Abstrak : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Efektivitas Prinsip
Perpolisian Masyarakat (Polmas) Di Kelurahan Bonesompe Kecamatan Poso Kota Utara
Kabupaten Poso. Dalam observasi awal peneliti melihat bahwa kebijakan yang merupakan salah
satu Grand strategy Polri ini tidak sesuai dengan tujuan dari program tersebut. Metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan pedoman Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi
Implementasi Perpolisian Masyarakat (Polmas) Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri sebagai
acuan dalam kerangka membangun kerangka pikir. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1).
Untuk indikator komunikasi tidak berjalan dengan baik, karena komunikasi yang jalan hanya
sebatas anggota Polmas dengan pimpinannya sedangkan anggota Polmas dengan masyarakat itu
tidak terlaksana dengan baik. 2).Hubungan timbal balik antara anggota Polmas dengan
masyarakat tidak berjalan seperti yang diharapkan. 3). Responsibilitas merupakan kekonsistenan
atau kesesuaian pembenaan pelayanan dalam proses pelaksanaannya, telah dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip atau ketentuan administrasi dan kebijakan-kebijakan organisasi, dan
petunjuk-petunjuk operasional yang ada, namun untuk responsibilitas anggota Polmas di
kelurahan Bonesompe itu tidak berjalan seperti yang diharapkan karena terkendala secara teknis
yaitu tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
32
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
33
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
selama ini tidak sesuai dengan harapan kriminalitas yang masih sangat tinggi. Jika
masyarakat. Masyarakat secara umum dirunut asal usulnya bisa dilihat dari kurang
memberikan penilaian negatif kepada Polri. tanggapnya aparat keamanan dalam hal ini
Institusi Polri secara fisik memang dekat kepolisian dalam merespon perkembangan
dengan masyarakat akan tetapi masyarakat lingkungan yang ada. Hal ini sangat
sebagian besar enggan berurusan dan beralasan karena dengan terciptanya
menggunakan jasa Polri. Patologi internal kondisi kamtibmas yang kondusif
dalam tubuh Polri, seperti penyelesaian masyarakat dapat menjalankan aktivitas
perkara yang berbelit-belit, pungutan biaya hidupnya dengan aman. Gambaran kondisi
dan pelayanan yang tidak memuaskan gangguan kamtibmas yang cenderung
masyarakat menjadi alasan masyarakat tumbuh dan berkembang di masyarakat
menjauhi berurusan dengan Polri. dapat dilihat pada data gangguan
Oleh karena itu penerapan kamtibmas Tahun 2005 - 2007, terjadi
community policing adalah strategi kecenderungan kenaikan jumlah kasus
pemolisian yang diharapkan kejahatan konvensional. Pada Tahun 2005
mengembalikan Polri pada proses jumlah kasus kejahatan konvensional
pemolisian yang “tidak layak- polisi” (un- berjumlah 175.200 kasus, kemudian tahun
police) ke arah cara-cara pemolisian yang 2006 terdapat 299.168 kasus dan pada
otentik yang selaras dengan kebutuhan Tahun 2007 meningkat menjadi 330.505
masyarakat yang dilayani. Strategi kasus (Sulistyo, 2010 : 83).
pemolisian yang demikian adalah model Berkaitan dengan uraian di atas,
strategi pemolisian yang dikembangkan Polri telah merumuskan dan bahkan telah
dalam Polmas. Hal ini dapat dilihat dari mengimplementasikan model pemolisian
misi yang diemban startegi pemolisian yang diharapkan sejalan dengan
Polmas seperti yang dikemukakan oleh perkembangan masyarakat saat ini.
Erlyn (2010: 20) bahwa Polmas adalah: Model penyelenggaraan fungsi kepolisian
“Suatu pemahaman atau gagasan tentang tersebut dikenal dengan berbagai nama
perpolisian yang memposisikan kedua seperti Community Oriented Policing,
unsur utama masyarakat (community), Community Based Policing dan
yakni polisi sebagai fasilitator dan publik Neighbouhood Policing dan akhirnya
sebagai co-producer, di dalam suatu relasi populer dengan sebutan Community
kemitraan sejajar, untuk kemudian melalui Policing atau Perpolisian Masyarakat
proses demokrasi; dengan bertumpu pada (Sutanto, 2005 : 1). Model Perpolisian
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas Masyarakat (Polmas) ini diadopsi oleh
publik; seraya menjunjung tinggi hak Kepolisian Republik Indonesia dan sebagai
asasi manusia; sesuai dengan peraturan suatu kebijakan Polri untuk
perundang-undangan dan/atau kesepakatan diimplementasikan oleh seluruh jajaran Polri
yang berlaku ; serta secara kontekstual dan dengan Skep. Kapolri (No. Pol :
sinergis memecahkan permasalahan yang SKEP/737/X/2005).
dihadapi masyarakat dalam rangka Perubahan paradigma berupa
mewujudkan tujuan kepolisian”. kecenderungan masyarakat menuntut hak
Realitas yang dapat dijadikan dan kewajibannya pun berdampak di
ilustrasi dari keadaan ini adalah masih Kabupaten Poso. Runtuhnya kekuasaan
adanya gangguan kamtibmas yang marak Orde Baru pada tahun 1998 mengawali
terjadi dalam lingkungan masyarakat, konflik horizontal yang terjadi Di
seperti aksi kekerasan massa dan tindak Kabupaten Poso. Konflik ini kita rasakan
34
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
hinggga tahun 2003, namun hanya berselang Sistem Keamanan Swakarsa dan pembinaan
2 tahun yaitu tahun 2006-2007 kondisi bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
Kabupaten Poso kembali bergejolak. melalui program-program fungsi Bimbingan
Kondisi Kabupaten Poso yang telah Masyarakat ( Bimmas ) yang sesuai dengan
mengalami konflik horizontal menjadi salah kondisi di Indonesia baik di masa lalu
satu daerah yang menurut Polri harus maupun di Era Reformasi (Demokrasi dan
mendapat perhatian khusus dalam hal Perlindungan HAM). Dalam
penanganan sistem keamanan. Paradigma mengimplementasikan strategi Polri
Polri yang selalu menerapkan pola tebang tersebut, di setiap Kelurahan Polri
pangkas dalam menyelesaikan persoalan menempatkan beberapa anggotanya untuk
mendapat tantangan pada umumnya dari bertanggung jawab di Kelurahan masing-
masyarakat indonesia dan khususnya masing. Pada setiap Kelurahan ada yang
masyarakat poso. disebut dengan Kepala Perpolisian
Masyarakat Poso yang sudah terbiasa Masyarakat ( Kapolmas ). Demikian juga di
hidup dalam kekerasan merasa bahwa pola Kelurahan Bonesompe Kecamatan Poso
Polri tersebut tidak lagi sesuai dengan apa Kota Utara yang menjadi lokasi penelitian
yang diharapkan sehingga harus ada peneliti. Tahun 2005 di Kelurahan
terobosan baru yang perlu dilakukan Polri Bonesompe strategi Polri ini diterapkan
terkait dengan penanganan masalah dalam komunitas-komunitas atau kelompok
keamanan khususnya di daerah-daerah pasca masyarakat yang tinggal di dalam suatu
konflik. Kondisi ini mendorong Polri untuk lokasi tertentu ataupun lingkungan
mengeluarkan Kebijakan dan strategi komunitas berkesamaan profesi (Misalnya
penerapan model Perpolisian Masyarakat kesamaan kerja, keahlian, hobi, kepentingan
dalam penyelenggaraan tugas Polri di dsb), sehingga warga masyarakatnya tidak
daerah-daerah rawan konflik khususnya di harus tinggal di suatu tempat yang sama,
Kabupaten Poso. Penerapan Community tetapi dapat saja tempatnya berjauhan
Policing dengan mengacu pada model sepanjang komunitas antara warga satu sama
Koban (Jepang), Chuzaiso, NPP,NPC dan lain berlangsung secara intensif atau adanya
lain sebagainya, menimbulkan keragaman kesamaan kepentingan (Misalnya :
persepsi dan kekurangan singkronan dalam kelompok ojek, hobi bururng perkutuk,
implementasinya. Oleh sebab itu perlu pembalap motor, hobi komputer dan
dilakukan berbagai penyesuaian agar dalam sebagainya) yang semuanya bias menjadi
pelaksanaannya sesuai dengan karakteristik sarana penyelenggaraan Polmas.
masyarakat Indonesia. Berdasarkan Di wilayah konflik seperti pada
pemikiran tersebut di atas Polri menerapkan Kabupaten Poso, polisi mengambil
model Community Policing secara umum kebijakan bahwa setiap Kelurahan/Desa diisi
dengan berbagai penyesuaian terhadap oleh 3-5 petugas Polmas. Hal tersebut
kekhususan budaya Indonesia dengan Surat didasari atas wilayah Kabupaten Poso yang
Keputusan Kapolri No.Pol. : Skep / 737 / X / memerlukan penanganan khusus dalam
2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang bidang keamanan dan ketertiban
kebijakan dan strategi penerapan model masyarakat. Penerapan grand strategy Polri
Perpolisian Masyarakat dalam di Kelurahan Bonesompe tidak berjalan
penyelenggaraan tugas Polri. mulus, banyak kendala yang dihadapi oleh
Nilai-nilai yang tekandung dalam anggota Polmas di Kelurahan Bonesompe,
Polmas pada hakekatnya telah berbagai program Polmas tidak berjalan
diimplementasikan Polri berdasarkan konsep dengan baik. Ketidakperdulian masyarakat
35
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
36
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
37
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
38
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
aktif masyarakat. Pada dasarnya Polmas and business people who live and work in
juga menekakan kemitraan penuh antara the beat area. The citizens and police work
komunitas dengan polisi di dalam together to identify the problem of the
mengidentifikasi dan mengatasi kejahatan area and to collaborate in workable
setempat serta masalah ketertiban. resolutions of the problems. The police
Polmas mempercayai bahwa kejahatan dan officer is a catalyst moving
masalah ketidaktertiban adalah milik neighbourhoods and communities toward
bersama komunitas (sebagai klien) dengan solving their own problems, and
Polisi (sebagai penyedia jasa layanan). encouraging citizens to help and look out
Polmas juga meyakini, bahwa anggota- each other”.
anggota komunitas perlu berpartisipasi Dari pengertian Polmas yang
dalam merumuskan kebijakan public yang dikemukakan oleh Susan Trojanowicz dan
berdasarkan hubungan interaktif dan Roberts Trojanowicz di atas, dapat
kooperatif (Leighton, 1991 : 77). dikemukan bahwa Polmas adalah sebuah
Di samping itu konsep Polmas metode pemolisian yang polisi dan
dapat dipahami dengan mengidentifikasi masyarakat bekerjasama mengidentifikasi
karakteristik utamanya, sebagaimana yang masalah di wilayahnya dan secara bersama
dikemukakan oleh Goldstein (1990 : 48) pula menyelesaikannya. Petugas dan polisi
bahwa Polmas adalah Pemolisian yang hanya berfungsi sebagai katalisator, yang
berorientasi pada masalah, oleh karena itu menggerakkan masyarakat dan komunitas
polisi paling mungkin meningkatkan tetanggaan dalam memecahkan masalah-
produktivitasnya dengan komunitasnya jika : masalah mereka, serta mendorong
1. Menugaskan anggota polisi ke mereka untuk saling membantu satu sama
wilayah secara cukup lama sehingga lain.
memungkinkan mereka untuk Perpolisian Masyarakat atau biasa di
mengidentifikasi masalah-masalah yang sebut Polmas merupakan model perpolisian
menjadi perhatian masyarakat. yang menekankan adanya kemitraan yang
2. Mengembangkan kapasitas anggota sejajar antara petugas dengan masyarakat
maupun institusi kepolisian dalam lokal dalam menyelesaikan dan mengatasi
menganalisa masalah-masalah setiap permasalahan sosial yang dapat
masyarakat. mengancam, ketertiban dan ketentraman
3. Mempelajari apakah keterlibatan yang hidup masyarakat setempat. Tujuannya
lebih besar dari masyarakat mempunyai adalah untuk mengurangi kejahatan, rasa
potensi untuk secara signifikan mengatasi ketakutan akan kejahatan serta
suatu masalah. meningkatkan kualitas hidup warga
4. Dalam situasi seperti itu, bekerja dengan setempat. Nilai-nilai yang tekandung dalam
segmen tertentu di masyarakat yang Polmas pada hakekatnya telah
berada pada posisi untuk membantu diimplementasikan Polri berdasarkan konsep
mengurangi atau mengatasi. Sistem Keamanan Swakarsa dan pembinaan
Sementara itu Susan Trojanowicz bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
dan Roberts Trojanowicz (dalam melalui program-program fungsi Bimmas
Sutanto, 2008 : 5) memberi definisi yang sesuai dengan kondisi di Indonesia
tentang Polmas adalah : baik di masa lalu maupun di Era Reformasi
“…any method of policing that includes a (demokrasi dan perlindungan HAM).
police officer assigned to the same area, Polmas diterapkan dalam komunitas-
meeting and working with the residents komunitas atau kelompok masyarakat yang
39
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
tinggal di dalam suatu lokasi tertentu masyarakat dalam upaya pencegahan dan
ataupun lingkungan komunitas berkesamaan penangkalan kejahatan, pemecahan
profesi (misalnya kesamaan kerja, keahlian, masalah sosial yang berpotensi
hobi, kepentingan dsb), sehingga warga menimbulkan gangguan Kamtibmas
masyarakatnya tidak harus tinggal di suatu dalam rangka meningkatkan kepatuhan
tempat yang sama, tetapi dapat saja hukum dan kualitas hidup masyarakat.
tempatnya berjauhan sepanjang komunitas - Falsafah Polmas : sebagai falsafah,
antara warga satu sama lainberlangsung Polmas mengandung makna suatu model
secara intensif atau adanya kesamaan pemolisian yang menekankan hubungan
kepentingan (misalnya: kelompok ojek, yang menjunjung nilai-nilai sosial/
hobibururng perkutuk, pembalap motor, kemanusiaan dalam kesetaraan,
hobi komputer dan sebagainya) yang menampilkan sikap perilaku yang santun
semuanya bias menjadi sarana serta saling menghargai antara polisi dan
penyelenggaraan Polmas. Dalam Keputusan warga sehingga menimbulkan rasa saling
Kapolri No.Pol. : SKEP / 737 / X / 2005 percaya dan kebersamaan dalam rangka
tanggal 13 Oktober 2005 tentang kebijakan menciptakan kondisi yang menunjang
dan strategi penerapan model Perpolisian kelancaran penyelenggaraan fungsi
Masyarakat dalam penyelenggaraan tugas kepolisian dan peningkatan kualitas
Polri . yang direvisi Peraturan Kepala hidup masyarakat.
Kepolisian Negara Republik Indonesia - Pembinaan dalam konteks Polmas adalah
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman upaya menumbuhkembangkan dan
Dasar Strategi Implementasi Perpolisian mengoptimalkan potensi masyarakat
Masyarakat (Polmas) Dalam dalam hubungan kemitraan (partnership
Penyelenggaraan Tugas Polri disebutkan : and networking) yang sejajar.
- Polmas (Pemolisian/Perpolisian - Pembinaan masyarakat adalah segala
Masyarakat) adalah penyelenggaraan upaya yang meliputi komunikasi,
tugas kepolisian yang mendasari kepada konsultasi, penyuluhan, penerangan,
pemahaman bahwa untuk menciptakan pembinaan, pengembangan dan berbagai
kondisi aman dan tertib tidak mungkin kegiatan lainnya dalam rangka untuk
dilakukan oleh Polri sepihak sebagai memberdayakan segenap potensi
subjek dan masyarakat sebagai objek, masyarakat guna menunjang keberhasilan
melainkan harus dilakukan bersama oleh tujuan terwujudnya keamanan, ketertiban
Polisi dan masyarakat dengan cara dan ketentraman masyarakat.
memberdayakan masyarakat melalui - Kemitraan (partnership and networking)
kemitraan Polisi dan warga masyarakat, adalah segala upaya membangun sinergi
sehingga secara bersama-sama mampu dengan potensi masyarakat yang meliputi
mendeteksi gejala yang dapat komunikasi berbasis kepedulian,
menimbulkan permasalahan konsultasi, pemberian informasi dan
dimasyarakat, mampu mendapatkan berbagai kegiatan lainnya demi
solusi untuk mengantisipasi terciptanya tujuan masyarakat yang
permasalahannya dan mampu aman, tertib dan tenteram.
memelihara keamanan serta ketertiban di - Masalah adalah suatu kondisi yang
lingkungannya. menjadi perhatian warga masyarakat
- Strategi Polmas adalah implementasi karena dapat merugikan, mengancam,
pemolisian proaktif yang menekankan menggemparkan, menyebabkan
kemitraan sejajar antara polisi dan ketakutan atau berpotensi menyebabkan
40
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
41
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
sehingga tidak muncul sikap arogan, yang dengan rasa tanggung jawab;
dapat mengurang kepercayaan masyarakat. Keenam, memperluas mandat Polisi,
Setiap anggota harus memahami kebutuhan yaitu bahwa prinsip Polmas menambahkan
untuk fokus dalam pemecahan persoalan elemen proaktif terhadap peran reaktif
masyarakat, sehingga warga memiliki polisi. Hal ini secara logis akan semakin
kesadaran akan hak dan tanggung jawab memperluas spektrum tugas kepolisian,
untuk mengambil peran dalam maka sewajarnya jika mandat petugas
mengidentifikasi, menentukan prioritas dan Polmas perlu diperluas. Sebaliknya, petugas
memecahkan persoalan, sebagai mitra yang tidak boleh mengeluh karena spektrum
setara dengan pihak kepolisian; yang meluas ini, karena keluhan mengenai
Ketiga, desentralisasi dan beban tugas yang meningkat hanya akan
personalisasi pemolisian. Prinsip Polmas mendorong pengambil-alihan kewenangan
dalam implementasi Polmas, pihak polisional oleh instansi lain;
kepolisian harus menciptakan dan Ketujuh, membantu masyarakat
mengembangkan model aparat yang yang memerlukan bantuan khusus. Artinya,
bertindak sebagai jembatan antara polisi prinsip Polmas menekankan pencarian
dan anggota masyarakat. Sebagai cara- cara baru untuk melindungi dan
spesialis dalam hubungan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup, terutama bagi
petugas Polmas harus terbebas dari tugas- kaum yang rentan terhadap tindak
tugas lain kepolisian, supaya mereka dapat kejahatan, seperti anak-anak, orang tua,
lebih dekat dengan setiap anggota kaum minoritas, kaum papa, penderita cacat
masyarakat dan dapat mengambil dan lain sebagainya;
keputusan yang terbaik untuk Kedelapan, kreativitas dan dukungan
membantu warga; akar rumput. Prinsip Polmas dalam
Keempat, pemecahan masalah yang pengertian ini, yaitu bahwa Polmas
bersifat segera dan berjangka panjang. (Perpolisian Masyarakat) memanfaatkan
Prinsip Polmas dalam konteks ini, bahwa segala kemajuan teknologi yang ada.
peran luas dari petugas Polmas menuntut Namun juga harus disadari bahwa tidak
adanya kontak yang berkesinambungan ada kemampuan yang lebih baik daripada
dengan tokoh-tokoh masyarakat, sehingga dedikasi, dialog dan kerja secara bersama-
mereka dapat bersama-sama mencari sama. Oleh sebab itu, petugas dituntut untuk
solusi, sementara warga masyarakat lainnya mampu mengembangkan kreativitas guna
berperan sebagai pendukung atau relawan. memberdayakan sumberdaya lokal yang
Penanganan setiap persoalan yang ada tersedia dalam upaya memecahkan
harus segera dan tidak bisa ditubda, serta persoalan yang ada. Selain kreativitas,
penyelesainnya bersifat jangka panjang, investasi yang ditanamkan adalah
bukan insidentil saja; kepercayaan dari anggota masyarakat
Kelima, etika, legalitas,tanggung untuk dapat mengatasi masalah secara
jawab, dan kepercayaan. Prinsip Polmas bersama-sama;
dalam pengertian ini, bahwa hubungan Kesembilan, perubahan internal
antara petugas dengan masyarakat yang Polri. Prinsip Polmas semestinya
dilayani harus berdasarkan pada prinsip mengandalkan pendekatan yang
saling percaya dan saling menghargai. Hal terintegrasi secara menyeluruh, yang
ini hanya dapat tercipta bila petugas melibatkan seluruh personel institusi
mendasari setiap sikap dan tindakannya kepolisian. Petugas Polmas berperan
berdasarkan ketentuan hukum serta penuh
43
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
44
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
Polmas adalah salah satu grand strategi bawahan sebagaimana sesuai aturan formal
Polri dalam mengatasi masalah keamanan dalam hirarki polri.
yang terjadi di daerah-daerah yang ada di Berikut petikan hasil wawancara
indonesia. Kondisi Kabupaten Poso yang dengan salah satu anggota Polmas (RM)
telah mengalami konflik horizontal menjadi yang mengatakan bahwa :
salah satu daerah yang menurut Polri harus “Komunikasi kami sebagai anggota
mendapat perhatian khusus dalam hal polmas memang sudah di atur secara
penanganan sistem keamanan. Paradigma jelas dalam aturan hirarki polri, dalam
Polri yang selalu menerapkan pola tebang hal ini kami tidak bisa bertindak tanpa
pangkas dalam menyelesaikan persoalan ada perintah dari komandan. Dalam hal
mendapat tantangan pada umumnya dari masalah yang kami temukan dilapangan
masyarakat indonesia dan khususnya sekemampuan kami harus menyelesaikan
masyarakat poso. itu sendiri kemudian berkordinasi dengan
Sehingga pada tahun 2005 pendekatan komandan atau kapolsek setempat tetapi
Perpolisian Masyarakat atau Polmas ada saat dimana masalah yang muncul
diterapkan di Kabupaten Poso tak terkecuali dimasyarakat tidak serta merta harus
Kelurahan Bonesompe. Walaupun dengan kami selesaikan sendiri tetapi terlebih
kondisi poso yang sudah aman konsep dahulu kami harus berkordinasi dengan
Perpolisian Masyarakat tetap diterapkan komandan yaitu Kapolsek Poso Kota.”
dengan pola yang lebih dinamis. Dalam
Berdasarkan pengamatan Penulis
Penulisan ini untuk mengetahui seberapa
terkadang kordinasi antara anngota polmas
besar Efektivitas Prinsip Perpolisian
dan kapolsek setempat membuat
Masyarakat Dalam Menunjang Fungsi
penyelesaian masalah yang ada menjadi
Samapta Di Kelurahan Bonesompe
terhambat seperti biasanya ada sedikit
Kecamatan Poso Kota Utara Kabupaten
keributan kecil yang terjadi dan sebagian
Poso. Penulis menggunakan indikator yaitu:
masyarakat menginginkan diselesaikan
1. Komunikasi 2. Proaktif 3. Responsibilitas,
secepatnya tetapi dalam hal ini anggota
sesuai dengan Peraturan Kepala Kepolisian
polmas harus berkordinasi terlebih dahulu
Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
dengan komandan, hal tersebut terkadang
2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi
menghambat peneyelesaian masalah
Implementasi Perpolisian Masyarakat
ditempat. Sedangkan konsep polmas
(Polmas) Dalam Penyelenggaraan Tugas
dibangun dengan penempatan anggota
Polri. Hasil Penulisan akan dibahas sebagai
polmas didaerah binaannya salah satunya
berikut :
dapat menyelesaikan masalah ditempat
1. Komunikasi sehingga tidak sampai ke kantor polisi.
Komunikasi yang dimaksud yaitu Pengamatan Penulis dibenarkan juga
Komando atau arahan antara anggota oleh pernyataan anggota polmas yang lain
Polmas, Kapolsek Poso Kota dan (IP), berikut petikan wawancara :
masyarakat Kelurahan Bonesompe. Terkait “Dalam hal menyelesaikan masalah
dengan komunikasi yang dibangun antara terutama masalah yang menyangkut
anggota Polmas, Kapolsek Poso Kota dan orang banyak kami harus lebih jeli dan
masyarakat Kelurahan Bonesompe sejauh mengutamakan kordinasi dengan
pengamatan Penulis antara anggota Polmas komandan atau pimpinan, sekalipun itu
dan Kapolsek memang berdasarkan arahan menyangkut masalah internal keluarga
atau perintah langsung antara atasan dan dalam masyarakat, kordinasi dengan
45
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
Kepolisian Resort Poso yaitu “ Kami Siap yang efektif. Mengacu pada uraian itu
Melayani Anda”. Selain itu menurut penulis dapat dimaknai bahwa efektif tidaknya
komunikasi yang intens antara anggota sebuah kebijakan juga ditentukan oleh ada
polmas dan masyarakat akan sangat tidaknya pelibatan stakeholders dalam
membantu kerja polisi dalam mencegah hal- proses perumusan kebijakan.
hal yang dapat mengganggu keamanan dan Dalam konsep prinsip Polmas,
ketertiban masyarakat. Proaktif dimaksudkan untuk lebih
Berdasarkan hasil wawancara dan memudahakan anggota Polmas bersama
pernyataan Lurah serta Ketua RT di atas masyarakat melihat dan menyelesaikan
penulis menyimpulkan indikator komunikasi persoalan yang ada dalam lingkungan
dalam efektivitas Prinsip Perpolisian masyarakat.
Masyarakat Di Kelurahan Bonesompe Dalam hal proaktif Penulis melihat
Kecamatan Poso Kota Utara Kabupaten hubungan timbal balik antara anggota
Poso belum berjalan dengan baik sesuai polmas dan masyarakat tidak berjalan
dengan aturan yang ada dalam prinsip sebagaimana yang tercantum dalam konsep
polmas. Walaupun kordinasi atau prinsip polmas, hubungan timbal balik yang
komunikasi anatar anggota Polmas dengan terjadi hanya sepihak.
Komandannya sudah berjalan sesuai dengan Berikut hasil wawancara dengan salah
komando dalam hirarki Polri tetapi seorang warga RT... (Usman) yang
komunikasi antara anggota Polmas dengan mengatakan bahwa :
masyarakat belum berjalan seperti “Hubungan masyarakat dengan anggota
diharapkan karena untuk melihat polmas disini biasa saja, kami tidak
keberhasilan indikator komunikasi kita harus pernah berkumpul dengan anggota
melihat efektivitas komunikasi antara polmas yang ada sekarang karena setau
anggota Polmas dan Komandan serta kami anggota polmas yang ada
efektivitas antara anggota Polmas dan dibonesompe ini telah diganti. Kalau
Masyarakat. anggota polmas yang sebelumnya sering
2. Proaktif berkumpul-kumpul dengan masyarakat
Proaktif yang penulis maksudkan terutama anak-anak muda disini tetapi
disini yaitu hubungan timbal balik antara yang sekarang boleh dikata kami tidak
masyarakat dan Anggota Polmas dalam kenal. Kalaupun ada keperluan kami
menjaga keamanan dan ketertiban di terkait masalah keamanan dan ketertiban
Kelurahan Bonesompe. Proaktif yang baik kami mengadukannya ke Ketua RT.. dan
dapat memberikan kemudahan kepada Ketua RT yang melaporkannya ke
masyarakat untuk mengutarakan apa yang polmas”
menjadi kebutuhan mereka dan respon yang Proaktif seharusnnya melibatkan
baik dari polmas sendiri akan sangat polmas langsung sehingga hubungan yang
membantu terwujudnya tujuan polmas. terjadi bisa lebih mempererat dan lebih
Dalam proses perumusan kebijakan memudahkan polmas dan masyarakat untuk
publik penting untuk membangun interaksi mengkomunikasikan hal-hal yang dianggap
antar para stakeholder. Dengan adanya dapat mengganggu keamanan dan ketertiban
pola interaksi antar aktor sosial dan warga. Hubungan timbal balik yang ada
membentuk pola hubungan kebijakan menurut pengamatan penulis hanya berjalan
(policy networks) yang stabil di antara sepihak, aturannya hubungan timbal balik
mereka akan menghasilkan kebijakan yang dimaksud semisalnya masyarakat ingin
mengeluhkan suatu hal yang di anggap dapat
47
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
48
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
Dari hasil wawancara dan pernyataan unsur terlebih lagi dibutuhkannya dukungan
beberapa masyarakat di atas penulis menilai dari para pimpinan dan organisasi.
bahwa proaktif atau hubungan timbal balik Berikut petikan wawancara dengan
antara masyarakat dan anggota polmas di salah seorang anggota polmas (FN)
Kelurahan Bonesompe tidak berjalan dengan “Responsibilitas petugas polmas
baik dan perlu di evaluasi kembali sehingga memang masih terlihat kurang terlaksana
hubungan yang diharapkan berdasarkan sebab adanya kendala teknis yang tidak bisa
penjabaran dalam regulasi polmas dapat dilakukan oleh petugas sendiri, contoh saja
tercapai atau minimal dapat dilaksanakan jika berkaitan dengan fasilitas
berdasarkan aturan dasar sehingga tujuan penyelenggaraan kegiatan seperti
polmas dapat dirasakan oleh masyarakat bergantungnya petugas akan fasilitas serta
umum dan khususnya masyarakat Kelurahan sarana dan prasarana yang ada hingga
Bonesompe. akhirnya responsibilitas petugas kurang
terlaksana dengan baik.
3. Responsibilitas
Terkait dengan responsibilitas anggota
Responsibilitas merupakan
Polmas yang bergantung pada kebutuhan
kekonsistenan atau kesesuaian pembenaan
sarana dan prasana tentu sangat tidak
pelayanan dalam proses pelaksanaannya,
mungkin pelaksanaan tugas dapat dicapai
telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
karena seperti berdasarkan pengamatan
prinsip atau ketentuan administrasi dan
penulis pos Polmas saja yang menjadi
kebijakan-kebijakan organisasi, dan
proyek miliyaran saat ini tidak dimanfaatkan
petunjuk-petunjuk operasional yang ada.
dengan baik. Pos tersebut hanya menjadi
Aparat Polmas Kelurahan Bonesompe harus
tempat kosong yang tidak dimanfaatkan
melaksanakan tugas secara konsisten agar
apalagi jika berbicara tentang fasilitas di
dapat memberikan pelayanan yang bersifat
dalamnya tentu saja sangat tidak mungkin
keadministrasian dengan baik terhadap
jika fasilitas di dalamnya mendukung. Tidak
masyarakat.
bisa dipungkiri bahwa dukungan terhadap
Responsibilitas perlu dilakukan oleh
penyelenggaraan kegiatan sangat ditentukan
Polmas Kelurahan Bonesompe agar dapat
oleh tersedianya fasilitas dan dukungan
mewujudkan ketertiban baik dalam
moril dari berbagai pihak yang ini harus
administrasi maupun pelaksanaan kegiatan
menjadi catatan tersendiri bagi petugas dan
lainnya. Hal ini terwujud dalam kegiatan
para pimpinan khususnya dalam hal
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
pelaksanaan fungsi-fungsi yang bersifat
kepada masyarakat yang apabila dapat
instruksional maupun institusional.
dilaksanakan dengan baik maka akan
Fungsi dan tugas Polisi salah satunya
tercipta peningkataan ketertiban dan
adalah menyelenggarkan ketertiban dan
keamanan yang baik sesuai dengan apa yang
keamanan warga masyarakat yang dalam hal
diharapkan.
ini aplikasi dan pelaksanaannya ditingkat
Responsibilitas petugas Polmas dalam
bawah adalah diimpementasikan melalui
melaksanakan kegiatan dapat terlihat dari
program Perpolisian Masyarakat dengan
proses suatu pekerjaan yang harus
harapan bahwa penyelenggaran keamanan
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
dan ketertiban itu bukan hanya tugas dan
ada berdasar pada nilai moral yang
tanggung jawab aparat saja melainkan dari
mengedepankan tanggung jawab moril atas
peranserta dan keterlibatan warga
amanah yang diemban. Hal ini tentu butuh
masyarakat.
waktu serta proses yang melibatkan berbagai
49
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019
50
Jurnal Ilmiah Administratie
Volume : 13 Nomor : 1 Edisi : September 2019