PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang
Pendidikan yang berlaku pada setiap sekolah sekarang ini menggunakan kurikulum
2013 yang sudah beberapa kali berubah yang tujuannya menyesuaikan dengan
kemajuan teknologi saat ini. Kurikulum yang berubah menekankan pada sistem
peserta didik agar dapat mengasah segala potensi yang dimilikinya. Beberapa aspek
potensi yang terkait yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek-aspek itu
wajib dikembangkan peserta didik supaya dapat memberdayakan semua potensi yang
1
Budiyono, Tuntutan Pembelajran dalam Kurikulum 2013 (Jakarta), h.11
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran ilmu pengetahuan yang mampu
mengembangkan logika, kemempuan berpikir kritis dan juga daya analisis peserta
didik. Sebagaimana tercantum dalam silabus mata pelajaran fisika bahwa peserta
diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu tujuan pembelajaran
fisika. Namun, mata pelajaran fisika ini tergolong sulit bagi sebagian besar peserta
didik. Hal itu disebabkan karena fisika membutuhkan kemampuan bernalar dan
berpikir kritis serta menggunakan persamaan dalam menelaah berbagai gejala alam.
Apabila proses belajar mengajar tidak menggunakan model yang menyenangkan dan
menarik, maka akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Pembelajaran fisika
sangat memerlukan model yang tepat agar peserta didik menjadi aktif, kreatif,
menyenangkan dan juga bisa melatih kemampuan berpikir kritis. Menurut sadiman
peserta didik yang tinggi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran khususnya
fisika.
menunjukkan bahwa proses belajar fisika pada peserta didik kurang aktif secara
keseluruhan. Antusias peserta didik rendah dan proses belajar mengajarnya juga
2
dan peserta didik kesulitan dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan para
peserta didik tidak dapat menangkap apa yang disampaikan oleh guru dikarenakan
suasana yang diterapkan kurang menyenangkan. Banyak peserta didik yang tidak
sifatnya monoton dan kurang melibatkan aktifitas peserta didik. Oleh karena itu
kurangnya variasi dalam model pembelajaran fisika bisa menjadi faktor penyebab
rendahnya kemampuan berpikir kritis dan nilai ujian fisika peserta didik. Maka dari
didik suka akan kegiatan pembelajaran fisika sehingga berdampak pada hasil. Dengan
Berpikir kritis merupakan suatu istilah yang kini telah popular di dalam dunia
pendidikan. Karena banyak alasan, para pendidik menjadi lebih tertarik ntuk
informasi yang beragam saat ini. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang
mereka sendiri.3 Berpikir kritis nyatanya kini menjadi hal yang menarik dan banyak
3
akan melatih kecerdasan peserta didik karena dia tidak hanya menerima tetapi juga
berpikir kritis adalah pemikiran yang yang masuk akal dan refleksi yang berfokus
untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan Menurut
Kasdin (2012:3)5 berpikir kritis adalah adalah pertimbangan yang aktif, terus menerus
dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang di terima begitu
yang rasional. Maka dapat disimpulkan berpikir kritis merupakan pola pikir yang
rasional dengan baik tentang sesuatu dan menanggapi informasi yang kita terima
secara seksama.
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana
para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
4
Alec Fisher, Berpikir Kritis “Sebuah Pengantar”, (Jakarta: Erlangga, 2008), h.4
5
Kasdin, Sitohang, dkk, Critical Thinking “Membangun Pemikiran Logis”, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2012), h.3
6
Slavin, Robert E, Cooperative Learning. (Bandung: Nusa Media, 2015) h.163
7
Shoimin, Aris, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), h.203
8
Rusman, Model-model Pembelajaran. (Bandung: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.224
4
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Dengan
demikian TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau ras yang berbeda.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hayono Dan Nanik
tournament dapat merangsang minat, keaktifan siswa serta berpikir kritis siswa dalam
pada hasil penelitian yang dilakukan Mijil (2017:85)10 yang menyatakan Penerapan
positif pada siklus I sebesar 47% meningkat menjadi 79% pada siklus II atau
sebesar 11% dimana pada siklus I aktivitas negative mencapai 12% sedangkan pada
9
Hayono dan Nanik, Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) (Surakarta:
JPK, 2012) h.311
10
Mijil, Penerapan Metode Pembelajaran Team Game Tournament(Tgt) Untuk Meningkatkan
Keaktifan Dan Hasil Belajar Pada Kompetensi Alat Ukur Pada Program Keahlian Teknik
Kendaraan Ringan Smk Negeri 1 Sedayu Bantul , (Yogyakarta, 2017), h.85
5
memahami alat ukur elektrik/elektronik. Rata-rata nilai kelas pada siklus I sebesar
82,5 meningkat menjadi 90,0 pada siklus II atau mengalami kenaikan nilai rata-rata
sebesar 7,5. Sedangkan ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar
12,5% dimana pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 87,5% sedangkan pada
penggunaan model kooperatif tipe TGT yang diterapkan di sekolah. Penelitian ini
Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Berpikir Kritis Siswa SMA Pada
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah: Apakah model kooperatif tipe Teams Games Tournament
C. Tujuan Penelitian
penelitian ini adalah: untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
D. Manfaat Penelitian
6
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
b. Bagi Siswa
oleh guru.
c. Bagi Sekolah
d. Bagi Peneliti
7
Mengetahui penggunaan model kooperatif tipe Teams Games
didik.
E. Definisi Operasional
sama dalam menguasai materi yang diberikan guru dan juga dalam
oleh David De Vries dan Keath Edward (1995) pada model ini siswa
8
3. Berpikir kritis
12
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.43
9
BAB II
LANDASAN TEORI
kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam
menguasai materi yang diberikan guru”. Menurut Artzt & Newman (1990:448 dalam
sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan
ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin
kompleks.
kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan,
jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuannya di bentuk
kelompok tersebut adalah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam
kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan
10
oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan
belajar.
dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar
aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan
sebagainya. Agar terlaksana dengan baik siswa diberi lembar kegiatan yang berisi
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam
disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai
ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok belum
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012:202) 14. Tidak semua
14
Rusman, Model Pembelajaran (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h.202
15
Abdulhak, Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi dalam Peningkatan Kualitas dan
Efektifitas Pembelajaran (Bandung: UPI Depdiknas, 2001) h.19-20
11
kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
Ide utama untuk pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk
belajar dan bertangung jawab pada kemajuan belajar temannya. Menurut slavin (1995
dalam trianto, 2009:57) menyatakan, “belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan
kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan atau penguasaan materi”. Johnson & Johnson (1994 dalam trianto ,
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja
dalam satu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para
Descamps, 1992).
12
khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu belajar kooperatif
diharapkan akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang
yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
18
Eggen P.D. & Kauchak P.P., Strategies for Teachers: Teaching Content And Thinking
Skill (Boston: Allyn & Bacon, 1996), h.279
13
pelajaran tiap anggota kelompok, dan sering diborong oleh salah seorang
kelompok diberi umpan balik tentang anggota kelompok sedangkan anggota
hasil belajar para anggotanya sehingga kelompok yang lainnya hanya
dapat saling mengetahui siapa yang mendompleng keberjasilan
memerlukan bantuan dan siapa yang pemboronr.
dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok belajar biasanya homogen.
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan
demokratis atau bergilir untuk oleh guru atau kelompok dibiarkan
memberikan pengalaman memimpin untuk memilih pemimpinmya dengan
bagi para anggota kelompok. cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak
dalam kerja gotong royong seperti secara langsung diajarkan.
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, memercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan
berlangsung guru terus melakukan intervensi sering tidak dilakukan oleh
pemantauan melaui observasi dan guru pada saat belajar kelompok
melakukan invervesi jika terjadi sedang berlangsung.
masalah dalam kerja sama antar
anggota –anggota kelomopok.
Guru memerhatikan secara proses Gurur sering tidak memperhatikan
kelompok yang terjadi dalam proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar. kelompok-kelompok belajar.
14
Sumber (killen,1996)
Struktur tujuan kooperatif dapat terjadi jika siswa dapat mecapai tujuan
mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan
tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencangkup tiga tujuan panting, yaitu hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial (Ibrahim,dkk, 2000:7)19.
perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang slam
perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam
19
Ibahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: University Press, 2000), h.7
20
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), h.242
21
Rusman, Model Pembelajaran (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h.207
15
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mecapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
membuat siswa setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling
4) Keterampilan bekerjasama
16
B. Teams Games Tournament
dalam memahami materi pelajaran secara baik (Amad Jaedun: 2007). Menurut
Jumanta Hamdayana (2016:122)22 metode TGT adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
strategi pembelajaran yang dikembangkan agar siswa lebih mud modeah dalam
permainan akademik. Dalam turnamen setiap tim diwakili oleh salah satu anggota tim
untuk bertanding dengan perwakilan tim lain. Perwakilan tim dipilih harus memiliki
pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim. Permainan
dimainkan pada meja-meja yang berisi tiga siswa perwakilan tim yang berbeda.
nomor dan disajikan pada lembar pertanyaan. Teknis permainan yang dilakukan yaitu
22
Hamdayana, Jumanta, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h.122
17
sesuai dengan nomor pada kartu tesebut. Didalam permainan setelah pemegang kartu
dilakuakan pada saat guru telah selesai menyampaikan materi didalam kelas dan
LKS. Pada turnamen pertama guru menetapkan perwakilan masing-masing tim yang
harus bermain pada meja permainan. Guru memilih tiga siswa untuk ditempatkan
pada meja permainan 1, tiga siswa untuk ditempatkan di meja permainan 2 dan
seterusnya. Siswa dapat berpindah meja dengan bergantung pada kinerja mereka pada
tournament. Misalnya pemenang pada setiap meja akan naik ke meja permainan yang
lebih tinggi sedangkan siswa dengan sekor kedua tetap dan siswa dengan sekor paling
rendah turun ke meja lebih rendah. Dengan cara ini maka pada akhirnya siswa akan
Bahan ajar yang digunakan proses pembelajaran TGT sama dengan proses
pembelajaran menggunakan metode lainya. TGT membutuhkan satu set kartu yang
diberi nomor 1 sampai 30 untuk tiap tiga siswa didalam kelas yang terbesar.
Sedangkan untuk menempatkan siswa kedalam tim-tim heterogen yang terdiri dari
empat sampai lima siswa. Setelah siswa dibagi dalam kelompok maka siswa akan
18
Menurut Robert E Slavin (2005:166)23 komponen utama metode pembelajaran
TGT yaitu:
1) Presentasi di kelas
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi
yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar
membantu siswa bekerja lebih baik ketika kerja kelompok dan pada saat games
2) Kelompok (Team)
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan rasa atau
etnik. Fungsi kelompok untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya
dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat games. Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen
b) membatasi jumlah maksimal anggota tim adalah 5 siswa; c) menomori siswa mulai
dari yang paling atas; dan d) membuat tim heterogen dan setara secara akademik, dan
jika perlu keragaman itu dilakukan dari segi jenis kelamin, etnis, agama dan
sejenisnya. Tujuan dari Tim Studi ini adalah membebankan tugas kepada setiap tim
23
Slavin, Robet E., Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005),
h.166
19
3) Game
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini
5) Tournament
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga
siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II, dan seterusnya. Pada permulaan periode turnamen, informasikan perihal
sama menggeser meja-meja atau pindah ke meja-meja yang disiapkan sebagai meja-
meja turnamen. Menugasi salah seorang siswa membantu membagi satu lembar
permainan, satu lembar kunci jawaban, dan satu tumpuk kartu bernomor, dan satu
6) Rekognisi Kelompok
poin mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan kelompok sangat penting untuk
20
keberhasilan semua anggota kelompok, bukan semata-mata keberhasilan individu.
Hal ini akan memotivasi siswa untuk membantu teman satu kelompok dalam belajar
Menurut Silberman dalam Miftahul Triana Fajri (2011) 24 prosedur dari Teams Game
Fajri, Miftahul Triana., Implementasi pembelajaran Team Game Tournament (TGT) untuk
24
meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa kelas X busana SMK N 6 Purworejo. Skripsi.
UNY.2011
21
6) Selanjutnya siswa diminta belajar lagi untuk “ronde kedua”. Kemudian
diajukan petanyaan atau tes lagi sebagai bagian dari ronde kedua tersebut.
7) Lamanya metode ini bisa bervariasi, dan ronde yang digunakan bisa
Menurut Robert E slavin (2005:170) TGT terdiri dari siklus regular dari
1) Pengajaran.
a) Pembukaan
Sampaikan pada siswa apayang akan dipelajari dan mengapa hal itu
b) Pengembangan
22
Tetap menekankan pada hal-hal yang berhubungan materi yang akan
bisa salah atau benar, kecuali jika memang sudah sangat jelas.
c) Pedoman pelaksanaan
atau contoh, atau mempersiapkan satu atau dua jawaban, lalu berikan
2) Belajar Tim.
menguasai materi. Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah
23
menguasai materi yang anda sampaikan dalam kelas dan membantu teman
lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk
mereka sendiri dan teman sekelasnya. Hanya dua kopian dari lembar
3) Turnamen.
nomornomornya supaya para siswa tidak bisa tahu mana meja “atas” dan
yang “bawah”. Mintalah salah satu siswa yang anda pilih untuk
membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, dan satu kotak
nomor kartu, dan satu lembar sekor permainan pada tiap meja. Lalu
pertama.
Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor
24
yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabanya jika soal adalah pilihan
apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila semua peserta punya
seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai periode kelas berahir, para
pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor
permainan pada kolom game. Jika masih ada waktu, para siswa mengocok
kartu lagi dan memainkan game kedua sampai akhir periode kelas, dan
25
mencatat nomor kartu-kartu yang dimenangkan pada game dua dalam
lembar skor.
Semua siswa harus memainkan game ini pada saat yang sama.
akhir periode kelas, ucapkan kata “waktu” dan mintalah para siswa
mengisi nama, tim, dan skor mereka pada lembar sekor permainan.
untuk semua kemungkinan hasilnya. Pada meja dengan tiga pemain dan
skor tidak seri pencetak sekor tertinggi menerima 60 poin, yang kedua 40
4) Rekognisi Tim.
Skor tim dihitung berdasarkan sekor turnamen anggota tim, dan tim
26
dan siapkan sertifikat tim untuk memberi rekognisi kepada tim peraih
poin turnamen yang ada pada lembar sekor permainan. Lalu, pindahkan
tambahkan seluruh sekor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah anggota
kepada tim yang memenuhi kriteria. Tim baik hanya akan hanya akan
sertifikat tim dapat juga menampilkan tim sukses pada bulletin migguan,
tempatkan foto dan nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apapun
penting karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu
turnamen. Nilai para siswa haruslah di dasarkan pada skor kuis mereka
27
atau penilaian individual lainya, bukan poin-poin turnamen para siswa
dan/atau skor tim dapat dijadikan sebagian kecil dari nilai mereka. Atau,
1) Para siswa dalam kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang
25
Pipin Marfia Susanti, 2016. Imlpementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dengan Media Dart Board untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi Siswa
Kelas XI Akuntansi 4 SMK YPKK 2 Sleman Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. UNY.2016
28
3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa teteapi tidak untuk rasa
lain.
yang beragam. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak
terkecuali Metode Pembelajaran TGT ini diperlukan guru yang dapat mengelola kelas
dengan baik agar dapat meminimalisir kekurangan yang ada. Jika guru dapat
29
memaksimalkan kelebihan metode ini tentu akan tercipta keaktifan dan hasil belajar
yang tinggi.
D. Berpikir Kritis
Purwanto (2007: 43) berpendapat bahwa berpikir adalah satu keaktifan pribadi
untuk membentuk konsep, bernalar dan bepikir secara kritis, membuat keputusan,
bahwa berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam
mengejar pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia. Cece Wijaya (2010:
26
Santrock, Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua (Jakarta: Kencana, 2011), h.357-359
27
Jensen E., Pembelajaran Berbasis Otak (Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2011), h.195
28
Cece Wijaya, Pendidikan Remidial: Sarana Mutu Pengembangan SDM
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.72
30
kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya
dimiliki setiap orang untuk menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik
untuk mengejar pengetahuan yang relevan tentang dunia dengan melibatkan evaluasi
tersebut.
Menurut Sapriya (2011: 87)29, tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu
berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran baru
tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak benar. Mengembangkan
29
Sapriya, Pendidikan IPS (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.87
31
kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa membuat kesimpulan dengan
survei, sebab dan akibat); 11) Mengembangkan keterampilan debat dan diskusi; 12)
32
Menurut Sapriya (2011: 87), tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu
berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran baru
tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak benar. Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa membuat kesimpulan dengan
survei, sebab dan akibat); 11) Mengembangkan keterampilan debat dan diskusi; 12)
33
pendekatan alternatif (misalnya, pergeseran bingkai rujukan, pemikiran luar kotak);
berpikir kritis menurut Enis dan Hanumi (2007) , yaitu memberikan penjelasan
lebih lanjut. Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub indikator
34
Menganalisis 1. Mengindentifikasi kesimpulan
argumen 2. Mengindentifikasi kalimat
pernyataan
3. Mengindentifikasi kalimat bukan
pernyataan
4. Mengindentifikasi dan menangani
kalimat ketidak tepatan
5. Melihat struktur dari suatu
argumen
6. Membuat ringkasan
35
2. Basic support Mempertimbangkan 1. Mempertimbangkan kemenarikan
(membangun apakah sumber konflik
keterampilan) dapat dipercaya 2. Mempertimbangkan kesesuaian
atau tidak sumber
3. Mempertimbangkan reputasi
4. Mempertimbangkan
menggunakan prosedur yang tepat
5. Mempertimbangkan resiko untuk
reputasi
6. Kemampuan untuk memberikan
alasan
7. Kebiasaan berhati-hati
36
hipotesis, merancang eksperimen,
menarik kesimpulan sesuai fakta,
menarik kesimpulan dari hasil
menyelidiki)
Membuat dan 1. Membuat dan menentukan hasil
menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar
pertimbangan belakang fakta-fakta
2. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan
penerapan fakta
3. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan akibat
4. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan keseimbangan
masalah
4. Advanced Mengindentifikasi 1. Membuat bentuk defenisi
clarification istilah dan (sinonim,klarifikasi, rentang,
(memberikan mempertimbangkan ekivalen, operasional, contoh, dan
penjelasan suatu definisi bukan contoh)
lanjutan) 2. Strategi membuat definisi
(bertindak dengan memberikan
penjelasan lanjut,
mengindentifikasi dan menangani
ketidak benaran yang disengaja)
Berinteraksi dengan 3. Membuat isi defenisi
orang lain
1. Penjelasan bukan pernyataan
2. Mengontruksi argumen
37
5. Strategi and Menetukan suatu 1. Mengungkap masalah
tactics (mengatur tindakan 2. Memilih kriteria untuk
strategi dan mempertimbangkan solusi yang
taktik) mungkin
3. Merumuskan solusi alternative
4. Menentukan tindalan sementara
5. Mengulamh kembali
6. Mengamati penerapannya
E. Pemanasan Global
1. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata
permukaan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ±
mengancam bumi kita saat ini. Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-
gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yang terus bertambah di udara.
Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip
38
dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya
bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui
kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya). Pada bab ini kita
akan membahas efek rumah kaca sebagai salah satu penyebab pemanasan global.
benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh emisi karbon dan
keadaan atmosfer. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup
yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan
suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)
dari suhu semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es
akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas
39
Gambar 2. Skema proses pemanasan global
Dari skema gambar 2 diatas Proses ini diawali dari cahaya tapak dari matahari
sebagian dikembalikan ke angkasa dan sebagian lagi diserap oleh bumi (yang mana
matahari yang melewati bumi melalui atmosfer, karena semakin banyak radiasi
dari radiasi matahari diserap oleh permukaan bumi dan memancarkan radiasi
yang dipancarkan kembali oleh bumi diserap oleh CO2 di atmosfer yang kemudian
dan (b) CO2 yang kembali ke atmosfer bumi itulah yang disebut dengan pemanasan
Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas matahari
yang masuk ke atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan Bumi lalu
40
dipantulkan kembali ke angkasa. Karena ada gas rumah kaca di atmosfer, di
antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitro oksida (N2O), sebagian panas
tetap ada di atmosfer sehingga Bumi menjadi hangat pada suhu yang tepat
(60ºF/16ºC) bagi hewan, tanaman, dan manusia untuk bisa bertahan hidup.
Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek gas rumah kaca,
suhu rata-rata di dunia bisa menjadi -18ºC. Karena sekarang ini terlalu banyak gas
rumah kaca di atmosfer, terlalu banyak panas yang ditangkapnya. Akibatnya, Bumi
5. Emisi Karbon
Emisi karbon adalah gas-gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa
yang mngandung karbon, contoh CO2, merupakan gas buang dari pembakaran
bensin, solar, kayu, daun, gas LPG (elpiji) dan bahan bakar lain yang banyak
mengandung hidro karbon (senyawa yang mengandung hidrogen dan karbon) Contoh
lain, CFC (Chlor Fluoro Karbon) dari Gas Pendingin (gas Freon) pada AC, Kulkast,
Cat Piloks, Obat nyamuk semprot, Hair spray semprot, dll. Bisa juga emisi karbon
berupa atom Karbon (C) yang terlepas ke udara saat terjadi peristiwa pembakaran
seperti jelaga, butiran-butiran karbon yang berwarna hitam saat kita meyulut ban
41
6. Perubahan Iklim/ Cuaca yang Semakim Ekstrim
ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa
tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan
kecenderungan semakin lama semakin kuat. betapa panasnya suhu di sekitar Anda
belakangan ini. Anda juga dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan
musim hujan ataupun kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena
musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan.
Anda juga dapat melihat badai ekstrim yang belum pernah melanda wilayah-wilayah
tertentu di Indonesia. belakangan ini kita makin sering dilanda badai-badai yang
mengganggu jalannya pelayaran dan pengangkutan baik via laut maupun udara.
42
Peningkatan suhu di Lautan Pasifik. Hal ini mengubah pola tiupan
angin lazim dari darat ke laut akibat perbezaan tekanan yang hebat.
4. Kekeringan tanah
Suhu bumi yang tinggi menyebabkan tanah- tanah yang subur menjadi
tandus dan tidak sesuai bagi aktivitas pertanian. Tanaman juga tidak
43
7. Beli makanan yang mengandung unsur organik
8. Gunakan lampu hemat energi
9. Gunakan kipas angin
10. Jemur pakaian dibawah sinar matahari
9. Kesepakatan Internasional
Pemanasan global sudah menjadi isu internasional. Bahkan, keresahan dunia
ini terwujud dalam konferensi Kyoto pada Desember 1997. Persetujuan konferensi itu
berlaku mulai 16 Februari 2005. Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap
Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yakni sebuah
persetujuan internasional mengenai pemanasan global.Negara-negara yang
meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon
dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto
diprediksi akan mengurangi rata-rata pemanasan global antara 0,02°C dan 0,28°C
pada tahun 2050.
Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protokol tersebut,
termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia, 25 negara anggota
Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria. Untuk mencapai protokol Kyoto ini, semua
negara terus menciptakan teknologi yang ramah lingkungan, terutama negara maju.
Karena, negara maju yang banyak mengeluarkan CO2 penyebab rumah kaca.
44
F. Kerangka Pemikiran
KENYATAAN
sebagian besar pembelajaran yang dilakukan dikelas belum HARAPAN
menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan Guru menggunakan model pembelajaran yang
sehingga siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran. menyenangkan dalam proses pembelajaran.
Guru mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa.
guru kurasng mengasah kemampuan berpikir siswa dikelas.
MASALAH
Model pembelajaran yang diterapkan guru kurang menyenangkan dan kurang mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa.
SOLUSI
Menerapkan pembelajaran Model Kooperatif Tipe
Team Games Turnament (TGT) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian ini di SMA Negeri 12 Banda Aceh pada bulan
Desember 2019
atau angka. Pada penelitian ini, nilai atau angka yang diperoleh tersebut kemudian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
suatu cara untuk mengetahui sebab akibat dari dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi faktor – faktor yang lain. Jenis ini
selalu digunakan untuk melihat dari suatu perlakuan. Desain dalam penelitian ini
30
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2007), h.179
46
eksperimen (Sugiyono, 2012). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kontrol diberi test yaitu pretest, dengan maksud utnuk mengetahui keadaan
eksperimen dan kelompok kontrol diberikan test yaitu posttest, untuk mengetahui
n
SMA Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Sumber: Sugiyono (2012)
Keterangan:
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMA Negeri 12 Banda Aceh.
47
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
2. Sampel
diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam
bentuk mini (miniatur population).”. Dalam hal ini Sutrisno Hadi (1995:73) 33,
berpendapat bahwa tidak ada ketentuan yang mutlak berapa sampel yang harus
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods) (Bandung: Alfabeta, 2015), h.17
31
32
Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), h.216
33
Sutrisno Hadi, Statistik II (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h.73
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), h.124
48
Purposive Sampling digunakan apabila sasaran sampel yang diteliti telah
penelitian yang cukup lama. Dengan demikian, sampel pada penelitian ini
adalah siswa kelas XI.2 dan XI.3 dengan jumlah total 64 orang siswa.
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode test.
1. Tahap persiapan
global, langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun perangkat test , test
hasil belajar, serta menyiapkan RPP siswa sesuai dengan materi. Selanjutnya
melakukan uji coba instrument tes awal dan test hasil belajar kemudian
49
pretest-posttest design, maka hanya ada satu kelas yang diambil yang dijadikan
3. Tahap Akhir
dengan tahap akhir untuk memperoleh data test hasil belajar fisika tentang
pemanasan global, dengan cara test hasil belajar dari eksperimen yang
dilakukan.
1. Analisis Pendahuluan
penelitian. Adapun instrumen yang diujikan meliputi tes awal dan tes hasil
belajar fisika. Tujuan dari uji coba instrumen untuk mengetahui kualitas tes
yang meliputi :
menjawab soal dengan benar dibagi jumlah seluruh siswa peserta tes. Rumus
50
B
P=
JS
Keteragan :
P = Indeks Kesukaran
Nilai Keterangan
0,00 sampai 0,30 Sukar
0,31 sampai 0,70 Sedang
0,71 sampai 1,00 Mudah
Sumber : Arikunto, 2004
3. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengukur sejauh mana butir
BA BB
D= − =P A −P B
JA JB
Keterangan :
D = Daya beda
51
J A = Banyaknya peserta kelompok atas
Nilai Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
mengetahui apakah alat prnilaian yang digunakan sudah tepat untuk menilai
35
Arikunto S., Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), h.146
52
Keterangan :
X = Skor item
Y = Jumlah skor
N = Jumlah sampel
5. Reabilitas
Vs
(
r 11 = 1−
Vr )
Keterangan :
V s = Varians sisa
V r = Varians responden
36
Arikunto S., Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), h.156
53
Klasifikasi reabilitas soal adalah sebagai berikut :
moment dengan interval kepercayaan 95 %. Jika harga rhitung > rtabel Product
diteliti berdistribusi normal atau tidak, yaitu menggunakan uji chi kuadrat .
Keterangan :
χ 2 = Chi kuadrat
54
Ei = Frekuensi harapan
dengan mengacu pada table chi kuadrat. Ketentuan jika χ 2 hitung< χ 2 tabel
menunjukkan kelompok data homogeny, maka data yang berasal dari populasi yang
sama dan layak untuk diuji statistic parametrik”. Uji homogenitas yang digunakan
menggunakan rumus :
Variansterbesar
F=
Varians terkecil
Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, maka akan diolah
uji test merupakan suatu uji yang dilakukan dalam suatu statistic untuk melihat
37
Sudjana, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito, 2005), h.240&250
38
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), h.239
55
perbedaan antara variabel yang menjadi target seorang peneliti. Adapaun rumus dari
uji t (test) untuk one group pretest posttest adalah paired sample t test. Paired sample
variable dalam satu group. Artinya analisis ini berguna untuk melakukan pengujian
terhadap satu sampel yang mendapatkan suatu treatment yang kemudian akan
dibandingkan rata-rata dari sampel tersebut antara sebelum dan sesudah treatment.
x 1−x 2
t=
1 1
S
√ +
n1 n2
(Sudjana, 2005:240)
2 ( n1−1 ) S12 + ( n2 −1 ) S 22
Dengan : S =
n1 +n 2−2
Keterangan :
r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
56
(Arifin, 2012:279)
Keterangan:
57
E. Alur Penelitian
Persiapan
Pembuatan instrument
Post-test
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
58
DAFTAR PUSTAKA
Jensen E.. 2011. Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta: PT Indeks Permata Puri
Media.
Jumanta Hamdayana. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta:Bumi Aksara.
Kardi & Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang.
Santrock. 2011. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Sapriya. 2011.
60