baru yang akan merepotkan dan menggganggu pencapaian sasaran yang
22

sebenarnya. Hindarkan atau perkecil timbulnya akibat yang kurang baik


terhadap oenduduk di daerah dimana dilaukan operasi ini.

f. Langkah ke V Pemerintahan Sementara Setempat.

1) Langkah ini adalah program pembentukan pemerintahan dalam kegiatan


lawan insurjensi di lingkungan penduduk. Persoalannya adalah memulai
menyusun peran serta penduduk da;am setiap jenis perlawanan terhadap
insurjensi. Pendekatan yang digunakan adalah menunjuk orang yang telah
dikenal penduduk, atau memberi kebebasan kepada penduduk untuk memilih
pemimpinnya sendiri. Cara pertama dimaksudkan agar dapat menggunakan
pengaruh dapat menggunakan pengaruh yang telah dimilikinya terhadap
penduduk. Pendekatan yang kedua adalah membiarkan para pemimpin timbul
secara wajar yang mana akan lebih dekat dengan para pemilihnya.
Kemungkinan terpilihnya calon dari kelompok netral atau penyokong insurjen
adalah kecil, karena penduduk mengetahui dengan pasti lingkungannya serta
mereka sadar akan selalu di bawah pengawasan komando operasi.
Keuntungan lainnya adalah penduduk akan memilih orang yang dikenalnya
serta benar-benar menyokong operasi lawan insurjensi.

2) Program ini sebenarnya tidak banyak kesulitan seandainyalangkah


terdahulu (penghancuran organisasi politik insurjen) cukup berhasil, karena
penghancuran sel-sel politik biasanya membawa perubahan yang mendadak
dan drastis. Pada suasana demikian penduduk akan dapat bebas berhubungan
dengan kegiatan lawan insurjensi dan tidak perlu lagi takut dan menaati
larangan-larangan yang dianjurkan kaum insurjen. Kegagalan langkah
terdahulu bila terjadi dapat dikarenakan kesalahan konsep pelaksanaannya,
kekurang percayaan penduduk terhadap kemampuan komandan lawan
insurjensi dan dapat juga karena penduduk sudah sedemikian terpengaruh
oleh insurjen. Sebab-musabab tersebut harus terjawab untuk memenangkan
atau mencapai sasaran pada langkah ini, yaitu memenangkan bantuan
penduduk dengan menggunakan para pemimpin mereka sendiri. Bantuan aktif
penduduk sangat diperlukan.

3) Di atas telah dijelaskan beberapa cara pendekatan untuk memilih para


pemimpin penduduk dalam rangka memenangkan perebutan bantuan. Dalam
rangka pemilihan tersebut maka bisa dibantu dengan penyuluhan yang
ditujukan kepada penduduk dengan menekankan empat perhatian sebagai
berikut : pentingnya pemilihan, kebebasan memilih, keharusan memilih serta
bentuk dari pemerintah daerah pemilihan. Sehubungan dengan hal ini maka
apapun hasil pemilihan tersebut, maka pastikan lawan insurjensi harus
menerimanya dengan catatan sampai dengan pemerintahan yang sebenarnya
tersusun setelah keamanan telah sepenuhnya dipulihkan.

g. Langkah ke VI Pengujian Pimpinan Setempat. Hasil akhir dari usaha


pasukan lawan insurjensi beserta penduduk membentuk pemerintahan sementara
tergantung pada efektivitas personel yang telah dipilih. Jika mereka kurang produktif
maka pasukan lawan insurjensi harus akan tetap kerja sendiri, menghadapi
langsung penduduk dan tak akan mampu mengembangkan kekuatan di daerah
tersebut. Untuk itu hal pertama yang harus dilaksanakan adalah mengadakan
pengujian terhadap pimpinan baru setempat. Prinsip pengujian cukup sederhana :
mereka diberikan suatu tugas dan mereka akan diuji kemampuannya untuk
memenuhi tugas tersebut. Pada tahap ini banyak tugas yang dapat ditentukan
23

seperti melaksanakan suatu proyek daerah dibidang sosial ekonomi, melaksanakan


beberapa fungsi pengawasan, menyelesaikan masalah pengungsi, melatih satuan
pertahanan sendiri, mengadakan penerangan dan sebagainya. Komando operasi
lawan insurjensi segera akan menemukan siapa pimpinan yang dapat diharapkan.
Bagi mereka yang tidak berhasil dalam ujian tersebut kedudukan mereka ditinjau
kembali, ditempatkan pada tempat lain, atau pada akhirnya disisihkan sama sekali.
Bilamana tenaga pimpinan daerah yang cakap sulit ditemukan, maka beberapa
pemilihan digabungkan sehingga lebih mudah diperoleh orang-orang dengan
kecakapan yang lebih baik. Maksud utama pengangkatan pimpinan setempat itu
adalah untuk memenangkan bantuan penduduk melalui pimpinan setempat ini.
Tugas yang dapat dipercayakan kepada mereka antara lain untuk menyadarkan
penduduk ikut aktif dalam perlawanan terhadap insurjensi, mengorganisasikan
satuan pertahan setempat, mengorganisasikan jaringan intelijen setempat serta tim-
tim penerangan. Pimpinan terpilih akan menjadi sasaran utama insurjen, oleh karena
itu mereka perlu dilindungi. Kadar patriotisme dan loyalitas pimpinan yang terpilih
perlu mendapat sorotan secara tajam. Bila suatu daerah tertentu penduduknya telah
aktif membantu pasukan lawan insurjensi, maka berarti sebagian tugas dari lawan
insurjensi telah diselesaikan.Masalah ini dapat disebar luaskan untuk mempengaruhi
kekurangan-kekurangan tiap sektor. Kegiatan ini yang utama adalah mensukseskan
penerangan. Bila berhasil maka masyarakat setempat diarahkan sebagai seorang
penyuluh tidak saja di daerahnya sendiri tetapi juga kedaerah lain. Gejala lainnya
yang pasti adalah sikap inteljen berkembang dengan sendirinya dikalangan mereka
secara tajam.

h. Langkah ke VII Organisasikan suatu kekuatan politik.

1) Para pimpinan yang terpilih akhirnya akan tampil ditiap kampung dan kota
dan bahkan mereka bisa diorganisir dan dikelompokan dalam suatu organisasi.
Alasan untuk pembentukan kekuatan politik/kemasyarakatan ini adalah :

a) Suatu kekuatan politik adalah instrumen daripada politik, terutama


dalam perang revolusi dimana politik berperan sangat besar.
b) Pimpinan baru yang ditemukan mampu beroperasi di daerahnya
sendiri menentang pelaksanaan dari insurjen dan kemudian tidak hanya
mengorganisasi perlawanan setempat saja tetapi juga dalam lingkup yang
lebih luas di semua tingkatan.
c) Pengaruh pimpinan baru terhadap penduduk kebanyakan pada
bakat alam. Kepemimpinannya dapat diluaskan pada lapangan politik
dengan menggunakan suatu organisasi politik/ kemasyarakatan.
d) Hubungan mereka dengan penduduk didasarkan pada faktor
kependudukan. Mereka akan rapuh sepanjang para pimpinan tidak di
bantu oleh kegiatan politik yang berakar pada penduduk. Setelah
komando operasi lawan insurjen menemukan sendiri pimpinannya maka
mereka memerlukan kerja sama, bantuan dan petunjuk dari suatu
kekuatan politik. Organisasi politik yang dimaksud dapat memanfaatkan
partai yang sudah ada atau membentuk baru, tergantung dari situasi
lingkungan, pengaruh partai atau golongan politik kwalitas dan
penampilannya di arena. Kekuatan politik yang didukung oleh komando
operasi lawan insurjensi akan memilih anggota-anggotanya dengan hati
hati dan lebih mengutamakan kwalitas daripada kwantitas, karena tujuan
utama haruslah dapat mewujudkan sasaran yang telah di tentukan.
24

i. Langkah ke VIII. Menangkan dan hancurkan sisa insurjen. Sementara


komando operasi lawan insurjen memusatkan perhatianpada tugas-tugas
memenangkan bantuan penduduk, tidak boleh melupakan menjejaki sisa sisa
insurjen, karena mereka masih mampu menyusun kekuatan dan mengadakan
perlawanan. Menghancurkan sisa sia insurjen dengan cara lama ialah
penghadangan, patrol dan sebagainya akan kurang efektif, oleh karena itu akan
lebih menguntungkan menggunakan tindakan militer yang berat seperti pada
langkah pertama ditambah dengan penduduk ikut serta secara aktif. Untuk
mengataasi insurjen yang masih berkeliaran di daerah akan lebih efektif dengan
mengfungsionalisasikan koter dan apter yang telah mulai lebih diaktifkan. Prinsip
dasar operasi untuk mengeliminasi sisa insurjen yang terisolasi dari masyarakat
adalh memaksa mereka untuk bergerak secara perorangan mengembara di sekitar
wilayah, kemudian menangkapnya pada waktu akan menyeberangi barisan pagar
pengepungan lawan insurjensi. Hal ini pada kenyataannya telah dilaksanakan pada
waktu penumpasan pengacauan di beberapa tempat di tanah air, di mana
penangkapan mereka cukup diserahkan kepada para penduduk. Disamping usaha
tersebut maka cadangan mobil disiapkan di daerah yang bersangkutan. Usaha
usaha yang bersifat diimbangi dengan kegiatan psykology yang ofensif terhadap
insurjen seperti janji pengampunan dan pemberian hadiah. Komando dan
Pengendalian (Kodal) Pengaturan Kodal, harus dapat menjamin adanya garis
komando yang jelas mulai dari tingkat satuan terkecil, dan adanya pengendalian
operasi yang berlanjut dan dapat diikuti perkembanganya setiap saat. Bilamana
komando operasi disusun dari unsur bala pertahanan cadangan pusat, maka
hubungan dengan komando daerah serta komando teritorial perlu di tegaskan dalam
suatu prosedur, terutama hal-hal yang berkaitan dengan dukungan teritorial, politik,
ekonomi dan kewilayahan terhadap komando operasi lawan insurjensi. Dengan
memperhatikan petunjuk petunjuk khusus pimpinan TNI dan adanya kemungkinan
perkembangan dalam organisasi TNI, maka penentuan Kodal disini masih bersifat
umum dan memerlukan penambahan unsur-unsur yang perlu disesuaikan dengan
kebutuhan pada saat operasi akan dilaksanakan.

1) Komando. Wewenang komando operasi keamanan berada pada Pangab,


yang bertanggung jawab langsung atas segala masalah masalah keamanan
dalam negeri kepada Presiden. Pada tingkat daerah, Pangab melimpahkan
wewenang tersebut kepada Pangdam atau Panglima Operasi yang ditugasi
khusus untuk itu, yang bertanggung jawab langsung kepada Pangab. Dalam
menyelenggarakan komandonya, Pangab maupun Pangdam atau Panglima
Operasi dibantu oleh sekelompok staf dan badan-badan pelaksana yang di
koordinir oleh seorang Kepala Staf. Secara periodik, Pangab memperoleh
pengarahan ataupun nasehat-nasehat dari Presiden atas berbagai masalah
yang sedang dihadapi dalam operasi lawan insurjensi.

2) Pengendalian. Operasi lawan insurjensi dikendalikan dan dapat dibantu


oleh suatu fasilitas staf sebagai suatu pusat pengendalian operasi yang
terpadu. Fungsi utama dari staf adalah untuk membuat perencanaan secara
terpadu antara berbagai unsur yang terlibat dalam opeasi lawan insurjensi, baik
TNI maupun pemerintah sipil. Badan ini dapat bersidang setiap saat bila di
perlukan untuk membahas informasi yang baru, perkembangan operasi serta
mengkoordinasikan dan menentukan pengarahan yang akan diberikan oleh
setiap anggota kepada unsur pelaksana untuk bawahanya di bidang masing
masing. Di tingkat daerah badan staf itu merupakan wadah koordinasi
dan konsultasi serta merumuskan langkah-langkah yang terpadu.
Melalui mekanisme dalam badan staf tersebut, maka dapat dijamin adanya
25

rencana yang lengkap dan terpadu yang disetujui bersama oleh segenap unsur
yang mendukung dan terlibat dalam operasi lawan insurjensi.

BAB IV
OPERASI INTELIJEN

15. Umum. Operasi lawan insurjensi pada dasarnya adalah usaha untuk memperoleh
kembali dukungan dari penduduk dan tegaknya wibawa untuk jalannya pemerintahan.
Oleh karena itu sangat di butuhkan adanya operasi intelijen yang baik untuk memperoleh
informasi mengenai kondisi masyarakat dan lawan, mulai dari tahap infiltrasi sampai
dengan insurjensi meliputi gerakan insurjen, pimpinan-pimpinannya, kebijaksanaan
maupun kehendaknya. Tanpa adanya intelijen yang baik, maka keputusan keputusan
politik dan militer akan kurang mempunyai dasar yang sehat. Lebih dari itu, sifat dari suatu
insurjensi dimana ada simpati dan dukungan dari penduduk terhadap insurjen hal ini
menimbulkan kesulitan dan hambatan bagi intelijen. Keadaan ini hanya dapat diatasi
dalam jangka panjang secara tekun dan dengan sumber yang memadai. Operasi intelijen
yang baik harus selalu bekerja atas dasar prinsip-prinsip tertentu dengan memperhatikan
keterpaduan antara operasi intelijen itu sendiri dengan operasi-operasi lainnya yang
dilaksanakan dalam rangkaian operasi lawan insurjensi.

16. Prinsip-Prinsip Dasar Operasi Intelijen.

a) Perencanaan Terpusat, Pelaksanaan Tersebar


b) Rencana dan Latihan Awal Yang Cermat
c) Penelitian yang Sistematis dan berlanjut atas seluruh aspek hakekat ancaman
insurjen.
d) Hubungan yang efektif dengan Staf operasi
e) Sistem Komunikasi yang Rahasia
f) Pengamanan

17. Tugas-Tugas. Sesuai tahap pelaksaan operasi lawan insurjensi, operasi


intelijen dapat berperan sebagai operasi pokok dan pembantu. Sebagai operasi pokok
yang berdiri sendiri atau di bantu operasi lain, intelijen sesuai dengan fungsinya bertugas
untuk mengungkapkan latar belakang mengenai ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan serta dapat memisahkan secara nyata antara penduduk dan musuh. Dalam
tahap berikutnya, operasi intelijen dilaksanakan membantu operasi lainnya sesuai fungsi
dan kebutuhan satuan yang dibantu. Organisasi intelijen biasanya akan mempunyai tiga
tugas utama yaitu:

a. Penyelidikan untuk menyediakan informasi sebanyak-banyaknya tentang


insurjen yang dibutuhkan oleh operasi lawan insurjensi secara keseluruhan.

b. Pengamanan untuk mencegah kemungkinan dapatnya pihak insurjen


melancarkan spionase maupun sabotase terhadap pihak pemerintah.

c. Penggalangan untuk menciptakan kondisi sosial yang sesuai dengan


kebijaksanaan nasional, sehingga memungkinkan bagi terlaksananya tujuan
pemerintah.
26

18. Pelaksanaan Operasi. Operasi intelijen sebagai pelaksanaan yang serasi antara
fungsi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan membutuhkan daya imajinasi yang
tajam dari pimpinan operasi dengan memanfaatkan segala kekuatan organisasinya yang
ada, serta potensi sumber informasi yang tersedia tersebut. Dalam pelaksanaannya,
maka penduduk dapat dijadikan sumber informasi yang utama. Mereka akan sangat
efektif bila mereka dikendalikan dan diarahkan oleh seksi operassi pada berbagai
tingkatan organisasi intelijen. Didasarkan pada pertimbangan, adanya kerahasiaan, dilihat
dari kepentingannya, pendadakan dan situasi yang sedang dihadapi, operassi intelijen
dapat dilaksnakan berdiri sendiri, membantu atau dibantu. Berdasarkan kebutuhannya,
maka operassi intelijen, didahului oleh suatu penyelidikan, yang kemudian dilanjutkan
dengan pengamanan maupun penggalangan.

a. Penyelidikan.

1) Operasi penyelidikan akan banyak menentukan keberhasilan operasi


lawan insurjensi. Dengan penyelidikan yang cermat dan tepat, maka dapat
dihasilkan intelijen yang tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
Sering pula terjadi, pelaksanaan operasi menjadi berlarut-larut, karena
kurangnya intelijen untuk pelaksanaan operasi secara tuntas dan kemungkinan
pula timbul masalah baru yang menambah kompleksnya operasi yang sedang
berlangsung. Operasi penyelidikan yangberhassil harus didasarkan pada
prinsip pokok penyelidikan, taktik dan tehnik penyelidikan yang sesuai dengan
sasaran yang dihadapi.

2) Prinsip pokok penyelidikan.

a) Mengikuti roda perputaran penyelidikan. Dengan melaksanakan


penyelidikan yang mengikuti roda perputaran penyelidikan, maka dapat
diharapkan adanya suatu perencanaan yang cermat mengenai intelijen
yang dibutuhkan oleh setiap komandan dan penentuan badan-badan
pengumpul atau sumber informasi yang tepat untuk menghasilkan intelijen
tersebut. Informasi yang diperoleh badan-badan pengumpul / sumber
informasi kemudian dapat dicatat secara sistematis dan diolah menjadi
intelijen yang berguna.

b) Bermanfaat. Banyaknya masalah yang menjadi perhatian dari


operasi lawan insurjensi sering menyulitkan para perencana operasi
intelijen, mengenai intelijen yang bermanfaat bagi operasi yang sedang
dan akan dilaksanakan. Untuk itu, maka mengenali intelijen yang sangat
diperlukan harus benar-benar dikoordinasikan dengan staf operasi,
sehingga intelijen tersebut segera dapat digunakan.

c) Tepat pada waktunya. Bagaimanapun baiknya suatu intelijen,


nilainya akan menjadi berkurang bila intelijen tersebut tidak sampai
kepada pengguna tepat pada waktunya. Staf intelijen harus selalu
mengusahakan dan menjamin bahwa setiap produk intelijen diterima oleh
alamat tepat pada waktunya.

d) Keamanan. Operasi penyelidikan memerlukan tindakan


keamanan yang tinggi. Harus diusahakan agar pihak insurjen tidak
mengetahui satuan-satuan yang sedang melaksanakan penyelidikan dan
sasaran penyelidikan dari pasukan sendiri. Kebocoran akan rencana
27

penyelidikan dapat membahayakan pelaksanaan operasi atau operasi


akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

3) Taktik-taktik penyelidikan

a) Observasi. Dengan taktik ini diperlukan personel yang cukup


banyak, yang mampu melakukan observasi secara terus menerus atas
segala kegiatan musuh. Penempatan pos pos observasi yang tepat yang
digabungkan dengan cara cara bergerak, akan dapat menghasilkan
informasi yang cukup mengenai kegiatan pasukan insurjen.

b) Jaringan infiltrasi. Dengan taktik ini, diharapkan untuk memperoleh


informasi langsung terhadap kegiatan insurjensi. Melalui agen agen
sendiri yang diinfiltrasikan kedalam satuan insurjensi, atau melalui
anggota-anggota insurjen sendiri yang dapat dipengaruhi, maka dapat
dibentuk suatu jaringan informasi dalam rangka penyelidikan.

c) Jaringan penelitian. Melalui penelitian yang terus menerus dan


mendalam atas berbagai kegiatan insurjensi akan dapat juga dihasilkan
intelijen yang dibutuhkan untuk menumpas insurjensi tersebut. Untuk
jaringan ini diperlukan personel-personel ahli dari berbagai disiplin ilmu,
yang dapat menganalisa perkembangan maupun latar belakang gerakan
insurjensi dan menyusunnya dalam suatu saran kepada perencana
nasional dalam rangka penentuan sasaran yang tepat.

b. Pengamanan.

1) Kebutuhan akan pengamanan yang baik dalam operasi lawan insurjensi


menjadi lebih besar karena sulitnya membedakan antara kawan dan lawan.
Oleh sebab itu, maka semua tindakan pengamanan harus dilaksanakan secara
ketat, terutama yang berhubungan dengan pengamanan informasi yang
berklasifikasi. Perhatian khusus harus diberikan pada pengamanan di dalam
organisasi intelijen. Pihak insurjensi sudah barang tentu akan melakukan
infiltrasi melalui agen-agennya ke dalam organisasi intelijen, ke dalam
instalassi-instalasi administrasi dan mungkin juga ke dalam satuan-satuan
operasional. Didalam pelaksanaannya, maka pengamanan didasarkan atas
prinsip-prinsip dasar tertentu, dengan taktik dan tehnik tertentu terhadap
sasaran personel, materiil, bahan-bahan keterangan dan kegiatan/operasi.

2) Prinsip-prinsip dasar pengamanan.

a) Kegiatan pengamanan adalah tanggung jawab setiap Komandan


pada setiap tingkatan.
b) Setiap perobahan instruksi pengamanan harus diterapkan dengan
penuh rasa tanggung jawab dalam hubungannya dengan sumber-sumber
yang tersedia.
c) Pengamanan perhubungan harus diberi perhatian khusus dan terus-
menerus.
d) Semua kegiatan pengamanan harus diarahkan dan dikoordinir oleh
seorang pejabat tertentu.
e) Penyebaran informasi harus dikendalikan secara ketat untuk
menjamin bahwa informasi tersebut tidak diberikan kepada alamat yang
tidak mempunyai kepentingan operasional untuk mengetahuinya.
28

3) Taktik-taktik pengamanan.

a) Aktif. Dengan tindakan pengamanan aktif maka perlu dilatih suatu


satuan intelijen tertentu secara khusus untuk menemukan agen musuh
yang berusaha melakukan penyusupan ke dalam organisasi pasukan
sendiri atau akan melakukan sabotasse. Satuan ini bergerak terus-
menerus hingga jauh menyusup ke dalam daerah musuh.

b) Pasif. Tindakan pengamanan yang pasif adalah tindakan


pengamanan yang mutlak harus dilakukan oleh setiap organisasi militer.
Dengan tindakan ini dimaksudkan adalah melindungi semua material atau
bahan-bahan keterangan dari pihak insurjensi dengan menempatkannya
sebagaimana mestinya. Instalasi-instalasi penting harus mendapat
pemagaran dan pengawalan yang memadai dan informasi-informasi yang
berklasifikasi disimpan selalu di dalam lemari tersendiri yang terkunci.

c) Deseptif. Tindakan pengamanan deseptif sangat diperlukan dalam


operasi lawan insurjensi, di mana kemungkinan sebagian besar kegiatan
pasukan sendiri dapat dilaporkan penduduk atau agen-agen insurjensi
kepada mereka. Dengan tindakan deseptif, maka pihak insurjensi dapat
dialihkan perhatiannya dan kemudian dijebak dengan operasi yang
sesungguhnya.

4) Ruang lingkup pengamanan.

a) Pengamanan personel. Anggota pasukan biasanya merasa bahwa


mereka dapat mengendorkan tindakan pengamanan bila mereka tidak
sedang melakukan suatu operasi atau bila keadaan kelihatannya tenang.
Pihak musuh sangat menyadari hal ini dan akan selalu bertindak bila
situasi memungkinkan. Sesuai keadaan, maka perintah mengenai
pengamanan personel harus jelas dan dijalankan secara tegas. Dalam
operasi lawan insurjensi pasukan harus waspada terhadap propaganda
insurjensi yang dapat merusak moril pasukan sendiri. Propaganda
insurjensi akan sangat berhasil bila moril pasukan sendiri rendah,
terutama sebagai akibat operassi yang cukup lama dan membosankan.
Pertahanan terhadap propaganda insurjensi adalah semata-mata
masalah memelihara moril, dan untuk itu perlu dilakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:

(1) Pengungkapan fakta-fakta sesungguhnya mengenai operasi


lawan insurjensi tersebut dan alasan mengenai perlunya pasukan
untuk menyelesaikannya.
(2) Penjelasan mengenai taktik yang digunakan insurjen untuk
melawan passukan sendiri, dan langkah-langkah untuk
menghadapinya.
(3) Kepemimpinan dan disiplin yang baik.
(4) Kesejahteraan yang memadai.

b) Pengamanan materiil. Tindakan pengamanan materiil adalah suatu


kombinasi dari pengamanan fisik, perintah-perintah yang baik dan
pengendalian akses termasuk suatu sistem tanda pengenal yang efektif
dan spesifik. Informassi mengenai perlengkapan khusus tertentu dan
rencana penggunaannya biasanya mudah diperoleh dari akses terhadap
29

peralatan tersebut, dari pada akses terhadap dokumen mengenai


perlengkapan itu sendiri. Para insurjen biasanya juga mengalami
kekurangan dalam senjata, amunisi, obat-obatan dan perbekalan lainnya,
sehingga tindakan pengamanan yang ketat harus diterapkan untuk
mengamankan perbekalan tersebut. Senjata dan amunisi dari semua
anggota yang luka dan terbunuh harus ditemukan kembali secepatnya.
Amunisi termasuk kotak kosongnya mungkin juga mempunyai nilai yang
tinggi pada pasaran gelap dan anggota-anggota yang tidak bertanggung
jawab tergoda untuk menjual beberapa amunisi bila mereka kekurangan
uang. Perhatian khusus diberikan kepada pengamanan senjata bila
anggota-anggota sedang tidur.

c) Pengamanan informasi. Tindakan pengamanan informasi harus


dipegang teguh oleh setiap prajurit untuk mencegah jatuhnya informasi
militer pada pihak insurjensi, semua anggota harus menjauhkan diri dari
lancang mulut dalam setiap tempat harus dihindarkan. Pelacur-pelacur
atau pembantu-pembantu biasanya ditanam sebagai agen insurjensi dan
melalui mereka menjadi lancang mulut dapat menimbulkan korban jiwa.

d) Pengamanan kegiatan / operasi militer. Di daerah operasi,


pengamanan kegiatan / operassi sulit dicapai karena pasukan yang
terlibat akan rawan terhadap pengamatan langsung dari penduduk
setempat, di mana sebagian dari mereka biasanya ada yang bersimpati
terhadap insurjen. Di daerah operasi, para kontraktor, pedagang dan
pekerja juga rawan terhadap tekanan insurjensi. Mereka kadang kala,
memiliki akses kepada keterangan tentang kekuatan satuan yang terlibat
dan nama-nama personel ataupun perwira senior. Menghadapi keadaan
seperti ini, maka kewaspadaan yang tinggi perlu dilakukan, dengan
menyiapkan selalu rencana penyesatan, untuk melindungi gerakan
operasi yang menentukan, setiap individu dalam satuan harus
menghormatinya. Dalam hal ini maka sangat dibutuhkan juga adanya
latihan-latihan pengamanan dan indoktrinasi pada semua anggota.

c. Penggalangan.

1) Dengan operasi penggalangan yang sistematis, dapat diharapkan


terciptanya kondisi yang menguntungkan bagi pencapaian sasaran dalam
operassi lawan insurjensi secara keseluruhan. Penduduk harus diyakinkan
bahwa kepentingan utama mereka akan tergantung kepada jalannya
pemerintahan dan dukungannya kepada operasi yang sedang dilaksanakan
oleh pemerintah. Dalam hal ini, maka operassi penggalangan harus didasarkan
kepada pengetahuan yang mendalam tentang kondisi IPOLEKSOSBUD aktual
di daerah sasaran. Operasi penggalangan yang dilancarkan tanpa
memperhitungkan variabel-variabel IPOLEKSOSBUD, atau didasarkan kepada
pengetahuan yang kurang memadai dari struktur sosial masyarakat, akan
dapat menimbulkan atau meningkatkan sikap negatif yang tidak dapat
dihindarkan. Dalam perebutan simpati penduduk seperti ini, maka hasil dari
penggalangan yang terarah baik, kadang-kadang dapat melebihi hasil yang
dicapai dengan operasi tempur. Oleh karena itu, maka operasi penggalangan
perlu dipertimbangkan sebelum operasi tempur dilaksanakan yang disesuaikan
dengan kebijaksanaan politik, ekonomi dan ketentuan yang berlaku. Dalam
pelaksanaannya operasi penggalangan menggunakan taktik / tehnik tertentu
sesuai dengan sasaran yang sedang dihadapi.
30

2) Taktik-Taktik Penggalangan.

a) Taktik gerakan yang menarik. Dengan taktik gerakan yang menarik,


maka operasi penggalangan diarahkan untuk menarik simpati penduduk
terhadap operasi yang sedang dilancarkan oleh pemerintah. Penduduk
harus diyakinkan bahwa aspirasi mereka selalu mendapat perhatian
pemerintah, dan secara khusus memberikan bantuan yang sangat
dibutuhkan oleh penduduk setempat.

b) Taktik gerakan yang menekan. Bila taktik gerakan yang menarik


kurang berhasil, maka secara khusus dapat digunakan taktik gerakan
yang menekan terhadap sasaran tertentu yang mengalami kondisi yang
memungkinkan bagi taktik tersebut.

c) Taktik gerakan yang memecah belah. Untuk memperkecil kekuatan


insurjensi, maka perlu dilakukan gerakan yang memecah belah yang
selanjutnya kekuatan kecil tersebut dapat dihancurkan satu persatu.
Dengan memecah kekuatan insurjensi, maka usaha penghancurannya
dapat lebih mudah dan kekuatan yang dikerahkan dapat relatif kecil.
Taktik ini terutama memanfaatkan perbedaan yang ada diantara
kelompok insurjen, dengan menonjolkan pemimpinnya yang ambisius
untuk membentuk kelompoknya sendiri-sendiri, yang kemudian menjadi
lebih kecil.

d) Taktik gerakan adu domba. Di kalangan insurjen sendiri sering ada


pertentangan sebagai akibat berbagai kekuatan yang mereka hadapi dan
seringnya terjadi hal-hal yang kurang adil dalam pembagian bantuan yang
mereka terima. Bila hal ini dapat diketahui, maka dapat dilakukan gerakan
adu domba diantara mereka, sehingga satu sama lain akan saling
menghancurkan.

3) Tehnik-tehnik penggalangan.

a) Perang urat syaraf (PUS/Propaganda). Tujuan utama dari operasi


ini adalah merangsang penduduk untuk melawan belenggu propaganda
insurjensi dengan menciptakan dan memelihara sikap positif yang kuat
terhadap kebijaksanaan nasional. Ini membawa pengaruh untuk
mengisolir emosi, intelektualitas kaum insurjen serta kekuatan subversi
lainnya dengan menimbulkan penolakan terhadap aspirasi politik dan
ideologi mereka. Melalui operasi PUS/ Propaganda juga harus memberi
keberanian kepada TNI dan rakyat untuk menerima sikap positif dari
operasi lawan insurjensi dengan:

(1) Membuat rencana dan melaksanakan operasi yang memberi


kepercayaan kepada pemerintah dan membentuk keyakinan mereka
untuk melakukan perlawanan kepada insurjensi.
(2) Membantu operasi teritorial dan operasi bhakti TNI.
(3) Membantu penyebaran berita-berita yang benar untuk melawan
desas-desus dan untuk menanamkan kepercayaan.
(4) Menjelaskan kepada penduduk, diantaranya tindakan
pengendalian penduduk dan bahan makanan, adanya jam malam
dan lain-lain yang dapat menimbulkan kesulitan tertentu yang
dimaksudkan untuk menghancurkan insurjen. Perang urat syaraf,
31

dapat digolongkan dalam perang urat syaraf strategis, taktis dan


konsolidasi. Perang urat syaraf strategis diarahkan kepada seluruh
masyarakat baik militer dan penduduk didaerah operasi yang berada
di bawah insurjensi, pihak netral maupun kawan. Oleh karena
perang urat syaraf strategis berlangsung dalam jangka waktu yang
cukup panjang, maka akibat-akibatnya sulit untuk dievaluasi.
Hasilnya walaupun efektif biasanya tidak dapat dibedakan secara
khusus dan intelijen yang memadai yang mencakup hasil-hasilnya
tidak selalu diperoleh.

Perang urat syaraf taktis diarahkan semata-mata kepada


kekuatan bersenjata insurjen atau penduduk yang berada di daerah
pertempuran atau di daerah dimana akan dilaksanakan suatu
operasi taktis. Maksud perang urat syaraf ini adalah sebagai
bantuan langsung pencapaian tugas militer tertentu. Berbeda
dengan perang urat syaraf strategis, maka hasil dari perang urat
syaraf taktis biasanya dapat lebih jelas kelihatan.

b) Operasi pengeras suara. Sebuah pengeras suara kecil


(Megaphone) dapat efektif hingga jarak 400 (empat ratus) meter dapat
dialokasikan satu buah tiap kompi senapan, yang dalam waktu-waktu
tertentu memperkeras siaran-siaran tertentu kepada pihak insurjensi.

c) Operasi siaran dengan helikopter. Pada saat-saat tertentu,


sebuah helikopter dapat dilengkapi dengan pengeras suara yang akan
meneruskan siaran-siaran atau rekaman siaran tertentu di daerah musuh.
Pemilihan manuver dan ketinggian beroperasi akan tergantung pada
lingkungan sasaran dan bentuk medan sekitarnya serta kemampuan
pesawat helikopter yang digunakan.

d. Operasi Intelijen Berdiri Sendiri (BS).

1) Operasi intelijen berdiri sendiri merupakan operasi yang diselenggarakan


secara mandiri baik sebelum, selama dan sesudah operasi Kamdagri
berlangsung, untuk menyediakan informasi, melaksanakan tugas pengamanan
serta menciptakan kondisi yang menguntungkan. Pelaksanaan operasi sesuai
taktik dan tehnik intelijen, dimana penyelenggaraannya didasarkan pada
pertimbangan tertentu yang memerlukan perlakuan khusus baik dilihat dari
sasaran, sifat dan efektifitas operasi.

2) Sasaran. Penduduk dan wilayah daratan di mana operasi Kamdagri


berlangsung.

3) Peranan intelijen. Dilhat dari hasil yang diperoleh, operasi intelijen dapat
berperan:

a) Sebagai operasi pokok akan mengungkapkan ancaman, hambatan,


gangguan dan tantangan yang terjadi di suatu wilayah, di mana akan
dijadikan landasan pengambilan keputusan / kebijaksanaan.

b) Sebagai operasi bantuan melaksanakan kegiatan sebagai bagian


dari operasi lawan insurjensi, dimana hasil operasi intelijen tersebut
dipergunakan untuk mendukung satuan lain.
32

e. Operasi intelijen membantu operasi lain.

1) Operasi intelijen membantu operasi tempur

a) Operasi intelijen merupakan bagian dari operasi keamanan dalam


negeri, dimana operasi tempur bertindak sebagai operasi pokok, maka
operasi intelijen sebagai operasi bantuan. Dalam mendukung operasi
tempur usaha-usaha intelijen meliputi penyediaan bahan keterangan,
mengamankan penyelenggaraan operasi serta menciptakan kondisi yang
menguntungkan.

b) Sasaran. Sasaran intelijen mencakup aspek-aspek intelijen yang


meliputi:

(1) Unsur cuaca


(2) Unsur medan
(3) Unsur musuh
(4) Karakteristik lain.

c) Peranan operasi intelijen. Dalam membantu operasi tempur,


peranan operasi intelijen meliputi:

(1) Operasi bantuan. Intelijen mengadakan operasi untuk


mendukung operasi tempur dalam rangka perencanaan dan
pelaksanaan pertempuran lawan insurjensi.
(2) Merupakan bagian dari operasi tempur, di mana ada sasaran
tertentu yang lebih efektif diselesaikan dengan operasi intelijen.

2) Operasi intelijen membantu operasi teritorial.

a) Dalam mendukung operasi teritorial kegiatan intelijen meliputi


penyelidikan untuk menyediakan bahan keterangan, pengamanan operasi
serta menciptakan kondisi yang menguntungkan dalam rangka mencapai
tujuan operasi teritorial. Sama halnya dengan bantuan kepada operasi
tempur, operasi intelijen membantu operasi teritorial dalam rangka operasi
terpadu matra darat di mana operasi teritorial dinyatakan sebagai operasi
pokok.

b) Sasaran. Sasaran operasi teritorial mencakup aspek intelijen


teritorial meliputi:

(1) Geografi
(2) Demografi
(3) Kondisi sosial.

c) Peranan. Dalammembantu operasi teritorial, peranan operasi


intelijen meliputi:

(1) Operasi bantuan. Intelijen mengadakan operasi untuk


mendukung teritorial dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan
operasi teritorial.
33

(2) Operasi intelijen merupakan bagian dari operasi teritorial


dimana terdapat sasaran tertentu yang lebih efektif di selesaikan
dengan operasi intelijen.

BAB V
OPERASI TEMPUR

19. Umum. Operasi tempur diselenggarakan dengan tujuan untuk menghancurkan


insurjensi atau memaksanya untuk menyerah serta usaha memukul sasaran yang
ditemukan melalui operasi intelijen. Bilamana insurjensi baru dimulai, maka kegiatan
operasi tempur diarahkan kepada pusat kekuatan insurjensi. Hal ini mengandung maksud
menghancurkan pimpinan pusat dari kekuatan bersenjatanya dan agar perlawanan
bersenjata insurjensi dapat diselesaikan dengan cepat serta dapat melumpuhkan
kemampuan logistiknya. Jadi operasi tempur ini sudah diperlukan dalam fase-fase
permulaan dari operasi lawan insurjensi. Apabila insurjen melaksanakan operasi secara
berlarut, maka harus dihadapi dengan operasi lawan insurjensi. Bersama operasi intelijen
akan dapat menghasilkan pemisahan penduduk dari insurjen dan dapat merebut simpati
penduduk. Di sinilah pentingnya operasi tempur dan operasi intel berjalan secara
berdampingan. Dengan operasi tempur yang berhasil memukul insurjen akan merubah
kepercayaan penduduk, bahkan pihak pemerintah kewibawaannya akan bertambah.
Bilamana daerah itu telah normal kembali maka pemerintah sipil dan unsur-unsur
penegak hukum harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Masalah pokok yang
dihadapi pada operasi lawan insurjensi terletak pada bidang:

a. Militer.

1) Memperkecil / melumpuhkan daya guna organisasi komando insurjen.

2) Merebut, menguasai, meniadakan dan menghancurkan sumber


perbekalan, persenjataan dan perlengkapan pasukan insurjensi.

b. Non militer.

1) Menghilangkan hubungan insurjen dengan penduduk sebab insurjen


berakar dari penduduk setempat.

2) Membuktikan dengan kenyataan bahwa ideologi politik sendiri lebih baik


dari pada ideologi dan politik insurjen.

3) Menanamkan dan menumbuhkan kepercayaan dan simpati penduduk.

20. Pokok pokok perhatian dalam operasi tempur.

a. Semua satuan dalam operasi lawan insurjensi tentu mempunyai kebutuhan


dasar seperti apa yang dilakukan oleh kaum insurjen, diantaranya adalah:

1) Saling pengertian antara masyarakat dan militer.


2) Komando gabungan serta komando dan pengendaliannya.
3) Intelijen yang baik.
4) Mobilitas.
5) Latihan.
34

21. Tugas tugas.

a. Pada dasarnya tugas operasi tempur adalah :

1) Menghancurkan insurjensi
2) Mempersempit ruang gerak insurjensi yang berarti memperluas daerah
yang dikuasai pemerintah (daerah putih)
3) Menyalurkan dan menyekat insurjen ke daerah yang sudah ditentukan.
4) Memutuskan lalu lintas insurjen.
5) Berusaha mengikuti dan mengikat tiap gerakan insurjen untuk
dihancurkan.

b. Tugas membantu operasi lainnya.

1) Membantu operasi teritorial.


a) Mencegah pelolosan insurjen dari daerah penghancuran.
b) Melumpuhkan kegiatan insurjen.
c) Mencegah adanya penyelaman (mencari perlindungan) pada
penduduk.
d) Membantu komando dan aparatur teritorial bila di perlukan.

2) Membantu operasi Kamtibnas


a) Membantu menegakan pemerintah setempat yang bersih dan
berwibawa.
b) Membantu keamanan dan ketertiban masyarakat.

3) Membantu operasi intelijen


a) Mencegah perembesan insurjen.
b) Mengadakan pembersihan untuk mencegah penyelaman.
c) Mengadakan pengamanan daerah.
d) Menyediakan tenaga badan pengumpul untuk penyelidikan.
e) Pengurusan tahanan operasi

22. Pengorganisasian.

a. Bila operasi tempur perlu dilaksanakan dengan kekuatan yang lebih besar dari
satuan organik yang ada pada Korem setempat, maka perlu diadakan penyusunan
organisasi tugas yang terdiri dari satuan-satuan yang langsung turut dalam operasi
tempur tersebut.
b. Fungsi utama Komando Resort Militer. Pasukan lawan insurjensi disusun
untuk dua tugas yang berbeda: menghancurkan kekuatan fisik dari insurjen dan
menjamin keamanan di daerah. Pasukan lawan insurjensi akan diorganisasikan
dalam dua macam satuan, satuan cadangan pemukul mobil yang akan bertugas
untuk penghancuran insurjen, serta satuan kerangka yang akan tinggal bersama
penduduk dengan tugas melindungi mereka dan memperkuat usaha-usaha pihak
Korem. Satuan kerangka dapat mengetahui sebaik-baiknya tentang situasi,
penduduk serta persoalan setempat, namun jika terjadi suatu kekeliruan maka
mereka pulalah yang pertamA-tama menanggung resikonya. Selanjutnya jika suatu
satuan pemukul mobil beroperasi di suatu daerah maka harus dikendalikan oleh
Komandan dari Komando Resort Militer sebagai Komando Opersi.
35

23. Pelaksanaan operasi tempur.

a. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan OLI harus di


integrasikan secara erat dengan konsep operasi selanjutnya. Dalam melaksanakan
operasi tempur di suatu daerah perlu diperhatikan beberapa hal antara lain adanya
daerah yang sepenuhnya dikuasai (daerah putih), daerah yang diperebutkan (daerah
kelabu) dan daerah basis insurjen (daerah hitam). Operasi tempur untuk lawan
insurjensi dilaksanakan dengan pembabakan dari babak pembersihan, untuk
membangun daerah basis operasi (daerah putih), babak mempertahankan apa yang
telah dicapai dan meningkatkan kondisi keadaan, babak konsolidasi dan babak
stabilitasi, di mana di semua babak didasari dengan upaya untuk memenangkan hati
penduduk. Operasi tempur akan berhasil baik bilamana dapat dipenuhi syarat-syarat
pokok sebagai berikut:

1) Dapat menimbulkan perpecahan di kalangan insurjen


2) Mampu membuat perkiraan yang tepat mengenai ancaman dari insurjen.
3) Satuan yang dikerahkan harus:

a) Memiliki sikap dan perilaku yang terpuji.


b) Mengenal penduduk dengan aspirasinya, adat istiadat dan
masalahnya
c) Mampu menarik tokoh-tokoh penduduk yang berpengaruh ke pihak
sendiri.

b. Konsep operasi. Konsep operasi tempur dalam rangka operasi lawan


insurjensi pada setiap tahap sebagai berikut:

1) Pembersihan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menemukan sumber


kekuatan insurjen, baik basis insurjen para pendukung serta sel-sel
klandestinnya. Operasi tempur diarahkan untuk menghancurkan insurjen,
sedang operasi lainya untuk menemukan dan menghancuskan sel-sel
klandestin serta organisasi politiknya. Tahap ini dilakukan untuk menjamin
adanya basis operasi yang bersih dari mana operasi-operasi selanjutnya
dilancarkan.

2) Mempertahankan dan meningkatkan kondisi daerah. Usaha yang


dilakukan adalah mencegah kembali penyusupan agen agen insurjen ataupun
bantuan kekuatan dari lain daerah, serta memperluas daerah yang dikuasai
dari basis operasi yang ada, sehingga basis demi basis operasi meluas sampai
seluruh daerah kelabu dikuasai sepenuhnya.

3) Konsolidasi. Operasi militer lebih banyak bersifat pengamanan untuk


mendukung operasi teritorial, agar tidak memungkinkan sisa-sisa insurjen
melakukan aksi-aksinya untuk merusak apa yang telah dicapai.

4) Stabilisasi. Melanjutkan upaya-upaya terencana dan terpadu untuk


memenangkan hati penduduk. Satuan militer pada saat ini bertindak sebagai
unsur pengamanan serta ikut berpartisipasi dalam meningkatkan keadaan
daerah kepada kondisi yang semakin baik. Tentang konsep operasi ini periksa
pasal 12 pada juklap ini.

c. Tindakan komandan dan staf.


36

1) Dasar-dasar umum tindakan komandan dan staf dapat diterapkan pada


operasi lawan insurjensi, tetapi tehnik pelaksanaannya harus disesuaikan
dengan kondisi dan situasi serta berbagai perkembangannya.

2) Tanggung jawab komandan dan staf, serta keterpaduan tindakan dengan


komandan bawahan dalam melaksanakan operasi lawan insurjensi sama
dengan pada operasi konvensional. Walaupun demikian tindakan komandan
dan staf dalam operasi lawan insurjensi perlu ditekankan, terutama dalam hal:

a) Perencanaan yang cermat dan terperinci, yang akan


didesentralisasikan kepada satuan kecil.
b) Perkiraan kemungkinan ancaman, untuk menentukan penempatan
pasukan cadangan pemukul mobil yang tepat.
c) Koordinasi yang terperinci tentang usaha pengumpulan keterangan.
d) Koordinasi dan perencanaan yang terperinci tentang kegiatan
pengendalian penduduk.
e) Pengorganisasian tenaga sipil untuk mendukung operasi yang
dilakukan.
f) Pengintegrasian bantuan administrasi dengan rencana kegiatan
taktik.

d. Perencanaan operasi tempur.

1) Perencanaan operasi lawan insurjensi memerlukan perkiraan yang cermat


dan terperinci. Perhatian tersebut ditujukan juga kepada kondisi politik,
ekonomi, sosial budaya dan masalah militer.

2) Pertimbangan komandan meliputi faktor-faktor khusus sebagai berikut:

a) Cuaca dan medan

(1) Medan, jaringan jalan yang ada, baik yang dapat dimanfaatkan
oleh insurjen atapun pasukan sendiri.
(2) Kemungkinan basis musuh.
(3) Pengaruh cuaca dan musim tiap tahunnya terhadap operasi
oleh insurjen maupun pasukan sendiri.

b) Penduduk

(1) Kepatuhan dari berbagai golongan penduduk kepada musuh,


moril, kemampuan untuk melawan dan ketersediaan untuk memikul
penderitaan. Hal sebagai berikut memerlukan perhatian:

(a) Para petani dan penduduk pedalaman lainnya


(b) Jenis-jenis kejahatan
(c) Tokoh-tokoh yang memegang kendali dalam gerakan
insurjensi
(d) Bekas anggota angkatan bersenjata dan angota
hansip/wanra yang tergabung dalam gerakan insurjensi
(e) Semua tokoh yang mempunyai kepemimpinan kuat, tetapi
dicurigai kesetiaannya
(f) Silsilah dan hubungan kekeluargaan mereka
37

(2) Jumlah penduduk yang membantu kegiatan insurjensi


(3) Jumlah penduduk yang membantu pasukan sendiri
(4) Unsur-unsur penduduk yang mudah terpengaruh terhadap
musuh dan penggalangan oleh kita.

c) Sumber sumber kehidupan dari insurjensi meliputi:

(1) Kemampuan dari daerah menyediakan makanan.


(2) Kemampuan pasukan sendiri mengawasi hasil panen, gudang
persediaan dan pembagian bahan makanan.
(3) Penggunaan sumber air dan bahan bakar.
(4) Penggunaan senjata, munisi, alat penghancur dan bahan ledak
lainnya.

d) Hubungan insurjen dengan negara asing sponsor meliputi

(1) Kemampuan koordinasi dan pengarahan bagi kegiatan


insurjen.
(2) Metoda hubungan dengan insurjen.
(3) Kemampuan cara dan saluran untuk mengirim bantuan
penasehat, pelatih serta materiil dan bekal ke daerah yang dikuasai
insurjen.

e) Organisasi dan kegiatan dari insurjen, meliputi :

(1) Sumber daya dan kemampuan.


(2) Kekuatan, moril serta status latihannya.
(3) Kepribadian dan kecakapan pimpinan.
(4) Daya guna dari pada organisasi dan keutuhan komando.
(5) Hubungan dengan penduduk.
(6) Data perlengkapan dan bahan bakar.
(7) Alat-alat komunikasi perhubungan.
(8) Fasilitas intelijen dan pengamanan.
(9) Tempat kedudukan yang ada dan diduga ada.
(10) Taktik yang digunakan.

f) Susunan kekuatan pasukan sendiri yang berguna untuk operasi,


meliputi :

(1) Kekuatan pasukan sendiri dan kemampuan operasinya di tiap


Daerah.
(2) Kekuatan dan kemampuan komando dan aparatur teritorial di
tiap daerah.
(3) Polisi dan kekuatan Hansip/Wabra.
(4) Kekuatan pasukan tetangga.
(5) Kelemahan pasukan sendiri.
(6) Tingkat efektivitas dan efisiensi komando dan pasukan sendiri.

g) Kebijaksanaan dan pengarahan bagi tindakan yang berkaitan


dengan hak, kewajiban dan perlakuan tentang penduduk dan kekuatan
insurjensi.
38

e. Organisasi Teritorial.

1) Penggunaan komando dan aparatur teritorial untuk mendukung operasi


tempur, meliputi :

a) Pengerahan kekuatan sipil dan pelaksanaan pemerintah sebelum


pemerintah daerah setempat dapat berpungsi efektif.
b) Pengendalian kekuatan para militer dalam rangka pertahanan dan
perlawanan swadaya daerah.
c) Membantu Operasi satuan Intelijen yang ada di daerahnya.

2) Komando teritorial berfungsi juga untuk pengerahan kekuatan politik


dalam rangka memberikan dukungan terhadap operasi lawan insurjensi.

3) Dalam kenyataanya kekuatan politik jarang digunakan di dalam daerah


operasi dan bila digunakan adalah atas dasar pertimbangan kepentingan
militer.

4) Brigade atau Komando Operasi pada umumnya diberikan daerah


tanggung jawab tertentu. Komandan Brigade atau Komando Operasi pada
umumnya diberikan daerah tertentu. Komandan Brigade atau Komando
Operasi memberikan daerah/sektor tanggung jawab tertentu kepada
Batalyonya dan selanjutnya Komandan Batalyon berbuat yang sama kepada
kompi-kompinya, Komandan Kompi biasanya tidak lagi membagikan daerah
tanggung jawabnya kepada peleton-peletonya, tetapi membagi-bagi tugas
untuk menyelesaikan tugas kompi. Dalam pembagian pada seluruh sektor atau
sub sektor para komandan pada seluruh eselon sampai dengan kompi, akan
mengembangkan satu atau lebih basis operasi depan darimana dapat
mengorganisir operasi ofensif serta pos-pos pengaman yang diperlukan untuk
melindungi pasukan, instalasi dan jaringan perhubungan. Pemberian daerah
tanggung jawab kepada tiap komando operasi atau brigade, Batalyon dan
kompi adalah untuk memudahkan penguasaan wilayah dari berbagai basis
operasi depan tersebut yang digunakan untuk mengadakan ofensif terhadap
insurjen.

5) Daerah tanggung jawab tiap satuan, tergantung pada tugas tingkat


perlawanan insurjen dan kekuatan satuan sendiri. di daerah pedalaman dan
pegunungan dimana kemampuan pengawasan pasukan lawan insurjensi relatif
lebih terbatas, pemberian daerah tanggung jawab biasanya lebih kecil daripada
daerah di mana pasukan sendiri dapat mengawasi secara lebih efektif. Daerah
tanggung jawab yang diberikan kepada tiap satuan seluas yang dapat
diselesaikan oleh satuan-satuan bawahannya. Dalam hal seperti ini komandan
harus dapat memberikan prioritas penyelesaian tiap sektor atau sub sektor dan
menyerahkan penyelesaian tugas tersebut kepada satuan-satuan bawahannya.

6) Sebagai misal, gambar di bawah ini menunjukan skema daerah suatu


Korem atau Komando Operasi. Untuk menjadi perhatian, suatu Batalyon
mempunyai daerah yang luas melebihi yang dapat diselesaikan oleh satuan-
satuan bawahnya. Sebagai konsekwensi, sebuah sub sektor dari daerah
operasinya tidak diduduki secara keseluruhan. Sub sektor ini dikuasai dengan
pengawasan dan patroli oleh kompi-kompi cadangan mobil dari Batalyon
sampai sub sektor itu dapat diawasi sepenuhnya oleh satuan bawahan
Batalyon.
39

Skema Daerah Korem

KORE
M

Basis Operasi
Depan

7) Untuk memperlihatkan kekenyalan dalam pengorganisasian suatu daerah


operasi pada gambar di bawah ini menunjukan skema lain dari daerah Korem
atau Komando Operasi, kompi-kompi telah memberikan daerah tanggung
jawab tertentu, dimana daerah sektor terbagi habis. Sedang ruang antar kompi-
kompi diawasi dengan satuan keamanan, atau peleton kavaleri serta satuan-
satuan para militer yang dikendalikan oleh Batalyon.
40

Skema Daerah Korem

KOREM

Basis Operasi
Depan

8) Dalam hal ini, sub sektor yang diberikan kepada kompi tidak akan selebar
yang lazimnya diberikan kepada satuan tersebut untuk memungkinkan ofensif
terhadap sisa kelompok-kelompom kekuatan musuh serta pengamanan dan
pemgawasan darah sub sektornya.

9) Kompi biasanya menempatkan satu peleon diperkuat sebagai satuan


cadangan mobilnya, sedangkan Batalyon menyiapkan cadangan mobilnya
tidak kurang dari dua peleton. Korem atau Komando operasi menyiapkan sutu
satuan cadangan yang kuat dan sejauh mungkin mempunyai kemampuan
mobil udara. Jika daerah memungkinkan, maka satuan pemukul tersebut
dimekanisasikan.

f. Petunjuk Pembagian Daerah. Pembagian daerah tersebut adalah sebagai


berikut :

1) Daerah hitam. Daerah ini di bawah pengawasan baik secara berkala


ataupun terus-menerus oleh insurjen. Di sini digunakan sebagai markas dan
basisnya dengan penuh kebebasan biasanya penduduk di daerah ini
membantu insurjen baik dengan suka rela ataupun melalui paksaan. Semua
41

personel yang melakukan perlawanan di daerah ini dapat dipandang termasuk


anggota insurjen, bantuan bawah tanah atau sebagai anggota sipil. Pasukan
sendiri di daerah ini harus berstatus dalam operasi tempur. Kendaraan sendiri
bila melalui wilayah ini harus bergerak dalam bentuk konvoi yang dipersenjatai.

2) Daerah kelabu. Adalah sebuah daerah dimana insurjen sering beroperasi,


tetapi daerah ini sekaligus berada di bawah pengaruh baik dari pasuka sendiri
atau insurjen. Daerah ini disebut juga sebagai daerah yang diperebutkan, oleh
karena itu pasukan harus membawa senjata dan tidak boleh bergerak seorang-
seorang. Kendaraan harus dikawal, minimal oleh sebuah kendaraan yang
dipersenjatai yang bergerak di depan : jam malam dan tindakan pengendalian
terhadap penduduk harus dipergiat.

3) Daerah putih. Daerah ini dikuasai sepenuhnya oleh pasukan sendiri di


mana pengawasan yang ketat terhadap penduduk telah berlaku. Kegiatan
insurjen di daerah ini sudah sangat terbatas, di bawah tanah dan biasanya
untuk menutupi tindakan yang sebenarnya. Pasukan dapat bergerak sendirian
dan tidak memerlukan senjata. Kendaraan bergerak bebas tanpa pengawalan.

4) Daerah belakang. Pada hakekatnya sama dengan daerah putih, hanya


lebih mantap atau keamanan lebih terjamin dibanding darah putih.

DAERAH HITAM DAERAH HITAM

Contoh pembagian daerah


(Tidak selalu seperti yang digambarkan diatas)

g. Basis operasi depan.

1) Satuan satuan yang melaksanakan operasi terhadap insurjen


mengembangkan basis operasi depan darimana mereka melakukan operasi
ofensif di dalam daerah tanggung jawabnya.Suatu Batalyon mengalokasikan
daerah tanggung jawab tertentu kepada kompi bawahannya, dan bila perlu
42

mereka dapat mengembangkan basis operasi depan di daerah tanggung jawab


operasi masing masing. Tergantung kepada luas dari sektor kompi, maka satu
atau lebih basis operasi depan dapat dikembangkan. Bila mungkin maka
seluruh operasi kompi dilaksanakan cukup dari satu basis untuk menjamin
keamanan dan pengendalian.Biasanya unsur unsur kompi bergerak keluar dari
basis operasi depan dan beroperasi dari basis patroli satuan yang lebih kecil.

2) Basis operasi depan adalah pusat kegiatan taktis melawan kekuatan


insurjensi didaerah tanggung jawab satuan yang bersangkutan. Basis operasi
depan menampung pos komando utama, dan unsur administrasi satuan atasan
yang ditempatkan disitu untuk memudahkan melayani dari induk satuan.

3) Basis operasi depan dipilih untuk memudahkan operasi yang akan datang
didaeah tersebut dan untuk menjamin keamanan sendiri. Jika mungkin, basis
operasi depan dapat dikembangkan menjadi basis operasi komando atasan
dimana sebagian besar satuan akan berada untuk istirahat dari tugas
pertempuran dan sebagai basis untuk pengawasan atau pengintaian terhadap
insurjen maupun penimbunan perbekalan logistik operasi.

4) Luas basis operasi depan bervariasi, tergantung pada tingkat satuan yang
menggunakannya, keadaan medan yang menguntungkan untuk pertahanan
dan intensitas serangan insurjen. Dalam hal ini besar atau kecilnya suatu basis
operasi depan disesuaikan pula dengan kemudahan melaksanakan
pengamanan.

5) Suatu basis operasi depan dilengkapi dengan pos melingkar, dariman


dapat melakukan pertahanan terhadap serangan insurjen. Rintangan disiapkan
guna memperkuat posisi pertahanan. Pos luar pos pendengar dipelihara
dengan baik didepan posisipertahanan dan di tempati sepanjang waktu dan
diperkuat dengan ranjau. Jalan jalan yang digunakan untuk pasukan sendiri
dibuka hanya bila perlu saja.

6) Perlengkapan pasukan merupakan bahan pertimbangan dalam


pengorganisasian suatu basis operasi depan suatu daerah operaswi depan
seyogyanya dekat dengan sumber air, lebih ideal lagi bila berada didalam basis
operasi depan. Beberapa kelengkapan rekreasi seperti bola volley dan lain lain
disiapkan juga di daerah basis. Suatu basis yang baik akan membantu
memelihara moril yang tinggi kepada satuan.

7) Pemeliharaan kesehatan dan disiplin tinggi harus dipelihara dalam basis


operasi depan.Pada umumnya seorang komandan jarang berumpa dengan
anggotanya selama operasi lawan insurjensi terkecuali pada waktu pemberian
briefingpada waktu didaerah basis.Sebagian besar waktu dari anggota satuan
digunakan untuk beroperasi dari basis operasi depan untuk tugas-tugas
patroli,penyergapan,penghadangan,menduduki pos dan sebagainya dibawah
pimpinan komandan bawahan.

8) Basis oprasi depan lebih baik bila dilengkapi dengan air strip atau
helipad,yang berada dibasis kompi.

9) Jika insurjen telah mendapat daerah pangkalan,dimana operasinya telah


mulai menggunakan cara-cara konvensional,maka penggunaan basis operasi
tempur yang terpencar dan terpisah biasanya tidak bermanfaat.
43

h. Pos Pengaman.

1) Pos pengaman adalah bagian dari sitem pengaman guna melindungi


instalasi vital, titik kritik pada jalur komunikasi seperti terminal, terowongan,
jembatan dan sambungan jalan kereta api. Pos pengaman digunakan
seperlunya untuk melindungi daerah operasi dari serangan insurjen. Kekuatan
pos tergantung pada tugas, besar dan karakterstik dari kekuatan yang
bermusushan, sikap penduduk dan tingkat kepentingan dari daerah yang
diamankan.
Contoh : Pos pengamanan (pengawal jembatan)

RINTANGAN YG DAPAT
DIGERAKKAN
KAWAT BERDURI
LUBANG LANTAI UTK RADIO
DINDINGH YANG DIPERKUAT

POS

RANJAU DIPASANG
DI TEPI SUNGAI
KAMPUNG
PEMUKIMAN

BUKIT LERENG DEPAN


JALAN SETAPAK DPASANG RANJAU
DPASANG RANJAU

Hal itu dapat bervariasi mulai dari dua orang pengawal jembatan sampai
dengan sau kompi yang diperkuat untuk mengamankan pusat komunikasi atau
daerah pemukiman.

2) Organisasi pos pengaman bervariasi tergantung pada luas daerah, tugas


dan jaraknya dari satuan-satuan yang membantu. Dalam hal ini pos luar
diorganisasikan untuk melindungi instalasi serta sekaligus sebagai kekuatan
pengaman. Sarana komunikasi yang baik harus dapat menghubungkan pos-
pos pengaman dengan induk pasukan dan satuan induk harus menyiapkan
cadangan mobil untuk kemungkinan melancarkan serangan balas bila
diperlukan.

3) Pos-pos pengaman diorganisasikan dan disiapkan untuk semua jenis


pertahanan. Tindakan pencegahan diperlukan untuk melindungi pos keamanan
terkena pendadakan dan terjebak sebelum mereka dapat memberikan suatu
tanda-tanda, jalan pendekat kedalam pos-pos dapat dipasang ranjau. Daerah-
daerah yang dapat digunakan untuk menembaki kedudukan sendiri dibersihkan
dan dipasang ranjau. Daerah-daerah tertutup disiapkan dengan tembakan-
44

tembakan senjata otomatis. Kedudukan penembak didalam pos harus digali


dan diperkuat dengan tanah atau karung-karung pasir.
Anggota yang memerlukan keluar dari tempat persembunyiannya ke posisi
tempur melalui rute yang terlindung. Bangunan yang digunakan untuk
perlindungan harus dipilih dan dipelihara. Pada umumnya kayu-kayu atau
bangunan ringan lainnya harus dilenyapkan / dihilangkan. Jika terpaksa
digunakan, maka dinding-dinding harus diperkuat untuk melindungi terhadap
tembakan senapan. Bila pos terdiri dari lebih dari satu posisi maka perlu
dipertimbangkan tentang penggunaan parit-parit penghubung. Logistik
disimpan dikantong-kantong tersebar dan terlindung. Pengaman diberikan
kepada instalasi komunikasi perhubungan dan perlengkapan lainnya. Daya
tempur dipelihara dengan latihan dan drill secara periodik.

4) Penduduk dan anggota para–militer lainnya tidak boleh diperkenanan


masuk ke dalam posisi pertahanan dan bila perlu, maka penduduk sekitarnya
diteliti atau dipindahkan. (Penduduk dapat pula digunakan untuk
memberitahukan kegiatan insurjen).

5) Semua pertimbangan ditujukan untuk mengatasi kelemahan pasukan


selama pengorganisasian dan penyiapan pos pengaman. Yang paling baik
ialah moril pasukan yang akan beroperasi untuk jangka waktu panjang dalam
satuan kecil terpisah dari induk pasukan harus tinggi.

6) Bila suatu pos pengaman ditempatkan jauh dari Batalyon dan ada
kemungkinan akan diisolasi oleh kegiatan insuren,maka persediaan logistik
dalam pos pengaman harus cukup dan tidak boleh menggantungkan bantuan
logistik kepada penduduk setempat.

7) Cara pertahanan pada suatu instalasi harus sering berganti-ganti untuk


mencegah musuh menerima informasi mengenai kedudukan dan kegiatan rutin
pada pos pengaman. Hal ini dapat berhasil dengan memvariasikan :

a) Patroli dengan pengawalan rute.


b) Pos menetap dan pos pendengar.
c) Pengaturan dan penggantian pengawal.
d) Kata-kata sandi.
e) Penempatan senjata otomatis.

i. Ofensif.

1) Perencanaan ofensif

a) Rencana manuver. Didalam rencana manuver harus memuat


mengenai:

(1) Kekuatan pasukan yang akan dikerahkan.


(2) Susunan tempur yang akan digunakan.
(3) Formasi apa yang akan dipakai.

b) Rencana bantuan tembakan. Bila ada bantuan tembakan maka


harus dikoordinasikan dan diitregasikan dengan rencana manuver yang
telah dipilih
45

c) Rencana bantuan tempur. Unsur bantuan tempur dapat


dimintakan atau diperoleh dari komando atasan sesuai dengan
kemampuan yang ada, yang dihadapkan kepada sasaran yang akan di
hancurkan.

d) Rencana bantuan administrasi. Bantuan administrasi di sini


dititik beratkan pada bantuan logistik, khususnya rencana evakuasi medis
dan pelayanan kesehatan.

2) Pelaksanaan Ofensif

a) Tujuan ofensif ialah mengembangkan daerah yang telah dikuasai


setahap demi setahap. Tekanan terhadap insurjen harus dipelihara dan
dilakukan secara terus menerus samoai akhirnya insurjen dapat
dihancurkan sama sekali. Ofensif yang dilancarkan harus dapat:

(1) Memisahkan insurjen dengan penduduk dan menjauhkan


insurjen dari simpati penduduk.
(2) Dapat merebut simpati penduduk
(3) Menghancurkan moril dan perbekalan insurjen, sehingga
insurjen tidak mampu lagi melancarkan kegiatannya.

b) Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan ofensif:

(1) Informasi. Dengan informasi yang baik dan terpercaya akan


menjamin keberhasilan ofensif. Setiap anggota harus sadar bahwa
informasi yang didapat harus segera dilaporkan dengan cepat dan
tepat.
(2) Sasaran. Seorang komandan harus dapat memilih sasaran
penghancuran insurjen dan sasaran untuk memperluas daerah yang
dikuasai. Perlu diingat bahwa sasaran untuk penghancurkan insurjen
adalah:

(a) Pemusatan pasukan insurjen.


(b) Kepemimpinannya.
(c) Dukungan penduduk (bahan makanan,informasi,tenaga
sipil,dll).
(d) Komunikasinya.
(e) Sumber bahan logistiknya.

(3) Pendadakan. Melaksanakan operasi diantara penduduk yang


mungkin tidak bersimpati kepada kita, sehingga pasukan tidak akan
terdadak. Adapun usaha-usaha untuk mengurangi adanya
pendadakan adalah :

(a) Adakan perencanaan persiapan dan pelaksanaan yang


cepat pada setiap operasi.
(b) Faktor kebehasilan dan pengawasan yang ketat.
(c) Adakan pemisahan unsur-unsur satuan tempur dari
pendududk yang dicurigai masih mendukung insurjen.
(d) Adakan pengawasan terhadap lalu-lintas penduduk baik
siang maupun malam hari.
46

(e) Hindari perubahan di posisi dan kegiatan rutin secara


tiba-tiba sebelum suatu operasi dilancarkan.
(f) Laksanakan operasi pada malam hari dan dalam cuaca
yang buruk serta melalui medan yang sulit.
(g) Mobilitas dan penyebaran untuk mencapai pendadakan.
(h) Laksanakan operasi yang berbeda-beda dengan operasi
sebelumnya. Umpamanya berpatoli menggunakan pakaian
preman.
(j) Tempati barak / bivak yang gelap dan pasang boobytrap.

(4) Mobilitas. Mobilitas pasukan harus dijaga dan memanfaatkn


semua sarana yang ada.
(5) Cadangan yang mobil. Setiap satuan perlu ada cadangan
yang mobil sebab dapat merubah dengan cepat perubahan situasi,
sehingga inisiatif tetap ditangan dan kemanan dapat terjamin.
Tugas-tugas yang dapat dibebankan padanya :

(a) Memelihara momentum offensif dengan menghadapi


lawan yang tidak diharapkan.
(b) Menghadang garis perhubungan insurjen, rute pelarian
dan rute pengunduran.
(c) Pengejaran dan pembersihan.
(d) Memperkuat penyekatan terhadap insurjen yang sedang
dikepung.
(e) Siapkan serangan balas apabila pasukan yang dihadang
atau untuk menolong membebaskan.

(6) Kekuatan tembakan.

(a) Untuk menambah kekuatan tembakan dapat digunakan


bantuan tembakan dari senjata-senjata berat untuk itu dapat
digunakan penduduk dalam pengangkutannya dan bila
diangkut lewat udara harus dijamin keamanan dan
keberhasilannya.
(b) Bantuan tembakan lebih efektif bila dilaksanakan dengan
mengadakan penembakan dan pemboman dari udara.
(c) MO 81 atau Art walaupun sangat berat untuk dibawa,
tetapi besar manfaatnya dalam suatu operasi.

(7) Pengerahan pasukan.

(a) Kerahasiaan suatu tujuan adalah memegang peranan


penting dalam suatau operasi. Apabila hal ini bocor,maka
insurjen akan menyebar dan menghindari pertempuran.
(b) Kebocoran ini dapat diatasi dengan jalan : pasukan dapat
dikerahkan pada malam hari, memilih rute tidak langsung.
Dalam mengerahkan pasukan dapat digunakan helikopter dan
bagi satuan penyusup dengan cara diterjunkan kedaerah
insurjen.

(8) Mendekat lewat udara.


47

(a) Pasukan dapat diangkut lewat udara dan sangat efektif


bila menggunakan helikopter terutama pada malam hari (bila
memungkinkan).
(b) Pembatasan bila helikopter digunakan.

i) Suatu kekuatan penyerang yang efektif harus


didaratkan secara simultan, bila tidak pasukan yang
didaratkan pertama akan menjadi sasaran atau musuh
sudah menyebar.
ii) Daerah pendaratan yang luas dan baik, sehingga
sejumlah helikopter sekaligus dapat menurunkan
pasukan. Apabila pasukan diberi tanggung jawab suatu
daerah, maka komandan pasukan harus membagi titik /
daerah-daerah pendaratan, sehngga kerahasiaan operasi
dapat terjamin.
iii) Pasukan penyerbu harus didaratkan dekat dengan
sasaran serangan.
iv) Bantuan udara dapat membantu serangan.
v) Jarak capai helikopter terbatas dan daya muat juga
terbatas, sehingga dapat dipikitkan pengerahan pasukan
dan tujuan operasi.

(9) Mendekat melalui darat.

(a) Memilih rute tidak langsung untuk menghindari kampung


pertahanan insurjen atau bertempur dengan penduduk
setempat yang masih memihak kepada insurjen. Bila hal ini
sampai terjadi akan menimbulkan hilangnya pendadakan.

(b) Bila perlu pasukan bergerak secara terpisah antara


berkumpul dititik kumpul yang telah ditentukan dan tepencar
kembali menuju basis insurjen. Bila yang bergerak Batalyon,
maka harus dipecah bila perlu sampai tingkat peleton,
sedangkan petunjuk jalan disediakan oleh satuan setempat
atau pasukan yang ditunjuk khusus.

(c) Bila bergerak melalaui hutan yang lebat pada malam hari,
maka diperlukan alat pembantu, walaupun gerakan menjadi
lambat dan meletihkan. Komandan pasukan harus memilih rute
melalui hutan yang tertup. Pada tahap permulaan bergerak
pada siang hari, tetapi gerakan mendekat terakhir harus
dilaksanakan pada malam hari.

(10) Pengunduran. Taktik penghadangan pasukan insurjan harus


selalu diingat, bila melaksanakan seranganhendaknya tetap
memperhitungkan adanya serangan balas dari insurjen.
Pengunduran yang paling efektif adalah lewat udara dengan
menggunkan helikopter dengan catatan, harus ada pengamanan
pendaratan dan perencanaan bantuan udara untuk melindungi
helikopter yang meninggalkan tempat terakhir.

(11) Penyesatan.
48

(a) Dalam rencana serangan harus dimasukan adanya


pendadakan dan penyesatan. Dalam lawan insurjensi bila
sering kehilangan pendadakan akan berakibat kekalahan.
Maka perlu adanya penyesatan, sehingga pasukan insurjen
tidak mengetahui dengan pasti rencananya, sehingga
pendadakan tidak hilang dan dapat dijaga terus.

(b) Muslihat yang didasarkan pada gagasan yang


kelihatannya menawarkan sesuatu yang menguntungkan
kepada insurjen, yang benar benar menjebak. Penyesatan
dengan tipe muslihat banyak cara yang dapat ditempuh :

i) Sebuah pos atau bivak pertahanan yang tlah


dipindah ke tempat lain atau ditinggalkan, dibuat seolah-
olah masih utuh. Tempat penghadangan ditinggalkan,
tatpi pada malam harinya pasukan kembali ketempat
semula.
ii) Patroli yang kecil kelihatannya terisolasi dan dapat
mengundang serangan pasukan insurjen, padahal patroli
tersebut adalah pancingan belaka. Bila insurjen
menyerang patroli, maka pasukan cadangan yang besar
segera mengepung insurjen.
iii) Kendaraan bergerak yang kelihatannya sendirian,
tetapi yang sebenarnya dilindungi oleh kavaleri atau
pasukan yang tersembunyi, sehingga dalam waktu cepat
bantuan segera datang.
iv) Pasukan keamanan setempat dapat menyamar
sebagai iring-iringan pengungsi, sekelompok petani,
bergerak melalui daerah yang diawasi oleh insurjen.
Senjata dan radio walaupun disembunyikan dengan cepat
harus dapat digunakan, dan bantuan udara siap
membantu.

(12) Pencatatan. Satuan tempur yang bertanggung jawab untuk


mengawasi suatu daerah, haruslah yakin bahwa pencatatan yang
teliti dilaksanakan disatuan atau di daerah operasi. Pencatatan
meliputi :

(a) Peta kejadian dapat menunjukan adanya rangkaian


peristiwa yang telah terjadi di suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
(b) Peta patroli dan laporan. Dapat menggambarkan
secara jelas tentang kegiatan patrolidan hasil yang
diperolehnya.
(c) Rute pada peta topografi. Dalam peta tersebut
terlihat jalan setapak secara detail, jembata-jembatan, daerah
banjir, hutan, daerah subur, kampung dan sebagainya.
(d) Foto Udara. Diperlukan laporan secara terus
menerus sebab dengan foto udara dapat telihat adanya
perubahan bila dicocokan dengan peta topografi, sehingga
dengan jitu dapat menujukan adanya konstruksi pasukan
insurjen.
49

(e) Takah tentang desa-desa. Berisi tentang dosir-dosir


lengkap tentang desa. Takah ini meliputi: informasi tentang
adanya personel, kebiasan, perincian dari peristiwa atau dari
kejadian-kejadian, jalan pendek yang tersamar, pos-pos
darimana desa tersebut dapat diawasi, tugas-tugas / tembakan
pertahanan, isyarat-isyarat yang telah disetujui dan
sebagainya.
(f) Dokumen lainnya. Meliputi laporan intel dan uraian
intel dari satuan atas, daftar orang-orang yang dicari perincian
tentang para pengawal dan tempat-tempat rawan.

(13) Pelonggaran pengendalian.

(a) Pengawasan satuan tempur terhadap suatu daerah


dilaksanakan juga lebih lama dari apa yang sesungguhnya
diperlukan. Setelah terlihat dampak kerjasama yang baik,
penduduk setempat harus diberi penghargaan/imbalan dalam
bentuk mengurangi tindakan pengendalian yang ketat.
Kebijaksanaan tersebut akan membangkitkan kerjasama akan
memberikan kemudahan untuk mengembangkan daerah yang
diawasi dengan meningkatkan semangat mereka yang
bertempat tinggal diluar untuk membantu mengusir insurjen.

(b) Kerjasama yang baik ini akan menciptakan rasa tenang


dan tentram, serta kewibawaan pemerintah dimata penduduk.

(c) Kepercayaan pemerintah terhadap penduduk akan


mendapatkan kemudahan-kemudahan tertentu dari penduduk
tersebut.

3) Pengepungan. Cara yang paling efektif untuk menghancurkan insurjen


adalah dengan pengepungan.

a) Faktor- faktor yang mempengaruhi pengepungan.

(1) Perencanaan. Dalam perencanaan hal-hal yang perlu


mendapatkan prioritas perhatian adalah faktor kerahasiaan,
keamanan dan kemungkinan pendadakan.
(2) Pelaksanaan. Medan di Indonesia yang sulit untuk
pengerahan pasukan secara besar-besaran. Untuk ini cadangan
perlu disusun untuk menambah kedalaman. Bantuan tembakan
dimanfaatkan sebesar-besarnya.

b) Pelaksanaan.

(1) Diutamakan faktor kecepatan dari basis operasi depan ke garis


pengepungan.

(a) Gangguan kecil diatasi.


(b) Gangguan besar dilewati dan diatasi oleh cadangan.

(2) Sampai digaris pengepungan bersamaan waktunya.


(3) Saat kritis.
50

(a) Kemungkinan ada penerobosan insurjen keluar dari garis


pengepungan dan mengadakan perlawanan kepos-pos garis
pengepungan.
(b) Untuk membatasi ini maka keluarkan patroli-patroli,
cadangan pos-pos garis pengepungan, susun cadangan pos-
pos garis pengepungan, susun cadangan untuk kedalam dan
susun bantuan tembakan.

c) Penghancuran.

(1) Medan tidak luas dan musuh tidak kuat.

(a) Pasukan menuju kegaris pengepungan berikutnya secara


bersama-sama.
(b) Musuh dihancurkan.

(2) Terdapat rintangan alam (misal : sungai).

(a) Tempatkan pasukan kecil diseberang sungai.


(b) Pasukan bersiap mengadakan pengepungan dan
bergerak semakin menyempit kearah sungai.
(c) Musuh dihancurkan.

(3) Daerah luas dan pasukan cukup.

(a) Pembagian daerah tanggung jawab.


(b) Pasukan dibagi menjadi pengepung tetap dan pengepung
mobil.
(c) Musuh dihancurkan.
51

(4) Kedudukan musuh telah diketahui dengan pasti.

(a) Insurjen dihancurkan oleh pasukan pemukul.


(b) Diadakan pembersihan.

4) Serangan dan pengejaran. Bila pengepungan tidak mungkin dilaksanakan


maka insurjen dihancurkan dengan serangan dan pengejaran yang agresif.

a) Serangan.

(1) Bila pengepungan tidak mungkin dilaksanakan.


(2) Mencari keterangan tentang medan dan insurjen.
(3) Mencari jalan pendekat kesasaran.
(4) Mengadakan pengintaian dan jalan pendekat yang paling
mungkin.
(5) Pelaksanaannya.

(a) Jarak pasukan penyerang diperkecil.


(b) Senjata otomatis ditempatkan didepan.
(c) Faktor kecepatan dan agresifitas perlu mendapat
perhatian.
(d) Daya kejut dan pendadakan dimanfaatkan dengan
jalan peningkatan rangkap.
(e) Cadangan dan bantuan tembakan digunakan
terdapat guna untuk mencegah/menghadapi pemunduran
insurjen.

b) Pengejaran.

(1) Setelah pengepungan berhasil diteruskan dengan pengejaran


dan exploitasi.
(2) Perlu diperhatikan :

(a) Alat komunikasi yang baik.


(b) Diperlengkapi dengan alat yang bagus.
(c) Perlu bantuan tembakan dan bantuan udara.

c) Pembersihan. Bila serangan dan pengejaran berhasil, maka untuk


penyempurnaan diadakan pembersihan guna mencari dokumen, senjata,
munisi dan alat perlengkapan lainnya yang biasa
digunakan oleh insurjen.
52

j. Pertahanan.

1) Pertahanan biasanya digunakan untuk mencegah,melawan atau


menghancurkan suatu serangan insurjen. Hal ini dilaksanakan guna memper-
tahankan suatu daerah berdasar perintah komando atasan atau bisa terjadi
karena terjepit. Didalam melaksanakan pertahanan ada beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain :

a) Pertahanan harus dapat memaksa insurjen untuk beraksi sesuai


dengan rencana pertahanan.
b) Kelemahan/keganjilan yang ada pada insurjen harus dapat
dieksploitasi dengan serangan dimana saja kemungkinan itu ada.
c) Inisiatif diperoleh dengan bebasnyamemilih daerah pertahanan.
d) Bebas dalam menyusun pertahanan .
e) Penyebaran untuk menghindari infiltrasi insurjen dan menghindari
suatu front yang terlalu lebar/besar memudahkan untuk melaksanakan
serangan balas serta memperoleh cadangan yang besar.
f) Integrasi dan koordinasi tindakan pertahanan.
g) Watu yang tersedia akan mempengaruhi bentuk dan perencanaan
pertahanan.

2) Perencanaan pertahanan.

a) Rencana penyusunan pertahanan.

(1) Pengeselonan daerah pertahanan dan alokasi pasukan antara


lain :

(a) Daerah pengaman.


(b) Daerah pertahanan depan.
(c) Daerah belakang.

(2) Penyusunan medan. Rintangan alam dan buatan harus


terkoordinir. Penyusunan medan biasanya meliputi penempatan
ranjau, rintangan (alam dan buatan), samaran, perbentangan dan
perbaikan lindung tinjau dan lindung tembak.
(3) Menentukan sarana Kodal.

b) Rencana bantuan tembakan. Rencana batuan tembakan harus


terkoordinir dengan baik. Harus dapat mempersiapkan tembakan yang
intensif agar dapat memperbaiki dan memusnahkan insurjen sedini
mungkin.
c) Rencana bantuan tempur. Terintegrasi dan baik sehingga
mendapatkan daya gempur yang maksimal.
d) Rencana bantuan administrasi. Harus dipikirkan adanya
penambahan bekal dan perawatan kesehatan serta evakuasinya.

3) Pelaksanaan pertahanan.

a) Dalam hal ini biasanya melaksanakan pertahanan melingkar, guna


mempertahankan suatu wilayah. Disusun dengan sebaik-baiknya
53

sehingga dengan cepat dapat mengetahui dari mana serangan insurjen


tersebut datang, dengan kekuatan berapa dan susunan bertempurnya.
Dalam medan tertutup maupun medan terbuka pertahanan melingkar
disusun dengan garis lingkaran luar dan garis lingkaran dalam. Garis
pertahanan luar sebagai garis pertahanan depan, sedangkan garis
lingkaran dalam sebagai garis pertahanan dalam atau dapat memberikan
ke dalaman dan dilengkapi senjata bantuan. Pos pengamanan dan
pangkal patroli harus menduduki medan-medan kritis disamping itu harus
ada patroli secara rutin, yang menghubungkan pangkal patroli-pangkal
patroli yang ada.

b) Pos-pos tinjau dan pangkal-pangkal patroli harus selalu diduduki dan


diperkuat pada malam hari. Dari pangkat patroli ini dikirimkan patroli-
patroli kesegala jurusan untuk menghubungkan pos-pos tinjau dan
mengamankan pos-pos tinjau tersebut. Bilamana musuh tertinjau maka
dapat ditembaki dengan tembakan artileri/mortir yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Dan bila musuh makin dekat diberikan tembakan efektif.
Bila pos-pos tinjau dan pangkal patroli tidak kuat segera masuk keinti
pertahanan, dan apabila musuh terus mendekat sampai jarak tembakan
efektif garis lingkaran luar maka pelaksanaan pertahanan segera
melaksanakan tembakan penahan serbuan dan seluruh senjata
dikerahkan.

4) Garis besar pertahanan.

a) Dalam operasi lawan insurjensi tidak mengenal garis depan dan


seluruh satuan yang ada adalah satuan tempur.Untuk melindungi instalasi
dan pertahanan harus diadakan patroli yang intensif dan terencana.
Sedangkan satuan tempur harus dapat dengan segera membantu patroli
bila patroli tersebut mendapat gangguan dari insurjen. Perlu diingat
bahwa dengan pertahanan pasif akan menambah beban tugas dan
keruwetan makin bertambah, untuk itu yang dilaksanakan adalah
pertahanan aktif. Harus diingat bahwa tujuan bertahan dalam operasi
lawan insurjensi adalah untuk mempertahankan daerah yang telah
dikuasai dan tepat menjamin ketenangan dan ketentraman masyarakat
diwilayah.

b) Tugas dan tanggung jawab.

(1) Pertahanan harus disusun secara terpadu dari pertahanan


yang menggunakan prinsip pertahanan mobil dan pertahanan
daerah.
(2) Basis operasi depan merupakan tanggung jawab sepenuhnya
dari satuan tempur. Sedangkan pasukan kerangka harus dikerahkan
untuk membantu pasukan cadangan.
(3) Keamanan daerah yang telah dikuasai adalah menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, adapun satuan
pengamanannya adalah pasukan kerangaka.
(4) Pertahanan biasanya disusun secara mendalam, agar dapat
menguasai medan dan dapat leluasa bergerak serta dapat
menerapkan pertahanan konvensioanal. Untuk menghadapi segala
kemungkinan maka pertahanan harus disusun secara terpadu dan
54

selalu aktif dan ofensif.Hal ini dapat dicapai bila satuan mobil dan
kerangka selalu aktif mengadakan patroli yang intensif.

5) Operasi kerangka.

a) Operasi kerangka adalah operasi militer yang bertujuan untuk


menahan dan menghancurkan insurjen di suatu daerh untuk menegakkan
kembali dan memelihara kewibawaan pemerintah. Operasi ini bersifat
ofensif dan defensif. Adapun kegiatannya dapat berupa antara lain:

(1) Memisahkan insurjen dengan para pendukungnya.


(2) Menggiring insurjen kesuatu daerah yang telah ditentukan
sehingga ruang geraknya terbatas dan semangat juangnya
berkurang.
(3) Mencari kedudukan pasti dari lokasi insurjen.
(4) Menghancurkan insurjen, instalasi logistik, jalur perhubungan,
peralatan dan perlengkapan serta dokumen-dokumen.

b) Jenis-jenis operasi kerangka.

(1) Pengepungan dan penggeledahan. Hal ini biasanya


dibantu oleh pemerintah berupa unsur keamanan setempat. Operasi
ini dilancarkan di dalam kampung / desa, daerah perumahan,
perkebunan dan juga didalam kota. Tujuannya adalah untuk
menawan insurjen dan atau menangkap pendukung-pendukungnya
yang telah berhasil menyusup. Operasi ini juga untuk mencari
senjata, munisi, dokumen dan sebagainya.
(2) Menggeledah dan mencari. Dilancarkan dihutan dan
perkebunan / ladang untuk mencari penimbunan senjata, munisi,
bahan peledak dan dokumen.
(3) Pengawalan penduduk dan bahan makanan. Hal ini
biasanya membantu pemda agar penduduk tidak membantu
insurjen. Operasi ini dapat dilaksanakan dengan :

(a) Pemukiman kembali penduduk. Penduduk yang


tinggal dihutan yang mudah didatangi insurjen segera
dipindahkan ke kampung yang mudah diawasi / dijaga
memberikan keamanan para pekerja, memeriksa penduduk
yang keluar masuk wilayah, membasmi segala tanaman yang
dapat dimanfaatkan insurjen dan melaksanakan operasi bhakti.
(b) Pengamanan obyek vital/instalasi. Obyek-obyek
vital yang mempunyai nilai harus dijaga dan diamankan dengan
patroli secara rutin atau dijaga dengan kekuatan yang
dilaksanakan oleh pasukan kerangka.

c) Penugasan. Pembagian tanggung jawab terlihat :

(1) Militer.

(a) Perencanaan, pengomandoan dan pengendalian


operasi.
(b) Pengamanan daerah.
(c) Pengawalan satuan pencari dari pasukan kerangka.
55

(d) Penjagaan dan pengawalan terhadap orang-orang


yang dicurigai yang telah ditangkap.
(e) Penyiapan Helikopter untuk gerakan.

(2) Keamanan setempat.

(a) Penyediaan pakaian preman untuk pengintaian (bila


ada ijin).
(b) Penyediaan petunjuk jalan untuk pasukan
pengamanan bila diperlukan.
(c) Memberikan perintah lisan kepada penduduk setelah
pasukan pengaman menduduki posisisnya.
(d) Menyelenggarakan penyelidikan.
(e) Mengadakan sceraning terhadap orang-orang yang
dicurigai.

d) Hambatan.

(1) Memelihara kerahasiaan.


(2) Penyelidikan dapat menyakiti hati penduduk akibatnya
penduduk mendukung insurjen.
(3) Penarikan mundur satuan tempur.
(4) Penggunaan tenaga manusia terlalu mahal.

e) Organisasi. Organisasi terdiri dari :

(1) Pasukan pengamanan. Pasukan ini mengepung darah yang


diadakan pencarian, untuk mencegah orang yang masuk kembali
setelah keluar. Harus disusun secara mendalam.
(2) Pasukan pengaman luar. Pasukan ini ditempatkan beberapa
jauh dari pasukan inti pada suatu tempat yang terpilih untuk
mencegah serangan/penyusupan dari daerah luar.
(3) Bagian penggeledahan. Terdiri dari pasukan keamanan
setempat atau pasukan yang menggeledah rumah-rumah penduduk
dalam daerah.
(4) Pasukan penahan. Pasukan ini mendirikan dan menjaga
tempat tahanan untuk menanyai orang-orang yang menunggu untuk
diinterogasi.
(5) Tim screening. Tim ini terdiri dari personel intel/polisi yang
mengidentifikasi orang-orang yang dicurigai dan dicari.
(6) Pasukan pengawal. Pasukan ini mengawal orang-orang yang
dicari ketempat tahanan setelah diinterogasi.
(7) Penghalang jalan raya. Terdiri dari pasukan atau polisi yang
bertugas menghentikan lalu-lintas yang mencoba memsuki daerah
isolasi.
(8) Satuan cadangan. Pasukan di semua tingkat dihadapkan
pada kemungkinan yang tidak diharapkan.

f) Intelijen. Bila mungkin agen intel khusus penduduk setempat hadir


dalam penggeledahan untuk mengadakan evaluasi situasi setempat dan
dapat memberikan saran kepada komandan bagaimana situasi dapat
dikembangkan.
56

g) Gerakan mendekat. Cara yang paling baik adalah bergerak berjalan


kaki dan terlindung atau pada malam hari agar kerahasiaan terjamin dan
pendadakn tetap terpelihara, bila terpaksa dengan motor atau helikopter
bila sasaran jauh dan hanya sampai batas tempat tertentu saja.
h) Teknik pengamanan.

(1) Pasukan pengamanan. Mendekat dengan diam-diam, dan


dapat diperkecil pada siang hari dan terpelihara dengan rangkaian
titik-titik, peninjauan dengan mengisi celah-celah oleh patroli.
Pasukan pengamanan tidak dipegang terus-menerus sepanjang
waktu dengan mempergunakan pasukan yang besar. Pasukan
pengamanan di jalan raya dapat diserahkan pada pasukan yang
mobilitasnya tinggi. Bila pengamana suatu daerah hendaknya
mengadakan penggalian lobang pengaman dan disamar dengan
baik akan dikombinasikan dengan rintangan baik alam maupun
buatan. Pada medan tertutup perlu pasukan pengamanan disusun
secara padat dan mendalam.

(2) Penggunaan waktu. Penggunaan waktu yang tepat,


merupakan faktor yang penting untuk keberhasilan pengamanan dan
penggeledahan. Bila waktu yang ditentukan terlambat maka insurjen
yang telah dikepung dapat lolos.

(3) Pasukan pengaman garis luar. Mencegah adanya penyusupan


insurjen dari luar daerah masuk. Pada siang hari bantuan udara
dapat memberikan bantuan peringatan dini akan datangnya insurjen
dari arah mana dan berapa besar kekuatannya.

(4) Di jalan raya. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

(a) Titik kumpul.


(b) Pengaturan lalu lintas.
(c) Rute.
(d) Keamanan.

j) Prosedur pertempuran.

(1) Briefing. Dilakukan agar setiap personel yang terlibat tahu akan
tugasnya.

(2) Perintah peringatan.

(a) Perintah peringatan memuat keadaan daerah, bila


pasukan pengamanan mengambil posisi di mana titik kumpul
serta bila dan di mana perintah operasi akan dikeluarkan.
(b) Pa intel harus dapat menunjukan informasi berdasar hasil
penyelidikan dan foto udara yang didapat.
(c) Perintah peringatan harus berisi antara lain :

i) Bentuk daerah.
ii) Tempat dan waktu titik kumpul.
iii) Bila pasukan pengamanan mengambil posisi.
iv) Titik temu dimana.
57

v) Tentukandaerah pertanggungjawaban.
vi) Rute yang harus ditempuhnya.
vii) Susunan dalam perjalanan/mars.
viii) Tentukan tempat tahanan.

(3) Para komandan pasukan.


(a) Komandan bawahan setelah menerima perintah
peringatan segera melanjutkan ke pasukannya.
(b) Setiap prajurit harus mengetahui keseluruhan daerah
rencana dan bagaiman ia berperan serta dalam suatu operasi
yang akan dilaksanakan sebelum mereka bergerak.

k) Kegiatan didaerah bagi pasukan pengamanan.

(1) Penyebaran. Secepatnya pasukan bila tiba ditempat segera


menyebar demi keamanan. Penyelenggaraan yang ada adalah
melaksanakan pertahanan melingkar dan membagi daerah
tanggung jawabnya. Tidak lupa mengeluarkan pos depan dan patroli
secara tetap.

(2) Komunikasi. Komandana pasukan dapat megendalaikan


pasukan pengaman dengan radio. Pengawasan lewat udara sangat
membantu kelancaran komunikasi. Bilamana seorang prajurit
melihat sesuatu harus segera dilaporkan secara diam-diam,
sehingga tindakan yang diambil tepat guna.

(3) Kegiatan setelah penyebaran.

(a) Pasukan pengamanan segera mengambil posisinya dan


mencegah penduduk hilir mudik.
(b) Pada tahap ini komandan pasukan menyiapkan tempat
tahanan.
(c) Bila menggunakan angkutan, harus diberikan sedekat
mungkin dan dijaga oleh pengemudi dan dibantu pasukan.
(d) bila disiapkan malam hari, gerakannya harus dibatasi, bila
sudah terang berhenti.
(e) Komandan pasukan harus melakukan pengawasan dan
pemeriksaan sampai rute pelariannya harus tertutup sehingga
insurjen tetap berada ditempat.
(f) Daerah cadangan dipilih yang tepat, dan setiap saat
dapat membantu.

l) Pemusatan.

(1) Pasukan pengamanan ada kalanya tinggal di suatu wilayah


dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tergantung:

(a) Luas daerah.


(b) Kepadatan penduduk.
(c) Skala dan intensitas gangguan.

(2) Pemusatan harus ditempatkan secara berpasangan.


58

(a) Dapat saling bekerja sama/melindungi.


(b) Dapat memberitahukan datangnya insurjen.
(c) Memberikan kedalaman bagi suatu pasukan.

m) Cara penggeledahan.

(1) Pengumuman. Komandan satuan memberitahukan kepada


penduduk bahwa daerah tersebut akan diadakan penggeledahan /
pencarian.

(2) Cara penggeledahan. Sebelum dilaksanakan penggeledahan


diadakan latihan intensif. Orang-orang dikumpulkan yang pria
menjadi satu, sedang yang wanita dipisahkan. Tentukan tempat
tahanan. Baik pria maupun wanita diperiksa dan dipisahkan. Anak-
anak dibawah 12 tahun dianggap tidak bersalah. Bila terdapat orang
yang dicurigai baik wanita maupun laki-laki langsung ditahan. Dari
tahanan langsung dibawa dan dikawal ke belakang (daerah
belakang), bila perlu menggunakan pesawat terbang (helikopter).

n) Pencarian dan pembersihan.

(1) Dilaksanakan agar yakin bahwa suatu daerah bersih dari


pengaruh atau anasir insurjen. Dalam pencarian dan pembersihan
harus diperhatikan :

(a) Pengamanan yang baik.


(b) Pasukan yang cukup.
(c) Daerah yang harus terjaga.
(d) Kodal yang baik.
(e) Perintah yang jelas.
(f) Kecepatan bertindak.

(2) Organisasinya. Kekuatan yang terdiri dari :

(a) Pasukan penutup.


(b) Pasukan pembersih.
(c) Pasukan cadangan.

(3) Perintah dapat dilaksanakan, sebab dikhawatirkan akan


memberi kesan akan dilakukan operasi.

(4) Pengamanan harus terjaga baik dan penguasaan sandi harus


benar-benar seluruh anggota mengerti, guna mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan.

(5) Pasukan penutup.

(a) Sebaiknya kecil, tetapi dapat memberikan tembakan yang


tepat dan padat sehingga dapat meutup pelarian orang-orang
yang dicurigai.
(b) Ditempatkan disuatui daerah yang dapat mengawasi
jalan-jalan pelarian dan mempunyai lapang tinjau yang baik
dan lapang tembak yang membabat.
59

(c) mempunyai disiplin yang baik dan setiap orang yang


didapat harus ditahan.

(6) Pasukan pembersih.

(a) Bergerak dalam kelompok satuan dan jarak antar


kelompok tergantung dari medan yang ditempati, pohon dan
lobang di medan harus diteliti. Medan yang menyolok dan
mencurigai harus diperiksa.
(b) Komandan pasukan dapat membagi pasukan pemebersih
menjadi dua bagian, tetapi tetap terkendali.Pasukan pembersih
tidak boleh berhenti terlalu lama, dan sanggup mengatasi /
menghadapi sasaran yang muncul tiba-tiba. Untuk itu pasukan
pembersihharus selalu siap setiap saat.

(7) Pasukan cadangan. Besar kecilnya pasukan cadangan


tergantung dari besar kecilnya satuan seluruhnya dab tingkat
perlawanan yang dihadapi. Bertugas untuk :

(a) Menghancurkan insurjen yang memberikan perlawanan.


(b) Mengejar dan menghancurkan insurjen yang berhasil
lolos. Untuk menjaga mobilitas dapat digunakan pasukan
kavaleri.

(8) Daerah yang harus dibersihkan dapat saja dibagi-bagi menjadi


beberapa sektor agar setiap insurjen dapat dibersihkan. Dengan
pemencaran itu cadangan akan terbagi pula dan pengendalaiannya
harus diperhatikan benar-benar.

o) Penyergapan terhadap rumah.

(1) Rumah yang digunakan oleh insurjen pasti diadakan


penjagaan/pengamanan. Mungkin sekali penjaga akan memberi
sandi tertentu bila ada patroli atau menyelinap dan memberitahukan
untuk memungkinkan insurjen dapat mengamankan diri. Hal
demikian dapat terjadi antara lain :

(a) Penjaga mengetahui patroli.


(b) Patroli mengetahui penjaga.
(c) Patroli dan penjaga sama-sama tahu.

(2) Latihan. Pelaksanaan latihan ini dimaksudkan untuk


menyiapkan penyergapan terhadap rumah dapat berjalan lancar.

(a) Pengintai dapat membunuh penjaga bila dipandang


sebagi sasaran yang baik.
(b) Seluruh pasukan segera menerobos mendekati rumah
yang menjadi persembunyian insurjen.
(c) Setelah sampai pada sasaran, kelompok pengintai
bertanggung jawab di sebelah kanan, kelompok bantuan
(cadangan) di sebelah kiri, sedangkan komandan pasukan
bersama kelompok senapan di bagian tengah.
60

(d) Semua tembakan diarahkan kepada insurjen yang


memperlihatkan diri.
(e) Latihan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan dapat
berjalan lancar.

(3) Untuk menjamin suksesnya tugas yang harus dilaksanakan


tergantung dari latihan sebelumnya. Bila tersedia pesawat udara /
helikopter, maka pesawat udara / helikopter dapat menembaki
rumah yang telah menjadi konsentrasi insurjen. Akan tetapi sangat
tergantung pada :

(a) Lamanya rumah ditempati.


(b) Jarak rumah dengan rumah yang lain jauh (rumah yang
terpencil).
(c) Ketepatan penentuan lokasi insurjen.
(d) Sarana ada dan terpenuhi.

(4) Bantuan dapat dikerahkan semaksimal mungkin. Hal ini bila


medan memungkinkan. Lokasi rumah dapat ditentukan berdasarkan:

(a) Informasi dari tawanan atau insurjen yang menyerah.


(b) Hasil dari patroli yang dikeluarkan.
(c) Pelaporan dari penduduk yang telah memihak kepada
pemerintah.

p) Pasukan harus dilatih mengenai :

(1) Pendengaran.
(2) Mengesan jejak.
(3) Penglihatan.
(4) Pengamanan dan ketangkasan

q) Rencana pelaksanaan. Pasukan yang akan melaksanakan


penyergapan dibentuk sebagai berikut :

(1) Tahap persiapan. Terbagi dalam persiapan awal, lanjutan dan


akhir.
(2) Tahap pelaksanaan.
(3) Tahap pengunduran.

Adapaun pasukan akan terbagi menjadi 3 bagian :

(1) Kelompok penyerbu.


(2) Kelompok bantuan.
(3) Kelompok cadangan.

Komandan pasukan berada di kelompok penyerbu, sedangkan kelompok


cadangan dapat digunakan sebagai pengejar.

r) Pelaksanaanya.

(1) Komandan pasukan pasti akan mengkombinasikan antara


gerakan dan tembakan.
61

(2) Sehari sebelum dilaksanakan pasukan telah bergerak ke


sasaran dengan menggunakan jalan yang terlindung. Biasanya
dilaksanakan pada malam hari, dan pasukan langsung menempati
lokasi yang telah ditentukan.
(3) Pada hari yang telah ditentukan.

(a) Penunjuk jalan berhenti dekat musuh.


(b) Semua alat komunikasi dicoba. Setelah pasukan
menempati posisinya masing-masing.
(c) Tembakan dibuka atas petunjuk komandan pasukan
pengepung, dan dilanjutkan penyerbuan oleh pasukan
penyerbu.
(d) Rumah diperiksa secara menyeluruh oleh kelompok
bantuan dan bila menemukan insurjen yang mati/hidup segera
ditanya dan dievakuasikan atau dibawa ketempat tahanan yang
telah ditentukan.
(e) Bantuan dapat dikerahkan semaksimal mungkin dan
adakan koordinasi yang rapi agar tidak terjadi kesalah
pahaman diantara kita.
(f) Bila insurjen berhasil melarikan diri pasti akan menyebar
dan berkumpul disuatu tempat lain yang oleh insurjen dianggap
aman, adapun pasukan kita harus mencari dengan mengesan
jejak sehingga larinya insurjen dapat diikuti.
(g) Pasukan keamananan setempat harus menutup pelarian
insurjen dan bertanggung jawab tidak ada insurjen yang lolos.

6) Penyergapan kampung.

a) Kita bedakan antara kampung yang sepenuhnya dikuasai insurjen


dan kampung yang sebagian kecil memihak kepada insurjen. Yang
dibahas dalam pasal ini, yaitu kampung yang disergap adalah kampung
yang sepenuhnya dikuasai insurjen, agar insurjen dapat dihancurkan
termasuk perbekalannya. Lokasi kampung harus pasti, demikian pula
sistem pertahanannya yang disusun oleh insurjen. Kesulitan akan timbul
bila pada jalan pendekat terdapat berbagi rintangan baik alam maupun
buatan, waspada terhadap bangunan-bangunan dan pos-pos insurjen.
Tindakan bila mengalami kesulitan ialah mempersiapkan bantuan
tembakan serta bala bantuan. Bila penduduknya banyak maka
seyogyanya artileri tidak digunakan agar simpati penduduk yang tak
berdosa tidak dirusak. Tipu muslihat dan gerakan secara senyap harus
dilaksanakan dengan baik agar insurjen tidak berhasil meloloskan diri.

b) Hal-hal yang dapat mendatangkan sukses :

(1) Adanya informasi yang terperinci tentang lokasi, kekuatan, sifat


pertahanan yang dilaksanakan, medan dan cuaca di daerah
tersebut.
(2) Pendadakan.
(3) Rencana yang seksama dan terperinci.
(4) Koordinasi yang cermat dan teliti antara darat dan udara.
(5) Persiapan bantuan tembakan yang maksimal.
(6) Pasukan yang cukup.
62

(7) Dilaksanakan dengan kecepatan optimum.


(8) Rencana pengunduran yang cermat dan terperinci.

c) Pentahapan.

(1) Tahap persiapan yang meliputi : situasi musuh, kegiatan


keamanan dan kedudukan pasukan kawan.

(2) Tahap penerobosan yang meliputi: jenis pertahanan insurjen,


metoda penerobosan rintangan yang dihadapi dan teknik serbuan
yang akan dilaksanakan.

(3) Pembersihan kampung yang meliputi : pembersihan


keseluruhan dari kampung tersebut.

(4) Gerakan kembali yang meliputi: rute yang akan digunakan. Bila
digunakan pesawat udara (helikopter), atau kendaraan bermotor
harus teliti dan cermat.

d) Tahap Persiapan.

(1) Keberhasilan suatu penyergapan sangat tergantung adanya


informasi yang didapat. Informasi yag diperoleh dapat dari
penduduk, patroli, tawanan dan pengintaian udara. Informasi ini
biasanya memuat tentang :

(a) Jalan pendekat.


(b) Lokasi kampung.
(c) Garis pos depan insurjen.
(d) Rintangan yang ada.
(e) Kedudukan senjata.
(f) Rumah-rumah mana yang digunakan.
(g) Jalan pelolosan terowongan.

(2) Keamanan harus terjamin.

(a) Operasi hanya boleh diketahui oleh mereka yang perlu


saja.
(b) Pada gerakan siang hari, hindari daerah yang
penduduknya padat.
(c) Penggunaan radio seminimal mungkin.
(d) Pengiriman bekal dan evakuasi dapat menggunakan
heliopter.

(3) Kedudukan pasukan kawan.

(a) Pasukan kerangka. Memiliki reaksi dan gerakan yang teliti


dan dapat menutup perkampungansecara efisien di mana
dijaga jangan sampai musuh dapat meloloskan diri. Untuk
menjamin efektivitas harus diadakan patroli dan memasang
rintangan, tembakan dan bantuan udara.
63

(b) Pasukan penyerbu. Keberhasilan akan ditentukan oleh


gerakan pasukan penyerbu menuju sasaran. Bergerak dapat
berjalan kaki, dapat menggunakan helikopter. Penyerbuan
dimulai bila pasukan kerangka sudah sampai pada tempat.

(4) Tahap penerobosan.


(a) Bila kampung dipertahankan secara kuat, maka perlu
diadakanpenerobosan yang baik.
(b) Rintangan harus dibersihkan dengan dilindungi tembakan
yang gencar terhadap kedudukan lawan, dan dapat juga
menggunakan bungalor torpedo, serangan roket, bom,
kendaraan lapis baja atau tembakan artileri.

(5) Formasi.

(a) Gebrakan pertama harus dengan front yang sempit dan


ditujukan terhadap sasaran terbatas. Hal ini bertujuan
membersihkan celah dan rintangan yang melindungi insurjen.
(b) Serbuan sebenarnya dilaksanakan oleh tim infanteri/pionir
penyerbu dengan bantuan zeni bila diperlukan.
(c) Kendaraan lapis baja sangat berharga dalam membantu
mengamankan pancanagan kaki pertama di sebelah dalam
pertahanan kampung.

e) Pembersihan kampung.

(1) Seluruh prajurit harus memiliki pengetahuan menyeluruh


tentang bagaimana cara insurjen menyembunyikan diri,
persenjataan dan perlengkapannya. Setiap tindakan harus dilakukan
untuk tidak menimbulkan korban terhadap penduduk kampung yang
tidak berdosa.
(2) Waktu. Asalkan pasukan kerangka sudah dikedudukannya
dan tersedia waktu cukup, maka pembersihan kampung tidak perlu
tergesa-gesa. Komandan satuan bawahan harus diberi waktu yang
banyak, untuk melakukan pembersihan secara seksama dan
menentramkan suatu daerah sebelum kedudukan yang dikuasai
insurjen dihancurkan. Waktu yang terbaik untuk melakukan
penyergapan adalah pada saat menjelang fajar.
(3) Sasaran. Sasaran harus dibatasi sehingga manuver dan
bantuan tembakan yang tersedia mampu menggulung pertahanan
kampung secara sistematis mulai dari titik awal pendobrakan sampai
ujung kampung yang terjauh.
(4) Membersihkan rumah. Sekali tembakan dari insurjen di
dalam kampung, akan sulit untuk membedakan rumah mana yang
diduduki insurjen. Pasukan pemukul tidak boleh ragu-ragu, setiap
rumah harus diperiksa dan harus dibersihkan. Sangat efektif dalam
pembersihan digunakan granat, senjata otomatis dan penyembur
api.

f) Pencaraian.

(1) Personel. Seluruh penduduk diteliti dan dikekeluarkan dari


rumah serta dibawa ketempat terbuka sehingga dapat diawasi.
64

(2) Rumah.

(a) Pencarian insurjen yang bersembunyi, timbunan senjata,


dokumen, mesin cetak dan selebaran harus dilakukan secara
bersama-sama. Pemilik harus hadir pada saat pencarian.
(b) Pencarain sangat memakan waktu. Untuk memperpendek
waktu bila perlu menggunakan anjing atau pasukan zeni.

(3) Daerah sekitar. Bila kampung yang sudah diperiksa, maka


daerah yang berdekatan (semak belukar, ladang, kolam dan terusan
di bagian pertahanan) sering mendatangkan / menghasilkan
keuntungan yang baik. Semua sarana digunakan demi suksesnya
tugas.

g) Pemindahan kebelakang.

(1) Kecerdikan dalam meninggalkan daerah sasaran sangat


diperlukan agar tidak dihadang insurjen. Bila memungkinkan
gunakanlah kendaraan atau helikopter.
(2) Apabila terpaksa lewat suatu medan harus dipilih jalan yang
tidak sama dengan jalan pada waktu meuju sasaran.

BAB VI
OPERASI TERITORIAL

24. Umum. Operasi teritorial dalam operasi lawan insurjensi dapat merupakan operasi
pokok terutama pada babak konsolidasi dan rehabilitasi, sedangkan untuk babak lain
membantu operaasi lainnya yaitu membantu operasi intelijen, dan operasi tempur.
Operasi teritorial yang baik harus dapat bekerja atas dasar prinsip yang ditentukan
dengan memperhatika keterpasuan antara operasi teritorial dengan operasi lainnya yang
dilaksanakan dalam rangkaian operasi lawan insurjensi. Operasi teritorial yang akan
dilakukan oleh komando teritorial setempat untuk menentukan keberhasilan operasi lawan
insurjensi. Hal ini dapat terlihat dalam pelaksanaanya yang sangat memerlukan bantuan
penduduk yang nantinya akan dituangkan dalam operasi teritorial.

25. Prinsip Operasi Teritorial. Pada dasarnya azas-azas yang digunakan dalam
doktrin Sishankamrata dan operasi lawan insurjensi berlaku juga bagi operasi teritorial,
disamping itu prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Kemanusiaan. Prinsip kemanusiaan melarang penggunaan setiap macam


kekerasan yang tidak diperlukan dan tidak dibenarkan oleh moral nasional maupun
konvensional internasional.Penyelesaian keamanan tidak boleh mengenyampingkan
paham bangsa tentang perikemanusiaan. Dengan demikian perlu diterapkan sikap
teritorial kepada semua prajurit.

b. Manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Setiap operasi militer dan keadaan yang
ditimbulkannya terlebih-lebih terhadap operasi di dalam negeri harus tetap
memperhatikan dampaknya terhadap kesejahteraan rakyat.
65

c. Tanggung jawab timbal balik. Panglima / Komandan pelaksana operasi


berusaha untuk dapat melaksanakan tugasnya, mungkin perlu sampai
menghancurkan sesuatu, namun dipihak lain berusaha membina untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat.

d. Hubungan dengan pemerintah daerah. Kerja sama yang erat antara


Komando Teritorial dengan pemerintah daerah setempat penting sekali, agar operasi
teritoria berjalan lancar. Penggunaan kekuatan kewilayahan termasuk kekuatan
rakyat, harus dapat dimanfaatkan, dimana pengerahan itu sangat erat hubungannya
dengan pemerintah daerah.

e. Cinta tanah air dan kesatuan bangsa. Untuk mencapai hasil yang baik
dalam operasi teritorial maka perlu menanamkan rasa cinta tanah air dan kesatuan
bangsa kepada seluruh rakyat agar ada kesadaran/kesediaan melawan musuh dan
membantu operasi yang kita laksanakan. Disamping itu diharapkan rakyat tidak akan
mudah terpengaruh oleh propaganda musuh.

26. Tugas-tugas.

a. Mengadakan penyembuhan kembali terhadap sistem sosial dan


menghilangkan sumber-sumber kerawanan bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, militer dan keagamaan untuk mengembalikan/meningkatkan kewibawaan
pemerintah.

b. Mengadakan rehabilitasi dan stabilisasi terhadap kondisi sosial maupun sarana


dan prasarananya yang sangat diperlukan oleh masyarakat, untuk mendukung tugas
pembinaan teritorial melalui operasi bhakti TNI, pembinaan keamanan kewilayahan
dan kepemimpinan komunikasi sosial (KKS) TNI.

c. Tugas-tugas dalam membantu operasi lainnya. Pada dasarnya bantuan


disesuaikan dengan fungsi teritorial dan tugas yang dibantu :

1) Membantu operasi intelijen.

a) Memberikan informasi/data teritorial untuk kepentingan operasi.


b) Menyediakan kekuatan teritorial yang akan digunakan dalam operasi
sesuai kebutuhannya.
c) Menciptakan kondisi sosial yang dapat mendukung operasi.
d) Membantu kegiatan penggalangan yang akan dilaksanakan oleh
intelijen.
e) Pelaporan dan pemberitaan cepat secara sadar.
f) Mengembalikan kondisi sosial akibat operasi intelijen.

2) Membantu operasi tempur.

a) Penyediaan data teritorial.


b) Penyediaan kekuatan teritorial sesuai kepentingan tugas tempur
terutama rakyat terlatih untuk tugas bantuan administrasi maupun
bantuan tempur.
c) Membantu pengurusan tahanan operasi dan barang rampasan.
d) Pengawasan dan pengendalian penduduk/pengungsi.
e) Membantu keamanan daerah belakang dan pengendalian kerusakan
daerah.
66

f) Dukungan logistik wilayah.


g) Dan lain-lain.

27. Pengorganisasian.

a. Operasi teritorial sebagai salah satu bentuk operasi lawan insurjensi dalam
pelaksanaanya dilaksanakan oleh organisasi teritorial yang telah ada, mulai tingkat
Kodam sampai dengan Korem.

b. Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan operasi


teritorial tersebut adalah sebagi berikut :

1) Penasehat. Terdiri dari unsur muspida.

2) Komando Daerah Militer. Bertugas untuk melaksanakan operasi teritorial


di daerahnya dengan kedudukan sebagai berikut :

a) Apabila pelaksana operasi tingkat Kodam maka berada langsung di


bawah Pangab.
b) Apabila pelaksana operasi tingkat Korem maka berada langsung di
bawah Pangdam.
c) Bila pelaksana operasi adalah Komando Pelaksana Operasi maka
berada di bawah Pangdam, atau langsung pada Pangab atau Panglima
operasi yang ditetapkan oleh Pangab.

3) Unsur staf : terdiri dari staf intelijen, operasi, personel, logistik dan staf
teritorial. Tugasnya melaksanakan tugas staf sesuai fungsi masing-masing.

4) Unsur pelaksana.

a) Detasemen Intelijen Kodam. Merupakan satuan yang dikendalikan


oleh Panglima untuk melaksanakan operasi intelijen membantu operasi
teritorial.
b) Peleton Intelijen Korem. Merupakan satuan yang ada di komando
teritorial setempat yang bertugas untuk melaksanakan operasi intelijen
dan membantu operasi lainnya.
c) Batalyon Teritorial. Merupakan Yon Ter yang organik pada korem.
Dapat diberi tugas sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi yaitu sebagi
satuan dasar, melaksanakan operasi tempur, membantu operasi intelijen,
operasi teritorial dan kegiatan operasi bhakti TNI di daerahnya.
d) Aparat teritorial. Merupakan unsur bawahan dari komando teriorial.
e) Satuan Bantuan. Sataun yang dimiliki atau diberkan dari komando
atasan sesuai dengan kebutuhan operasi. Tugas disesuaikan dengan
kondisi yang dihadapi serta kemampuan atau fungsi dari satuan bantuan
tersebut.
f) Satuan Rakyat Terlatih. Merupakan satuan Ratih yang disiapkan
sebelum operasi oleh komando teritorial. Kekuatannya disesuaikan
kebutuhan operasi. Tugas yang dapat diberikan sebagai bantuan
administrasi, bantuan tempur dan pasukan cadangan.
67

28. Pelaksanaan Operasi. Operasi teritorial dalam rangka operasi lawan insurjensi
adalah operasi perlawanan teriorial dimana sudah menggunakan kekuatan hasil
pembinaan baik sebelum, selama maupaun sesudah operasi sesuai kepentingan.

a. Hal-hal yang diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


pelaksanaan operasi agar dapat berhasil dan berjalan lancar :
1) Perlakuan terhadap penduduk.

a) Dilarang mengambil tindakan yang dapat melukai perasaan


seseorang. Oleh sebab itu sikap teritorial dengan 8 wajib TNI perlu
diingat/diperhatikan agar penduduk tetap dipihak kita.
b) Hal-hal yang bersangkut-paut dengan malah kesejahteraan keluarga
dan rumah tangga, kemanusiaan, kebebasan, beragama dan hak milik
pribadi harus di pelihara.

2) Menghormati hukum dan adat kebiasaan setempat yang ada. Prajurit TNI
harus mengenal benar hal-hal yang berhubungan dengan hukum dan adat
kebiasaan untuk memastikan bahwa kegiatan pengawasan terhadap
masyarakat yang dilaksanakan tidak melangggar ketentuuan hukum serta adat.
Kesehatan masyarakat perlu pula dijaga sebagai tindakan preventif untuk
memperkecil keadaan darurat yang dapat timbul dan untuk melindungi prajurit
TNI sendiri dan berjangkitnya suatu wabah penyakit. Memberi bantuan
kesehatan kepada masyarakat dengan kemampuan yang ada melalui dinas
kesehatan militer maupun pemerintah atau swasta.
3) Perlindungan terhadap obyek-obyek kebudayaan. Kecuali untk kebutuhan
militer yang mendesak, TNI tidak dibenarkan menggunakan barang atau benda
bernilai budaya (benda-benda kebudayaan) dari daerah sekitarnya yang
mungkin mengakibatkan kerusakan kerugian nasional. TNI harus
menghentikan setiap kegiatan yang merugikan atau kerusakan terhadap
benda-benda budaya daerah/nasional.

b. Operasi Teritorial pada Daerah Kelabu dan Daerah Putih. Operasi teritorial
dalam daerah ini akan merupakan operasi pokok dengan sasaran wilayah,
demografi dan kondisi sosial masyarakat. Keseluruhan itu diarahkan agar
kerawanan atau kerusakan yang diakibatkan oleh kekacauan daerah maupun
karena operasi yang dilancarkan dapat dipulihkan/difungsikan kembali sehingga
dapat mendukung pembangunan nasional melalui operasi bhakti TNI dan
pembinaan kewilayahan serta kepemimpinan komunikasi sosial TNI.

1) Operasi terhadap aspek wilayah dan kependudukan.

a) Aspek wilayah dilaksanakan dalam bentuk operasi bhakti dan santi


karma antara lain dalam bentuk :

(1) Pembangunan prasarana dalam daerah seperti jaringan jalan,


jembatan, dsb.
(2) Penghijauan hutan yang rusak.
(3) Penanggulangan terhadap bencana alam.
(4) Penerangan kepada masyarakat agar mau berpartisipasi dalam
usaha pemerintah untuk membangun daerah.

b) Aspek kependudukan dilaksanakan dalam bentuk operasi bhakti dan


santi aji dengan:
68

(1) Membantu pelaksanaan pemukiman kembali dan transmigrasi.


(2) Membantu usaha pembukaan lapangan kerja.
(3) Membantu pelaksanaan program keluarga berencana (KB).

2) Operasi terhadap aspek kondisi sosial. Operasi dilaksanakan dengan


tujuan untuk meningkatkan ketahanan sosial yang dapat diarahkan kepada
usaha-usaha :

a) Membantu pelaksanaan program P.4 dan mengamalkan dalam


kehidupan sehari-hari.
b) Memelihara stabilitas politik yang dinamis dengan mencegah adanya
pertentangan politik dalam masyarakat maupun terhadap kebijaksanaan
pemerintah.
c) Meningkatkan dan memelihara stabilitas di bidang perekonomian.
d) Mendorong dan mengamankan pembangunan sosial budaya dalam
masyarakat.
e) Menanamkan kesadaran dan mengembangkan peran serta
masyarakat dalam usaha keamanan dan kewajiban bela negara.

3) Operasi teritorial dalam sektor kehidupan masyarakat di arahkan


membantu kesejahteraan masyarakat, menangkal keresahan dan ketegangan
sosial serta untuk kepentingan hubungan pertahanan keamanan sosial operasi
ini diarahkan.

a) Pada bidang ideologi. operasi ini di arahkan kepada satuan TNI,


maupun masyarakat dengan berbagai metode yang tepat dan
dilaksanakan oleh petugas yang ditugasi khusus untuk kepentingan
tersebut.
b) Pada bidang sosial politik. Operasi di arahkan untuk menangkal
keresahan dan ketegangan terhadap kemungkinan kambuh atau
timbulnya konflik di sektor politik.
c) Pada biidang ekonomi. Rehabilitasi daerah melalui jalan :

(1) Ikut membantu dan membimbing masyarakat dalam


pengarahan dan mengembangkan potensi dan daya kreasi dalam
bidang ekonomi secara optimal terutama di pedesaan.
(2) Ikut membantu perwujudan modernisasi pertanian,
perindustrian serta keberhasilan transmigrasi.
(3) Ikut membantu memecahkan bila ada kemacetan di bidang
distribusi pangan, sandang dan perbaikan prasarana ekonomi.

d) Pada bidang sosial budaya. Rehabilitasi daerah dengan jalan ikut


memulihkan, meningkatan dan memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa dengan melalui kegiatan sosial dan kebudayaan antar kelompok
masyarakat.
e) Pada bidang agama. Rehabilitasi daerah dengan jalan :

(1) Ikut mewujudkan ketaqwaan mental spiritual yang tinggi yang


bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Ikut menjamin pelaksanaan kehidupan beragama dan toleransi
kehidupan umat beragama dalam masyarakat.
69

(3) Membantu kemantapan kehidupan beragama untuk mencapai


kemantapan psikologis bangsa yang tangguh.
(4) Operasi teritorial dilakukan pada segala segi kehidupan
masyarakat meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan keamanan dan agama. Pada pelaksanaannya di
arahkan untuk :
(a) Menetralisir kerawanan yang ada dalam masyarakat,
dengan cara membantu usaha pembangunan dan
menetralisasi sikap yang negatif dengan upaya penyadaran/
persuasif.
(b) Meniadakan sumber / unsur-unsur negatif dalam
masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh lawan baik dalam
rangka subversi, teror dan kriminal.
(c) Menumbuhkan sistem keamanan swakarsa dalam
masyarakat untuk menumbuhkan sadar keamanan dengan
aktif berperan serta dalam sistem keamanan lingkungan.
(d) Melaksanakan pembinaan pendapat umum, sikap,
tingkah laku masyarkat yang bermanfaat bagi pembangunan,
stabilitas keamanan melalui forum-forum yang ada
(keagamaan, pendidikan, kebudayaan, sosial dan politik).

(5) Langkah-langkah yang perlu diambil dalam babak-babak


operasi ini lebih dititik beratkan kepada :

(a) Menegakkan kewibaan pemerintah serta aparatnya.


(b) Bantu POLRI dalam menegakkan tertib hukum.
(c) Melancarkan roda pemerintahan umum.
(d) Melancarkan pelaksanaan pemakaian fasilitas sosial
budaya seperti rumah ibadat, kesehatan dan lain-lain.
(e) Memelihara dan menegakkan keamanan, kelancaran
ekonomi dan tercukupinya kebutuhan masyarakat.

c. Operasi Teritorial dilaksanakan sebagai pendukung operasi lainnya apabila :

1) Operasi teritorial mendukung operasi intelijen (operasi intelijen sebagai


operasi pokok) jika :

a) Konflik yang terkandung dalam masyarakat belum dapat


disingkapkan faktor-faktor penyebabnya.

b) Untuk menjamin keberhasilannya tindakan yang diambil dalam suatu


operasi dipandang perlu bahwa metoda pendekatan yang digunakan
harus tertutup misalnya dalam rangka penggalangan maka perlu dialihkan
perhatian masyarakat dalam kegiatan/tindakan operasi teritorial.

c) Operasi teritorial membantu operasi intelijen ini dilaksanakan


dengan :

(1) Dalam penyelidikan, pengamanan dan penggalangan perlu


adanya kerjasama dengan komando teritorial untuk selubung
teritorial.
(2) Untuk menetralisasi dan mengungkap kegiatan agen, sel
insurjensi, jaring-jaring kegiatan klandestin lawan, sumber
70

keterangan dan sumber konflik sosial memerlukan kerja sama


dengan aparat tetritorial untuk memudahkan tindakan.
(3) Untuk perang urat syaraf dan anti perang urat syaraf harus
dikerjakan dengan bantuan komando teritorial yang mempunyai
hubungan dengan penduduk.
(4) Untuk pengembangan jaring kewaspadaan dan deteksi
diperlukan bantuan kekuatan penduduk setempat yang dapat
digerakan oleh komando teritorial.

2) Operasi teritorial mendukung kelancaran operasi keamanan dan


ketertiban masyarakat. Operasi keamanan dan ketertiban masyarakat sebagai
operasi pokok jika :

a) Terdapat gangguan ketentraman dan ketertiban umum dalam


rangka mendapatkan perlindungan atas badan, jiwa, harta benda dan
hak-hak lainnya secara nyata menurut hukum di dalam masyarakat.
b) Terjadi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum dan kejahatan
yang memungkinkan mengundang akibat goncangan sosial politik.
c) Operasi teritorial membantu operasi keamanan dan ketertiban
masyarakat ini dilaksanakan dalam rangka :

a) Penegakan hukum.
b) Ketertiban umum.
c) Ketentraman umum.
d) Perlindungan harta benda, jiwa dan raga.
e) Kelancaran sistem sosial.
f) Keamanan roda pemerintahan.
g) Pengamanan kota dan objek vital.
h) Pencegahan dan penindakan kriminalitas penggunaan
narkotika

3) Operasi teritorial mendukung operasi tempur (operasi tempur sebagai


operasi pokok) jika :

a) Konflik tidak dapat diatasi dengan operasi lain, karena kekuatan


insurjensi sudah merupakan ancaman fisik bersenjata yang
membahayakan.
b) Keadaan daerah sudah gawat dan memerlukan penindakan secara
kekerasan dengan mengerahkan kekuatan tempur.
c) Operasi teritorial membantu operasi tempur dilaksanakan dalam
rangka :

(1) Pengerahan kekuatan penduduk untuk membantu satuan


tempur menumpas kekuatan bersenjata insurjensi.
(2) Pengerahan kekuatan penduduk untuk membantu satuan
tempur menguasai saaran.
(3) Pengerahan kekuatan penduduk untuk membantu satuan
tempur melaksanakan patroli kemanan di daerah yang sudah
dikuasai musuh.
(4) Pengerahan kekuatan untuk membantu satuan tempur dengan
kegiatan yang dapat memberikan dampak psikologis negatif bagi
lawan dan positif bagi masyarakat kita.
71

(5) Pengerahan kekuatan penduduk untuk membantu satuan


tempur melaksanakan pembersihan sel musuh. Dalam gerakan ini
perlu dukungan operasi teritorial untuk mendapatkan partisipasi
masyarakat agar ikut membantu pasukan kita dan mencegah rakyat
kita membantu musuh.

d. Pelaksanaan Operasi Teritorial dalam Setiap Daerah (Klasifikasi Daerah).

1) Pada dasarnya setiap dilancarkan operasi hendaklah meliputi seluruh


daerah tanggung jawab komando teritorial yang bersangkutan, dengan titik
berat pada daerah gawat, sehingga tidak ada kesempatan insurjen untuk
memanfaatkan kelemahan kita atau memanfaatkan daerah lainnya. Sedangkan
segenap upaya operasi lawan insurjensi secara integral / menyeluruh harus
ditujukan kepada :

a) Merebut massa, dukungan masyarakat dan penguasaan sumber-


sumber daerah secara maksimal, hingga insurjen terisolir secara ideologi,
politis, ekonomis, sosial budaya dan militer serta sulit untuk mendapat
dukungan dari penduduk.
b) Membuat sebanyak mungkin perlawanan penduduk terhadap
insurjen secara aktif baik langsung maupun tidak langsung.
c) Membersihkan jaringan sel dan kaki tangan insurjen sampai
keakarnya.
d) Menghancurkan kekuatan pokok insurjensi.
e) Menyembuhkan akibat operasi dan kondisi sosial, serta memulihkan
wibawa dan wewenang pemerintah.

2) Pelaksanaan operasi yang dilaksanakan baik sebagai operasi pokok


maupun sebagai operasi bantuan perlu disesuaikan dengan klasifikasi daerah.
Adapun kegiatan yang dilancarkan adalah sebagai berikut :

a) Di daerah Belakang dan Daerah Putih. Dilancarkan lebih intensif


operasi teritorial sebagai operasi pokok dibantu operasi intelijen, operasi
keamanan dan ketertiban masyarakat dan kegiatan fungsi pemerintahan
secara aktif. Tujuannya ialah meningkatkan fungsi daerah stabilitas
sebagai basis operasi kita, baik dari segi kekuatan pemerintah, kekuatan
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, sumber-sumber rakyat terlatih
dan logistik wilayah, dan peningkatan pembangunan daerah, dengan
demikian daerah ini mampu menjadi ruang alat dan kondisi (RAK) juang
dan penangkal terhadap insurjensi serta penyembuhan akibat kerusakan
yang ditimbulkan oleh insurjensi. Pengamanan daerah putih dan belakang
harus efektif supaya insurjen tidak mampu membentuk sel dan jaring
klandestin serta membatasi mobilitas insurjen keluar daerah.
b) Di daerah Kelabu. Dilancarkan lebih intensif operasi tempur sebagai
operasi pokok dibantu operasi intelijen, operasi teritorial, keamanan dan
ketertiban masyarakat. Operasi teritorial membantu dengan melancarkan :

(1) Penggalangan terbuka terhadap rakyat / massa melalui


kepemimpinan komunikasi sosial TNI.
(2) Melindungi aparat menegakkan wibawa dan wewenang
pemerintah sipil.
(3) Merehabilitasi kerusakan daerah yang dialami selama operasi.
(4) Meneruskan pembangunan.
72

(5) Mengaktifkan perlindungan masyarakat.


(6) Melindungi dan mendorong terselenggaranya sistem sosial
yang mantap.
(7) Membina dan menggerakkan rakyat terlatih, blokade ekonomi
tehadap insurjen, menyusun front perlawanan ideologi, ekonomi,
sosial budaya dan agama oleh kekuatan rakyat setempat.
c) Di Daerah Hitam.

(1) Dilancarkan operasi tempur untuk menghancurkan insurjen


dengan menggunakan kekuatan tempur TNI atau sesuai kebutuhan,
yang diperkuat oleh satuan Wanra dan satuan rakyat terlatih lainnya.

(2) Operasi teritorial membantu dengan melancarkan :

(a) Perlindungan masyarakat secara efektif.


(b) Pengungsian / pemindahan penduduk dari daerah
penghancuran.
(c) Blokade ekonomi, keuangan, personel, pemberitaan,
angkutan ke daerah konsentrasi insurjensi.
(d) Ofensif ideologi, politik, ekonomi, budaya dan agama
terhadap masyarakat yang berada diperbatasan daerah
penghancuran, agar diketahui klasifikasinya dalam hal
kesetiaannya
(e) Mendukung operasi tempur dengan rakyat terlatih
khususnya pengerahan Wanra, tenaga kerja, logistik wilayah
dan tindakan lainnya yang dapat menentramkan masyarakat.
(f) Menyiapkan rehabilitasi daerah dan penegakan wibawa
pemerintah.

(3) Operasi ini bersifat represif.

e. Sasaran dan Bentuk Operasi Teritorial. Sasaran dan bentuk operasi


teritorial harus dapat dibedakan / dipisahkan sesuai klasifikasi daerah yaitu apakah
operasi teritorial dilaksanakan di daerah “Putih”, daerah “Kelabu” atau daerah
“Hitam”. Maka sasaran dan bentuk operasi teritorial pada setiap tahap/ daerah
operasi adalah sebagai berikut :

1) Operasi Teritorial di daerah Putih

a) Dalam rangka taktik pengerahan rakyat terlatih (mobilisasi rakyat


terlatih).

(1) Sasaran

(a) Terwujudnya penyelenggaraan keamanan di daerah putih


dengan bantuan tenaga rakyat terlatih.
(b) Terwujudnya pelaksanaan sistem lapor cepat oleh rakyat
terlatih.
(c) Terwujudnya sikap, tingkah-laku dan partispasi aktif dari
masyarakat dalam upaya pembelaan kepentingan negara /
masyarakat.
(d) Terorganisasinya partisipasi masyarakat ke dalam wadah-
wadah yang teratur.
73

(2) Tehnik Pengerahan Rakyat Terlatih

(a) Adakan inventarisasi dengan tata cara pendaftaran bagi


warga Negara Indonesia yang telah memenuhi persyaratan.
(b) Adakan seleksi terhadap mereka khususnya yang
menyangkut tingkat kemampuan, keahlian, dan data-data
pribadi.
(c) Pemanggilan terhadap warga Negara Indonesia yang
telah terdaftar.
(d) Berikan latihan sesuai tingkatannya tentang dasar-dasar
taktik satuan kecil tingkat regu dan seni tentang bantuan
operasi.
(e) Organisasi kekuatan rakyat terlatih yang telah ada.
(f) Penugasan bagi rakyat terlatih yang telah terorganisir.

b) Dalam rangka taktik keamanan daerah belakang dan pengendalian


kerusakan daerah (Kamrahkang dan Dalsakrah).

(1) Sasaran

(a) Terwujudnya kemanan di daerah putih.


(b) Terlaksananya rehabilitasi terhadap kerusakan yang ada
di daerah.
(c) Pengamanan setiap obyek-obyek vital dari kemungkinan
sabotase musuh.

(2) Tehnik keamanan daerah belakang dan pengendalian


kerusakan daerah.

(a) Susun dan operasikan berbagai prosedur tentang


pengendalian keamanan dan pencegahan timbulnya kerusakan
yang telah dirimuskan sebelumnya dalam bentuk prosedur
tetap.
(b) Adakan pengamanan tehadap obyek-obyek vital yang
akan merupakan sasaran bagi insurjensi.
(c) Adalah sensor dan netralisasi terhadap berita-berita yang
dapat mempengaruhi opini masyarakat.
(d) Adakan evaluasi terhadap korban pertempuran yang
belum tertampung oleh satuan organik.
(e) Adakan rehabilitasi terhadap saran / instalasi yang rusak
secara gotong-royong dengan aparat lain dan masyarakat.

c) Dalam rangka mendukung penyelenggaraan tugas-tugas


pemerintahan.

(1) Sasaran.

(a) Tetap berjalan lancarnya fungsi-fungsi pemerintahan


umum.
(b) Tetap tegaknya wibawa pemerintah.

(2) Tehniknya.
74

(a) Prosedur perlindungan masyarakat yang dilakukan oleh


Hansip / Wanra.
(b) Prosedur hukum yaitu penegakkan aturan hukum yang
berlaku dan dilakukan oleh aparat POLRI.
(c) Prosedur penyelenggaraan fasilitas sosial antara lain
bidang : penampungan pengungsi, dapur umum, kesehatan,
pendidikan, agama, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan
kebutuhan masyarakat.

d) Dalam rangka penggerakkan logistik wilayah.

(1) Sasaran.

(a) Terwujudnya unsur-unsur bantuan administrasi dalam


rangka penyelenggaraan logistik wilayah.
(b) Terwujudnya basis-basis logistik wilayah yang dapat
mendukung pelaksanaan operasi.

(2) Tehniknya.

(a) Prosedur inventarisasi.


(b) Prosedur seleksi.
(c) Prosedur pengadaan dan penimbunan.
(d) Prosedur pengorganisasian.
(e) Prosedur dukungan penugasan.
(f) Penyusunan dan pengoperasian penyebaran potensi-
potensi logistik wilayah.

2) Operasi Teritorial di daerah Kelabu.

a) Dalam rangka penegakkan wibawa dan penyelenggaraan tugas


pemerintah.

(1) Sasaran.

(a) Tegaknya wibawa pemerintah.


(b) Berjalannya fungsi-fungsi pemerintahan umum.

(2) Tehniknya.

(a) Prosedur perlindungan masyarakat.


(b) Prosedur penegakkan hukum.
(c) Prosedur penegakkan pemerintahan umum.
(d) Prosedur penyelenggaraan fasilitas sosial : penampungan
pengungsi, dapur umum, kesehatan, pendidikan, agama, dan
pelayanan kebutuhan masyarakat.

b) Dalam rangka temu cepat dan lapor cepat dibasis operasi.

(1) Sasaran.

(a) Mempersempit ruang gerak lawan.


75

(b) Terwujudnya penggerakan rakyat terlatih (sebagai kader)


ke dalam jaringan-jaringan intelijen teritorial.

(2) Tehniknya.
(a) Kaderisasi rakyat terlatih menjadi agen intelijen teritorial
melalui : inventarisasi, pemanggilan, seleksi, pendidikan,
latihan, pengorganisasian, dan penugasan.
(b) Penyusunan/ pengorganisasian jaringan-jaringan kerja
intelijen teritorial.

c) Dalam rangka taktik memelihara dan menyiapkan satuan rakyat


terlatih.

(1) Sasaran. Dapat berlanjutnya perlawanan kewilayahan baik


fisik maupun non fisik pada tiap daerah operasi.

(2) Tehniknya.

(a) Fisik : inventarisasi, pemanggilan, seleksi, pendidikan,


latihan, pengorganisasian dan penugasan.
(b) Non Fisik : penerangan, penggalangan, propaganda,
memelihara dan meningkatkan wujud Manunggal TNI-Rakyat
dan aparat pemerintahan umum serta pemberian penghargaan
kepada masyarakat yang pengabdiannya menonjol.

d) Dalam rangka rehabilitasi dan pembangunan di basis operasi.

(1) Sasaran. Pulihnya kerusakan akibat pertempuran.

(2) Tehniknya :

(a) Rehabilitasi sarana dan prasarana (instalasi yang rusak).


(b) Membangun sarana dan prasarana yang menyangkut
kehidupan masyarakat di bidang ekonomi, kesejahteraan
rakyat dan lain-lainnya secara bergotong-royong.

e) Dalam rangka pengerahan logistik wilayah.

(1) Sasaran. Terwujudnya unsur-unsur bantuan administrasi dalam


rangka penyelenggaraan logistik wilayah di suatu basis operasi.

(2) Tehniknya.

(a) Prosedur inventarisasi.


(b) Prosedur seleksi.
(c) Prosedur pengadaan dan penimbunan.
(d) Prosedur pengorganisasian.
(e) Prosedur dukungan penugasan.
(f) Penyusunan dan pengorganisasian prosedur pengarahan
potensi-potensi logistik wilayah.

f. Pengawasan dan Perlindungan Terhadap Penduduk.


76

1) Dalam operasi lawan insurjensi penguasaan teritorial khususnya terhadap


penduduk, penting dan harus menjadi perhatian utama seorang komandan.
Dalam situasi ini komandan yang sedang melaksanakan operasi mempunyai
tugas pembinaan teritorial dan menggunakan satuan serta stafnya dalam cara-
cara biasa untuk melaksanakan tugasnya. Perlu mempertimbangkan kerugian
akibat tindakan penduduk seperti :

a) Personel. Sumber-sumber yang mengipas-ngipas rasa


ketidakpuasan penduduk dan bantuan tenaga manusia kepada insurjen
harus dapat ditanggulangi. Usahan agar penduduk tidak membantu
insurjen dalam bentuk apapun.
b) Perbekalan. Sumber perbekalan, titik perbekalan, titik pengumpulan,
angkutan dan tempat penimbunan bekal insurjen harus ditemukan dan
dihancurkan.
c) Intelijen. Sumber-sumber yang dapat membantu insurjen harus
ditiadakan. Aktifkan “Lapor Cepat” dikalangan penduduk.
d) Sistem Perhubungan. Diperlukan perlindungan sistem komunikasi
dari sabotase atau gangguan.
e) Instalasi Penting. Perlindungan dari sabotase insurjen dan
menghindarkan penggunaan oleh mereka sebagai sumber perbekalan.
Untuk itu intelijen yang baik merupakan syarat mutlak. Aktifkan Wanra,
Kamra, dan kekuatan untuk pengamanan obyek vital.

2) Untuk mencapai hal ini diperlukan pembatasan untuk masuk ke daerah


tertentu dan memberlakukan jam malam dan pembatasan gerakan. Rintangan
jalan mungkin harus dipasang, patroli, dan penggerebekan diperlukan untuk
menjamin agar peraturan darurat dipatuhi. Larangan dan pembatasan ini
mungkin menyebabkan penduduk tidak puas, tetapi apabila dilaksanakan
sungguh-sungguh dan tidak dengan kasar, hal itu akan menimbulkan
pengertian bahwa tindakan tersebut tidak lain untuk mempersiapkan
pengamanan dan perlindungan yang diperlukan oleh penduduk sendiri.
Tindakan dasar yang perlu dilaksanakan bagi usaha-usaha pengamanan dan
perlindungan penduduk adalah sebagai berikut :

a) Pemukiman Kembali.

(1) Pemukiman masyarakat yang terpencil. Kelompok penduduk


yang terpencil yang hidup di daerah-daerah pertanian dan dusun
yang terpencil, terutama sekali yang mudah diserang, harus
dipindahkan ke daerah pemukiman yang lebih besar di mana
mereka akan lebih mudah untuk dilindungi. Pemukiman kembali
keluarga-keluarga ini akan mengurangi jumlah satuan militer, Polisi,
dan Wanra yang diperlukan dalm tugas-tugas melindungi penduduk.
Namun rencana pemukiman kembali perlu memperhatikan bagi
sumber nafkah dan pencaharian mereka.
(2) Pengorganisasian kembali buruh perkebunan. Buruh-buruh
yang dipekerjakan di perkebunan dan yang berhubungan dengan
industri harus ditempatkan pada organisasi buruh di mana mereka
dapat diawasi dan dilindungi. Tindakan itu tidak hanya para pekerja
akan menjadi lebih aman tetapi juga kemampuan pengawasan akan
mengurangi jumlah buruh yang tidak hadir. Dengan demikian,
produksi dapat dipelihara dalam rangka menjamin kelangsungan
perekonomian negara.
77

(3) Desa pangkal perlawanan. Masyarakat pedesaan harus


dimukimkan dalam kampung-kampung yang dipersiapkan sehingga
dapat bertahan terhadap serangan musuh. Pemukiman perlu
diselenggarakan sebelum daerah tersebut dapat dijamin
pengawasan dan keamanannya. Setiap daerah pangkal perlawanan
harus memiliki daerah pertahanannya, kubu-kubu, alat-alat
perhubungan dengan Polisi setempat, kekuatan rakyat dan kekuatan
bantuan dari desa-desa yang berdekatan bila timbul keadaan
darurat. Pasukan Wanra bersenjata perlu diorganisasikan untuk
mengadakan penjagaan dan pengawalan kampung halaman
masing-masing. Setiap anggota kampung harus terdaftar, difoto atau
diambil sidik jarinya dan diberi kartu pengenal (KTP). Tokoh-tokoh
masyarakat kampung setiap saat harus tahu siapa-siapa yang telah
melarikan diri kepihak musuh atau tidak ada di rumah mereka tanpa
keterangan yang jelas.
(4) Penampungan pengungsi. Penampungan pengungsi, adalah
kebutuhan yang sering muncul dalam operasi militer. Hal ini
memerlukan persetujuan dan koordinasi terlebih dahulu dengan
Muspida / Tripida selama pemerintah sipil masih efektif.
Penampungan itu dilaksanakan oleh pemerintah sipil, dengan
dukungan komando operasi. Kunci dari keberhasilan penanganan
masalah pengungsi terletak pada adanya rencana jangka panjang
yang terperinci dan menyeluruh, penelitian yang lengkap tentang
jumlah rumah yang dibutuhkan dan perkiraan jumlah rakyat yang
akan mengungsi. Perlu perhatian dalam pemilihan tempat. Faktor-
faktor berikut perlu dipertimbangkan :

(a) Harus tersedia air yang cukup. Mungkin sekali mata air
harus digali.
(b) Memungkinkan untuk pengawasan keluar masuk ke-
lokasi.
(c) Lokasi harus menjadi tempat yang baik untuk bekerja
dimasa yang akan datang. Jaraknya tidak boleh lebih dari
empat atau lima kilometer dari atau ke ladang atau tempat
kerja.
(d) Karena penampungan itu memerlukan biaya yang besar,
maka hal itu hanya dilaksanakan apabila diperlukan untuk
perlindungan penduduk. Lokasi yang memerlukan hanya
sedikit pengerjaan, akan lebih baik. Dalam keadaan tertentu
daerah penampungan dapat di daerah pinggiran kota yang
telah ada dan telah mempunyai sistem penjagaan /
perlindungan.
(e) Lokasi harus memiliki kemampuan untuk bertahan dan
memberikan perlawanan. Lokasi yang terlalu tertutup harus
dihindarkan.

(5) Persiapan dan pembangunan lokasi. Lokasi untuk desa


pangkal perlawanan seyogyanya dipersiapkan sebaik mungkin untuk
jangka panjang. Prinsip rencana perkotaan harus diikuti sebagai
petunjuk yang perlu diterapkan. Hal-hal berikut adalah sebagai
pedoman planologi jangka panjang :

(a) Rumah normal dan sehat dengan taman kecil.


78

(b) Diperlukan untuk jaring-jaring jalan di bagian dalam dan


jalan yang memperkuat garis pertahanan pada sektor-sektor
pertahanan, jangan ada rumah yang dibangun dalam jarak
lemparan granat dari garis pertahanan.
(c) Diperlukan daerah di pusat kampung untuk pertokoan,
tempat ibadah, klinik, balai pertemuan, pool kendaraan umum,
sekolah serta tidak dilupakan lapangan terbuka untuk
pendaratan helikopter dan pos-pos tinjau dan pengawasan.
(d) Pos Pengawas Keamanan harus berada di tempat yang
paling baik dan bernilai taktis dipusat kampung. Di sini
termasuk menara pengamat dan gardu generator listrik untuk
penerangan garis pertahanan. Sejumlah lampu penerangan
jalan secara terbatas perlu dikembangkan untuk mengawasi
daerah-daerah yang dinilai rawan.
(e) Pos pengawas pertahanan memerlukan hubungan ke
aparat pemerintah dan markas atau pos komando atasannya.
(f) Garis pertahanan harus dibangun dan dilengkapi kawat
berduri, parit-parit, pasak bambu dan lain-lain yang mengelilingi
seluruh daerah.
(g) Pos-pos dalam jumlah yang cukup untuk menjamin
seluruh lingkaran pertahanan dalam kedudukan yang digali dan
diperkuat.
(h) Lapangan di sekeliling kampung harus terbuka dan
dibabat bersih paling sedikit 50 meter ke luar garis pertahanan
untuk pengawasan dan sebagai lapang tembak. Jalan keluar
masuk melalui garis pertahanan harus dibatasi, tidak lebih dari
satu, atau kalau memungkinkan sebanyak-banyaknya dua.
(i) Gerbang dengan kawat berduri harus ditutup dan benar-
benar dikuasai pada malam hari.

b) Pengungsian. Perpindahan penduduk ke lokasi yang telah


disiapkan harus direncanakan sebaik mungkin dan dilaksanakan dengan
cepat dan efisien. Komando teritorial menjamin diperhatikannya hal-hal
berikut :

(1) Persiapan. Kepala keluarga yang dipindahkan ditempatkan di


depan dalam menuju daerah baru. Peralatan seni mungkin
diperlukan untuk meratakan tanah di daerah yang telah dibangun,
membantu pengaturan jalannya air, dan persiapan untuk
pengolahan daerah.
(2) Angkutan. Kendaraan akan diperlukan untuk pemindahan
keluarga, ternak, barang-barang, harta milik keluarga dan barang-
barang bangunan yang dapat diselamatkan dari rumah yang ada
dengan didukung komando teritorial dan pemerintah daerah tanpa
dipungut biaya. Mereka harus sudah siap untuk dipindahkan pada
hari yang telah ditentukan. Berdasarkan pengalaman diperlukan
peringatan dua hari sebelumnya apabila hal ini ingin berhasil.
(3) Ganti Rugi. Pemindahan tersebut akan menyebabkan
sejumlah penduduk kehilangan rumah dan penghasilan. Sebaiknya
rencana penampungan harus juga membantu sampai waktu panen.
Demikian pula mungkin sejumlah uang tunai perlu diberikan kepada
para pengungsi agar mereka dapat menolong dirinya sendiri.
79

(4) Makanan. Juga perlu dibuat rencana untuk distribusi


makanan di tempat yang baru untuk tiga hari atau lebih sementara
keluarga pengungsi masih berbenah-benah di tempat mereka yang
baru.
(5) Toko. Pertokoan harus dibuka secepatnya, sehingga
perbekalan penting dapat didatangkan dari luar.
(6) Pengobatan. Yang sakit harus dirawat. Bantuan pengobatan
umumnya sudah diperlukan pada saat kedatangan pengungsi di-
daerah baru.
(7) Konstruksi. Bahan-bahan bangunan, terutama bahan atap
harus siap di lokasi pada hari pemindahan. Pemberian bahan-bahan
itu akan memungkinkan pengungsi membangun rumah milik
mereka. Kadangkala mereka perlu diberikan sedikit bimbingan
pengetahuan tentang konstruksi dan dalam membangun prasarana
pertahanan.

c) Perlindungan. Jenis kekuatan perlawanan teritorial selain militer


atau Polisi, yang dapat dikembangkan untuk menjamin perlindungan
penduduk adalah satuan Wanra (Hansip). Mereka dapat dipersenjatai
dengan persetujuan Komandan Korem setempat untuk menghalau
serangan insurjensi yang mungkin ada. Mereka harus memiliki organisasi
perlawanan yang dibina dengan baik, dilatih dalam menggunakan senjata
dan memiliki daftar tugas. Kehadiran dan mutu dari kekuatan tersebut
akan menunjukkan maksud dan kemampuan pemerintah untuk
melindungi penduduk dan untuk mendapatkan kepercayaan dan bantuan
mereka.

d) Pengawasan Makanan.

(1) Kebutuhan. Insurjensi biasanya bergantung kepada


perbekalan makanan setempat. Apabila suatu daerah berada dalam
pengaruh insurjensi, sebagian besar penduduk cenderung memihak
kepada insurjen. Dalam hal sedemikian insurjen tidak terlalu
menghadapi kesulitan dalam mendapatkan perbekalan yang cukup
untuk keperluan mereka. Untuk menjajaki sumber perbekalan
musuh, adalah sangat penting untuk mendaftar penduduk dan
mengadakan pembagian ransum makanan. Hal ini mengharuskan
adanya sebuah organisasi untuk mengawasi produksi maupun
perdagangan dari setiap macam makanan dan pendistribusiannya.
Organisasi ini harus menjamin bahwa seluruh penduduk menerima
catu makanan yang cukup, tapi tidak boleh ada kelebihan
persediaan makanan sehingga dapat disalurkan kepada
insurjen.Pengawasan dari organisasi harus dilaksanakan dengan
ketat, penyalahgunaan dalam penyaluran makanan dapat ditindak
dengan menarik kembali atau mengurangi jumlah catu. Di kampung-
kampung tindakan harus diselenggarakan untuk mengawasi ladang
dan persediaan perbekalan. Hal ini meliputi pengawasan pada saat
panen sampai dengan penimbunan ke gudang umum atau tempat
persediaan.Bila kampung telah dikosongkan atau telah diumumkan
sebagai daerah terlarang, tindakan harus ditempuh untuk
menghancurkan lading-ladang yang telah ditanami, terkecuali yang
sudah dipanen, dalam rangka mencegah penggunaan lading-ladang
tersebut untuk kepentingan insurjensi.
80

(2) Metode. Sistem pengawasan makanan dapat ditempuh


melalui cara-cara berikut dengan persetujuan Pangdam :

(a) Pembatasan peningkatan hasil panen.


(b) Pengawasan dan pengendalian hasil panen dan
persediaan bahan makanan.
(c) Mengadakan pembagian ransum dan penutupan pasar
gelap.
(d) Pelarangan terhadap pengolahan tanah dan peternakan
di daerah yang berbatasan dengan lokasi musuh. Kombinasi
dari perbatasan tersebut pada akhirnya dapat memaksa musuh
untuk menampakkan dirinya lebih sering dalam usahanya
mencari perbekalan. Hal ini memberi kesempatan lebih banyak
kepada pasukan pengaman, selanjutnya memaksa mereka ke
dalam pertempuran dan mengalihkan sebagian kekuatan
mereka untuk melaksanakan pengolahan tanahnya sendiri.

(3) Tehnik. Operasi blokade makanan dapat dilaksanakan dua


cara :

(a) Mengadakan pintu-pintu pemeriksaan, rintangan jalan dan


jam malam untuk pengawasan, pemeriksaan dan mencegah
pengiriman makanan dan barang-barang penting dari kota,
kampung atau pusat industri oleh organisasi klandestin musuh.
(b) Operasi blokade diselenggarakan dipinggir daerah yang
telah diolah dan daerah bebas, lazimnya titik kontak antara
musuh dengan organisasi yang menyediakan bahan makanan
untuk mereka dilaksanakan di pedusunan dan kota. Tindakan
militer harus dipersipakan untuk memusnahkan musuh, pada
saat mereka menerima pengiriman (perbekalan).

(4) Pengawasan. Pemerintah daerah bertanggung jawab atas


penyaluran makanan, yang dilaksanakan oleh depo logistik (Dolog)
di bawah pengawasan Kodam. Pengawasan terhadap makanan
memerlukan rencana yang matang, waktu, dan kerjasama. Apabila
dilakukan keliru akan mengakibatkan kesulitan yang tidak perlu,
menciptakan kebencian terhadap pemerintah. Kebijaksanaan yang
diambil harus didukung oleh informasi yang cukup untuk
mendapatkan kerjasama yang penuh dari penduduk setempat, yang
harus dibuat mengerti bahwa tindakan tersebut bukan hukuman, dan
bahwa satu-satunya tujuan adalah untuk mencegah makanan dan
barang-barang lain jatuh ketangan musuh.

(5) Pintu-pintu Pemeriksaan. Untuk meningkatkan hasil guna


pertahanan, kawat berduri didirikan sekeliling wilayah pemukiman
yang lebih kecil di dalam kampung yang dipertahankan. Musuh akan
berusaha keras untuk meniadakan kegiatan pemerintah terutama
dengan propaganda yang dibuat untuk memperkecil ketaatan
terhadap peraturan yang tidak disenangi. Kampanye penerangan thd
masyarakat harus direncanakan dg matang, mereka yang keras
kepala harus ditundukkan agar tidak lagi membantu musuh.
Keuntungan psikologis akan didapat dengan mengikut sertakan
81

sebanyak mungkin penduduk dalam usaha-usaha yang


direncanakan untuk mengalahkan atau menggagalkan insurjensi.

g. Operasi Bhakti.

1) Operasi Bhakti adalah partisipasi TNI sebagai alat Hankam dalam rangka
pembinaan wilayah bertitik berat fisik, material, dan dilakukan atas perintah
Panglima TNI agar memanfaatkan tenaga, dana, daya, dan tenaga manusia
dalam Bhakti TNI.

2) Kegunaan. Operasi Bhakti TNI mengerahkan sumber-sumber angkatan


bersenjata untuk kegiatan kemasyarakatan yang bersifat konstruktif seperti
bantuan kesehatan, kesejahteraan dan proyek pekerjaan umum, untuk
meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, mengurangi penderitaan/
kesengsaraan dan meningkatkan basis perekonomian negara. Di samping itu
untuk merebut dukungan dan rasa hormat masyarakat terhadap Angkatan
Bersenjata. Operasi Bhakti TNI telah terbukti efektif dalam mengurangi
ancaman insurjensi yang sering memanfaatkan momentum di daerah-daerah
terisolasi dan belum maju. Operasi Bhakti TNI dapat meliputi setiap hal yang
dapat diberikan oleh TNI terutama kemampuan dan pengetahuaannya kepada
masyarakat dalam rangka menolong penduduk untuk menyelesaikan persoalan
atau memperbaiki kondisinya dengan fungsi dan organisasi Angkatan Darat
untuk membuka dan menyediakan pengamanan dan bantuan guna
meningkatkan kebutuhan hidup. Bahkan daerah yang sudah maju pun terbuka
kemungkinan untuk program-program militer atau kerjasama TNI Rakyat yang
menguntungkan, baik dalam suasana perang maupun apabila terjadi bencana,
terutama apabila kegiatan insurjensi telah mengacaukan roda pemerintahan
normal. Sumbangan unsur-unsur pelayanan dari komando atasan dapat
membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. TNI memiliki sumber tenaga
manusia, material, alat komunikasi dan organisasi yang lebih baik, dibanding
dengan masyarakat setempat. Peran serta TNI Rakyat dalam proyek-proyek
masyarakat tidak hanya menyumbang untuk kemajuan sosial, politk dan
ekonomi suatu daerah, tapi juga membangun tubuhnya keikhlasan penduduk
untuk membantu TNI. Dengan meningkatnya keadaan sosial dan ekonomi
negara, TNI mampu mengurangi sumber-sumber rasa tidak puas penduduk,
memperkuat ketahanan nasional serta meningkatkan stabilitas politik dan
ekonomi.

3) Kriteria. Kriteria untuk proyek-proyek kegiatan operasi Bhakti TNI


adalah sebagai berikut :

a) Proyek milik masyarakat setempat yang kemudian dikerjakan oleh


TNI lebih diperlukan, dan lebih terbuka kesempatan untuk sukses
daripada proyek baru yang dikembangkan di tempat lain.
b) Proyek harus dapat diselesaikan dalam waktu yang pendek atau ada
tahap-tahap untuk memberikan kesempatan untuk dinilai keefektifannya.
c) Hasil yang diperoleh dapat diamati, diukur, dan harus nyata.
d) Hasil yang diperoleh harus dapat dilihat oleh masyarakat, dan
bahwa keuntungan akan diperoleh berkat kerjasama antar TNI-Rakyat.
Penghargaan dari hasil yang diperoleh harus diberikan kepada rakyat
yang turut serta.
e) Setiap proyek hanya dilaksanakan atas nama Pangab.
82

4) Pengendalian. Petunjuk, bimbingan, dan pengawasan terhadap operasi


Bhakti TNI merupakan tanggung jawab Panglima Angkatan Bersenjata. Pada
semua tingkat, inisiatif dan daya kreasi komandan bawahan harus ditimbulkan
dan didorong. Operasi Bhakti TNI harus mencerminkan gerakan yang ikhlas
dari TNI untuk menolong rakyat. Bimbingan dan pengawasan pada seluruh
program operasi bhakti TNI harus memberi kesempatan kepada gerakan,
inisiatif dan daya kreasi komandan bawahan. Ijin seperti ini diperlukan untuk
menghindarkan perselisihan yang diakibatkan oleh tindakan melampaui
kebijaksanaan dan tanggung jawab departemen, dan untuk menjamin bahwa
operasi bhakti dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan-satuan, sumber-
sumber kegiatan pemerintah sipil serta untuk memelihara prioritas kepentingan
yang tepat.

5) Proyek. Tugas-tugas yang telah disetujui harus ditujukan untuk


memenuhi kebutuhan dasar penduduk dan untuk mencegah timbul atau
tumbuhnya insurjensi. Kebutuhan, kebiasaan, dan kepercayaan rakyat
berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Komando militer
pada semua tingkatan, dengan bantuan dan saran penguasa militer,
menentukan kebutuhan penduduk di daerah mana mereka ditempatkan dan
menggunakan imajinasi dan inisiatif untuk memanfaatkan kemampuan yang
terbaik dan sumber-sumber yang memungkinkan untuk memuaskan kebutuhan
mereka. Tugas-tugas khusus lainnya adalah :

a) Memperbaiki dan membantu rumah-rumah ibadah.


b) Mendirikan bangunan sederhana, seperti klinik, balai pertemuan,
sekolah, dan lain-lain.
c) Pengawasan, nasehat, dan bantuan dalam membangun jalan-jalan
penghubung dari dusun-dusun kecil ke kampung-kampung dan ke jalan-
jalan utama, termasuk menyediakan jembatan dan urung-urung.
d) Bantuan dan penyaluran makanan, pakaian, terutama kepada kaum
pengungsi dan penduduk yang dimukimkan atau diungsikan.
e) Meningkatkan penyediaan air bersih, contoh : memasang beton
pada sumur air, menyediakan pompa, dan fasilitas penampungan.
f) Bantuan medis, termasuk :

(1) Menyediakan perawatan medis darurat dan mengevakuasi


penduduk dengan menggunakan fasilitas Angkatan Bersenjata.
(2) Bantuan oleh dokter militer kepada fasilitas medis sipil pada
jadwal waktu tertentu.
(3) Pengawasan, nasehat dan bantuan dalam pendirian pusat
kesehatan masyarakat dan program pengawasan terhadap hama.

g) Menyediakan pengawalan untuk iring-iringan kendaraan yang


membawa produk penting ke pasar-pasar di mana produk tersebut sangat
dibutuhkan.
h) Menghidupkan dan menggiatkan LKMD di kampung dan di dusun-
dusun kecil untuk meningkatkan hubungan yang baik, mendiskusikan
masalah-masalah bersama dan menciptakan suasana saling membantu.
i) Menyediakan alat-alat komunikasi antar kantor, dusun-dusun kecil,
kampung dan distrik dengan menghubungkan segala fasilitas masyarakat,
apabila memungkinkan atau menggunakan peralatan cadangan milik
Angkatan Bersenjata sampai fasilitas sipil dapat dibangun.
83

j) Menyediakan makanan, pakaian, obat-obatan dan perlindungan


darurat untuk penduduk apabila terjadi serangan insurjensi, kebakaran,
banjir, kegagalan panen atau bencana alam lainnya. Perencanaannya
dicantumkan dalam Protap bencana alam atau bahaya lainnya.
k) Menjalankan roda pemerintahan setempat apabila pemerintah
setempat tidak berjalan atau tidak ada, sampai aparat sipil yang tepat
mengambil alih.
l) Menyediakan bantuan dan nasehat pada pasukan Wanra dalam
latihan pertahanan dusun dan kampung mereka.
m) Menyediakan pengamanan untuk dusun-dusun dan kampung-
kampung sampai pengamanan ini dapat diganti oleh kekuatan penduduk.
n) Penggunaan anggota TNI yang memiliki kemampuan atau
pengetahuan khusus, untuk memberikan nasehat dan bantuan dalam
rangka menolong masyarakat dalam memecahkan persoalannya. Di sini
termasuk ahli pertanian, ahli mesin, guru-guru, personel administrasi, ahli
tehnik, ahli perikanan, ahli listrik, tukang kayu, ahli hukum atau bakat-
bakat khusus lainnya yang dimiliki oleh anggota TNI.

6) Kegiatan Perorangan. Jadi setiap personel TNI harus benar-benar


menghayati usaha TNI untuk merebut hati dan pikiran penduduk. Di samping
program yang telah disetujui di atas juga melaksanakan program karya bhakti
TNI atas inisiatif sendiri. Berikut adalah kegiatan-kegiatan sederhana yang
berdasarkan itikad baik seperti :

a) Membantu nelayan menambah jaring atau alat peralatannya.


b) Melatih tata tertib di jalan raya.
c) Membantu petani setempat mengolah tanah.
d) Memotong padi.
e) Berlaku baik terhadap anak kecil, wanita, dan orang tua.
f) Memperlihatkan rasa hormat dan membantu pemimpin-pemimpin
agama dan tempat-tempat ibadat.

7) Semua ini merupakan pelaksanaan dan wajib TNI. Operasi Bhakti adalah
hampir setiap kegiatan yang membuat TNI menjadi saudara rakyat, sebagai
pelindung. Setiap individu harus mencoba membina rasa kekeluargaan yang
erat dengan penduduk. Karya bhakti perorangan dilaksanakan berdasarkan
sopan-santun dan disiplin militer untuk berperan serta dalam proyek-proyek
resmi. Dalam setiap keadaan, dasar-dasar daripada pelaksanaan dan wajib
TNI harus diteladankan, contoh : TNI harus sopan-santun terhadap rakyat
dipintu pemeriksaan dan dalam penggeledahan, dan lain-lain. Proyek-proyek
operasi bhakti dapat dihancurkan, akibat tindakan buruk dari individu atau
kelompok seperti kebiasaan mabuk, berkelahi, turut campur dalam
pelanggaran (sebagai backing) dan perampasan terhadap harta milik
penduduk. Propaganda insurjensi pasti akan menggunakan kesempatan yang
baik untuk mencela hubungan baik antara anggota pasukan kita dengan
wanita-wanita setempat. Menghargai dan menjunjung tinggi kebiasaan serta
adat-istiadat. Rumah ibadah tidak boleh dimasuki, kecuali untuk kepentingan-
kepentingan militer yang benar-benar mendesak. Tidak membayar harga harta
benda secara pantas, mengemudikan kendaraan dengan sembrono atau tanpa
dipikirkan, atau tindakan yang mengakibatkan kemarahan penduduk dan
mengakibatkan mereka menolak untuk bekerja sama atau menyembunyikan
keterangan-keterangan penting yang akan menghambat keberhasilan operasi.
Ingat senantiasa jangan menyakiti hati rakyat.
84

8) Hubungan Masyarakat. Terjadinya hubungan masyarakat timbul akibat


sikap dan hubungan yang baik dari Angkatan Bersenjata terhadap masyarakat
dan sebaliknya. Hal ini adalah hasil dari seluruh program keamanan yang
meliputi : pengawasan penduduk, karya bhakti, operasi militer dan pembinaan
masyarakat oleh pejabat pemerintah dan kegiatan peran serta dari masyarakat
itu sendiri. Pengelompokan dan pemukiman harus dilakukan perhatian yang
serius terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kepentingan
masyarakat. Perhatian harus dilakukan terhadap kesejahteraan mereka.
Semua usaha yang dapat dilakukan untuk menambah luas lahan mereka akan
dihargai, sebagai bukti nyata pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan
penduduk. Terutama, tindakan-tindakan harus dilakukan untuk menyediakan
pekerjaan dan usaha yang menguntungkan dilingkungan pemukiman mereka
yang baru. Apabila diantara mereka yang ditampung tidak dapat melanjutkan
pekerjaannya seperti biasa, perlu dibuka lapangan kerja baru yang
diintegrasikan dengan rencana pemerintah. Kemalasan masyarakat di daerah
pemukiman baru akan menimbulkann keadaan yang menguntungkan musuh.
Pada keadaan tertentu rakyat dapat dihimpun untuk memperoleh dari
pemerintah tentang hal-hal yang dianggap penting. Namun penampungan dan
pengelompokkan masyarakat pun akan memudahkan propaganda kaum
insurjen. Hal ini harus selalu dijaga dengan tindakan pengamanan yang ketat.
Hubungan yang baik diperoleh dari kegiatan yang direncanakan yang bertujuan
mengurangi penderitaan masyarakat, serta dengan cara meningkatkan
stabilitas politik, sosial, perekonomian dan keamanan.

BAB VII
BANTUAN ADMINISTRASI

29. Umum. Dukungan bantuan administrasi dalam rangka operasi lawan insurjensi
terutama diarahkan untuk kelangsungan operasi di daerah tertentu dalam waktu lama,
sehingga dapat mendukung keterbatasan administrasi yang mungkin dimiliki oleh satuan
operasional. Daya guna dan hasil guna dari dukungan bantuan adminitrasi tersebut dapat
diperoleh dengan berpedoman pada prinsip tertentu yang akan dapat menjamin
kelangsungan operasi lawan insurjensi. Bantuan administrasi harus melihat kemungkinan
cara bertindak dari suatu operasi sehingga dapat menjamin agar rencana taktis tidak
dibatasi atau diperlambat oleh keterbatasan dukungan bantuan administrasi yang
seharusnya sudah dapat dilihat sebelumnya. Dukungan bantuan administrasi harus
benar-benar memenuhi kebutuhan operasi, untuk itu maka penempatan fasilitas,
pengoperasian logistik satuan serta sumber setempat agar diatur dan diusahakan
seefisien mungkin.Prosedur yang sederhana dan kenyal akan mempermudah
penyelenggaraan bantuan administrasi dalam mendukung jenis-jenis operasi yang akan
dilaksanakan.

30. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bantuan Administrasi.

a. Rencana Operasi. Perencanaan bantuan administrasi dikerjakan bersamaan


dengan perencanaan operasi, karena perencanaan tersebut harus diintegrasikan.
Perencanaan administrasi harus mendapatkan data keterangan yang cukup, baik
masalah yang bersifat strategis maupun taktis, juga rencana cadangan.
85

b. Aspek Waktu. Faktor kritis bantaun administrasi adalah faktor waktu, karena
baik pengolahan sumber kekuatan yang telah tersedia menjadi kekuatan siap,
maupun penyaluran, penindakan, pengalokasian barang, fasilitas dan sarana serta
penggunaan infra-struktur yang ada untuk kepentingan operasi memerlukan waktu.
Kegiatan bantuan administrasi selalu berlangsung mendahului kegiatan operasi
militer, karena operasi militer berjalan dengan mempergunakan hasil dan sarana
yang dihasilkan oelh kegiatan bantuan administrasi. Hakekat dari perencanaan
bantuan adiministrasi adalah untuk mendapatkan waktu yang cukup guna
pengadaan barang, alat, jasa dan fasilitas yang akan dipergunakan untuk membantu
suatu operasi.

c. Aspek Personel.

1) Jumlah dan macam pasukan yang harus dibantu.


2) Kebutuhan pasukan dari setiap komando yang bersangkutan.
3) Plafond kekuatan pasukan yang ditentukan.
4) Tersedianya pasukan dari tipe tertentu.
5) Kebijaksanaan tenaga pengganti dan tersedianya satuan rotasi.
6) Sumber bantuan tenaga manusia (Ratih).

d. Aspek Material.

1) Perkiraan kebutuhan awal.


2) Perkiraan kebutuhan lanjutan selama operasi.
3) Penyesuaian kebutuhan dengan perkembangan keadaan taktis.

e. Insurjensi dan Infiltrasi. Kegiatan insurjensi dan infiltrasi musuh mungkin


terjadi pada setiap musuh. Karena itu tuan playanan harus terlatih dalam takti
Satuan kecil dan patrol
f. Angkutan udara. penggunaa angkutan udara secara maksimal untuk
menghindari kemungkinan lawan dengan mudah menyerang garis perbekalan.
g. Pengorganisasian. Pengorgganisasian satuan bantuan administrasi
disesuaikan dengan jumlah dan macam pasukan yang dibantu, aspek waktu, aspek
personel dan aspek materil.
h. Kekenyalan. Bantuan administrasi yang kenyal untuk penyelesaian tehadap
kemungkinan perubahan kebutuhan dan keadaan.
j. Kerja sama. Keperluan adanya kerja sama yang erat dengan penduduk
setempat dan badan badan pemerintahan dalam semua kegiatan administrasi yang
dapat mempengaruhi misalnya akomodasi dan penggunaan fasilitas sipil.
k. Bantuan kepada pemerintah daerah. Pertolongan dan bantuan yang
diberikan atas permintaan pemerintah daerah harus dipertimbangkan dengan
simpatik.
l. Tingkat loyalitas penduduk. Kebutuhan akan penggunaan bantuan
penduduk memerlukan kehati-hatian untuk menghindari gangguan dan untuk
mengenali tingkat loyalitas.
m. Daya guna. Ekonomis dan efisien dalam seluruh bentuk bantuan
administrasi, sehingga dapat operasional dengan ukuran administrasi yang tidak
terlalu besar dan jumlah pendukung yang terbatas.
n. Koordinasi. koordinasi operasi dan pengguna fasilitas administrasi sejak di
daerah belakang.
o. Keamanan. Usaha pengamanan yang ketat diperlukan di semua instalasi
dengan perlindungan yang efektif. Penyaluran pembekalan tidak boleh memberi
petunjuk adanya aktifitas operasi.
86

p. Latihan. Latihan bagi seluruh personel satuan bantuan administrasi untuk


menghadapi gangguan.
q. Komunikasi. Ketentuan komunikasi yang baik dan memadai sangat penting
untuk bekerjanya satuan bantuan administrasi secara efektif dan memungkinkan
rencana yang lebih lebihh Kenya.
r. Pengobatan. Untuk melaksanakan operasi dalam jangka waktu yang relatif
lama perlu di selenggarakan disiplin pengobatan yang efektif dan simultan,
pemberian obat-obatan profilaksis pada standart yang tinggi, ransum yang baik,
peralatan ringan, system pembekalan yang dapat di percaya, pertolongan pertama
kecelakaan yang baik untuk menghadapi evakuasi korban yang mungkin sulit.
s. Moril. Untuk menghadapi situasi yang tidak tentu dan melawan.
Kecenderungan menurunnya moril yang akan mempengaruhi keberhasilan operasi
dapat dicegah melalui penyediaan pelayanan informasi yang dapat di percaya, kerja
yang penuh epanjang hari dan pelayanan surat dari rumah secara berkala.
t. Sumber-sumber setempat. Penggunaan secara maksimum terhadap semua
jenis sumber setempat.
u. Bantuan sipil. Kampanye penanggulangan insurjensi merupakan usaha
gabungan TNI dan pemerintah sipil. Oleh karena itu kerja sama antara dinas-dinas
administrasi militer dengan badan-badan seperti pemerintah daerah, bulog,
pertamina,dan lain-lain harus erat. Bantuan sipil dapat dirumuskan dengan
perencanaan awal oleh staf militer yang bertugas menyusun sasaran dan kebutuhan
dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok . Rencana di bidang non militer
harus di tujukan dan dikaitkan dengan penciptaan kondisi yang menguntungkan
untuk jangka waktu sedang dan panjang ke depan, terutama untuk kepentingan
langkah-langkah lanjutan dalam tahap konsolidasi dan stabilisasi daerah.

31. Tugas-Tugas.

a. Tugas bantuan administrasi mendukung operasi intelijen. Dukungan


administrasi bagi operasi intelijen yang dilakukan di dalam daerah putih yang kita
kuasaisejauh mungkin diberikan sesuai prosedur biasa, sedangkan bagi operasi
intelijen yang di lakukan diluar daerah putih memerlukan prosedur dan cara-cara
khusus, dukungan berupa personel, materiil dalam teknik, jumlah, macam,kwalitas,
waktu dan tempat yang tepat, sehingga memungkinkan operasi intelijen dapat
dilakukan secara berdaya dan berhasil guna. Bantuan administrasi yang mendukung
operasi intelijen berupa :

1) Dukungan personel.
2) Dukungan logistik.
3) Dukungan teknik.

b. Tugas Bantuan Administrasi dalam mendukung Operasi Teritorial. Dalam


Operasi Teritorial pada umumnnya berlaku pelayanan daerah. Distribusi dan
pelayanan sama dengan system operasi lainnya, kecuali penentuan bekal yang
diawasi dan bekal yang kritis. Dukungan berupa personel dan logistik dengan tujuan
agar operasi teritorial terus dilakukan sampai tugas pokok dicapai.

1) Dukungan personel.

a) Apabila dalam suatu daerah yang pernah dikuasai insurjen dianggap


tidak ada kemampuan atau kekuatan untuk memberikan perlawanan,
maka perlu disusun kekuatan perlawanan teritorial dengan lebih dahulu
diberi latihan.
87

b) Pengisian tenaga pimpinan yang gugur dan personel yang mampu


membangkitkan semangat perlawanan yang sudah kendor perlu
diperhatikan dan diprioritaskan.
c) Dukungan personel ini diatur komando teritorial setempat.

2) Dukungan logistik.

a) Dukungan logistik untuk melaksanakan operasi teritorial pada


dasarnya menggunakan layanan darah sejauh mungkin, dimana operasi
dilaksanakan, terkecuali bila instalasi daerah belum dapat berfungsi akibat
kekacauan.
b) System pelayanan adalah pelayanan daerah sedang system
distribusi dengan distribusi satuan dan distribusi titik bekal.
c) Penyelenggaraan dukungan logistik, dikendalikan dan diintegrasikan
oleh komando teritorial.

c. Tugas bantuan Administrasi Mendukung Operasi Tempur.Didalam mendukung


pelaksanaan operasi, biasanya masalah logistik lebih menonjol daripada personel.
Dalam operasi tempur menggunakan system logistik pasukan, oleh karena itu
pelaksanaan operasi tempur sangat dipengaruhi oleh kekampuan bantuan logistik
dalam membantu pembekalan, penggantian tenaga dan pememliharaan moril
satuan yang sedang beroperasi, dengan penyelenggaraan sebagai berikut :

1) Kegiatan perencanaan bantuan administrasi meliputi :

a) Perencanaan pengembangan dan pembangunan daerah.


b) Perencanaan kebutuhan tenaga manusia.
c) Perencanaan penyaluran materiil.
d) Perencanaan pelayanan selama beraksi.

2) Didalam pelaksanan operasi, daya guna maksimal, pada umumnya dapat


dicapai dengan memusatkan fasilitas bantuan administrasi. Dengan pemusatan
itu dapat diambil manfaat yang sebesar-besarnya dari fasilitas bantuan
administrasi yang tersedia, seperti tempat penimbunan, gudang, fasilitas
angkutan, fasilitan jalan raya dan keret api, fasilitas pelabuhan dan sebagainya,
sehingga dapat dilaksanakan banyak usaha dengan pendaya gunaan tenaga
manusia yang relative sedikit.

32. Pengorganisasian.

a. Dalam Operasi Lawan Insurjensi untuk menanggulangi pengintegrasian antara


tugas satuan dan kemampuan bantuan administrasi yang seimbang dan serasi guna
mencapai sasaran secara tepat, perlu adanya suatu wadah yang dapat
mengendalikan penyelenggaraan bantuan administrasi. Wadah tersebut disebut
pusat koordinasi bantuan administrasi disingkat Puskorbanmin.
b. Kedudukan. Puskorbanmin adalah fasilitas staf yang organik berada pada
baik ditingkat komando atas maupun komando operasi.
c. Tugas pokok. Puskorbanmin mempunyai tugas pokok pengendalian atas
kegiatan bantuan administrasi sebagai berikut :

1) Merencanakan bantuan administrasi dalam rangka penyelenggaraan


suatu suatu operasi, yang dituangkan dalam bentuk rencana bantuan
administrasi.
88

2) Merumuskan dan menyusun tindakan bantuan administrasi yang


diperlukan sesuai pengarahan komando dan sebagai saran tindakan kepada
komando.
3) Pengendalian dan mengawasi pelaksanaan bantuan administrasi oleh
komando operasi yang bersangkutan.

d. Wewenang dan tanggung jawab.

1) Puskorbanmin sebagai fasilitas staf tidak mempunyai wewenang


komando.
2) Puskorbanmin dipimpin oleh perwira staf logistik dari komando operasi
yang bersangkutan.

e. Struktur organisasi. Wadah korbanmin tergantung pada struktur organisasi


tingkatan kodam dan korem atau komando operasi degan susunan komposisi
personel sebagai berikut :

1) Kepala, dijabat oleh asisten atau kepala seksi logistik.


2) Wakil kepala, dijabat oleh seorang perwira dari staf personel.
3) Anggota, terdiri dari para perwira kecabangan bantuan administrasi yang
mendukung operasi.
4) Kelompok penghubung terdiri dari perwakilan TNI dan non TNI, dengan
susunan sebagai berikut :

a) TNI.

(1) Pa perwakilan dari TNI-AU.


(2) Pa perwakilan dari TNI-AL.
(3) Pa perwakilan dari POLRI.

b) Non TNI.

(1) Personel perwakilan dari pemerintah daerah.


(2) Personel perwakilan dari depo ligistik.
(3) Personel perwakilan dari pertamina.
(4) Personel perwakilan dari organda.
(5) Bila perlu (sesuai perkembngan) dapat juga dilibatkan
perwakilan-perwakilan organisasi masyarakat lainnya yang
sehbungan dengan kepentingan bantuan administrasi

f. Prosedur Kerja.

1) Puskorbanmin sebagai fasilitas staf suatu komando operasi pada


hakekatnya adalah pengelompokan kegiatan yang menangani secara khusus
masalah bantuan administrasi yang dihadapi untuk mendapatkan tindak
pemecahan yang tepat untuk kelancaran tugas operasi. Oleh karenanya
prosedur kerja puskorbanmin akan selalu berkaitan dengan tugas fungsional
sehari hari.

2) Pada umumnya suatu komando yangterlibat operasi, panglima/komandan


operasi sangat kekurangan waktu dalam penanganan bantuan administrasi,
karena waktunya lebih banyak disita oleh masalah operasi.
89

3) Semua saran tindakan puskorbanmin disampaikan kepada panglima atau


komandan operasi dan bilaman di setujui maka saran puskorbanmin oleh
komando, dituangkan dalam bentuk perintahlogistik dan sebagainya.

4) Dan kemungkinan besar dapat terjadi, bahwa saran Puskorbanmin


tersebut ada yang harus mendapat dukungan dari komando atas, makan dalam
hal ini perlu diajukan kepada komando atas yang bersifat :

a) Permohonan perbekalan/ perawatan tambahan .


b) Ijin penggunaan instalasi atau perbekalan non TNI dan penggunaan
fasilitas non TNI dan sebagainya.

33. Pelaksanaan Bantuan Administrasi. Pada dasarnya penyelenggaraan fungsi


bantuan administrasi dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi untuk dapat
mendukung pelaksanan operasi lawan insurjensi. Bantuan administrasi yang
dilaksanakan, untuk mendukung suatu operasi, selalu ada saling ketergantungan antara
aspek pelaksanaan bantua logistik (banlog) dengan bantuan personel (banpers). Masalah
terpenting dari bantuan administrasi dalam suatu operasi adalah factor keamanan karena
bantuan adminisytrasi menjadi salah satu sasaran pokok dari insurjensi, sehingga
keamanan perlu diperhatikan. Penyelenggaraan bantuan administrasi dalam operasi
lawan insurjensi dilaksanaan dengan ketentuan garis besar sebagai berikut :

a. Konsep Umum Bantuan Administrasi.

1) Dukungan logistik dilaksanakan sesuai dengan fungsi logistik, yang


meliputi kegiatan pembekalan, pemeliharaan, pengangkutan, perawatan
kesehatan, konstruksi dan destruksi dengan sejauh mungkin mempersiapkan
sebagai berikut :

a) Bekal cadangan. Untuk keperluan operasi perlu disiapkan bekal


cadangan untuk kekuatan 30 hari bekal bagi satuan operasional yang
ditentukan. Bekal cadangan pusat digunakan atas perintah. Disamping
bekal cadangan pusat ditentukan pula bekal cadangan daerah sebesar
dua kali cadangan bekal rutin, terutama bekal kelas I, III, dan V (ransum,
BMP dan Mesiu). Besarnya cadangan setiap kali operasi ditentukan oleh :

(1) Perkiraaan waktu yang di perlukan untuk memulihkan


pembekalan jika terjadi pemusatan komuniksi.
(2) Tipe operasi.
(3) Kemampuan satuan untuk melaksanakan pemeliharaan
tambahan.
(4) Akibat/pengaruh pada efektifitas tempur satuan terutama
mobilitas taktis.

b) Ransum. Menyiapkan ransum tempur bagi satuan untuk 7 hari


bekal, mengajukan instalasi bekal ke depan.
c) Pemeliharaan. Mengajukan fasilitas pemeliharaan tingkat II ke
depan dan mengeluarkan tim pemliharaan mobil. Menjaga persediaan
skala suku cadang untuk senjata utama.
d) Pengangkutan. Mengajukan angkutan garis keII ke depan.
penggunaan angkutan udara diutamakan untuk memindahkan bantuan
administrasi dari titik bekal ke titik distribusu satuan .jam terbang pesawat
untuk pemindahan dalam bantuan administrasi harus di batasi. Untuk
90

membantu garis ke II dapat menyerahkan angkutan setempat, misalnya:


angkutan bermotor, hewan,buruh atau angkutan air.
e) Perawatan kesehatan. Mengajukan fasilitas perawatan lapangan ke
depan.
f) Konstruksi. Membangun fasilitas komando dan pengendalian serta
fasilitas bantuan administrasi. Membangun, memperbaiki dan
menyumbang rute-rute perbekalan.
g) Pengurusan logistik untuk penduduk di daerh operasi di laksanakan
oleh komando teritorial dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah
serta instansi logistik pemerintah yang ada.

2) Dukungan personel dilaksanakan sesuai dengan fungsi personel yang


meliputi kegiatan tata cara pengurusan personel, administrasi umum dan
pemeliharaan moril, pemeliharaan dan pengendalian kekuatan, penyaluran
tenaga kerja, kegiatan personel lain di bidang hukum, disiplin, tata tertib,
kesejahteraan, tawanan perang dan pemakaman.

b. Bantuan Administrasi dalam Operasi Intelijen.

1) Apabila operasi intelijen dilaksanakan secara tertutup, bantuan


administrasinya pun dilaksanakan secara tertutup. Dalam hal ini mungkin perlu
diadakan substitusi untuk memelihara kerahasiaan. Sesuai dengan tingkat
kerahasiaan yang ingin dicapai, dapat pula dukungna logistik diberikan dalam
bentuk uang.

2) Pengisian kembali dapat dilakukan melalui udara. Jika mungkin


dilaksanakan melalui darat atau sungai/ laut.

3) Titik distribusi satuan diadakan dekat dengan satuan yang beroperasi.


Bergerak secara berloncatan. Karena mengajukan titik bekal ke daerah
operasi.

4) Kepada satuan dibekali tiga hari bekal.

5) Apabila menggunakan tenaga rakyat terlatih atau agen-agen lain dari


masyarakat, harus dimasukkan dalam daftar kekuatan harian.

c. Bantuan Administrasi dalam Operasi Tempur.

1) Satuan yang melaksanakan operasi lawan insurjensi harus di perlengkapi


dan di bekali dengan materiil yang ringan. Satuan bantuan administrasi harus
memiliki mobilitas yang tinggi.Pembekalan ulang dapat dilakukan dengan :

a) Angkutan udara
b) Angkutan sungai
c) Angkutan darat bermotor
d) Hewan
e) Buruh
f) Kombinasi tersebut a) sampai dengan e)

2) Cara pelayanan yang paling tepat adalah pelayanan daerah. Dalam hal ini
semua fasilitas daerah dapat dimanfaatkan.
91

3) Titik-titik distribusi tersebar di seluruh daerah operasi. Dalam hal ini, faktor
keamanan logistik menjadi beban berat dari komando teritorial yang
bersangkutan.

4) Ransum. Selama satuan melaksanakan gerakan tetap menggunakan


ransum tempur. Pengisian kembali dilaksanakan kembali dititik distribusi
satuan bantuan administrasi organic atau B/ P mengambil bekal dititik bekal
yang diajukan oleh unsur pelayanan daerah, selanjutnya membagikan kepada
satuan-satuan.

5) Pemeliharaan dan Penarikan ke belakang alat peralatan yang rusak


menjadi tugas penting. Pada umumnya penghancuran tidak dilakukan.
Pemeliharaan dilaksanakan oleh tim pemeliharaan organik satuan atau tim
pemeliharaan B/ L. Pemeliharaan Tingkat II dan Tingkat III oleh Detasemen
Peralatan Daerah Komando Teritorial yang bersangkutan.

6) BBM. Dilayani secara mobil (tangki) dari satuan bantuan administrasi


organic atau B/ P. Yang bersandar kepada titik bekal yang diajukan.

7) Evakuasi dan Pengobatan. Evakuasi dilaksanakan melalui udara titik


kumpul penderita (tempat pengobatan) ke- rumah sakit lapangan. Pos
pertolongan pertama di lapangan (Poslongmalap) melaksanakan pengobatan
dan persiapan evakuasi. Poslongmalap didirikan pada setiap basis operasi
depan.

8) Pengendalian. Pengendalian bantuan administrasi dilaksanakan secara


terpusat.

d. Bantuan Administrasi dalam Operasi Teritorial.

1) Untuk satuan menggunakan logistik pasukan.

2) Apabila dalam operasi teritorial diperbantuikan aparat pemerintah daerah


maka bantuan administrasinya menggunakan :
a) Bantuan administrasi pemerintah daerah
b) Bantuan administrasi pasukan, sesuai petunjuk Pangdam.Apabila
menggunakan bantuan administrasi pemerintah daerah pelaksanaannya
oleh satuan bantuan administrasi daerah Korem, selanjutnya disalurkan
seperti biasa. Apabila menggunakan bantuan administrasi pasukan,
personel dan alat peralatan dimasukkan ke dalam daftar kekuatan satuan.
Pelaksanaan satuan bantuan administrasinya seperti biasa.

34. Pengurusan Tahanan Operasi dan Barang Rampasan.

a. Kurungan dan Evakuasi Tahanan.

1) Kurungan tahanan ditempatkan pada basis operasi depan. Kurungan kecil


disiapkan juga untuk menanggulangi apabila system evakuasi biasa ada
kemungkinan gagal.
2) Interograsi pendahuluan dilakukan terbatas pada suatu usaha untuk
menghasilkan identifikasi cepat, terutama dari tahanan operasi penting.
3) Personel yang menyerah harus diperlakukan dan dirawat secara terpisah
dari tahanan operasi.
92

4) Saluran normal evakuasi tahanan operasi adalah dari titik pengumpulan


tahanan operasi ke belakang dilakukan dengan setiap saran yang
memungkinkan.
5) Personel yang menyerah dievakuasi dengan cara yang sama.

b. Penanganan Pendahuluan.

1) Tahanan operasi ditangkap, dilucuti, dipisahkan, digeledah dan dijaga.


Tidak boleh bicara dan tidak ada perawatan lain kecuali perhatian medis yang
diperlukan mendahului interogerasi.
2) Penggeledahan tahanan operasi dilaksanakan pada semua tingkat.
Barang-barang hasrus disita terutama senjata, amunisi, dan alat optik.
3) Surat-surat harus diambil, terutama yang bernilai bagi staf intelijen,
ditandai sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan identifikasi tahanan
operasi pemiliknya.

c. Tempat Tahanan Operasi.

1) Lokasi titik pengumpulan tahanan operasi ditentukan oleh staf intelijen.


2) Jika jumlah tahanan besar dan harus di tahan untuk waktu cukup lama,
maka Polisi Militer yang bertugas jaga biasanya mendapatkan perkuatan dari
satuan lain.

d. Perlakuan Lanjutan.

1) Disiplin yang tegas harus dipelihara diantara tahanan operasi. Sikap


penjaga harus tertib dan lugas serta tegas, dilarang menggeretak, tidak boleh
bersahabat dengan tawanan dimanapun dan kapanpun.
2) Tahanan yang luka dirawat melalui saluran yang sama dengan korban
kita sendiri. Tahanan operasi yang tidak luka biasa digunakan untuk
mengangkut teman-teman mereka yang luka ke belakang.
3) Peraturan administrasi tahanan operasi harus dibuat dan meliputi
pengadaan ransum, air, bahan bakar, fasilitas memasak, sanitasi, perawatan
medis dan bila diperlukan perlindungan.
4) Pembagian kelompok tahanan operasi diatur dengan menempatkan
pemimpin kelompok dari antara mereka yang dibebani tanggung jawab
kelompok untuk melaksankan perintah-perintah.
5) Yang harus disiapkan dari antara tahanan operasi adalah petugas-
petugas sebagai pemasak, pembagi makanan, petugas sanitasi, penggali
kubur dan tugas-tugas yang lain yang melelahkan.
6) Penterjemah, dokter, pembantu medis, juru masak dari antara mereka,
bila ada, harus dipisahkan secepat mungkin.
RAHASIA
93

BAB VIII
PENUTUP

35. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Gadik dan siswa dalam proses belajar mengajar tentang
Pengetahuan Operasi Lawan Insurjensi pada pendidikan Dikcabpaif.

Komandan Pusat Pendidikan Infanteri,

Joseph Robert Giri, S.I.P., M.Si.


Kolonel Inf NRP 1900004890668

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai