PROPOSAL
Oleh
WESI ULTARI
2020
1
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi oleh Nama: Wesi Ultari ini telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 13
November 2019 dan telah direvisi sesuai saran-saran dari tim penguji.
Tim Penguji:
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................7
ii
iii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................46
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum yang berlaku di sekolah saat ini adalah Kurikulum 2013 yang telah
setiap mata pelajarannya, salah satunya pada kelompok mata pelajaran ilmu
menghendaki suatu proses pendidikan memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat
pada pemberdayaan semua potensi siswa agar menjadi manusia yang mampu berpikir
dan menantang; 4) Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan; 5)
bermakna. Oleh karena itu pendidik harus menerapkan model pembelajaran yang
logika, kemampuan berpikir kritis dan juga daya analisis siswa adalah mata pelajaran
fisika. Pada Silabus mata pelajaran fisika tercantum bahwa siswa harus memiliki
tersebut. Adapun salah satu kompetensi tersebut adalah siswa dapat menjalani
kehidupan dengan sikap positif dengan daya pikir kritis, kreatif, inovatif, dan
fisika tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis temasuk salah satu
Fisika tergolong mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian besar
peserta didik. Kesulitan peserta didik belajar fisika disebabkan karena fisika sebagai
menyenangkan, maka akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Pembelajaran
fisika memerlukan model yang tepat agar siswa menjadi aktif, kreatif, menyenangkan
serta dapat melatih kemampuan berpikir kritis. Menurut Sadiman (1996:45), ”berpikir
dan menarik kesimpulan.” Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa yang tinggi
siswa/siswi di Indonesia yang belum dapat berpikir secara kritis. Berdasarkan hasil
Indonesia menduduki peringkat 3 dari bawah pada science performance jika dilihat
dari nilai rata-rata berpkir kritis yang diperoleh pada divisi laki-laki dan perempuan
pendidikan didapatkan bahwa niai rata-rata UN untuk mata pelajaran fisika relatif
rendah yaitu 46,47. Hal ini didukung hasil data hasil penelitian yang dilakukan oleh
zahratul (2014) yang menyatakan bahwa banyak peserta didik yang tidak tertarik
pembelajaran fisika sehingga peserta didik merasa bosan dan juga pembelajaran yang
bersifat monoton (satu arah) yang kurang melibatkan keatifan peserta didik. Oleh
karena itu kurangnya variasi dalam model pembelajaran fisika dapat menjadi salah
7
satu faktor penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dan nilai UN fisika siswa.
pada hasil .
model pembelajaran teams games touenament. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fajri, Hayono Dan Nanik (2012:311) yang menyatakan bahwa
keaktifan siswa serta berpikir kritis siswa dalam belajar. Dengan demikian
penggunaan model kooperatif tipe TGT yang diterapkan di sekolah. Penelitian ini
dilakukan dengan judul “ Efektivitas Model Kooperatif Tipe Team Games Turnament
penelitian ini adalah: Apakah model kooperatif tipe team games turnament efektif
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian
TAKENGON
pembelajaran fisika.
a. Bagi Guru
b. Bagi Siswa
c. Bagi Sekolah
d. Bagi Peneliti
sama dalam menguasai materi yang diberikan guru dan juda dalam
dan Keath Edward (1995) pada model ini siswa memainkan permainan
Purwanto (2007: 43) berpendapat bahwa berpikir adalah satu keaktifan pribadi
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang
disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai
ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika slaah satu enggota kelompok belum
menguasai materi pelajaran.
Ide utama untuk pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk
belajar dan bertangung jawab pada kemajuan belajar temannya. Menurut slavin (1995
dalam trianto, 2009:57) menyatakan, “belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan
kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan atau penguasaan materi”. Johnson & Johnson (1994 dalam trianti ,
2009:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan
belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu team, maka
dengan sendirimya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai
13
Struktur tujuan kooperatif dapat terjadi jika siswa dapat mecapai tujuan
mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan
tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencangkup tiga tujuan panting, yaitu hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial (Ibrahim,dkk, 2000:7).
4) Keterampilan bekerjasama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok.
Menurut trianto (2009:60) tedapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif,
yaitu:
1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka saling bekerja sama untuk
mencapai suatu ujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan
sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil
terhadap suksenya kelompok.
2) Kedua, interaksi anta siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan
meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa
akan membantu siswa yang lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena
kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.
Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan
mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi tang terjadi dalam belajar
17
kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang
sedang dipelajari bersama.
3) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa
yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman
sekelompoknya.
4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar
kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersifat sebagai anggota
kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut
keterampilan khusus.
5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan
membuat hubungan kerja yang baik.
tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materu pelajaran. Kadang-kadang
dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas
kelompok mmereka).
menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu ini mereka tidak dapat saling membantu.
PEMBACA
PENANTANG PENANTANG
KEDUA PERTAMA
tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau ganjaran
(award) yang lain.
Menurut Santrock (2011: 359), pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan
produktif, sertamelibatkan evaluasi bukti. Jensen (2011: 195) berpendapat bahwa
berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam
mengejar pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia. Cece Wijaya (2010: 72)
juga mengungkapkan gagasannya mengenai kemampuan berpikir kritis, yaitu
kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya
secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah
yang lebih sempurna.
Menurut Sapriya (2011: 87), tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu
pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan atau pemikiran
yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
biasanya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan
berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran baru
mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa akan dilatih bagaimana menyeleksi
berbagaipendapat, sehingga dapat membedakan mana pendapat yang relevan dan
tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak benar. Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa membuat kesimpulan dengan
mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.
matahari yang melewati bumi melalui atmosfer, karena semakin banyak radiasi
matahari di lapisan atmosfer bumi, sehingga menyebabkan lapisan ozon. Kebanyakan
dari radiasi matahari diserap oleh permukaan bumi dan memancarkan radiasi
panas. Radiasi inframerah dipancarkan oleh permukaan bumi, radiasi inframerah
yang dipancarkan kembali oleh bumi diserap oleh CO2 di atmosfer yang kemudian
sebagian dipancarkan ke angkasa (a) sebagian lagi dikembalikan ke atmosfer bumi
dan (b) CO2 yang kembali ke atmosfer bumi itulah yang disebut dengan pemanasan
global (global warming).
Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas matahari
yang masuk ke atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan Bumi lalu
dipantulkan kembali ke angkasa. Karena ada gas rumah kaca di atmosfer, di
antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitro oksida (N2O), sebagian panas
tetap ada di atmosfer sehingga Bumi menjadi hangat pada suhu yang tepat
(60ºF/16ºC) bagi hewan, tanaman, dan manusia untuk bisa bertahan hidup.
Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek gas rumah kaca,
suhu rata-rata di dunia bisa menjadi -18ºC. Karena sekarang ini terlalu banyak gas
rumah kaca di atmosfer, terlalu banyak panas yang ditangkapnya. Akibatnya, Bumi
menjadi semakin panas.
Emisi karbon adalah gas-gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa
yang mngandung karbon, contoh CO2, merupakan gas buang dari pembakaran
bensin, solar, kayu, daun, gas LPG (elpiji) dan bahan bakar lain yang banyak
mengandung hidro karbon (senyawa yang mengandung hidrogen dan karbon) Contoh
lain, CFC (Chlor Fluoro Karbon) dari Gas Pendingin (gas Freon) pada AC, Kulkast,
Cat Piloks, Obat nyamuk semprot, Hair spray semprot, dll. Bisa juga emisi karbon
berupa atom Karbon (C) yang terlepas ke udara saat terjadi peristiwa pembakaran
33
seperti jelaga, butiran-butiran karbon yang berwarna hitam saat kita meyulut ban
bekas, membakar aspal, membakar lilin.
4. Kekeringan tanah
Suhu bumi yang tinggi menyebabkan tanah- tanah yang subur menjadi tandus
dan tidak sesuai bagi aktivitas pertanian. Tanaman juga tidak dapat hidup
dengan subur seterusnya mengurangkan hasil pertanian.
5. Habisnya gletser (sumber air bersih dunia)
Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan
pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut
dunia.
2.5.7 Alternatif solusi pemanasan global
Dari segala permasalahan penyebab pemanasan global yang sangat merugikan
bumi, mari kita menjaga bumi kita tercinta. Dengan melakukan beberapa
alternaif antara lain:
1. Berhenti atau kurangilah makan daging
2. Batasilah emisi karbon dioksida
3. Tanamlah lebih banyak pohon
4. Daur ulang (Recycle) dan gunakan ulang (Reuse)
5. Gunakan alat transportasi alternatif untuk mengurangi emisi karbon
6. Berpergian ke tempat yang ramah lingkungan
7. Beli makanan yang mengandung unsur organik
8. Gunakan lampu hemat energi
9. Gunakan kipas angin
10. Jemur pakaian dibawah sinar matahari
2.5.8 Kesepakatan internasional
dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto
diprediksi akan mengurangi rata-rata pemanasan global antara 0,02°C dan 0,28°C
pada tahun 2050.
KENYATAAN
sebagian besar pembelajaran yang dilakukan dikelas belum HARAPAN
menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan Guru menggunakan model pembelajaran yang
sehingga siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran. menyenangkan dalam proses pembelajaran.
MASALAH
Model pembelajaran yang diterapkan guru kurang menyenangkan dan kurang mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa.
PENELITIAN YANG RELEVAN
Era anjarwati (2015) Efeektivitas Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team 36
TEORI KONSEP
Game Tournament (Tgt) Berbantu Metode pembelajaran kooperatif TGT adalah proses
pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil dengan
Media Roda PutarTerhadap fasilitator teman sejawat yang memiliki kriteria tertentu
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta sehingga para siswa merasa lebih fair , senang, dan terjadi
konstruksi pengetahuan yang lebih kuat diantara mereka.
Didik Smp di kelas VIII pada materi Diskusi dalam bentuk
gelombang. kelompokkelompok kecil ini sangat efektif untuk
memudahkan siswa dalam memahami materi dan
memecahkan suatu permasalahan.
SOLUSI
Menerapkan pembelajaran Model Kooperatif Tipe
Team Games Turnament (TGT) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
eksperimen. Sukardi (2007:179) mengemukakan bahwa, Jenis eksperimen adalah
suatu cara untuk mengetahui sebab akibat dari dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi faktor – faktor yang lain. Jenis ini
selalu digunakan untuk melihat dari suatu perlakuan. Desain dalam penelitian ini
adalah menggunakan Quasi Experimental Design (eksperimen semu), yaitu jenis
eksperimen yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
eksperimen (Sugiyono, 2012). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non-equivalent control group design.
Sebelum diberikan treatment, baik kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol diberi test yaitu pretest, dengan maksud utnuk mengetahui keadaan
kelompok sebelum treatment. Kemudian setelah diberikan treatment, kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diberikan test yaitu posttest, untuk mengetahui
keadaan kelompok setelah treatment. Berikut merupakan tabel quasi experimental
design model non-equivalent control group design (Sugiyono, 2012).
38
Keterangan:
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMA Negeri 4 Takengon.
Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan maret
2020 sampai dengan selesai.
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Arifin
(2012:216) menyatakan, “Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan
diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam
39
bentuk mini (miniatur population).”. Dalam hal ini Sutrisno Hadi (1995:73),
berpendapat bahwa tidak ada ketentuan yang mutlak berapa sampel yang harus
diambil dari populasi.
Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik porpusive sampling. Menurut Sugiyono (2013:124) ”Purposive
Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
Purposive Sampling digunakan apabila sasaran sampel yang diteliti telah
memiliki karakteristik tertentu, sehingga tidak mungkin diambil sampel lain
yang tidak memenuhi karakteristik. Karakteristik sampel ditetapkan oleh
peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.Adapun pertimbangan yang dijadikan
acuan adalah terlalu banyaknya populasi sehingga akan menyebabkan waktu
penelitian yang cukup lama. Dengan demikian, sampel pada penelitian ini
adalah siswa kelas XI.2 dan XI.3 dengan jumlah total 64 orang siswa.
Keterangan :
RXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = Skor item
Y = Jumlah skor
N = Jumlah sampel
Setelah memperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan r
produxt moment dengan interval kepercayaan 95 %. Jika rxy>r product moment
maka soal tersebut dikatakan valid.
3.5.4 Reabilitas
Menurut Arikunto (2002:156), “ Analisis reabilitas digunakan untuk
mengetahui keterandalan soal yang digunakan. Reabilitas soal adalah ketetapan
dalam analisis reabilitas instrument tes soal menggunakan rumus untuk
mengetahui reabilitas adalah dengan rumus sebagai berikut :
Vs
(
r 11 = 1−
Vr )
Keterangan :
r 11 = Reabilitas seluruh soal
V s = Varians sisa
V r = Varians responden
Keterangan :
χ 2 = Chi kuadrat
O i = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
Setelah angka nilai χ 2 hitung diperoleh, kemudian nilai χ 2 hitung
dibandingkan dengan nilai χ 2 tabel dengan taraf signifikan 0,05 pada dk 3
dengan mengacu pada table chi kuadrat. Ketentuan jika χ 2 hitung< χ 2 tabel
maka distribusi data dinyatakan tidak normal.
3.5.6 Analisis Uji Homogenitas
Menurut Sudjana (2005:250), ”Uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui apakah sampel yang diperoleh homogeny atau tidak. Apakah
kesimpulan menunjukkan kelompok data homogeny, maka data yang
berasal dari populasi yang sama dan layak untuk diuji statistic parametrik”.
Uji homogenitas yang digunakan menggunakan rumus :
Variansterbesar
F=
Varians terkecil
44
x 1−x 2
t=
1 1
S
√ +
n1 n2
(Sudjana, 2005:240)
( n1−1 ) S12 + ( n2 −1 ) S 22
Dengan : S2 =
n1 +n 2−2
Keterangan :
Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
N=¿ Jumlah peserta (sampel penelitian)
X =¿ Nilai skor X ( sebelum perlakuan )
Y =¿Nilai skor Y (sesudah perlakuan)
3.6 Alur Penelitian
Persiapan
Pembuatan instrument
Post-test
Analisis data
46
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Anna Farhya Ulfa, I Ketut Mahardika Dan Agus Abdul Gani. Model Kooperatif TGT
Dalam Pelajaran Fisika Di Man 2 Jember. Jurnal Edukasi Unej II(2):12-15.
Halimatus Sakdiah, Petri Reni Sasmita. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran TGT
Berbantukan Media Simulasi Phet Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal
Pendidikan Fisika Vol 6 No 2 September 2018.
Priska Ari Angraini Dan Dwi Sulisworo. 2016. Efektifitas Model Pembelajaran TGT
Berbantukan Aplikasi Mobile Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
Suhu Dan Kalor. Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan.
Pritya Ningtiyas, Heri Siswaya. 2012. Penggunaan Metode Kooperatif Tipe TGT
Dilengkapi Modul Dan Lks Ditinjau Dari Aktifitas Siswa. Jurnal Pembelajaran
Ffisika ISSN:2086-2407 Vol 3 No 1 April 2012.
Yoko Hartanto, Bayu Insanistyo Dan Arwin. 2017. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Keterampilan Passing Kaki Bagian
Dalam Permainan Nola Pada Siswa Kelas X Teknik Informatika Smk Negeri 8
Bengkulu Utara. Jurnal Pendidikan Jasmani 1(2) 2017.
Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/Upload/132309687/Pendidikan/Iv-Usaha_Energi.Pdf
Http://File.Upi.Edu/Direktori/DUAL-MODES/KONSEP_DASAR_FISIKA/BBM_4_
%28Usaha_Dan_Energi%29_KD_Fisika.Pdf
Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/197705012001122-
LINA_AVIYANTI/5._Usaha_Dan_Energi.Pdf