BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
a. Skadron-21/Serba Guna sebagai badan pelaksana Pusat Penerbangan
Angkatan Darat yang berlokasi di Pondok Cabe dimana masyarakat dan lingkungan
sekitarnya merupakan masyarakat yang heterogen yang padat dengan segala aktifitas
atau kegiatan sehari-hari.
b. Upaya pelaksanaan Bintertas oleh prajurit Skadron-21/Serba Guna belum
berjalan secara optimal karena menghadapi berbagai persoalan atau kendala-
kendala, yaitu lemahnya pemahaman prajurit tentang pengetahuan Binter dan
kurangnya jalinan interaksi sosial dengan masyarakat di sekitar satuannya. Dalam
konteks pelaksanaan tugas non tempur, peran prajurit di Skadron-21/Serba Guna
sangat penting guna membantu meningkatkan akselerasi pemberdayaan wilayah
pertahanan melalui pembinaan teritorial terbatas (Bintertas). membawa pengaruh
terhadap implementasi Bintertas prajurit Skadron-21/ Serba Guna sehingga tidak
memahami apa, bagaimana dan harus berbuat apa.
c. Mencermati berbagai persoalan atau kendala yang masih dihadapi oleh prajurit
Skadron-21/Serba Guna dalam membantu memberdayakan wilayah pertahanan
melalui Bintertas, maka perlunya upaya meningkatkan kemampuan prajurit dalam
pemahaman dan implementasi Bintertas sehingga ke depan pelaksanaannya dapat
berjalan lebih optimal.
4. Metode Pendekatan.
a. Metode. Metode penulisan Karmil tentang upaya meningkatkan
kemampuan Prajurit Skadron-21/Sena dalam melaksanakan Bintertas adalah metode
analisis deskriptif.
b. Pendekatan. Pendekatan yang dipergunakan adalah penelusuran studi
kepustakaan.
5. Pengertian-Pengertian.
a. Pemberdayaan Wilayah Pertahanan pada hakikatnya sebagai upaya integral
atau terpadu dalam rangka membantu pemerintah menggiatkan roda pembangunan di
daerah guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat termasuk
hal-hal yang terkait dengan aspek pertahanan negara. 1)
3
BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN
5 Umum.
Binter Terbatas bagi Prajurit Skadron-21/Serba Guna merupakan bagian dari tugas
pokok selain tugas melaksanakan Operasi Militer untuk Perang dari tugas TNI AD, hal ini
terkait penempatan pembinaan teritorial sebagai fungsi utama. Sebagai konsekuensi bagian
dari insan teritorial, anggota atau Prajurit Skadron-21/Serba Guna harus menjadi cerminan
bagi masyarakat sehingga keberhasilannya berbaur serta menempatkan posisi dengan tepat
akan menguatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dan terpeliharanya kondusifitas kehidupan
masyarakat.
Binter Terbatas adalah media aktualisasi efektif melibatkan kemampuan dan peran
aktif Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam memberikan kontribusi positif guna membantu
masyarakat di sekitarnya. Namun penting digaris bawahi bahwa pelaksanaan Binter Terbatas
Prajurit Skadron-21/Serba Guna mendukung tugas mulia TNI AD tidaklah mudah untuk
diwujudkan, mengingat masyarakat yang dihadapi memiliki heterogenitas latar belakang di
antaranya, agama, suku, pendidikan, budaya, status sosial dan ekonomi dan lain
sebagainya.
Berbagai faktor kendala dan permasalahan implementasi Binter Terbatas yang masih
dihadapi Prajurit Skadron-21/Serba Guna membutuhkan perhatian bersama untuk
menyatukan langkah bagaimana melakukan peningkatan kualitas kemampuan ke depan.
6. Landasan Pemikiran
a. Landasan Filosofi
1) Landasan Idiil. Pancasila sebagai dasar negara merupakan
landasan idiil mengandung nilai-nilai moral dan etika yang dipedomani oleh
Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam rangka menguatkan kemanunggalan
TNI-Rakyat dan membantu memberdayakan wilayah pertahanan dan
pemahaman Pancasila yang sarat akan nilai-nilai keselarasan, keseimbangan
dan keserasian, kesatuan dan persatuan, kekeluargaan serta kebersamaan
terefleksi dalam jati diri Prajurit Skadron-21/Serba Guna yang senantiasa
member keteladanan dalam tata laku di masyarakat.
2) Landasan Konstitusional. Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII
Pertahanan dan Keamanan pasal 30 ayat (1) menyebutkan bahwa ”Tiap-tiap
5
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
Pengertian hak dan kewajiban dihadapkan dalam konteks pertahanan
dan keamanan negara mengandung pemahaman bahwa setiap warga negara
”harus” atau ”wajib” atau ”sebagai hal yang tidak bisa dihindari” dan setiap
warga negara dengan dilandasi ketulusan, keikhlasan dan kesadaran” ikut
serta berpatisipasi dalam usaha pertahanan negara demi keutuhan, kedaulatan
dan eksistensi bangsa.4) Konsekuensi implementasi hak dan kewajiban warga
negara harus disikapi dengan upaya pemberdayaan wilayah pertahanan
beserta komponen pendukungnya sedini mungkin melalui pelaksanaan Binter
maupun Binter Terbatas.
b. Landasan Operasional.
1) Undang-undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Bagian Ketiga
Tugas pasal 7 ayat (2) ”Tugas pokok TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan poin b angka 8 ”melaksanakan Operasi Militer Selain Perang,
yaitu untuk memberdayakan wilayah pertahankan dan kekuatan pendukungnya
secara dini sesuai dengan Sistem Pertahanan Semesta”.
2) Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor : Perkasad / 93 /
XII/2008 tentang Buku Petunjuk Pembinaan tentang Binter Bab. II Ketentuan
Pokok Pembinaan tentang Binter, menyebutkan bahwa “Pembinaan
Kemampuan Teritorial adalah pembinaan berupa kegiatan untuk meningkatkan
dan memelihara pengetahuan serta keterampilan prajurit dan satuan jajaran TNI
AD dalam menyelenggarakan Binter”. 5)
3) Buku Petunjuk Teknik tentang Binter Terbatas yang disahkan
berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. Skep/509/XII/2003 dalam Bab II,
menyebutkan bahwa ” Binter Terbatas yang dilaksanakan oleh Satuan Non
6
c. Landasan Konseptual.
1) Landasan Visional. Wawasan Nusantara sebagai landasan nasional,
wawasan nusantara dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam subtansi
pembukaan UUD 1945 dalam pola penyelenggaraan kehidupan nasional, yaitu
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, terutama di dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional/daerah. Wawasan Nusantara
sebagai landasan Visional bertujuan menumbuh kembangkan rasa dan sikap
nasionalisme prajurit dan rakyat/masyarakat, rasa senasib dan
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, satu tekad bersama dengan
mengutamakan kepentingan nasional demi terwujudnya cita-cita nasional serta
menguatkan kemanungalan TNI-Rakyat. Pentingnya kesamaan cara pandang
terhadap jati diri kebangsaan dan potensi yang dimiliki memudahkan Prajurit
Skadron-21/Serba Guna dan masyarakat mengambil langkah bersama demi
kebaikan.
2) Landasan Konsepsional. Ketahanan Nasional yang merupakan
kondisi dinamik suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang
diantaranya kekuatan TNI dan komponen rakyat di dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik yang
datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung
dapat membahayakan integritas, identitas kelangsungan hidup bangsa dan
negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasionalnya.
Pembinaan ketahanan nasional bersinergis dengan pola pembinaan
ketahanan masyarakat diperkuat peran prajurit di tengah masyarakat memiliki
daya dukung dan daya gerak dalam membantu mengangkat harkat dan
martabat kemanusiaan.
d. Landasan Historis. Secara historis TNI terbentuk melalui proses juang panjang
Bangsa Indonesia dalam merebut mempertahankan menegakkan kemerdekaan
7
daulatan dan keutuhan wilayah RI, menunjukan jiwa semangat dan tekat pengabdian
sebagai alat pertahanan negara kemudian berkembang sesuai dengan tuntutan
zaman dan dinamika internasional sehingga TNI memiliki jati diri sebagai Tentara
Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional.
Pelaksanaan Binter Terbatas yang dilakukan Prajurit Skadron-21/Serba Guna
merupakan cerminan Jati diri TNI yang melekat secara hakiki bersama rakyat
sehingga sampai kapanpun eksistensi prajurit seiring, sejalan menciptakan harmoni
bersama-sama rakyat dalam rangka memberdayakan wilayah pertahanan beserta
pendukungnya guna membangun kejayaan bangsa.
Pembinaan teritorial terbatas adalah bagian dari upaya melestarikan semangat
kebersamaan, penyatupaduan kekuatan dan kejiwaan antara TNI dan Rakyat dalam
memperkuat kemanunggalan, memelihara dan tetap menggelorakan semangat
kejuangan sebagaimana pendahulu yang dengan gemilang menyatukan kekuatan
demi kepentingan membangun bangsa. Mewarisi nilai-nilai hitoris yang tetap hidup
kepada generasi-generasi penerus bangsa.
e. Landasan Teori.
Penelusuran kepustakaan terkait upaya meningkatkan kemampuan Prajurit
Skadron-21/Serba Guna dalam pelaksanaan Binter Terbatas memfokuskan pada dua
hal penting yaitu aspek-aspek pengetahuan Binter dan teoritis tentang interaksi sosial
masyarakat.
Pengungkapan pengetahuan Binter menyangkut diantaranya pengertian,
tujuan, sasaran, peran, syarat personel sedangkan teori interaksi sosial terkait
pengertian, macam, bentuk, ciri, serta syarat-syarat terjadinya interaksi sosial. Dari
pengungkapan berbagai sumber referensi didukung data/fakta lapangan akan mampu
mengurai hubungan antar indikator-indikator yang dominan guna memperkuat upaya
peningkatan kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna.
Pengertian Binter Terbatas sebagaimana tertuang dalam Buku Petunjuk Teknik
Binter Terbatas menyebutkan bahwa Binter Terbatas adalah segala usaha pekerjaan
dan kegiatan pembinaan teritorial yang diselenggarakan secara terbatas sampai
dengan radius 3–8 Km dari pangkalan satuan TNI dan dilaksanakan oleh Satuan Non
Komando Kewilayahan untuk mendukung tugas satuan. Dalam radius wilayah 3-8 Km
8
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk -
bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
a. Kerja sama yaitu suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi yaitu adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi
antara pribadi dan kelompok–kelompok manusia untuk meredakan
pertentangan.
c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara
intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli
mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru
sebagai kebudayaan campuran.
d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok
masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat
laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau
kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara
kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
b. Kontropersi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap
tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang- terangan yang
ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur
kebudayaan dan keberagaman karakter yang potensial memicu kontradiktif
tertentu.
c. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat
tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat
mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah
yang mengganjal interaksi sosial.
13
Intensitas terjadinya interaksi sosial dalam berbagai bentuk atau proses akan
berpengaruh terhadap kondusifitas suasana kehidupan yang dijalani bersama dan sebaliknya
jika frekuensi interaksi dengan masyarakat sangat terbatas dan polanya pun tidak sehat akan
rentan terpengaruh hal negatif dan disinkronisasi kepentingan tidak akan mudah diselesaikan
bersinggungan.
Dalam ilustrasi bahasa sederhana dapat dijabarkan, apabila Prajurit
Skadron-21/Serba Guna sudah mampu melakukan interaksi intensif dengan elemen-elemen
masyarakat dan membina hubungan baik dalam berbagai hal maka segala persoalan terjadi
baik antar prajurit dengan masyarakat maupun kelompok masyarakat dengan lainnya dapat
dengan mudah dicarikan jalan keluarnya. Sebaliknya, apabila interaksi sosial tidak terbentuk
atau berjarak terlebih hubungan sosial cenderung disosiatif maka masyarakat tidak akan
merasakan kemanfaatan keberadaan satuan Skadron di tengah-tengah masyarakat. Lebih
jauh, dalam kondisi hubungan demikian tentu tidak akan mudah mengarahkan masyarakat
guna mendukung tugas-tugas TNI.
Dengan bekal pemahaman pengetahuan Binter yang memadai didukung karakter
mentalitas yang kuat, maka Prajurit Skadron-21/Serba Guna akan mampu membangun
jaringan atau koneksitas sosial yang luas di tengah masyarakat.
Aspek-aspek penurunan dari substansi akademik pengetahuan Binter dan
pemahaman pola interaksi sosial akan sangat berguna dalam membantu memberikan
analisis deskriptif dan lebih lanjut mendasari pemikiran pengangkatan persoalan peningkatan
kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam melaksanakan Binter Terbatas.
mengenali kondisi sosial masyarakat di sekitar satuan baik situasi dan kondisi lingkungan,
adat istiadat, budaya, level strata sosial juga tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dampak
rentetannya, tidak bisa dihindari menimpa secara otomatis terhadap satuan tempat bertugas
sehingga eksistensi batalyon di tengah masyarakat belum maksimal dirasakan kontribusinya.
Sebagaimana dipahami bahwa sekarang ini Binter semakin memiliki makna atau nilai
kepentingan strategis bagi pemberdayaan wilayah pertahanan dan membantu pemerintah
meningkatkan kualitas hidup masyrakat.
Mengingat nilai strategis dan keberhasilan Binter Terbatas menempatkan peran
prajurit sebagai komponen penting dan dalam implementasinya notabene masih menemui
kendala-kendala, maka sangat relevan jika karangan militer ini mengangkat persoalan,
“BAGAIMANA UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAJURIT SKADRON-21/SENA
DALAM MELAKSANAKAN BINTER TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH
PERTAHANAN”.
16
BAB III
KONDISI KEMAMPUAN PRAJURIT SKADRON DALAM
PELAKSANAAN BINTER TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH
PERTAHANAN SAAT INI
10. Lemahnya pengetahuan dan pemahaman tentang Binter. Patut disadari bersama
bahwa tuntutan atau kewajiban menjalankan Binter sebagai fungsi utama TNI AD sampai
pada tingkatan terbawah Prajurit Skadron-21/Sena belum diikuti oleh upaya optimal
meningkatkan kemampuannya. Pembekalan materi tentang Binter melalui pendidikan, kursus
maupun media lain masih sangat terbatas khususnya pada Prajurit Skadron 21/Sena
tingkatan bawah (Bintara dan Tamtama), hal ini menjadi permasalahan karena sangat krusial
ketika Prajurit dibebankan tanggung jawab sebagai insan teritorial sementara tidak cukup
didukung sarana berkomunikasi atau berinteraksi dengan masyarakat. Yang terjadi adalah
pelaksanaan Binter Terbatas oleh Prajurit Batalyon belum mencapai kemajuan yang berarti.
Meskipun bukan hal yang baru bahkan dimensi Binter sudah melekat semenjak awal
sejarah namun masih banyak Prajurit hanya memiliki kemampuan dan pengetahuan sangat
minim jangankan memahami esensi Binter, tataran kulitnya pun tidak diketahui.
dalam membangun koneksitas dan ikatan emosional yang tinggi, sebaliknya selama ini
upaya Prajurit dalam membina hubungan sosial sangat terbatas sehingga atensi masyarakat
terhadap eksistensi Satuan Skadron ataupun Prajurit Skadron belum terbentuk secara kuat.
18
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
b. Kelemahan.
1) Terbatasnya Pembekalan pengetahuan tentang Binter dan Piranti
lunaknya pada Prajurit Skadron.
2) Lemahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
Prajurit Skadron dalam melaksanakan kegiatan Binter Terbatas.
3) Rendahnya frekuensi interaksi dengan masyarakat.
4) Padatnya kegiatan penugasan satuan.
b. Kendala
1) Keterbatasan waktu dan kesempatan Prajurit Skadron melaksanakan
hubungan sosial kemasyarakatan.
2) Dinamika masyarakat yang tinggi karena dampak teknologi informasi
yang mengubah pola interaksi sosial dan parameter yang semakin tinggi dan
cerdas terhadap segala bentuk kegiatan dan tindakan.
3) Tingkat sosial ekonomi masyarakat..
20
BAB V
KONDISI KEMAMPUAN PRAJURIT SKADRON DALAM
PELAKSANAAN BINTER TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH
PERTAHANAN YANG DIHARAPKAN
beratkan pada kegiatan karya bhakti, baik fisik maupun non fisik yang disesuaikan
kemampuan Satuan Non Komando Kewilayahan tanpa mengganggu kelancaran
tugas pokoknya.
c. Terbatas. Pelaksanaan Binter Terbatas memiliki keterbatasan pada
wewenang, tugas dan tanggung jawab serta terbatasnya kemampuan sarana
prasarana yang digunakan. Selain itu wilayah yang menjadi tanggung jawab Satuan
Non Komando Kewilayahan telah ditentukan oleh Komando Kewilayahan setempat
sesuai batasan radius yang telah ditentukan.
d. Fleksibel/Kenyal. Penyelenggaraan Binter terbatas menyesuaikan dengan
kondisi wilayah lingkungan (lain wilayah lain juga kondisinya).
e. Tepat dan Jelas (nyata). Sasaran yang hendak dicapai dalam
penyelenggaraan Binter terbatas harus jelas dan tepat sehingga hasilnya dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat serta bermanfaat bagi kepentingan pertahanan.
Peranan Binter Terbatas. Binter Terbatas yang dilaksanakan oleh Satuan Non
Komando Kewilayahan memiliki peran kedalam (dalam rangka sistem pembinaan
prajurit TNI AD) dan peran keluar (dalam rangka pembinaan Ketahanan Wilayah dan
Pertahanan Negara aspek darat).
a. Peran kedalam. ( dalam rangka Sistem Pembinaan Prajurit TNI AD ).
1) Membina dan membentuk sikap teritorial prajurit satuan dalam rangka
mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat.
2) Mewujudkan kondisi yang kondusif di lingkungan satuan, dalam rangka
mendukung terlaksananya tugas pokok satuan.
b. Peran keluar. (Dalam Rangka Pembinaan Ketahanan Wilayah dan Pertahanan
Negara aspek Darat).
1) Membantu terlaksananya program Binter yang diprogramkan oleh
Komando Kewilayahan setempat guna terwujudnya sasaran Binter.
2) Membantu terlaksananya program pembangunan daerah yang
dilaksanakan oleh Pemda setempat.
3) Mewujudkan ketahanan wilayah di daerah sekitar satuan.
22
antar kelompok. Tahap pengenalan harus diupayakan memberikan kesan pertama yang baik
agar selalu diingat dan menjadi modal dasar untuk meneruskan pola komunikasi berikutnya.
Didukung oleh pesatnya teknologi komunikasi yaitu telpon seluler, komunikasi dengan
elemen masyarakat dapat diintensifkan tanpa kontak fisik yang terpenting ikatan kedekatan
tetap terjalin dengan baik. Di samping pola komunikasi bersifat murni, pembentuknya jalinan
sosial dapat dilakukan melalui media pelaksanaan kegiatan bersama melibatkan masyarakat
semisal kegiatan kerja bakti, olah raga bersama, kegiatan keagamaan bersama, anjangsana,
kegiatan sosial bersama, pentas seni, pengembangan kreatifitas dan pembinaan sentra
industri rumah tangga dan lain-lain.
Kegiatan bersama tersebut sangat efektif menjadi media penguat koneksitas sosial
dengan masyarakat dan tentunya Prajurit Skadron mampu melaksanakan secara aktif
sehingga kontibusi kegiatan bersama dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat.
Peningkatan pola interaksi secara kuantitatif memiliki relevansi signifikan dalam
percepatan terbentuknya simpul-simpul sosial sehingga jaringan koneksitas Prajurit Skadron
di tengah masyarakat dapat semakin menguat.
Lebih jauh, secara kualitatif, terbentuknya pola komunikasi yang kondusif
memudahkan Prajurit Skadron memahami potensi-potensi masyarakat serta kemungkinan
kelemahan-kelemahan yang ada. Hal ini sangat berguna dalam membantu menciptakan
situasi yang kondusif di tengah masyarakat dan apabila ada gesekan kepentingan yang
menjurus terjadinya konflik horizontal akan dapat dicegah dengan cepat. Kondusifitas
kehidupan masyarakat adalah salah satu indikator nyata keberhasilan Prajurit Skadron dalam
melaksanakan Binter Terbatas di satuannya.
24
BAB VI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAJURIT SKADRON
DALAM PELAKSANAAN BINTER TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH
PERTAHANAN
15. Tujuan. Tujuan peningkatan kemampuan Prajurit Skadron dalam pelaksanaan Binter
terbatas, meliputi ;
a. Agar Prajurit Skadron memahami tentang Binter terbatas dengan segala aspek
dan pengetahuan yang dimilikinya.
b. Agar Prajurit Skadron lebih termotivasi dan meningkatkan aktivitas interaksi
sosial dalam rangka memperkuat koneksitas sosial dengan masyarakat.
c. Agar Prajurit Skadron mampu menerapkan, mensosialisasikan Binter terbatas
kepada masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang damai, aman dan meningkat
kualitas hidupnya.
d. Agar Prajurit Skadron mampu memainkan peran dalam membantu
memberdayakan wilayah pertahanan melalui pelaksanaan Binter Terbatas.
25
17. Subyek. Subyek penting yang berperan dalam upaya meningkatkan kemampuan
Prajurit Skadron dalam pelaksanaan Binter Terbatas, sebagai berikut ;
a. Danpusdikter selaku pejabat yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
serta fungsi utama pembinaan teritorial mengajukan usulan ke Komando Atas agar
dilaksanakan pendidikan/kursus teritorial kepada prajurit (Khususnya Bintara dan
Tamtama) sampai tingkatan Skadron.
b. Danrem/Danbrig membuat buku penjabaran sebagai pedoman yang
pengimplementasikan Binter Terbatas.
c. Danyon sebagai pembina satuan membina potensi yang ada di satuan secara
keseluruhan dengan membuat perencanaan dan penetapan serta membekali dengan
pengetahuan binter terbatas kepada anggota melalui pengarahan-pengarahan atau
jam komandan secara intensif.
26
18. Obyek. Obyek pelaksanaan Binter Terbatas adalah Prajurit Skadron (Bintara dan
Tamtama) di satuan serta aspek geografi, demografi dan kondisi sosial masyarakat di sekitar
pangkalan 3-8 km. Obyek terkait secara terpadu melibatkan jalinan hubungan saling
berkorelasi dalam pelaksanaan Binter Terbatas.
20. Sarana dan Prasarana. Dalam melaksanakan Binter Terbatas, sarana dan prasarana
merupakan bagian penting dalam memperlancar Prajurit Skadron dalam melaksanakan
Binter Terbatas. Satuan Skadron ditengah keterbatasan sarana dan prasarana harus tetap
memperhatikan aspek ini dalam rangka memfasilitasi anggotanya agar memiliki ruang gerak
yang memadai didukung oleh sarana prasarana yang cukup sehingga sasaran Binter
Terbatas dapat tercapai secara optimal. Tidak dipungkiri bahwa semua kegiatan
membutuhkan sarana prasarana sehingga mendukung peningkatan pelaksanaan Binter
Terbatas.
21. Upaya. Berbagai upaya konkret dan terintegral harus dilaksanakan guna
meningkatkan kemampuan Prajurit Skadron sehingga nantinya dapat lebih mengoptimalkan
perannya dalam melaksanakan Binter Terbatas di wilayah sekitar satuan.
27
Dengan sasaran, ruang dan waktu serta kegiatan lebih konkret yaitu
berupa bantuan fisik dalam bentuk bantuan kemanusiaan baik akibat bencana
alam maupun karena kondisi masyarakat dan wilayah yang terbelakang,
dengan melaksanakan pembangunan fisik untuk kebutuhan sosial masyarakat
dan kebutuhan perorangan dari masyarakat, seperti pembuatan saran
tranportasi jalan, pembangunan sarana peribadatan, sarana kesehatan, irigasi,
pipanisasi, perumahan masyarakat dan lain-lain.
Sementara itu, untuk kegiatan non fisik dalam bentuk penytuluhan
kepada masyarakat yang terkait dengan masalah mental spiritual, hukum,
pengetahuan umum dan pengetahuan khusus yang dibutuhkan masyarakat,
seperti penyuluhan-penyuluhan tentang pengamanan swakarsa, kesadaran
hukum, bela negara, wawasan kebangsaan dan kehidupan berbangsa,
kamtibmas, siskamling, sosialisasi batas wilayah dan UU Otonomi Daerah,
Binter Pasca UU NO. 34 tahun 2004 tentang TNI, disiplin nasional, kerukunan
antar umat beragama, kesadaran bergotong royong, masyarakat sehat,
kesehatan ibu dan anak serta masyarakat pedesaan, pemberantasan malaria,
program pendidikan sekolah, intensifikasi lahan pertanian, program tanaman
holtikultura, pelestarian dan perlindungan hutan, penghijauan dan pertanian,
budidaya rumput laut, prosedur penerimaan sapi, dan mengadakan pelatihan
Pramuka, PBB, pengobatan massal, pemutaran film perjuangan/kesehatan,
olah raga bersama.
Selain metode Bhakti TNI yang lebih penting lagi dalam upaya
meningkatkan intensitas interaksi sosial dengan masyarakat adalah
pengembangan metode komunikasi sosial. Metode ini bukan hal baru, sudah
sejak lama diterapkan sebagai salah satu metode Binter, tujuan
dilaksanakannya metode komunikasi sosial untuk menjamin hubungan yang
harmonis dengan seluruh komponen masyarakat, sehingga timbul saling
pengertian tentang peran, fungsi dan tugas Prajurit Batalyon serta tumbuhnya
partisipasi positif seluruh elemen masyarakat dalam bidang pertahanan di darat
serta meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat. Berbagai upaya membangun
koneksitas sosial yang kuat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
36
masyarakat, kalau hal ini dilakukan hasilnya akan dirasakan pula oleh satuan
dalam mendukung pelaksanaan tugas.
Mencermati paparan tentang berbagai upaya konkret dan terintegral
yang harus dilaksanakan tersebut, menjadi atensi bersama Komando Atas,
Komandan Satuan terutama Prajurit bahwa segala aspek menyangkut
pelaksanaan Binter Terbatas semakin mengandung esensi strategis bagi
kepentingan TNI ke depan.
38
BAB VII
PENUTUP
22. Kesimpulan. Beberapa hal dapat disimpulkan dari pembahasan tentang upaya
meningkatkan kemampuan Prajurit Skadron dalam pelaksanaan Binter Terbatas guna
memberdayakan wilayah pertahanan, antara lain :
tetap memperhatikan prioritas, efektifitas, daya dukung serta daya guna dan
pencapaian hasil sesuai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Puspita Ladiba
Letda Cpn (k) NRP 11170022510595
41