Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ilmiah Administratie

Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

EFEKTIVITAS PRINSIP PERPOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS) DI


KELURAHAN BONESOMPE KECAMATAN POSO KOTA UTARA
KABUPATEN POSO

Oleh : Fitria Y. Alim

Abstrak : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Efektivitas Prinsip
Perpolisian Masyarakat (Polmas) Di Kelurahan Bonesompe Kecamatan Poso Kota Utara
Kabupaten Poso. Dalam observasi awal peneliti melihat bahwa kebijakan yang merupakan salah
satu Grand strategy Polri ini tidak sesuai dengan tujuan dari program tersebut. Metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan pedoman Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi
Implementasi Perpolisian Masyarakat (Polmas) Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri sebagai
acuan dalam kerangka membangun kerangka pikir. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1).
Untuk indikator komunikasi tidak berjalan dengan baik, karena komunikasi yang jalan hanya
sebatas anggota Polmas dengan pimpinannya sedangkan anggota Polmas dengan masyarakat itu
tidak terlaksana dengan baik. 2).Hubungan timbal balik antara anggota Polmas dengan
masyarakat tidak berjalan seperti yang diharapkan. 3). Responsibilitas merupakan kekonsistenan
atau kesesuaian pembenaan pelayanan dalam proses pelaksanaannya, telah dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip atau ketentuan administrasi dan kebijakan-kebijakan organisasi, dan
petunjuk-petunjuk operasional yang ada, namun untuk responsibilitas anggota Polmas di
kelurahan Bonesompe itu tidak berjalan seperti yang diharapkan karena terkendala secara teknis
yaitu tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

Kata Kunci : Efektivitas, Prinsip Perpolisian Masyarakt (Polmas)

PENDAHULUAN hak dari pada memenuhi/ melaksanakan


Kemajuan ilmu pengetahuan dan kewajibanya.
teknologi khususnya teknologi informasi Perubahan-perubahan tersebut di
membuat bangsa Indonesia makin peka atas berdampak pula pada meningkatnya
terhadap berbagai isu global terutama gangguan keamanan yang kompleks, baik
berkenaan dengan demokratisasi, HAM dan dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
lingkungan hidup. Reformasi kehidupan Dinamika dan mobilisasi perubahan
berbangsa dan bernegara menuju masyarakat sebagaimana dimaksud pada akhirnya
sipil yang demokratis sebagai salah satu menjadi tantangan bagi Polri untuk lebih
perwujudannya menuntut adanya perubahan meningkatkan kemampuan operasionalnya
di dalam berbagai bidang dan sendi-sendi dimasa kini dan mendatang. Sejalan dengan
kehidupan berbangsa dan bernegara. itu, Polri memandang perlu menyesuaikan
Perubahan yang juga dirasakan dalam hal ini diri dengan cara merubah paradigma kerja
adalah munculnya kecenderungan lama yang lebih menitik beratkan pola
masyarakat untuk lebih senang menuntut perpolisian reaktif dan konvensional
menjadi pola perpolisian modern yang

32
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

demokratis, yang mengedepankan Maklumat Polri, dan lain-lain di masa


pemecahan masalah (problem solving), lalu………Peraturan Kepolisian adalah
kemitraan (partnership), proaktif serta bentuk public policy yang dituangkan
mengutamakan pencegahan (crime dalam bentuk perundang-undangan yang
prevention). mengikat masyarakat atau sebagian
Tantangan tugas Polri ke depan, masyarakat tertentu….”.
bagi para pimpinan Polri semakin berat dan Proses reformasi yang telah dan
kompleks. Di samping harus mampu sedang berlangsung untuk menuju
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik masyarakat sipil yang demokratis
(good governance), juga harus mampu membawa berbagai perubahan di dalam
memenuhi harapan dan aspirasi sendi- sendi kehidupan berangsa dan
masyarakat yang dilayani serta bernegara. Polri yang saat ini sedang
memecahkan masalah publik, yang melakanakan proses reformasi untuk
berkaitan dengan masalah keamanan dan menjadi polisi sipil, harus dapat beradaptasi
ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang dengan perkembangan masyarakat dengan
senantiasa tumbuh dan berkembang di merubah paradigma yang menitikberatkan
masyarakat. Dalam UU. No. 2 Tahun 2002, pada pendekatan yang reaktif dan
tentang Kepolisian Negara Republik konvensional (kekuasaan) menuju
Indonesia pada Pasal 2 bahwa Kepolisian pendekatan yang proaktif dan mendapat
Negara Republik Indonesia adalah salah dukungan publik dengan mengedepankan
satu fungsi pemerintahan Negara di bidang kemitraan dengan semua stakeholders atau
pemeliharaan keamanan dan ketertiban pemangku kepentingan masalah keamanan
masyarakat, penegakkan hukum dan ketertiban masyarakat dalam rangka
perlindungan, pengayoman, dan pemecahan masalah yang mengganggu
pelayanan kepada masyarakat. Artinya, keamanan dan ketertiban masyarakat.
Polri sebagai salah satu fungsi Hal ini senada yang dikemukakan
pemerintahan mempunyai kewenangan oleh Sulistyo (2010 : 212), bahwa
membuat kebijakan publik untuk kebijakan untuk mingkatkan
melakukan intervensi terhadap masalah profesionalisme Polri dalam menjalankan
publik terkait lingkup fungsi dan tugas fungsinya diarahkan pada penguasaan
pokoknya, sebagaimana diatur dalam (UU. kapasitas, antara lain, budaya kerja,
No. 2 Tahun 2002), tentang Kepolisian motivasi, pendidikan dan pelatihan dan
Negara Republik Indonesia pada Pasal 1 peralatan. Di samping itu, Polri
bahwa Peraturan Kepolisian (Perpol) mendampingi masyarakat agar mampu
adalah segala peraturan yang dikeluarkan membangun sistem keamanan dan
oleh Polri dalam rangka memelihara ketertiban di lingkungannya melalui
ketertiban dan menjamin keamanan umum program Polmas. Model atau strategi
sesuai dengan peraturan perundang- community policing adalah salah satu isu
undangan. Pasal 1 ini, oleh Awaloedin menarik untuk pengembangan kepolisian
Djamin (2011 : 93), kemudian dijelaskan Indonesia di era reformasi. Hal ini didorong
bahwa: oleh realitas praktik strategi perpolisian
“…...Peraturan Kepolisian dalam (UU No.2 yang diterapkan justru menciptakan jarak
Tahun 2002) tersebut, adalah segala dan hubungan yang semakin jauh antara
peraturan yang dikeluarkan oleh Polri dapat masyarakat dan polisi di Indonesia.
merupakan Peraturan Kapolri (Perkap), Kondisi ini muncul karena adanya praktik
tetapi juga dapat Surat Keputusan (Skep), pemolisian yang dikembangkan oleh Polri

33
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

selama ini tidak sesuai dengan harapan kriminalitas yang masih sangat tinggi. Jika
masyarakat. Masyarakat secara umum dirunut asal usulnya bisa dilihat dari kurang
memberikan penilaian negatif kepada Polri. tanggapnya aparat keamanan dalam hal ini
Institusi Polri secara fisik memang dekat kepolisian dalam merespon perkembangan
dengan masyarakat akan tetapi masyarakat lingkungan yang ada. Hal ini sangat
sebagian besar enggan berurusan dan beralasan karena dengan terciptanya
menggunakan jasa Polri. Patologi internal kondisi kamtibmas yang kondusif
dalam tubuh Polri, seperti penyelesaian masyarakat dapat menjalankan aktivitas
perkara yang berbelit-belit, pungutan biaya hidupnya dengan aman. Gambaran kondisi
dan pelayanan yang tidak memuaskan gangguan kamtibmas yang cenderung
masyarakat menjadi alasan masyarakat tumbuh dan berkembang di masyarakat
menjauhi berurusan dengan Polri. dapat dilihat pada data gangguan
Oleh karena itu penerapan kamtibmas Tahun 2005 - 2007, terjadi
community policing adalah strategi kecenderungan kenaikan jumlah kasus
pemolisian yang diharapkan kejahatan konvensional. Pada Tahun 2005
mengembalikan Polri pada proses jumlah kasus kejahatan konvensional
pemolisian yang “tidak layak- polisi” (un- berjumlah 175.200 kasus, kemudian tahun
police) ke arah cara-cara pemolisian yang 2006 terdapat 299.168 kasus dan pada
otentik yang selaras dengan kebutuhan Tahun 2007 meningkat menjadi 330.505
masyarakat yang dilayani. Strategi kasus (Sulistyo, 2010 : 83).
pemolisian yang demikian adalah model Berkaitan dengan uraian di atas,
strategi pemolisian yang dikembangkan Polri telah merumuskan dan bahkan telah
dalam Polmas. Hal ini dapat dilihat dari mengimplementasikan model pemolisian
misi yang diemban startegi pemolisian yang diharapkan sejalan dengan
Polmas seperti yang dikemukakan oleh perkembangan masyarakat saat ini.
Erlyn (2010: 20) bahwa Polmas adalah: Model penyelenggaraan fungsi kepolisian
“Suatu pemahaman atau gagasan tentang tersebut dikenal dengan berbagai nama
perpolisian yang memposisikan kedua seperti Community Oriented Policing,
unsur utama masyarakat (community), Community Based Policing dan
yakni polisi sebagai fasilitator dan publik Neighbouhood Policing dan akhirnya
sebagai co-producer, di dalam suatu relasi populer dengan sebutan Community
kemitraan sejajar, untuk kemudian melalui Policing atau Perpolisian Masyarakat
proses demokrasi; dengan bertumpu pada (Sutanto, 2005 : 1). Model Perpolisian
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas Masyarakat (Polmas) ini diadopsi oleh
publik; seraya menjunjung tinggi hak Kepolisian Republik Indonesia dan sebagai
asasi manusia; sesuai dengan peraturan suatu kebijakan Polri untuk
perundang-undangan dan/atau kesepakatan diimplementasikan oleh seluruh jajaran Polri
yang berlaku ; serta secara kontekstual dan dengan Skep. Kapolri (No. Pol :
sinergis memecahkan permasalahan yang SKEP/737/X/2005).
dihadapi masyarakat dalam rangka Perubahan paradigma berupa
mewujudkan tujuan kepolisian”. kecenderungan masyarakat menuntut hak
Realitas yang dapat dijadikan dan kewajibannya pun berdampak di
ilustrasi dari keadaan ini adalah masih Kabupaten Poso. Runtuhnya kekuasaan
adanya gangguan kamtibmas yang marak Orde Baru pada tahun 1998 mengawali
terjadi dalam lingkungan masyarakat, konflik horizontal yang terjadi Di
seperti aksi kekerasan massa dan tindak Kabupaten Poso. Konflik ini kita rasakan

34
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

hinggga tahun 2003, namun hanya berselang Sistem Keamanan Swakarsa dan pembinaan
2 tahun yaitu tahun 2006-2007 kondisi bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
Kabupaten Poso kembali bergejolak. melalui program-program fungsi Bimbingan
Kondisi Kabupaten Poso yang telah Masyarakat ( Bimmas ) yang sesuai dengan
mengalami konflik horizontal menjadi salah kondisi di Indonesia baik di masa lalu
satu daerah yang menurut Polri harus maupun di Era Reformasi (Demokrasi dan
mendapat perhatian khusus dalam hal Perlindungan HAM). Dalam
penanganan sistem keamanan. Paradigma mengimplementasikan strategi Polri
Polri yang selalu menerapkan pola tebang tersebut, di setiap Kelurahan Polri
pangkas dalam menyelesaikan persoalan menempatkan beberapa anggotanya untuk
mendapat tantangan pada umumnya dari bertanggung jawab di Kelurahan masing-
masyarakat indonesia dan khususnya masing. Pada setiap Kelurahan ada yang
masyarakat poso. disebut dengan Kepala Perpolisian
Masyarakat Poso yang sudah terbiasa Masyarakat ( Kapolmas ). Demikian juga di
hidup dalam kekerasan merasa bahwa pola Kelurahan Bonesompe Kecamatan Poso
Polri tersebut tidak lagi sesuai dengan apa Kota Utara yang menjadi lokasi penelitian
yang diharapkan sehingga harus ada peneliti. Tahun 2005 di Kelurahan
terobosan baru yang perlu dilakukan Polri Bonesompe strategi Polri ini diterapkan
terkait dengan penanganan masalah dalam komunitas-komunitas atau kelompok
keamanan khususnya di daerah-daerah pasca masyarakat yang tinggal di dalam suatu
konflik. Kondisi ini mendorong Polri untuk lokasi tertentu ataupun lingkungan
mengeluarkan Kebijakan dan strategi komunitas berkesamaan profesi (Misalnya
penerapan model Perpolisian Masyarakat kesamaan kerja, keahlian, hobi, kepentingan
dalam penyelenggaraan tugas Polri di dsb), sehingga warga masyarakatnya tidak
daerah-daerah rawan konflik khususnya di harus tinggal di suatu tempat yang sama,
Kabupaten Poso. Penerapan Community tetapi dapat saja tempatnya berjauhan
Policing dengan mengacu pada model sepanjang komunitas antara warga satu sama
Koban (Jepang), Chuzaiso, NPP,NPC dan lain berlangsung secara intensif atau adanya
lain sebagainya, menimbulkan keragaman kesamaan kepentingan (Misalnya :
persepsi dan kekurangan singkronan dalam kelompok ojek, hobi bururng perkutuk,
implementasinya. Oleh sebab itu perlu pembalap motor, hobi komputer dan
dilakukan berbagai penyesuaian agar dalam sebagainya) yang semuanya bias menjadi
pelaksanaannya sesuai dengan karakteristik sarana penyelenggaraan Polmas.
masyarakat Indonesia. Berdasarkan Di wilayah konflik seperti pada
pemikiran tersebut di atas Polri menerapkan Kabupaten Poso, polisi mengambil
model Community Policing secara umum kebijakan bahwa setiap Kelurahan/Desa diisi
dengan berbagai penyesuaian terhadap oleh 3-5 petugas Polmas. Hal tersebut
kekhususan budaya Indonesia dengan Surat didasari atas wilayah Kabupaten Poso yang
Keputusan Kapolri No.Pol. : Skep / 737 / X / memerlukan penanganan khusus dalam
2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang bidang keamanan dan ketertiban
kebijakan dan strategi penerapan model masyarakat. Penerapan grand strategy Polri
Perpolisian Masyarakat dalam di Kelurahan Bonesompe tidak berjalan
penyelenggaraan tugas Polri. mulus, banyak kendala yang dihadapi oleh
Nilai-nilai yang tekandung dalam anggota Polmas di Kelurahan Bonesompe,
Polmas pada hakekatnya telah berbagai program Polmas tidak berjalan
diimplementasikan Polri berdasarkan konsep dengan baik. Ketidakperdulian masyarakat

35
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

dengan program Polmas menimbulkan (1)Ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya,


indikasi bahwa keberhasilan grand strategi kesannya) seperti: manjur; mujarab;
Polri ini menjadi tanda tanya. Karena mempan
keberhasilan pendekatan Perpolisian (2)Penggunaan metode/cara, sarana/alat
Masyarakat ini tergantung daripada dalam melaksanakan aktivitas sehingga
partisipasi masyarakat untuk aktif berhasil guna (mencapai hasil yang
menemukan, mengidentifikasi, menganalisis optimal)
dan mencari jalan keluar bagi masalah- Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
masalah yang mengganggu keamanan, (1993 : 250) Efektivitas diartikan sebagai
ketertiban dan masalah sosial lainnya. sesuatu yang ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya), dapat membawa hasil,
TEORI DAN KONSEP berhasil guna (tindakan) serta dapat pula
1. Efektivitas Organisasi. berarti mulai berlaku (tentang undang-
Untuk menilai apakah organisasi itu undang/peraturan) ‘. Menurut Gibson et. Al
efektif atau tidak, ada banyak pendapat (1996 : 30) pengertian efektivitas adalah :
antara lain mengatakan bahwa suatu “Pencapaian hasil (efektivitas) yang
organisasi efektif atau tidak, secara dilakukan oleh suatu organisasi”
keseluruhan ditentukan oleh apakah tujuan
organisasi itu tercapai dengan baik atau Menurut Jones (1994) terdiri dari tiga
sebaliknya. Teori yang paling sederhana tahap, yakni input, conversion, dan output
ialah teori yang berpendapat bahwa atau masukan, perubahan dan hasil. Input
efektivitas organisasi sama dengan prestasi meliputi semua sumber daya yang dimiliki,
organisasi secara keseluruhan, pandangan informasi dan pengetahuan, bahan-bahan
yang juga penting adalah teori yang mentah serta modal. Dalam tahap input,
menghubungkan tingkat kepuasan para tingkat efisiensi sumber daya yang dimiliki
anggotanya. Menurut teori ini sesuatu sangat menentukan kemampuan yang
organisasi dikatakan efektif bila para dimiliki. Tahap conversion ditentukan oleh
anggotanya merasa puas. kemampuan organisasi untuk memanfaatkan
Akhir-akhir ini berkembang suatu sumber daya yang dimiliki, manajemen dan
teori atau pandangan yang lebih penggunaan teknologi agar dapat
komprehensif dan paling umum menghasilkan nilai. Dalam tahap ini, tingkat
dipergunakan dalam membahas persoalan keahlian SDM dan daya tanggap organisasi
efektivitas organisasi adalah kriteria terhadap perubahan lingkungan sangat
flexibility, productivity dan satisfaction. menentukan tingkat produktifitasnya.
Efektivitas adalah hubungan antara output Sedangkan dalam tahap output, pelayanan
dan tujuan. Dalam artian efektivitas yang diberikan merupakan hasil dari
merupakan ukuran seberapa jauh tingkat penggunaan teknologi dan keahlian SDM.
output, kebijakan dan prosedur dari Organisasi yang dapat memanfaatkan
organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. sumber daya yang dimilikinya secara efisien
Dalam pengertian teoritis atau praktis, tidak dapat meningkatkan kemampuannya untuk
ada persetujuan yang universal mengenai meningkatkan pelayanan dengan
apa yang dimaksud dengan “Efektivitas”. memuaskan kebutuhan pelanggan. Stoner
Bagaimanapun definisi efektivitas berkaitan (1982 : 27) menekankan pentingnya
dengan pendekatan umum. Bila ditelusuri efektivitas organisasi dalam pencapaian
efektivitas berasal dari kata dasar efektif tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas
yang artinya: adalah kunci dari kesuksesan suatu

36
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

organisasi. Sharma (1982 : 314) paham hubungan antar manusia, yang


memberikan kriteria atau ukuran efektivitas menempatkan kepuasan anggota sebagai inti
organisasi yaitu yang menyangkut faktor persoalan organisasi dan manajemen. Johny
internal organisasi dan faktor lingkungan setyawan (1988 : 56) efektivitas (hasil guna)
organisasi itu berada (eksternal) yaitu : dapat dipahami sebagai derajad keberhasilan
1. Produktifitas organisasi/out put suatu organisasi (sampai seberapa jauh suatu
2. Fleksibilitas organisasi dan bentuk organisasi dapat dinyatakan berhasil) dalam
keberhasilannya menyusuaikan diri usahanya untuk mencapai apa yang menjadi
dengan perubahan-perubahan didalam tujuan organisasi tersebut. Definisi ini
dan diluar organisasi menyatakan bahwa efektivitas dimaksudkan
3. Tidak adanya ketegangan didalam sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem
organisasi/hambatan-hambatan konflik sosial mencapai tujuannya.
diantara bagian-bagian organisasi. Sedangkan Georgepoulos dan
Pendapat Emitai Etzioni yang dikutip Tannenbaum (1969 : 82) berpendapat lebih
Adam I. Indrawijaya (2000 : 227) lanjut bahwa efektivitas organisasi adalah :
mengemukakan pendekatan pengukuran “Tingkat sejauh mana suatu organisasi
efektivitas organisasi yang disebutnya yang merupakan sistem sosial, dengan
sistem model, mencakup empat kriteria, segala sumber daya dan sarana tertentu
yaitu adaptasi, integrasi, motivasi, dan yang tersedia memenuhi tujuan-
produksi. Pertama, Pada kriteria adaptasi tujuannya tanpa pemborosan dengan
dipersoalkan kemampuan suatu organisasi menghindari ketegangan yang tidak perlu
untuk menyusuaikan diri dengan diantara anggota-anggotanya”.
lingkungannya. Kedua, adalah integrasi, Kriteria penting yang digunakan
yaitu pengukuran terhadap tingkat untuk menilai efektivitas organisasi adalah
kemampuan suatu organisasi untuk performance. Pandangan lainnya sebagai
mengadakan sosialisasi, pengembangan hasil penelitian, dikemukakan oleh
konsensus dan komunikasi dengan berbagai Georgepoulus dan Tannenbaum yang
macam organisasi lainnya. Kriteria ketiga dikutip oleh Adam Indrawijaya (2000: 22)
adalah motivasi anggota, Dalam kriteria ini dikatakan bahwa, Suatu pendekatan yang
dilakukan pengukuran mengenai keterikatan dapat lebih dipertanggung jawabkan, adalah
dan hubungan antara pelaku organisasi suatu cara pengukuran efektivitas yang
dengan organisasinya dan kelengkapan mempergunakan beberapa unsur yang biasa
sarana bagi pelaksanaan tugas pokok dan terdapat dalam kehidupan organisasi yang
fungsi organisasi. Kriteria keempat adalah berhasil. Hasil studi menunjukkan adanya
produksi, yaitu usaha pengukuran efektivitas penggunaan 3 unsur, yaitu produktivitas
organisasi dihubungkan dengan jumlah dan (efisiensi dalam arti ekonomi), tekanan-
mutu keluaran organisasi serta intensitas stress (dibuktikan dengan tingkat
kegiatan suatu organisasi. ketegangan dan konflik), dan fleksibilitas
Pendapat lain juga penting untuk (atau kemampuan untuk menyusuaikan diri
diperhatikan ialah teori yang dengan perubahan intern dan ekstern).
menghubungkan pengertian efektivitas Sedangkan menurut pendapat
organisasi dengan tingkat kepuasan para Duncan yang dikutip Adam I. Indrawijaya
anggotanya. Menurut pandangan teori ini, (2000 : 229), yang dikenal dengan “Multiple
sesuatu organisasi dikatakan efektif bila para Factor Model” mengatakan bahwa
anggotanya merasa puas. Pandangan ini pengukuran efektivitas organisasi
merupakan kelanjutan pandangan penganut sesungguhnya harus mencakup berbagai

37
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

kriteria, seperti : efisiensi, kemampuan penelitian Polmas adalah bentuk


menyusuaikan diri dengan tuntutan pemolisian “modern”, “progresif”, atau
perubahan adaptasi, integrasi, motivasi dan “kontemporer”, hal ini dibenarkan oleh
produksi. beberapa peneliti Polmas, misalnya Sparrow
Disimpulkan bahwa konsep tingkat dan Kennedy (1990 : 52), Trojanowics dan
efektivitas organisasi menunjukkan pada Bucqueroux (1990 : 84).
tingkat seberapa jauh organisasi Penerapan Polmas pada dinas
melaksanakan kegiatan/fungsi-fungsi, kepolisian diberbagai Negara dalam
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat bentuknya, bermacam-macam namun ada
tercapai dengan menggunakan secara tujuan dan prinsip-prinsip fundamental yang
optimal alat-alat dan sumber-sumber yang sama, yaitu pertama; Tujuan, menurunkan
ada. Dengan demikian berbicara mengenai rasa takut dikalangan warga,
efektivitas organisasi ada dua aspek meningkatnya kepuasan warga terhadap
didalamnya yaitu tujuan organisasi dan polisi dan pengembangan teknik-teknik
pelaksanaan fungsi/cara/alat untuk mencapai untuk mengatasi masalah-masalah
tujuan tersebut. masyarakat (Riechers dan Roberg, 1990 :
2. Konsep Perpolisian Masyarakat ( 107). Kedua; Prinsip membangun
Polmas) komunitas (community building),
Konsep ini dalam bahasa Inggris kepercayaan (trust) dan kerjasama
dikenal dengan beberapa istilah yaitu (Glensor,1992 :93).
antara lain Community Based Policing, Momo Kelana (2002 : 88-89),
Community Oriented Policing, menjelaskan bahwa kewenangan yang
Neighborhood Oriented Policing dan diberikan kepada Polri untuk mengeluarkan
Community Policing. Diantara istilah Perpol adalah bagian dari “Fungsi
tersebut Community Policing adalah istilah Pengaturan” yang diemban oleh Polri
yang paling sering digunakan. Hal ini sebagai bagian dari organ pemerintahan
dibenarkan oleh Trojanowicz (1988 : 4), “ negara, yang bukan merupakan produk
by early 1980s, a number of new names had lembaga legislatif. Ini dijelaskan dalam
appeared: Neighborhood Oriented Pasal 2, (UU No. 2 Tahun 2002), tentang
Policing, Community Oriented Policing, Polri, bahwa ”Fungsi Kepolisian adalah
Community Policing. Over time the salah satu fungsi pemerintahan negara
simplest term prevailed, and Community di bidang pemeliharaan keamanan dan
Policing was bom. ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
Teori Polmas pada dasarnya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
merujuk pada teori sponsor normatif. Teori kepada masyarakat”. Oleh karena itu,
sponsor (normative sponsorship) menurut Momo Kelana (2002), Perpol
menyatakan bahwa sebagian besar orang adalah peraturan yang dikeluarkan oleh
memiliki kemauan baik dan bersedia untuk kepolisian berupa perintah atau larangan
bekerjasama dengan orang lain demi dalam lingkup tugas kepolisian yang
memenuhi kebutuhan mereka (Sower, 1975 ditujukan kepada penduduk. Dengan
: 71). Konsep Polmas dirujuk dengan demikian, Perpol mengikat warga
berbagai pengertian, seperti pemolisian masyarakat karena Perpol dikeluarkan
yang berorientasi komunitas, pemolisian untuk kepentingan masyarakat.
berlandaskan komunitas dan pemolisian Kebijakan Polmas adalah kebijakan
yang berorientasi pada masalah Polri untuk memecahkan masalah
(Leighton, 1991:83). Dalam berbagai Kamtibmas dengan melibatkan peran

38
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

aktif masyarakat. Pada dasarnya Polmas and business people who live and work in
juga menekakan kemitraan penuh antara the beat area. The citizens and police work
komunitas dengan polisi di dalam together to identify the problem of the
mengidentifikasi dan mengatasi kejahatan area and to collaborate in workable
setempat serta masalah ketertiban. resolutions of the problems. The police
Polmas mempercayai bahwa kejahatan dan officer is a catalyst moving
masalah ketidaktertiban adalah milik neighbourhoods and communities toward
bersama komunitas (sebagai klien) dengan solving their own problems, and
Polisi (sebagai penyedia jasa layanan). encouraging citizens to help and look out
Polmas juga meyakini, bahwa anggota- each other”.
anggota komunitas perlu berpartisipasi Dari pengertian Polmas yang
dalam merumuskan kebijakan public yang dikemukakan oleh Susan Trojanowicz dan
berdasarkan hubungan interaktif dan Roberts Trojanowicz di atas, dapat
kooperatif (Leighton, 1991 : 77). dikemukan bahwa Polmas adalah sebuah
Di samping itu konsep Polmas metode pemolisian yang polisi dan
dapat dipahami dengan mengidentifikasi masyarakat bekerjasama mengidentifikasi
karakteristik utamanya, sebagaimana yang masalah di wilayahnya dan secara bersama
dikemukakan oleh Goldstein (1990 : 48) pula menyelesaikannya. Petugas dan polisi
bahwa Polmas adalah Pemolisian yang hanya berfungsi sebagai katalisator, yang
berorientasi pada masalah, oleh karena itu menggerakkan masyarakat dan komunitas
polisi paling mungkin meningkatkan tetanggaan dalam memecahkan masalah-
produktivitasnya dengan komunitasnya jika : masalah mereka, serta mendorong
1. Menugaskan anggota polisi ke mereka untuk saling membantu satu sama
wilayah secara cukup lama sehingga lain.
memungkinkan mereka untuk Perpolisian Masyarakat atau biasa di
mengidentifikasi masalah-masalah yang sebut Polmas merupakan model perpolisian
menjadi perhatian masyarakat. yang menekankan adanya kemitraan yang
2. Mengembangkan kapasitas anggota sejajar antara petugas dengan masyarakat
maupun institusi kepolisian dalam lokal dalam menyelesaikan dan mengatasi
menganalisa masalah-masalah setiap permasalahan sosial yang dapat
masyarakat. mengancam, ketertiban dan ketentraman
3. Mempelajari apakah keterlibatan yang hidup masyarakat setempat. Tujuannya
lebih besar dari masyarakat mempunyai adalah untuk mengurangi kejahatan, rasa
potensi untuk secara signifikan mengatasi ketakutan akan kejahatan serta
suatu masalah. meningkatkan kualitas hidup warga
4. Dalam situasi seperti itu, bekerja dengan setempat. Nilai-nilai yang tekandung dalam
segmen tertentu di masyarakat yang Polmas pada hakekatnya telah
berada pada posisi untuk membantu diimplementasikan Polri berdasarkan konsep
mengurangi atau mengatasi. Sistem Keamanan Swakarsa dan pembinaan
Sementara itu Susan Trojanowicz bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
dan Roberts Trojanowicz (dalam melalui program-program fungsi Bimmas
Sutanto, 2008 : 5) memberi definisi yang sesuai dengan kondisi di Indonesia
tentang Polmas adalah : baik di masa lalu maupun di Era Reformasi
“…any method of policing that includes a (demokrasi dan perlindungan HAM).
police officer assigned to the same area, Polmas diterapkan dalam komunitas-
meeting and working with the residents komunitas atau kelompok masyarakat yang

39
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

tinggal di dalam suatu lokasi tertentu masyarakat dalam upaya pencegahan dan
ataupun lingkungan komunitas berkesamaan penangkalan kejahatan, pemecahan
profesi (misalnya kesamaan kerja, keahlian, masalah sosial yang berpotensi
hobi, kepentingan dsb), sehingga warga menimbulkan gangguan Kamtibmas
masyarakatnya tidak harus tinggal di suatu dalam rangka meningkatkan kepatuhan
tempat yang sama, tetapi dapat saja hukum dan kualitas hidup masyarakat.
tempatnya berjauhan sepanjang komunitas - Falsafah Polmas : sebagai falsafah,
antara warga satu sama lainberlangsung Polmas mengandung makna suatu model
secara intensif atau adanya kesamaan pemolisian yang menekankan hubungan
kepentingan (misalnya: kelompok ojek, yang menjunjung nilai-nilai sosial/
hobibururng perkutuk, pembalap motor, kemanusiaan dalam kesetaraan,
hobi komputer dan sebagainya) yang menampilkan sikap perilaku yang santun
semuanya bias menjadi sarana serta saling menghargai antara polisi dan
penyelenggaraan Polmas. Dalam Keputusan warga sehingga menimbulkan rasa saling
Kapolri No.Pol. : SKEP / 737 / X / 2005 percaya dan kebersamaan dalam rangka
tanggal 13 Oktober 2005 tentang kebijakan menciptakan kondisi yang menunjang
dan strategi penerapan model Perpolisian kelancaran penyelenggaraan fungsi
Masyarakat dalam penyelenggaraan tugas kepolisian dan peningkatan kualitas
Polri . yang direvisi Peraturan Kepala hidup masyarakat.
Kepolisian Negara Republik Indonesia - Pembinaan dalam konteks Polmas adalah
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman upaya menumbuhkembangkan dan
Dasar Strategi Implementasi Perpolisian mengoptimalkan potensi masyarakat
Masyarakat (Polmas) Dalam dalam hubungan kemitraan (partnership
Penyelenggaraan Tugas Polri disebutkan : and networking) yang sejajar.
- Polmas (Pemolisian/Perpolisian - Pembinaan masyarakat adalah segala
Masyarakat) adalah penyelenggaraan upaya yang meliputi komunikasi,
tugas kepolisian yang mendasari kepada konsultasi, penyuluhan, penerangan,
pemahaman bahwa untuk menciptakan pembinaan, pengembangan dan berbagai
kondisi aman dan tertib tidak mungkin kegiatan lainnya dalam rangka untuk
dilakukan oleh Polri sepihak sebagai memberdayakan segenap potensi
subjek dan masyarakat sebagai objek, masyarakat guna menunjang keberhasilan
melainkan harus dilakukan bersama oleh tujuan terwujudnya keamanan, ketertiban
Polisi dan masyarakat dengan cara dan ketentraman masyarakat.
memberdayakan masyarakat melalui - Kemitraan (partnership and networking)
kemitraan Polisi dan warga masyarakat, adalah segala upaya membangun sinergi
sehingga secara bersama-sama mampu dengan potensi masyarakat yang meliputi
mendeteksi gejala yang dapat komunikasi berbasis kepedulian,
menimbulkan permasalahan konsultasi, pemberian informasi dan
dimasyarakat, mampu mendapatkan berbagai kegiatan lainnya demi
solusi untuk mengantisipasi terciptanya tujuan masyarakat yang
permasalahannya dan mampu aman, tertib dan tenteram.
memelihara keamanan serta ketertiban di - Masalah adalah suatu kondisi yang
lingkungannya. menjadi perhatian warga masyarakat
- Strategi Polmas adalah implementasi karena dapat merugikan, mengancam,
pemolisian proaktif yang menekankan menggemparkan, menyebabkan
kemitraan sejajar antara polisi dan ketakutan atau berpotensi menyebabkan

40
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

terjadinya gangguan ketertiban dan Polmas diterapkan juga bisa meliputi


keamanan dalam masyarakat(khususnya kelompok orang yang hidup dalam suatu
kejadian-kejadian yang tampaknya wilayah yang lebih luas seperti kecamatan
terpisah tetapimempunyai kesamaan- bahkan kabupaten kota, sepanjang mereka
kesamaan tentang pola, waktu, korban memiliki kesamaan kepentingan.
dan/ atau lokasi geografis). Sebagai contoh kelompok berdasar
- Pemecahan masalah adalah proses etnis atau suku, kelompok berdasar agama,
pendekatan permasalahan Kamtibmas kelompok berdasar profesi, hobby dan
dan kejahatan untuk mencari pemecahan sebagainya. Kelompok ini dikenal dengan
suatu permasalahan melalui upaya nama komunitas berdasar kepentingan
memahami masalah, analisis masalah, (community of interest); ketiga,
mengusukan alternatif-alternatif solusi Pemahaman Polmas sebagai suatu strategi
yang tepat dalam rangka menciptakan perpolisian, Polmas berarti model
rasa aman, tentram dan ketertiban (tidak perpolisian yang menekankan kemitraan
hanya berdasarkan hukum pidana dan yang sejajar antara petugas Polmas dengan
penagkapan), melakukan evaluasi serta masyarakat lokal dalam menyelesaikan
evaluasi ulang terhadap efektifitas solusi dan mengatasi setiap permasalahan sosial
yang dipilih. yang mengancam keamanan dan ketertiban
Dalam konteks ini perpolisian tidak masyarakat serta ketentraman kehidupan
hanya menyangkut operasionalisasi (taktik masyarakat setempat dengan tujuan untuk
atau tehnik) fungsi kepolisian tetapi juga mengurangi kejahatan dan rasa ketakutan
pengelolaan fungsi kepolisian secara akan kejahatan serta meningkatkan
menyeluruh mulai dari tataran kualitas hidup warga setempat : (a)
manajemen puncak sampai manajemen lapis Dalam pengertian ini, masyarakat
bawah, termasuk pemikiran-pemikiran diberdayakan sehingga tidak lagi semata-
filsafati yang melatarbelakanginya; kedua, mata sebagai obyek dalam
Pemahaman tentang masyarakat yang penyelenggaraan fungsi kepolisian
merupakan terjemahan dari kata melainkan sebagai subyek yang
“Community” (komunitas) dalam konteks menentukan dalam mengelola sendiri upaya
Polmas berarti: (a) Warga masyarakat atau penciptaan lingkungan yang aman dan
komunitas yang berada di dalam suatu tertib bagi ketentraman dan keselamatan
wilayah kecil yang jelas batas-batasnya kehidupan bersama mereka yang difasilitasi
(geographic-community). Batas wilayah oleh petugas kepolisian yang berperan
komunitas ini harus dilakukan dengan sebagai petugas polmas dalam suatu
memperhatikan keunikan karateristik kemitraan, (b) Dalam pengertian
geografis dan sosial dari suatu pengelolaan terkandung makna bahwa
lingkungan dan terutama keefektifan masyarakat berusaha menemukan,
pemberian layanan kepada warga mengidentifikasi, menganalisis dan
masyarakat. Wilayah tersebut dapat mencari jalan keluar pemecahan masalah-
berbentuk Rukun Tetangga (RT), Rukun masalah gangguan keamanan dan ketertiban
Warga (RW), desa, kelurahan, ataupun termasuk pertikaian antar warga serta
berupa pasaratau pusat belanja atau mall, penyakit masyarakat dan masalah sosial
kawasan industri, pusat atau kompleks lain yang bersumber dari dalam kehidupan
olahraga, stasiun bus atau kereta api dan mereka sendiri bagi terwujudnya suasana
lain-lain. (b) Dalam pengertian yang kehidupan bersama yang damai dan
diperluas masyarakat dalam pendekatan tenteram, (c) Operasionalisasi konsep

41
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

Polmas pada tataran lokal masyarakat. Tujuan Polmas adalah


memungkinkan masyarakat setempat untuk terwujudnya kemitraan polisi dengan
memelihara dan menumbuh-kembangkan masyarakat yang didasari kesadaran bersama
sendiri pengelolaan keamanan dan dalam rangka menanggulangi permasalahan
ketertiban yang didasarkan atas norma- yang dapat mengganggu keamanan dan
norma sosial dan/atau kesepakatan- ketertiban masyarakat guna menciptakan
kesepakatan lokal dengan mengindahkan rasa aman, tertib dan tenteram serta
peraturan- peraturan hukum yang bersifat meningkatkan kualitas kehidupan
nasional dan menjungjung tinggi prinsip- masyarakat. Dalam rangka mewujudkan
prinsip HAM (Hak Asasi Manusia) dan masyarakat yang aman, tertib dan tenteram,
kebebasan individu yang bertanggung warga masyarakat diberdayakan untuk ikut
jawab dalam kehidupan masyarakat yang aktif menemukan, mengidentifikasi,
demokratis; menganalisis dan mencari jalan keluar bagi
keempat, pemahaman Polmas pad masalah-masalh yang mengganggu
dasarnya sejalan dengan nilai-nilai yang keamanan, ketertiban dan masalah sosial
terkandung dalam konsep Siskamswakarsa lainnya. Masalah yang dapat diatasi oleh
yang dalam pengembangannya masyarakat terbatas pada masalah yang
disesuaikan dengan ke-kini-an ringan, tidak termasuk perkara pelanggaran
penyelenggaraan fungsi kepolisian dalam hukum yang seri.
masyarakat madani, sehingga tidak semata- 3. Prinsip Polmas
mata merupakan pengadopsian dari konsep Berdasarkan berbagai komponen
Community policing; kelima, pemahaman inti sebagaimana dijabarkan itu, dapat
tentang Polmas pada hakekatnya disarikan sejumlah prinsip Polmas
mengandung 2 (dua) unsur utama yaitu: (a) (Trojanowicz,et al.,1990) dalam Panduan
Membangun kemitraan antara polisi dan Polmas yang diterbitkan oleh Mabes Polri
masyarakat, (b) Menyelesaikan berbagai yang didasarkan pada Surat Keputusan
masalah sosial yang terjadi dalam Kapolri (No. Pol. : Skep/432/VII/2006),
masyarakat lokal. Keenam, pemahaman yang antara lain menyangkut;
Polmas sebagai suatu falsafah, Polmas Pertama, filosofi dan strategi
mengandung makna “suatu model organisasi. Prinsip Polmas dalam
perpolisian yang menekankan hubungan pemahaman ini merupakan filosofi,
yang menjungjung nilai-nilai sekaligus juga strategi organisasi yang
sosial/kemanusiaan dan menampilkan sikap memungkinkan polisi dan masyarakat
santun dan saling menghargai antara polisi bekerjasama dalam memecahkan
dan warga dalam rangka menciptakan persoalan kriminalitas, penyalahgunaan
kondisi yang menunjang kelancaran obat terlarang, gangguan keamanan danhal-
penyelenggaraan fungsi kepolisian dan hal lain yang dapat menurunkan kualitas
peningkatan kualitas hidup masyarakat”. hidup masyarakat;
Lewat Polmas sebagai paradigma Kedua, Komitmen Kepada
baru pemolisian menjadi jawaban terhadap Pemberdayaan Masyarakat. Prinsip Polmas
paradigma demokrasi bangsa ini, polisi dalam pemahaman ini, bahwa strategi
diharapkan dapat berorientasi pada organisasi dalam Polmas menuntut setiap
rakyat. Artinya, lewat Kebijakan anggota kepolisian harus berupaya untuk
Polmas sebagai strategi perpolisian di mengimplementasikan filosofi power-
Indonesia, terutama tingkat lokal sharing dalam praktek sehari-hari. Polisi
dilakukan selaras dengan aspirasi harus bersedia untuk “berbagi kekuasaan,”
42
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

sehingga tidak muncul sikap arogan, yang dengan rasa tanggung jawab;
dapat mengurang kepercayaan masyarakat. Keenam, memperluas mandat Polisi,
Setiap anggota harus memahami kebutuhan yaitu bahwa prinsip Polmas menambahkan
untuk fokus dalam pemecahan persoalan elemen proaktif terhadap peran reaktif
masyarakat, sehingga warga memiliki polisi. Hal ini secara logis akan semakin
kesadaran akan hak dan tanggung jawab memperluas spektrum tugas kepolisian,
untuk mengambil peran dalam maka sewajarnya jika mandat petugas
mengidentifikasi, menentukan prioritas dan Polmas perlu diperluas. Sebaliknya, petugas
memecahkan persoalan, sebagai mitra yang tidak boleh mengeluh karena spektrum
setara dengan pihak kepolisian; yang meluas ini, karena keluhan mengenai
Ketiga, desentralisasi dan beban tugas yang meningkat hanya akan
personalisasi pemolisian. Prinsip Polmas mendorong pengambil-alihan kewenangan
dalam implementasi Polmas, pihak polisional oleh instansi lain;
kepolisian harus menciptakan dan Ketujuh, membantu masyarakat
mengembangkan model aparat yang yang memerlukan bantuan khusus. Artinya,
bertindak sebagai jembatan antara polisi prinsip Polmas menekankan pencarian
dan anggota masyarakat. Sebagai cara- cara baru untuk melindungi dan
spesialis dalam hubungan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup, terutama bagi
petugas Polmas harus terbebas dari tugas- kaum yang rentan terhadap tindak
tugas lain kepolisian, supaya mereka dapat kejahatan, seperti anak-anak, orang tua,
lebih dekat dengan setiap anggota kaum minoritas, kaum papa, penderita cacat
masyarakat dan dapat mengambil dan lain sebagainya;
keputusan yang terbaik untuk Kedelapan, kreativitas dan dukungan
membantu warga; akar rumput. Prinsip Polmas dalam
Keempat, pemecahan masalah yang pengertian ini, yaitu bahwa Polmas
bersifat segera dan berjangka panjang. (Perpolisian Masyarakat) memanfaatkan
Prinsip Polmas dalam konteks ini, bahwa segala kemajuan teknologi yang ada.
peran luas dari petugas Polmas menuntut Namun juga harus disadari bahwa tidak
adanya kontak yang berkesinambungan ada kemampuan yang lebih baik daripada
dengan tokoh-tokoh masyarakat, sehingga dedikasi, dialog dan kerja secara bersama-
mereka dapat bersama-sama mencari sama. Oleh sebab itu, petugas dituntut untuk
solusi, sementara warga masyarakat lainnya mampu mengembangkan kreativitas guna
berperan sebagai pendukung atau relawan. memberdayakan sumberdaya lokal yang
Penanganan setiap persoalan yang ada tersedia dalam upaya memecahkan
harus segera dan tidak bisa ditubda, serta persoalan yang ada. Selain kreativitas,
penyelesainnya bersifat jangka panjang, investasi yang ditanamkan adalah
bukan insidentil saja; kepercayaan dari anggota masyarakat
Kelima, etika, legalitas,tanggung untuk dapat mengatasi masalah secara
jawab, dan kepercayaan. Prinsip Polmas bersama-sama;
dalam pengertian ini, bahwa hubungan Kesembilan, perubahan internal
antara petugas dengan masyarakat yang Polri. Prinsip Polmas semestinya
dilayani harus berdasarkan pada prinsip mengandalkan pendekatan yang
saling percaya dan saling menghargai. Hal terintegrasi secara menyeluruh, yang
ini hanya dapat tercipta bila petugas melibatkan seluruh personel institusi
mendasari setiap sikap dan tindakannya kepolisian. Petugas Polmas berperan
berdasarkan ketentuan hukum serta penuh
43
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

sebagai jembatan penghubung antara Mengenai penelitian kualitatif,


kepolisian dan masyarakat yang sugiyono mengatakan bahwa :
dilayani. Sekali diterapkan sebagai “Penelitian kualitatif adalah metode
strategi jangka panjang maka seluruh penelitan yang digunakan untuk
aparat harus dapat menerapkannya secara meneliti pada kondisi obyek yang
konsekuen. Untuk itu, diperlukan suatu alamiah, (sebagai lawannya adalah
perubahan internal secara mendasar dalam eksperimen) dimana peneliti adalah
memandang dan mensukseskan Polmas; sebagai instrumen kunci, teknik
Kesepuluh, membangun demi masa pengumpulan data dilakukan secara
depan. Prinsip Polmas dalam pemahaman trianggulasi (gabungan), analisis data
ini adalah memberikan pelayanan bersifat induktif, dan hasil penelitian
terdesentralisasi dan lebih bersifat personal kualitatif lebih menekankan makna
(pribadi) kepada masyarakat. Metode ini daripada generalisasi.” (Sugiyono,
menyadari bahwa kepolisian tidak dapat 2009 :1)
memberikan perintah kepada masyarakat Menurut Bogdan dan Taylor (1975 : 5)
dari luar. Masyarakat justru didorong yang dikutip oleh Moleong yang dimaksud
untuk berpikir tentang polisi sebagai dengan metode kualitatif adalah:
sumber yang dapat digunakan untuk “Sebagai prosedur penelitian yang
mambantu memecahkan persoalan yang menghasilkan data deskriptif berupa
mereka hadapi. Oleh sebab itu, metode ini kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
bukan sekedar taktik yang diterapkan, lalu orang dan prilaku yang dapat diamati.”
ditinggalkan. Namun merupakan suatu (Moleong, 2000 : 3)
filosofi dan strategi organisasi yang sangat Metode penelitian kualitatif berusaha
fleksibel guna dapat memenuhi kebutuhan memahami dan menafsirkan makna suatu
dan prioritas masyarakat yang berubah dari peristiwa interaksi tingkah laku manusia
waktu ke waktu. dalam situasi tertentu menurut perspektif
METODE PENELITIAN peneliti sendiri. Alat pengumpulan data atau
Penelitian ini berusaha instrument penelitian dalam metode
mendeskripsikan Efektivitas Prinsip penelitian kualitatif adalah si peneliti
Perpolisian Masyarakat Di Kelurahan sendiri. Jadi peneliti merupakan instrument
Bonesompe Kecamatan Poso Kota Utara pokok, dalam mengumpulkan data peneliti
Kabupaten Poso, pihak-pihak mana saja harus terjun sendiri ke lapangan secara aktif.
yang terlibat dalam kegiatan perpolisian dan Teknik pengumpulan data yang digunakan
bagaimana perannya. Penelitian ini juga ialah observasi lapangan, wawancara dan
berusaha menggambarkan fenomena dokumentasi.
persoalan perpolisian masyarakat dengan HASIL PENELITIAN
segenap dinamikanya. Metode yang Konsep Perpolisian Masyarakt dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah bahasa Inggris dikenal dengan beberapa
metode deskriptif dengan pendekatan istilah yaitu antara lain Community Based
kualitatif. Policing, Community Oriente Policing,
Tujuan dari penelitian deskriptif ini Neighborhood Oriented Policing dan
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran Community Policing. Diantara istilah
atau lukisan secara sistematis, faktual dan tersebut Community Policing adalah istilah
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta yang paling sering digunakan. Pendekatan
hubungan antara fenomena yang diselidiki. Perpolisian Masyarakat atau biasa disebut

44
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

Polmas adalah salah satu grand strategi bawahan sebagaimana sesuai aturan formal
Polri dalam mengatasi masalah keamanan dalam hirarki polri.
yang terjadi di daerah-daerah yang ada di Berikut petikan hasil wawancara
indonesia. Kondisi Kabupaten Poso yang dengan salah satu anggota Polmas (RM)
telah mengalami konflik horizontal menjadi yang mengatakan bahwa :
salah satu daerah yang menurut Polri harus “Komunikasi kami sebagai anggota
mendapat perhatian khusus dalam hal polmas memang sudah di atur secara
penanganan sistem keamanan. Paradigma jelas dalam aturan hirarki polri, dalam
Polri yang selalu menerapkan pola tebang hal ini kami tidak bisa bertindak tanpa
pangkas dalam menyelesaikan persoalan ada perintah dari komandan. Dalam hal
mendapat tantangan pada umumnya dari masalah yang kami temukan dilapangan
masyarakat indonesia dan khususnya sekemampuan kami harus menyelesaikan
masyarakat poso. itu sendiri kemudian berkordinasi dengan
Sehingga pada tahun 2005 pendekatan komandan atau kapolsek setempat tetapi
Perpolisian Masyarakat atau Polmas ada saat dimana masalah yang muncul
diterapkan di Kabupaten Poso tak terkecuali dimasyarakat tidak serta merta harus
Kelurahan Bonesompe. Walaupun dengan kami selesaikan sendiri tetapi terlebih
kondisi poso yang sudah aman konsep dahulu kami harus berkordinasi dengan
Perpolisian Masyarakat tetap diterapkan komandan yaitu Kapolsek Poso Kota.”
dengan pola yang lebih dinamis. Dalam
Berdasarkan pengamatan Penulis
Penulisan ini untuk mengetahui seberapa
terkadang kordinasi antara anngota polmas
besar Efektivitas Prinsip Perpolisian
dan kapolsek setempat membuat
Masyarakat Dalam Menunjang Fungsi
penyelesaian masalah yang ada menjadi
Samapta Di Kelurahan Bonesompe
terhambat seperti biasanya ada sedikit
Kecamatan Poso Kota Utara Kabupaten
keributan kecil yang terjadi dan sebagian
Poso. Penulis menggunakan indikator yaitu:
masyarakat menginginkan diselesaikan
1. Komunikasi 2. Proaktif 3. Responsibilitas,
secepatnya tetapi dalam hal ini anggota
sesuai dengan Peraturan Kepala Kepolisian
polmas harus berkordinasi terlebih dahulu
Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
dengan komandan, hal tersebut terkadang
2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi
menghambat peneyelesaian masalah
Implementasi Perpolisian Masyarakat
ditempat. Sedangkan konsep polmas
(Polmas) Dalam Penyelenggaraan Tugas
dibangun dengan penempatan anggota
Polri. Hasil Penulisan akan dibahas sebagai
polmas didaerah binaannya salah satunya
berikut :
dapat menyelesaikan masalah ditempat
1. Komunikasi sehingga tidak sampai ke kantor polisi.
Komunikasi yang dimaksud yaitu Pengamatan Penulis dibenarkan juga
Komando atau arahan antara anggota oleh pernyataan anggota polmas yang lain
Polmas, Kapolsek Poso Kota dan (IP), berikut petikan wawancara :
masyarakat Kelurahan Bonesompe. Terkait “Dalam hal menyelesaikan masalah
dengan komunikasi yang dibangun antara terutama masalah yang menyangkut
anggota Polmas, Kapolsek Poso Kota dan orang banyak kami harus lebih jeli dan
masyarakat Kelurahan Bonesompe sejauh mengutamakan kordinasi dengan
pengamatan Penulis antara anggota Polmas komandan atau pimpinan, sekalipun itu
dan Kapolsek memang berdasarkan arahan menyangkut masalah internal keluarga
atau perintah langsung antara atasan dan dalam masyarakat, kordinasi dengan

45
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

pimpinan harus kami utamakan karena mengganggu ketertiban masyarakat,


kamipun bertindak sesuai dengan arahan seringkali juga masyarakat mnegeluhkan
atau komando pimpinan”. tentang keberadaan polmas karena
Komando antara anggota polmas biasanya ada hal yang mau mereka
dengan Kapolsek Poso Kota memang sudah sampaikan terkait hal yang dianggap
berdasarkan aturan baku dalam hirarki polri. meresahkan masyarakat anggota polmas
Hanya saja dalam hal efektivitas fungsi tidak berada ditempat sehingga
polmas komunikasi atau arahan komando terkadang kami hanya sebagai
antara anggota polmas dengan kapolsek juga pendengar karena masalah yang mereka
masyarakat, harus lebih melihat komunikasi keluhkan diluar wewenang aparatur
antara anggota polmas dengan masyarakat kelurahan. Keinginan kami selaku
aparatur kelurahan sebenarnya sudah
karena keberadaan polmas di daerah
binaannya memang menekankan kami sampaikan semisalnya kami
komunikasi yang intens sehingga apa yang berharap anggota polmas yang ada lebih
menjadi tujuan daripada prinsip polmas intens membangun komunikasi dengan
sendiri tercapai. masyarakat jika ada waktu luangnya bisa
Kenyaman masyarakat yang manjadi berkumpul-kumpul dengan masyarakat
tujuan utama dalam konsep polmas bukan nanti ada masalah atau laporan
mengharuskan anggota polmas harus lebih warga baru ke Bonesompe. Nah
peka dengan apa yang menjadi kebutuhan terkadang karena masyarakat kurang
masyarakat bonesompe untuk mendapatkan melihat keberadaan anggota polmas
rasa nyaman tersebut. Jangan sampai adanya sehingga anggota polmas tidak dikenali
anggota polmas malah membuat masyarakat oleh masyarakat,kalau seperti itu jadinya
kan repot”.
khususnya masyarakat bonesompe menjadi
tidak nyaman. Pernyataan serupa juga diklemukakan
Menyangkut hal warganya aparatur oleh salah seorang warga yang juga sebagai
kelurahan dalam hal ini lurah harus Ketua RT... (ibu Ida) yang mengatakan
mengetahui apa yang terjadi pada warganya, bahwa :
sehingga komunikasi yang dibangun harus “Anggota Polmas yang ada setau kami
melibatkan semua pihak dalam daerah tidak pernah datang ke sini, padahal
binaan polmas tersebut. untuk komunikasi kami selalu berharap anggota polmas
antara anggota polmas, masyarakat dan dapat bercerita berkumpul-kumpul
aparatur kelurahan penulis melihat hanya dengan warga disini sehingga apa yang
sebatas komunikasi formal artinya menjadi keluhan warga terkait hal yang
komunikasi akan terjadi jika ada hal atau meresahkan masyarakat soal keamanan
ada suatu peristiwa di Kelurahan dengan mudah dapat kami sampaikan.
Bonesompe. Selain itu kalau ada anggota polmas
Berikut pernyataan Lurah Bonesompe sering kesini, kita masyarakat bisa
dalam hal komunikasi antara masyarakat merasa lebih aman”
dan anggota polmas, yaitu : Keluhan masyarakat tersebut menurut
“Komunikasi yang terjadi antara kami penulis sangat rasional karena masyarakat
selaku aparatur kelurahan dengan menganggap keberadaan polmas sangat
anggota polmas hanya sebatas dibutuhkan dalam lingkungan dimana
komunikasi formal jika ada yang terjadi masyarakat tinggal. Dimana Konsep polmas
di Bonesompe dan dianggap dapat sendiri dibentuk untuk lebih mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat seperti moto
46
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

Kepolisian Resort Poso yaitu “ Kami Siap yang efektif. Mengacu pada uraian itu
Melayani Anda”. Selain itu menurut penulis dapat dimaknai bahwa efektif tidaknya
komunikasi yang intens antara anggota sebuah kebijakan juga ditentukan oleh ada
polmas dan masyarakat akan sangat tidaknya pelibatan stakeholders dalam
membantu kerja polisi dalam mencegah hal- proses perumusan kebijakan.
hal yang dapat mengganggu keamanan dan Dalam konsep prinsip Polmas,
ketertiban masyarakat. Proaktif dimaksudkan untuk lebih
Berdasarkan hasil wawancara dan memudahakan anggota Polmas bersama
pernyataan Lurah serta Ketua RT di atas masyarakat melihat dan menyelesaikan
penulis menyimpulkan indikator komunikasi persoalan yang ada dalam lingkungan
dalam efektivitas Prinsip Perpolisian masyarakat.
Masyarakat Di Kelurahan Bonesompe Dalam hal proaktif Penulis melihat
Kecamatan Poso Kota Utara Kabupaten hubungan timbal balik antara anggota
Poso belum berjalan dengan baik sesuai polmas dan masyarakat tidak berjalan
dengan aturan yang ada dalam prinsip sebagaimana yang tercantum dalam konsep
polmas. Walaupun kordinasi atau prinsip polmas, hubungan timbal balik yang
komunikasi anatar anggota Polmas dengan terjadi hanya sepihak.
Komandannya sudah berjalan sesuai dengan Berikut hasil wawancara dengan salah
komando dalam hirarki Polri tetapi seorang warga RT... (Usman) yang
komunikasi antara anggota Polmas dengan mengatakan bahwa :
masyarakat belum berjalan seperti “Hubungan masyarakat dengan anggota
diharapkan karena untuk melihat polmas disini biasa saja, kami tidak
keberhasilan indikator komunikasi kita harus pernah berkumpul dengan anggota
melihat efektivitas komunikasi antara polmas yang ada sekarang karena setau
anggota Polmas dan Komandan serta kami anggota polmas yang ada
efektivitas antara anggota Polmas dan dibonesompe ini telah diganti. Kalau
Masyarakat. anggota polmas yang sebelumnya sering
2. Proaktif berkumpul-kumpul dengan masyarakat
Proaktif yang penulis maksudkan terutama anak-anak muda disini tetapi
disini yaitu hubungan timbal balik antara yang sekarang boleh dikata kami tidak
masyarakat dan Anggota Polmas dalam kenal. Kalaupun ada keperluan kami
menjaga keamanan dan ketertiban di terkait masalah keamanan dan ketertiban
Kelurahan Bonesompe. Proaktif yang baik kami mengadukannya ke Ketua RT.. dan
dapat memberikan kemudahan kepada Ketua RT yang melaporkannya ke
masyarakat untuk mengutarakan apa yang polmas”
menjadi kebutuhan mereka dan respon yang Proaktif seharusnnya melibatkan
baik dari polmas sendiri akan sangat polmas langsung sehingga hubungan yang
membantu terwujudnya tujuan polmas. terjadi bisa lebih mempererat dan lebih
Dalam proses perumusan kebijakan memudahkan polmas dan masyarakat untuk
publik penting untuk membangun interaksi mengkomunikasikan hal-hal yang dianggap
antar para stakeholder. Dengan adanya dapat mengganggu keamanan dan ketertiban
pola interaksi antar aktor sosial dan warga. Hubungan timbal balik yang ada
membentuk pola hubungan kebijakan menurut pengamatan penulis hanya berjalan
(policy networks) yang stabil di antara sepihak, aturannya hubungan timbal balik
mereka akan menghasilkan kebijakan yang dimaksud semisalnya masyarakat ingin
mengeluhkan suatu hal yang di anggap dapat

47
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

mengganggu keamanan dan ketertiban melakukan kegiatan kerja bakti misalnya


lingkungan polmas harus cepat merespon atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat
dan sebaliknya jika ada hal yang menurut lebih mendekatkan hubungan antara
masyarakat dapat mengganggu keamanan masyarakat dengan masyarakat dan
dan ketertiban harus dengan cepat masyarakat dengan polmas sendiri.
melaporkan ke polmas sehingga hal-hal Sehingga kebersamaan melalui hubungan
yang dianggap dapat mengganggu keamanan yang proaktif tersebut dapat
dan ketertiban lingkan dapat dihindari atau menghindarkan kita dari hal yang dapat
dicegah. mengganggu keamanan dan ketertiban
Menurut pengamatan penulis dan lingkungan dimana kita tinggal”).
beberapa pernyataan masyarakat, penulis Pernyataan tokoh pemuda di atas
menilai bahwa anggota polmas Kelurahan menurut penulis merupakan salah satu
Bonesompe tidak melakukan upaya untuk peluang polmas untuk dapat menjalankan
menjalin hubungan yang lebih erat dengan fungsinya dengan baik tetapi jika peluang
masyarakat binaannya. Anggota polmas tersebut tidak direspon secara tanggap oleh
menurut hemat penulis seharusnya dapat polmas sendiri maka peluang yang ada akan
menjalin hubungan yang lebih dekat dengan sia-sia adanya. Kesadaran dari masyarakat
masyarakat binaanya. Seyogyanya menurut terhadap keamanan dan ketertiban di
penulis jika anggota polmas Kelurahan Kelurahan Bonesompe sangat membantu
Bonesompe memiliki waktu senggang dapat dalam hal menunjang fungsi samapta
digunakan untuk berkumpul-kumpul dengan dimana anggota polmas dapat menciptakan
masyarakat sehingga cara tersebut menurut rasa aman dan tertib karena adanya
penulis dapat dimanfaatkan untuk kesadaran dari masyarakat. Tetapi jika
memberikan informasi atau kiat- kiat kepada aparat polmas sendiri tidak proaktif dengan
masyarakat bagaimana cara yang lebih apa yang menjadi keluhan masyarakat maka
mudah menjaga keamanan dan ketertiban sangat tidak mungkin fungsi samapta
lingkungannya sendiri. melalui prinsip polmas di Kelurahan
Pengamatan penulis juga dibenarkan Bonesompe dapat tercapai.
oleh salah seorang tokoh pemuda Kelurahan Setiap aparat Polmas harus memiliki
Bonesompe (Sutami) berikut pernyataanya : daya tanggap yang meliputi kecepatan,
“Keberadaan anggota polmas di ketepatan dan fleksibilitas untuk mengambil
Bonesompe ini sebenarnya sangat langkah tindakan dalam melaksanakan tugas
membantu jika masyarakat dan anggota dan fungsinya sebagai abdi dan pelayan
polmas bersama-sama proaktif menjalin masyarakat. Tindakan yang diambil tidak
hubungan yang lebih dekat karena akan boleh bertentangan dengan peraturan, dan
sangat memudahkan polmas sendiri norma-norma yang berlaku. Maka dari itu
untuk dapat memberikan tindakan apabila tingkat responsivitas aparat cepat
prepentif untuk hal-hal yang menyangkut dan tepat maka akan terlihat profesionalisme
kemanan dan ketertiban masyarakat. polmas.
Disatu sisi tindakan proaktif tersebut Proaktif atau hubungan timbal balik
akan membantu masyarakat untuk aparatur Polmas dengan masyarakat juga
mewujudkan lingkungan aman sesuai akan terlihat dari daya tanggap petugas
dengan konsep dbentuknya polmas. Kami Polmas yang berasal dari kepekaan diri
sebenarnya sangat berharap anggota pribadi yang kemudian diaplikasikan
polmas Bonesompe yang ada dapat kedalam tingkah laku berdasarkan tugas dan
bersama-sama dengan kami disini tanggung jawabnya sebagai Polmas.

48
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

Dari hasil wawancara dan pernyataan unsur terlebih lagi dibutuhkannya dukungan
beberapa masyarakat di atas penulis menilai dari para pimpinan dan organisasi.
bahwa proaktif atau hubungan timbal balik Berikut petikan wawancara dengan
antara masyarakat dan anggota polmas di salah seorang anggota polmas (FN)
Kelurahan Bonesompe tidak berjalan dengan “Responsibilitas petugas polmas
baik dan perlu di evaluasi kembali sehingga memang masih terlihat kurang terlaksana
hubungan yang diharapkan berdasarkan sebab adanya kendala teknis yang tidak bisa
penjabaran dalam regulasi polmas dapat dilakukan oleh petugas sendiri, contoh saja
tercapai atau minimal dapat dilaksanakan jika berkaitan dengan fasilitas
berdasarkan aturan dasar sehingga tujuan penyelenggaraan kegiatan seperti
polmas dapat dirasakan oleh masyarakat bergantungnya petugas akan fasilitas serta
umum dan khususnya masyarakat Kelurahan sarana dan prasarana yang ada hingga
Bonesompe. akhirnya responsibilitas petugas kurang
terlaksana dengan baik.
3. Responsibilitas
Terkait dengan responsibilitas anggota
Responsibilitas merupakan
Polmas yang bergantung pada kebutuhan
kekonsistenan atau kesesuaian pembenaan
sarana dan prasana tentu sangat tidak
pelayanan dalam proses pelaksanaannya,
mungkin pelaksanaan tugas dapat dicapai
telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
karena seperti berdasarkan pengamatan
prinsip atau ketentuan administrasi dan
penulis pos Polmas saja yang menjadi
kebijakan-kebijakan organisasi, dan
proyek miliyaran saat ini tidak dimanfaatkan
petunjuk-petunjuk operasional yang ada.
dengan baik. Pos tersebut hanya menjadi
Aparat Polmas Kelurahan Bonesompe harus
tempat kosong yang tidak dimanfaatkan
melaksanakan tugas secara konsisten agar
apalagi jika berbicara tentang fasilitas di
dapat memberikan pelayanan yang bersifat
dalamnya tentu saja sangat tidak mungkin
keadministrasian dengan baik terhadap
jika fasilitas di dalamnya mendukung. Tidak
masyarakat.
bisa dipungkiri bahwa dukungan terhadap
Responsibilitas perlu dilakukan oleh
penyelenggaraan kegiatan sangat ditentukan
Polmas Kelurahan Bonesompe agar dapat
oleh tersedianya fasilitas dan dukungan
mewujudkan ketertiban baik dalam
moril dari berbagai pihak yang ini harus
administrasi maupun pelaksanaan kegiatan
menjadi catatan tersendiri bagi petugas dan
lainnya. Hal ini terwujud dalam kegiatan
para pimpinan khususnya dalam hal
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
pelaksanaan fungsi-fungsi yang bersifat
kepada masyarakat yang apabila dapat
instruksional maupun institusional.
dilaksanakan dengan baik maka akan
Fungsi dan tugas Polisi salah satunya
tercipta peningkataan ketertiban dan
adalah menyelenggarkan ketertiban dan
keamanan yang baik sesuai dengan apa yang
keamanan warga masyarakat yang dalam hal
diharapkan.
ini aplikasi dan pelaksanaannya ditingkat
Responsibilitas petugas Polmas dalam
bawah adalah diimpementasikan melalui
melaksanakan kegiatan dapat terlihat dari
program Perpolisian Masyarakat dengan
proses suatu pekerjaan yang harus
harapan bahwa penyelenggaran keamanan
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
dan ketertiban itu bukan hanya tugas dan
ada berdasar pada nilai moral yang
tanggung jawab aparat saja melainkan dari
mengedepankan tanggung jawab moril atas
peranserta dan keterlibatan warga
amanah yang diemban. Hal ini tentu butuh
masyarakat.
waktu serta proses yang melibatkan berbagai

49
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

KESIMPULAN Anggota Polmas khususnya yang ada


Untuk indikator komunikasi itu tidak di Kelurahan Bonesompe, harus dapat
berjalan dengan baik, karena komunikasi menunjukan sikap baik yang dapat diterima
yang jalan hanya sebatas anggota Polmas oleh masyarakat.
dengan pimpinannya sedangkan anggota
Polmas dengan masyarakat itu tidak DAFTAR PUSTAKA
terlaksana dengan baik yang dibuktikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
dengan jawaban responden dan hasil 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
wawancara. Edisi kedua. Cetakan kedua. Jakarta Balai
Hubungan timbal balik antara anggota Pustaka.
Polmas dengan masyarakat tidak berjalan Gibson, James L., John M. Ivancevich dan
seperti yang diharapkan, anggota Polmas James H. Donnely Jr. 1996, Organisasi:
hanya menunggu apa yang menjadi keluhan Perilaku, Struktur, Proses. (Terjemahan)
masyarakat. Anggota Polmas tidak punya Edisi Delapan. Jakarta:Binarupa Aksara.
keinginan untuk lebih dulu memulai Djamin, Awaloedin. 2007. Kedudukan
hubungan yang baik dengan masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia
Responsibilitas merupakan dalam Sistem Ketatanegaraan; Dulu,
kekonsistenan atau kesesuaian pembenaan Kini dan Esok. Jakarta : PTIK Press.
pelayanan dalam proses pelaksanaannya, Indrawijaya Adam I. 2000. Perilaku
telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip- Organisasi. Bandung : Sinar Baru
prinsip atau ketentuan administrasi dan Algesindo.
kebijakan-kebijakan organisasi, dan Jones, Gareth R, 1994, Organizational
petunjuk-petunjuk operasional yang ada, Theory, Text and Cases. USA. Wesley
namun untuk responsibilitas anggota Polmas Publishing Company, Reading
di kelurahan Bonesompe itu tidak berjalan Massachusets.
seperti yang diharapkan karena terkendala Kelana, Momo. 2002. Memahami Undang-
secara teknis yaitu tidak tersedianya sarana Undang Kepolisian; Undang-Undang
dan prasarana yang memadai. Nomor 2 Tahun 2002; Latar Belakang
Sikap anggota Polmas yang tidak dan Komentar Pasal demi Pasal,
direspon baik oleh masyarakat sangat Jakarta : PTIK Press.
mempengaruhi tujuan pelaksanaan prinsip Muradi, 2010. Polmas dan
Polmas khususnya di Kelurahan Profesionalisme Polri, Bandung, PSKN
Bonesompe. UNPAD dan LCKI.
Moleong, Lexy J, 2010, Metodologi
SARAN Penelitian Kualitatif. Jakarta : Remaja
Komunikasi anggota Polmas Setyawan, Johny. 1988. Pemeriksaan
dikelurahan Bonesompe harus sejalan antara Kinerja. Yogyakarta : BPFE
komunikasi anggota Polmas dan Pimpinan Sharma, R.A,1982, Organizational Theory
juga anggota Polmas dengan masyarakat. and Behaviour, New Delhi.Tata MC.
Anggota polmas harus lebih proaktif Graw Hill publishing company Limited.
dalam menjalankan tugasnya di Kelurahan Stoner, AF James, 1982, Manajemen, 2nd
Bonesompe Edition diterjemahkan.Jakarta Erlangga.
Memanfaatkan kembali sarana Polmas Sugiyono, 2009, Metode Penelitian
yang ada sehingga lebih memudahkan Administrasi Negara. Bandung. Alfabeta
anggota Polmas dalam melaksanakan Sulistyo, Hermawan, et. al. 2010. Derap
tugasnya di Kelurahan Bonesompe. Langkah Polri. Jakarta. Grafika Indah

50
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019

Sutanto. 2006. Polmas Paradigma Baru Rangka Konsolidasi.


Polri. Jakarta : Yayasan Pengembangan Fauzi, Gamawan. 2011. Pemberdayaan
Kajian Ilmu Kepolisian. dan Sinergi Aparatur Pemerintah
............. 2005. Menuju Era Baru Pacu Dalam Penguatan Keberagaman
Kinerja Tingkatkan Citra. Jakarta : Masyarakat Guna Mewujudkan
PTIK Press. Suasana Aman, Tertib dan Sejahtera,
………..2005. Panduan Polmas, Jakarta : Orasi Ilmiah pada Dies Natalis Ke-65
Markas Besar Kepolisian Negara STIK-PTIK dan Wisuda Sarjana Ilmu
Republik Indonesia. Kepolisian Mahasiswa Angkatan Ke-55
Suwarni, 2010. Reformasi Kepolisian; dan 56 Tahun 2011, Jakarta.
Studi Atas Budaya Organisasi dan Lumbuun, Gayus, T. 2007. Perpolisian
Pola Komunikasi, Yogyakarta, UII Press. Masyarakat, Demokratisasi dan
Usman, Husaini. Akbar, R. Purnomo Perkembangan Sosial Politik, Makalah
Setiady, 2009, Pengantar Statistika. dalam Seminar Nasional Sekolah Staf
Jakarta. Bumi Aksara. Pimpinan Polri, dan Pasis Sespim Polri
ARTIKEL : Dik Reg. Ke-45 T.P 2007 di Jakarta.
Anggoro, Agung, Yanuar. Kolaborasi Kristiadi, J. 2007. Beberapa Catatan
Pemerintah, Polisi dan Masyarakat: Tentang Strategi Polmas Dalam
Pengalaman COP Malioboro, Jurnal Perspektif Otonomi Daerah, Makalah
Kebijakan dan Administrasi Publik, dalam Seminar Nasional Sekolah
Magister Administrasi Publik Staf Pimpinan Polri, dan Pasis Sespim
Universitas Gadjah Mada, Vol. 10, No. Polri Dik Reg. Ke-45 T.P 2007 di
2 Nopember 2006. Jakarta.
Gani, Yopik. 2006. Community Policing Suparlan, Parsudi. 2007. Penerapan
dan Kepercayan Masyarakat terhadap Polmas Dalam Masyarakat
Polisi, Jakarta : Jurnal Studi Majemuk Indonesia, Makalah dalam
Kepolisian, Edisi 068 April-Juni 2006. Seminar Nasional Sekolah Staf
CV. Restu Agung. Pimpinan Polri, dan Pasis Sespim Polri
Harsono, Irawati. Polmas dan Etika Dik Reg. Ke-45 T.P 2007 di Jakarta.
Kepedulian (Ethic of Care). Jurnal B. DOKUMEN
Polisi Indonesia, Edisi XII/Desember Undang-Undang Dasar 1945
2008 Undang - Undang Nomor. 2 Tahun 2002
Meliala, Adrianus. Memahami Tentang Kepolisian Republik Indonesia
Kebijakan Sosial Bidang Keputusan Kapolri No.Pol. : SKEP / 737 / X
Keamanan dan Ketertiban / 2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang
Masyarakat, Jurnal Studi Kepolisian, kebijakan dan strategi penerapan model
Edisi 057 Juli – September 2003 Perpolisian Masyarakat dalam
Kristiadi, J. 2010. Saatnya Polri di Bawah penyelenggaraan tugas Polri . yang
Menteri, Kompas, 31 Austus 2010 direvisi Peraturan Kepala Kepolisian
MAKALAH DAN SUMBER Negara Republik Indonesia Nomor 7
ELEKTRONIK : Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar
As, Kausar. 2007. Peran Otonomi Daerah Strategi Implementasi Perpolisian
Dalam Rangka Pemolisian Masyarakat Masyarakat (Polmas) Dalam
(Polmas), Bogor, Bahan Ceramah Penyelenggaraan Tugas Polri.
Direktur Jenderal Otonomi Daerah Pada
Acara Sarasehan Kapolres Dalam
51

Anda mungkin juga menyukai