Tugas intelijen pada dasarnya mengumpulkan informasi yang valid, menyortir informasi,
mengolah dan menganalisa informasi, lalu menyampaikannya pada user atau pengambil
keputusan. Semua operasi intelijen diawali dengan perencanaan matang. Meskipun demikian, tak
jarang data intelijen yang dikumpulkan ternyata tak valid sehingga analisa salah dan menyebabkan
operasi intelijen gagal.
Alur atau proses operasi intelijen dimulai dari mencari atau mengumpulkan informasi atau
data yang kemudian dianalisa atau diolah oleh para analis. Hasil analisa itu menjadi saran
kebijakan atau produk yang kemudian disampaikan kepada user. Setelah menerima saran, user
akan memerintahkan dilakukan operasi intelijen. Untuk mendukung operasi intelijen biasanya juga
dilakukan operasi kontra-intelijen sebagai pelapisan supaya tidak digagalkan oleh pihak lawan.
Karena itu, selalu digunakan operasi pelapis atau “kontra-intelijen” untuk mengukur
ancaman, situasi, dan waktu yang sangat dinamis.
Kegagalan operasi intelijen pernah dialami berbagai pihak, termasuk badan intelijen yang
dikenal hebat sekalipun seperti Mossad, badan intelijen Israel.
Memang, di dunia intelijen ada kredo “hilang tak dicari, mati tak diakui, berhasil tidak dipuji,
gagal dicaci maki”. Intinya, sudah selayaknya operasi intelijen berhasil. Karena itu, operasi
intelijen tidak boleh salah. Meskipun demikian, sudah kodratnya intel disalahkan dan harus ikhlas
usaha yang dilakukan tidak memuaskan salah satu pihak, kemudian disalahkan. [A1]