Anda di halaman 1dari 11

Mercatoria Vol. 5 No.

1 Tahun 2012

PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PERPOLISIAN MASYARAKAT DI


WILAYAH HUKUM POLRESTA MEDAN

Edward Simamora
Muaz Zul

ABSTRAK

Kemitraan Polisi dan Masyarakat masih terkendala pemahaman masyarakat akan tugas bersama
dalam menjaga keamanan dan ketertiban dalam suatu daerah, walaupun telah dibentuk forum-
forum kemitraan , Fasilitas yang masih minim seperti kendaraan patroli, pos-pos polisi serta
sara dan prasarana penunjang Iainnya. Penerapan Prinsip Prinsip Tata Pemerintahan yang Baik
Dalam Perpolisian Modern di Indonesia dilakukan dengan Reformasi struktural yakni
perubahan kelembagaan, organisasi dan kedudukan Polri.

Kata Kunci : Tata Pemerintahan yang Baik, Perpolisian Modern.

I. Pendahuluan disalahgunakan tergantung derajat kontrol


Prinsip-prinsip negara hukum (rule normatifnya dan menghasilkan suatu
of law) sebagai dasar atau acuan reformasi pelanggaran HAM (polisi sebagai “human
kepolisian harus ditujukan untuk rights violator”).
memperkuat rule of law. Prinsip rule of law Berbagai instrumen HAM
yang definisinya beragam memiliki dua internasional membantu upaya
dimensi, konsep rule of law yang formal memecahkan situasi paradoksal tersebut
atau minimalis dan yang substantif atau suatu titik toleransi penggunaan instrument
maksimalis. Konsep rule of law yang formal kekerasan yang dikompromikan dengan
atau minimalis lebih menekankan kepada jaminan penghormatan dan perlindungan
komponen struktural (legalistik) di mana hak asasi dengan menetapkan suatu
aturan dan suatu praktek rule of law hanya prasyarat normatif seperti: prinsip
berbasis pada suatu hukum positif yang proporsionalitas, sesuatu kebutuhan
berlaku,apakah itu berupa konstitusi, mendesak, absah secara hukum dan
undang-undang atau produk hukum lainnya akuntabel.
sejauh bersifat dapat diprediksi (kepastian Hal penting lainnya yang menjadi
hukum), berlaku bagi semua subjek kontribusi instrumen HAM terhadap model
hukumnya dan berlaku umum (asas Perpolisian yang ideal adalah menyangkut
universalitas). prinsip akuntabilitas, khususnya terhadap
Institusi kepolisian di mana pun suatu pelanggaran HAM yang dilakukan
terbentuk memiliki suatu “paradox of oleh anggota kepolisian.
institutional position” di mana secara ideal Akuntabilitas dalam perspektif HAM
peran dan fungsinya sebagai penjaga dikenal sebagai effective remedy terkait
keamanan atau “human rights protector” di dengan mekanisme koreksi atau
satu sisi membuatnya memiliki suatu pertanggungjawaban baik secara pidana,
privelese untuk memonopoli suatu perdata, atau administratif atas terjadinya
kewenangan atas penggunaan instrument suatu pelanggaran HAM, yang mencakup
dan metode kekerasan, atau dalam konteks pula pemulihan hak bagi para korbannya
penegakan hokum sebagai pihak yang (hak atas reparasi).
pertama kali berhadapan dengan suatu Hal ini dijelaskan dalam Kovenan
pengaduan akan suatu kejahatan. Hak-Hak Sipil dan Politik Pasal 2 (Paragraf
Di lain pihak, penggunaan instrumen 3) tanpa secara eksplisit menjelaskan model
dan metode kekerasan tersebut bisa akuntabilitas tersebut. Suatu model

1
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

mekanisme akuntabilitas eksternal di luar pelayanan kepolisian yang professional,


institusi kepolisian untuk merespon suatu efektif, efisien dan modern. Untuk
pelanggaran HAM dalam konteks ini mewujudkan perubahan tersebut, Polri
penyiksaan ditegaskan dalam Konvensi Anti tidak saja telah melakukan reorientasi
Penyiksaan pada Pasal 12 yang menyatakan paradigmatik melalui penetapan visi, misi
bahwa negara harus membentuk suatu dan tujuan Polri masa depan, namun juga
badan akuntabilitas eksternal yang bersifat secara bertahap (gradual) telah melakukan
independen dan imparsial yang bisa sejumlah inisiatif yang cukup strategis dan
menerima pengaduan dari korban penting, khususnya yang menyangkut
penyiksaan dan memiliki kewenangan aspek-aspek perubahan struktural dan
untuk melakukan investigasi.1 instrumental.
Berbeda dengan situasi di banyak Pada aspek perubahan struktural,
negara, di mana institusi kepolisiannya inisiatif-inisiatif tersebut di antaranya
tidak terkait dengan militer, maka melakukan perubahan nama, pangkat,
kepolisian di Indonesia telah menjadi perbaikan kurikulum pendidikan dan
bagian dan dikontrol oleh militer selama pelatihan kepolisian yang sebelumnya
lebih dari 30 tahun. Kondisi tersebut tidak sangat kental dengan pendekatan
saja telah mengakibatkan sangat rendahnya milteristik, serta mengkaji dan memperbaiki
kinerja kepolisian dalam melayani dan sistem anggaran agar lebih transparan dan
melindungi masyarakat, namun juga secara akuntabel.
dalam sangat mempengaruhi struktur, pola Paradigma Perpolisian masyarakat
piker dan budaya kerja polisi yang sangat sebagai grand strategy untuk memperkuat
militeristik. Kondisi perpolisian pada masa pelaksanaan tugas pokok Polri pada
itu cenderung menampilkan sosok militer kenyataannya belum memberikan dampak
yang memposisikan masyarakat sebagai yang signifikan pada efektivitas pelayanan
pihak musuh atau lawan dan bukan sebagai kepolisian kepada masyarakat dan juga
pihak yang harus dilayaninya. Lebih buruk belum memberikan kontribusi untuk
lagi situasi tersebut telah mengakibatkan memperbaiki transparansi dan
munculnya ketidakpuasan publik atas akuntabilitas institusi kepolisian.
kinerja dan pelayanan kepolisian serta Ketidakfahaman anggota kepolisian
memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap Perpolisian masyarakat juga
terhadap institusi kepolisian yang dianggap dikhawatirkan akan mereduksi tugas pokok
sebagai institusi yang tidak efektif, tidak Polri sebagai pemelihara keamanan dan
efisien, brutal dan korup. ketertiban masyarakat (kamtibmas),
Sebagai konsekuensi penting dari penegak hukum, pelindung dan pengayom
reformasi politik dan hukum, maka masyarakat.2
pemisahan institusi kepolisian dari militer,
yang sejak lama sebelumnya telah II. Kendala dalam Budaya
didesakkan oleh kalangan masyarakat sipil, Perpolisian yang Militeristik
merupakan momentum awal yang penting Sejak pemisahan Polri dari tubuh
untuk mengembalikan jati diri profesi ABRI, juga adanya hubungan dengan
kepolisian sebagai pelayan dan pelindung negara-negara donor yang memberikan
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai- pelatihan kepolisian, maka muncul satu
nilai hak asasi manusia. kesadaran untuk mengobati budaya dan
Setelah pemisahan dengan TNI pada strategi kepolisian. Walhasil, sekarang polisi
tahun 1999, Polri telah berupaya untuk
mereformasi dirinya untuk menjadi institusi 2
Koalisis reformasi polri (ICW, IDSPS,
Imparsial, INFID, KontraS, LBH, Praxis, ProPatria,
1
Concluding Observations of the P2D) Jakarta, kertas posisi reformasi kepolisian
Committee against Torture: Indonesia, UN. Doc. Republik Indonesia menuju Perpolisian yang
CAT/C/IDN/CO/2. 2 Juli 2008, halaman. 10-11. demokratis, halaman 8

2
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

telah menyadari tujuan dan kegiatan ekonomi dan administrasi untuk mengelola
"militer" dan polisi sangatlah berbeda masalah-masalah nasional pada semua
dibanding yang ada pada dekade lalu.3 tingkatan. Disini tekanannya pada
Militer adalah organisasi yang kewenangan, kekuasaan yang sah atau
melindungi negara dengan cara berperang, kekuasaan yang memiliki legitimasi. Selain
penggunaan senjata, dan kekuatan yang itu menurut World Bank, kata governance
mematikan. Pelatihan para anggota militer diartikan sebagai "the way state power is
difokuskan pada hal yang berkaitan dengan used in managing economic and social
peperangan, penggunaan senjata, dan resources for development society", yang oleh
strategi militer untuk melawan musuh Sadu Wasistiono dimaknai sebagai "cara",
dengan kekuatan untuk mematikan. yakni cara bagaimana
"Membunuh musuh" adalah suatu norma Lembaga Administrasi Negara (LAN)
yang dapat diterima dalam peperangan. mengartikan governance adalah proses
Tentu saja, pendekatan militeristik ini penyelenggaraan kekuasaan negara dalam
sangat berbeda dengan prinsip polisi yang melaksanakan penyediaan public Good and
melayani dan mengayomi masyarakat. service." Pinto mengartikan governance
Fokus dari "budaya" dan strategi sebagai praktek penyelenggaraan
mititer bukan pada melayani masyarakat kekuasaan dan kewenangan oleh
dengan cara menciptakan kemitraan, pemerintah dalam pengelolaan urusan
menyelesaikan masalah, menghormati hak pemerintahan secara umum dan
asasi manusia para warga negara, pembangunan ekonomi pada khususnya,5
membatasi penggunaan kekuatan, Istilah Good governance secara
mencegah kejahatan, dan menjamin hidup etimologi diterjemahkan menjadi
yangIebih baik bagi anggota masyarakat. pengelolaan yang baik atau
Hal-hal tersebuta adalah serangkaian penyelenggaraan yang baik,6 tata
strategi penting dari Polki dan Polwan yang pemerintahan yang baik dan berwibawa.7
melayani dan melindungi masyarakat dari Bahkan ada pendapat yang mengatakan
warga masyarakat. Serangkaian strategi istilah Good governance lebih tepat diganti
yang tepat dan cocok dalam "Model dengan istilah ethical.8 Di dalam
Polmas". mendefinsiikan Good governance sangat
variatif dan tidak ada keseragaman, bahkan
1. Lahirnya Prinsip Good
Governance
5
Di dalam literatur governance Pinto dalam Nisjar S. Karhi, Beberapa
didefinisikan secara variatif oleh beberapa Catatan Tentang "Good Governance", Jurnal
Administrasi dan Pembangunan, Vol. 1 No. 2,
penulis dan beberapa lembaga nasional
1997, halaman. 119 dalam Joko Widodo, Good
maupun dunia. Seperti halnya dikemukakan Governance Insan Cendekia, Surabaya, 2001,
oleh United Nations Development halaman.18.
Programme (UNDP) yang mengartikan 6
Moh. Mahfud MD, Ketika Gudang
governance, adalah "the exercise of Kehabisan Teori Ekonomi" dalam
political,economic, and administrative PemerintahanYang Bersih, Ull Press, Yogyakarta,
authority to manage a nation's affairs at 2000, halaman. vii.
7
alllevels."4 Dengan demikian kata Bank Dunia dalam Miftah Toha,
"Transparansi dan Pertanggungjawaban
"governance" berarti "penggunaan" atau"
PublikTerhadap Tindakan Pemerintah", Makalah
pelaksanaan", yakni penggunaan politik, Seminar Hukum Nasional ke-7,Jakarta, 1999,
halaman. 2.
3 8
Ibid, hlm 12 trans H. Winarta, 'Governance and
4
UNDP dalam Sadu Wasistiono, Kapita Corruption", Makalah Conference on
Selekta Penyelenggaraan PemerintahanDaerah, GoodGovernance in East Asia Realities, Problem,
Fokusmedia, Cetakan Ketiga, Bandung, 2003, and Challenges, diselenggarakanoleh CSIS, Jakarta,
halaman. 30. Nopember 7, 1999, halaman. 3.

3
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

Bank Dunia sendiri tidak memberikan perkataan "moral" sebagai keseluruhan


definisi yang baku akan tetapi hanya kaidah dan nilai. Etika adalah teori tentang
memberikan ciri-ciri tentang good moral, sehingga perkataan moral disamakan
governance, dimana tata pemerintahan yang dengan etika. JJ.H. Bruggink mengartikan
baik harus predictable, terbuka dan dalam "moral" sebagai keseluruhan kaidah dan
proses pengambilan kebijaksanaan bebas nilai berkenaan dengan ihwal "baik" atau
dari kecurigaan dan dapat dipertanggung perbuatan baik manusia, perbuatan
jawabkan. Sehingga pemerintahan harus dimaksud mencakup merasa, berfikir atau
dijalankan dengan akuntabilitas, berbicara yang apabita perbuatannya itu
transparansi, terbuka, menerima perbedaan memenuhi kaidah atau nilai tersebut berarti
dan kontrol masyarakat, dan rule of law baik, dan apabila tidak memenuhi kaidah
harus ditegakkan secara eksklusif. atau nilai (sebaliknya) berarti perbuatan
Dilihat dari segi kepentingan, Good seseorang atau pribadi dari orang itu dinilai
governance dapat dimaknai sebagai cita-cita sebagai jahat atau jelek. Kaidah dan nilai-
(ide) dan sebagai suatu keadaan atau nilai adalah suatu sistem konseptual yang
kondisi. Sebagai cita-cita (ide), karena mewujudkan bagian dari kehidupan rohani
merupakan suatu keinginan agar manusia.10
penyelenggaraan pemerintahan Pendapat lain dikemukakan oleh Robert C.
diselenggarakan dengan bersih (clean Salomon yang mengartikan "etika" adalah
governance), dalam arti terbebas dari merupakan bagian dari filsafat yang
penyimpangan-penyimpangan yang dapat meliputi hidup baik, menjadi orang yang
merugikan negara atau masyarakat. baik, berbuat baik, dan menginginkan hal-
Konsep pemerintahan yang baik (good hal yang baik dalam hidup.11 Sehingga etika
governance) tersebut terwujud, jika dan moral adalah merupakan kaidah atau
pemerintahan diselenggarakan dengan norma, dimana norma moralitas adalah
transparan, responsif, partisipatif, taat pada aturan, standar, atau ukuran yang dapat kita
ketentuan hukum (rule of law), berorientasi gunakan untuk mengukur kebaikan atau
pada konsensus, adanya kebersamaan, keburukan suatu perbuatan.12
akuntabilitas dan memiliki visi yang Berkaitan dengan Good governance
strategis. Sedangkan dikatakan sebagai Anggito Abimanyu pernah mengemukakan
suatu keadaanatau kondisi, bila sebagaimana disisir oleh Mahfud MD, bahwa
dimungkinkan pemerintahan telah Good governance "is participatory,
dijalankan sesuai asas dan konsep good transparent and accountable, effective
governance, sehingga keadaan pemerintah andequitable. And it promotes the rule of
telah tertata, teratur, tertib, bersih, tanpa law" dan "Good governance willnever
cacat, baik dan cukup berwibawa. Akan credible as long as governance conditionality
tetapi secara filosofis good governance, is imposed on acountry without consulting
dimaknai sebagai tindakan atau tingkah civil society". Pendapat lain menurut
laku yang didasarkan pada nilai-nilai, dan MiftahThoha, Good governance disimpulkan
bersifat mengarahkan, mengendalikan atau sebagai tata pemerintahan yang terbuka,
mempengaruhi masyarakat/publik untuk bersih, berwibawa, transparan dan
mewujudkan nilai-nilai itu di dalam
tindakan dan kehidupan keseharian.9 10
JJ.H. Bruggink diterjemahkan oleh Arief
Nilai-nilai baik atau tidak baik
Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, Citra
dimaksud masuk pada tataran etika atau AdiyaBhakti, Bandung, 1991, halaman. 223-224.
moral. Menurut teori tentang moral, 11
Robert C. Salomon dan Ando Karo-
Karo, Etika Suatu Pengantar, Erlangga,
9
BiIlah dalam Pendahuluan Kumpulan Jakarta,1987, h. 1987, halaman. 2.
12
Makalah Workshop and Seminar on Good W. Poespoprodjo, Filsafat Moral
Governance", kerjasama Utrecht University dan Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek, Pustaka
Airlangga University, Surabaya,4-6 October 2001. Grafika,Bandung, 1998, halaman. 134.

4
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

bertanggungjawab. Dan menurut pendapat menjadi buruk, apabita tujuan yang sempit
Bank Dunia dalam laporannya mengenai hanya khusus untuk kepentingan
"GoodGovernance and Development' tahun pemerintah, proses pengambilan keputusan
1992 yang dikutip oleh Bintan R.Saragih, ditentukan sendiri oleh pemerintah dan
mengartikan Good governance sebagai disalahgunakan, penyelenggaraan
"petayanan publik yang efisien, sistem pemerintahan terpecah-pecah atau tidak
pengadilan yang dapat diandalkan, jalan.
pemerintahan yang bertanggung jawab Suatu pemerintahan yang baik (good
(accountable) pada publiknya. governance) akan lahir darisuatu
Pemerintah (governance) pada pemerintahan yang bersih (clean
dasarnya bisa baik atau bisa buruk, governance), pemerintahan yang baik (good
pemerintahan dikatakan baik (good governance) hanya dapat terwujud,
governance) manakala tujuan bersama manakala diselenggarakan oleh pemerintah
dijalankan dengan baik, memperhatikan yang baik, dan pemerintah akan baik
proses pembuatan keputusan, menjalankan apabila dilandaskan pada prinsip
fungsi peraturan, kekuasaan dijalankan transparansi dan akuntabilitas.13
sebagaimana mestinya, dan lembaga yang Dengan demikian dapat ditarik suatu
teratur. Dikatakan buruk apabila tujuan pemahaman, bahwa pada dasamya Good
sedikit dijalankan, kurang memperhatikan governance adalah merupakan
proses pembuatan keputusan, tidak penyelenggaraan pemerintahan yang
berfungsinya peraturan dan kekuasaan bersih, teratur, tertib, tanpa cacat dan
dijalankan secara sewenang-wenang. Hal berwibawa, oleh karena itu tindak tanjut
yang sama dikatakan olehCarolina G. untuk mewujudkan pemerintahan yang baik
Hernandez, bahwa : (good governance) dan bersih (clean
"In general, governance can be good governance) dengan mengaktualisasikan
or bad: good when collectiongoals secara efektif Asas-asas Umum
are served well, the processes of Pemerintahan yang Baik (penulis: afgemene
decision making areobserved, begin selen van behoortijk bestuur), yang
governors perform their functions digunakan sebagai hukum tidak tertulis
and exercise theirpower properly, and dengan melalui pelaksanaan hukum dan
the organization is sustained. It is bad penerapan hukum serta pembentukan
whenonly the goal of a few, especially hukum.
the governors are served,prescribed 2. Ciri-Ciri dan Karakteristik Good
processes are breached, power and governance
entitlements areabused, and when Permasalahan pemerintahan ini
the organization's survival is menjadi suatu perdebatan, karena adanya
threatened r theorganization dinamika yang menuntut perubahan-
fragment or dies". perubahan, baik pada sisipemerintah
Disini dapat dipahami, bahwa baik maupun warga masyarakat. Perubahan
dan tidaknya suatu pemerintahan sangat diharapkan, agar pemerintah dan peran
ditentukan oleh tujuan dan proses elite politik menjadi lebih demokratis,
pembuatan keputusan dalam efisien dalam penggunaan sumber daya
penyelenggaraan pemerintahan. Akan publik, efektif dalam menjalankan fungsi
menjadi baik apabila tujuan bersama pelayanan publik, lebih tanggap serta
dijalankan dengan baik, proses pengambilan
keputusan yang berorientasi pada tujuan 13
Soewoto Mulyosudarmo, Tinjauan
bersama, pemerintah dalam Yuridis Terhadap Kekuasaan Pemerintah
menyelenggarakan fungsi dan menjalankan Daerahdan Dewan Perwakilan Rakyat, makalah
kewenangan dengan sebaik-baiknya secara disampaikan dalam Forum Workshoptentang
terus-menerus (berkelanjutan). Dan akan Revitalisasi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten Madiun, 18-19 April 2000.

5
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

mampu menyusun kebijakan, program dan governance) sebagaimana dikutip oleh


hukum yang dapat menjamin hak asasi dan Lembaga Administrasi Negara (LAN), yang
keadilan sosial. Di sisi lain warga atau meliputi:
masyarakat diharapkan memiliki kesadaran 1. Partisipasi (participation)
akan hak dan kewajibannya, lebih 2. Penegakan Hukum (Rule of Law)
terinformasi, memiliki solidaritas terhadap 3. Transparansi (Transparancy)
sesama, bersedia berpartisipasi aktif dalam 4. Daya tanggap (Responsiveness)
penyelenggaraan urusan publik, memiliki 5. Consensus orientation
kemampuan untuk berurusan dengan 6. Keadilan (Equity)
pemerintah dan institusi publik lainnya, 7. Effectiveness and efficiency
tidak apatis, serta tidak mementingkan diri 8. Akuntabilitas (Accountability)
sendiri. 9. Visi strategis (Strategic vision)
Di dalam penyelenggaraan pemerintahan Pemberian makna yang sama antara
sebagaimana dikemukakan United Nation principles of good governance dan principles
Development Programme (UNDP) pada of good administration merupakan suatu
dasarnya berorientasi paa tiga elemen pemikiran dan inovasi baru dalam hukum
utama, yakni pemerintah atau negara administrasi, walaupun Kuntjoro
(state), sektor swasta (private sector), dan Purbopranoto pernah menulis Dasar-
masyarakat (society) dan ditambahkan Dasar/Azas-azas Umum Untuk
adanya interaksi antar ketiga elemen, yang Pemerintahan Yang Baik, dalam kurung
oleh Sadu Wasistiono ditambah dua elemen (The general Principles of Good
lagi sehingga menjadi lima pilar, yakni Administration), 16

pemerintah, kalangan swasta, masyarakat, A.M. Donner dan Wiarda juga


lembaga legislatif dan kalangan perguruan merumuskan tentang Asas-asas umum
tinggi.14 pemerintahan yang baik (AAUPB) menjadi 5
Ketiga elemen utama yang rumusan, yakni :17
dikemukakan UNDP tersebut masing- 1. Asas kejujuran (fair play),
masing memiliki fungsi yang tidak dapat 2. Asas kecermatan (zorgvuldigheid),
dipisahkan satu sama lain dan mempunyai 3. Asas kemurnian dalam tujuan
hubungan yang sinergi tertuju pada (zuiverheid van oogmerk),
penyelenggaraan pemerintahan. Fungsi dari 4. Asas keseimbangan
masing-masing elemen tersebut, antara lain (evenwichtigheid),
: negara berfungsi menciptakan lingkungan 5. Asas kepastian hukum (rechts
politik dan hukum yang kondusif;' sektor zekerheid).
swasta (private sector) berfungsi III. Perpolisian Komuniti
menciptakan lapangan kerja dan (Community Policing) dalam
meningkatkan pendapatan; dan masyarakat Menciptakan Keamanan Dan
ikut berperan positif dalam interaksi Ketertiban
sosialnya, baik dibidang sosial, ekonomi Perpolisian adalah pengindonesian
maupun politik.15 dari Policing. Konsep perpolisian pada
Lebih lanjut UNDP merumuskan
karakteristik pemerintahan yang baik (good
16
Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa
Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan
14
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Administrasi Negara, Alumni, Bandung, 1981,
Managemen Pemerintahan Daerah, halaman. 28.
17
FokusmediaCetakan Kempat, Bandung, 2003, A.M. Donner dan Wiarda dalam Jazim
halaman. 71. Hamidi, Penerapan Asas-asas Umum
15
Sedarmayanti, Good Governance Penyelenggaraan Pemerintahan yang Layak
(Kepemerintahan Yang Balk) Dalam (AAUPPL) di Lingkungan Peradilan Administrasi,
RangkaOtonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, halaman. 31-
2003, halaman. 5. 32.

6
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

dasarnya adalah gaya atau model yang konstitusional, kemajemukan ekonomi,


melatarbelakangi sebagian atau sejumlah politik, nilai-nilai toleransi, paragmatisme
aktivitas kepolisian dan lebih dari sekedar kerjasama dan mufakat20.
teknik atau taktik kepolisian, dilakukan Dalam masyarakat modern tugas
tatkala menginterogasi tersangka, polisi adalah menjaga agar jalannya
mengawal tamu penting, mengatur lalu produksi yang mensejahterakan masyarakat
lintar atau saat memberikan penyuluhan.18 tersebut jangan sampai terganggu atau
Menurut Reksodiputro (1996) Perpolisian hancur karena tindak kejahatan dan
adalah suatu initiasi dari pencegahan dan kerusuhan tercakup dalam pengertian
pengendalian terhadap kejahatan serta menjaga jalannya produktivitas dan tujuan
peradilan pidana dari hampir keseluruhan utama dalam upaya menjamin keberadaan
konteks sosiokultural. manusia dan masyarakat yang beradab.21
Pada tatanan demokrasi ada tiga Keberadaan dan fungsi polisi dalam
unsur yang mendasar sakral, yaitu : masyarakat adalah sesuai dengan tuntutan
individu, masyarakat atau komuniti dan kebutuhan dalam masyarakat yang
negara, ketiga-tiganya selalu berada dalam bersangkutan untukadanya pelayanan
konflik kepentingan atau selalu dalam polisi.22 Fungsi polisi adalah untuk menjaga
proses persaingan untuk saling agar keamanan dan ketertiban dalam
mengalahkan, tetapi salah satu dari masyarakat yang diharapkan sesuai dengan
ketiganya tidak dapat dikalahkan secara tujuan yang ingin dicapai, dan menjaga agar
absolut, karena ketiga-tiganya harus dalam individu, masyarakat, dan negara yang
keadaan seimbang untuk dapat tercapainya merupakan unsur-unsur utama dalam
kesejahteraan dan kemajuan proses tidak dirugikan. Sosok Polisi yang
masyarakatnya.19 Masyarakat madani atau ideal di seluruh dunia adalah polisi yang
masyarakat sipil Adalah sebuah masyarakat cocok dengan masyarakatnya.23
dengan seperangkat pranata-pranata non Untuk mewujudkan rasa aman itu
pemerintah yang cukup kuat untuk menjadi mustahil dapat dilakukan oleh polisi saja,
penyeimbang dari kekuasaan negara dan mustahil dapat dilakukan dengan cara-cara
pada saat yang sama, mendorong bertindak polisi yang konvensional, yang
dilibatkan oleh birokrasi yang remit,
pemerintah menjalankan peranannya mustahil terwujud melalui perintah-
sebagai penjaga perdamaian dan penengah perintah yang terpusat tanpa
diantara berbagai kepentingan utama dalam memperhatikan kondisi setempat yang
masyarakat serta mempunyai kemampuan sangat berbeda dari tempat yang satu
untuk menghalangi atau mencegah negara dengan tempat yang lain.24
untuk mendominasi dan mengecilkan peran
masyarakat. 20
Gelder, 1995,dalam Suparlan Suparlan
Masyarakat sipil/madani yang Parsudi (ED), 1996, Manusia Kebudayaan
modern dibangun berlandaskan demokrasi danLingkungannya, Jakarta, Rajawali Press.
yang mencakup prinsip-prinsip kedaulatan Halaman 32
rakyat, pemerintah berdasarkan 21
Suparlan, 1999a, makalah sarasehan
persetujuan yang diperintah, kekuasaan 'Etika Publik Polisi Indonesia", tanpa penerbit.
mayoritas, hak-hak minoritas, jaminan hak
22
Suoarlan , 1999b , Polisi Indonesia
asasi manusia, proses hukum yang wajar, Dalam Rangka Otonomi Daerah, Makalah
SeminarHukum Nasional VII, Departemen
pembatasan kekuasaan pemerintah, secara
Kehakiman, halaman 2
23
Rahardjo Satjipto, 1998, Mengkaji
18
Meliala Adrianus, Kumpulan Tulisan Kembali Peran dan Fungsi Pohl dalam
Menjelang dan Sesudah PoId Keluar dad Masyarakatdi Era Reformasi, makalah Seminar
ABRI,Universitas Indonesia. 1999, halaman 50 Nasional tentang Polisi dan Masyarakatdalam Era
19
Suparlan, 1999a, makalah sarasehan Reformasi, halaman 4
24
"Etika Publik Polisi Indonesia", tanpa Kunarto, 1995, Polisi Harapan dan
penerbit.,halaman 23 Kenyataan, Klaten, CV. Sahabat, halaman xi

7
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

Perpolisian modern adalah antitesa menghisap habis semua inisiatif dan bakat
dan perpolisian konvensional, yang masyarakat.
mempraktekkan gaya perpolisian ini sadar Sudut pandang positif, gagasan yang
sepenuhnya akan keterbatasannya dalam memiliki banyak dukungan independen dari
berbagai hal guna mencapai tujuan-tujuan swaorganisasi dalam masyarakat, yang
kepolisian pada umumnya. Untuk itu yang dengannya orang-orang bisa bekerja secara
dilakukan adalah penuntasan masalah bersama-sama untuk memecahkan
(problem solving policing), kegiatan yang masalah-masalah mereka sendiri, yang bisa
sepenuhnya berorientasi pada pelayanan bertindak sarana perlindungan rakyat dan
atau jasa-jasa publik (public service penguasaan pemerintah.26
policing), perpolisian dengan mengandalkan Dahl menyatakan bahwa untuk
pada sumber daya setempat (resourcebased menjamin agar pemerintah berperilaku
policing) dan dilakukan bersam-sama demokratis, harus ada kesempatan yang
dengan masyarakat (community policing).25 diberikan kepada rakyat untuk :
Reformasi Polri dapat dilakukan 1. merumuskan preferensi atau
melalui perubahan baik secara struktural, kepentingannya sendiri;
instrumental dan kultural salah satu 2. memberitahukan perihal preferensinya
sasarannya adalah bentuk kepolisian itu kepada sesama warga negara dan
nasional yang pelaksanaan operasionalnya kepada pemerintah melalui tindakan
di fokuskan pada tingkat Polres sebagai individual maupun kolektif; dan
komando operasional dasar (KOD) atau 3. mengusahakan agar kepentingannya itu
basic police unit atau kepolisian pada dipertimbangkan secara setara dalam
Kotamadya maupun Kabupaten. Kepolisian proses pembuatan keputusan
yang berorientsi pada masyarakat perlu pemerintah, artinya tidak di
adanya : "An equal commitment to diskriminasikan berdasar isi atau asal-
community-oriented government — usulnya.27
Community-oriented government adapts the Community policing (perpolisian
principles of community policing to the komuniti) adalah gaya perpolisian yang
delivery of municipal service to mendekatkan polisi kepada masyarakat
neighborhoods". yang dilayaninya. Community policing
diartikan juga sebagai filosofi perpolisian
IV. Masyarakat Sipil (Civil Society) dan program strategi, Robert Blair (1992) :
dan Demokrasi Di Indonesia as a Philoshopy of policing, it embodies
Masyarakat sipil merupakan salah anumber of principles or ideas thatguide the
satu istilah yang digunakan di Indonesia structure of policing towardgoal attainment
dalam padanan bahasa Indonesia dari kata (Kratcosky and Duane Dukes, 1991995, 86).
Civil society. Padanan Iainnya yang sering Dapat didefinisikan sebagai cara/gaya
digunakan adalah masyarakat warga, perpolisian di mana polisi bekerja
masyarakat madani, masyarakat berbudaya samadengan masyarakat setempat (tempat
atau masyarakat beradab. Konsep ia bertugas) untuk mengidentifikasi,
masyarakat sipil bisa dipandang dari dua menyelesaikan masalah-masalah sosial
aspek yang berbeda: sudut pandang negatif, dalam masyarakat dan polisi sebagai
gagasan bahwa jangkauan negara harus katalisator yang mendukung masyarakat
dibatasi, sehingga negara dicegah agar tidak untuk membangun/menjaga keamanan di
mengendalikan semua kegiatan masyarakat,
mersuki semua lingkup kehidupan, atau 26
Bayley David H, 1994, Police for the
Future (diterjemahkan dan disadur oleh
Kunarto),Jakarta, Cipta Manunggal, halaman 158
25 27
Meliala Adrianus, 1999, Kumpulan Dalam makalah Kacung Marijan,
Tulisan Menjelang dan Sesudah Polri Keluar "Wajah Demokrasi Kita", Republika, 23 Januari
dadABRI, Universitas Indonesia. 1999).

8
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

lingkungannya Perpolisian ini tidak (Good Police) akan mendukung terwujudnya


dilakukan untuk melawan kejahatan, tetapi pemerintahan yang baik (Good Governance).
mencari dan melenyapkan sumber
kejahatan ... sukses dari community policing VI. Penutup
bukan dalam menekan angka kejahatan Terhadap hal di atas, maka dapat
tetapi ukurannya adalah manakala ditarik kesimpulan sebagai berikut :
kejahatan tidak terjadi.28 1. UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik
V. Keterkaitan Polri dengan Good Indonesia telah merubah paradigma
Governance Kepolisian Indonesia yang lebih
Hal yang mendasar keterkaitan modern. Fungsi dan kewenangan
Kepolisian RI dengan Good Governance , Polri dalam UU Nomor 2 Tahun
pertama, melekatnya fungsi kepolisian 2002 menjadikan Polri memiliki
sebagai alat negarayang menjaga keamanan tugas mulai dari proses pre-emptif,
dan ketertiban masyarakat bertugas preventif sampai represif.
melindungi, mengayomi, melayani Peraturan Kepolisian Nomor 7
masyarakat serta menegakkan hukum, dan tahun 2008 tentang Pedoman Dasar
kedua sebagai salah satu fungsi Strategi dan Implementasi
pemerintahan negara di bidang Pemolisian Masyarakat Dalam
pemeliharaan keamanan dan ketertiban Penyelenggaraan Tugas POLRI
masyarakat, penegakan hukum, Keseluruhan fungsi di atas,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan merupakan fungsi polisi yang
kepada masyarakat yang diperoleh secara bersifat universal. Namun dalam
atributif melalui ketentuan undang undang konteks Indonesia, Polri lebih
yang dirumuskan dalam pasal 30 ayat 4 menekankan pada fungsi preventif
UUD 1945 da pasal 2 UU No 2 Tahun 2002 daripada represif.
Tentang POLRI. 2. Implementasi Kepolisian
Berkaitan dengan hal tersebut, Masyarakat menghadapi beberapa
Kepolisian RI berpegang pada Misi dan Visi kendala antara lain :
pemerintah sebagaimana diuraikan dalam a. Pendekatan militeristik
Bab III UU No 25 tahun 2000. Didalam masih mewarnai
tentang program Pembangunan Nasional, penanganan masalah dalam
yang secara khusus memberikan penegasan masyarakat walaupun
adanya upaya mewujudkan Good tindakan tindakan dialogis
Governance yang salah satu pointnya adalah sudah dilakukan, hal ini
mewujudkan supremasihukum dan karena masih kurangnya
pemerintahan yang baik. Oleh karena itu pemahaman paradigma Polri
tugas dan wewenang yang diberikan kepada yang modern.
POLRI seluruhnya harus diselenggarakan b. Kemitraan Polisi dan
dengan baik, artinya memelihara keamanan Masyarakat masih
dan ketertiban masyarakat, penegakan terkendala pemahaman
hukum, perlindungan, pengayoman dan masyarakat akan tugas
pelayanan kepada masyarakat dengan baik bersama dalam menjaga
sebagai penegak hukum yang baik. Sehingga keamanan dan ketertiban
diawali dengan konsep kepolisian yang baik dalam suatu daerah,
walaupun telah dibentuk
forum-forum kemitraan .
28
Rahardjo, 2001, Tentang Community c. Fasilitas yang masih minim
Policing di Indonesia. Makalah Seminar seperti kendaraan patroli,
"Polisiantara Harapan dan Kenyataan", Hotel pos-pos polisi serta sara dan
Borobudur, Jakarta.

9
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

prasarana penunjang sebagai ujung tombak operasional.


Iainnya. Kemudian wilayah hukum kesatuan
3. Penerapan Prinsip Prinsip Tata kewilayahan Polri disusun
Pemerintahan yang Baik Dalam menyesuaikan pembagian wilayah
Perpolisian Modem di Indonesia pemerintahan daerah dan sistem
dilakukan dengan Reformasi peradilan pidana serta
struktural yakni perubahan perkembangannya.
kelembagaan, organisasi dan
kedudukan Polri. Berdasarkan Berdasarkan hal di atas, maka perlu
panduan dari UU No. 2/2002 disarankan beberapa hal sebagai berikut :
tentang Kepolisian Negara Republik 1. Organisasi Polri sebaiknya hemat
Indonesia Sebagai penegak hukum, struktur tapi kaya fungsi. Untuk itu
pelindung, pengayom, dan pelayan harus disusun tanpa birokrasi yang
masyarakat, organisasi Polri tidak panjang agar dapat menjamin
lagi diarahkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih
keberhasilan di bidang pertahanan. tepat dan cepat sehingga
Tumpang tindih fungsi sebagaimana masyarakat merasakan dan puas
terjadi dimasa lalu, antara fungsi akan pelayanan Polri. Untuk
pertahanan dan keamanan, sudah mendukung peningkatan pelayanan
dinetralisir. Akibatnya, serta kerjasama, struktur organisasi
pengembangan organisasi Polri Polri harus bersifat jaringan, dan
telah disesuaikan dengan misi di tidak selalu piramidal.
atas. Sesuai dengan aturan 2. Perlunya perbaikan terhadap
perundangan yang ada, keberadaan personil Polri baik secara kualitas
Polri sekarang jauh lebih otonom maupun secara kuantitas.
dan independen di dalam Pembenahan sarana dan prasarana
melaksanakan tugasnya. termasuk insentif yang memadai
Keberadaannya di bawah Presiden, sehingga Polri dapat maksimal
telah memungkinkannya demikian. dalam menjalan implementasi
Polri harus berjalan berdasarkan Kepolisian masyarakat.
aturan perundangan yang ada. Bagi 3. Tata Pemerintahan yang baik dalam
Polri sendiri, posisi yang demikian Kepolisian RI perlu di
akan memungkinkannya implementasikan sampai ke tingkat
menjalankan visi dan misinya secara Polsek sehingga masyarakat dapat
lebih optimal dibandingkan merasakan dampak perubahan
dimasukkannya Polri di bawah satu paradigma POLRI.
departmen. Sebagai alat negara yang
harus melayani dan melindungi DAFTAR PUSTAKA
masyarakat, di satu pihak, dan Bayley David H, 1994, Police for the Future
menegakkan hukumdi pihak lain, (diterjemahkan dan disadur oleh
organisasi Polri mengakomodasi Kunarto), Jakarta, Cipta Manunggal.
sistem yang terintegrasi (integrated Gunanti, B., Suhaidi, (2012), Peran
system), yakni sebagai Kepolisian Kepolisian Daerah Sumatera Utara
Nasional. Sementara dalam Penanggulangan Tindak
pengendaliannya dilakukan secara Pidana Kehutanan di Wilayah
bottom up melalui pendelegasian Kabupaten Madina, Mercatoria, 5
wewenang dan tanggung yang lebih (1): 104-115
luas kepada kesatuan kewilayahan, Meliala, A., 1999, Kumpulan Tulisan
terutama Polresta sebagai Kesatuan Menjelang dan Sesudah Polri Keluar
Organisasi Dasar (KOD) dan Polsek dari ABRI, Universitas Indonesia.

10
Mercatoria Vol. 5 No. 1 Tahun 2012

Impunity, UN
MD, Moh. Mahfud, 2000, Ketika Gudang Doc.E/CN.4/2005/102/Add.
Kehabisan Teori Ekonomi" dalam Anneke, O., Understanding Policing: a
PemerintahanYang Bersih, Ull Press, resource for human rights activists,
Yogyakarta. Amnesty International Nederland,
Sedarmayanti, Good Governance Amsterdam, 2006.
(Kepemerintahan Yang Balk) Dalam Satjipto, R., Tentang Community Policing Di
RangkaOtonomi Daerah, Mandar Indonesia, makalah seminar "Polisi
Maju, Bandung, 2003 antara harapan dan Kenyataan",
____________, 1999a, makalah sarasehan diselenggarakan oleh Sespati Polri,
"Etika Publik Polisi Indonesia", Jakarta, 2 Pebruari 2001.
tanpa penerbit. Stromseth, David W., & Rosa, B., Can Might
____________, 1999b, Polisi Indonesia Dalam Make Rights?, Building the Rule of
Rangka Otonomi Daerah, Makalah Law After Military Interventions,
Seminar Hukum Nasional VII, Cambridge University Press,
Departemen Kehakiman. Cambridge, 2007.
Mulyosudarmo, S., Tinjauan Yuridis Zulham, dan Taufik S., (2010), Peran
Terhadap Kekuasaan Pemerintah Kepolisian Dalam Penerapan
Daerahdan Dewan Perwakilan Hukum Terhadap Kejahatan
Rakyat, makalah disampaikan dalam Psikotropika (Studi Pada Polresta
Forum Workshoptentang Pematang Siantar), Mercatoria, 3
Revitalisasi Anggota Dewan (1): 58 – 70
Perwakilan Rakyat Kabupaten
Yudianto, E., Marlina, dan Arif, (2010),
Madiun, 18-19 April 2000
Peran Kepolisian Republik
Purbopranoto, K., Beberapa Catatan Hukum
Tata Pemerintahan dan Peradilan Indonesia dalam Sosialisasi
Administrasi dengan Alumni, Undang-Undang Nomor 22 Tahun
Bandung, 1981. 2009 tentang Lalu Lintas dan
Concluding Observations of the Committee Angkutan Jalan (Studi pada Markas
against Torture: Indonesia,UN. Doc. Kepolisian Daerah Sumatera
CAT/C/ ION/CO/2, 2 Juli 2008. Utara), Mercatoria, 3 (1): 20 – 33
Koalisi Refomiasi Polri (ICJR, ICW, IDSPS, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Imparsial, INFID, KontraS, LBH Tahun 1945.
Jakarta, Praxis, ProPatria, P2D) Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang
Kertas Posisi Reformasi Kepolisian Kepolisian.
Republik Indonesia Menuju Surat Keputusan Kapolri No 737/X/2005
Pemolisian yang Demokratis. Tentang Pengertian umum dan
Orentlicher Diane, Set of Principles for The dasar Hukum Pembentukan Polm
Protection and Promotion ofHuman
Rights through Action to Combat

11

Anda mungkin juga menyukai