Muflichah Urbananda1
Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
muflichahurbananda@gmail.com
Pendahuluan
Eksplorasi kajian teoritis mengenai legitimasi memperlihatkan bahwa nilai
demokrasi memainkan peram penting dalam hal legitimasi kontemporer. Legitimasi
memiliki banyak wajah atau varian salah satunya adalah hukum sebagai legitimasi.
Dalam konteks kebijakan, legitimasi dapat dilihat baik dalam sisi input maupun sisi
output proses politik. Legitimasi sudah selayaknya dinilai dalam proses pembuatan
kebijakan politik yang merupakan relasi antara negara dan rakyat yang tidak hanya
sekedar kriteria normatifnya saja yang ditunjukkan tetapi juga dalam hal
empirisnya. Colclaud menyebutkan bahwa legitimasi merupakan sebuah bentuk
pembenaran untuk memerintah maka sudah seharusnya pembenaran tersebut
memperoleh persetujuan dari kelompok yang diperintah.
1
Mahasiswa Program S1 Hukum Tata Negara kelas A, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. NIM 17230029, Email: muflichahurbananda@gmail.com
buruk dan minimnya kapasitas kelembagaan. Pada akhirnya demokrasi politik dan
ekonomi sulit untuk diwujudkan.
Pembahasan
Instabilitas politik adalah wujud nyata dari adanya krisis legitimasi. Hal ini
menunjukkan bahwa lahirnya konflik dalam kebijakan publik disektor pengelolaan
kekayaan alam ini karena pada dasarnya kekayaan alam selain memiliki dimensi
ekonomi juga memiliki dimensi politis dan sosial bahkan kultural. Akibatnya,
kebijakan selalu berada dalam ranah struktural dimana ketika satu kepentingan
diakomodir maka kepentingan yang lainnya menjadi berkurang. Faktor ini akan
menjadi sangat menentukan mengenai bagaimana legitimasi kebijakan di sektor
pengelolaan kekayaan alam dimana nilai-nilai demokratis tidak dapat diwujudkan
melalui kebijakan publik ini. Terdapat jurang yang terlalu besar antara harapan akan
kekayaan alam dan praktik empiris kebijakan.
Jika dihubungkan dengan sifat kekayaan alam seperti halnya emas dan nikel
adalah kekayaan alam yang memiliki sifat khusus seperti kelangkaan dengan
kompleksitor aktor beserta ragamnya kepentingan stakeholders yang saling
bertentangan dan seringkali mengakibatkan konflik. Dengan adanya benih konflik
yang menjadi ciri dari kekayaan alam yang langka tersebut mengakibatkan
penanganan kebijakan di sektor pertambangan menjadi sangat rumit. Untuk
menjaga legitimasi kebijakannya, pemerintah dituntut untuk bisa mewujudkan
efektivitas kebijakan disatu sisi dan akuntabilitas disisi lainnya. Dua nilai yang
menjadi tantangan manajemen kebijakan untuk menumbuhkan legitimasi kebijakan
yang harus diwujudkan pemerintah daerah dalam konteks kebijakan pertambangan
emas dan nikel di kabupaten Bombana. Efektivitas kebijakan membutuhkan
sumberdaya teknis (birokratik, manajemen kinerja) agar institusi pemerintah
memiliki kredibilitas. Kedua nilai tersebut harus tetap dijaga dalam konteks
penyelenggaraan pemerintah daerah dan kebijakan publik agar tidak melahirkan
konflik yang yang berujung pada krisis legitimasi baik itu bersifat vertikal maupun
horizontal.
Di penghujung tahun 2009, adalah Mbah Minah (55) seorang nenek warga
Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang Kabupaten
Purwokerto yang memetik tiga buah kakao milik suatu perkebunan kakao di daerah
Purwokerto. Buah kakao yang diambil itu diniatkan oleh mbah minah untuk
dijadikan bibit yang akan ditanamnya di lahannya sendiri. Namun belum lagi buah
kakao tersebut dibawanya pulang, temyata perbuatannya tersebut diketahui oleh
penjaga perkebunan. Kemudian oleh sang penjaga perkebunan kasus pencurian ini
dilaporkan pada pihak Polsek Ajibarang. Setelah dilakukan proses hukum, akhimya
oleh Pengadilan Negeri Purwokerto, Mbah Minah divonis 1,5 bulan penjara dengan
masa percobaan 3 bulan.
Kisah ini memberikan gambaran pada kita bahwa terdapat penerapan yang
salah atas praktik hukum di Indonesia. Hukum yang diterapkan tanpa hati nurani,
hukum yang buta akan keadilan. Kisah di atas mengingatkan kita cerita Victor Hugo
dalam novel terkenal Les Miserables, dimana hukum diterapkan sebagai peraturan-
peraturan yang kaku serta mengenyampingkan sense of social justice. Aparat
penegak hukum tidak ubahnya berfungsi sebagai teknologi hukum yang tidak
memiliki rasa kemanusiaan dengan menjalankan ius constitutum secara ketat dan
kaku. Pepatah Serva ordinem et ordo servabit te menyebabkan penegakan hukum
terjebak pada filsafat positivistic legalistic sehingga hukum dimaknakan sebagai lex
atau lege. Artinya hukum dipandang sebagai sekumpulan peraturan yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan berdasarkan adagium fiat justitia ruat coelum.
Penutup
Daftar Pustaka
Abas, Dr. LEGITIMASI DAN POLITIK (Kebijakan : Teori dan Praktik). 1st ed.
Depok: Alta Utama. 2017.
Ardhana dan Wisnu Arya. Teknologi Nuklir: Proteksi Radiasi dan Aplikasinya.
Bandung: Penerbit Andi. 2007.
Biodata Penulis