A. Wahyurudhanto
Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian – PTIK
Jl. Tirtayasa Raya 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
E-mail : wrudhanto@gmail.com
Abstract:
This research begins with the initial thought that in fact Polsek as the basis of detection and base of
solutions can not be done optimally. This is indicated by the reluctance of the community to cooperate with the
police in providing information relating to Kamtibmas, so that there are still many unexpectedly unexpected
public outcry at the Polsek level. While Bhabinkamtibmas as the spearhead of Polsek performance is loaded
with various tasks. Thus, for the implementation of Community Policing which has basis on partnership
with society and problem solving, Bhabinkamtibmas with all its dynamics, it is deemed necessary to have
early detection capability in order to support the implementation of Police duties.
Abstrak:
Penelitian ini diawali dengan pemikiran awal bahwa pada kenyataannya Polsek sebagai basis
deteksi dan basis solusi belum bisa terlaksana dengan optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih
enggannya masyarakat untuk bekerjasama dengan polisi dalam memberikan informasi-informasi
yang berkaitan dengan Kamtibmas, sehingga masih seringnya muncul gejolak di masyarakat secara
tiba-tiba yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya di tingkat Polsek. Sementara Bhabinkamtibmas
sebagai ujung tombak kinerja Polsek sudah sarat dengan berbagai beban tugas. Maka, untuk dalam
rangka implementasi Polmas yang mempunyai basis pada kemitraan dengan masyarakat dan
pemecahakan masalah, Bhabinkamtibmas dengan segala dinamikanya, dirasa perlu mempunyai
kemampuan deteksi dini dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas-tugas Polri.
Sebagai ujung tombak dalam menciptakan Dengan demikian Polri dalam hal ini
keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri harus mampu membangun interaksi sosial
harus mampu beradaptasi dengan segala yang erat dan mesra dengan masyarakat, yaitu
perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam keberadaannya menjadi simbol persahabatan
kehidupan masyarakat. Implikasi dari kemajuan antara warga masyarakat dengan polisi dengan
zaman yang membuat modus kejahatan semakin mengedepankan dan memahami kebutuhan
canggih, menuntut Polri untuk berubah dan adanya rasa aman warga masyarakat, yang lebih
menyesuaikan diri dengan perkembangan mengedepankan tindakan pencegahan kejahatan
tersebut. Seiring dengan bergulirnya era (crime prevention). Kelahiran kepolisian modern
reformasi telah menggugah kesadaran dipandang sebagai proses pembebasan polisi
seluruh komponen bangsa untuk melakukan dari cara-cara kerja yang unpolice atau ‘tidak
pembenahan dan pembaharuan atas berbagai layak polisi’ antara lain : tidak profesional,
ketimpangan, kinerja dan hal-hal yang dianggap sewenang-wenang, otoriter, model militeristik,
tidak profesional serta proporsional menuju penyalahgunaan wewenang (KKN), arogan, dsb.
masyarakat sipil yang demokratis. Polri pun tak
Dalam Era Reformasi yang sudah berjalan
lepas dari wacana besar perubahan ini. Sebab,
lebih dari 15 tahun (dan masih bergerak
kepolisian merupakan cerminan dari tuntutan
terus) ini, sebenarnya kepolisian mendapat
dan harapan masyarakat akan adanya rasa aman,
kesempatan yang sangat baik untuk membantu
keamanan, ketertiban dan ketentraman, yang
dan mendorong terciptanya perubahan dalam
mendukung produktifitas yang mensejahterakan
tatanan masyarakat. Pembaharuan tatanan sosial
warga masyarakat.
dapat direkomendasikan oleh kepolisian karena
Untuk melakukan penyesuaian terhadap polisi berada dalam posisi yang paling baik
perkembangan atmosphere baru dalam untuk memberikan komentar dan rekomendasi
masyarakat ini, Polri pun dituntut untuk tentang aspirasi (kelompok-kelompok) dalam
mereformasi dirinya sendiri, melalui berbagai masyarakat. Posisi kepolisian yang dekat
pemberdayaan sumber daya yang ada dan masyarakat karena hirarki organisasi yang
melalui perubahan pola pikir para petugas menyentuh sampai ke lapis paling bawah (pos
Polri (to change the mind set of police officers) polisi / sub sektor – sektor – resor), menyebabkan
secara berkesinambungan agar Polri dapat Polri mudah memahami masalah-masalah yang
mengatasi tantangan masa depan seiring dialami suatu (kelompok) masyarakat dan apa
dengan arus globalisasi dan demokratisasi. yang diperlukan untuk mengatasi masalah
Salah satu tantangan utama Polri ke depan tersebut.
adalah menciptakan polisi masa depan, yang
Salah satu program Polri dalam rangka
mampu secara terus-menerus beradaptasi
memantapkan keamanan dalam negeri, adalah
dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi
”Polsek Kuat” sebagai lini terdepan Pelayanan
dan politik masyarakat. Polisi harus dapat
Prima dengan mengoptimalkan Penggelaran
menjadi mitra. Memahami atau cocok dengan
“Satu Desa Satu Polisi”. Kerangka berpikir
masyarakat, menjadi figur yang dipercaya sebagai
yang dipakai acuan adalah konsep ”Polsek Kuat”
pelindung, pengayom dan penegak hukum. Di
(Kuat, Mampu,Tuntas) yaitu:
samping itu sebagai pribadi para anggota Polri
yaitu di Poltabes Yogyakarta, Polres Sleman, stabil secara politik), warga dapat mengharapkan
Polres Kulonprogo, Polres Bantul, dan Polres hidup dengan rasa aman (tanpa “fear of crime”)
Gunungkidul. dan akan berpaling kepada polisi untuk
memberikan perlindungan dan pelayanan.
tidak memiliki definisi baku, namun inti intelijen dipersonifikasikan sebagai orang yang
dari pencegahan kejahatan adalah untuk bertugas mencari keterangan (mengamat-amati)
menghilangkan atau mengurangi kesempatan seseorang. Sedang dalam Ensiklopedi Nasional
terjadinya kejahatan. Sesuai dengan Indonesia (1989 ; 189) intelijen dijelaskan
perkembangannya, terdapat tiga pendekatan sebagai hasil rangkaian kegiatan, suatu proses
yang dikenal dalam strategi pencegahan pentahapan kerja sistematis yang terdiri atas
kejahatan. Tiga pendekatan itu ialah pendekatan pengumpulan informasi, evaluasi, integrasi
secara sosial (social crime prevention), pendekatan dari semua tahapan proses kerja sebelumnya
situasional (situtational crime prevention), dan dan interpretasi dari seluruh informasi yang
pencegahan kejahatan berdasarkan komunitas/ didapatkan, serta perkiraan yang kemudian
masyarakat (community based crime prevention). dibuat berdasarkan interpretasi yang diperoleh.
dini pada hakekatnya adalah proses analisis dan yang luas, umum dan cenderung bersifat
pengumpulan informasi. statis, dengan memberikan arti pada gejala-
gejala, kejadian-kejadian yang menonjol dan
Dalam pelaksanaannya petugas di
perubahan-perubahan yang telah terjadi.
lapangan dilakukan oleh Bhabinkamtibmas.
Pemberdayaan peran Babinkamtibmas dalam b. Kemampuan penyelidikan. Penyelidikan
tugas Intelijen Keamanan hanya meliputi intelijen adalah segala usaha, kegiatan dan
kegiatan penyelidikan Intelijen dalam rangka pekerjaan yang dilakukan secara berencana
mengumpulkan informasi yang berguna untuk dan terarah dalam rangka mencari dan
masalah keamanan dan ketertiban masyarakat. mengumpulkan informasi atau bahan
Hasil informasi yang didapatkan oleh keterangan untuk selanjutnya diolah dan
Bhabinkamtibmas sifatnya cukup sederhana disajikan kepada pimpinan agar pimpinan
dan belum mendalam sekedar menggali apa dapat menentukan kebijaksanaan dengan
yang diketahui oleh individu atau kelompok risiko yang telah diperhitungkan terlebih
masyarakat tentang suatu kejadian yang akan dahulu.
terjadi, sedapat mungkin memenuhi kriteria
Penyelidikan intelijen terutama diarahkan
tentang apa yang akan terjadi, siapa pelaku dan
untuk mencari dan mengumpulkan informasi
sasarannya, dimana dan kapan, dengan cara atau
aktual terutama terhadap bidang-bidang
metoda apa dan mengapa atau alasan apa yang
permasalahan dalam masyarakat desa/
melatarbelakangi rencana tersebut
kelurahan binaannya yang berpotensi untuk
berkembang menjadi gangguan kamtibmas
D. TEMUAN PENELITIAN
sesuai dengan karakteristik kerawanan yang
menonjol sebagaimana telah diketahui dari
1. Kondisi kemampuan deteksi dini oleh intelijen dasar desa/kelurahan binaannya.
Bhabinkamtibmas. Kemampuan penyelidikan intelijen bagi
Secara umum kemampuan deteksi dini seorang Bhabinkamtibmas terutama meliputi
oleh Bhabinkamtibmas sudah cukup, dalam arti kemampuan penguasaan teknik dan taktik
untuk menjadi petugas kepolisian dengan fungsi penyelidikan intelijen terbatas. Adapun
utama untuk pengumpulana bahan keterangan kemampuan teknik penyelidikan intelijen yang
(Pulbaket), kinerja Bhabinkamtibmas dalam penting bagi seorang Bhabinkamtibmas adalah
hal ini sudah cukup. Namun, jika merujuk pada penelitian, wawancara, wawancara tersamar atau
kapasitas informasi yang harus dikumpulkan, eliciting, dan pengamatan/penggambaran.
memang masih tercatat banyak kekurangan.
Kemampuan teknis intelijen tersebut
Secara umum,kemampuan intelijen dalam deteksi
pada umumnya diperoleh secara otodidak.
dini yang diharapkan pada Bhabinkamtibmas,
Kalau ada pelatihan pun tidak bisa diterima
adalah :
secara maksimal, karena memang para anggota
a. Penguasaan intelijen dasar. Dengan Bhabinkamtibmas tidak didisain untuk
penguasaan intelijen dasar desa/kelurahan menjadi intelijen. Istilah intelijen terbatas, atau
binaannya, seorang bhabinkamtibmas dapat yang dalam diskusi kelompok sering disebut
memahami karakteristik kerawanan desa/ dengan intelijen terbuka hanya dipahami oleh
kelurahan binaannya. Pemahaman ini sebagian anggita Bhabinkamtibnkmas karena
diperoleh berdasarkan data-data tri gatra keterbatasan pendidikan dan pelatihan. Dari
dan panca gatra - mencakup bidang-bidang hasil penelitian ditemukan, pada anggota
Selain itu, kondisi geografis di luar Jawa, seperti masing indidu Bhabinkamtibmas dan Unit
pada penelitian ini dilakukan di Kaltim, biaya Rp Intelkam yang mempunyai inisiatif untuk
50.000 per hari sangat tidak masuk akal dengan meningkatkan kinerja melalui optimalisasi
kondisi alam yang membutuhkan sarana dengan koordinasi.
biaya tinggi untuk operasionalisasi kerja.
Namun begitu, dalam penelitian ini,
Aspek sarana dan prasarana juga menjadi pada semua wilayah yang dijadikan obyek
temuan utama dalam penelitian ini, karena penelitian menunjukkan bahwa “semangat”
kebijakan logistik yang sering tidak sesuai Bhabinkamtibmas untuk berinteraksi dengan
dengan kondisi alam wilayah tempat anggota masyarakat sangat tinggi. Selain itu respon
Bhabinkamtibmas bertugas. Pada wilayah masyarakat atas kinerja Bhabuinkamtibmas
di Kalimantan Timur Utara yang sebagian sangat baik, termasuk penilaian terhadap
bnesar adalah sungai, harusnya ada fasilitas kehadiran di wilayah dan respon yang sangat
perahu untuk patroli, namun fasiliter tersebut cepat kalau dihubungi atau kalau ada masalah
tidak ada. Pada wilayah pegunungan, seperti yang harus ditangani. Hal ini dari konteks
Polres Gunung Kidul di Polda DIY, anggota penelitian ini mengenai kemampuan deteksi dini
Bhabinkamtibmas memerlukan kendaraan jenis bagi anggota Bhabinkamtibmas, menunjukkan
trail untuk menjangkau wilayah, tetapi dengan ada “supporting” eksternal untuk membantu
kendaraan modem bebek, menjadikan sarana meningkatkan kinerja Bhabinkamtibmas dari
tersebut justru menjadi penghambat. Selain itu, sisi potensi sebagai agen intelijen terbuka.
Fasilitas kerja anggoita bhabinkamtibmas masih
kurang, antara lain ATK, komputer, kamera, alat 3. Hambatan dalam meningkatkan
rekam. Pada penelitian ini juga ditemukan sarana kemampuan deteksi dini.
kerja bagi Bhabinkamtibmas, seperti kendaraan
Hambatan utama dalam memberdayakan
roda untuk operasional justru dipergunakan
Bhabinkamtibmas melalui kemampuan deteksi
untuk fungsi lain, seperti bagian personel,
ini, adalah beban tugas Bhabinkamtibmas di
sehingga anggota Bhabinkamtimas tidak bisa
lapangan yang sangat besar. Dalam praktiknya,
mempergunakan fasilitas tersebut.
anggota Bhabinkamtibkas harus menguasai
Aspek sistem dan metoda, terutama pada lima fungsi utama kepolisian (samapta, reserse
alokasi DSPP yang tidak bisa memenuhi jumlah kriminal, intelijen kriminal, lalu lintas, dan
ideal, menjadikan sistem kinerja yang sudah binmas), dan seolah-olah ada “tuntutan”
ditetapkan dengan rapi tidak bisa dilaksanakan. kemampuan itu harus dimiliki secara maksinmal
Kebijakan untuk menempatkan satu polisi serta dapat mengimplementasikannya dalam
satu desa akhirnya harus dilakukan dengan tugas-tugas keseharian. Sementara keterbatasan
“modifikasi” mengatur penugasan angggota dari pendidikan dan pengalaman adalah sesuatu yang
semua fungsi dibagi ke dalam desa/kelurahan. tidak bisa dihindari.
Hal ini menjadikan kinerja tidak bisa efektif.
Dari penelitian ini ditemukan hal
Di samping itu, dalam kaitan dengan sinergitas
positiuf, bahwa karena beban tugas ini, di satu
antara Bhabinkamtibmas dengan fungsi Intel
sisi merupakan hambatan, tetapi di sisi lain
yang dilakukan oleh Unit Intelkam Polsek,
justru merupakan tantangan bagi anggota
memang tidak HTCK yang mengaturnya.
Bhabinkamtibmas. Terutama di daerah kota
Sehingga implementasi di lapangan sangat
dengan interaksi sosial dan teknologi yang
tergantung dari “intervensi” Kapolsek selaku
memadai, kondisi ini menjadikan para anggota
kepala satuan kewilayahan, serta dari masing-
Bhabinkamtibmas dengan semangat tinggi Anggaran dinas untuk ini tidak ada, sementara
berusaha meningkatkan kompetensi dengan dalam praktik, terutama dalam komunikasi
otodidak maupun belajar dari para seniornya. intensif dengan jaringan atau warga kaitan
Ini adalah modal yang bagus bagi organisasi dalam menjalankan tugas deteksi dini, biaya ini
kepolisian. diperlukan.