Anda di halaman 1dari 6

Vol.2 No.

8 Januari 2022 2791


……………………………………………………………………………………………………...
OPTIMALISASI SINERGITAS TNI, POLRI DAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
DALAM PENANGGULANGAN KELOMPOK TERORIS PAPUA GUNA
MEWUJUDKAN KEUTUHAN NKRI

Oleh
Rantau Isnur Eka1), Rizerius Eko Hadisancoko2), Lukman Yudho Prakoso3)
1,2,3Prodi Strategi dan Kampanye Militer-Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas

Pertahanan RI
Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Sentul Bogor Jawa Barat
Email: 1kamalekumdeplek@gmail.com

Abstrak
Situasi keamanan di Papua belakangan ini kembali menunjukkan eskalasi dan cenderung
memanas. Menanggapi ekskalasi dan kekerasan yang terjadi di Papua beberapa waktu ini, Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD memastikan
pemerintah telah mengkategorikan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua serta seluruh
organisasi dan orang-orang yang tergabung di dalamnya, dan yang mendukung gerakan tersebut,
sebagai teroris. Situasi keamanan yang meningkat di wilayah Papua menjadi urgensi
diperlukannya pendekatan yang komprehensi antara TNI, Polri, Satkowil, Pemda, K/L untuk
bersinergi dalam rangka meredam konflik Papua. Teori yang digunakan dalam menganalisa
persoalan ini adalah teori optimalisasi, sinergisitas, kontra insurjensi, konsep terorisme, dan
konsep pertahanan negara. Metode yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi, berdasarkan pengalaman peneliti selama bertugas di Papua. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa sinergisitas antara lembaga / kementerian telah terselenggara
baik dalam bentuk dialog, pendekatan soft power dalam kerangka OMSP, maupun pemberdayaan
terhadap masyarakat setempat dengan bersinergi bersama pemerintah lokal. Namun, dengan masih
berlangsungnya konflik dan beberapa ekskalasi yang terjadi, hal ini menunjukkan sinergsitas
tersebut masih belum cukup optimal.
Kata Kunci: Papua, Sinergisitas, Teroris, Kementerian/Lembaga, Kelompok Kriminal
Bersenjata

PENDAHULUAN Nasional Indonesia (TNI) sebagai komponen


Indonesia merupakan salah satu negara utama Sistem Pertahanan Negara bersama
di dunia yang dianugerahi dengan masyarakat rakyat telah melaksanakan beberapa upaya
yang plural dan memiliki heterogenitas etnik. pertahanan negara. Upaya ini dimulai dari
Keberagaman tersebut secara horizontal penumpasan pemberontakan pada peristiwa
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan- PKI di Madiun (1948), pemberontakan DI/TII
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku (1950), Pembebasan Irian Barat (1961),
bangsa, agama, adat istiadat dan Operasi Dwikora (1963), Penumpasan
primordialisme. Dengan struktur sosial yang G30S/PKI (1965), dan Operasi Seroja (1974-
sedemikian kompleks, Indonesia dihadapkan 1999) [1]
kepada potensi ancaman permasalahan konflik Situasi keamanan di Papua belakangan
antar etnik, kesenjangan sosial dan tantangan ini kembali menunjukkan eskalasi dan
terhadap keutuhan NKRI. Dalam rangka cenderung memanas. Berbagai aksi unjuk rasa
menjaga keutuhan wilayah NKRI sebagai suatu menolak status otonomi khusus (Otsus) hingga
bangsa dan negara yang berdaulat, Tentara berbagai insiden penembakan akibat konflik

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2792 Vol.2 No.8 Januari 2022
………………………………………………………………………………………………………
bersenjata terus memakan korban jiwa, baik menanggulangi konflik yang masih berlangsung
dari warga sipil, tokoh masyarakat hingga di Papua. Teori ini ddiperlukan untuk
aparat keamanan. Terkait kontak senjata ini, menganalisas signifikansi dan indikator
TNI sempat merilis hal tersebut dilakukan keberhasilan sinergsisitas antara Polri, beserta
Kelompok Teroris sebutan yang disematkan Kementerian/Lembaga dalam upayanya
pada Tentara Pembebasan Nasional Papua menyelesaikan konflik di Papua melalui
Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB- pendekatan keamanan dan kesejahteraan.
OPM) bertujuan mencari perhatian untuk Dengan demikian, pada hasil penelitian dapat
Sidang Umum PBB. Lalu, bulan September diidentifikasi apakah upaya aparat bersama
tahun 2020 sejumlah aksi demonstrasi menolak dengan K/L dapat terwujud sesuai dengan
Otsus juga marak terjadi di Papua, salah tujuan. Menurut A.F. Stoner dan Charles Wankel
satunya unjuk rasa menolak penerapan otonomi [3], tingkat kerjasama yang terbaik adalah
khusus Papua Jilid II di sekitar Universitas sinergistik yaitu kerjasama yang tinggi, saling
Cendrawasih, Jayapura, Papua. mempercayai, dan terpadu sehingga
Dari berbagai persoalan yang terjadi di menghasilkan output yang lebih besar dari
Papua dan beberapa uraian mengenai penjumlahan hasil kinerja masing-masing pihak.
pendekatan yang dapat dilakukan di wilayah Menurut Stephen Covey [4], sinergi
tersebut, maka dapat dilihat bahwa sinergisitas didefinisikan sebagai proses kreatif yang
antar lembaga, dalam hal ini K/L terlkait, terwujud ketika dua pihak bersama-sama
Kepolisian dan TNI merupakan sesuatu yang melakukan negosiasi serta brainstorming untuk
diperlukan di Papua. Melalui pendekatan ini, mencapai solusi.
diharapkan penyelesaian konflik di wilayah Penelitian ini menggunakan penelitian
tersebut dapat optimal dan komprehensif, kualitatif. Metode kualitatif lebih menekankan
sehingga dapat menyentuh akar persoalan pada pengamatan fenomena dan lebih meneliti
penyebab konflik. Sebagaimana merujuk pada ke subtansi makna dari fenomena tersebut.
konsep sistem pertahanan negara Indonesia Analisis dan ketajaman penelitian kualitatif
yang menganut sistem pertahanan dan sangat terpengaruh pada kekuatan kata dan
keamanan rakyat semesta (sishankamrata), kalimat yang digunakan. Oleh karena itu,
maka dalam hal ini TNI dan Kepolisian negara Sugiyono mamaparkan bahwa fokus dari
Republik Indonesia memegang peranan penting penelitian kualitatif adalah pada prosesnya dan
sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai pemaknaan hasilnya. Perhatian penelitian
kekuatan pendukung.[2] Sisnhamkarata ini kualitatif lebih tertuju pada elemen manusia,
dalam implementasinya melibatkan seluruh objek, dan institusi, serta hubungan atau
unsur guna mewujudkan pertahanan negara. interaksi di antara elemen-elemen tersebut,
Dalam halnya persoalan Papua, maka dalam upaya memahami suatu peristiwa,
implementasi sishankamrata dapat terwujud perilaku, atau fenomena [5].
melalui sinegisitas antar lembaga baik TNI,
Polri, dan Kementerian/Lembaga dalam upaya HASIL DAN PEMBAHASAN
mejudukan keutuhan NKRI di Papua. Hal inilah Peran TNI dan POLRI dalam
yang kemudian peneliti bahas dan analisa pada pemberantasan terorisme di Papua dalam upaya
bagian selanjutnya. menjaga kedaulatan NKRI ditinjau dari
perspektif pembaharuan hukum pidana
METODE PENELITIAN berorientasi pada kebijakan dan sekaligus
Teori ini digunakan guna menganalisis pendekatan yang berorientasi pada nilai, namun
tindakan, proses, atau metodologi oleh TNI, tetap harus mengedepankan prinsip law
Polri, beserta Kementerian/Lembaga dalam enforcement. Orientasi pada kebijakan dapat
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.8 Januari 2022 2793
……………………………………………………………………………………………………...
dilihat pada pembentukan Undang-Undang wilayah Papua dengan sandi operasi
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Nemangkawi dalam rangka penegakan hukum
Tindak Pidana Terorisme, dan penerbitan terhadap gangguan keamanan yang
Perpres yang mengatur pelibatan TNI dalam ditimbulkan kelompok kriminal bersenjata
pemberantasan terorisme. Orientasi pada nilai, (KKB) [9]. Rangkaian peristiwa gangguan
adalah bahwa pelibatan TNI dan POLRI ini keamanan berupa teror bom, penculikan,
didasarkan pada pertimbangan, bahwa tindak pembunuhan terhadap aparat keamanan dan
pidana terorisme yang selama ini terjadi di masyarakat termasuk perusakan dan
Indonesia merupakan kejahatan yang serius pembakaran fasilitas umum yang terjadi di
yang membahayakan ideologi negara, wilayah Papua dibarengi dengan penyerangan
keamanan negara, kedaulatan negara, nilai, terhadap markas kepolisian di Papua,
kemanusiaan dan berbagai aspek kehidupan memberikan gambaran betapa rawan dan berat
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta tugas kepolisian yang diemban oleh Polda
bersifat lintas negara, terorganisasi dan Papua dengan dibantu BKO satuan lainnya
mempunyai jaringan yang luas serta memiliki seperti Korbrimob Polri dalam mewujudkan
tujuan tertentu.[6] akuntabilitas Polri selaku aparat negara
Selain pendekatan ekonomi, hal yang penegak hukum, pelayan dan pelindung
lebih mendesak adalah pemerintah harus masyarakat yang profesional dan mampu
memecahkan akar penyebab konflik Papua, diandalkan.[10]
yang hingga sekarang masih belum Mengacu kepada Pasal 15 ayat 1 huruf
terselesaikan. Hal ini sesuai dengan teori-teori (b) UU Kepolisian yang menyebutkan bahwa
tentang kontrainsurgensi atau penumpasan dalam menyelenggarakan tugasnya kepolisian
pemberontakan, yang melihat bahwa akar Negara Republik Indonesia berwenang untuk
masalah pemberontakan biasanya tidak hanya membantu menyelesaikan perselisihan warga
terkait politik atau wilayah teritorial. Lebih dari masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban
itu, suatu pemberontakan cenderung umum. Upaya- upaya penyelesaian perselisihan
berkembang dalam kondisi represi ideologi, atau konflik sendiri telah sedemikian rupa
agama, etnis, budaya, hingga ekonomi [7]. Oleh diatur di dalam UU Penanganan Konflik Sosial
karena itu, negara yang melakukan yang meliputi : penghentian kekerasan fisik;
kontrainsurgensi harus menggunakan strategi penetapan Status Keadaan Konflik; dan
dan program untuk memenangkan dukungan tindakan darurat penyelamatan dan
rakyat dalam mengalahkan pemberontakan perlindungan korban; dan/atau bantuan
(winning hearts and minds) untuk melegitimasi penggunaan dan pengerahan kekuatan TNI[11].
pengaruh negara. Seperti dirumuskan oleh Dalam konteks ini sinergisitas antara TNI dan
pakar kontrainsurgensi Prancis, David Galula, Polri merupakan poin penting guna
kontrainsurgensi ideal adalah 20% aksi militer keberhasilan operasi keamanan di Papua.[12]
dan 80% politik untuk memenangkan Dalam rangka mengoptimalisasikan
dukungan rakyat tersebut.19 Penggunaan kerjasama ntara TNI dan Polri dalam
kekuatan militer yang berlebihan justru penanganan isu Papua, terdapat beberapa hal
cenderung kontraproduktif, karena dapat yang dapat ditingkatkan. Pertama, peningkatan
menyebabkan korban sipil dan menurunkan dukungan stakeholders terhadap pelibatan
legitimasi pemerintah.[8] TNI-Polri, melalui penyusunan dan penerbitan
Polri sendiri semenjak tahun 2019 peraturan sebagai pedoman yang mengatur
hingga saat ini telah menerbitkan 3 (tiga) Surat tentang tugas TNI-Polri dalam menangani
Perintah penugasan guna menjaga situasi KKB di Papua, peningkatan pemahaman yang
keamanan dan ketertiban masyarakat di sama mengenai tugas pengananan KKB di

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2794 Vol.2 No.8 Januari 2022
………………………………………………………………………………………………………
Papua, melaksanakan pemenuhan sarana dan masyarakat Papua, peningkatan 2794endidika
prasarana, dengan metode penetapan, TNI-Polri dengan Pranata Sosial di Papua
pengkajian, koordinasi, instruksi, penyusunan, dengan metode komunikasi, koordinasi,
penerbitan, evaluasi, pengusulan, diskusi, 2794endidika, diskusi, revisi, sosialisasi, dan
revisi, pengesahan, sosialisasi, dan kerja sama evaluasi, menggunakan sarana berupa program
serta menggunakan sarana berupa rapat orang tua asuh, forum kemasyarakatan, Ormas
bersama, format kerjasama konfigurasi, NKRI di Papua, Organisasi kepemudaan,
kerjasama dengan kementerian terkait, kampong binaan dan pihak ketiga dalam rangka
universitas kelompok pemerhati konflik sosial mencapai tujuan mewujudkan peningkatan
dalam rangka mencapai tujuan mewujudkan kolaborasi peranan TNI-Polri dengan pranata
peningkatan dukungan stakeholders terhadap sosial dalam pemberdayaan masyarakat guna
pelibatan TNI-Polri dalam penanganan KKB di penanganan KKB di Papua.
Papua.[13]
Kedua, peningkatan sinergitas konsep PENUTUP
operasi yang digelar Satgas TNI-Polri, melalui Kesimpulan
perumusan mekanisme, pelaksanaan Berdasarkan pembahasan yang telah
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka
sinergitas program TNI-Polri dalam dapat disimpulkan sebagai berikut:
penanganan KKB di Papua, peningkatan kerja a. Hasil penelitian di atas menunjukkan
sama Satgas Tindak, Satgas Gakkum, dan bahwa sinergisitas TNI-Polri dengan
Satgas Humas, dengan metode koordinasi, komponen bangsa lainnya saat ini telah
penyuluhan, komunikasi, kerjasama dan diselenggarakan dalam bentuk dialog
sosialisasi dengan menggunakan sarana berupa yang dilakukan antara kementerian dan
rapat koordinasi, latihan bersama, pendidikan 2794endidi. Kemudian adanya
terintegrasi dalam rangka mencapai tujuan penanganan soft power yang digunakan
mewujudkan peningkatan sinergitas konsep TNI-Polri sebagai bentuk kolaborasi
operasi yang digelar Satgas TNI-Polri guna dalam kerangka OMPS TNI, dan jalinan
penanganan KKB di Papua [14]. 2794endidika natara pemerintah pusat
Ketiga, penerapan pendekatan soft dengan daerah 2794endidi dengan
power yang digunakan TNI-Polri, melalui masyarakat setempat dalam bentuk
pelurusan sejarah masuknya Papua ke pemberdayaan. Namun
Indonesia, melaksanakan kegiatan kontra demikian,sinergisitas TNI-Polri dengan
propaganda dan internasionalisasi Papua segenap komponen bangsa lainnya
dengan metode koordinasi, penyuluhan, masih belum dapat menangani ancaman
komunikasi, kerjasama dan sosialisasi dengan KKB di Papua.
menggunakan sarana berupa rapat bersama, b. Sinergitas konsep operasi yang digelar
lembaga pendidikan, komunitas sosial kreatif, Satgas TNI-Polri dalam menangani
kebijakan maupun peraturan, pendidikan ancaman KKB di Papua belum terjalin
politik dan forum diskusi dalam rangka dengan optimal. Hal ini disebabkan
mencapai tujuan mewujudkan penerapan Pola komunikasi yang baru terbangun
pendekatan soft power yang digunakan TNI- antara Satgas TNI-Polri hanya
Polri guna penanganan KKB di Papua [15]. komunikasi respectful. Sehingga antara
Terakhir, yaitu meningkatan kolaborasi Satgas Tindak, Satgas Gakkum, dan
peranan TNI-Polri dengan pranata sosial dalam Satgas Humas masih cenderung berdiri
pemberdayaan masyarakat, melalui sendiri-sendiri. Akibat dari belum
peningkatan wawasan kebangsaan kepada terbentuknya sinergitas konsep operasi
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.8 Januari 2022 2795
……………………………………………………………………………………………………...
yang digelar Satgas TNI-Polri maka http://smallwarsjournal.com, 8 September
akan menjadi hambatan dalam 2007., pada 12 Mei 2021.
pencapaian sasaran pokok sehingga [4] Chauvel, D. (2005). Constructing Papua
pelaksanaannya akan meleset dari Nationalism: History, Etnicity and
waktu yang telah direncanakan. Dengan Adaptation. Washington: East-West
demikian penanganan ancaman KKB Center.
yang dilakukan oleh TNI-Polri [5] Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
2795endidi komponen bangsa lainnya Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
selama ini, belum menyentuh pada Alfabeta.
pokok persoalan, termasuk mengatasi [6] Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
faktor-faktor penyebab konflik Papua Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
itu sendiri. Dalam hal ini maka Alfabeta.
peningkatan sinergitas konsep operasi [7] Dipua, A., Harahap, N., Puspitawati, D.,
yang digelar Satgas TNI-Polri Aminuddin, F., Prakoso, L. Y., Brawijaya,
merupakan solusi penting yang harus U., & Pertahanan, U. (2021). Sea Defense
segera diwujudkan oleh Pemerintah Strategy the Indonesian Navy in Dealing
dalam upaya menangani ancaman KKB. with the South China Sea Conflict.
Solusi tersebut diwujudkan melalui ITALIENISCH, 11(2), 120–126.
peningkatan sinergitas konsep operasi https://doi.org/https://doi.org/10.1115/itali
yang digelar Satgas TNI-Polri, melalui enisch.v11i2.103
perumusan mekanisme, pelaksanaan [8] Harris, A., Prakoso, L. Y., & Sianturi, D.
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan (2019). Strategi Pertahanan Laut dalam
sinergitas program TNI-Polri dalam Rangka Ancaman Keamanan di Alur Laut
penanganan KKB di Papua, Kepulauan Indonesia II. Journal of Social
peningkatan kerja sama Satgas Tindak, and Political Sciences, Vol.4 No.2 (2021),
Satgas Gakkum, dan Satgas Humas, 5(1), 15–30.
dengan metode koordinasi, penyuluhan, https://doi.org/10.31014/aior.1991.04.02.2
komunikasi, 2795endidika dan 83
sosialisasi dengan menggunakan sarana [9] Junaidi, M. E., Prakoso, L. Y., Eka, M., &
rapat koordinasi, 2795endidi Yudho, L. (2021). Pancasila as the Basis
2795endidi, 2795endidikan terintegrasi for Indonesia’s Universal Defense. Journal
dalam rangka mencapai tujuan of Social and Political Sciences, 4(2), 148–
mewujudkan peningkatan sinergitas 154.
konsep operasi yang digelar Satgas https://doi.org/10.31014/aior.1991.04.02.2
TNI-Polri guna penanganan KKB di 83
Papua. [10] Kasih Prihantoro, Arif Darmawan,
Zakariya ., Lukman Yudho Prakoso, &
DAFTAR PUSTAKA Kasih Prihantoro Zakariya ., Lukman
[1] Kep Panglima TNI Nomor Yudho Prakoso, A. D. (2019).
Kep/555/VI/2018 tentang Doktrin TNI Tri Implementation Study of Public Policies,
Dharma Eka Karma. Synergity of Policy for Defense Area and
[2] Undang-Undang Republik Indonesia National Area Spatial in Grati Pasuruan.
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Public Policy and Administration
Negara Research, 9(Public Policy and
[3] Scott Moore. (2007). The Basics of Administration Researc), 33–39.
Insurgency dalam https://doi.org/10.7176/PPAR/9-11-04

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2796 Vol.2 No.8 Januari 2022
………………………………………………………………………………………………………
[11] Arief, R., Prakoso, L. Y., & Risman, H.
(2021). UNDERSTANDING NATIONAL
IDENTITY TO CREATE LOVE AND
PROUD OF BEING A PART OF THE
INDONESIAN NATION. Jurnal Inovasi
Penelitian, 1(11), 2549–2556.
https://doi.org/https://doi.org/10.47492/jip
.v1i11.518
[12] Lukman Yudho Prakoso, Suhirwan, Kasih
Prihantoro, Asep Iwa Soemantri- Editor:
Budi Pramono, R. (2021). Bahan Ajar
Kebijakan Pertahanan Laut (R. Budi
Pramono (Ed.); 1st ed.). Unhan Press
[13] Madrohim, M., Prakoso, L. Y., & Risman,
H. (2021). Journal of Social and Pancasila
Revitalization Strategy in the Era of.
Journal of Social and Political Sciences,
Vol.4 No.2 (2021), 4(2), 155–164.
https://doi.org/10.31014/aior.1991.04.02.2
84
[14] Lebo, D., Midhio, I. W., & Prakoso, L. Y.
(2021). Comparison of The Indonesia
Guerrilla War In The Perspective of The
Universal War. Journal Of Sosiasl Sciense,
2.
https://doi.org/https://jsss.co.id/index.php/
jsss/article/view/122
[15] Kusuma, A. W., Lukman Yudho Prakoso,
& Sianturi, D. (2021). THE
COOPERATION BETWEEN FLEET I
COMMAND AND INDONESIAN
MARITIME SECURITY AGENCY IN
ELIMINATING TRANSNATIONAL
CRIME IN THE MALACCA STRAIT.
International Journal of Education and
Social Science Research, 4(03), 51–61.
https://doi.org/:
http://dx.doi.org/10.37500/IJESSR.2021.4
305

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai