Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SISTEM POLITIK INDONESIA

Dibuat Guna Memenuhi

Tugas Kelas Politik Indonesia

Magister Hukum

Oleh :

RICKI PRATAMA PUTRA

(B2A021053)

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS HUKUM

2022

1
PENDAPAT ATAS PENJELAS PROF. JEFFREY WINTERS

Pembahasan yang disampaikan Prof. Jeffrey Winters tentang

hubungan Demokrasi sebagai Sistem Politik, Oligarki dan Stratifikasi

Kekayaan atau Kesenjangan penguasaan Material Resources memang

selalu menarik. Karena memang beliau punya kapasitas dan analisis

akademis yang komprehensif tentang itu.

Namun yang menjadi menarik adalah point of view beliau dalam

menjelaskan itu semua. Berangkat dari sebuah anggapan dan latar

historis bahwa hubungan uang (kekayaan) dan kekuasaan itu sangat

dekat. Bahwa konsentrasi kekayaan itu akan berpengaruh pada

konsentrasi kekuasaan. Dan ini merupakan sebuah problem lama,

buka sebuah kasus baru, dan ini selalu menjadi masalah yang sampai

hari ini belum teratasi. Bahkan ketika demokrasi hadir yang membuka

ruang partisipasi secara radikal, juga tidak mampu menyelesaikan itu.

Bahkan justru power-power lain itu tetap cenderung ada dan

eksis, para Oligark itu tetap berkuasa karena kekayaan. Pandangan

tersebut tentu sangat sejalan dengan kondisi situasi Demokrasi

Indonesia, apalagi ditengah Political Culture yang mengedepankan Politic

Idjon dan Money Politic. Bahkan kedaulatan rakyat Indonesia dalam

demokrasi seolah-oleh memiliki namun tetap tidak terlalu besar. Ini

terlihat dalam Pemilu misalnya, rakyat selalu hanya bisa memilih

calon, tidak bisa create calon itu, sehingga selalu terjebak kepada

pilihan yang terbatas yang sudah ditentukan oleh kekuatan di luar itu.

Inilah yang bila dikaitkan dengan penjelasan beliau pada soal The

basis of power, Bahwa material resources of power, masih begitu


2
dominan di dalam sistem Indonesia, ketimpangan distribusi kekayaan

itu menjadikan demokrasi kita, menjadi demokrasi yang pragmatis dan

transaksional, sehingga political agenda yang ada jarang sekali pro

pada kepentingan rakyat apa lagi pada masa depan bangsa. Bahkan

dalam pandangan saya, setelah pembacaan terhadap apa yang

disampaikan Prof. Jeffrey Winters, Demokrasi Indonesia hari ini adalah

PERTARUNGAN MEMPERTAHANKAN KEKAYAAN (wealth Defense)

ANTAR OLIGARK, karena kekuatan mobilisasi rakyat yang begitu lemah

sehingga belum mampu bersaing pada pertarungan memperebutkan

kekuasaan untuk kemaslahatan.

Sehingga dalam politik akhirnya terjadi Politik bagi-bagi antar

oligark, walaupun pada pembagian ini saya tidak sepakat dengan

beliau mengenai penyematan bahwa politik bagi-bagi ini dikaitkan

dengan gotong royong dan musyawarah mufakat yang merupakan basis

budaya Indonesia. Karena terlalu sempit dalam mendefinisikan hal itu

merupakan basis ideologi politik bagi-bagi. Karena justru hal itu

merupakan penyelewengan makna gotong royong, Musyawarah

mufakat sebagai sebuah DNA Keindonesiaan.

Tapi lupakan soal itu, justru poin yang lebih menarik adalah

pada analisis beliau mengenai sifat atau tabiat oligarki di Indonesia itu

konyol, karena bersifat ekstraktif tidak produktif, terjebak pada

pembagian kekuasaan atas natural resources, sehingga selalu agenda

politik para oligarki di Indonesia selalu ingin mengekploitasi itu semua.

Yang pada nantinya akan menyebabkan Indonesia menurut beliau

akan menuju kepada perkembangan menuju negatif ke arah Filipina.

Walau dalam hal perkembangan mengarah ke filipina disini, saya tidak


3
memahami terlalu banyak, karena keterbatasan pengetahuan tentang

kondisi, sosial, politik maupun ekonomi dari filipina.

Tapi yang cukup menggilitik adalah bagian, bahwa menurut Prof.

Jeffrey Winters mengatakan bahwa di Indonesia ini kompetisinya

bukan pro atau kontra oligarkis, tapi politik bagi-bagi yang disebabkan

tidak adanya spektrum politik kiri, sehingga tidak ada pilihan progresif

sejak tahun 1965. Maka bila di analisis melalui historical approach¸yang

di maksud disini tentulah tidak adanya Paham Kira (Komunis atau

Marxis leninis), sehingga tidak ada alternatif pilihan yang progresif

dalam kompetisi politik Indonesia. Dalam hal ini mungkin saja benar,

tapi saya pribadi tidak sepakat dengan itu, karena progresifitas

menurut saya tidak boleh hanya diidentikan melalui spektrum politik

atau pembagian kiri, tengah, kanan yang muncul pertama kali di

Perancis ini.

Namun poin pentingnya adalah, bagaimana mewujudkan demokrasi itu

menjadi sebenar-benarnya demokrasi. Bila tadi dalam Teori The Basis

od Power, ada setidaknya beberapa hal yang membuat orang memiliki

power, pertama adalah material resources, akses pendidikan,

netrworking, genetik dan mobilisasi. Maka sekarang untuk

mewujudkan itu, mobilisasi gerakan civil society mesti benar-benar

dilakukan sebagai lawan dari agenda politik, walaupun dalam realitas

di Indonesia, saya agak ragu soal itu, karena civil society yang tidak

searah platform perjuang dan metode juangnya, ditambah dibeberapa

civil society yang besar terlalu banyak titipan agenda Internasional

yang menyebabkan simpati masyarakat kurang pada gerakan-gerakan

civil society.
4
LALU APAKAH DEMOKRASI ADALAH SISTEM POLITIK YANG

TERBAIK ?

Saat ini, mungkin dapat dikatakan bahwa demokrasi merupakan

pilihan terbaik dari yang terburuk diantara pilihan sistem politik dalam

teori klasik, hal ini dikarenakan begitu banyak sekali celah dalam

demokrasi. Maka wajar bila Plato dan Aristoteles yang kurang lebih

mengatakan “ Jangan kau andalkan demokrasi karena demokrasi ini

mengandung banyak demagog (pembohongan).”

Namun untuk saat ini itulah pilihan yang cukup baiknya, sistem

demokrasi. Karena baik dalam pandangan rasional ataupun secara

keislaman, nilai-nilai yang substansial yang ada pada demokrasi cukup

selaras dengan Islam, sebagaimana penjelasan Syeikh Yusuf Al-

Qardhawi dalam bukunya Fiqh Daulah. Dan dalam sistem politik yang

penting adalah bagaimana ia membawa kepada kemaslahatan, dan itu

semua bisa terjadi bila politik itu di barengi dengan moralitas yang

tinggi, dan di barengi pula dengan sistem nomokrasi. Harus ada

instrumen hukum yang kuat yang mengatur kontestasi demokrasi,

yakni demokrasi juga mesti bersandar pada kebenaran, keadilan dan

kejujuran sebagaiman penjelasan seorang Prof. Mahfud MD.

Adapun syarat untuk menjadikan demokrasi itu baik, secara

formal kita sudah mengetahui itu semua, mulai dari kedaulatan rakyat,

HAM, Kebebasan warga negara dilindungi, Pemilu, Parlemen, adanya

pemisahan kekuasaan dan lain-lain. Itu merupakan semua syarat

formal untuk demokrasi yang baik itu. Namun, saya ingin coba masuk

pada hal-hal teknis yang bisa dilakukan untuk memperbaiki

demokrasi. Saya ingin masuk pada tatanan kerangka tindakan untuk


5
itu.

Pertama, memperkuat Civil Society, bagaimana memabangun civil

society agar mampu bersaing dengan political community dan businnes

community, sehingga terjadi hubungan yang inklusif diantara

ketiganya, yang disebut new relationship oleh Faisal Basri, yang dalam

hal ini di anggap mampu untuk mengikis dikit demi sedikit

cengkraman dan penguasaan oligarki. Artinya harus ada pembentukan

kekuatan sipil melalui blok demokratik yang melibatkan kekuatan

sosial lintas sektoral.

Kedua, sulit namun seharusnya sudah mulai dipikirkan, adalah

untuk memikirkan ulang pelembagaan politik di Indonesia. Bila dalam

hukum mungkin ada istilah Critical Legal Studie (CLS), maka begitupun

dalam politik harus ada pula, “Critical Political Studi” untuk melakukan

perombakan desain pelembagaan politik, agar muncul alternatif-

alternatif baru.

Ketiga, perbaikan kualitas PEMILU dan modernisasi politik untuk

menutup celah kecurangan, untuk contoh digitalisasi pemilu, melalui

E-Votting berbasis Block Chain mungkin, yang dalam hipotesis saya

bisa meningkatkan efesiensi, efektivitas dan mungkin semakin

memperkecil celah kecurangan. Walaupun hal ini mesti di uji terlebih

dahulu.

Keempat, memperkuat instrumen hukum, terkait PEMILU,

Pembatasan dan mekanisme pembiayaan kampanye dan lain-lain,

sehingga bisa meminimalisir kecurangan dalam bentuk transaksional.

Keenam, penyelesaian ini semua tidak bisa parsial, namun harus

holistik, integratif dan komprehensif. Terutama, berkaitan dengan


6
kesenjangan sumberdaya, distribusi kekayaan dan lain-lain yang

sangat berpegaruh dalam sektor politik.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TEORI KEADILAN JOHN RAWLS,

RONALD DWORKIN dengan Pancasila

Persamaan Teori Keadilan John Rawls, Ronald Dworkin dengan

Pancasila , pertama terletak pada adanya suatu kesetaraaan dan

persamaan hak bagi setiap orang, sebagaimana bila dalam Pancasila

ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan Kemanusiaan

yang adil dan beradab, maka Rawls pun demikian mengatakan bahwa

ada dua prinsip hukum, yang pertama yaitu setiap orang memiliki hak

yang sama untuk memperoleh kebebasan mendasar, bagaimana

keadilan itu harus memberikan hak berbicara, hak berpikir, hak

pribadi dan lain-lain yang harus dipenuhi, serta bagaimana pula,

keadilan harus mengatur agar perbedaan sosial dan ekonomi

hendaknya diatur sehingga memberikan manfaat yang terbesar bagi

mereka yang kedudukannya paling tak menguntungkan, adanya

persamaan kesempatan. Kemudian Dworkin juga mengatakan pula

bahwa dalam penjelasan nya mengenai interpretasi hukum, harus

adanya nilai justice, dimana harus dilindunginnya hak-hak individual

dalam cara-cara yang paling dapat diterima moral. Maka bilai dikaitkan

dengan PANCASILA, hal ini punya irisan, bagaiman dalam penjelasan

Frans Magnis Suseno tentang sila-sila Pancasila, pada sila kedua

misalnya, penjelasan beliau berkaitan kata adil dalam sila tersebut

menggambarkan bahwa dalam hubungan kemanusiaan harus

dibangun atas dasar keadilan, tidak membedakan suku, ras dan


7
lainnya. Kemudian di sila kelima, beliau menjelaskan keadilan sosial

dalam sila tersebut berarti bahwa struktur-struktur proses kehidupan

bermasyarakat yang terdapat dalam bidang politik, ekonomi, sosial

budaya dan ideologis disusun sedemikian rupa untuk tercapai

keadilan. Hal ini selaras pula dengan ungkapan Soekarno mengenai

kadilan sosial, adalah kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya

untuk seluruh rakyat Indonesia melalui suatu kesetaraan atau

persamaan dalam berbagai bidang.

Anda mungkin juga menyukai