BAB I
PENDAHULUAN
a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Dikcabpaif.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Departemen ini memuat tentang
Pendahuluan,Lingkungan Operasi,Kampanye Penanggulangan,Operasi Intelijen, Operasi
Tempur,Operasi Teritorial dan Bantuan Administrasi serta Penutup yang disusun secara
sistimatika dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Lingkungan operasi.
c. Kampanye Penanggulangan.
d. Operasi Intel.
e. Operasi Tempur.
f. Operasi Teritorial.
g. Bantuan Administrasi.
h. Penutup.
RAHASIA
2
BAB II
LINGKUNGAN OPERASI
b. Ancaman Insurjensi.
BAB III
KAMPANYE PENANGGULANGAN
9. Tujuan. Dasar utama dalam setiap operasi lawan insurjensi meliputi dua aspek
yaitu aspek politik dan militer yang saling berkaitan erat. Penentuan sasaran militer
tergantung kepada pertimbangan politik, sedangkan tujuan politik itu sendiri berdasarkan
tiga pertimbangan sebagai berikut :
11. Azas-azas Operasi Lawan Insurjensi. Azas-azas perang yang bersifat universal,
maupun azas-azas yang dikenal dalam Hankamrata, pada hakekatnya tetap dapat
diterapkan dengan aplikasi yang dapat dikembangkan dalam berbagai variasi. Sebagai
contoh, sifat medan yang berbeda-beda di berbagai wilayah Indonesia, dengan jelas
7
menunjukkan perlunya pemilihan peralatan yang sesuai dengan medan tersebut, untuk
memperoleh azas kekenyalan yang diharapkan. Disamping itu azas-azas yang bersifat
khusus harus diperhatikan, mengingat perlawanan dari pihak insurjen selalu
memanfaatkan setiap situasi yang memungkinkan bagi mereka.
a. Azas-azas umum.
tetapi juga pada suatu periode tertentu akan dapat meinmbulkan berbagai
kesulitan bagi pemerintah, yang dapat menjadikan penyelesaian masalah yang
dimaksudkan meluas, berlarut-larut dan tidak tuntas. Suatu pemerintahan dari
suatu negara hukum yang dalam melaksanakan fungsinya tidak sesuai dengan
hukum, akan sulit mengharapkan rakyatnya juga bertindak sesuai hukum.
Partai politik
Komando Insurjensi
“KUNING” C
“KUNING"
( Komite Pusat )
Sel-sel klandestein B
A Insurjen
“KUNING” dalam
“KUNING”
Masyarakat.
Bila organisasi politik subversi pada A dapat dihancurkan, maka insurjen pada
B dan C akan kekurangan perbekalan, anggota dan intelijen, sehingga lambat
laun anggota-anggotanya menjadi berkurang karena terbunuh atau menyerah.
Dalam proses penghancuran organisasi politik tersebut, maka perhatian
intelijen harus diarahkan untuk mengidentifikasi dan sedapat mungkin
menumpas semua anggota organisasi subversi karena satu dan lain hal
11
berusaha menembus garis pemisah antara insurjensi dan penduduk. Upaya ini
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan swadaya penduduk yang
dikoordinasikan dengan operasi militer untuk mencegah hubungan antara
insurjen dan organisasi politik subversinya. Sementara proses ini berlangsung,
maka insurjen akan dipaksa untuk muncul ke permukaan melakukan kontak
untuk mencari bantuan, sehingga dari berbagai kegiatan kontak tersebut dapat
menjadi petunjuk dan penuntun bagi operasi penghancuran mereka.
12. Taktik dan Teknik Operasi Lawan Insurjensi. Untuk dapat melawan insurjensi
perlu diketahui prinsip taktik dan teknik mereka, yaitu banyak akal, inisiatif, kemauan
menyerang, keteguhan, kerahasiaan, kecepatan dan kesempurnaan. Di bawah ini adalah
dasar taktik dan teknik insurjensi pada umumnya yang lazim dilakukan.
4) Mendalami bilamana saat yang tepat untuk maju ataupun mundur. Jika
pasukan pemerintah yang menyerang lebih kuat, insurjen akan melakukan
pengunduran dan akan segera melaksanakan serangan balas pada beberapa
titik lemah yang ditemukan.
12
6) Insurjen tidak bertempur bila tidak yakin akan berhasil, untuk itu lebih baik
mundur. Insurjen tidak bertempur tanpa perhitungan. Jika suatu kemenangan
tidak dapat dipastikan, maka serangan insurjen biasanya ditunda dan
menunggu sampai adanya kesempatan yang lebih baik. Jika yakin akan
menang maka serbuan akan dijaga dan diteruskan dalam rangka
menghancurkan pemerintah secara tuntas, setelah itu insurjen akan bertahan
sementara, kemudian mundur tanpa ragu-ragu.
7) Insurjen tidak menggunakan taktik yang sama secara tetap, karena hal
tersebut hanya menguntungkan pasukan pemerintah untuk menghancurkan
insurjen dengan mudah mengembangkan inisiatifnya. Untuk ini diperlukan
kecerdikan pada pimpinan insurjen agar tetap dapat menipu atau mengelabui
pasukan pemerintah.
5) Jika pasukan pemerintah melindungi diri dengan baik tanpa adanya titik
lemah, mereka menciptkan kondisi sebelum melancarkan serangan.
serta melakukan tindakan yang positif guna mencegah penyusupan kembali insurjen
serta melaporkan sel-sel yang ditinggalkannya. Keadaan tersebut harus
dipertahankan serta ditingkatkan sehingga tercapai suatu kondisi yang mendukung
untuk tindakan berikutnya.
e. Rehabilitasi ( “Won” ). Bila kondisi telah kembali normal seperti sedia kala
dimana penduduk dapat dengan bebas melakuikan kegiatan masing-masing serta
pemerintahan telah berfungsi kembali, maka pemerintah telah memenangkan
operasi lawan insurjenasi. Selanjutnya penduduk tetap dibina agar percaya
sepenuhnya kepada pemerintah dan dalam kondisi demikian maka kesiapan untuk
menghadapi insurjen bila sewaktu-waktu muncul kembali akan lebih siap.Kegiatan
selanjutnya adalah memelihara stabiltas politik, ekonomi dan kemauan serta
melanjutkan program rehabilitasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan kekacauan
yang lalu. Dengan mengajak serta penduduk dalam setiap penanggulangan
terhadap ancaman insurjensi penduduk akan merasa terpanggil, bahwa pada
dasarnya penanggulangan terhadap insurjensi bukan semata-mata menjadi tugas
pemerintah saja.
a. Operasi lawan insurjensi pada tingkat nasional. OLI pada tingkat nasional akan
menitik beratkan perhatian pada aspek politik dan aspek militer secara terpadu.
Kemacetan dalam bidang politik, sering dapat dipecahkan melalui operai militer yang
terarah dan pada kesempatan lain, operasi militer dapat disesuaikan dengan
kegiatan politik yang akan ditempuh.
3) Operasi pada tahap ini dibantu dengan perang urat syaraf yang diarahkan
pada insurjen, pasukan sendiri dan penduduk sebagai berikut :
wilayah tertentu sebagai satuan keamanan stasioner. Kekuatan satuan ini dapat dari
tingkat regu sampai dengan Batalyon, tergantung kepada situasi setempat. Tugas-
tugas yang dapat diberikan adalah terutama tindakan militer seperti penghadangan,
penyergapan, pembersihan serta operasi lainnya oleh satuan kecil. Disamping itu
satuan ini akan selalu memelihara hubungan dengan penduduk dengan tugas
memenangkan dukungan penduduk terhadap pelaksanaan tugas lawan insurjensi.
Mengingat luasnya daerah operasi maka daerah tersebut dibagi dalam sektor dan
sub sektor, dimana didalamnya ditempatkan kekuatan satuan kerangka yang sesuai.
Berbagai cara dapat ditempuh untuk memenangkan dukungan penduduk sehingga
dapat ditumbuhkan kerja sama. Tindakan tersebut diantaranya berupa operasi bakti,
memukimkan kembali penduduk, meningkatkan usaha mengembangkan ekonomi
setempat dan lain-lain yang perlu mendapat perhatian dalam program pemukiman
adalah kemungkinan dilakukannya penyusupan oleh anasir insurjen. Usaha
selanjutnya adalah untuk memperoleh informasi tentang gerakan insurjensi dari
penduduk serta menumbuhkan kesadaran mereka terhadap keikutsertaan secara
langsung atau tidak langsung dalam upaya penanggulangan ancaman insurjensi
serta akibat-akibatnya. Pada tingkat tertentu maka perlu diadakan pengujian
terhadap daerah sasaran untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan
usaha lawan insurjensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Cara-cara pengujian
tersebut menggunakan pendekatan penerangan, pembinaan dan penggalangan
yang ditujukan kepada berbagi pihak baik insurjen, penduduk maupun pasukan
sendiri. Program ini direncanakan dengan masak oleh komando atasan,
berdasarkan perkembangan situasi dari daerah yang bersangkutan. Dengan
demikian maka melalui perang urat syaraf tersebut akan membantu tercapainya
operasi lawan insurjensi :
didapat dari penduduk desa yang dicurigai. Sebagai dasar dalam mengambil
keputusan adakah intelijen yang cukup tersedia serta apakah tindakan tersebut
bisa berlangsung terus.
1) Para pimpinan yang terpilih akhirnya akan tampil ditiap kampung dan kota
dan bahkan mereka bisa diorganisir dan dikelompokan dalam suatu organisasi.
Alasan untuk pembentukan kekuatan politik/kemasyarakatan ini adalah :
rencana yang lengkap dan terpadu yang disetujui bersama oleh segenap unsur
yang mendukung dan terlibat dalam operasi lawan insurjensi.
BAB IV
OPERASI INTELIJEN
15. Umum. Operasi lawan insurjensi pada dasarnya adalah usaha untuk memperoleh
kembali dukungan dari penduduk dan tegaknya wibawa untuk jalannya pemerintahan.
Oleh karena itu sangat di butuhkan adanya operasi intelijen yang baik untuk memperoleh
informasi mengenai kondisi masyarakat dan lawan, mulai dari tahap infiltrasi sampai
dengan insurjensi meliputi gerakan insurjen, pimpinan-pimpinannya, kebijaksanaan
maupun kehendaknya. Tanpa adanya intelijen yang baik, maka keputusan keputusan
politik dan militer akan kurang mempunyai dasar yang sehat. Lebih dari itu, sifat dari suatu
insurjensi dimana ada simpati dan dukungan dari penduduk terhadap insurjen hal ini
menimbulkan kesulitan dan hambatan bagi intelijen. Keadaan ini hanya dapat diatasi
dalam jangka panjang secara tekun dan dengan sumber yang memadai. Operasi intelijen
yang baik harus selalu bekerja atas dasar prinsip-prinsip tertentu dengan memperhatikan
keterpaduan antara operasi intelijen itu sendiri dengan operasi-operasi lainnya yang
dilaksanakan dalam rangkaian operasi lawan insurjensi.
18. Pelaksanaan Operasi. Operasi intelijen sebagai pelaksanaan yang serasi antara
fungsi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan membutuhkan daya imajinasi yang
tajam dari pimpinan operasi dengan memanfaatkan segala kekuatan organisasinya yang
ada, serta potensi sumber informasi yang tersedia tersebut. Dalam pelaksanaannya,
maka penduduk dapat dijadikan sumber informasi yang utama. Mereka akan sangat
efektif bila mereka dikendalikan dan diarahkan oleh seksi operassi pada berbagai
tingkatan organisasi intelijen. Didasarkan pada pertimbangan, adanya kerahasiaan, dilihat
dari kepentingannya, pendadakan dan situasi yang sedang dihadapi, operassi intelijen
dapat dilaksnakan berdiri sendiri, membantu atau dibantu. Berdasarkan kebutuhannya,
maka operassi intelijen, didahului oleh suatu penyelidikan, yang kemudian dilanjutkan
dengan pengamanan maupun penggalangan.
a. Penyelidikan.
3) Taktik-taktik penyelidikan
b. Pengamanan.
3) Taktik-taktik pengamanan.
c. Penggalangan.
2) Taktik-Taktik Penggalangan.
3) Tehnik-tehnik penggalangan.
3) Peranan intelijen. Dilhat dari hasil yang diperoleh, operasi intelijen dapat
berperan:
(1) Geografi
(2) Demografi
(3) Kondisi sosial.
BAB V
OPERASI TEMPUR
a. Militer.
b. Non militer.
1) Menghancurkan insurjensi
2) Mempersempit ruang gerak insurjensi yang berarti memperluas daerah
yang dikuasai pemerintah (daerah putih)
3) Menyalurkan dan menyekat insurjen ke daerah yang sudah ditentukan.
4) Memutuskan lalu lintas insurjen.
5) Berusaha mengikuti dan mengikat tiap gerakan insurjen untuk
dihancurkan.
22. Pengorganisasian.
a. Bila operasi tempur perlu dilaksanakan dengan kekuatan yang lebih besar dari
satuan organik yang ada pada Korem setempat, maka perlu diadakan penyusunan
organisasi tugas yang terdiri dari satuan-satuan yang langsung turut dalam operasi
tempur tersebut.
b. Fungsi utama Komando Resort Militer. Pasukan lawan insurjensi disusun
untuk dua tugas yang berbeda: menghancurkan kekuatan fisik dari insurjen dan
menjamin keamanan di daerah. Pasukan lawan insurjensi akan diorganisasikan
dalam dua macam satuan, satuan cadangan pemukul mobil yang akan bertugas
untuk penghancuran insurjen, serta satuan kerangka yang akan tinggal bersama
penduduk dengan tugas melindungi mereka dan memperkuat usaha-usaha pihak
Korem. Satuan kerangka dapat mengetahui sebaik-baiknya tentang situasi,
penduduk serta persoalan setempat, namun jika terjadi suatu kekeliruan maka
mereka pulalah yang pertamA-tama menanggung resikonya. Selanjutnya jika suatu
satuan pemukul mobil beroperasi di suatu daerah maka harus dikendalikan oleh
Komandan dari Komando Resort Militer sebagai Komando Opersi.
35
(1) Medan, jaringan jalan yang ada, baik yang dapat dimanfaatkan
oleh insurjen atapun pasukan sendiri.
(2) Kemungkinan basis musuh.
(3) Pengaruh cuaca dan musim tiap tahunnya terhadap operasi
oleh insurjen maupun pasukan sendiri.
b) Penduduk
e. Organisasi Teritorial.
KORE
M
Basis Operasi
Depan
KOREM
Basis Operasi
Depan
8) Dalam hal ini, sub sektor yang diberikan kepada kompi tidak akan selebar
yang lazimnya diberikan kepada satuan tersebut untuk memungkinkan ofensif
terhadap sisa kelompok-kelompom kekuatan musuh serta pengamanan dan
pemgawasan darah sub sektornya.
3) Basis operasi depan dipilih untuk memudahkan operasi yang akan datang
didaeah tersebut dan untuk menjamin keamanan sendiri. Jika mungkin, basis
operasi depan dapat dikembangkan menjadi basis operasi komando atasan
dimana sebagian besar satuan akan berada untuk istirahat dari tugas
pertempuran dan sebagai basis untuk pengawasan atau pengintaian terhadap
insurjen maupun penimbunan perbekalan logistik operasi.
4) Luas basis operasi depan bervariasi, tergantung pada tingkat satuan yang
menggunakannya, keadaan medan yang menguntungkan untuk pertahanan
dan intensitas serangan insurjen. Dalam hal ini besar atau kecilnya suatu basis
operasi depan disesuaikan pula dengan kemudahan melaksanakan
pengamanan.
8) Basis oprasi depan lebih baik bila dilengkapi dengan air strip atau
helipad,yang berada dibasis kompi.
h. Pos Pengaman.
RINTANGAN YG DAPAT
DIGERAKKAN
KAWAT BERDURI
LUBANG LANTAI UTK RADIO
DINDINGH YANG DIPERKUAT
POS
RANJAU DIPASANG
DI TEPI SUNGAI
KAMPUNG
PEMUKIMAN
Hal itu dapat bervariasi mulai dari dua orang pengawal jembatan sampai
dengan sau kompi yang diperkuat untuk mengamankan pusat komunikasi atau
daerah pemukiman.
6) Bila suatu pos pengaman ditempatkan jauh dari Batalyon dan ada
kemungkinan akan diisolasi oleh kegiatan insuren,maka persediaan logistik
dalam pos pengaman harus cukup dan tidak boleh menggantungkan bantuan
logistik kepada penduduk setempat.
i. Ofensif.
1) Perencanaan ofensif
2) Pelaksanaan Ofensif
(c) Bila bergerak melalaui hutan yang lebat pada malam hari,
maka diperlukan alat pembantu, walaupun gerakan menjadi
lambat dan meletihkan. Komandan pasukan harus memilih rute
melalui hutan yang tertup. Pada tahap permulaan bergerak
pada siang hari, tetapi gerakan mendekat terakhir harus
dilaksanakan pada malam hari.
(11) Penyesatan.
48
b) Pelaksanaan.
c) Penghancuran.
a) Serangan.
b) Pengejaran.
j. Pertahanan.
2) Perencanaan pertahanan.
3) Pelaksanaan pertahanan.
selalu aktif dan ofensif.Hal ini dapat dicapai bila satuan mobil dan
kerangka selalu aktif mengadakan patroli yang intensif.
5) Operasi kerangka.
(1) Militer.
d) Hambatan.
(4) Di jalan raya. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
j) Prosedur pertempuran.
(1) Briefing. Dilakukan agar setiap personel yang terlibat tahu akan
tugasnya.
i) Bentuk daerah.
ii) Tempat dan waktu titik kumpul.
iii) Bila pasukan pengamanan mengambil posisi.
iv) Titik temu dimana.
57
v) Tentukandaerah pertanggungjawaban.
vi) Rute yang harus ditempuhnya.
vii) Susunan dalam perjalanan/mars.
viii) Tentukan tempat tahanan.
l) Pemusatan.
m) Cara penggeledahan.
(1) Pendengaran.
(2) Mengesan jejak.
(3) Penglihatan.
(4) Pengamanan dan ketangkasan
r) Pelaksanaanya.
6) Penyergapan kampung.
c) Pentahapan.
(4) Gerakan kembali yang meliputi: rute yang akan digunakan. Bila
digunakan pesawat udara (helikopter), atau kendaraan bermotor
harus teliti dan cermat.
d) Tahap Persiapan.
(5) Formasi.
e) Pembersihan kampung.
f) Pencaraian.
(2) Rumah.
g) Pemindahan kebelakang.
BAB VI
OPERASI TERITORIAL
24. Umum. Operasi teritorial dalam operasi lawan insurjensi dapat merupakan operasi
pokok terutama pada babak konsolidasi dan rehabilitasi, sedangkan untuk babak lain
membantu operaasi lainnya yaitu membantu operasi intelijen, dan operasi tempur.
Operasi teritorial yang baik harus dapat bekerja atas dasar prinsip yang ditentukan
dengan memperhatika keterpasuan antara operasi teritorial dengan operasi lainnya yang
dilaksanakan dalam rangkaian operasi lawan insurjensi. Operasi teritorial yang akan
dilakukan oleh komando teritorial setempat untuk menentukan keberhasilan operasi lawan
insurjensi. Hal ini dapat terlihat dalam pelaksanaanya yang sangat memerlukan bantuan
penduduk yang nantinya akan dituangkan dalam operasi teritorial.
25. Prinsip Operasi Teritorial. Pada dasarnya azas-azas yang digunakan dalam
doktrin Sishankamrata dan operasi lawan insurjensi berlaku juga bagi operasi teritorial,
disamping itu prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
b. Manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Setiap operasi militer dan keadaan yang
ditimbulkannya terlebih-lebih terhadap operasi di dalam negeri harus tetap
memperhatikan dampaknya terhadap kesejahteraan rakyat.
65
e. Cinta tanah air dan kesatuan bangsa. Untuk mencapai hasil yang baik
dalam operasi teritorial maka perlu menanamkan rasa cinta tanah air dan kesatuan
bangsa kepada seluruh rakyat agar ada kesadaran/kesediaan melawan musuh dan
membantu operasi yang kita laksanakan. Disamping itu diharapkan rakyat tidak akan
mudah terpengaruh oleh propaganda musuh.
26. Tugas-tugas.
27. Pengorganisasian.
a. Operasi teritorial sebagai salah satu bentuk operasi lawan insurjensi dalam
pelaksanaanya dilaksanakan oleh organisasi teritorial yang telah ada, mulai tingkat
Kodam sampai dengan Korem.
3) Unsur staf : terdiri dari staf intelijen, operasi, personel, logistik dan staf
teritorial. Tugasnya melaksanakan tugas staf sesuai fungsi masing-masing.
4) Unsur pelaksana.
28. Pelaksanaan Operasi. Operasi teritorial dalam rangka operasi lawan insurjensi
adalah operasi perlawanan teriorial dimana sudah menggunakan kekuatan hasil
pembinaan baik sebelum, selama maupaun sesudah operasi sesuai kepentingan.
2) Menghormati hukum dan adat kebiasaan setempat yang ada. Prajurit TNI
harus mengenal benar hal-hal yang berhubungan dengan hukum dan adat
kebiasaan untuk memastikan bahwa kegiatan pengawasan terhadap
masyarakat yang dilaksanakan tidak melangggar ketentuuan hukum serta adat.
Kesehatan masyarakat perlu pula dijaga sebagai tindakan preventif untuk
memperkecil keadaan darurat yang dapat timbul dan untuk melindungi prajurit
TNI sendiri dan berjangkitnya suatu wabah penyakit. Memberi bantuan
kesehatan kepada masyarakat dengan kemampuan yang ada melalui dinas
kesehatan militer maupun pemerintah atau swasta.
3) Perlindungan terhadap obyek-obyek kebudayaan. Kecuali untk kebutuhan
militer yang mendesak, TNI tidak dibenarkan menggunakan barang atau benda
bernilai budaya (benda-benda kebudayaan) dari daerah sekitarnya yang
mungkin mengakibatkan kerusakan kerugian nasional. TNI harus
menghentikan setiap kegiatan yang merugikan atau kerusakan terhadap
benda-benda budaya daerah/nasional.
b. Operasi Teritorial pada Daerah Kelabu dan Daerah Putih. Operasi teritorial
dalam daerah ini akan merupakan operasi pokok dengan sasaran wilayah,
demografi dan kondisi sosial masyarakat. Keseluruhan itu diarahkan agar
kerawanan atau kerusakan yang diakibatkan oleh kekacauan daerah maupun
karena operasi yang dilancarkan dapat dipulihkan/difungsikan kembali sehingga
dapat mendukung pembangunan nasional melalui operasi bhakti TNI dan
pembinaan kewilayahan serta kepemimpinan komunikasi sosial TNI.
a) Penegakan hukum.
b) Ketertiban umum.
c) Ketentraman umum.
d) Perlindungan harta benda, jiwa dan raga.
e) Kelancaran sistem sosial.
f) Keamanan roda pemerintahan.
g) Pengamanan kota dan objek vital.
h) Pencegahan dan penindakan kriminalitas penggunaan
narkotika
(1) Sasaran
(1) Sasaran
(1) Sasaran.
(2) Tehniknya.
74
(1) Sasaran.
(2) Tehniknya.
(1) Sasaran.
(2) Tehniknya.
(1) Sasaran.
(2) Tehniknya.
(a) Kaderisasi rakyat terlatih menjadi agen intelijen teritorial
melalui : inventarisasi, pemanggilan, seleksi, pendidikan,
latihan, pengorganisasian, dan penugasan.
(b) Penyusunan/ pengorganisasian jaringan-jaringan kerja
intelijen teritorial.
(2) Tehniknya.
(2) Tehniknya :
(2) Tehniknya.
a) Pemukiman Kembali.
(a) Harus tersedia air yang cukup. Mungkin sekali mata air
harus digali.
(b) Memungkinkan untuk pengawasan keluar masuk ke-
lokasi.
(c) Lokasi harus menjadi tempat yang baik untuk bekerja
dimasa yang akan datang. Jaraknya tidak boleh lebih dari
empat atau lima kilometer dari atau ke ladang atau tempat
kerja.
(d) Karena penampungan itu memerlukan biaya yang besar,
maka hal itu hanya dilaksanakan apabila diperlukan untuk
perlindungan penduduk. Lokasi yang memerlukan hanya
sedikit pengerjaan, akan lebih baik. Dalam keadaan tertentu
daerah penampungan dapat di daerah pinggiran kota yang
telah ada dan telah mempunyai sistem penjagaan /
perlindungan.
(e) Lokasi harus memiliki kemampuan untuk bertahan dan
memberikan perlawanan. Lokasi yang terlalu tertutup harus
dihindarkan.
d) Pengawasan Makanan.
g. Operasi Bhakti.
1) Operasi Bhakti adalah partisipasi TNI sebagai alat Hankam dalam rangka
pembinaan wilayah bertitik berat fisik, material, dan dilakukan atas perintah
Panglima TNI agar memanfaatkan tenaga, dana, daya, dan tenaga manusia
dalam Bhakti TNI.
7) Semua ini merupakan pelaksanaan dan wajib TNI. Operasi Bhakti adalah
hampir setiap kegiatan yang membuat TNI menjadi saudara rakyat, sebagai
pelindung. Setiap individu harus mencoba membina rasa kekeluargaan yang
erat dengan penduduk. Karya bhakti perorangan dilaksanakan berdasarkan
sopan-santun dan disiplin militer untuk berperan serta dalam proyek-proyek
resmi. Dalam setiap keadaan, dasar-dasar daripada pelaksanaan dan wajib
TNI harus diteladankan, contoh : TNI harus sopan-santun terhadap rakyat
dipintu pemeriksaan dan dalam penggeledahan, dan lain-lain. Proyek-proyek
operasi bhakti dapat dihancurkan, akibat tindakan buruk dari individu atau
kelompok seperti kebiasaan mabuk, berkelahi, turut campur dalam
pelanggaran (sebagai backing) dan perampasan terhadap harta milik
penduduk. Propaganda insurjensi pasti akan menggunakan kesempatan yang
baik untuk mencela hubungan baik antara anggota pasukan kita dengan
wanita-wanita setempat. Menghargai dan menjunjung tinggi kebiasaan serta
adat-istiadat. Rumah ibadah tidak boleh dimasuki, kecuali untuk kepentingan-
kepentingan militer yang benar-benar mendesak. Tidak membayar harga harta
benda secara pantas, mengemudikan kendaraan dengan sembrono atau tanpa
dipikirkan, atau tindakan yang mengakibatkan kemarahan penduduk dan
mengakibatkan mereka menolak untuk bekerja sama atau menyembunyikan
keterangan-keterangan penting yang akan menghambat keberhasilan operasi.
Ingat senantiasa jangan menyakiti hati rakyat.
84
BAB VII
BANTUAN ADMINISTRASI
29. Umum. Dukungan bantuan administrasi dalam rangka operasi lawan insurjensi
terutama diarahkan untuk kelangsungan operasi di daerah tertentu dalam waktu lama,
sehingga dapat mendukung keterbatasan administrasi yang mungkin dimiliki oleh satuan
operasional. Daya guna dan hasil guna dari dukungan bantuan adminitrasi tersebut dapat
diperoleh dengan berpedoman pada prinsip tertentu yang akan dapat menjamin
kelangsungan operasi lawan insurjensi. Bantuan administrasi harus melihat kemungkinan
cara bertindak dari suatu operasi sehingga dapat menjamin agar rencana taktis tidak
dibatasi atau diperlambat oleh keterbatasan dukungan bantuan administrasi yang
seharusnya sudah dapat dilihat sebelumnya. Dukungan bantuan administrasi harus
benar-benar memenuhi kebutuhan operasi, untuk itu maka penempatan fasilitas,
pengoperasian logistik satuan serta sumber setempat agar diatur dan diusahakan
seefisien mungkin.Prosedur yang sederhana dan kenyal akan mempermudah
penyelenggaraan bantuan administrasi dalam mendukung jenis-jenis operasi yang akan
dilaksanakan.
b. Aspek Waktu. Faktor kritis bantaun administrasi adalah faktor waktu, karena
baik pengolahan sumber kekuatan yang telah tersedia menjadi kekuatan siap,
maupun penyaluran, penindakan, pengalokasian barang, fasilitas dan sarana serta
penggunaan infra-struktur yang ada untuk kepentingan operasi memerlukan waktu.
Kegiatan bantuan administrasi selalu berlangsung mendahului kegiatan operasi
militer, karena operasi militer berjalan dengan mempergunakan hasil dan sarana
yang dihasilkan oelh kegiatan bantuan administrasi. Hakekat dari perencanaan
bantuan adiministrasi adalah untuk mendapatkan waktu yang cukup guna
pengadaan barang, alat, jasa dan fasilitas yang akan dipergunakan untuk membantu
suatu operasi.
c. Aspek Personel.
d. Aspek Material.
31. Tugas-Tugas.
1) Dukungan personel.
2) Dukungan logistik.
3) Dukungan teknik.
1) Dukungan personel.
2) Dukungan logistik.
32. Pengorganisasian.
a) TNI.
b) Non TNI.
f. Prosedur Kerja.
a) Angkutan udara
b) Angkutan sungai
c) Angkutan darat bermotor
d) Hewan
e) Buruh
f) Kombinasi tersebut a) sampai dengan e)
2) Cara pelayanan yang paling tepat adalah pelayanan daerah. Dalam hal ini
semua fasilitas daerah dapat dimanfaatkan.
91
3) Titik-titik distribusi tersebar di seluruh daerah operasi. Dalam hal ini, faktor
keamanan logistik menjadi beban berat dari komando teritorial yang
bersangkutan.
b. Penanganan Pendahuluan.
d. Perlakuan Lanjutan.
BAB VIII
PENUTUP
35. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Gadik dan siswa dalam proses belajar mengajar tentang
Pengetahuan Operasi Lawan Insurjensi pada pendidikan Dikcabpaif.
RAHASIA