Anda di halaman 1dari 42

1

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAJURIT


SKADRON-21/SERBA GUNA DALAM MELAKSANAKAN BINTER
TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH PERTAHANAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum
a. Skadron-21/Serba Guna sebagai badan pelaksana Pusat Penerbangan
Angkatan Darat yang berlokasi di Pondok Cabe dimana masyarakat dan lingkungan
sekitarnya merupakan masyarakat yang heterogen yang padat dengan segala aktifitas
atau kegiatan sehari-hari.
b. Upaya pelaksanaan Bintertas oleh prajurit Skadron-21/Serba Guna belum
berjalan secara optimal karena menghadapi berbagai persoalan atau kendala-
kendala, yaitu lemahnya pemahaman prajurit tentang pengetahuan Binter dan
kurangnya jalinan interaksi sosial dengan masyarakat di sekitar satuannya. Dalam
konteks pelaksanaan tugas non tempur, peran prajurit di Skadron-21/Serba Guna
sangat penting guna membantu meningkatkan akselerasi pemberdayaan wilayah
pertahanan melalui pembinaan teritorial terbatas (Bintertas). membawa pengaruh
terhadap implementasi Bintertas prajurit Skadron-21/ Serba Guna sehingga tidak
memahami apa, bagaimana dan harus berbuat apa.
c. Mencermati berbagai persoalan atau kendala yang masih dihadapi oleh prajurit
Skadron-21/Serba Guna dalam membantu memberdayakan wilayah pertahanan
melalui Bintertas, maka perlunya upaya meningkatkan kemampuan prajurit dalam
pemahaman dan implementasi Bintertas sehingga ke depan pelaksanaannya dapat
berjalan lebih optimal.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud. Tulisan ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran
kepada Komandan Skadron-21/Sena tentang upaya meningkatan kemampuan Prajurit
Skadron-21/Sena dalam melaksanakan Binter terbatas guna memberdayakan wilayah
pertahanan.
2

b. Tujuan. Tulisan ini ditujukan sebagai masukan kepada Komando Atas


dalam hal ini Komandan Skadron-21/Sena tentang bagaimana upaya dalam
meningkatkan kemampuan prajuritnya dalam melaksanakan Binter terbatas guna
memberdayakan wilayah di sekitarnya.

3. Ruang lingkup dan Tata Urut.


Ruang lingkup tulisan ini dibatasi pada upaya peningkatan pelaksanaan Binter
terbatas pada satuan setingkat Skadron, di lingkungan tugas masing-masing dengan
tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Kondisi Kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam pelaksanaan
Binter Terbatas guna memberdayakan wilayah pertahanan saat ini.
c. Faktor yang mempengaruhi.
d. Kondisi Kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam pelaksanaan
Binter Terbatas guna memberdayakan wilayah pertahanan yang diharapkan.
e. Upaya yang ditempuh dalam meningkatkan Kemampuan Prajurit
Skadron-21/Serba Guna dalam pelaksanaan Binter Terbatas guna memberdayakan
wilayah pertahanan.
f. Penutup.

4. Metode Pendekatan.
a. Metode. Metode penulisan Karmil tentang upaya meningkatkan
kemampuan Prajurit Skadron-21/Sena dalam melaksanakan Bintertas adalah metode
analisis deskriptif.
b. Pendekatan. Pendekatan yang dipergunakan adalah penelusuran studi
kepustakaan.

5. Pengertian-Pengertian.
a. Pemberdayaan Wilayah Pertahanan pada hakikatnya sebagai upaya integral
atau terpadu dalam rangka membantu pemerintah menggiatkan roda pembangunan di
daerah guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat termasuk
hal-hal yang terkait dengan aspek pertahanan negara. 1)
3

b. Pembinaan Teritorial (Binter) dalam perspektif kegiatan merupakan usaha,


pekerjaan dan tindakan baik secara berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat
terkait serta komponen bangsa lainnya untuk membantu pemerintah dalam
menyiapkan kekuatan pertahanan aspek darat meliputi wilayah pertahanan dan
kekuatan pendukung serta terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat 2).
c. Pembinaan Teritorial terbatas (Bintertas) merupakan segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan yang diselenggarakan secara terbatas dengan radius 3-8 km dari
pangkalan satuan TNI-AD dan dilaksanakan oleh Satuan Non Komando Kewilayahan
untuk mendukung tugas satuan.3)
d. Komando Kewilayahan (Kowil). Adalah Komando yang mendapat tugas
pokok pemeliharaan keadaan dan penyelenggaraan administrasi dalam suatu daerah
tertentu.
e. Satuan Non Komando Kewilayahan (Non Kowil). Adalah satuan-satuan
yang tersusun dalam bentuk Satuan Tempur, Satuan Bantuan Tempur, Satuan
Bantuan Administrasi dan satuan-satuan lainnya yang mempunyai pangkalan, baik
yang berada di Komando Kewilayahaan maupun di luar Komando Kewilayahaan.
f. Kemampuan dalam arti yang umum dapat didefinisikan sebagai perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan
4

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

5 Umum.
Binter Terbatas bagi Prajurit Skadron-21/Serba Guna merupakan bagian dari tugas
pokok selain tugas melaksanakan Operasi Militer untuk Perang dari tugas TNI AD, hal ini
terkait penempatan pembinaan teritorial sebagai fungsi utama. Sebagai konsekuensi bagian
dari insan teritorial, anggota atau Prajurit Skadron-21/Serba Guna harus menjadi cerminan
bagi masyarakat sehingga keberhasilannya berbaur serta menempatkan posisi dengan tepat
akan menguatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dan terpeliharanya kondusifitas kehidupan
masyarakat.
Binter Terbatas adalah media aktualisasi efektif melibatkan kemampuan dan peran
aktif Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam memberikan kontribusi positif guna membantu
masyarakat di sekitarnya. Namun penting digaris bawahi bahwa pelaksanaan Binter Terbatas
Prajurit Skadron-21/Serba Guna mendukung tugas mulia TNI AD tidaklah mudah untuk
diwujudkan, mengingat masyarakat yang dihadapi memiliki heterogenitas latar belakang di
antaranya, agama, suku, pendidikan, budaya, status sosial dan ekonomi dan lain
sebagainya.
Berbagai faktor kendala dan permasalahan implementasi Binter Terbatas yang masih
dihadapi Prajurit Skadron-21/Serba Guna membutuhkan perhatian bersama untuk
menyatukan langkah bagaimana melakukan peningkatan kualitas kemampuan ke depan.

6. Landasan Pemikiran
a. Landasan Filosofi
1) Landasan Idiil. Pancasila sebagai dasar negara merupakan
landasan idiil mengandung nilai-nilai moral dan etika yang dipedomani oleh
Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam rangka menguatkan kemanunggalan
TNI-Rakyat dan membantu memberdayakan wilayah pertahanan dan
pemahaman Pancasila yang sarat akan nilai-nilai keselarasan, keseimbangan
dan keserasian, kesatuan dan persatuan, kekeluargaan serta kebersamaan
terefleksi dalam jati diri Prajurit Skadron-21/Serba Guna yang senantiasa
member keteladanan dalam tata laku di masyarakat.
2) Landasan Konstitusional. Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII
Pertahanan dan Keamanan pasal 30 ayat (1) menyebutkan bahwa ”Tiap-tiap
5

warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
Pengertian hak dan kewajiban dihadapkan dalam konteks pertahanan
dan keamanan negara mengandung pemahaman bahwa setiap warga negara
”harus” atau ”wajib” atau ”sebagai hal yang tidak bisa dihindari” dan setiap
warga negara dengan dilandasi ketulusan, keikhlasan dan kesadaran” ikut
serta berpatisipasi dalam usaha pertahanan negara demi keutuhan, kedaulatan
dan eksistensi bangsa.4) Konsekuensi implementasi hak dan kewajiban warga
negara harus disikapi dengan upaya pemberdayaan wilayah pertahanan
beserta komponen pendukungnya sedini mungkin melalui pelaksanaan Binter
maupun Binter Terbatas.

b. Landasan Operasional.
1) Undang-undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Bagian Ketiga
Tugas pasal 7 ayat (2) ”Tugas pokok TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan poin b angka 8 ”melaksanakan Operasi Militer Selain Perang,
yaitu untuk memberdayakan wilayah pertahankan dan kekuatan pendukungnya
secara dini sesuai dengan Sistem Pertahanan Semesta”.
2) Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor : Perkasad / 93 /
XII/2008 tentang Buku Petunjuk Pembinaan tentang Binter Bab. II Ketentuan
Pokok Pembinaan tentang Binter, menyebutkan bahwa “Pembinaan
Kemampuan Teritorial adalah pembinaan berupa kegiatan untuk meningkatkan
dan memelihara pengetahuan serta keterampilan prajurit dan satuan jajaran TNI
AD dalam menyelenggarakan Binter”. 5)
3) Buku Petunjuk Teknik tentang Binter Terbatas yang disahkan
berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. Skep/509/XII/2003 dalam Bab II,
menyebutkan bahwa ” Binter Terbatas yang dilaksanakan oleh Satuan Non
6

Komando Kewilayahan memiliki peran kedalam (dalam rangka sistem


pembinaan prajurit TNI AD) dan peran keluar (dalam rangka pembinaan
Ketahanan Wilayah dan Pertahanan Negara aspek darat)”.6)

c. Landasan Konseptual.
1) Landasan Visional. Wawasan Nusantara sebagai landasan nasional,
wawasan nusantara dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam subtansi
pembukaan UUD 1945 dalam pola penyelenggaraan kehidupan nasional, yaitu
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, terutama di dalam
penyelenggaraan pembangunan nasional/daerah. Wawasan Nusantara
sebagai landasan Visional bertujuan menumbuh kembangkan rasa dan sikap
nasionalisme prajurit dan rakyat/masyarakat, rasa senasib dan
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, satu tekad bersama dengan
mengutamakan kepentingan nasional demi terwujudnya cita-cita nasional serta
menguatkan kemanungalan TNI-Rakyat. Pentingnya kesamaan cara pandang
terhadap jati diri kebangsaan dan potensi yang dimiliki memudahkan Prajurit
Skadron-21/Serba Guna dan masyarakat mengambil langkah bersama demi
kebaikan.
2) Landasan Konsepsional. Ketahanan Nasional yang merupakan
kondisi dinamik suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang
diantaranya kekuatan TNI dan komponen rakyat di dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik yang
datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung
dapat membahayakan integritas, identitas kelangsungan hidup bangsa dan
negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasionalnya.
Pembinaan ketahanan nasional bersinergis dengan pola pembinaan
ketahanan masyarakat diperkuat peran prajurit di tengah masyarakat memiliki
daya dukung dan daya gerak dalam membantu mengangkat harkat dan
martabat kemanusiaan.

d. Landasan Historis. Secara historis TNI terbentuk melalui proses juang panjang
Bangsa Indonesia dalam merebut mempertahankan menegakkan kemerdekaan
7

daulatan dan keutuhan wilayah RI, menunjukan jiwa semangat dan tekat pengabdian
sebagai alat pertahanan negara kemudian berkembang sesuai dengan tuntutan
zaman dan dinamika internasional sehingga TNI memiliki jati diri sebagai Tentara
Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional.
Pelaksanaan Binter Terbatas yang dilakukan Prajurit Skadron-21/Serba Guna
merupakan cerminan Jati diri TNI yang melekat secara hakiki bersama rakyat
sehingga sampai kapanpun eksistensi prajurit seiring, sejalan menciptakan harmoni
bersama-sama rakyat dalam rangka memberdayakan wilayah pertahanan beserta
pendukungnya guna membangun kejayaan bangsa.
Pembinaan teritorial terbatas adalah bagian dari upaya melestarikan semangat
kebersamaan, penyatupaduan kekuatan dan kejiwaan antara TNI dan Rakyat dalam
memperkuat kemanunggalan, memelihara dan tetap menggelorakan semangat
kejuangan sebagaimana pendahulu yang dengan gemilang menyatukan kekuatan
demi kepentingan membangun bangsa. Mewarisi nilai-nilai hitoris yang tetap hidup
kepada generasi-generasi penerus bangsa.

e. Landasan Teori.
Penelusuran kepustakaan terkait upaya meningkatkan kemampuan Prajurit
Skadron-21/Serba Guna dalam pelaksanaan Binter Terbatas memfokuskan pada dua
hal penting yaitu aspek-aspek pengetahuan Binter dan teoritis tentang interaksi sosial
masyarakat.
Pengungkapan pengetahuan Binter menyangkut diantaranya pengertian,
tujuan, sasaran, peran, syarat personel sedangkan teori interaksi sosial terkait
pengertian, macam, bentuk, ciri, serta syarat-syarat terjadinya interaksi sosial. Dari
pengungkapan berbagai sumber referensi didukung data/fakta lapangan akan mampu
mengurai hubungan antar indikator-indikator yang dominan guna memperkuat upaya
peningkatan kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna.
Pengertian Binter Terbatas sebagaimana tertuang dalam Buku Petunjuk Teknik
Binter Terbatas menyebutkan bahwa Binter Terbatas adalah segala usaha pekerjaan
dan kegiatan pembinaan teritorial yang diselenggarakan secara terbatas sampai
dengan radius 3–8 Km dari pangkalan satuan TNI dan dilaksanakan oleh Satuan Non
Komando Kewilayahan untuk mendukung tugas satuan. Dalam radius wilayah 3-8 Km
8

tersebut, dikenal dengan pola perlakuan Satuan Komando Kewilayahan termasuk


Skadron-21/Serba Guna terhadap wilayah binaan.
Pembinaan teritorial terbatas dilaksanakan oleh Prajurit Skadron-21/Serba
Guna berdasarkan pada pengklasifikasian wilayah atau Radius Wilayah Binaan yang
meliputi ;
a. Wilayah dengan Radius + 0 Km s/d 3 Km dari pangkalan Satuan Non
Komando Kewilayahan. Wilayah tersebut merupakan wilayah penguasaan (diketahui
dari segala aspeknya secara langsung) dan dibina secara langsung melalui program
Binter Terbatas.
b. Wilayah dengan Radius + 3 Km s/d 5 Km dari pangkalan Satuan Non Komando
Kewilayahan. Wilayah tersebut merupakan wilayah di bawah pengaruh (harus dapat
diselami, dihubungi, dipengaruhi secara tidak langsung) dan diajak untuk dapat
mewujudkan Ketahanan Wilayah.
c. Wilayah dengan Radius + 5 Km S/d 8 Km dari pangkalan Satuan Non Komando
Kewilayahan. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang perlu mendapat pemantauan.
Dengan lingkup wilayah tanggung jawab pembinaan yang terbatas diaksudkan
agar peran, tugas dan tanggung jawab Prajurit Skadron-21/Serba Guna di wilayah
binaan dapat dimaksimalkan sehingga secara otomatis individu-individu menempatkan
pada pemahaman sama bahwa tujuan Binter Terbatas adalah dalam rangka
memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat di sekitar pangkalan dan
memberdayakannya agar menjadi potensi pertahanan. Sasaran nyatanya antara lain;
satuan Skadron-21/Serba Guna harus mengenali lingkungan dan kehidupan
masyarakat di sekitar pangkalan, masyarakat di sekitar pangkalan merasa memiliki
dan merasa aman dengan keberadaan satuan dan setelah ikatan sosial terbentuk kuat
secara langsung maupun tidak langsung masyarakat di sekitar pangkalan dapat
dijadikan pagar hidup satuan khususnya dalam membantu keamanan pangkalan.
Untuk itu, agar pembinaan teritorial terbatas secara berdaya guna dan berhasil
guna, maka setiap Prajurit Skadron-21/Serba Guna baik secara individu, kelompok
maupun satuan harus memiliki prasyarat kualifikasi karakter mentalitas sebagai
berikut :
9

a. Memiliki integritas kepribadian sebagai prajurit pejuang sesuai dengan jiwa


Sapta Marga, Sumpah Prajurit, 8 (Delapan) Wajib TNI dan 11 (Sebelas) Azas
Kepemimpinan TNI.
b. Kehadirannya dapat diterima dan dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar satuan
dengan kata lain ada rasa kemanunggalan dengan rakyat.
c. Memahami situasi, kondisi lingkungan tugas termasuk hubungan sosial
masyarakat dan permasalahannya, adat istiadat dan budaya masyarakat (kultur) yang
ada di lingkungan satuan.
d. Mengenal dengan baik aparat pemerintah dan tokoh masyarakat yang ada
dalam lingkungan tugasnya serta mampu mengajak untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan Binter Terbatas.
e. Mampu membuat rencana pembinaan yang dikoordinasikan dengan semua
pihak didalam wilayah lingkungan tugasnya dalam jangkauan terbatas sesuai
kemampuan dimiliki.
f. Mampu melaksanakan komunikasi dengan berbagai komponen masyarakat
dan aparat pemerintah dengan baik demi terciptanya sinergitas hubungan kerjasama.
g. Menguasai 5 (lima) Kemampuan Teritorial terdiri dari Kemampuan Temu Cepat
dan Lapor Cepat, Kemampuan Penguasaan Wilayah, Kemampuan Binwanra,
Kemampuan Managemen Teritorial dan Kemampuan Komunikasi Sosial.
h. Memiliki sikap teritorial dan mengaplikasikan secara benar dan tepat sasaran.
Prasyarat kualifikasi karakter mental, terbentuk dan berproses melalui pengalaman-
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan masyarakat serta pendewasaan dan
kematangan pola pikir, perluasan wawasan yang awalnya ditempuh dengan belajar. Hanya
dengan belajar, akal pikiran kita terolah dan terasah menjadi semakin tajam terbuka
sedemikian rupa sehingga mampu menyerap berbagai pengetahuan serta mengangkat
derajat kemanusiaan.
Pengertian belajar adalah “penambahan pengetahuan” belajar itu merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Ada beberapa teori
berpendapat bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif yaitu
penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip sehingga membentuk satu kesatuan yang
memiliki makna bgi subjek didik.
10

Proses pembelajaran melalui pendidikan, kursus, penataran, pembekalan dan sarana


lainnya akan membentuk kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam peningkatan
kemampuan serta penguasaan pengetahuan Binter.
Kemampuan dalam arti yang umum dapat dibatasi sebagai perilaku yang rasional
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.8)
Dalam konteks interaksi sosial dan personal atau prajurit, kemampuan diterjemahkan
sebagai “gambaran hakekat kualitatif dari perilaku prajurit yang nampak sangat berarti dalam
hubungan sosial atau interaksi sosial”.
Kemampuan terlacak oleh indikator-indikator yang terukur baik proses maupun hasil
terciptanya kondusifitas dan pola dinamisasi sosial yang terbangun secara sehat sehingga
mendatangkan kontribusi nyata terhadap peningkatan kualitas hidup dan ketahanan yang
tinggi menghadapi berbagai permasalahan sulit di tengah masyarakat.
Media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap pembentukan berbagai
kemampuan, berdasarkan preferensi pemahaman kemampuan ditinjau dari teoritik
kemampuan profesi, menyatakan berbagai aspek kemampuan yang dapat tercipta melalui
proses belajar dan mengajar, antara lain :
a. Kemampuan Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi kemampuan merancang, mengelola, dan menilai pembelajaran:
b. Kemampuan kepribadian adalah kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan bijaksana, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, berahlak mulia,
mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara berkelanjutan;9)
1. Mampu bertindak secara konsisten yang sesuai dengan norma agama,
hukum ,sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, setabil, dewasa
arif, berwibawa, dan berakhlak mulia
3. Mempunyai rasa bangga, dapat bekerja mandiri, mempunyai etos kerja,
rasa percaya diri, dan tanggung jawab yang tinggi
4. Mampu bersikap dan berprilaku yang disegani.
5. Mampu menjadi teladan masyarakat.
6. Mempunyai kejujuran.
c. Kemampuan profesional, meliputi :
1. Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
11

2. Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan


penelitian.
3. Kemampuan mengembangkan dan menyebar luaskan inovasi dalam
bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi dan atau seni; dan
4. Kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian
kepada masyarakat.
d. Kemampuan Sosial, adalah kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna yang
meliputi kemampuan untuk:
1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan / atau isyarat.
2. Mengunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
3. Bergaul secara efektif antara individu, kelompok dan masyarakat sekitar.
Kemampuan yang diperoleh sebagai bagian upaya peningkatan kualitas Prajurit
Skadron-21/Serba Guna melalui pendidikan terkait pengetahuan Binter menjadi modal kuat
dalam mengimplementasikannya serta landasan menjalin interaksi sosial yang positif.
Interaksi sosial menurut Maryati dan Suryawati (2003) adalah kontak atau hubungan
timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu
dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004),
“Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur sosial”. Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat
suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung, ada kerelaan atau
kesadaran saling mengikatkan diri dalam sebuah persamaan dan persinggungan dalam arti
yang bernilai.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam
hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu dan kelompok. Koneksitas
sosial Prajurit Skadron-21/Serba Guna dengan masyarakat di sekitar satuan bisa dijalin
dalam beragam pola dan bentuk yaitu interaksi antara individu dalam hubungan interaksi
positif dan negatif, interaksi antara individu dan kelompok dan interaksi sosial antara
kelompok dengan kelompok.
Menurut pendapat para sosiolog, ada dua kategori bentuk interaksi sosial
dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu ;
12

1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk -
bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
a. Kerja sama yaitu suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi yaitu adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi
antara pribadi dan kelompok–kelompok manusia untuk meredakan
pertentangan.
c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara
intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli
mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru
sebagai kebudayaan campuran.
d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok
masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat
laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau
kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara
kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
b. Kontropersi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap
tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang- terangan yang
ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur
kebudayaan dan keberagaman karakter yang potensial memicu kontradiktif
tertentu.
c. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat
tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat
mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah
yang mengganjal interaksi sosial.
13

Intensitas terjadinya interaksi sosial dalam berbagai bentuk atau proses akan
berpengaruh terhadap kondusifitas suasana kehidupan yang dijalani bersama dan sebaliknya
jika frekuensi interaksi dengan masyarakat sangat terbatas dan polanya pun tidak sehat akan
rentan terpengaruh hal negatif dan disinkronisasi kepentingan tidak akan mudah diselesaikan
bersinggungan.
Dalam ilustrasi bahasa sederhana dapat dijabarkan, apabila Prajurit
Skadron-21/Serba Guna sudah mampu melakukan interaksi intensif dengan elemen-elemen
masyarakat dan membina hubungan baik dalam berbagai hal maka segala persoalan terjadi
baik antar prajurit dengan masyarakat maupun kelompok masyarakat dengan lainnya dapat
dengan mudah dicarikan jalan keluarnya. Sebaliknya, apabila interaksi sosial tidak terbentuk
atau berjarak terlebih hubungan sosial cenderung disosiatif maka masyarakat tidak akan
merasakan kemanfaatan keberadaan satuan Skadron di tengah-tengah masyarakat. Lebih
jauh, dalam kondisi hubungan demikian tentu tidak akan mudah mengarahkan masyarakat
guna mendukung tugas-tugas TNI.
Dengan bekal pemahaman pengetahuan Binter yang memadai didukung karakter
mentalitas yang kuat, maka Prajurit Skadron-21/Serba Guna akan mampu membangun
jaringan atau koneksitas sosial yang luas di tengah masyarakat.
Aspek-aspek penurunan dari substansi akademik pengetahuan Binter dan
pemahaman pola interaksi sosial akan sangat berguna dalam membantu memberikan
analisis deskriptif dan lebih lanjut mendasari pemikiran pengangkatan persoalan peningkatan
kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna dalam melaksanakan Binter Terbatas.

7. Dasar Pemikiran. Dasar pemikiran pengangkatan bahasan tentang upaya


meningkatkan kemampuan Prajurit Skadron-21/Serba Guna dilandasi konsep strategis
sebagai mana pemahaman bahwa pemberdayaan wilayah pertahanan tidak terbentuk secara
instan, melainkan harus dilakukan dan diupayakan secara dini melalui perencanaan matang
dengan tahapan berkelanjutan serta memerlukan kajian strategis yang tepat agar
pelaksanaan pemberdayaan wilayah pertahanan mencapai hasil optimal.
Kondisi kehidupan nasional yang berubah dinamis karena dipengaruhi oleh eskalasi
ancaman, yang dalam keadaan tertentu, seperti ketika intelijen strategic tidak mampu
mendeteksi ancaman sedini mungkin, dapat bersifat eksplosif dan terjadi pendadakan.
Karakteristik Keamanan Nasional menurut Prof. DR. Tb. Ronny Rahman Nitibaskara dewasa
14

ini dan di masa datang kecenderungannya menunjukkan gejala semakin multi-kompleks,


tidak mengenal batas negara, ancaman bersifat trans-nasional, sumber ancaman bersifat
multi-nasional. Tidak ada batas antara datangnya ancaman, ancaman bisa sifatnya
gabungan antara internal dan eksternal dengan sasaran ancaman bersifat acak serta relatif.
Spektrum ancaman bersifat non-lineair, sehingga perubahan dari masa damai ke masa
perang dapat bersifat exstra-ordinary atau exponential dan cenderung semakin
mengeksploitasi kerawanan di dalam negeri misalnya: agama, ras, etnik, kedaerahan dan
sebagainya.10)
Penganutan Sistem Pertahanan Negara yang merupakan sistem pertahanan bersifat
semesta tetap menjadi pilihan utama untuk membangun kekuatan ketahanan ampuh karena
pelibatan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, dipersiapkan
secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan, keutuhan wilayah
dan keselamatan segenap bangsa.
Terkait konsep pemahaman penyiapan pemberdayaan wilayah pertahanan sangat
urgen dan harus dilakukan berkesinambungan maka peran Prajurit Skadron-21/Sena
sebagai lapis terdepan bersentuhan langsung dengan masyrakat di satuan masing-
masing menjadi semakin penting dalam konteks pembinaan wilayah.
Prajurit Skadron-21/Sena merupakan sosok-sosok yang memiliki kepribadian terpilih,
disiplin yang tinggi, landasan yang kuat, penuh energi dan motivasi dan prajurit yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai alat negara yang gagah berani rela
berkorban jiwa raga tidak mengenal pantang menyerah memperjuangkan bangsa dan negara
demi terwujudnya keutuhan wilayah Nusantara yang sarat heterogenitas.
Mencermati kekuatan dan potensinya, Prajurit Skadron-21/Sena memiliki peran besar
dalam membantu menguatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dan pemberdayaan wilayah
pertahanan melalui pelaksanaan Binter Terbatas. Sehingga prajurit Skadron-21/Sena harus
mendapatkan pembekalan cukup tentang Binter dan penyediaan ruang memadai buat
mengapresiasikan potensi dimiliki guna kemanfaatan sebesar-besarnya di tengah
masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri masih terdapat Prajurit Skadron-21/Sena yang belum
memahami esensi, tujuan, sasaran, subyek, obyek dan metode Binter Terbatas dan juga
keterbatasan menjalin interaksi serta membangun koneksitas sosial. Ke dua fakta ini
membawa dampak lemahnya wawasan pergaulan Prajurit Skadron-21/Sena serta kurang
15

mengenali kondisi sosial masyarakat di sekitar satuan baik situasi dan kondisi lingkungan,
adat istiadat, budaya, level strata sosial juga tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dampak
rentetannya, tidak bisa dihindari menimpa secara otomatis terhadap satuan tempat bertugas
sehingga eksistensi batalyon di tengah masyarakat belum maksimal dirasakan kontribusinya.
Sebagaimana dipahami bahwa sekarang ini Binter semakin memiliki makna atau nilai
kepentingan strategis bagi pemberdayaan wilayah pertahanan dan membantu pemerintah
meningkatkan kualitas hidup masyrakat.
Mengingat nilai strategis dan keberhasilan Binter Terbatas menempatkan peran
prajurit sebagai komponen penting dan dalam implementasinya notabene masih menemui
kendala-kendala, maka sangat relevan jika karangan militer ini mengangkat persoalan,
“BAGAIMANA UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAJURIT SKADRON-21/SENA
DALAM MELAKSANAKAN BINTER TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH
PERTAHANAN”.
16

BAB III
KONDISI KEMAMPUAN PRAJURIT SKADRON DALAM
PELAKSANAAN BINTER TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH
PERTAHANAN SAAT INI

9. Umum. Pembinaan Peningkatan Kemampuan Prajurit Skadron-21/Sena dalam


melaksanakan Binter terbatas, salah satunya di pengaruhi oleh kualitas Prajurit atau tingkat
sumber daya manusianya karena kualitas kemampuan Prajurit secara personal merupakan
dasar bagi keberhasilan melakukan pembinaan sosial melaui sarana Binter Terbatas. Salah
satu faktor penentu yang dapat mewujudkan keberhasilan tugas Prajurit dalam Binter
terbatas adalah kemampuannya dalam mewujudkan secara nyata pengetahuan Binter
didukung karakter jati diri dalam bentuk keseluruhan tingkah laku, tindak dan cara seseorang
Prajurit dalam berhubungan dengan masyarakat dan dalam rangka mengkongkritkan
kemanunggalan TNI-Rakyat.

10. Lemahnya pengetahuan dan pemahaman tentang Binter. Patut disadari bersama
bahwa tuntutan atau kewajiban menjalankan Binter sebagai fungsi utama TNI AD sampai
pada tingkatan terbawah Prajurit Skadron-21/Sena belum diikuti oleh upaya optimal
meningkatkan kemampuannya. Pembekalan materi tentang Binter melalui pendidikan, kursus
maupun media lain masih sangat terbatas khususnya pada Prajurit Skadron 21/Sena
tingkatan bawah (Bintara dan Tamtama), hal ini menjadi permasalahan karena sangat krusial
ketika Prajurit dibebankan tanggung jawab sebagai insan teritorial sementara tidak cukup
didukung sarana berkomunikasi atau berinteraksi dengan masyarakat. Yang terjadi adalah
pelaksanaan Binter Terbatas oleh Prajurit Batalyon belum mencapai kemajuan yang berarti.
Meskipun bukan hal yang baru bahkan dimensi Binter sudah melekat semenjak awal
sejarah namun masih banyak Prajurit hanya memiliki kemampuan dan pengetahuan sangat
minim jangankan memahami esensi Binter, tataran kulitnya pun tidak diketahui.

11. Rendahnya intensitas interaksi dengan masyarakat. Implementasi


pengetahuan Binter dan pencapaian tujuan Binter dalam mendukung pemberdayaan wilayah
pertahanan dan kemanunggalan TNI-Rakyat sangat dipengaruhi intensitas interaksi sosial
Prajurit Skadron di tengah-tengah masyarakat. Interaksi sosial yang intensif akan efektif
17

dalam membangun koneksitas dan ikatan emosional yang tinggi, sebaliknya selama ini
upaya Prajurit dalam membina hubungan sosial sangat terbatas sehingga atensi masyarakat
terhadap eksistensi Satuan Skadron ataupun Prajurit Skadron belum terbentuk secara kuat.
18

BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

11. Umum. Kemampuan Prajurit Skadron-21/Sena dalam melaksanakan Binter


terbatas saat ini dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang bermuatan
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan kendala yang dapat dijadikan acuan menelusuri
akar permasalahan dan upaya meningkatkan kemampuannya.

12. Faktor Internal.


a. Kekuatan.
1) Karakteristik Prajurit Skadron yang potensial didukung kapasitas
intelektual memadai merupakan modal kuat untuk terus maju dan menimba
pengetahuan Binter Terbatas.
2). Jati diri Prajurit TNI-AD khususnya Prajurit Skadron, mengalir dari jati
dirinya selalu tampil sebagai prajurit rakyat, prajurit pejuang dan prajurit
profesional senantiasa menjalin kedekatan hubungan emosional dengan
masyarakat.

b. Kelemahan.
1) Terbatasnya Pembekalan pengetahuan tentang Binter dan Piranti
lunaknya pada Prajurit Skadron.
2) Lemahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
Prajurit Skadron dalam melaksanakan kegiatan Binter Terbatas.
3) Rendahnya frekuensi interaksi dengan masyarakat.
4) Padatnya kegiatan penugasan satuan.

13. Faktor Eksternal.


a. Peluang
1) Pemerintah Daerah setempat yang bersedia memfasilitasi dan bekerja
sama dalam pelaksanaan Binter terbatas.
2) Aparat kodim yang membantu memperlancar bekerja sama dalam
pelaksanaan Binter terbatas.
19

3) Masyarakat setempat yang simpati dan responsif.

b. Kendala
1) Keterbatasan waktu dan kesempatan Prajurit Skadron melaksanakan
hubungan sosial kemasyarakatan.
2) Dinamika masyarakat yang tinggi karena dampak teknologi informasi
yang mengubah pola interaksi sosial dan parameter yang semakin tinggi dan
cerdas terhadap segala bentuk kegiatan dan tindakan.
3) Tingkat sosial ekonomi masyarakat..
20

BAB V
KONDISI KEMAMPUAN PRAJURIT SKADRON DALAM
PELAKSANAAN BINTER TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH
PERTAHANAN YANG DIHARAPKAN

14. Umum. Prajurit Skadron diharapkan mampu mewujudkan sinkronisasi dan


harmoni dalam menjalin hubungan sosial dengan masyarakat sehingga pelaksanaan Binter
Terbatas dapat mencapai sasaran. Sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat
senantiasa memberikan kontribusi positif sebagai motivator dan dinamisator membantu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar satuan. Mampu menggalang semua
elemen masyarakat untuk bahu membahu dan berpartisipasi dalam kegiatan bersama antara
satuan, pemerintah di daerah dan masyrakat. Membahas kondisi kemampuan Prajurit
Skadron berarti tuntutan kualitas keidealan yang harus dipenuhi oleh prajurit bersangkutan
baik didukung oleh kapabilitas personal maupun stimulasi dinamika faktor eksternal yang
terjadi di tengah masyarakat.

12. Tingginya pengetahuan dan pemahaman tentang Binter. Peningkatan kemampuan


Prajurit Skadron dalam melaksanakan Binter Terbatas harus dibarengi dengan penguasaan
pengetahuan Binter dan wawasan yang luas. Prajurit paham benar apa itu hakikat, tujuan,
sifat, sasaran, metode Binter Terbatas, peranan dan kebijakan-kebijakan Komando atas
terkait upaya pemberdayaan wilayah pertahanan.
Pada dasarnya Binter Terbatas yang dilaksanakan oleh Satuan Batalyon/Skadron
memiliki sifat-sifat antara lain :
a. Terkoordinir dan Terpadu. Penyusunan rencana Binter terbatas harus melalui
koordinasi yang matang sejak tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pengakhiran antara Satuan Non Komando Kewilayahan, Komando Kewilayahan dan
Instansi terkait maupun dan masyarakat sekitar pangkalan sehingga dapat mencapai
sasaran yang diharapkan.
b. Sederhana. Binter Terbatas dilaksanakan secara sederhana, baik dalam
perencanaan, pengorganisasian maupun pelaksanaannya disesuaikan dengan
sasaran yang akan dicapai. Pada umumnya kegiatan yang dilaksanakan dititik
21

beratkan pada kegiatan karya bhakti, baik fisik maupun non fisik yang disesuaikan
kemampuan Satuan Non Komando Kewilayahan tanpa mengganggu kelancaran
tugas pokoknya.
c. Terbatas. Pelaksanaan Binter Terbatas memiliki keterbatasan pada
wewenang, tugas dan tanggung jawab serta terbatasnya kemampuan sarana
prasarana yang digunakan. Selain itu wilayah yang menjadi tanggung jawab Satuan
Non Komando Kewilayahan telah ditentukan oleh Komando Kewilayahan setempat
sesuai batasan radius yang telah ditentukan.
d. Fleksibel/Kenyal. Penyelenggaraan Binter terbatas menyesuaikan dengan
kondisi wilayah lingkungan (lain wilayah lain juga kondisinya).
e. Tepat dan Jelas (nyata). Sasaran yang hendak dicapai dalam
penyelenggaraan Binter terbatas harus jelas dan tepat sehingga hasilnya dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat serta bermanfaat bagi kepentingan pertahanan.

Peranan Binter Terbatas. Binter Terbatas yang dilaksanakan oleh Satuan Non
Komando Kewilayahan memiliki peran kedalam (dalam rangka sistem pembinaan
prajurit TNI AD) dan peran keluar (dalam rangka pembinaan Ketahanan Wilayah dan
Pertahanan Negara aspek darat).
a. Peran kedalam. ( dalam rangka Sistem Pembinaan Prajurit TNI AD ).
1) Membina dan membentuk sikap teritorial prajurit satuan dalam rangka
mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat.
2) Mewujudkan kondisi yang kondusif di lingkungan satuan, dalam rangka
mendukung terlaksananya tugas pokok satuan.
b. Peran keluar. (Dalam Rangka Pembinaan Ketahanan Wilayah dan Pertahanan
Negara aspek Darat).
1) Membantu terlaksananya program Binter yang diprogramkan oleh
Komando Kewilayahan setempat guna terwujudnya sasaran Binter.
2) Membantu terlaksananya program pembangunan daerah yang
dilaksanakan oleh Pemda setempat.
3) Mewujudkan ketahanan wilayah di daerah sekitar satuan.
22

Dasar pemahaman Prajurit Skadron terhadap berbagai aspek pengetahuan Binter


tersebut di samping merupakan prasyarat penting juga membantu mempermudah Prajurit
Skadron dalam menentukan sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat
sehingga nantinya dengan cepat pula mengetahui ciri-ciri, potensi dan kelemahan yang ada
di dalam masyarakat.
Dengan menguasai pengetahuan tentang ciri-ciri masyarakat dan pengelompokan
kekuatan sosial diharapkan Prajurit Skadron mampu menyumbangkan kontribusi untuk
melakukan pencegahan ataupun mengatasi segala permasalahan yang timbul dalam
kehidupan masyarakat dan menjadi pelopor dalam pengembangan potensi kreatif
masyarakat. Menekan aspek negatif bersumber dari karakter diri misalnya sifat egois, mau
menang sendiri, intoleran, sifat apathis dan lebih menonjolkan keunggulan karakter jati diri
misalnya toleran, kepedulian serta kepekaan dan kesigapan yang tinggi terhadap
perkembangan situasi yang memerlukan bantuan sosial. Senantiasa dapat dijadikan
keteladanan dalam bertindak sesuai etika moral, norma-norma dan hokum yang berlaku.
Prajurit Skadron harus menunjukan jiwa kepemimpinan personal dan bertindak secara
persuasif, komunikatif dan akomodatif serta simpatik dan mengayomi dalam segala aspek
kehidupan masyarakat. Kehadirannya di tengah masyarakat memperhatikan dan
memedomani prinsip-prinsip Binter yaitu ;
1) Manfaat. Dalam menyelenggarakan Binter Terbatas harus selalu dapat di
manfaatkan dan di rasakan oleh masyarakat dalam mengangkat harkat hidup,
disamping untuk kepentingan Hankam.
2) Tanggap. Diharapkan dalam pelaksanaan Binter terbatas harus mempunyai
sikap tanggap terhadap perkembangan sosial masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi perubahan lingkungan tanpa mengorbankan faktor keserasian dan
keterkaitannya terhadap lingkungan serta mengutamakan upaya pencegahan dari
pada pemindahan.
Dengan penguasaan dan pemahaman yang baik tentang semua hal terkait Binter
Terbatas, Prajurit Skadron akan semakin siap dan sigap Prajurit Skadron menempatkan diri
di tengah pergaulan masyarakat, di kenal secara luas, disegani dan diterima di semua
kalangan (petani, buruh, tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat).
13. Tingginya intensitas interaksi dengan masyarakat. Awalnya hubungan sosial dapat
terjalin atau terbentuk melalui komunikasi langsung atau tatap muka baik antara individu dan
23

antar kelompok. Tahap pengenalan harus diupayakan memberikan kesan pertama yang baik
agar selalu diingat dan menjadi modal dasar untuk meneruskan pola komunikasi berikutnya.
Didukung oleh pesatnya teknologi komunikasi yaitu telpon seluler, komunikasi dengan
elemen masyarakat dapat diintensifkan tanpa kontak fisik yang terpenting ikatan kedekatan
tetap terjalin dengan baik. Di samping pola komunikasi bersifat murni, pembentuknya jalinan
sosial dapat dilakukan melalui media pelaksanaan kegiatan bersama melibatkan masyarakat
semisal kegiatan kerja bakti, olah raga bersama, kegiatan keagamaan bersama, anjangsana,
kegiatan sosial bersama, pentas seni, pengembangan kreatifitas dan pembinaan sentra
industri rumah tangga dan lain-lain.
Kegiatan bersama tersebut sangat efektif menjadi media penguat koneksitas sosial
dengan masyarakat dan tentunya Prajurit Skadron mampu melaksanakan secara aktif
sehingga kontibusi kegiatan bersama dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat.
Peningkatan pola interaksi secara kuantitatif memiliki relevansi signifikan dalam
percepatan terbentuknya simpul-simpul sosial sehingga jaringan koneksitas Prajurit Skadron
di tengah masyarakat dapat semakin menguat.
Lebih jauh, secara kualitatif, terbentuknya pola komunikasi yang kondusif
memudahkan Prajurit Skadron memahami potensi-potensi masyarakat serta kemungkinan
kelemahan-kelemahan yang ada. Hal ini sangat berguna dalam membantu menciptakan
situasi yang kondusif di tengah masyarakat dan apabila ada gesekan kepentingan yang
menjurus terjadinya konflik horizontal akan dapat dicegah dengan cepat. Kondusifitas
kehidupan masyarakat adalah salah satu indikator nyata keberhasilan Prajurit Skadron dalam
melaksanakan Binter Terbatas di satuannya.
24

BAB VI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAJURIT SKADRON
DALAM PELAKSANAAN BINTER TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH
PERTAHANAN

14. Umum. Prajurit Skadron diharapkan memiliki profesionalisme secara utuh, di


mana tidak hanya profesional di dalam melaksanakan penugasan atau pertempuran atau
kegiatan yang bersifat teknis kemiliteran tetapi juga dituntut mumpuni dalam menghimpun
potensi wilayah menjadi kekuatan Hankam yang tangguh. Adapun peningkatan kemampuan
Binter Terbatas dapat dicapai melalui pendidikan, kursus, pelatihan, pembekalan/penataran
dan pengaplikasikan pengetahuan Binter dengan kegiatan nyata yang terencana dan terpadu
misalnya kerja bakti/karya bakti, anjangsana, kegiatan olah raga, keagamaan, pembinaan
kesadaran bernegara, pembinaan pengembangan kreatifitas masyarakat guna membantu
meningkatkan kualitas hidup dan kemanunggalan TNI-Rakyat.
Secara implisit maupun eksplisit, upaya meningkatkan kemampuan Prajurit Skadron
berusaha memberikan penjabaran dan berbagai langkah mengatasi faktor-faktor kendala
lemahnya pengetahuan Binter dan rendahnya intesitas interaksi sosial Prajurit Skadron di
tengah masyarakat merupakan bagian mendasar dalam rangka mencapai tujuan Binter
Terbatas guna memberdayakan wilayah pertahanan.

15. Tujuan. Tujuan peningkatan kemampuan Prajurit Skadron dalam pelaksanaan Binter
terbatas, meliputi ;
a. Agar Prajurit Skadron memahami tentang Binter terbatas dengan segala aspek
dan pengetahuan yang dimilikinya.
b. Agar Prajurit Skadron lebih termotivasi dan meningkatkan aktivitas interaksi
sosial dalam rangka memperkuat koneksitas sosial dengan masyarakat.
c. Agar Prajurit Skadron mampu menerapkan, mensosialisasikan Binter terbatas
kepada masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang damai, aman dan meningkat
kualitas hidupnya.
d. Agar Prajurit Skadron mampu memainkan peran dalam membantu
memberdayakan wilayah pertahanan melalui pelaksanaan Binter Terbatas.
25

16. Sasaran. Peningkatan kemampuan Binter Terbatas Prajurit Skadron diarahkan


pada sasaran, sebagai berikut ;
a. Peningkatan kualitas pemberdayaan wilayah pertahanan.
b. Terbinanya rasa persatuan dan kesatuan masyarakat yang ada dalam
lingkungan berdasarkan Pancasila.
c. Terbentuknya jaringan koneksitas sosial yang kuat antara Prajurit Skadron
dengan komponen masyarakat.
c. Terbinanya semangat partisipasi masyarakat lingkungan dalam pembangunan
dan keamanan terutama dukungan terhadap kegiatan-kegiatan dan eksistensi Satuan
Skadron.
d. Terwujudnya sistem keamanan dilingkungan dalam bentuk ketertiban,
ketentraman dan kewaspadaan masyarakat.
e. Terwujudnya kesadaran aparat pemerintah dan tokoh masyarakat bersama
Prajurit Skadron dalam menangani berbagai kasus sosial yang dapat mengganggu
ketentraman/keamanan daerah lingkungannya.
f. Mantapnya kemanunggalan TNI-Rakyat.

17. Subyek. Subyek penting yang berperan dalam upaya meningkatkan kemampuan
Prajurit Skadron dalam pelaksanaan Binter Terbatas, sebagai berikut ;
a. Danpusdikter selaku pejabat yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
serta fungsi utama pembinaan teritorial mengajukan usulan ke Komando Atas agar
dilaksanakan pendidikan/kursus teritorial kepada prajurit (Khususnya Bintara dan
Tamtama) sampai tingkatan Skadron.
b. Danrem/Danbrig membuat buku penjabaran sebagai pedoman yang
pengimplementasikan Binter Terbatas.
c. Danyon sebagai pembina satuan membina potensi yang ada di satuan secara
keseluruhan dengan membuat perencanaan dan penetapan serta membekali dengan
pengetahuan binter terbatas kepada anggota melalui pengarahan-pengarahan atau
jam komandan secara intensif.
26

d. Para Danki melaksanakan dan mengiatkan latihan-latihan teritorial sesuai


kalender latihan yang ditetapkan berikut monitoring, pengawasan dan pengendalian
anggota.

18. Obyek. Obyek pelaksanaan Binter Terbatas adalah Prajurit Skadron (Bintara dan
Tamtama) di satuan serta aspek geografi, demografi dan kondisi sosial masyarakat di sekitar
pangkalan 3-8 km. Obyek terkait secara terpadu melibatkan jalinan hubungan saling
berkorelasi dalam pelaksanaan Binter Terbatas.

19. Metode. Upaya meningkatkan kemampuan Prajurit Skadron dalam pelaksanaan


Binter Terbatas ditempuh melalui aspek pengetahuan dan penguatan interaksi sosial dan
aspek kemanunggalan TNI-Rakyat, dengan metoda meliputi pendidikan/kursus, penataran,
pembekalan/pengarahan, latihan teritorial, karya bhakti/kerja bakti dan kegiatan-kegiatan
bersama masyarakat dibidang sosial, olah raga, kesenian, organisasi kepemudaan,
kesehatan, keagamaan, pertemuan/anjangsana, penyuluhan kesadaran bela Negara,
pembinaan potensi ekonomi kreatif masyarakat.
Pada prinsipnya, penerapan metode Binter Terbatas segaris dengan metode yang
diterapkan dalam pelaksanaan Binter yang dijalankan oleh Satuan Kowil dalam porsi dan
kapasitas terbatas disesuaikan dengan kemampuan Prajurit Batalyon.

20. Sarana dan Prasarana. Dalam melaksanakan Binter Terbatas, sarana dan prasarana
merupakan bagian penting dalam memperlancar Prajurit Skadron dalam melaksanakan
Binter Terbatas. Satuan Skadron ditengah keterbatasan sarana dan prasarana harus tetap
memperhatikan aspek ini dalam rangka memfasilitasi anggotanya agar memiliki ruang gerak
yang memadai didukung oleh sarana prasarana yang cukup sehingga sasaran Binter
Terbatas dapat tercapai secara optimal. Tidak dipungkiri bahwa semua kegiatan
membutuhkan sarana prasarana sehingga mendukung peningkatan pelaksanaan Binter
Terbatas.

21. Upaya. Berbagai upaya konkret dan terintegral harus dilaksanakan guna
meningkatkan kemampuan Prajurit Skadron sehingga nantinya dapat lebih mengoptimalkan
perannya dalam melaksanakan Binter Terbatas di wilayah sekitar satuan.
27

Pembinaan yang dapat dilakukan guna mengatasi persoalan lemahnya pengetahuan


dan pemahaman Binter dan rendahnya interaksi sosial Prajurit Skadron, di tengah
masyarakat, adalah sebagai berikut :
a. Upaya mengatasi lemahnya pengetahuan dan pemahaman tentang Binter.
1) Tujuan. Faktor lemahnya pengetahuan dan pemahaman tentang Binter
terkait erat dengan penguasaan kognitif yang akan berpengaruh langsung
terhadap Prajurit dalam menentukan pola dan cara bertindak yang tepat di
lapangan atau di tengah masyarakat. Sehingga berbagai langkah untuk
mengatasi kendala internal ini bertujuan untuk menguatkan kemampuan
Prajurit Skadron terkait pengetahuan Binter.
2) Sasaran. Sasaran peningkatan pengetahuan dan pemahaman
bertumpu pada Prajurit Skadron sebagai obyek utama dalam hal ini
peningkatan kapabilitas intelektual baik secara kuantitatif maupun kualitatif
melalui sarana Pendidikan/kursus-kursus, yang meliputi :
a) Agar Prajurit Skadron paham tentang Binter terbatas
dengan segala aspek dan pengetahuan yang dimilikinya.
b) Agar Prajurit Skadron mampu membangun interaksi sosial
dalam rangka memperkuat koneksitas sosial dengan masyarakat.
c) Agar Prajurit Skadron mampu menerapkan, Binter terbatas
kepada masyarakat.
d) Agar Prajurit Batalyon mampu memainkan peran dalam
membantu memberdayakan wilayah pertahanan.
3) Subyek. Subyek yang berperan penting dalam upaya meningkatkan
kemampuan pengetahuan dan pemahaman Binter Terbatas Prajurit Skadron,
sebagai berikut ;
a. Danpusdikter selaku pejabat yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab serta fungsi utama pembinaan teritorial dapat
mengajukan usulan ke Komando Atas agar dilaksanakan
pendidikan/kursus teritorial kepada prajurit (Khususnya Bintara dan
Tamtama) sampai tingkatan batalyon dan penambahan kurikulum materi
teritorial di pendidikan atau kursus. Di samping itu, diupayakan adanya
28

pembinaan terpadu bidang teritorial untuk menjangkau semua tingkatan


Prajurit.
b. Danrem/Danbrig membuat buku penjabaran sebagai pedoman
pengimplementasian Binter Terbatas serta menggalakan kegiatan
pembekalan teritorial melibatkan prajurit Satuan Kowil dan juga
Batalyon.
c. Dandron sebagai pembina potensi yang ada di satuan secara
keseluruhan dengan membuat perencanaan dan penetapan serta
membekali dengan pengetahuan Binter Terbatas kepada anggota
melalui pengarahan-pengarahan atau jam komandan secara intensif dan
mengsinergikan antara kegiatan satuan dan kegiatan teritorial terbatas
sehingga Prajurit Skadron memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk
untuk belajar dan bila memungkinkan ada kegiatan pendidikan,
penataran dan pengarahan memebrikan kesempatan anggota untuk
mengikuti. Di samping itu, upaya menggiatkan aplikasi Binter melibatkan
kerjasama dengan satuan Non Kowil akan sangat efektif dalam
meningkatkan kemampuan dan pengalaman penerapan pengetahuan
Binter.
d. Para Danki melaksanakan dan mengiatkan latihan-latihan
teritorial sesuai kalender latihan yang ditetapkan. Kegiatan latihan terkait
teritorial selama ini masih sangat terbatas sehingga dengan metode
latihan kombinasi teori dan praktek akan dapat memberikan gambaran
konkret pada Prajurit dalam melaksanakan Binter Terbatas di tengah
masyarakat.
4) Obyek. Obyek pendidikan, pembekalan, kursus dan latihan sudah jelas
yaitu Prajurit Skadron (terutama Bintara dan Tamtama) di satuan. Sebagai
komponen terpenting dalam proses pembelajaran dan transformasi ilmu
pengetahuan, keberhasilan pendidikan dan latihan akan ditentukan oleh
kapasitas intelektual prajurit, sistem dan metode pendidikan serta sarana dan
prasaranan pendukung pendidikan serta latihan.
Selama ini pelaksanaan pendidikan yang khusus tentang pengetahuan
teritorial masih sangat terbatas yaitu kursus Perwira Teritorial dan Kursus
29

Fungsional Teritorial diperuntukkan buat perwira sedangkan pendidikan yang


menyasar Bintara dan Tamtama relatif tidak ada hanya pendidikan regular
khusus untuk para Babinsa atau Bintara yang diarahkan ke tugas kewilayahan.
Sebagaimana ketahui, ke depan peran prajurit (Bintara dan Tamtama) di
batalyon sangat penting dan paling dekat dengan masyarakat sehingga urgen
kiranya memperluas obyek sasaran pendidikan territorial dengan menyentuh
tingkatan paling bawah.
5) Metode. Upaya meningkatkan kemampuan Prajurit Simana telah
banyak dikupas di bab sebelumnya, pendidikan memilik peranan sangat
penting dalam meningkatkan kualitas kemampuan Prajurit, hanya melalui
proses transformasi ilmu, pengetahuan tentang Binter akan efektif diserap
selanjutnya dapat diterapkan ditengah masyarakat.
Saat sekarang, pendidikan atau pembekalan atau penataran materi
Binter masih sangat terbatas dan sangat jarang dilaksanakan pada prajurit
tingkatan bawah terlebih yang berdinas di satuan tempur, hal ini di satu sisi
dapat dipahami sebagai realitas karena pada umumnya Prajurit memiliki
kegiatan yang padat sehingga penting untuk memadukan langkah secara
integral guna meningkatkan kemampuan Binter Terbatas prajurit.
Di samping perencanaan atau program pendidikan atau kursus tentang
Binter untuk Prajurit, penyisipan materi Binter dalam pendidikan atau kursus-
kursus yang selama ini sudah diselenggarakan dapat membantu memberikan
kontribusi bagi prajurit dalam meningktkan wawasan dan pengetahuan tentang
Binter.
6. Sarana dan Prasarana. Dalam melaksanakan Binter Terbatas, sarana
dan prasarana merupakan bagian penting dalam memperlancar Prajurit dalam
melaksanakan BInter Terbatas. Sarana prasarana mendukung keberhasilan
pelaksanaan Binter karena banyak hal atau kegiatan yang tidak bisa
terlepaskan oleh dukungan sarana prasarana. Satuan Skadron ditengah
keterbatasan sarana dan prasarana harus tentap memperhatikan aspek ini
dalam rangka memfasilitasi anggotanya agar memiliki ruang gera yang
memadai didukung oleh sarana prasaranan yang cukup sehingga sasaran
Binter Terbatas dapat tercapai secara optimal.
30

b. Upaya mengatasi rendahnya interaksi sosial Prajurit Skadron, di tengah


masyarakat, sebagai berikut ;
1) Tujuan. Faktor rendahnya interaksi sosial Prajurit Skadron di tengah
masyarakat sekitar satuan merupakan keprihatinan sekaligus kelemahan buat
satuan. Karena interaksi sosial dalam hubungan timbal balik yang tidak
terbentuk antara Satuan Skadron, Prajurit dengan masyarakat dapat
mendatangkan efek dampak yang kurang baik untuk Satuan, Prajurit maupun
masyarakat itu sediri. Dan pola demikian tidak bisa dibiarkan sehingga dalam
rangka meningkatkan kemampuan Binter Terbatas agar dapat berdaya guna
serta berhasil guna dalam aplikasinya bagi kepentingan bersama maka
kegiatan interaksi dengan masyarakat atau semua elemen masyrakat harus
lebih ditingkatkan dan diintensifkan. Adapun tujuan peningkatan intensitas
interaksi antara Prajurit Skadron, antara lain :
a) Untuk meningkatkan jalinan kerjasama antara Prajurit dengan
masyarakat.
b) Membangun ikatan sosial dan emosional yang kuat dengan
masyarakat.
c) Terbentuknya kesamaan visi, misi dan tindakan dalam mengatasi
setiap konflik yang muncul di masyarakat.
d) Tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam mendukung setiap
kegiatan Satuan Skadron baik terkait pelaksanaan tugas maupun
kegiatan-kegiatan bersama.
e) Penguatan Citra TNI di tengah masyarakat.
f) Memudahkan dalam pengarahan dan mobilisasi untuk kegiatan
terkait pemberdayaan wilayah pertahanan.

2) Sasaran. Selaras dengan tujuan yang ingin diraih melalui


peningkatan intensitas interaksi sosial dengan masyarakat, maka secara
kuantitatif maupun kualitatif hubungan komunikasi yang intensif antara Prajurit
Skadron dengan masyarakat diharapkan dapat mewujudkan sasaran bersama
antara lain :
31

a) Agar Prajurit paham bagaimana menempatkan diri secara


tepat di tengah masyarakat.
b) Agar Prajurit mampu membangun interaksi sosial dalam
rangka memperkuat koneksitas sosial dengan masyarakat
sehingga tercipta ketahanan kehidupan masyarakat.
c) Agar Prajurit lebih memahami adat istiadat, norma, tradisi,
strata sosial dan mengenal secara luas setiap elemen
masyarakat.
d) Agar memudahkan setiap upaya kerjasama ataupun
melaksanakan kegiatan terpadu dalam rangka membantu
meningkatkan kualitas hidup masyrakat.
e) Agar citra TNI menguat dan kemanunggalan TNI rakyat
semakin tak terpisahkan.
f) Agar segala upaya memberdayakan wilayah pertahanan
mampu menghimpun kekuatan potensi masyarakat dan
terbentuknya kesadaran bela negara, nasionalisme kebangsaan
dan semangat kejuangan masyarakat yang tinggi.
3) Subyek. Subyek yang berperan penting membangun dan meningkatkan
interaksi sosial dengan masyarakat, antara lain ;
a. Danrem/Danbrig menggiatkan program Binter bersama Satuan
Kowil (Kodim-Kodim, Koramil-koramil dijajarannya bersama satuan
Batalyon dan melibatkan masyarakat secara luas. Danrem/Danbrig
membuat buku-buku protap Binter misalnya penanggulangan bencana
alam secara terpadu, penanggulangan kerusuhan sosial dan lain-lain
untuk dijadikan pedoman dan dilatihkan di satuan bawah bersama
masyarakat serta instansi terkait dalam menguatkan kerjasama dan
koneksitas sosial masyarakat.
c. Dandron sebagai pembina potensi yang ada di satuan memiliki
peran dominan dalam menciptakan ruang yang cukup bagi Prajurit di
Batalyon berupa waktu, sarana parasarana membina interaksi sosial
dengan menciptakan sinkronisasi antara kegiatan di satuan dengan
kegiatan bersama masyarakat. Meskipun intensitas kegiatan tinggi,
32

Danyon diharapkan tetap memperhatikan aspek komunikasi sosial


dengan merancang kegiatan-kegiatan bermisi sosial kemasyarakatan
dan peluang pengembangan hubungan yang tepat sasaran dengan
masyarakat.

4) Obyek. Obyek peningkatan interaksi sosial adalah prajurit Batalyon di


satu pihak dan masyarakat di pihak lain.
Fakta realitas dunia modern menempatkan komunikasi paling utama
dalam meningkatkan kualitas hidup dan pencapaian tujuan dan kepentingan
bersama. Bentuk komunikasi dengan media komunikasi publik yang beragam
menyentuh atau menembus batas ruang dan waktu telah mengantarkan
manusia mencapai kesuksesan sehingga dengan pola komunikasi yang
dinamis menempatkan hubungan antar individu maupun kelompok-kelompok
masyarakat dalam hubungan kesetaraan dan kesejajaran.
Dengan aktif berinterasi melalui hubungan komunikasi baik tatap muka
langsung maupun memanfaatkan media komunikasi publik maka banyak hal
positif tercipta antara dengan masyarakat. Interaksi sosial melibatkan berbagai
kemampuan dan keterampilan personal, melalui komunikasi kesepahaman
dapat dibangun namun terkadang komunikasi yang berjalan secara tidak sehat
juga akan mendatangkan efek serius pada kehidupan sosial.
Dilihat dari sudut aspek Prajurit sebagai obyek interaksi sosial, dengan
berbekal karakter jati diri yang kuat, Prajurit akan mampu bertindak secara
konsisten yang sesuai dengan norma agama, hukum ,sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, setabil,
dewasa arif, berwibawa, dan berakhlak mulia dan mengembangan kemampuan
secara profesional di tengah interaksi sosial kemasyrakatan. Yang terpenting,
dengan interaksi sosial yang intensif maka kepekaan dan kemampuan sosial
Prajurit terbentuk dan semakin dapat memberikan kontribusi nyata
mempercepat pencapaian tujuan masyarakat meraih keberhasilan dalam
kehidupan.
Dilihat dari sudut aspek masyarakat, dinamika kehidupan sosial
masyarakat berproses demikian cepat sehingga harus disadari tidak akan
33

mudah membangun hubungan sosial yang harmoni dilandasi saling pengertian


dan memahami satu sama lain. Masyarakat yang multikarakteristik cenderung
memunculkan pro kontra dalam menanggapi setiap fenomena berkembang
sehingga terkadang perbedaan-perbedaan pendapat atau gesekan
kepentingan kalau tidak dicarikan jalan penyelesaian yang bijak, cermat dan
tepat dapat menyeret kedalam konflik serius.
Dinamika masyarakat yang tinggi karena dampak teknologi informasi
yang kecenderungan mengubah pola interaksi sosial dan parameter yang
semakin tinggi dan cerdas terhadap segala bentuk kegiatan dan tindakan.
Masyarakat semakin kritis dan tidak mudah dihadapi sehingga perlu pola
komunikasi yang tepat dan mampu diterima sesuai logika berfikir masyarakat
artinya bagaimana mengubah, mengarahkan pandangan, opini dan tindakan
masyarakat agar sesuai dengan yang inginkan dan mendukung kegiatan yang
direncanakan.
Pentingnya upaya intensif menjalin komunikasi antar elemen dilandasi
niatan baik memanfaatkan sarana modernitas teknologi dan kegiatan bersama
menjadi efektif mengeliminir dampak penyimpangan dari koneksitas sosial.
Terlebih bagi sebagian besar elemen masyarakat telah mampu menciptakan
pola komunikasi dengan Prajurit , tentu banyak hal dapat dikerjakan bersama-
sama demi mewujudkan tujuan bersama yang mulia.
Indikator keberhasilan menciptakan hubungan sosial yang sehat dan
kondusif di tengah masyarakat dapat terlihat dari berbagai hal, sebagai berikut :
a) Tingkat dukungan yang tinggi dari masyarakat terhadap
keberadaan Satuan Skadron di wiayahnya.
b) Tingginya atusiasme masyarakat terhadap setiap kegiatan yang
dilaksanakan secara bersama-sama misalnya kerja bakti, olah raga,
pengobatan massa, kegiatan agama dan lain sebagainya.
c) Keamanan dan kenyamanan dapat terjaga dan terpelihara oleh
jalinan kerjasama yang baik semua pihak.
d) Efektifnya pemanfaatan lembaga sosial dalam menangani
berbagai permasalahan yang muncul di tengah masyarakat.
34

5) Metode. Jika upaya meningkatkan kemampuan Prajurit dalam


pelaksanaan Binter Terbatas ditempuh melalui aspek pengetahuan dengan
metoda pendidikan/kursus, penataran, pembekalan/pengarahan, latihan
teritorial maka metode yang diterapkan dalam upaya meningkatkan intensitas
interaksi sosial lebih aplikatif dan menyentuh langsung kehidupan masyarakat.
Metode ini sebenarnya selaras dengan penerapan metode Binter sebagai mana
selama ini diterapkan oleh aparat teritorial di satuan Kowil, meliputi metode
pembinaan Bidang Perlawanan Wilayah, Komunikasi Sosial dan Bidang Bhakti
TNI. Namun dalam konteks pelaksanaan Binter Terbatas tidak semua atau
sedetail dalam penerapan di lapangan dengan lebih memberikan poin
penekanan dan metode komunikasi sosial.
Disebutkan penerapan metode Bhakti TNI dengan porsi keterlibatan
Prajurit Batalyon sesuai urgensifitasnya dalam upaya meningkatkan hubungan
sosial dengan masyarakat dapat dipahami mengingat metode ini menempatkan
Satuan Kowil sebagai Domain utama. Pelibatan Prajurit dalam Bidang Bhakti
TNI tetap namun dominasi proses pelaksanaannya melekat pada Prajurit atau
aparat kewilayahan. Dalam lingkup kecil Bhakti TNI diarahkan untuk
menanamkan kesadaran akan pentingnya mencintai lingkungan, kesehatan,
pendidikan dan membangkitkan kembali semangat kebersamaan dan
kegotongroyongan kegiatan bersama atau karya bhakti Prajurit dengan
masyarakat dilaksanakan secara rutin maupun bersifat insidentil yang
diselenggarakan oleh satuan ataupun perorangan misalnya kegiatan
keagamaan, olahraga, anjangsana, gelar seni budaya serta kerja bhakti
dilakukan secara terprogram minggu 1,2, dan 3 dalam setiap bulan selama 2
hari dalam rangka membantu mengatasi kesulitan masyarakat.
Kemudian, keterlibatan pengerahan Prajurit tetap dilakukan meski
sasaran obyeknya terkadang bukan dalam radius daerah binaan langsung dan
harus tetap dipahami sebagai bagian dari upaya Prajurit menguatkan jalinan
sosial dengan masyarakat. Pola pendekatan kesejahteraan masyarakat
diperhatikan baik di bidang fisik, materiil dan bidang mental spiritual dengan
melibatkan kerja sama dengan instansi terkait secara integral dan terpadu.
35

Dengan sasaran, ruang dan waktu serta kegiatan lebih konkret yaitu
berupa bantuan fisik dalam bentuk bantuan kemanusiaan baik akibat bencana
alam maupun karena kondisi masyarakat dan wilayah yang terbelakang,
dengan melaksanakan pembangunan fisik untuk kebutuhan sosial masyarakat
dan kebutuhan perorangan dari masyarakat, seperti pembuatan saran
tranportasi jalan, pembangunan sarana peribadatan, sarana kesehatan, irigasi,
pipanisasi, perumahan masyarakat dan lain-lain.
Sementara itu, untuk kegiatan non fisik dalam bentuk penytuluhan
kepada masyarakat yang terkait dengan masalah mental spiritual, hukum,
pengetahuan umum dan pengetahuan khusus yang dibutuhkan masyarakat,
seperti penyuluhan-penyuluhan tentang pengamanan swakarsa, kesadaran
hukum, bela negara, wawasan kebangsaan dan kehidupan berbangsa,
kamtibmas, siskamling, sosialisasi batas wilayah dan UU Otonomi Daerah,
Binter Pasca UU NO. 34 tahun 2004 tentang TNI, disiplin nasional, kerukunan
antar umat beragama, kesadaran bergotong royong, masyarakat sehat,
kesehatan ibu dan anak serta masyarakat pedesaan, pemberantasan malaria,
program pendidikan sekolah, intensifikasi lahan pertanian, program tanaman
holtikultura, pelestarian dan perlindungan hutan, penghijauan dan pertanian,
budidaya rumput laut, prosedur penerimaan sapi, dan mengadakan pelatihan
Pramuka, PBB, pengobatan massal, pemutaran film perjuangan/kesehatan,
olah raga bersama.
Selain metode Bhakti TNI yang lebih penting lagi dalam upaya
meningkatkan intensitas interaksi sosial dengan masyarakat adalah
pengembangan metode komunikasi sosial. Metode ini bukan hal baru, sudah
sejak lama diterapkan sebagai salah satu metode Binter, tujuan
dilaksanakannya metode komunikasi sosial untuk menjamin hubungan yang
harmonis dengan seluruh komponen masyarakat, sehingga timbul saling
pengertian tentang peran, fungsi dan tugas Prajurit Batalyon serta tumbuhnya
partisipasi positif seluruh elemen masyarakat dalam bidang pertahanan di darat
serta meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat. Berbagai upaya membangun
koneksitas sosial yang kuat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
36

a) Melakukan komunikasi intensif dengan aparatur pemerintah


melalui kegiatan nonformal, komunikasi dilaksanakan lewat kegiatan
olah raga bersama, seni budaya dan kunjungan informal untuk
membangun hubungan emosional yang positif.
b) Komunikasi dengan komponen masyarakat dilaksanakan dalam
bentuk kunjungan kepada para pimpinan informal atau tokoh masyarakat
seperti para Raja/bangsawan, Tokoh Agama, Tokoh Adat, tokoh
generasi tua/muda yang ada di sekitar satuan.
c) Komunikasi dengan Keluarga Besar TNI (KBT) secara
formal/informal seperti rapat, tata muka, olah raga bersama, acara seni
budaya dalam rangka memperkokoh hubungan emosional dan
pembinaan kesadaran akan wawasan kebangsaan dan rasa
nasionalisme.
Dalam menjalin hubungan sosial menganut prinsip flesibilitas sehingga
tidak ada praanggapan bahwa level Prajurit di Skadron tidak cukup punya
kapabilitas memainkan peran demikian besar menjalin koneksitas sosial di
strata masyarakat, justru anggapan tersebut tertepis sebab di era keterbukaan
kecenderungan individu-individu dalam masyarakat memiliki resistensi yang
rendah dan keterbukaan karakter dan tolerasi hubungan yang tinggi dengan
mengesampingkan faktor strata sosial yang berbeda. Apabila ada benang
merah kepentingan baik itu keselarasaan atau kesepahaman kepentingan, visi,
pola hidup dan aspek kehidupan lainnya tentu individu-individu dalam
masyarakat akan memiliki tingkat penerimaan yang tinggi, mengingat banyak
Prajurit yang berpotensi.
6) Sarana dan Prasarana. Dalam melaksanakan Binter Terbatas terkait
upaya meningkatkan interaksi dengan masyrakat sebenarnya tidak terlalu
terpengaruh oleh kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki, sebab pola
komunikasi selain melalui penyatuan kegiatan bersama juga dapat
memanfaatkan sarana komunikasi yang ada HP, Internet, sesuai kategori
elemen masyarakat. Faktanya memang, yang lebih penting adalah
menyediakan ruang waktu dan kesempatan yang cukup bagi Prajurit Batalyon
untuk menjalin hubungan komunikasi dan kerja sama yang luas dengan
37

masyarakat, kalau hal ini dilakukan hasilnya akan dirasakan pula oleh satuan
dalam mendukung pelaksanaan tugas.
Mencermati paparan tentang berbagai upaya konkret dan terintegral
yang harus dilaksanakan tersebut, menjadi atensi bersama Komando Atas,
Komandan Satuan terutama Prajurit bahwa segala aspek menyangkut
pelaksanaan Binter Terbatas semakin mengandung esensi strategis bagi
kepentingan TNI ke depan.
38

BAB VII
PENUTUP

22. Kesimpulan. Beberapa hal dapat disimpulkan dari pembahasan tentang upaya
meningkatkan kemampuan Prajurit Skadron dalam pelaksanaan Binter Terbatas guna
memberdayakan wilayah pertahanan, antara lain :

a. Upaya meningkatkan kemampuan Prajurit Skadron dalam pelaksanaan Binter


Terbatas akan berpengaruh signifikan dalam mempersiapkan wilayah pertahanan se
dini dengan memberdayakan potensi masyarakat.
b. Peningkatan kemampuan Prajurit Skadron dipengaruhi oleh faktor pengetahuan
dan pemahaman Binter dan interaksi sosial Prajurit Skadron di tengah masyarakat.
c. Upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman Binter Prajurit dilakukan
melalui pendidikan, kursus, pembekalan, pengarahan dan latihan-latihan terbatas
tentang Binter di satuan.
d. Peningkatan intensitas interaksi sosial dilaksanakan melalui pengintensifan
penggunaan sarana komunikasi dan aplikasi langsung dengan anjangsana, karya
bhakti, komunikasi sosial menjangkau seluruh elemen masyarakat.
e. Keberhasilan peningkatan kemampuan Prajurit dalam pelaksanaan Binter
Terbatas sangat dipengaruhi oleh peran Komandan.
f. Komandan Skadron harus mampu mensinergikan antara kegiatan satuan
dengan kegiatan Binter Terbatas dan memberikan ruang gerak yang cukup buat
Prajurit untuk berinteraksi dengan masyarakat.
g. Mengingat peran Prajurit sangat strategis dalam memberdayakan wilayah
pertahanan melalui Binter Terbatas maka pentingnya upaya integral dan terpadu guna
meningkatkan kemampuannya sehingga ke depan pelaksanaan Binter terbatas dapat
lebih mendukung keberhasilan tugas TNI AD.
39

23. Saran. Beberapa saran dapat diberikan guna meningkatkan kemampuan


Prajurit Skadron dalam pelaksanaan Binter Terbatas guna memberdayakan wilayah
pertahanan, antara lain :

a. Dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Binter melalui pendidikan


maka pentingnya memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan bidang
teritorial kepada prajurit khususnya level Bintara dan Tamtama di Skadron.
b. Penggiatan program Pembinaan Teritorial terpadu yang menyasar hingga
prajurit lapis terbawah dilakukan oleh LKT yang berwenang akan efektif mempercepat
pencapaian sasaran peningkatan kualitas Prajurit terkait pengetahuan Binter.
c. Penggiatan aplikasi Binter melibatkan kerjasama Aparat Kowil dan Prajurit
yang menyentuh harkat kehidupan masyarakat merupakan upaya terpadu disamping
secara tidak langsung meningkatkan kemampuan Prajurit dalam berinteraksi dengan
masyarakat juga dapat menguatkan kemanunggalan TNI-rakyat.
d. Secara teknis dalam rangka memberikan ruang waktu, kesempatan dan gerak
yang cukup bagi Prajurit dalam membangun koneksitas sosial maka diupayakan
Komandan menyediakan waktu khusus setiap hari dengan ukuran yang proporsional
bagi Prajurit untuk terjun ke masyarakat dengan catatan tetap tidak menggangu tugas
pokok satuan.
e. Penggiatan pelaksanaan Binter Terbatas, di samping fokus pada Prajurit
sebagai obyek pembinaan sekaligus sebagai subyek Binter Terbatas, juga pentingnya
program kegiatan-kegiatan formal melibatkan Satuan Skadron dengan masyarakat
melalui media anjangsana ke tokoh masyarakat, karya bhakti sekali dalam setiap
minggu, olah raga bersama setiap minggu, kegiatan agama, seni dan budaya serta
pengembangan potensi kreatif masyrakat lainnya. Dengan kegiatan bersama
menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat diharapkan semakin efektif dalam
rangka memperkuat hubungan Prajurit Skadron, Satuan Skadron dengan masyarakat.
g. Mengingat peran Prajurit sangat strategis dalam memberdayakan wilayah
pertahanan melalui Binter Terbatas maka frekuensi kegiatan yang dilaksanakan
secara terpadu melibatkan Korem, Kodim, Koramil serta Prajurit dan masyrakat
misalnya kegiatan pembekalan Binter setiap dua minggu sekali, lomba-lomba atau
turnamen bidang seni, budaya, olah raga, dan kegiatan lainnya yang menggangkat
potensi kreatif masyarakat setiap bulan diselenggarakan lebih diintensifkan dengan
40

tetap memperhatikan prioritas, efektifitas, daya dukung serta daya guna dan
pencapaian hasil sesuai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

Demikian karangan militer yang mengambil bahasan tentang Upaya Meningkatkan


Kemampuan Prajurit Skadron-21/Sena dalam Pelaksanaan Binter Terbatas Guna
Memberdayakan Wilayah Pertahanan, semoga mampu memberikan gambaran dan
menambah khasanah pengetahuan bagi masyarakat maupun peminat bidang kemiliteran.

Pondok Cabe, Mei 2020


Penulis

Puspita Ladiba
Letda Cpn (k) NRP 11170022510595
41

PUSAT PENERBANGAN ANGKATAN DARAT


SKADRON-21/SERBA GUNA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAJURIT


SKADRON-21/SERBA GUNA DALAM MELAKSANAKAN BINTER
TERBATAS GUNA MEMBERDAYAKAN WILAYAH PERTAHANAN

Pondok Cabe, Mei 2020


42

Anda mungkin juga menyukai