TINJAUAN PUSTAKA
Antar Negeri Adat (Konflik Antara Negeri Adat Saleman dan Negeri Adat
20
21
konflik; b) Lokasi penelitian yang diteliti oleh Siswanto Mukti adalah Negeri
Papua.
Sosial di Kabupaten Mimika (Kasus Perang Suku antara Suku Dani dan
Kasus yang diteliti oleh Adithia Bagus Arjunadi adalah kasus perang suku
antara Suku Dani dan Suku Moni, sedangkan kasus yang diteliti oleh
penulis adalah konflik perang suku antara Hosea Ongomang dan Atimus
Komangal.
sedangkan kasus yang diteliti oleh penulis adalah konflik perang suku
2.2.1 Pemolisian
tersebut dapat berjalan efektif. Hal ini sesuai dengan Teori Strain yang
25
dalam masyarakat ada yang suka berbuat jahat dan ada yang tidak suka
berbuat jahat. Maka mereka yang tidak suka akan kejahatan bisa
dengan melibatkan potensi yang ada pada masyarakat setempat. Hal ini
menyatakan bahwa:
suku.
berikut:
tersedia di masyarakat.
keterlibatan masyarakat merupakan suatu hal yang penting. Hal ini sesuai
mechanisms for cooperation between the police and local leaders will
bahwa:
community level to
deliver interventions that aim to modify the social or environmental
conditions that promote or sustain crime; 2) Patrol deployment for
non-emergency interaction with the public (ie making general
duties offcers more available to the public on a day-to-day basis);
3) Active solicitation of requests for service not involving criminal
matters. Out-reaching servicing (such as Blue Light Discos and
Police Citizen Youth Clubs.”
diantaranya adalah:
Lingkungan (Siskamling).
membentuk;
upaya penciptaan lingkungan yang aman dan tertib bagi ketentraman dan
kemitraan.
dan masalah sosial lain yang bersumber dari dalam kehidupan mereka
tenteram.
Polmas, telah dikeluarkan oleh Kapolri melalui Perkap No. 3 tahun 2015
yaitu kemitraan sejajar dan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan
bahwa:
1. Kemitraan Masyarakat
bahwa:
2. Pemecahan Masalah
37
ketertiban masyarakat.
yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Jadi sinergi
39
1. Komunikasi
rangsangan.
2. Koordinasi
2.2.3 Konflik
Latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau
berbeda.”
konflik adalah:
bahwa:
kekerasan lainnya.
oleh Karl Marx mengenai teori kelas. Sunarto (2004 : 218) menyatakan
bahwa:
dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak
diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat. Pernyataan Myers ini
kekuasaan paksaan.
sebaliknya integrasi dapat pula melahirkan konflik. Pierre van den Berghe
kelompok tahu secara pasti dimana mereka berdiri dan karena itu
lebih tepat.
lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak,
tersebut. Hal ini sesuai dengan teori perilaku kolektif dari Neil J.
1. Structural Conduciveness.
“Social situations that allow riots or violence to arise due to certain social
structures, such as the absence of clear channels of information in
society, the absence of media to express aspirations, and
communication between them.”
2. Structural Strain
“conditions because a large number of community members feel that
many values and norms have been violated.”
3. Growth of a generalized belief. “The target of this hatred is related
to trigger factors, namely certain events that initiate or trigger a
riot.”
4. Precipitating Factors (Faktor Pemicu). “This stage shows the
existence of a certain event that can accelerate and inflame the
appearance of the Mob ((a large crowd of people). This stage can
be stated as the stage that triggers the appearance of a Mob.”
5. Mobilization to Action (Mobilisasi massa untuk beraksi). “There is
real action from the masses and organizing themselves to act.
This stage is the final stage of accumulation that allows the
outbreak of mass violence. The target of this action can be aimed
at those who trigger riots or on the other hand can be vented on
other objects that have nothing to do with the other party.”
6. Social Control (Kontrol sosial). “Ability of security forces and
officers to control the situation and hinder riots. The stronger the
social control, the less likely it is for riots to occur.”
perilaku kolektif dari Smelser ini sebagai pisau analisis dalam menjelaskan
konflik yang terjadi antara suku antara Hosea Ongomang dan Atimus
dibukanya iklim kebebasan publik dan terkesan adanya titik balik di semua
politik, ekonomi dan sosial. Kondisi tersebut telah mendorong setiap orang
yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang
berkonflik. Konflik sosial adalah sebagai suatu proses sosial antara dua
pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain
Contohnya: konflik antar orang kaya dengan orang miskin, konflik antara
kelas sosial ini harus segera diatasi agar tidak meluas menjadi kerusuhan
memicu terjadinya disintegrasi bangsa. Oleh sebab itu Polri sebagai alat
49
oleh Polri agar konflik tersebut tidak terjadi, strategi yang perlu diwujudkan
besar konflik antar suku yang terjadi termasuk konflik antara kelompok
kerugian materil serta non material seperti halnya perusakan rumah dan
keamanan semata yang dalam hal ini adalah Polri. Namun juga menjadi
konflik.
dari adanya prosesi adat patah panah. Sementara pada tahap pemulihan
Terkait dalam pemulihan konflik pada kasus perang suku antara kelompok
di masyarakat.
police and local leaders will provide models of community policing and
effective security.”
pemuka adat yang terlibat dalam konflik dan juga melibatkan organisasi,
penting.
Fenomena
Perang suku antara kelompok
Atimus Komangal dan kelompok
Hosea Ongomong POLRES MIMIKA
PENGHENTIAN
(REACTIVE POLICING)
KONFLIK PEMULIHAN
PERANG SUKU PASCA KONFLIK
PENCEGAHAN (PROACTIVE
(COMMUNITY POLICING)
POLICING) TEORI PERILAKU KOLEKTIF NEIL
J. SMELSER
MOBILIZATION SOCIAL
KEMITRAAN TO ACTION CONTROL
SEJAJAR
53
PEMECAHAN SELESAINYA
MASALAH KONFIK
PERANG SUKU
KEAMANAN &
Sumber : diolah penulis
KETERTIBAN
MASYARAKAT