Anda di halaman 1dari 14

ISSN : 2620-5025 Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018

Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh


Bhabinkamtibmas dalam Implementasi
Polmas sebagai Penguatan Program
Satu Polisi Satu Desa

A. Wahyurudhanto
Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian – PTIK
Jl. Tirtayasa Raya 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
E-mail : wrudhanto@gmail.com

Abstract:
This research begins with the initial thought that in fact Polsek as the basis of detection and base of
solutions can not be done optimally. This is indicated by the reluctance of the community to cooperate with the
police in providing information relating to Kamtibmas, so that there are still many unexpectedly unexpected
public outcry at the Polsek level. While Bhabinkamtibmas as the spearhead of Polsek performance is loaded
with various tasks. Thus, for the implementation of Community Policing which has basis on partnership
with society and problem solving, Bhabinkamtibmas with all its dynamics, it is deemed necessary to have
early detection capability in order to support the implementation of Police duties.

Keywords : Early detection, Bhabinkamtibmas, Community Policing, Police duties.

Abstrak:
Penelitian ini diawali dengan pemikiran awal bahwa pada kenyataannya Polsek sebagai basis
deteksi dan basis solusi belum bisa terlaksana dengan optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih
enggannya masyarakat untuk bekerjasama dengan polisi dalam memberikan informasi-informasi
yang berkaitan dengan Kamtibmas, sehingga masih seringnya muncul gejolak di masyarakat secara
tiba-tiba yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya di tingkat Polsek. Sementara Bhabinkamtibmas
sebagai ujung tombak kinerja Polsek sudah sarat dengan berbagai beban tugas. Maka, untuk dalam
rangka implementasi Polmas yang mempunyai basis pada kemitraan dengan masyarakat dan
pemecahakan masalah, Bhabinkamtibmas dengan segala dinamikanya, dirasa perlu mempunyai
kemampuan deteksi dini dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas-tugas Polri.

Kata Kunci : Deteksi dini, Bhabinkamtibmas, Polmas, Tugas-tugas Polri

Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018 85


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

I. PENDAHULUAN harus dapat dijadikan panutan masyarakat dan


mampu membangun simpati dan kemitraan
A. Latar Belakang dengan masyarakat.

Sebagai ujung tombak dalam menciptakan Dengan demikian Polri dalam hal ini
keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri harus mampu membangun interaksi sosial
harus mampu beradaptasi dengan segala yang erat dan mesra dengan masyarakat, yaitu
perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam keberadaannya menjadi simbol persahabatan
kehidupan masyarakat. Implikasi dari kemajuan antara warga masyarakat dengan polisi dengan
zaman yang membuat modus kejahatan semakin mengedepankan dan memahami kebutuhan
canggih, menuntut Polri untuk berubah dan adanya rasa aman warga masyarakat, yang lebih
menyesuaikan diri dengan perkembangan mengedepankan tindakan pencegahan kejahatan
tersebut. Seiring dengan bergulirnya era (crime prevention). Kelahiran kepolisian modern
reformasi telah menggugah kesadaran dipandang sebagai proses pembebasan polisi
seluruh komponen bangsa untuk melakukan dari cara-cara kerja yang unpolice atau ‘tidak
pembenahan dan pembaharuan atas berbagai layak polisi’ antara lain : tidak profesional,
ketimpangan, kinerja dan hal-hal yang dianggap sewenang-wenang, otoriter, model militeristik,
tidak profesional serta proporsional menuju penyalahgunaan wewenang (KKN), arogan, dsb.
masyarakat sipil yang demokratis. Polri pun tak
Dalam Era Reformasi yang sudah berjalan
lepas dari wacana besar perubahan ini. Sebab,
lebih dari 15 tahun (dan masih bergerak
kepolisian merupakan cerminan dari tuntutan
terus) ini, sebenarnya kepolisian mendapat
dan harapan masyarakat akan adanya rasa aman,
kesempatan yang sangat baik untuk membantu
keamanan, ketertiban dan ketentraman, yang
dan mendorong terciptanya perubahan dalam
mendukung produktifitas yang mensejahterakan
tatanan masyarakat. Pembaharuan tatanan sosial
warga masyarakat.
dapat direkomendasikan oleh kepolisian karena
Untuk melakukan penyesuaian terhadap polisi berada dalam posisi yang paling baik
perkembangan atmosphere baru dalam untuk memberikan komentar dan rekomendasi
masyarakat ini, Polri pun dituntut untuk tentang aspirasi (kelompok-kelompok) dalam
mereformasi dirinya sendiri, melalui berbagai masyarakat. Posisi kepolisian yang dekat
pemberdayaan sumber daya yang ada dan masyarakat karena hirarki organisasi yang
melalui perubahan pola pikir para petugas menyentuh sampai ke lapis paling bawah (pos
Polri (to change the mind set of police officers) polisi / sub sektor – sektor – resor), menyebabkan
secara berkesinambungan agar Polri dapat Polri mudah memahami masalah-masalah yang
mengatasi tantangan masa depan seiring dialami suatu (kelompok) masyarakat dan apa
dengan arus globalisasi dan demokratisasi. yang diperlukan untuk mengatasi masalah
Salah satu tantangan utama Polri ke depan tersebut.
adalah menciptakan polisi masa depan, yang
Salah satu program Polri dalam rangka
mampu secara terus-menerus beradaptasi
memantapkan keamanan dalam negeri, adalah
dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi
”Polsek Kuat” sebagai lini terdepan Pelayanan
dan politik masyarakat. Polisi harus dapat
Prima dengan mengoptimalkan Penggelaran
menjadi mitra. Memahami atau cocok dengan
“Satu Desa Satu Polisi”. Kerangka berpikir
masyarakat, menjadi figur yang dipercaya sebagai
yang dipakai acuan adalah konsep ”Polsek Kuat”
pelindung, pengayom dan penegak hukum. Di
(Kuat, Mampu,Tuntas) yaitu:
samping itu sebagai pribadi para anggota Polri

86 Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

a. Polsek Sebagai Basis Deteksi (Deteksi Selanjutnya karena dinamika hahekat


Dini,Peringatan Dini dan Deteksi dan ancaman yang muncul, diterbitkanlah Keputusan
Deteksi Aksi); Kapolri Nomor 8/XI/2009 tanggal 24 November
2009 tentang perubahan buku petunjuk lapangan
b. Polsek sebagai Basis Solusi (Konsep
sebelumnya. Sebutan Babinkamtibmas yang
”Segerakan” Selesaikan Masalah kecil
sebelumnya hanya untuk Bintara Polisi diubah
sebelum berkembang); dan
menjadi Bhabinkamtibmas atau Bhayangkara
c. Polsek sebagai Gakkum Humanis. Pembina Kamtibmas, dengan personel dari
kelompok kepangkatan Brigadir atau Inspektur.
Namun dalam kenyataannya Polsek sebagai
Dengan perubahan ini maka optimalisasi peran
Basis Deteksi dan Basis Solusi belum bisa
Bhabinkamtibmas dapat diakselerasi dengan
terlaksana dengan optimal. Hal ini ditunjukkan
memberdayakan perwira polisi yang akan ditugas
dengan masih enggannya masyarakat untuk
sebagai Bhabinkamtibmas.
bekerjasama dengan polisi dalam memberikan
informasi-informasi yang berkaitan dengan Polsek sebagai Basis Deteksi dan Basis
Kamtibmas, masih seringnya muncul gejolak Solusi mengandung harapan setiap permasalahan
di masyarakat secara tiba-tiba yang tidak dapat Kamtibmas harus sudah terdeteksi secara dini
diantisipasi sebelumnya di tingkat Polsek, dan di tingkat Polsek sehingga dapat dilakukan
masih banyak penanganan masalah Kamtibmas langkah antisipatif dan kalaupun permasalahan
yang harus dilakukan di tingkat Polres karena benar-benar harus terjadi maka dampak
Polsek tidak mampu menangani kendati masalah yang ditimbulkan dapat dieliminir di tingkat
tersebut sebenarnya bisa diselesaikan di tingkat lokal, namun kenyataan yang terjadi justru
Polsek. berbicara sebaliknya permasalahan diketahui
dan diantisipasi setelah membesar di tingkat
Dalam pelaksanaannya agar Polsek Kuat
regional dan nasional, terliput media dan
dapat terwujud, dengan indikator mampu sebagai
menjadi perhatian publik bahkan semakin tidak
basis deteksi maupun basis solusi, di lapangan
terkendali yang akhirnya harus menimbulkan
akan diperankan oleh Bhabinkamtibmas yang
korban jiwa dan harta benda lebih besar yang
merupakan kepanjangan dari Unit Binmas di
pada muaranya makin memperburuk citra dan
Polsek-polsek. Merunut pada perkembangan
kredibilitas Polri di mata publik.
peran Babinkamtibmas, pada awalnya dengan
dasar Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 Bhabinkamtibmas sebagai petugas
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian pelaksana Unit Binmas Polsek memiliki tugas
Negara Republik Indonesia dan Undang-Undang dan peran yang tidak ringan, dengan segala
Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pemerintahan keterbatasan yang dimiliki selain mengemban
Daerah, Desa dan Kota dibentuklah Bintara fungsi preemtif yang dikombinasikan sebagai
Polri Pembina Kamtibmas yang disingkat Petugas Polmas dalam implementasi Perpolisian
Babinkamtibmas. Babinkamtibmas sesuai Masyarakat harus berhadapan langsung
dengan Buku Petunjuk Lapangan Polri Nomor dengan heterogenitas masyarakat dalam suatu
17/VII/1997 adalah Bintara Polri yang disiapkan komunitas setingkat Desa/Kelurahan. Dalam
dan ditugaskan sebagai pembina Kamtibmas Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2015
di desa / kelurahan tertentu berdasarkan tentang Pemolisian Masyarakat disebutkan
Surat Keputusan Kapolda sebagai Pengandali bahwa Pemolisian Masyarakat (Community
administratif dan dalam penugasannya di bawah Policing) yang selanjutnya disingkat Polmas
kendali operasi Kapolsek setempat. adalah suatu kegiatan untuk mengajak

Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018 87


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

masyarakat melalui kemitraan anggota Polri kemampuan deteksi dini oleh


dan masyarakat, sehingga mampu mendeteksi Bhabinkamtibmas dalam implementasi
dan mengidentifikasi permasalahan Keamanan Polmas ?
dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di
3. Apa hambatan dalam meningkatkan
lingkungan serta menemukan pemecahan
kemampuan deteksi dini oleh
masalahnya Bhabinkamtibmas adalah
Bhabinkamtibmas dalam implementasi
pengemban Polmas di desa/kelurahan.
Polmas ?
Pada pasal 27 Perkap Nomor 3 Tahun 2015
4. Apa yang sudah dilakukan Polri dalam rangka
disebutkan bahwa tugas Pokok Bhabinkamtibmas
meningkatkan kemampuan deteksi dini oleh
adalah melakukan pembinaan masyarakat,
Bhabinkamtibmas dalam implementasi
deteksi dini, dan mediasi/negosiasi agar tercipta
Polmas ?
kondisi yang kondusif di desa/kelurahan. Dalam
rangka melaksanakan tugas pokok tersebut,
Bhabinkamtibmas wajib melakukan beberapa
kegiatan, antara lain : kunjungan dari rumah II. METODOLOGI PENELITIAN
ke rumah (door to door) pada seluruh wilayah
penugasannya, menerima informasi tentang A. Pendekatan Penelitian
terjadinya tindak pidana, dan memberikan Penelitian ini menggunakan pendekatan
bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat kualitatif dengan penyajian bersifat deskriptif
atau komunitas berkaitan dengan permasalahan analitis.
Kamtibmas dan pelayanan Polri. Dengan beban
tugas oleh Bhabinkamtibmas tersebut dengan
B. Metode Penelitian
segala dinamikanya, maka dirasa perlu ada kajian
khusus mengenai kemampuan deteksi dini Metode penelitian ini adalah deskriptif dan
Bhabinkamtibmas. verifikatif.

C. Teknik Pengumpulan Data


B. Permasalahan Teknik pengumpulan data dalam penelitian
Permasalahan yang akan diteliti adalah: menggunakan metoda :

Bagaimana kemampuan deteksi dini oleh a. Studi Dokumen.


Bhabinkamtibmas dalam implementasi Polmas b. Survai melalui pengisian kuesioner.
sebagai penguatan program satu polisi satu desa c. Wawancara
? d. Focus Group Discussion (FGD)

Karena itu dengan rumusan permasalahan D. Disain Penelitian


tersebut maka peneliti akan mencari jawaban a. Studi Dokumen dilakukan pada :
untuk hal-hal sebagai berikut :
1) Data di Ditbinmas Baharkam Polri
1. Bagaimana kondisi kemampuan deteksi dini untuk melihat data statistik jumlah
oleh Bhabinkamtibmas dalam implementasi anggota Bhabinkamtibmas dan
Polmas saat ini ? penyebarannya.
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi 2) Laporan analisa dan evaluasi pada

88 Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

Mabes Polri, Polda, dan Polres tentang 6) Kanit Binmas Polsek.


kinerja Bhabinkamtibmas untuk melihat 7) Anggota Bhabinkamtibmas.
keterkaitan kinerja Bhabinkamtibmas 8) Anggota masyarakat terpilih.
dengan kemampuan deteksi dini dalam
e. Focus Group Discussion dilakukan pada
implementasi Polmas.
para Bhabinkamtibmas, dimaksudkan untuk
menggali informasi dalam rangka mencari
b. Survai melalui pengisian kuesioner dilakukan data tentang :
pada :
1) Kemampuan deteksi dini anggota
1) Anggota Bhabinkamtibmas untuk Bhabinkamtibmas.
melihat tingkat pemahaman dan
2) Permasalahan dalam implementasi
kompetensi mengenai kemampuan
deteksi dini oleh anggota
deteksi dini dalam implementasi
Bhabinkamtibmas.
Polmas.
3) Pola peningkatan kemampuan deteksi
2) Masyarakat untuk melihat persepsi
dini anggota Bhabinkamtibmas.
masyarakat terhadap kemampuan
deteksi dini dalam implementasi
Polmas.
E. Lokasi Penelitian
Karena penelitian ini akan menggali
c. Wawancara dilakukan untuk pendalaman
memampuan deteksi dini anggota
terhadap data yang diperoleh dari studi
Bhabinkamtibmas, maka lokasi penelitian
dokumen maupun dari survai. Di samping
dipolih untuk memberikan variasi pada lokasi,
itu wawancara melalui wawancara mendalam
karakter wilayah dan dinamika kamtibmas yang
(indepth interview) dengan nara sumber
berkembang.
dimaksudkan untuk menggali informasi
dalam rangka mencari data tentang : Lokasi Penelitian :

1) Kemampuan deteksi dini anggota 1. Mabes Polri (Ditbinbmas Baharkam Polri).


Bhabinkamtibmas.
2. Polda Metro Jaya (dengan variasi Polres
2) Permasalahan dalam pengelolaan Metro dan Polres Kawasan), yaitu di Polres
kemampuan Bhabinkamtibmas, Metro Jakarta Utara, Polres Metro Bekasi
khususnya dalam kemampouan deteksi Kota, Polres Metro Tangerang Kota, Polresta
dini. Depokm dan Polres Pelabuhan.

3) Pola peningkatan kemampuan deteksi 3. Polda Kalimantan Timur (dengan variasi


dini anggota Bhabinkamtibmas. Polresta dan Polres yang mempunyai Polsek
perbatasan darat), yaitu di Polres Balikpapan,
d. Nara sumber dalam wawancara adalah :
Polres Tarakan, Polres Nunukan, Polres
1) Direktur Binmas Baharkam Polri. Bulungan, dan Polres Berau.
2) Direktur Binmas Polda.
4.
Polda Daerah Istimewa Yogyakarta
3) Kapolres.
(dengan variasi Polresta wilayah kota turis,
4) Kasatbinmas.
pemukiman, dan kampus/pendidikan),
5) Kapolsek.

Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018 89


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

yaitu di Poltabes Yogyakarta, Polres Sleman, stabil secara politik), warga dapat mengharapkan
Polres Kulonprogo, Polres Bantul, dan Polres hidup dengan rasa aman (tanpa “fear of crime”)
Gunungkidul. dan akan berpaling kepada polisi untuk
memberikan perlindungan dan pelayanan.

Penerapan model Community Policing


E. Pelaksanaan Penelitian di beberapa wilayah di Indonesia tidak bisa
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama dilepaskan dari kondisi kekinian Indonesia
enam bulan, yaitu pada bulan April – Oktober dalam arus reformasi yang berimbas pula pada
2016. Pelaksanaan penelitian terdiri dari institusi kepolisian. Tuntutan reformasi sektor
pengumpulan data, pengolahan data, FGD hasil keamanan saat itu disikapi dengan reformasi
penelitian dan penulisan laporan penelitian. Polri yang dinyatakan dalam empat paradigma.
Pertama, perubahan pendekatan, dari pendekatan
militeristik ke pendekatan profesionalitas. Kedua,
mengubah pendekatan kekuasaan menjadi
III. KAJIAN PUSTAKA
pendekatan yang mengedepankan pelayanan.
Ketiga, pendekatan yang berorientasi koperasi
A. Community Policing di Indonesia
berubah menjadi pendekatan yang berorientasi
Menurut para ahli seperti Trojanowich pasar. Dan keempat, berusaha memperoleh
(1998), Bayley (1988), dan Rahardjo (2001) yang kepercayaan dan dukungan masyarakat
secara garis besar menekankan pada pentingnya (Muhammad, 2004 : 14).
kerjasama antara polisi dengan masyarakat
Dalam berbagai bahan pustaka mengenai
tempat bertugas untuk mengidentifikasi dan
pemolisian dikemukakan akan terjadinya
menyelesaikan masalah-masalah sosialnya
perubahan “struktur pemolisian” dimasing-
sendiri. Konsep Polmas yang diadopsi Polri
masing negara maupun secara global. Bayley
sekarang ini, bervariasi. Ada yang mirip sistem
dalam tahun 1994 sudah menyarankan suatu
Koban atau Chuzaiso dari Jepang, sistem
“Cetak Biru Untuk Masa Depan” Kepolisian
Neighbourhood Policing dari Singapura, atau
dan dalam tahun 2001 kembali bicara tentang
Community Policing dari Amerika Serikat.
“Struktur Baru Pemolisian”. Yang menjadi
Konsep tersebut dimodifikasi di Indonesia,
perhatian Bayley antara lain adalah bahwa
karena karakteristik budaya masyarakatnya.
perlahan tapi jelas pemerintah akan kehilangan
Perlu ada penyesuaian cara bertindak sebagai
monopoli atas pemolisian. Masalahnya bukan
penjabaran konsep Polmas tersebut dengan
saja “privatisasi” pemolisian, tapi juga “kaburnya
karakteristik masyarakat. Meski demikian,
batas antara yang publik dan privat”, serta
pengertian Polmas sampai saat ini masih ada
bahwa pemolisian akan melampaui batasan
yang mengartikan pemolisian masyarakat dan
antar-lembaga. Dia menyebutnya sebagai
pembinaan Kamtibmas maupun Community
“multilateralization”.
Oriented Policing (COP). Namun demikian
dalam perkembangannya telah dimodifikasi Transformasi dalam pemolisian berkaitan
dengan kebijakan tentang Polmas sebagai erat dengan perkembangan demokrasi (di berbagai
perpolisian masyarakat, yaitu suatu upaya agar negara, termasuk Indonesia). transformasi
masyarakat dapat menjadi polisi bagi dirinya ini berakibat perlunya “restrukturisasi” dalam
dan komunitasnya sendiri, dengan polisi sebagai pemolisian, khususnya merujuk pada suatu
fasilitator. Dalam masyarakat yang teratur (dan proses “transferring the construction of security

90 Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

to non-governmental groups”. Hal ini menurut masyarakat.


Bayley tidak saja terjadi dalam batas-batas
negara, tetapi juga “being developed vigourously B. Pencegahan Kejahatan
at international levels”. Perkembangan ini
Menurut sosiolog Emille Durkheim (1933),
terlihat antara lain pada pemolisian yang
kejahatan itu normal ada di semua masyarakat dan
dilakukan oleh private multinational corporations,
hampir tidak mungkin menghilangkan kejahatan
terjadinya kerjasama transnasional di antara
dalam masyarakat. Kejahatan memiliki fungsi
lembaga-lembaga penegakan hukum (yang
dan disfungsi dalam masyarakat. Kejahatan
mungkin memerlukan tata-kelola dalam tingkat
bersifat disfungsi karena memberikan efek yang
transnasional), dan bahwa pemolisian oleh
merusak terhadap tatanan sosial, menimbulkan
lembaga-lembaga internasional seperti PBB
rasa tidak aman dan ketakutan serta menambah
dan Uni Eropa menimbulkan keperluan adanya
beban ekonomi yang besar bagi masyarakat. Jenis
“pengawasan supranasional” terhadap keamanan.
dan bentuk kejahatan selalu berkembang dari
Pemolisian masa depan akan memerlukan
waktu ke waktu seiring dengan dinamika sosial
restrukturisasi yang dipengaruhi oleh dua
yang berkembang dalam masyarakat. Pola dan
kekuatan: “multilateralization within countries”
modus kejahatan juga kian berkembang sebagai
dan “supranationalization among countries”
dampak kemajuan teknologi. Kompleksitas
(Bayley and Shearing, 2001).
gangguan keamanan saat ini tidak lagi bersifat
Dalam perkembanganya maka muncul konvensional, namun telah berkembang
model perpolisian yang melibatkan masyarakat dalam bentuk-bentuk kejahatan lintas negara
dengan dua pilar utama yaitu kemitraan (transnational crimes). Dampak dinamika
(partnership) dan pemecahan masalah (problem perkembangan lingkungan strategik (lingstra)
solving). Mengacu pada perkembangan dewasa ini, ragam pola dan bentuk kejahatan
pembahasan akademis mengenai community terus mengalami perkembangan yang luar biasa.
policing, bisa dikutip pada pendapat Trojanowics Kondisi ini tentunya berimplikasi terhadap
(1990) mengenai prinsip-prinsip community meningkatnya beban tugas dan tanggung jawab
policing. Banyak teori mengenai perilaku kriminal Polri sebagai penyelenggara negara di bidang
terfokus pada faktor-faktor sosial sebagai keamanan dalam negeri (kamdagri).
penyebab kejahatan. “Teori jendela pecah”
Untuk memahami konsep dari pencegahan
(broken windows theory) tentang kejahatan, yang
kejahatan, kita tidak boleh terjebak pada makna
melukiskan memburuknya kondisi perkotaan
kejahatannya, melainkan pada kata pencegahan.
sebagai kondisi yang mendorong lingkungan
Freeman (1992) mencoba mengupas konsep
yang kondusif bagi perilaku kriminal, telah
dari pencegahan (prevention) dengan memecah
memberikan landasan bagi dianutnya program-
katanya menjadi dua bagian, yaitu prediksi
program Polmas yang berorientasi komunitas.
(prediction) dan intervensi (intervention). Hal
Program Polmas mengembangkan tanggung
ini dapat dikatakan bahwa untuk mencegah
jawab bagi kontrol kejahatan dari polisi kepada
terjadinya sesuatu tindak kejahatan, yang pertama
masyarakat umum. Polisi bekerjasama dengan
sekali harus dilakukan adalah memprediksi
komunitas di dalam mengidentifikasi masalah-
kemungkinan dari tempat dan waktu terjadinya,
masalah dan menerapkan berbagai strategi, yang
dan kemudian menerapkan intervensi yang tepat
seringkali memfokuskan pada upaya-upaya
pada titik perkiraannya (Daniel Gilling, 1997: 2).
mengatasi persoalan tertentu untuk mengurangi
kejahatan dan ketakutan akan kejahatan di Pada dasarnya, pencegahan kejahatan

Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018 91


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

tidak memiliki definisi baku, namun inti intelijen dipersonifikasikan sebagai orang yang
dari pencegahan kejahatan adalah untuk bertugas mencari keterangan (mengamat-amati)
menghilangkan atau mengurangi kesempatan seseorang. Sedang dalam Ensiklopedi Nasional
terjadinya kejahatan. Sesuai dengan Indonesia (1989 ; 189) intelijen dijelaskan
perkembangannya, terdapat tiga pendekatan sebagai hasil rangkaian kegiatan, suatu proses
yang dikenal dalam strategi pencegahan pentahapan kerja sistematis yang terdiri atas
kejahatan. Tiga pendekatan itu ialah pendekatan pengumpulan informasi, evaluasi, integrasi
secara sosial (social crime prevention), pendekatan dari semua tahapan proses kerja sebelumnya
situasional (situtational crime prevention), dan dan interpretasi dari seluruh informasi yang
pencegahan kejahatan berdasarkan komunitas/ didapatkan, serta perkiraan yang kemudian
masyarakat (community based crime prevention). dibuat berdasarkan interpretasi yang diperoleh.

Sistem Deteksi dini yang berajalan di


C. Intelijen dalam Deteksi Dini
tingkat kewilayahan akan menghasilkan
Intelijen berperan melakukan upaya deteksi informasi Intelijen yang diperoleh melalui
dini dan peringatan dini sebagimana dimaksud suatu proses pengolahan dari bahan keterangan
dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 17 yang didapat. Bahan keterangan merupakan
Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara (UU bahan dasar yang masih mentah. Bahan
Intelejen Negara). Deteksi dini dan peringatan mentah ada yang memenuhi syarat dan ada
dini diperlukan guna mencegah terjadinya yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan
pendadakan dari berbagai ancaman, diperlukan intelijen. Bahan mentah yang memenuhi syarat
Intelijen Negara yang tangguh dan profesional untuk dijadikan intelijen adalah bahan – bahan
serta penguatan kerja sama dan koordinasi yang berkaitan dengan masalah keamanan,
Intelijen Negara dengan menghormati hukum, yang dapat dipercaya sumbernya dan relevan
nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia dengan masalah yang dicari atau dibutuhkan.
sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD Intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah
1945. Fungsi Intelijen dalam negeri dan luar diolah adalah merupakan hasil terakhir atau
negeri dijalankan oleh BIN, kemudian Polri produk daripada pengolahan yang selanjutnya
menyelenggarakan fungsi Intelijen kepolisian disampaikan kepada pihak – pihak pemakai
yang terkait Harkamtibmas yang dilaksanakan untuk dipergunakan sebagai bahan penyusunan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- rencana dan kebijaksanaan yang akan ditempuh
undangan. dan yang memungkinkan untuk bahan
mengambil keputusan.
Menurut Alexandra (2006 ; 17) intelijen
negara setidaknya berkaitan dengan dua hal. Polsek sebagai satuan kewilayahan Polri
Intelijen sebagai sebuah fungsi dan intelijen terdepan dalam rangka Pembinaan Kamtibmas
sebagai sebuah organisasi dalam struktur mempunyai nilai yang sangat strategis sebagai
ketatanegaraan. Sebagai sebuah fungsi, berkaitan ujung tombak dalam mengemban fungsi intelijen
dengan penginderaan awal atau yang lebih yaitu sebagai basis deteksi dengan melakukan
dikenal dengan early warning system. Intelijen deteksi dini dalam rangka mengantisipasi
berasal dari kata intel yang secara etimologi situasi dan kondisi yang begitu cepat berubah
berasal dari kata intelligere (Latin), intelligence sehingga Polsek diharapkan mampu mendeteksi
(Inggris), dan intelligt/intelgentie (Belanda) sejak dini, mengidentifikasi segala masalah
yang berarti cerdas atau pandai. Dalam Kamus yang ada di masyarakat dan dapat memberikan
Besar Bahasa Indonesia (1990 ; 335), istilah peringatan dini kepada pimpinan. Proses deteksi

92 Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

dini pada hakekatnya adalah proses analisis dan yang luas, umum dan cenderung bersifat
pengumpulan informasi. statis, dengan memberikan arti pada gejala-
gejala, kejadian-kejadian yang menonjol dan
Dalam pelaksanaannya petugas di
perubahan-perubahan yang telah terjadi.
lapangan dilakukan oleh Bhabinkamtibmas.
Pemberdayaan peran Babinkamtibmas dalam b. Kemampuan penyelidikan. Penyelidikan
tugas Intelijen Keamanan hanya meliputi intelijen adalah segala usaha, kegiatan dan
kegiatan penyelidikan Intelijen dalam rangka pekerjaan yang dilakukan secara berencana
mengumpulkan informasi yang berguna untuk dan terarah dalam rangka mencari dan
masalah keamanan dan ketertiban masyarakat. mengumpulkan informasi atau bahan
Hasil informasi yang didapatkan oleh keterangan untuk selanjutnya diolah dan
Bhabinkamtibmas sifatnya cukup sederhana disajikan kepada pimpinan agar pimpinan
dan belum mendalam sekedar menggali apa dapat menentukan kebijaksanaan dengan
yang diketahui oleh individu atau kelompok risiko yang telah diperhitungkan terlebih
masyarakat tentang suatu kejadian yang akan dahulu.
terjadi, sedapat mungkin memenuhi kriteria
Penyelidikan intelijen terutama diarahkan
tentang apa yang akan terjadi, siapa pelaku dan
untuk mencari dan mengumpulkan informasi
sasarannya, dimana dan kapan, dengan cara atau
aktual terutama terhadap bidang-bidang
metoda apa dan mengapa atau alasan apa yang
permasalahan dalam masyarakat desa/
melatarbelakangi rencana tersebut
kelurahan binaannya yang berpotensi untuk
berkembang menjadi gangguan kamtibmas
D. TEMUAN PENELITIAN
sesuai dengan karakteristik kerawanan yang
menonjol sebagaimana telah diketahui dari
1. Kondisi kemampuan deteksi dini oleh intelijen dasar desa/kelurahan binaannya.
Bhabinkamtibmas. Kemampuan penyelidikan intelijen bagi
Secara umum kemampuan deteksi dini seorang Bhabinkamtibmas terutama meliputi
oleh Bhabinkamtibmas sudah cukup, dalam arti kemampuan penguasaan teknik dan taktik
untuk menjadi petugas kepolisian dengan fungsi penyelidikan intelijen terbatas. Adapun
utama untuk pengumpulana bahan keterangan kemampuan teknik penyelidikan intelijen yang
(Pulbaket), kinerja Bhabinkamtibmas dalam penting bagi seorang Bhabinkamtibmas adalah
hal ini sudah cukup. Namun, jika merujuk pada penelitian, wawancara, wawancara tersamar atau
kapasitas informasi yang harus dikumpulkan, eliciting, dan pengamatan/penggambaran.
memang masih tercatat banyak kekurangan.
Kemampuan teknis intelijen tersebut
Secara umum,kemampuan intelijen dalam deteksi
pada umumnya diperoleh secara otodidak.
dini yang diharapkan pada Bhabinkamtibmas,
Kalau ada pelatihan pun tidak bisa diterima
adalah :
secara maksimal, karena memang para anggota
a. Penguasaan intelijen dasar. Dengan Bhabinkamtibmas tidak didisain untuk
penguasaan intelijen dasar desa/kelurahan menjadi intelijen. Istilah intelijen terbatas, atau
binaannya, seorang bhabinkamtibmas dapat yang dalam diskusi kelompok sering disebut
memahami karakteristik kerawanan desa/ dengan intelijen terbuka hanya dipahami oleh
kelurahan binaannya. Pemahaman ini sebagian anggita Bhabinkamtibnkmas karena
diperoleh berdasarkan data-data tri gatra keterbatasan pendidikan dan pelatihan. Dari
dan panca gatra - mencakup bidang-bidang hasil penelitian ditemukan, pada anggota

Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018 93


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

Bhabinkamtibmas di kota-kota besar, seperti 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi


di Polda Metro Jaya dan Polda DIY memang kemampuan deteksi dini.
penguasaan pengetahuan lebih memadai,
Jika mengacu pada teori manajemen bahwa
karena lingkungan kerja yang memadai.
kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh
Penelitian ini juga menunjukkkan bahwa faktor-faktor Man (SDM), Money (anggaran),
potensi untuk mengioptimalkan anggota Material (sarana dan prasarana), serta Methode
Bhabinkamtibmas sebagai “agen intelijen (metoda kinerja), maka kemampuan deteksi dini
terbuka” sangat tinggi. Posisi sebagai polisi anggota Bhabinkamtibmas tidak bisa terlepas
umum dengan harus selalu menggunakan dari unsur tersebut.
seragam dinas setiap bertugas memberikan
Dari aspek SDM, karena Bhabinkamtibmas
keuntungan, kehadirannya tidak pernah
pada awalnya diambilkan dari sumber Brigadir,
“dicurigai” oleh masyarakat, sehingga untuk
maka mayoritas adalah lulusan SMA. Pada
masuk dalam lingkungan masyarakat tidak
beberapa Polres ada anggota Bhabinkamtibmas
mengalami kesulitan. Sehingga ketika akan
yang lulusan S-1, namun hal itu karena inisiatif
menjalankan fungsi sebagai intelijen terbuka
dari anggota bersangkutan untuk melaksanakan
dengan melaksanakan intelijen terbatas akan
kuliah di luar jam dinas. Jadi inisiatif individu
sangat terbantu karena posisi sebagai anggota
untuk meningkatkan kapabilitas pribadi dengan
Bhabinkamtibmas yang memang harus setiap
kuliah menjadi poin positif bagi organisasi. Dalam
hari melekat pada masyarakat.
uji petik dalam penelitian dengan melakukan
Namun, karena memang sejak awal tidak wawancara pada anggota Bhabinkamtibmas
didisain untuk melaksanakan fungsi intel, yang sarjana diperoleh temuan, mereka memiliki
da;lam keseharian tugas “feeling intelijen” wawasan yang lebih dibanding anggota lain, di
tidak terasah betul. Sehingga kadangkala samping itu juga kemampuan untuk memberikan
tingkat kepekaan untuk melihat suatu analisis terhadap kasus-kasus tertentu dalam
peristiwa atau informasi apakah mempunyai pelaksanaan tugasnya. Namun peningkatan
potensi kerawanan kamtibmas, tidak dapat jenjang pendidikan tidak dilakukan secara
secara cepat direspon. Selain itu, karena terstruktur oleh organisasi, sangat tergantung
Bhabinkamtibmas bukan pelaksana fungsi dari inisiatif pribadi anggota.
intel, kemampuan administrasi intelijen
Aspek anggaran merupakan hal yang
kurang begitu terampil. Hal ini terlihat pada
selalu menjadi hambatan dalam organisasi.
kemampuan menyimpulkan suatu peristiwa
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa
atau informasi sebagai bahan yang akan
kebijakan tunjangan kinerja bagi anggota
disampaikan ke pimpinan, seringkali kurang
Bhabinkamtibmas sebesar Rp 1.100.000 per
fokus. Informasi yang diberikan sangat
anggota per bulan, bukanlah solusi untuk
umum, dan dalam keadaan mendesak tidak
meningkatkan kinerja, karena pada masing-
dapat diharapkan jika harus juga memberikan
masing wilayah memkarakteristik yang berbeda-
penilaian atas suatu peristiwa atau informasi.
beda dengan jangkauan tugas yang berbeda-
Hal ini yang menjadikan kemampuan deteksi
beda, terutama jika dilihat dari aspek geografis.
dini menjadi kurang tajam. Walau dari sisi
Angka Rp 1.100.000 diperoleh dari perkalian 22
semangat untuk memberikan informasi,
hari x Rp 50.000, sehingga asumsinya seorang
antusiasmenya sangatlah tinggi.
anggota Bhabinkamtibmas hanya bekerja 22
hari, padahal prakteknya tidak ada hari libur.

94 Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

Selain itu, kondisi geografis di luar Jawa, seperti masing indidu Bhabinkamtibmas dan Unit
pada penelitian ini dilakukan di Kaltim, biaya Rp Intelkam yang mempunyai inisiatif untuk
50.000 per hari sangat tidak masuk akal dengan meningkatkan kinerja melalui optimalisasi
kondisi alam yang membutuhkan sarana dengan koordinasi.
biaya tinggi untuk operasionalisasi kerja.
Namun begitu, dalam penelitian ini,
Aspek sarana dan prasarana juga menjadi pada semua wilayah yang dijadikan obyek
temuan utama dalam penelitian ini, karena penelitian menunjukkan bahwa “semangat”
kebijakan logistik yang sering tidak sesuai Bhabinkamtibmas untuk berinteraksi dengan
dengan kondisi alam wilayah tempat anggota masyarakat sangat tinggi. Selain itu respon
Bhabinkamtibmas bertugas. Pada wilayah masyarakat atas kinerja Bhabuinkamtibmas
di Kalimantan Timur Utara yang sebagian sangat baik, termasuk penilaian terhadap
bnesar adalah sungai, harusnya ada fasilitas kehadiran di wilayah dan respon yang sangat
perahu untuk patroli, namun fasiliter tersebut cepat kalau dihubungi atau kalau ada masalah
tidak ada. Pada wilayah pegunungan, seperti yang harus ditangani. Hal ini dari konteks
Polres Gunung Kidul di Polda DIY, anggota penelitian ini mengenai kemampuan deteksi dini
Bhabinkamtibmas memerlukan kendaraan jenis bagi anggota Bhabinkamtibmas, menunjukkan
trail untuk menjangkau wilayah, tetapi dengan ada “supporting” eksternal untuk membantu
kendaraan modem bebek, menjadikan sarana meningkatkan kinerja Bhabinkamtibmas dari
tersebut justru menjadi penghambat. Selain itu, sisi potensi sebagai agen intelijen terbuka.
Fasilitas kerja anggoita bhabinkamtibmas masih
kurang, antara lain ATK, komputer, kamera, alat 3. Hambatan dalam meningkatkan
rekam. Pada penelitian ini juga ditemukan sarana kemampuan deteksi dini.
kerja bagi Bhabinkamtibmas, seperti kendaraan
Hambatan utama dalam memberdayakan
roda untuk operasional justru dipergunakan
Bhabinkamtibmas melalui kemampuan deteksi
untuk fungsi lain, seperti bagian personel,
ini, adalah beban tugas Bhabinkamtibmas di
sehingga anggota Bhabinkamtimas tidak bisa
lapangan yang sangat besar. Dalam praktiknya,
mempergunakan fasilitas tersebut.
anggota Bhabinkamtibkas harus menguasai
Aspek sistem dan metoda, terutama pada lima fungsi utama kepolisian (samapta, reserse
alokasi DSPP yang tidak bisa memenuhi jumlah kriminal, intelijen kriminal, lalu lintas, dan
ideal, menjadikan sistem kinerja yang sudah binmas), dan seolah-olah ada “tuntutan”
ditetapkan dengan rapi tidak bisa dilaksanakan. kemampuan itu harus dimiliki secara maksinmal
Kebijakan untuk menempatkan satu polisi serta dapat mengimplementasikannya dalam
satu desa akhirnya harus dilakukan dengan tugas-tugas keseharian. Sementara keterbatasan
“modifikasi” mengatur penugasan angggota dari pendidikan dan pengalaman adalah sesuatu yang
semua fungsi dibagi ke dalam desa/kelurahan. tidak bisa dihindari.
Hal ini menjadikan kinerja tidak bisa efektif.
Dari penelitian ini ditemukan hal
Di samping itu, dalam kaitan dengan sinergitas
positiuf, bahwa karena beban tugas ini, di satu
antara Bhabinkamtibmas dengan fungsi Intel
sisi merupakan hambatan, tetapi di sisi lain
yang dilakukan oleh Unit Intelkam Polsek,
justru merupakan tantangan bagi anggota
memang tidak HTCK yang mengaturnya.
Bhabinkamtibmas. Terutama di daerah kota
Sehingga implementasi di lapangan sangat
dengan interaksi sosial dan teknologi yang
tergantung dari “intervensi” Kapolsek selaku
memadai, kondisi ini menjadikan para anggota
kepala satuan kewilayahan, serta dari masing-

Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018 95


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

Bhabinkamtibmas dengan semangat tinggi Anggaran dinas untuk ini tidak ada, sementara
berusaha meningkatkan kompetensi dengan dalam praktik, terutama dalam komunikasi
otodidak maupun belajar dari para seniornya. intensif dengan jaringan atau warga kaitan
Ini adalah modal yang bagus bagi organisasi dalam menjalankan tugas deteksi dini, biaya ini
kepolisian. diperlukan.

Dalam konteks kemampuan deteksi


4. Upaya Polri dalam rangka
dini, penelitian ini menemukan bahwa para
meningkatkan kemampuan deteksi
anggota Bhabinkamtibmas membutuhkan
dini.
pelatihan-pelatihan yang spesifik diperlukan
untuk mendukung peran sebagai agen intelijen Posisi anggota Bhabinkamtimas dalam
terbuka dalam deteksi dini, seperti kemampuan menjalankan peran deteksi dini sebagai salah satu
wawancara tersamar, menganalisis kejadiuan peran dalam implementasi Polmas disadari betul
dan informasi, serta mengklasifikasikan derajad oleh Polri, oleh karena itu telah diakukan berbagai
informasi. Walau kemampuan ini adalah spesifik upaya dalam rangka meningkatkan kemampuan
bagai anggota fungsi intekl, tetapi para anggota deteksi ini. Pelatihan-pelatihan oleh fungsi intel
Bhabinkamtibmas menilai, dalam rangka telah dilakukan, namun dalam temuan penelitian,
pelaksanaan tugas, kemampuan ini sangat belum semua anggota Bhabinkamtibmas pernah
diperlukan. menjalani pelatihan ini. Penyebab utamanya
adalah keterbatasan anggaran, dan alokasi waktu
Hambatan lain yang mennjol adalah
untuk menyelenggarakan kegiatan ini, sementara
dukungan operasional bagi anggota
tugas rutin tidak bisa ditinggalkan. Akibatnya,
Bhabinkamtibmas untuk menjalankan tugas
ini salah satu temuan dalam penelitian ini,
pokoknya, termasuk melakukan deteksi dini.
wawasan intelijen anggota Bhabinkamtibmas
Posisi anggota Bhabinkamtibmas di wilayah
tidak optimal.
(desa dan kelurahan), secara sosial berada pada
posisi “elite”, karena di wilayah tersebut hanya ada Polri juga telah melakukan “treatment”
seorang diri. Hal ini juga merupakan konsekuensi agar kebutuhan menyediakan anggota
dari program “satu desa satu polisi”. Dengan untuk mendukung “satu polisi satu desa”
posisi ini, maka pada berbagai kegiatan sosial difasilitasi dengan melibatkan anggota di luar
kemasyarakatan, seperti hajatan pernikahan, Bhabiunkamtibmas untuk melakukan fungsi
takziah jika ada warga yang meninggal, bhakti Binmas di desa/kelurahan. Namun karena beban
sosial, dan acara lain dengan lingkup komunitas, tugas rutin yang membutuhkan konsentrasi
kehadiran Bhabinkamtibmas sangat diharapkan tersendiri, serta kompetensi anggota yang
warga. Untuk itu diperlukan “biaya sosial” yang bukan Bhabinkamtibmas, maka upaya ini tidak
cukup tinggi, sebagai contoh saat menghadiri maksimal. Khusus untuk Polda Metro Jaya dan
hajatan pernikahan. Dalam biaya operasional Polda DIY yang menjadi obyek penelitian ini,
Bhabinkamtibmas, anggaran ini tidak ada, penyediaan anggota Bhabinkamtibas pada tiap-
sementara dalam rangka menjaga hubungan tiap desa/kelurahan dapat dijalankan dengan
dengan warga, anggaran ini dibutuhkan. proporsional, karena jumlah anggota yang
memadai. Namun untuk Polda di luar Jawa,
Selain itu ada biaya operasional lain
salah satunya adalah Kaltim yang menjadi obyek
yang sangat diperlukan untuk menunjang
penelitian, penyediaan anggota di tiap-tiap desa
tugas Bhabinkamtibmas dalam deteksi dini,
dengan Bhabinkamtubmas yang “full time”, tidak
yaitu dukungan “pulsa” untuk berkomunikasi.
dapat dilakukan.

96 Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

Terobosan untuk meningkatkan peran 3. Beban tugas yang diberikan pada


Bhabinkamtibmas dilakukan oleh Polda Bhabinkamtibmas seringkali “over loaded”,
Kaltim dengan menempatkan Polwan sebagai karena harus menjalankan perintah pimpinan
anggota Bhabinkamtibmas. Polwan dipilih untuk mendukung pelaksanaan tugas di
adalah warga setempat yang menjadi polisi, kewilayahan. Distribusi anggota ke daerah-
sehingga dengan komunitasnya sudah akrab. Di daerah pelosok, terutama di luar Pulau
satu sisi, kehadiran Polwan yang putra daerah Jawa (secara spesifik dari hasil penelitian
memberikan dukungan bagi peran deteksi ini di wilayah perbatasan) harus menjadi
dini, namun karena pada wilayah tersebut ada pertimbangan penting dalam kebijakan
anggota keluarga / kerabat yang mempunyai penyebaran personel.
hubungan darah, maka pada beberapa kasus
4. Dalam upaya meningkatkan kemampuan
yang membutuhkan penegakan hukum, sering
deteksi dini sebagai implementasi
menjadi persoalan tersendiri.
Polmas untuk mendukung program “satu
polisi satu desa”, Polri telah melakukan
E. KESIMPULAN
berbagai terobosan dengan memberikan
Dari penelitian ini bisa diperoleh beberapa penguatan bagi capacity building anggota
kesimpulan sebagai berikut : Bhabinkamtibmas. Namun upaya ini baru
terlaksana sebagian saja,m terutama di kota-
1.
Kemampuan deteksi dini anggota
kota besar, sementara kebutuhan peningkatan
Bhabinkamtibmas secara umum cukup
kemampuan, terutama dalam konteks
memadai, terutama dalam kemampuan
penelitian ini untuk memberikan “wawasan
mengumpulkan informas atas suatu kejadian
intelijen” yang memadai, diperlukan bagi
atau fenomena yang berkembang. Namun
seluruh anggota Bhabinkamtibmas.
karena “feeling intelijen” tidak dipunyai oleh
semua anggota Bhabinkamtibmas, seringkali
kejadian atau informasi yang mempunyai
D. REKOMENDASI
implikasi potensi rawan Kamtibmas tidak
dapat secara cepat direspons. Termasuk Dari penelitian ini, Tim Peneliti
kemampuan melakukan adminitrasi intelijen memberikan beberapa rekomendasi sebagai
yang secara umum masih belum terampil. berikut :
2.
Keterbatasan pendidikan, karena 1.`Dilakukan pelatihan lima fungsi secara
rekrutmen utama Bhabinkamtibmas dari berkala agar anggota Bhabinkamtibmas
Brigadir dengan pendidikan dasar SMA “fasih” terhadap tupoksi Polri.
serta dukungan anggaran operasional
Bhabinkamtibmas masih menjadi 2. Secara berkala dilakukan pertemuan untuk
kendala dominan yang signifikan dalam memberikan informasi terbaru mengenai
rangka optimalisasi kemampuan deteksi perundang-undangan, kebijakan pimpinan
dini. Namun “semangat kerja” dari para Polri, isyu-isyu kamtibmas terbaru, dan lain-
Bhabinkamtibmas dapat menjadi dukungan lain yang berkaitan dengan tugas langsung
untuk mengurangi kelemahan tersebut, anggota Bhabinkamtibmas yang harus
terutama dari dukungan masyarakat akan berinteraksi dengan masyarakat.
kehadiran Bhabinkamtibmas di wilayahnya 3.
Diperlukan pertimbangan mengenai
sangatlah signifikan. anggaran biaya sosial bagi anggota

Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018 97


Analisis Kemampuan Deteksi Dini oleh Bhabinkamtibmas dalam Implementasi Polmas sebagai Penguatan Program Satu Polisi Satu Desa

Bhabinkamntibmas, sehingga dalam Ipong Sumpena, KBP, Kumpulan Ajar


menjalankan fungsi sebagai agen intelijen Intelkam, Buku I Mega Mendung, Maret 2003.
terbuka dalam rangka deteksi dini tidak
Johnson, Doyle Paul. 1989. Teori Sosiologi
menemui kendala di lapangan.
Klasik dan Moden. Terjemahan. Jakarta:
4. Dilakukan pergantian inventaris sarana Gramedia.
kerja dengan mempertimbangkan kondisi
Paulus Purwoko.dkk. 2012. Manajemen
wilayah tugas. Hal ini karena selain sarana
Intelkam, Jakarta : STIK-PTIK
kerja yang minim, seringkali sarana kerja
yang diberikan tidak sesuaio dengan kondisi Ripley, Randall., & Franklin, Grace A.
wilayah. Serta dilaklukan pengawasan atas (1982). Bureucracy and Policy. Implementation.
sarana kerja yang diberikan sehingga sesuai Homewood: The Dorsey Press.
dengan peruntukannya.
Saronto Y. Wahyu. Dkk. 2001. Intelijen
5. Dilakukan pelatihan khusus intelijen agar Teori, Aplikasi dan Moderenisasi. Jakarta: Ekalaya
anggota Bhabinkamtibmas mempunyai Saputra.
wawasan “feeling intelijen” sebagai modal
Stone, Deborah A. 1988. Policy Paradox
untuk menjadi agen intelijen terbuka.
and Political Reason. Braindeis : Harper Collins
Publishers.
DAFTAR PUSTAKA
Walker, Samuel. 2001. Police Accountability
Aziz, dkk (1999), Panduan Manajemen
: the Role of Citizen Oversight. Terjemahan oleh
Intelijen Kepolisian , PTIK, Bandung 1999
Tim PTIK. Omaha, USA : Wadsworth.
Bayley, David H. 1998. Police for The Future
Winardi. 2003.  “Teori Organisasi dan
– Polisi Masa Depan. Terjemahan Kunarto dan
Pengorganisasi”.  Jakarta, PT RajaGrafindo
Khobibah M. Arief Dimyati. Jakarta : Cipta
Persada.
Manunggal.

98 Jurnal Ilmu Kepolisian | Volume 12 | Nomor 2 | Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai