Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

ANALISIS KOORDINASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA


KETENAGAKERJAAN YANG MELANGGAR TENTANG UPAH MINIMUM PROVINSI DI
PT. PRATAMA PRIMA SANTOSA LAMPUNG
(Studi Putusan Nomor 725/Pid.Sus/2019/PN.Tjk)

Oleh : Veri Efriyadi

Penyelesaian atau penegakan hukum dalam bidang ketenagakerjaan sangat berpangku kepada Dinas
Ketenagakerjaan (PPNS) dan Kepolisian Republik Indonesia, sehingga koordinasi antara PPNS dengan
Penyidik Polri sangat dibutuhkan pada proses penyidikan terhadap tindak pidana ketenagakerjaan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana koordinasi penyidikan tindak pidana
ketenagakerjaan yang melanggar tentang Upah Minimum Provinsi di PT. Pratama Prima Santosa
Lampung?, dan Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam penyidikan tindak pidana
ketenagakerjaan yang melanggar tentang Upah Minimum Provinsi di PT. Pratama Prima Santosa
Lampung? Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan
yuridis normatif dan pendekatan empiris dengan menggunakan data sekunder dan data primer,
selanjutnya dilakukan analisis data secara yuridis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa
koordinasi penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan yang melanggar tentang Upah Minimum Provinsi
di PT. Pratama Prima Santosa Lampung dilaksanakan melalui kegiatan surat pemberitahuan dimulainya
penyidikan dari PPNS kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri, Pemberian bantuan penyidikan
berupa bantuan taktis, bantuan teknis, bantuan upaya paksa dan bantuan konsultasi Penyidikan,
menerima berkas perkara dari PPNS dan meneruskan kepada Penuntut Umum, penghentian penyidikan
oleh PPNS, Tukar menukar informasi, dan Rapat secara berkala dan faktor penghambat dalam
penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan yang melanggar tentang Upah Minimum Provinsi di PT.
Pratama Prima Santosa Lampung antara lain faktor substansi hukum, faktor aparat penegak hukum,
faktor sarana dan prasarana, faktor masyarakat dan faktor budaya. Saran yang dapat disampaikan dalam
penelitian yaitu Penyidik Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil hendaknya lebih meningkatkan
koordinasi fungsionalnya baik dari proses pemberitahuan dimulainya penyidikan sampai dengan
kegiatan pengawasan, sehingga tindak pidana di bidang ketenagakerjaan akan dapat diselesaikan secara
lebih maksimal.

Kata Kunci: Koordinasi; Penyidikan; Tindak Pidana; Ketenagakerjaan; Upah Minimum Provinsi.

I. PENDAHULUAN merupakan tiga unsur utama dalam tatanan


demokrasi tidak dirugikan.
A. Latar Belakang Masalah
Kepolisian di negara modern yang demokratis
Tugas kepolisian dalam masyarakat modern mempunyai fungsi pelayanan keamanan kepada
adalah menjaga agar jalannya produksi yang individu, komunitas (masyarakat setempat), dan
mensejahterakan masyarakat itu jangan negara. Pelayanan keamanan ini bertujuan untuk
sampai terganggu atau hancur karena tindak menjaga, mengurangi rasa ketakutan dari
kejahatan dan kerusuhan tercakup dalam ancaman dan gangguan serta menjamin
pengertian menjaga jalannya produktivitas keamanan di lingkungannya secara
dan tujuan utama dalam upaya menjamin berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas
keberadaan manusia dan masyarakatnya yang hidup dan produktivitas masyarakat yang
beradab. Fungsi polisi adalah untuk menjaga dilayaninya. Dalam memberikan pelayanan,
agar keamanan dan ketertiban dalam Polisi mempunyai kewenangan untuk
masyarakat yang diharapkan sesuai dengan menegakkan hukum dan keadilan serta
tujuan yang ingin dicapai, dan menjaga agar memerangi kejahatan yang mengganggu dan
individu, masyarakat, dan negara yang merugikan warga masyarakat dan negara.

1
Menurut Parsudi Suparlan fungsi Polisi dalam dimensi yuridis adalah fungsi kepolisian
adalah menegakkan hukum dan bersamaan yang mempunyai implikasi pro justitia yang
dengan itu menegakkan keadilan sesuai terdiri atas fungsi kepolisian umum yang
dengan hukum yang berlaku, yaitu diemban oleh Polri dan fungsi kepolisian khusus
menegakkan keadilan dalam konflik yang diemban oleh instansi dan atau badan
kepentingan yang dihasilkan dari hubungan pemerintah yang oleh atau atas kuasa undang-
antara individu, masyarakat dan negara (yang undang diberi wewenang untuk melaksanakan
diwakili oleh pemerintah), dan antar individu fungsi kepolisian khusus di bidang teknisnya
serta antar masyarakat; memerangi kejahatan masing-masing.
yang mengganggu dan merugikan Pengemban fungsi kepolisian khusus di atas yang
masyarakat, warga masyarakat, dan negara; diberikan wewenang untuk melakukan tindakan
dan mengayomi warga masyarakat, represif yustisial yaitu Penyidik Pegawai Negeri
masyarakat, dan negara dari ancaman dan Sipil (selanjutnya disingkat PPNS), misalnya
tindak kejahatan yang mengganggu dan PPNS yang bertugas di lingkungan Ditjen Pajak,
merugikan. Ditjen Bea Cukai, Badan Pengawas Obat dan
Makanan, Ditjen Imigrasi, Dinas
Rumusan fungsi kepolisian di Indonesia Ketenagakerjaan, Dinas Kehutanan, Dinas
tercantum dalam Pasal 2 dari Undang Undang Perikanan dan Kelautan, Badan Pengelolaan
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Lingkungan Hidup Daerah dan lain lain. Sesuai
Negara Republik Indonesia, yang berbunyi penjelasan di atas, maka sesuai dengan Pasal 14
bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu ayat (1) huruf g dari Undang Undang Nomor 2
fungsi pemerintahan negara di bidang Tahun 2002 tentang Polri Polri selaku
pemeliharaan keamanan dan ketertiban pengemban fungsi kepolisian umum memiliki
masyarakat, penegakkan hukum, tugas melakukan penyelidikan dan penyidikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan terhadap semua tindak pidana, sedangkan PPNS
kepada masyarakat. sebagai salah satu pengemban fungsi kepolisian
khusus hanya berwenang melakukan penyidikan
Fungsi kepolisian dalam penyelenggaraan terhadap tindak pidana tertentu sesuai undang-
negara dapat ditemukan dalam berbagai undang yang menjadi dasar hukumnya masing-
dimensi yaitu dimensi politis, dimensi yuridis, masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada
dan dimensi sosiologis. Fungsi kepolisian di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik
dimensi politis diemban oleh lembaga tinggi Polri.
negara dalam rangka pengawasan politis
penyelenggaraan negara, misalnya hak Berdasarkan KUHAP, PPNS ini berwenang
interpelasi DPR merupakan fungsi kepolisian melaksanakan penyidikan sesuai undang undang
tetapi hasilnya bersifat politis dan tidak yang menjadi dasar hukumnya masing-masing,
bersifat pro justitia. dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah
koordinasi dan pengawasan Penyidik Polri.
Fungsi kepolisian dapat dalam Namun dalam praktek di lapangan, seringkali
penyelenggaraan negara, ditemukan dalam pelaksanaan koordinasi dan pengawasan Penyidik
berbagai dimensi yaitu dimensi politis, Polri terhadap proses penyidikan yang dilakukan
dimensi yuridis, dan dimensi sosiologis. PPNS belum sesuai ketentuan yang ada misalnya
Fungsi kepolisian dimensi sosiologis adalah PPNS tidak segera menyerahkan surat
fungsi kepolisian yang tumbuh dan pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada
berkembang dalam masyarakat berdasarkan Penuntut Umum melalui Penyidik Polri, ataupun
kebutuhan masyarakat dalam lingkungan bahkan ada juga Surat Pemberitahuan
tertentu, kemudian mendapat pengukuhan dari Dimulainya Penyidikan ataupun berkas perkara
Polri sebagai bentuk-bentuk pengamanan yang langsung diserahkan oleh PPNS kepada
swakarsa, yang memiliki kewenangan Penuntut Umum tanpa melalui Penyidik Polri
kepolisian terbatas dalam lingkungan kuasa selaku korwas PPNS, serta tidak tertibnya
tempat, seperti Satpam di perkantoran- administrasi penyidikan oleh PPNS.
perkantoran. Sedangkan fungsi kepolisian

2
Penyelesaian atau penegakan hukum dalam C. Metode Penelitian
bidang ketenagakerjaan sangat berpangku
kepada Dinas Ketenagakerjaan (PPNS) dan 1. Pendekatan Masalah
Kepolisian Republik Indonesia, sehingga Pendekatan masalah dalam penelitian ini
koordinasi antara PPNS dengan Penyidik terdiri dua pendekatan, yaitu pendekatan
Polri sangat dibutuhkan pada proses yuridis normatif dan pendekatan empiris,
penyidikan terhadap tindak pidana guna mendapatkan suatu hasil penelitian yang
ketenagakerjaan. Seperti contoh penyidikan benar dan objektif.
terhadap tindak pidana ketenagakerjaan yang a. Pendekatan Yuridis Normatif
melanggar Upah Minimum Provinsi yang Pendekatan yuridis normatif yaitu
terjadi di PT. Pratama Prima Santosa pendekatan dengan cara menelaah kaidah-
Lampung. Dalam proses penyidikan tindak kaidah, norma-norma, aturan-aturan, yang
pidana ketenagakerjaan tersebut, faktanya berhubungan dengan masalah yang akan
ditemukan berbagai hambatan baik yang diteliti. Pendekatan tersebut dimaksud
berasal dari pihak PPNS maupun dari untuk mengumpulkan berbagai macam
Penyidik Polri itu sendiri. Hambatan tersebut peraturan perundang-undangan, teori-teori
tentunya akan menghambat proses dan literatur-literatur yang erat
pelimpahan perkara oleh PPNS ke Penuntut hubungannya dengan masalah yang akan
Umum, untuk ditindaklanjuti pada tahap diteliti.
penuntutan. Adanya koordinasi antara elemen b. Pendekatan Empiris
yang bertanggungjawab dalam proses Pendekatan empiris yaitu dengan meneliti
penyidikan pada akhirnya akan mampu dan mengumpulkan data primer yang
mengoptimalkan proses penyidikan itu diperoleh secara langsung melalui
sendiri. penelitian terhadap objek penelitian,
dengan cara observasi dan wawancara
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di dengan responden atau narasumber yang
atas, maka penulis tertarik untuk melakukan berhubungan dengan permasalahan yang
penelitian terkait dengan koordinasi dibahas dalam penelitian ini.
penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan
dengan judul “Analisis Koordinasi 2. Prosedur Pengolahan Data
Penyidikan Tindak Pidana
Ketenagakerjaan Yang Melanggar Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah
Tentang Upah Minimum Provinsi Di pengolahan data, yaitu kegiatan merapikan dan
PT. Pratama Prima Santosa Lampung menganalisa data tersebut, kegiatan ini meliputi
(Studi Putusan Nomor 725/Pid.Sus/ kegiatan seleksi data dengan cara memeriksa data
2019/PN.Tjk)”. yang diperoleh melalui kelengkapannya.
Klasifikasi atau pengelompokan data secara
B. Permasalahan Penelitian sistematis. Kegiatan pengolahan data dapat
dilakukan sebagai berikut :
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, a. Editing data
maka permasalahan yang akan dikemukakan Editing data yaitu memeriksa atau meneliti
dalam penelitian ini adalah: data yang keliru, menambah serta melengkapi
a. Bagaimana koordinasi penyidikan tindak data yang kurang lengkap.
pidana ketenagakerjaan yang melanggar b. Klasifikasi data
tentang Upah Minimum Provinsi di PT. Klasifikasi data yaitu penggolongan atau
Pratama Prima Santosa Lampung? pengelompokan data menurut pokok bahasan
b. Apa saja yang menjadi faktor penghambat yang telah ditentukan.
dalam penyidikan tindak pidana c. Sistematisasi data
ketenagakerjaan yang melanggar tentang Sistematisasi data yaitu penempatan data
Upah Minimum Provinsi di PT. Pratama pada tiap pokok bahasan secara sistematis
Prima Santosa Lampung? hingga memudahkan interpretasi data.

3
3. Analisis Data a. Kemandirian, yaitu koordinasi, pengawasan
dan pembinaan dilaksanakan dengan tidak
Setelah data terkumpul secara keseluruhan mengurangi eksistensi/keberadaan instansi
baik yang diperoleh dari hasil penelitian studi PPNS dan dijalankan secara profesional.
pustaka (data sekunder) maupun hasil b. Legalitas, yakni koordinasi, pengawasan dan
penelitian lapangan (data primer) kemudian pembinaan diselenggarakan berdasarkan
dianalisis secara analisis kualitatif, yaitu ketentuan hukum yang berlaku.
dengan mendeskripsikan data yang dihasilkan c. Kebersamaan, yaitu koordinasi, pengawasan
dalam bentuk penjelasan atau uraian kalimat dan pembinaan tidak mengurangi integritas
per kalimat yang disusun secara sistematis pimpinan dan kewenangan masing-masing
dari analisis data tersebut dilanjutkan dengan instansi PPNS yang dilandasi sikap saling
menarik kesimpulan secara indukatif suatu menghormati tugas dan wewenang serta
cara berfikir yang didasarkan fakta-fakta yang hierarki masing-masing.
bersifat umum kemudian ditarik suatu d. Akuntabilitas, yaitu koordinasi, pengawasan
kesimpulan secara khusus yang merupakan dan pembinaan yang dilakukan oleh Penyidik
jawaban permasalahan berdasarkan hasil terhadap PPNS dalam proses pelaksanaan
penelitian. penyidikan yang dilakukan oleh PPNS dapat
dipertanggungjawabkan.
II. PEMBAHASAN e. Transparansi, yaitu koordinasi, pengawasan
dan pembinaan memperhatikan asas
A. Koordinasi Penyidikan Tindak Pidana keterbukaan dan bersifat informatif bagi
Ketenagakerjaan yang Melanggar pihak-pihak terkait.
Tentang Upah Minimum Provinsi di f. Efektif dan efisien, yaitu koordinasi,
PT. Pratama Prima Santosa Lampung pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
oleh Penyidik terhadap PPNS dalam proses
Koordinasi adalah pengaturan tata hubungan penyidikan tepat waktu dengan biaya ringan
dari usaha bersama untuk memperoleh serta berpedoman pada keseimbangan yang
kesatuan tindakan dalam usaha pencapaian wajar antara sumber daya yang dipergunakan.
tujuan bersama pula. Koordinasi adalah suatu dan
proses yang mengatur agar pembagian kerja g. Kewajiban, yaitu pelaksanaan koordinasi,
dari berbagai orang atau kelompok dapat pengawasan dan pembinaan terhadap
tersusun menjadi suatu kebulatan yang penyidikan yang dilakukan oleh PPNS,
terintegrasi dengan cara yang seefisien Penyidik secara aktif diminta ataupun tidak
mungkin. diminta wajib memberikan petunjuk dan
bantuan penyidikan yang diperlukan.
Menurut Peraturan Kapolri Nomor 20 Tahun
2010 tentang Koordinasi, Pengawasan dan Koordinasi yang dilaksanakan antara Penyidik
Pembinaan Penyidikan bagi PPNS, koordinasi Polri dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
adalah suatu bentuk hubungan kerja antara dalam proses penyidikan tindak pidana
Penyidik Polri dan PPNS dalam melakukan ketenagakerjaan yang melanggar tentang Upah
penyidikan tindak pidana tertentu yang Minimum Provinsi sebagaimana telah diputus
menjadi dasar hukumnya sesuai sendi-sendi oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA
hubungan fungsional. Sedangkan pengawasan Tanjungkarang Nomor 725/Pid.Sus/2019/PN.Tjk,
adalah proses penilikan dan pengarahan dengan tahapannya yaitu antara:
terhadap pelaksanaan penyidikan oleh PPNS 1. Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
untuk menjamin agar seluruh kegiatan Apabila PPNS mulai melakukan penyidikan,
penyidikan yang dilakukan sesuai peraturan maka PPNS wajib memberitahu dan
perundang-undangan. melaporkan hal itu kepada Penyidik Polri
Pelaksanaan koordinasi dan pengawasan oleh untuk diteruskan kepada Penuntut Umum
Penyidik Polri terhadap proses penyidikan sebagaimana ketentuan Pasal 107 ayat (2) dan
tindak pidana yang dilakukan oleh PPNS Pasal 109 ayat (1) KUHAP.
sesuai Peraturan Kapolri Nomor 20 Tahun
2010, dilakukan berdasarkan prinsip:

4
2. Pemberian Bantuan Penyidikan 8) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan
Sesuai Pasal 107 ayat (1) KUHAP bahwa dalam hubungannya dengan pemeriksaan
untuk kepentingan penyidikan, penyidik perkara.
Polri memberi petunjuk kepada PPNS dan 9) Mengadakan penghentian penyidikan.
memberi bantuan penyidikan yang 10) Mengadakan tindakan lain menurut
diperlukan. Dan sesuai penjelasan Pasal hukum yang bertanggung jawab.
107 ayat (1) KUHAP bahwa guna
kepentingan penyidikan, penyidik Polri Berdasarkan hasil wawancara dengan
diminta atau tidak diminta berdasarkan Parulian Pane selaku Penyidik Pegawai
tanggung jawabnya wajib memberi Negeri Sipil pada Dinas Tenaga Kerja dan
bantuan penyidikan kepada PPNS. Untuk Transmigrasi Provinsi Lampung bahwa untuk
itu, PPNS sejak awal wajib dapat menjadi penyidik dan penyidik sesuai
memberitahukan penyidikan itu kepada dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 2
penyidik Polri. Bantuan penyidikan dapat Tahun 2002 sebagaimana dimaksud dalam
berupa bantuan taktis, bantuan teknis, Pasal 1 butir 10, bahwa penyidik adalah
bantuan upaya paksa dan bantuan pejabat Polri yang diberi wewenang oleh
konsultasi penyidikan. undang-undang untuk melakukan penyidikan,
Penyidikan adalah serangkaian tindakan dan Pasal 1 butir 11 bahwa PPNS adalah
penyidik dalam hal dan menurut cara yang pejabat PNS tertentu yang berdasarkan
diatur dalam undang-undang ini untuk peraturan perundang-undangan ditunjuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang selaku penyidik dan mempunyai wewenang
dengan bukti itu membuat terang tentang untuk melakukan penyidikan dalam lingkup
tindak pidana yang terjadi dan guna undang-undang yang menjadi dasar
menemukan tersangkanya sebagaimana hukumnya masing-masing.
dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Pidana. Berkaitan dengan penyidikan, tersebut di atas. Syarat menjadi Penyidik atau
penyidik memiliki wewenang Penyidik Pembantu dalam kasus tindak
sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 pidana ketenagakerjaan yang melanggar Upah
ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun Minimum Provinsi yakni diangkat dengan
1981 tentang Kitab Undang-Undang Keputusan Kepala Kepolisian Republik
Hukum Acara Pidana. Adapun wewenang Indonesia (Kapolri) dan sekurang-kurangnya
penyidik sebagai berikut : berpangkat Brigadir Tingkat Dua (Bripda),
1) Menerima laporan atau pengaduan dan memiliki pendidikan Sarjana Hukum
dari seorang tentang adanya tindak yang diperoleh di pendidikan formal dalam
pidana. Kesatuan Kepolisian Negara Republik
2) Melakukan tindakan pertama pada Indonesia.
saat di tempat kejadian.
3) Menyuruh berhenti seorang tersangka Menurut Rezky Maulana Zulkarnain selaku
dan memeriksa tanda pengenal diri Penyidik Polda Lampung bahwa berkaitan
tersangka. dengan penyidikan, polisi selaku penyidik
4) Melakukan penangkapan, penahanan, mendapat surat perintah dilakukan penyidikan
penggeledahan dan penyitaan. dan setelah dimulainya penyidikan tindak
5) Melakukan pemeriksaan dan pidana ketenagakerjaan yang melanggar Upah
penyitaan surat. Minimum Provinsi dan dapat melakukan
6) Mengambil sidik jari dan memotret beberapa tindakan. Adapun tindakan-tindakan
seorang. tersebut ialah melakukan pemanggilan,
7) Memanggil orang untuk didengar dan meminta pertimbangan ahli, pemeriksaan,
diperiksa sebagai tersangka atau saksi. penangkapan, penahanan, penyitaan,
mengambil sidik jari dan memotret tersangka,
penghentian penyidikan dan selesainya
penyidikan.

5
3. Penyerahan Berkas Perkara oleh Penyidik. Penyidik wajib segera
melakukan penyidikan tambahan dalam
Sesuai Pasal 110 ayat (1) KUHAP bahwa tempo 14 hari sesudah menerima
penyidik wajib segera menyerahkan pengembalian berkas perkara dari
berkas perkara kepada PU, dan sesuai penuntut umum.
Pasal 107 ayat (3) KUHAP bahwa PPNS b. Tahap kedua
harus segera menyerahkan hasil Penyidik menyerahkan tanggung jawab
penyidikan kepada Penuntut Umum atas tersangka dan barang bukti hasil
melalui penyidik Polri. Sesuai Pasal 8 ayat penyitaan kepada Jaksa Penuntut Umum
(3) KUHAP bahwa penyerahan perkara (JPU). Penyerahan berkas perkara kepada
melalui 2 (dua) tahap, yaitu pada tahap Penuntut Umum dilakukan dengan dua
pertama penyidik hanya menyerahkan tahap, yaitu: tahap pertama penyidik
berkas perkara, dan pada tahap kedua hanya menyerahkan berkas perkara dan
penyidik menyerahkan tersangka dan tahap kedua penyidik menyerahkan
barang bukti kepada Penuntut Umum jika tanggung jawab atas tersangka Sukardi
hasil penyidikan sudah dianggap lengkap Bin Ratiman H dan barang bukti hasil
(P-21). penyitaan kepada penuntut umum. Setelah
dilakukan pemeriksaan berkas perkara
Selanjutnya berkas berita acara tersebut sudah dinyatakan lengkap (P-21).
penyidikan, dijilid menjadi satu berkas. 4. Penghentian Penyidikan
Penjilidan berkas berita acara pemeriksaan Penghentian penyidikan merupakan salah satu
disebut berkas perkara. Setelah berkas kegiatan penyelesaian perkara yang dilakukan
perkara disempurnakan penjilidannya PPNS jika tidak cukup bukti, atau
maka selanjutnya diserahkan kepada peristiwanya bukan merupakan tindak pidana,
Penuntut Umum. Penyerahan berkas atau kasus dihentikan demi hukum akibat
perkara kepada Penuntut Umum tersangka meninggal dunia, tuntutan tindak
dilakukan dengan dua tahap, yaitu: pidananya sudah kadaluwarsa, pengaduan
a. Tahap pertama penyidik hanya dicabut atau tindak pidana tersebut telah
menyerahkan berkas perkara. memperoleh putusan hakim yang mempunyai
Tahap pertama penyidik hanya kekuatan hukum tetap, maka PPNS
menyerahkan berkas perkara kepada memberitahukan penghentian penyidikan
penuntut umum. Apabila dalam waktu tersebut kepada Penyidik Polri (Pasal 109
tujuh hari setelah penerimaan berkas ayat (3) KUHAP).
perkara Penuntut Umum berpendapat 5. Tukar Menukar Informasi
pemeriksaan belum sempurna atau Tukar menukar informasi dapat dilaksanakan
belum lengkap (P18) dan belum dapat dalam hal:
diajukan ke persidangan pengadilan, a. Kasus yang disidik PPNS ternyata
berkas perkara tersebut dikembalikan menyangkut undang-undang lain di luar
kepada penyidik untuk menambah kewenangannya, sehingga perlu
kelengkapan formil (meliputi surat dilimpahkan ke penyidik Polri.
keterangan saksi dan alat bukti) dan b. Penyidik Polri menemukan peristiwa yang
materiilnya (isi/kata-kata dari surat diduga pidana yang juga menjadi
keterangan saksi dan isi/kata-kata kewenangan PPNS, maka penyidik Polri
keterangan alat bukti). Serta dapat melakukan proses penyidikan
menyempurnakan dalam proses sendiri atau meneruskan kepada PPNS.
penyidikan sesuai dengan petunjuk 6. Rapat secara berkala
yang diberikan Penuntut Umum (P19). Salah satu bentuk kegiatan koordinasi sesuai
Jaksa Penuntut Umum tidak dapat ketentuan Peraturan Kapolri Nomor 20 Tahun
merubah Undang-Undang yang 2010 tentang Koordinasi, Pengawasan dan
berkaitan dengan tindak pidana Pembinaan Penyidikan bagi PPNS yaitu rapat
ketenagakerjaan yang melanggar Upah secara berkala.
Minimum Provinsi yang telah dibuat

6
7. Penyidikan Bersama antar Muspida Kabupaten (Bupati, Danramil,
Penyidikan bersama sesuai ketentuan Kapolres), dan Muspida Provinsi (Gubernur,
dalam Peraturan Kapolri Nomor 20 Tahun Pangdam, Kapolda).
20110 dilaksanakan melalui rapat b. Koordinasi Vertikal
koordinasi untuk: Koordinasi Vertikal adalah penyelarasan
a. Membentuk tim penyidik. kerjasama secara harmonis dan sinkron dari
b. Menyusun rencana penyidikan yang lembaga yang sederajat lebih tinggi kepada
meliputi penentuan Pasal yang lembaga lembaga lain yang derajatnya lebih
dipersangkakan, cara bertindak, waktu rendah. Misalnya antar Kepala Unit suatu
kegiatan, pelibatan personel dan Instansi kepada Kepala Sub Unit lain diluar
sarana prasarana serta anggaran yang mereka, Kepala Bagian (Kabag), suatu
digunakan. Instansi Kepada Kepala Sub Bagian
c. Menganalisis dan mengevaluasi (Kasubag) lain diluar bagian mereka, Kepala
kegiatan dan hasil. Biro suatu Instansi kepada Kepala Sub Biro
d. Pengendalian. lain di luar biro mereka.
8. Pengawasan c. Koordinasi Fungsional
Sesuai Peraturan Kapolri Nomor 20 Koordinasi Fungsional adalah penyelarasan
Tahun 2010 telah diatur tentang kerjasama secara harmonis dan sinkron antar
pelaksanaan pengawasan penyidik Polri lembaga-lembaga yang memiliki kesamaan
terhadap PPNS, yaitu melalui kegiatan: dalam fungsi pekerjaan misalnya antar
a. Menghadiri dan memberi petunjuk sesama para kepala bagian hubungan
dalam gelar perkara yang dilaksanakan masyarakat.
PPNS.
b. Meminta dan meneliti laporan Koordinasi adalah suatu bentuk hubungan kerja
kemajuan penyidikan dari PPNS antara Penyidik Polri dan Penyidik Pegawai
c. Penelitian berkas hasil penyidikan Negeri Sipil dalam melakukan penyidikan tindak
bersama-sama PPNS. pidana tertentu yang menjadi dasar hukumnya
d. Supervisi ke jajaran PPNS atas sesuai sendi-sendi hubungan fungsional, sehingga
permintaan pimpinan instansi PPNS. koordinasi penyidikan tindak pidana
e. Pendataan jumlah, instansi dan ketenagakerjaan yang melanggar tentang Upah
wilayah penugasan PPNS. Minimum Provinsi di PT. Pratama Prima Santosa
f. Analisis dan evaluasi pelaksanaan Lampung merupakan bentuk koordinasi
tugas penyidikan PPNS. fungsional yaitu penyelarasan kerjasama secara
harmonis dan sinkron antar lembaga lembaga
Koordinasi penyidikan tindak pidana yang memiliki kesamaan dalam fungsi pekerjaan
ketenagakerjaan yang melanggar tentang misalnya antar sesama para kepala bagian
Upah Minimum Provinsi di PT. Pratama hubungan masyarakat sebagaimana yang
Prima Santosa Lampung pada dasarnya dikemukakan oleh Inu Kencana Syafiie.
merupakan suatu usaha kerja sama antara Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud
badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas- koordinasi dalam penulisan ini yaitu proses
tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga pemaduan tujuan dan aktifitas dari berbagai unit
terdapat saling mengisi, saling membantu, dan organisasi yang terpisah, yaitu antara Penyidik
saling melengkapi. Hal ini sesuai dengan Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk
pendapat yang dikemukakan oleh Inu mencapai tujuan sistem peradilan pidana secara
Kencana Syafiie bahwa bentuk koordinasi efektif dan efisien.
terdiri atas:
a. Koordinasi Horizontal Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat
Koordinasi Horizontal adalah disimpulkan bahwa koordinasi Penyidik Polri
penyelarasan kerjasama secara harmonis terhadap proses penyidikan yang dilakukan oleh
dan sinkron antar lembaga lembaga yang PPNS, diatur dalam ketentuan KUHAP, Undang
sederajat misalnya antar Muspika Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
Kecamatan (Camat, Kapolsek, Danramil), 2002 tentang Polri, undang-undang yang menjadi

7
dasar hukum PPNS masing-masing, dan bersifat abstrak sedangkan kepastian hukum
Peraturan Kapolri Nomor 6 Tahun 2010 merupakan prosedur yang telah ditentukan
tentang Manajemen Penyidikan oleh PPNS, secara normatif. Suatu tindakan atau
serta Peraturan Kapolri Nomor 20 Tahun kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan
2010 tentang Koordinasi, Pengawasan dan hukum merupakan suatu yang dapat
Pembinaan Penyidikan bagi PPNS. dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan
Pelaksanaan koordinasi dan pengawasan tersebut tidak bertentangan dengan hukum.
Penyidik Polri kepada PPNS dilaksanakan
melalui kegiatan surat pemberitahuan Menurut penjelasan Resky Maulana
dimulainya penyidikan dari PPNS kepada Zulkarnain selaku Penyidik Kepolisian
Penuntut Umum melalui Penyidik Polri, Daerah Lampung maka diketahui bahwa
Pemberian bantuan penyidikan berupa faktor perundang-undangan atau substansi
bantuan taktis, bantuan teknis, bantuan upaya hukum dapat menghambat dalam proses
paksa dan bantuan konsultasi Penyidikan, penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan
menerima berkas perkara dari PPNS dan antara lain:
meneruskan kepada Penuntut Umum, a. Ada undang-undang yang memberikan
Penghentian penyidikan oleh PPNS, Tukar otoritas penuh kepada PPNS di beberapa
menukar informasi, dan Rapat secara berkala. instansi seperti: Undang-Undang Nomor 6
Dengan demikian, koordinasi penyidikan Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
tindak pidana ketenagakerjaan yang dan Tata Cara Perpajakan yang diubah
melanggar tentang Upah Minimum Provinsi terakhir dengan Undang-Undang Nomor
di PT. Pratama Prima Santosa Lampung telah 16 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan 38 Tahun 2009 tentang Pos, Undang-
oleh Inu Kencana Syafiie. Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang
Metrologi Legal, Undang-Undang Nomor
B. Faktor Penghambat dalam Penyidikan 6 Tahun 2011 tentang Imigrasi, Undang-
Tindak Pidana Ketenagakerjaan yang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Melanggar Tentang Upah Minimum Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 32
Provinsi di PT. Pratama Prima Santosa Tahun 1997 tentang Perdagangan
Lampung Berjangka Komoditi yang diubah
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011,
Proses penegakan hukum yang dilakukan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
aparat penegak hukum tidak selamanya tentang Penerbangan, dan Undang-
berjalan dengan lancar. Hal ini disebabkan Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
oleh berbagai faktor yang menghambatnya. Cagar Budaya. Dampak Undang-Undang
Faktor penghambat ini dapat berasal dari Khusus Otoritas PPNS adalah:
internal instansi penegak hukum dan juga 1) Dampak yang timbul dengan lahirnya
berasal dari eksternal instansi penegak undang-undang khusus ataupun
hukum. tertentu yang secara jelas
inkonsistensi dengan KUHAP dan
Berdasarkan hasil penelitian dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
melakukan wawancara kepada narasumber 2002 dalam proses penegakan hukum
penelitian, maka dapat dideskripsikan faktor pidana serta implementasinya
penghambat dalam penyidikan tindak pidana terhadap tugas Polri selaku aparat
ketenagakerjaan yang melanggar tentang pengak huum dan penyidik utama
Upah Minimum Provinsi di PT. Pratama adalah tidak tertanganinya kasus yang
Prima Santosa Lampung sebagai berikut: menjadi wewenang PPNS Sebagai
1. Faktor substansi hukum dampak adanya kecenderungan
Praktek menyelenggaraan penegakan terhadap undang-undang tertentu yang
hukum di lapangan seringkali terjadi tidak memberikan kewenangan
pertentangan antara kepastian hukum dan kepada penyidik Polri terhadap
keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi pelaksanaan tugas Polri dalam
keadilan merupakan suatu rumusan yang

8
penegakan hukum guna namun PPNS-nya belum terbentuk.
menciptakan Harkamtibmas Otoritas penyidikan oleh PPNS,
mengalami kendala. kewenangan penyidikan terhadap tindak
2) Polri menjadi pasif sehingga akan pidana tertentu tidak boleh hanya
memberikan peluang terhadap diberikan kepada PPNS yang terkait, dan
pelaku kejahatan untuk melakukan dengan menghilangkan kewenangan Polri,
aksinya dan terjadi peningkatan karena mengingat pertimbangan bahwa
jumlah angka kriminalitas. PPNS hanya memiliki kewenangan
3) Polri menjadi sasaran komplain penyidikan terbatas di lingkup tugasnya,
masyarakat manakala terjadi sehingga bila terjadi tindak pidana yang
kesalahan prosedur/keresahan di berganda (tidak hanya melanggar pasal
masyarakat karena terjadi tindak pidana khusus), maka PPNS tidak
pidana tertentu namun PPNS tidak berwenang menanganinya, sehingga
ada. penindakan hukum menjadi tidak efektif.
4) Tidak berperannya fungsi c. Adanya undang-undang yang tidak
koordinasi dan pengawasan PPNS memberikan kewenangan penyidikan
karena adanya monopoli kepada PPNS sedangkan proses
kewenangan penyidikan dengan pengawasan, pendataan dan pembinaan
tidak memberikan kepada Polri menjadi wewenang penuh dari PPNS,
selaku penyidik umum karena mengakibatkan tidak berjalannya proses
adanya undang-undang yang penegakan hukum.
bersifat khusus sebagai lex
specialis derograt lex generalis 2. Faktor aparat penegak hukum
yang mengatur tentang Salah satu kunci dari keberhasilan dalam
kewenangan penyidikan oleh penegakan hukum adalah mentalitas atau
PPNS pada bidangnya. kepribadian dari penegak hukumnya sendiri.
5) Pendataan kriminal secara nasional Dalam kerangka penegakan hukum dan
di Pusiknas Bareskrim Polri tidak implementasi penegakan hukum bahwa
akan akurat karena sebagaian data penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah
penanganan kasus tersebar di suatu kebejatan. Penegakan kebenaran tanpa
Kementerian/Instansi/Lembaga. kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam
6) Kondisi ini menimbulkan tumpang rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga
tindih dalam penyidikan tindak penegak hukum, keadilan dan kebenaran
pidana, karena di satu sisi penyidik harus dinyatakan, terasa, terlihat serta harus
Polri merasa berwenang diaktualisasikan.
melakukan penyidikan untuk
semua tindak pidana berdasarkan Menurut penjelasan Resky Maulana
KUHAP. Zulkarnain selaku Penyidik Kepolisian
7) Menghambat efektivitas Daerah Lampung maka diketahui bahwa
penyidikan karena keberadaan faktor aparat penegak hukum hukum yang
penyidik Polri yang tersebar di menghambat dalam proses penyidikan tindak
seluruh wilayah Indonesia tidak pidana ketenagakerjaan adalah potensi adanya
dimanfaatkan, sehingga menjadi diskresi dan pelaksanaan tugas dan fungsi
mubazir. Padahal seiring dengan Korwas PPNS kewilayahan masih terbatas
gelagat perkembangan lingkungan pada tingkat Polda, sehingga hal ini
strategis dan globalisasi, mobilitas berdampak terhadap:
dan jaringan pelaku kejahatan a. Penyelenggara tugas fungsi korwas pada
semakin meningkat dan tingkat Polda masih sebatas Seksi yang
jangkauannya banyak melampaui dipimpin oleh seorang personel Polri
lintas batas wilayah atau negara. berpangkat Kompol dengan sumber daya
b. Adanya Undang-Undang yang yang sangat terbatas.
memberi wewenang kepada PPNS, b. Pelaksana tugas fungsi Korwas PPNS
belum terwadahi secara struktural sampai

9
tingkat Polres, sementara yang sudah c. Pimpinan PPNS belum memiliki
ada di tingkat Polda yaitu Kasi kesamaan persepsi terhadap wewenang
Korwas PPNS yang berada di bawah PPNS untuk melaksanakan penegakan
kendali Dirreskrimsus belum cukup hukum di lingkungan tugasnya.
memadai, sehingga menimbulkan d. Masih ada sejumlah PPNS yang belum
kesan Korwas tidak berjalan. dapat Skep Penyidik dan dimutasi. Jumlah
PPNS masih sangat terbatas, sehingga
Praktik yang terjadi di lapangan adalah belum mampu meng cover seluruh
secara kuantitas adalah masih kurangnya wilayah yang dianggap rawan terhadap
personil PPNS dan penyidik kepolisian pelanggaran tindak pidana. Masih ada
dalam melakukan sosialisasi dan sejumlah PPNS yang telah selesai
pengawasan terhadap perusahaan yang pendidikan penyidik di Pusdik Reskrim
ada di Provinsi Lampung. Berdasarkan Lemdikpol belum dapat Skep
uraian di atas maka diketahui bahwa Pengangkatan Penyidik, Pelantikan, dan
faktor penegak hukum dapat menghambat Penyumpahannya, disamping itu ada juga
dalam proses penyidikan tindak pidana PPNS yang tidak aktif lagi karena
ketenagakerjaan yaitu adanya potensi dimutasi dan habis masa dinasnya
penyalahgunaan kewenangan diskresi (pensiun) namun belum diberikan personil
serta kuantitas dan kualitas PPNS dan pengganti. Terkait Peraturan Pemerintah
penyidik yang belum memadai. Nomor 58 Tahun 2010 tentang Skep
Penyidik berupa terhambatnya PPNS
Kendala yang terjadi pada pada Instansi melakukan penyidikan karena Skep
yang membawahi PPNS menurut penyidik yang belum keluar, sesuai
Berdasarkan hasil wawancara dengan KUHAP kewenangan mengeluarkan Skep
Parulian Pane selaku Penyidik Pegawai penyidik seharusnya ada pada Polri bukan
Negeri Sipil pada Dinas Tenaga Kerja dan pada Kemenkumham termasuk
Transmigrasi Provinsi Lampung antara pengangkatan PPNS.
lain meliputi: e. Pemberian Wewenang upaya paksa
a. Pelaksanaan Otonomi Daerah penangkapan dan/atau penahanan kepada
Dengan adanya Undang-Undang beberapa PPNS. PPNS yang diberi
Nomor 23 Tahun 2014 tentang wewenang untuk melakukan penangkapan
Pemerintahan Daerah telah dan penahanan cenderung meninggalkan
memberikan kesempatan seluas- tugas pokok, fungsi dan peranan
luasnya kepada Daerah untuk instansinya dan akan beralih menjadi
mengelola wilayahnya, namun ada aparat penegak hukum, seperti Polisi,
beberapa urusan Pemerintahan yang Jaksa dan Hakim.
tidak dapat diotonomikan antara lain
dalam penegakan hukum. Satu sisi 3. Faktor sarana dan prasarana
PPNS merupakan salah satu pilar Sarana dan prasarana yang mendukung
untuk melaksanakan penegakan mencakup tenaga manusia yang
hukum sudah seharusnya tidak boleh berpendidikan dan terampil, organisasi yang
dipengaruhi oleh kekuasaan, di sisi baik, peralatan yang memadai, keuangan
lain PPNS adalah Pegawai wilayah yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang
yang pengelolaan sepenuhnya ada di memadai, penegakan hukum tidak dapat
tangan Kepala Daerah, sehingga akan berjalan dengan lancar dan penegak hukum
mempengaruhi peran PPNS dalam tidak mungkin menjalankan fungsiannya
penegakan hukum. sebagaimana mestinya.
b. Tugas penyidikan oleh PPNS masih
dianggap sebagai tugas tambahan dari Menurut keterangan Resky Maulana
instansinya, hal ini bisa di cermati Zulkarnain selaku Penyidik Kepolisian
dalam struktur Organisasi Pemerintah Daerah Lampung bahwa faktor sarana dan
Daerah, kedudukan PPNS belum prasarana yang menghambat dalam proses
terwadahi dalam Struktur Organisasi. penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan

10
adalah keterbatasan sarana multimedia, menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan
sehingga penyidikan terkadang hukum, semakin banyak penyesuaian antara
mengalami hambatan. Selain itu peraturan perundang-undangan dengan
kurangnya alat penyadapan yang kebudayaan masyarakat, maka semakin
dibutuhkan penyidik pada saat mudah dalam penegakannya.
melaksanakan tugasnya dapat
menghambat tugas penyidik. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Parulian Pane selaku Penyidik Pegawai
4. Faktor masyarakat Negeri Sipil pada Dinas Tenaga Kerja dan
Masyarakat mempunyai pengaruh yang Transmigrasi Provinsi Lampung
kuat terhadap pelaksanaan penegakan mengemukakan bahwa penilaian masyarakat
hukum, sebab penegakan hukum mempengaruhi tindakan PPNS dan Penyidik
bersumber dari masyarakat dan bertujuan Polri, termasuk dalam hal penyidikan.
untuk mencapai kepentingan masyarakat. Dengan tidak mengurangi hukum nasional
Bagian yang terpenting dalam yang berlaku jika memang suatu perkara
menentukan penegak hukum adalah dapat diselesaikan sesuai dengan budaya yang
kesadaran hukum masyarakat. ada dalam masyarakat seperti secara
kompromi dengan jalan kekeluargaan,
Menurut Iskandar selaku Penyidik mediasi dan lainnnya lebih efisien dan efektif.
Kepolisian Daerah Lampung Tentu PPNS dan Penyidik Polri tidak
mengemukakan bahwa dukungan dari memaksakan untuk diselesaikan melalui
tokoh masyarakat dalam hal ini datang sistem peradilan pidana yang ada dan
dari para pengacara. Dalam melakukan memaksakan berlakunya hukum, tetapi
penyidikan pihak pemeriksa selalu dengan kebijakan PPNS dan Penyidik Polri
memberikan kesempatan bagi para pelaku sebagai penyidik.
tindak pidana untuk didampingi
pengacara. Namun, jika tersangka tersebut Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang
tidak mampu untuk mendatangkan tidak mau melaporkan kepada pengawas
pengacara pribadi, padahal tersangka ketenagakerjaan yang ada di Dinas Tenaga
tersebut membutuhkan didampingi Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung.
pengacara, maka pihak Penyidik akan Keengganan dari pihak masyarakat
membantu mendatangkan pengacara (karyawan) ini tentunya akan berdampak
untuk mendampinginya dengan cara pada semakin banyaknya pengusaha yang
menunjuk pengacara tanpa dipungut tidak mematuhi ketentuan dari Pasal 90 ayat
biaya. (1) Jo Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Salah satu fungsi pengacara di sini adalah Ketenagakerjaan Jo Keputusan Gubernur
membantu tersangka mengungkapkan Lampung Nomor G/586/V.07/HK/2018
secara jujur tanpa berbelit-belit sehingga Tanggal 22 November 2017 tentang Upah
hal ini akan memudahkan proses Minimum Kota Bandar Lampung Tahun
penyidikan. Apabila tersangka 2018.
mempermudah proses penyidikan, maka
penyidik akan mempermudah jalan keluar III. PENUTUP
untuk permasalahan tersebut yaitu dengan
diskresi, terlebih jika tersangka dan Berdasarkan hasil penelitian pada Bab
pengacaranya mengajukan proses sebelumnya yaitu tentang koordinasi penyidikan
penyidikan dipercepat. tindak pidana ketenagakerjaan yang melanggar
tentang Upah Minimum Provinsi di PT. Pratama
5. Faktor budaya Prima Santosa Lampung, maka dapat ditarik
Kebudayaan Indonesia merupakan dasar kesimpulan sebagai berikut:
dari berlakunya hukum adat. Berlakunya 1. Koordinasi penyidikan tindak pidana
hukum tertulis (perundang-undangan) ketenagakerjaan yang melanggar tentang
harus mencerminkan nilai-nilai yang Upah Minimum Provinsi di PT. Pratama

11
Prima Santosa Lampung dilaksanakan A. Ridwan Halim. 2002. Hukum Pidana dan
melalui kegiatan surat pemberitahuan Tanya Jawab. Ghalia Indonesia, Jakarta.
dimulainya penyidikan dari PPNS kepada Bambang Poernomo. 1982. Asas Hukum Pidana.
Penuntut Umum melalui Penyidik Polri, Ghalia Indonesia. Seksi Kepidanaan Fakultas
Pemberian bantuan penyidikan berupa Hukum UGM, Yogyakarta.
bantuan taktis, bantuan teknis, bantuan
upaya paksa dan bantuan konsultasi Darji Darmodihardjo. 1996. Penjabaran Nilai-
Penyidikan, menerima berkas perkara dari nilai Pancasila dalam Sistem Hukum
PPNS dan meneruskan kepada Penuntut Indonesia. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Umum, penghentian penyidikan oleh
PPNS, Tukar menukar informasi, dan Djoko Prakoso dan Agus Imunarso. 1987. Hak
Rapat secara berkala. Asasi Tersangka dan Peranan Psikologi
2. Faktor penghambat dalam penyidikan dalam Konteks KUHAP. Bina Aksara,
tindak pidana ketenagakerjaan yang Jakarta.
melanggar tentang Upah Minimum
Provinsi di PT. Pratama Prima Santosa Harun M. Husein. 1998. Penyidikan dan
Lampung antara lain faktor substansi Penuntutan dalam Proses Pidana. Rineka
hukum, faktor aparat penegak hukum, Cipta, Jakarta.
faktor sarana dan prasarana, faktor
masyarakat dan faktor budaya. H. Hamrat Hamid dkk. 1991. Penyidikan dan
Penuntutan dalam Proses Pidana. Rineka
Saran yang dapat disampaikan dalam Cipta, Jakarta.
penelitian ini antara lain:
1. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung Inu Kencana Syafiee. 2011. Manajemen
hendaknya menambah jumlah Penyidik Pemerintahan. Pustaka Reka Cipta, Jakarta.
Pegawai Negeri Sipil dan pengawas
tenaga kerja di lingkungan Dinas Tenaga Kadri Husin. 1999. Diskresi dalam Penegakan
Kerja dan Transmigrasi dalam rangka Hukum Pidana Indonesia. Universitas
mengoptimalkan kegiatan pengawasan Lampung, Bandar Lampung.
terhadap pemberian upah kepada
karyawan ke perusahaan-perusahaan di Lawrence M. Friedman. 1984. American Law.
Provinsi Lampung dalam kaitannya W.W. Norton & Co. New York.
dengan standar Upah Minimum Provinsi.
2. Penyidik Polri dan Penyidik Pegawai Lawrence M. Friedman. 2001. American Law An
Negeri Sipil hendaknya lebih Introduction Second Edition (Hukum Amerika
meningkatkan koordinasi fungsionalnya Sebuah Pengantar). Penerjemah Wisnu
baik dari proses pemberitahuan Basuki. Tatanusa, Jakarta.
dimulainya penyidikan sampai dengan
kegiatan pengawasan, sehingga tindak Malayu S.P. Hasibuan. 2011. Manajemen Sumber
pidana di bidang ketenagakerjaan akan Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi Aksara,
dapat diselesaikan secara lebih maksimal. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Moeljatno. 2005. Asas-asas Hukum Pidana.


Rineka Cipta, Jakarta.
A. Buku
Momo Kelana. 2002. Memahami Undang-
Ahmad Ali. 2001. Keterpurukan Hukum di Undang Kepolisian, Undang-Undang Nomor
Indonesia (Penyebab dan Solusinya). 2 Tahun 2002, Latar Belakang dan Komentar
Penerbit Ghalia, Jakarta. Pasal Semi Pasal. PTIK, Jakarta.
Andi Hamzah. 2006. KUHP & KUHAP. Muladi. 1985. Lembaga Pidana Bersyarat.
Rineka Cipta, Jakarta. Alumni, Bandung.

12
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Terori-teori Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
1998.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
P.A.F. Lamintang. 1997. Hukum Penitensier Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Indonesia. Alumni, Bandung.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Parsudi Suparlan. 2004. Bunga Rampai Ilmu Ketenagakerjaan.
Kepolisian Indonesia. Cetakan Pertama.
YPKIK, Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015
tentang Pengupahan.
Shafrudin. 1998. Politik Hukum Pidana.
Universitas Lampung, Bandar Lampung. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Siswantoro Sunarso. Penegakan Huum Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Jo
Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010
Hukum. Raja Grafindo Persada, Jakarta. tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-
2004. Undang Hukum Acara Pidana.

Soerjono Soekanto. 2007. Faktor-faktor yang Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Mempengaruhi Penegakan Hukum. Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan
Rajawali Pers, Jakarta. Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
Kepolisian Daerah.
Soewarno Handayaningrat. 1989.
Administrasi Pemerintahan dalam C. Sumber Lainnya
Pembangunan Nasional. Haji Masagung,
Jakarta. Imam Supomo. 1982. Kamus Hukum. Sinar
Grafika, Jakarta.
Sudarto. 1991. Hukum Pidana 1A-1B.
Fakultas Hukum Universitas Sudirman, John M. Echols dan Hassan Shadily. 2004.
Purwokerto. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia.
Gramedia Pustaka, Jakarta.
Taliziduhu Ndraha. 2003. Kybernology (Ilmu
Pemerintahan Baru). Rineka Cipta, W.J.S. Purwadarminta. 1998. Kamus Besar
Jakarta. Bahasa Indonesia. Alumni, Bandung.

Wirjono Prodjodikoro. 2003. Asas-asas


Hukum Pidana Indonesia. Eresco,
Bandung.

Zainal Abidin. 2005. Pemidanaan. Pidana


dan Tindakan dalam Rancangan KUHP.
ELSAM, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hasil


Amandemen.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981


tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

13

Anda mungkin juga menyukai