Anda di halaman 1dari 44

PERANAN BHABINKAMTIBMAS DALAM PENCEGAHAN DAN

PENANGGULANGAN KEJAHATAN MELALUI DOOR TO DOOR

SYSTEM UNTUK MENCIPTAKAN KEAMANAN SERTA KETERTIBAN

DI WILAYAH HUKUM POLSEK BANYUBIRU

Oleh :

IDA SONJAYA
A.312.1521.013

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
SEMARANG
2023

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi Polri dihadapkan dengan berbagai

masalah yang semakin berat dan kompleks. Permasalahan tersebut

berasal baik dari luar maupun dari dalam institusi Polri itu sendiri.

Pada pelaksanaan tugasnya Polri dalam mengatasi semua gangguan

Kamtibmas yang perlu diperhatikan adalah bukan karena Polri bisa

mengungkap suatu tindak pidana yang terjadi atau bahkan

mengungkap kasus kriminalitas yang terjadi melainkan lebih dari itu

yaitu bagaimana seorang anggota Polri tersebut dapat mencegah

agar tidak terjadi gangguan kamtibmas sehingga tercipta keamanan

dan ketertiban dalam masyarakat. Tujuan Kamtibmas meliputi

(Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 22

Tahun 2007 Tentang Bimbingan Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat):1

a. Tujuan strategis

b. Tujuan teknis operasional

Menurut Undang-Undang Polri No 2 Tahun 2002, Fungsi

kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah di bidang

1
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 22 Tahun 2007 Tentang
Bimbingan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
1
2

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.2

Untuk mencapai hasil yang maksimal dari fungsi ini dibutuhkan

kebersamaan antara polisi dan masyarakat, sehingga satu dengan

yang lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Polisi tidak akan dapat menciptakan situasi yang tertib dan aman

dalam suatu lingkungan masyarakat tanpa adanya kemauan dan

kesadaran dari masyarakat itu sendiri, akan pentingnya suasana yang

aman dan tertib. Pelibatan masyarakat dalam menjaga dan

memelihara kamtibmas sejatinya tidak sekedar membantu aparat Polri

dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai aparat pelindung,

pengayom, dan pelayan masyarakat, namun yang lebih penting

adalah memberikan ruang bagi pemberdayaan masyarakat.

Masyarakat diberdayakan sehingga tidak semata-mata sebagai objek

dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian melainkan sebagai subyek

yang menentukan dalam pengelolaan sendiri agar tercipta lingkungan

yang aman dan tertib. Rendahnya kesadaraan masyarakat untuk

terlibat dalam upaya menjaga dan memelihara kamtibmas dapat

menjadi pemicu maraknya kasus-kasus kriminalitas di masyarakat.

Oleh karena itu yang dibutuhkan adalah adanya kebersama antara

aparat Polri dan masyarakat karena kebersamaan menjanjikan

22
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Edisi 2010, Fokusmedia, hal. 9
3

kekuatan yang luar biasa, sesuatu yang besar hanya dapat diraih

melalui kebersamaan).3

Pencegahan terhadap gangguan Kamtibmas melalui peran

Kepolisian khususnya Bhabinkamtibmas karena merupakan tugas

pokok Polri (Pasal 14 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia) :4

1. Sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

2. Sebagai alat negara penegak hukum.

3. Sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.

Banyak cara yang di lakukan oleh Kepolisian khususnya peran

Bhabinkamtibmas dalam menjaga Kamtibmas di wilayah Hukum

Polsek Banyubiru. Dalam rangka menjaga Kamtibmas,

Bhabinkamtibmas perlu mendekatkan diri dengan warga antara lain

door to door system (DDS) merupakan salah satu cara yang

digunakan Bhabinkamtibmas guna bersama dengan masyarakat

menjaga Kamtibmas.

Door to door system yang digunakan Bhabinkamtibmas dirasa

lebih mengena karena bisa lebih mengetahui seluk beluk warga yang

menjadi tanggungjawabnya .Kegiatan door to door system ini sudah

lama di lakukan oleh Anggota Bhabinkamtibmas di wilayah ah Hukum

Polsek Banyubiru kepada para tokoh masyarakat dan warganya.

33
Undang-Undang Dasar 1945
44
Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
4

Sehingga diharapkan dengan semakin dekatnya antara Kepolisian

khususnya Bhabinkamtibmas dengan seluruh lapisan masyarakat

akan melancarkan tugas dalam rangka menciptakan situasi

Kamtibmas yang kondusif di wilayah hukum Polsek Banyubiru.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dalam melakukan

pencegahan terhadap gangguan Kamtibmas yang merupakan tugas

pokok Polri dalam hal adalah melakukan pembinaan keamanan dan

ketertiban kepada masyarakat. Keamanan dan ketertiban dalam

masyarakat tersebut dapat terwujud apabila masyarakat telah

sadarakan hukum dan mengerti makna dari sebuah keamanan dan

ketertiban itu sendiri serta mau mematuhi norma-norma yang berlaku.

Untuk membuat masyarakat mengerti, sadar, patuh hukum dan

mematuhi norma-norma yang berlaku adahal yang dapat dilakukan

oleh seorang anggota Polri khususnya Bhabinkamtibmas yang

terdapat di wilayah hukum Polsek Banyubiru seperti, tatap muka,

sambang, bimbingan dan penyuluhan, ceramah, pengumpulan

pendapat masyarakat (pulpatnas), penertiban masyarakat, pendidikan

dan pelatihan masyarakat, pengarahan dan pendayagunaan potensi

masyarakat, pelayanan masyarakat, rehabilitasi masyarakat,

perlombaan, koordinasi, diskusi-diskusi tentang kamtibmas.

Dimana masing-masing Bhabinkamtibmas di wilayah hukum

Polsek Banyubiru, memiliki desa-desa yang menjadi desa binaan,

sentuhan ataupun pantauan. Dengan adanya Bhabinkamtibmas di


5

wilayah hukum Polsek Banyubiru hal yang paling diharapkan adalah

terdapatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum sehingga tercipta

keamanan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang

merupakan tugas pokok Polri. Dengan demikian seorang anggota

Bhabinkamtibmas di Polsek Banyubiru dituntut untuk lebih

professional dalam menjalankan tugas-tugasnya sehingga apa yang

diharapkan oleh Polri dan masyarakat yaitu terciptanya keamanan dan

ketertiban masyarakat dapat terwujud. Oleh karena itu untuk melihat

tentang peran bhabinkamtibmas dalam mencegah gangguan

Kamtibmas, maka penulis mengambil judul PERANAN

BHABINKAMTIBMAS DALAM PENCEGAHAN DAN

PENANGGULANGAN KEJAHATAN MELALUI DOOR TO DOOR

SYSTEM UNTUK MENCIPTAKAN KEAMANAN SERTA

KETERTIBAN DI WILAYAH HUKUM POLSEK BANYUBIRU

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di

atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini,

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan Bhabinkamtibmas melalui door to door system

untuk mencegah gangguan kamtibmas di wilayah hukum Polsek

Banyubiru?
6

2. Apa hambatan dalam melaksanakan peranan Bhabinkamtibmas

melalui door to door system untuk mencegah gangguan kamtibmas

di wilayah hukum Polsek Banyubiru serta bagaimana upaya

mengatasi hambatannya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan Bhabinkamtibmas

melalui door to door system untuk mencegah gangguan

kamtibmas di wilayah hukum Polsek Banyubiru

2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan dalam

melaksanakan peranan Bhabinkamtibmas melalui door to door

system untuk mencegah gangguan kamtibmas di wilayah

hukum Polsek Banyubiru serta bagaimana upaya mengatasi

hambatannya

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian baik secara teoritis

dan praktis yang dilakukan sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap ilmu pengetahuan khususnya tentang peran

Bhabinkamtibmas

b. Manfaat praktis
7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi para anggota Bhabinkamtibmas, dan juga terhadap

pemerintah mengenai pemeliharaan keamanan dan ketertiban yang

di lakukan pihak Kepolisian

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Konseptual

Das Sollen Das Sein

1. UUD 1945 peranan Bhabinkamtibmas melalui


2. UU No 2 Tahun 2002 ttg Kepolisian door to door system untuk
3. Perkap No 22 Tahun 2007 Tentang mencegah gangguan kamtibmas di
Bimbingan Keamanan dan Ketertiban wilayah hukum Polsek Banyubiru

Rumusan Masalah 1 Rumusan Masalah 2

Bagaimana peranan Bhabinkamtibmas Apa hambatan dalam melaksanakan


melalui door to door system untuk peranan Bhabinkamtibmas melalui
mencegah gangguan kamtibmas di door to door system untuk mencegah
wilayah hukum Polsek Banyubiru gangguan kamtibmas di wilayah
hukum Polsek Banyubiru

Untuk mengetahui dan menganalisis Untuk mengetahui dan menganalisis


peranan Bhabinkamtibmas melalui door hambatan dalam melaksanakan
to door system untuk mencegah peranan Bhabinkamtibmas melalui
gangguan kamtibmas di wilayah hukum door to door system untuk mencegah
Polsek Banyubiru gangguan kamtibmas di wilayah
hukum Polsek Banyubiru

Teori :

- Teori penegakan hukum


- Teori Kepastian Hukum

Metode Penelitian

Hasil Analisis Rumusan Hasil Analisis Rumusan Masalah


Masalah 1 2
8

Kesimpulan

Rekomendasi
2. Kerangka Teoritik

a) Teori Penegakan hukum

Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa efektif

dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung tiga unsur

sistem hukum, yakni substansi hukum (substance of the law),

struktur hukum (struktur of law), dan budaya hukum (legal

culture). Keterangan dari teori Lawrence M Friedman sebagai

berikut :5

1) Substansi Hukum (substance of the law )

Subtansi hukum bisa dakatakan sebagai norma,

aturan, dan perilaku nyata manusia yang berada pada

sestem itu, di dalam subtansi hukum ada istilah “ produk”

yaitu suatu keputusan yang baru di susun dan baru di buat

yang mana di sini di tekankan pada suatu hukum akan di

buat jika melalui peristiwa terlebih dahulu. Seperti tertulis

pada KUHP pasal 1 di tentukan “tidak ada suatu perbuatan

pidana yang dapat di hukum jika tidak ada aturan yang

mengaturnya”, system ini sangat mempengaruhi system

hukum di Indonesia. Peluang besar bagi seorang pelanggar

hukum untuk lari dari sebuah sanksi dari tindakan yang


55
File:///E:/KETIKAN%202018/AKPOL/S2%202019/teori%20lawrence%20m
%20friedmen.htm
9

menyalahi hukum itu sendiri. Sudah banyak kasus yang

terjadi di Indonesia, yang di sebabkan lemahnya system

yang sehingga para pelanggar hukum itu seolah

meremehkan hukum yang ada. Subtanci hukum juga

mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya

aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books).

Sebagai negara yang masih menganut sistem Civil Law

Sistem atau sistem Eropa Kontinental (meski sebagaian

peraturan perundang-undangan juga telah menganut

Common Law).

2) Struktur Hukum ( legal structure)

Struktur hukum, yaitu kerangka bentuk yang

permanen dari sistem hukum yang menjaga proses tetap

berada di dalam batas-batasnya. Struktur terdiri atas: jumlah

serta ukuran pengadilan, jurisdiksinya (jenis perkara yang

diperiksa serta hukum acara yang digunakan), termasuk di

dalam struktur ini juga mengenai penataan badan legislative.

Teori Lawrence Meir Friedman yang Kedua : Struktur

Hukum/Pranata Hukum: Dalam teori Lawrence Meir

Friedman hal ini disebut sebagai sistem Struktural yang

menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan

dengan baik. Struktur hukum berdasarkan UU No. 8 Tahun

1981 meliputi; mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan


10

dan Badan Pelaksana Pidana (Lapas). Kewenangan

lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-undang.

Sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan

pengaruh-pengaruh lain. Hukum tidak dapat berjalan atau

tegak bila tidak ada aparat penegak hukum yang kredibilitas,

kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu

peraturan perundang-undangan bila tidak didukung dengan

aparat penegak hukum yang baik maka keadilan hanya

angan-angan. Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum

mengakibatkan penegakkan hukum tidak berjalan

sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang mempengaruhi

lemahnya mentalitas aparat penegak hukum diantaranya

lemahnya pemahaman agama, ekonomi, proses rekruitmen

yang tidak transparan dan lain sebagainya. Sehingga dapat

dipertegas bahwa faktor penegak hukum memainkan peran

penting dalam memfungsikan hukum. Kalau peraturan sudah

baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah maka akan ada

masalah. Demikian juga, apabila peraturannya buruk

sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan

munculnya masalah masih terbuka.

Masalah yang ditimbulkan dari struktur hukum yaitu

sekarang banyak kasus penyelewengan kewenangan di


11

ranah penegak hukum kepolisian yang banyak melakukan

pelanggaran contohnya, banyak polisi lalu lintas yang

menyalahi aturan seperti melakukan tilang tapi akhirnya

minta uang, dan melakukan pengoperasian tapi tak ada

surat izin dan lain sebagainnya. Sebagai penegak hukum

seharunya bisa menjadi wadah penampung aspirasi

masyarakat ini malah menjadi musuh nyata bagi

masyarakat, lihat saja sekarang masyarakat akan lagi

mempercayai eksintensi penegak hukum di negeri ini.

3) Budaya Hukum (legal culture)

Budaya hukum ini pun dimaknai sebagai suasana

pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan

bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau

disalahgunakan. Selanjutnya Friedman merumuskan

budaya hukum sebagai sikap-sikap dan nilai-nilai yang ada

hubungan dengan hukum dan sistem hukum, berikut sikap-

sikap dan nilai-nilai yang memberikan pengaruh baik positif

maupun negatif kepada tingkah laku yang berkaitan dengan

hukum. Demikian juga kesenangan atau ketidak senangan

untuk berperkara adalah bagian dari budaya hukum. Oleh

karena itu, apa yang disebut dengan budaya hukum itu tidak

lain dari keseluruhan faktor yang menentukan bagaimana

sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis dalam


12

kerangka budaya milik masyarakat umum. Maka secara

singkat dapat dikatakan bahwa yang disebut budaya hukum

adalah keseluruhan sikap dari warga masyarakat dan sistem

nilai yang ada dalam masyarakat yang akan menentukan

bagaimana seharusnya hukum itu berlaku dalam masyarakat

yang bersangkutan.

Hubungan antara tiga unsur sistem hukum itu sendiri

tak berdaya, seperti pekerjaan mekanik. Struktur diibaratkan

seperti mesin, substansi adalah apa yang dikerjakan dan

dihasilkan oleh mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa

saja atau siapa saja yang memutuskan untuk

menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan

bagaimana mesin itu digunakan. Dikaitkan dengan sistem

hukum di Indonesia, Teori Friedman tersebut dapat kita

jadikan patokan dalam mengukur proses penegakan hukum

di Indonesia. Polisi adalah bagian dari struktur bersama

dengan organ jaksa, hakim, advokat, dan lembaga

permasyarakatan. Interaksi antar komponen pengabdi

hukum ini menentukan kokoh nya struktur hukum. Walau

demikian, tegaknya hukum tidak hanya ditentukan oleh

kokohnya struktur, tetapi juga terkait dengan kultur hukum di

dalam masyarakat. Namun demikian, hingga kini ketiga

unsur sebagaimana dikatakan oleh Friedman belum dapat


13

terlaksana dengan baik, khususnya dalam struktur hukum

dan budaya hukum.


14

b) Teori kepastian hukum

Kepastian hukum tertuang dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 28D ayat (1) yang berbunyi

“setiap orang berhak atas pengakuan jaminan perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan

hukum”.6

Kepastian hukum Menurut Sudikno Mertukusumo

merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus

dijalankan dengan cara yang baik. Kepastian hukum menghendaki

adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan

yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga

aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin

adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan

yang harus ditaati.7

66
Chairul Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm 160.
77
Asikin zainal, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2012
15

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu

peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur

secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan

keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi

suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan

atau menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum menunjuk

kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan

konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh

keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan keadilan

bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual

mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau

adil bukan sekedar hukum yang buruk.8

Kepastian hukum dapat diwujudkan melalui penerimaan

yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan akan jelas

pula penerapannya. Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti

tepat hukumnya, subjeknya dan objeknya serta ancaman

hukumannya. Akan tetapi kepastian hukum mungkin sebaiknya

tidak dianggap sebagai elemen yang mutlak, tapi sarana yang

digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dengan

memperhatikan asas manfaat dan efisiensi.9

88
Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N Mamahit,
Kamus Istilah Hukum, Jakarta, 2009, hlm. 385
99
Rasjuddin, "Hubungan Tujuan Hukum Kepastian Hukum" (Online), (http://rasjuddin.
blogspot.com/2013/06/hubungan-3-tinjauan-hukum-kepastian-hukum.html
16

Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling

banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum.

Tujuan hukum bukan hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum

dan kemanfaatan hukum. Tujuan hukum adalah mengatur

pergaulan hidup secara damai jika ia menuju peraturan yang adil,

artinya peraturan dimana terdapat keseimbangan antara

kepentingan-kepentingan yang dilindungi, dan setiap orang

memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi bagiannya.1010

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yuridis empiris, yaitu suatu cara yang digunakan untuk

memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder

terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan

penelitian terhadap data primer di lapangan.1111

Penelitian yuridis dalam penelitian ini dimaksudkan bahwa

penelitian ini ditinjau dari sudut ilmu hukum dan peraturan-

peraturan tertulis yang berhubungan dengan Peranan

Bhabinkamtibmas Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan

Kejahatan Melalui Door To Door System Untuk Menciptakan

Keamanan Serta Ketertiban di Wilayah Hukum Polsek Banyubiru

2. Spesifikasi Penelitian
1010
L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, terj. Oetarid Sadino, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1993), hlm. 11
1111 .
Soejono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III, UI Press, 2007, hal. 5
17

Spesifikasi penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif

analitis. Deskriptif analitis adalah menggambarkan peraturan

perundangundangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori

hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut

permasalahan.1212

Spesifikasi dalam penelitian ini bertujuan mengetahui

Peranan Bhabinkamtibmas Dalam Pencegahan Dan

Penanggulangan Kejahatan Melalui Door To Door System Untuk

Menciptakan Keamanan Serta Ketertiban di Wilayah Hukum Polsek

Banyubiru

Adapun yang dimaksud dengan penelitian diskriptif adalah

suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan

secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai

populasi atau mengenai bidang tertentu seteliti mungkin tentang

manusia dan gejala-gejalanya. Penelitian ini berusaha

menggambarkan siatuasi atau kejadian.1313

3. Metode Penentuan Sampel

Metode penetuan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil

kelompok subjek tertentu dari populasi yang akan diteliti. Teknik ini

1212
Rizky Syahputra, Doddy Kridasaksana, Zaenal Arifin , Perlindungan Hukum Bagi
Musisi Atas Hak Cipta Dalam Pembayaran Royalti, Fakultas Hukum Universitas
Semarang, Semarang Law Review (SLR), Vol 3 No 1 2022
1313 .
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hal. 7
18

digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus

berdasarkan tujuan penelitiannya.1414

Hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan waktu, tenaga,

biaya yang ada pada peneliti. Adapun sampel yang diambil adalah

sebuah pendindakan yang dilakukan Anggota Bhabinkamtibmas

Polsek Banyubiru

Peranan Bhabinkamtibmas Dalam Pencegahan Dan

Penanggulangan Kejahatan Melalui Door To Door System Untuk

Menciptakan Keamanan Serta Ketertiban di Wilayah Hukum Polsek

Banyubiru

4. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam tesis ini adalah data

sekunder dan data primer.

1. Data primer1515

Yaitu data yang diperoleh dengan penelitian langsung dari

objeknya, yaitu dilakukan melalui wawancara dengan

narasumber.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan untuk mendapatkan konsepsi-konsepsi, teori-teori

atau pendapat-pendapat atau landasan teoritis yang

1414
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Bumi
Aksara, Jakarta, 2011, hal. 45
1515
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Cetakan
ke-6, 2010, hal. 140
19

berhubungan erat dengan permasalahan yang dibahas. Data

sekunder terdiri dari :

a. Bahan hukum primer

1. UUD 1945

2. UU No 2 Tahun 2002 ttg Kepolisian

3. Perkap No 22 Tahun 2007 Tentang Bimbingan Keamanan

dan Ketertiban Masyarakat

b. Bahan hukum sekunder

Literatur, buku-buku dan makalah-makalah yang

menyangkut masalah judul

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum yang memberikan petunjuk atas bahan hukum

primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia dan

sebagainya

Penelitian yang dilakukan menitik beratkan terhadap

penggunaan data sekunder yaitu bahan hukum primer, sekunder

dan tersier, baik perundang-undangan, pustaka hukum serta

lainnya yang memiliki hubungan dan menjadi penunjang

terhadap pembahasan di dalam penelitian ini serta didukung

dengan data primer yang diperoleh dari wawancara.1616

5. Metode Pengumpulan Data

1616
Faris Faza Ghaniyyu, Yani Pujiwati, Betty Rubiat, Jaminan Kepastian Hukum
Konversi Sertipikat Menjadi Elektronik Serta Perlindungannya Sebagai Alat Pembuktian ,
Jurnal USM Law Review Vol 5 No 1 tahun 2022
20

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan cara memperoleh data

secara tidak langsung dari objek penelitian, yaitu dalam

bentuk mempelajari literature, peraturan perundang-

undangan, serta bahan-bahan hukum lain yang erat kaitannya

dengan judul tesis.

2. Studi lapangan

Studi lapangan adalah cara memperoleh data yang

bersifat primer. Dalam hal ini diusahakan memperoleh data

dengan mengadakan wawancara dengan berbagai pihak yang

terkait dengan judul tesis.

6. Metode Analisis Data


21

Metode analisa data yang digunakan bersifat kualitatif,

yaitu analisa yang tidak mendasarkan pada data yang eksak

dalam bentuk angka-angka melainkan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan saja.

Data yang diperoleh dikumpulkan dan disusun secara

sistematis kemudian diadakan analisa data secara kualitatif

berdasarkan disiplin ilmu hukum dan dibantu dengan ilmu

sosial lainnya baru diterapkan dalam bentuk penulisan tesis. Di

samping itu hanya hasil-hasil penelitian yang dipandang

relevan akan dipilih untuk menyusun kesimpulan akhir.

G. Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian dalam penelitian yang dilakukan

diperbandingkan dengan penelitian terdahulu sebagai berikut :

No Nama Penulis & Judul Tesis Materi Penelitian Perbedaan


&Tahun
Asal Perguruan Penelitian

Tinggi

1 Megawati Barthos, Peran Polisi Lalu Untuk Penelitian yang


Universitas Lintas Dalam mengetahui dilakukan lebih
Borobudur, Tesis Meningkatkan peran Polres menekankan pada
Kesadaran Jakarta pusat Peranan
Hukum dalam Bhabinkamtibmas
Pengendara meningkatkan Dalam
Sepeda Motor di kesadaran Pencegahan Dan
Wilayah Polres hukum bagi Penanggulangan
Jakarta Pusat pengendara Kejahatan Melalui
Berdasarkan UU sepeda Door To Door
No 22 Tahun berdasarkan UU System Untuk
2009 Tentang No 22 Tahun Menciptakan
Lalu Lintas dan 2009 Tentang Keamanan Serta
Angkutan Jalan Lalu Lintas dan Ketertiban
Angkutan Jalan,
Untuk
mengetahui
22

kendala dalam
meningkatkan
kesadaran
hukum
2 Pipin Maryati, Untuk Penelitian yang
Program mengetahui dilakukan lebih
Pascasarjana
Perlindungan menekankan pada
Universitas
Muhammadiyah Peranan Peranan
Palembang, 2020 Satbinmas Bhabinkamtibmas
Polres muara Dalam
Enim dalam Pencegahan Dan
Mengamankan Penanggulangan
dan menertibkan Kejahatan Melalui
Pelaksanaan Door To Door
Pemilu Tahun System Untuk
2019, Untuk Menciptakan
mengetahui Keamanan Serta
faktor pendukung Ketertiban
dan penghambat
Satbinmas
Polres Muara
Enim dalam
mengamankan
dan menertibkan
Pelaksanaan
Pemilu Tahun
2019.
3 Ida Sonjaya, USM, Peranan Tujuan Penelitian yang
2023 menenkanan
Bhabinkamtibm dilakukan lebih
bagaimana
as Dalam peranan menekankan pada
Bhabinkamtibmas
Pencegahan Peranan
melalui door to
dan door system Bhabinkamtibmas
untuk mencegah
Penanggulang Dalam
gangguan
an Kejahatan kamtibmas di Pencegahan Dan
wilayah hukum
Melalui door to Penanggulangan
Polsek Banyubiru
door system dan Apa Kejahatan Melalui
hambatan dalam
Door To Door
melaksanakan
peranan System Untuk
Bhabinkamtibmas
23

melalui door to Menciptakan


door system
Keamanan Serta
untuk mencegah
gangguan Ketertiban
kamtibmas di
wilayah hukum
Polsek Banyubiru
serta bagaimana
upaya mengatasi
hambatannya

H. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan peranan

Peranan menurut terminology adalah seperangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan di

masyarakat. Dalam bahasa Inggris peranan disebut “role” yang

definisinya adalah “person‟s task or duty in undertaking.” Artinya

“tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau

pekerjaan.”1717

Peran diartikan sebagai perangkat tingkah yang

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam

masyarakat. Sedangkan peranan merupakan tindakan yang

dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa. 1818

Peranan adalah sebuah aspek dinamis dari status sosial

atau kedudukan, artinya ketika seseorang dapat melaksanakan

1717
Hasan Mukmin, Peranan Fakultas Dakwah Sebagai Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
dalam Pemberdayaan Masyarakat Islam di Wilayah Lampung, (Lampung: Pusat
Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
IAIN Raden Intan Lampung, 2014), h. 62
1818
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), Ed. Ke-3, Cet. Ke- 4, h. 854
24

kewajiban dan mendapatkan haknya maka orang tersebut telah

menjalankan sebuah peran.1919

Peranan dapat dipahami sebagai sebuah harapan yang

dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan

hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang

peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Peranan

juga merupakan sebuah penilaian akan sejauh mana fungsi

seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian

tujuan yang ditetapkan. Seorang antropolog bernama Linton

(1936) menggambarkan teori peran ini sebagai interaksi sosial

dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa

yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-

harapan peran merupakan pemahaman bersama yang

menuntut individu untuk berperilaku atau besikap dalam

kehidupan sehari-hari.2020

2. Tinjauan Kepolisian

Pertama kali istilah Polisi ditemukan pada abad sebelum

masehi di Yunani yaitu “Politeia” yang berarti seluruh

pemerintahan negara kota. Karena pada masa itu kota-kota

merupakan negara-negara yang berdiri sendiri yang disebut

juga dengan polis. Dari istilah politeia dan polis itulah

1919
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: CV Rajawali, 2002),hal 243
2020
Gartiria Hutami dan Anis Chariri, “Pengaruh Konflik Peran dan Ambiguitas Peran
teradap Komitmen Independensi Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada
Inspektorat Kota Semarang)” (Semarang, Universitas Diponogoro, 2011),
http://eprints.undip.ac.id/30903/.
25

kemudian timbul istilah lapolice (Perancis), politeia (Belanda),

police (Inggris), polzei (Jerman) dan Polisi (Indonesia).2121

Istilah polisi biasa dipergunakan sebagai pemeliharaan

ketertiban umum dan perlindungan orang-orang serta miliknya

dari keadaan yang menurut perkiraan dapat merupakan suatu

bahaya atau gangguan umum dan tindakan-tindakan yang

melanggar hukum. Dengan kata lain Polisi diseluruh penjuru

dunia senjatanya adalah hukum (peraturan

perundangundangan) dan pelurunya adalah pasal-pasalnya

sehingga musuh yang dilawan mudah dilumpuhkan karena

polisi paham benar senjata apa yang harus digunakan dan

kapan dapat melumpuhkan lawan (penjahat), serta bagaimana

melumpuhkan dengan menggunakan peluru hukum agar

terpenuhi unsur-unsur kejahatan yang dilakukan oleh penjahat

berdasarkan pasal-pasal yang dituduhkan.2222

Polisi merupakan alat penegak hukum yang dapat

memberikan perlindugan, pengayoman, serta mencegah

timbulnya kejahatan dalam kehidupan masyarakat, hal ini

sesuai dengan pendapat Rahardi.2323

2121
Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta:2005,
hal 9
2222
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian, Laksbang Grafika, Surabaya:2014, hal 6
2323
Sadjijono, Memahami hukum Kepolisian, cetakan I, PT Laksbang
resindo,Yogyakarta, 2010
26

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1)

dijelaskan bahwa Kepolisian adalah segala hal ihwal yang

berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Istilah kepolisian dalam

undang-undang ini mengandung dua pengertian, yakni fungsi

polisi dan lembaga polisi.

a) Tugas Kepolisian

Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum

dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,

menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara

Republik Indonesia adalah:

a) Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat;

b) Menegakkan hukum;

c) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat.

Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas,

polisi juga memiliki tugas-tugas tertentu sebagaimana

tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang–Undang No. 2,

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Dari tugas-tugas polisi tersebut dapat

dikemukakan bahwa pada dasarnya tugas polisi ada dua


27

yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban,

menjamin dan memelihara keselamatan negara, orang,

benda dan masyarakat serta mengusahakan ketaatan

warga negara dan masyarakat terhadap peraturan negara.

Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas

yang kedua adalah tugas represif. Tugas ini untuk

menindak segala hal yang dapat mengacaukan keamanan

masyarakat, bangsa, dan Negara.

b) Fungsi Kepolisian.

Pasal 2 Undang-Undang No 2 tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian

sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,

penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayanan

kepada masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian

adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu

lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan

fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Menurut Pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 :

“Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat

negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

memberikan perlingdungan, pengayoman, dan pelayanan


28

kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya

keamanan dalam negeri”.

Polri sebagai agen penegak hukum dan pembina

keamanan dan ketertiban masyarakat. Konsepsi tugas,

fungsi dan peran Polri yang bersumber dari landasan yang

masih relevan namun masih perlu diorintasikan dengan

perkembangan masyarakat. Polri dengan keberadaannya

membawa empat peran strategis, yakni:2424

1. Perlindungan masyarakat;

2. Penegakan Hukum;

3. Pencegahan pelanggaran hukum;

4. Pembinaan Keamanan dan Ketertiban masyarakat.

Sebagaimana diatur`dalam ketentuan UU No. 2

Tahun 2002 tentang Polri secara gamblang dirumuskan

bahwa tugas pokok Polri adalah penegak hukum,

pelindung, pengayom dan pembimbing masayarakat

terutama dalam rangka kepatuhan dan ketaatan pada

hukum yang berlaku. Dalam ketentuan Undang-undang

tersebut, ada dua hal yang mendasar tugas utama Polri

sebagaimana yang termuat dalam Tribrata maupun Catur

Prasetya Polri. Sebagaimana diatur dalam UU No. 2 Tahun

2002, khususnya pada Pasal 13. Pelayanan kepada


2424
Elvi Alfian, Tugas Kepolisiaan Untuk Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap
Penegak Hukum, Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Batanghari
Legalitas: Jurnal Hukum, 12(1), Juni 2020, 27
29

masyarakat (publik), semaksimal mungkin diarahkan untuk

tercapainya kondisi yang ideal sebagaimana diamanatkan

dalam Tribata yang merupakan pedoman hidup anggota

Polri dan Catur Prasetya sebagai pedoman kerja Polri,

dimana apabila hal tersebut terlaksana dengan baik

dipastikan akan terwujud pelayanan publik yang prima

sesuai bidang pelayanan yang diemban Polri.

c) Wewenang Kepolisian

Disamping memiliki tugas-tugas tersebut di atas,

polisi memiliki wewenang secara umum yang diatur dalam

Pasal 15 ayat (1) UndangUndang No 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu

sebagai berikut:

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga

masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban

umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit

masyarakat;

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan

perpecahan

atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;


30

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup

kewenangan administratif kepolisian;

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian

dari

tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta

memotret

seseorang;

i. Mencari keterangan dan barang bukti;

j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional;

k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan

yang

diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi

lain,

serta kegiatan masyarakat;

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk

sementara waktu

Adapun wewenang yang dimiliki kepolisian untuk

menyelenggarakan tugas dibidang proses pidana menurut


31

Pasal 16 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

a) Melakukan penangkapan, penahanan,

penggeledahan, dan penyitaan.

b) Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki

tempat kejadian perkara untuk kepentingan

penyidikan.

c) Membawa dan menghadapkan orang kepada

penyidik

dalam rangka penyidikan.

d) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan

menanyakan

serta memeriksa tanda pengenal diri.

e) Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan surat.

f) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa

sebagai

tersangka atau saksi.

g) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

h) Mengadakan penghentian penyidikan.

i) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut

umum.
32

j) Mengajukan permintaan secara langsung kepada

pejabat

imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan

imigrasi

dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk

mencegah atau menangkal orang yang disangka

melakukan tindak pidana.

k) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada

penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan

kepada

penuntut umum.

l) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggungjawab.

3. Tinjauan Bhabinkamtibmas

Bhabinkamtibmas merupakan singkatan dari

Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

Menurut Pasal 1 Ayat 4 mengenai Peraturan Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015, tentang

Pemolisian Masyarakat, bhabinkamtibmas adalah pengemban

Polmas yang ada di desa atau kelurahan. Pengemban polmas

ini merupakan setiap anggota Polri yang melakukan Polmas di

dalam masyarakat atau komunitas. Pada dasarnya, tugas

bhabinkamtibmas sudah diatur di dalam Pasal 27 Peraturan


33

Kapolri No. 3 Tahun 2015. Sedangkan fungsi dari

bhabinkamtibmas juga sudah diatur di dalam Pasal 26

Peraturan Kapolri No. 3 Tahun 2015. Berikut ini adalah

beberapa penjelasan mengenai tugas, fungsi, dan juga

wewenang dari bhabinkamtibmas , antara lain:2525

a) Tugas Pokok Bhabinkamtibmas

Tugas pokok dari bhabinkamtibmas adalah

melaksanakan pembinaan masyarakat, deteksi dini serta

mediasi atau negosiasi supaya tercipta kondisi yang lebih

kondusif di desa ataupun kelurahan. Dalam melakukan

tugas pokoknya, bhabinkamtibmas melakukan kegiatan

berikut ini:

a. Melakukan kunjungan dari rumah ke seluruh wilayah

yang menjadi penugasannya.

b. Melakukan dan juga membantu pemecahan sebuah

masalah.

c. Melakukan pengaturan dan juga pengamanan kegiatan

masyarakat.

d. Menerima informasi mengenai terjadinya tindak pidana.

e. Memberikan perlindungan sementara pada orang yang

tersesat, korban kejahatan, dan juga pelanggaran.

2525
Nandy, Bhabinkamtibmas Adalah: Fungsi, Tugas, dan Wewenangnya,
https://www.gramedia.com/literasi/bhabinkamtibmas
34

f. Ikut serta dalam memberikan bantuan pada korban

bencana alam dan juga wabah penyakit.

g. Memberikan bimbingan serta petunjuk pada masyarakat

ataupun komunitas yang berhubungan dengan

permasalahan Kamtibmas dan juga Pelayanan Polri.

b) Fungsi Bhabinkamtibmas

Berikut ini adalah beberapa fungsi

bhabinkamtibmas yang perlu dipahami, antara lain:

1) Melakukan kunjungan atau sambang kepada

masyarakat dengan tujuan untuk mendengarkan

keluhan masyarakat mengenai permasalahan

Kamtibmas dan kemudian memberikan penjelasan dan

penyelesaiannya, memelihara hubungan silaturahmi

atau persaudaraan.

2) Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan

Kamtibmas guna meningkatkan kesadaran hukum dan

Kamtibmas dengan cara menjunjung tinggi Hak Asasi

Manusia atau HAM.

3) Menyebarluaskan berbagai informasi mengenai

kebijakan pimpinan Polri yang berhubungan dengan

Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

atau Harkamtibmas.
35

4) Mendorong adanya pelaksanaan siskamling dalam

pengamanan lingkungan serta kegiatan masyarakat.

5) Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat

yang membutuhkan.

6) Menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat

positif.

7) Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas

dengan melalui perangkat desa atau kelurahan dan

juga pihak-pihak terkait lainnya.

8) Melaksanakan konsultasi, negosiasi, mediasi, fasilitasi,

motivasi kepada masyarakat dalam Harkamtibmas dan

pemecahan masalah kejahatan sosial.

4. Tinjauan Kejahatan

Secara etimologi kejahatan adalah bentuk tingkah laku

yang bertentangan dengan moral kemanusiaan. Kejahatan

merupakan suatu perbuatan atau tingkah laku yang sangat

ditentang oleh masyarakat dan paling tidak disukai oleh

rakyat.2626

Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek

yang dapat dipahami dari berbagai sisi berbeda. Itu ebabnya

dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

2626
Didik M. Arif Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan
antara Norma dan Realita, Rajawali Pers, Jakarta:2007, hal.56
36

tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan

yang lain. Dalam pengalaman kita ternyata tak mudah untuk

memahami kejahatan itu sendiri.2727

Menurut Paul Meodikdo Meoliono kejabatan adalah

pelanggaran norma hukum yang di tafsirkan atau patut

dilahirkan sebagai perbuatan yang merugikan menjengkelkan

dan tidak boleh dibiarkan.2828

Kejahatan secara formal yuridis yaitu perbuatan itu

harus memenuhi unsur delik (kejahatan dan pelanggaran)

yang dirumuskan dalam undangundang hukum pidana dan

apabila salah satu unsur tidak terpenuhi maka itu dikategorikan

bukan termasuk delik atau perbuatan pidana (kejahatan dan

pelanggaran). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pengertian kejahatan secara formal yuridis adalah suatu

perbuatan yang melanggar hukum atau perbuatan yang

bertentangan dengan hukum, yang diancam pidana oleh

undang-undang.2929

Kejahatan secara sosiologis adalah perbuatan yang anti

sosial yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum pidana

2727
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Rajawali Pers, Jakarta:2002 hal.1

2828
Soejono, Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung, 2006,hal 31

2929
Muhadar, Korban Pembebasan tanah prespektif viktimologis, Rangkang Education,
Yogyakarta:2013, hal.28
37

sehingga negara ditentang dengan penjatuhan pidana. Jadi

jelasnya secara sosiologis kejahatan merupakan suatu bentuk

tingkah laku, ucapan, perbuatan yang menginjak-nginjak nilai-

nilai, norma-norma atau adat istiadat yang hidup di dalam

masyarakat yang secara ekonomis, politis dan sosial psikologis

sangat merugikan umum.

Kejahatan adalah perbuatan pidana yang berat.

Ancaman hukumannya dapat berupa denda, hukuman penjara,

hukuman mati, dan kadangkala masih ditambah dengan

hukuman penyitaan barang-barang tertentu, pencabutan hak

tertentu, serta pengumuman putusan hakim. Semua jenis

kejahatan diatur dalam Buku II KUHP. Namun demikian, masih

ada jenis kejahatan yang diatur diluar KUHP, dikenal dengan

pidana khusus, misalnya tindak pidana korupsi, subversi,

psikotropika, atau tindak pidana ekonomi.3030

I. Jadwal Penelitian

Supaya penelitian ini tidak lama dan berlarut-larut, maka

peneliti merencanakan jadwal waktu pelaksanaan penelitian sebagai

berikut :

Waktu

Kegiatan Mar’23 Apr’23 Mei’23 Juni’23

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

3030
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta:2004,
hal.61
38

Proposal

Revisi proposal

Seminar proposal

Persiapan

Pengumpulan data

Analisa data

Penulisan laporan

J. Sistematika penulisan

Penulisan penelitian ini akan disusun berdasarkan sistematika

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan Pada bab ini terdiri dari latar belakang

penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

kerangka konseptual, kerangka teoritik, metode penelitian, orisinalitas

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka. Menguraikan konsep-konsep dan

peraturan-peraturan yang mendasari permasalahan yang dibahas

terkait dengan judul penelitian.

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini

disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Bagaimana

peranan Bhabinkamtibmas melalui door to door system untuk

mencegah gangguan kamtibmas di wilayah hukum Polsek Banyubiru,

Apa hambatan dalam melaksanakan peranan Bhabinkamtibmas


39

melalui door to door system untuk mencegah gangguan kamtibmas di

wilayah hukum Polsek Banyubiru serta bagaimana upaya mengatasi

hambatannya

BAB IV Penutup. Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan

saran yang mungkin berguna bagi para pihak.


40

K. Daftar Pustaka

Buku

Chairul Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Jakarta : Sinar

Grafika, 2008)

Asikin zainal, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali

Press, Jakarta, 2012

Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan

Godlieb N Mamahit, Kamus Istilah Hukum, Jakarta, 2009

L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, terj. Oetarid

Sadino, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1993)

Soejono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III,

UI Press, 2007

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2014

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi

Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta, 2011

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada

Media Group, Cetakan ke-6, 2010

Hasan Mukmin, Peranan Fakultas Dakwah Sebagai Lembaga

Dakwah Kampus (LDK) dalam Pemberdayaan Masyarakat Islam di

Wilayah Lampung, (Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, IAIN

Raden Intan Lampung, 2014)


41

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. Ke-3, Cet. Ke- 4

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: CV

Rajawali, 2002)

Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, Prestasi

Pustaka, Jakarta:2005

Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian, Laksbang Grafika,

Surabaya:2014

Sadjijono, Memahami hukum Kepolisian, cetakan I, PT

Laksbang resindo,Yogyakarta, 2010

Didik M. Arif Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi

Perlindungan Korban Kejahatan antara Norma dan Realita,

Rajawali Pers, Jakarta:2007

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Rajawali

Pers, Jakarta : 2002

Soejono, Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung, 2006

Muhadar, Korban Pembebasan tanah prespektif viktimologis,

Rangkang Education, Yogyakarta:2013

Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta:2004, hal.61

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar 1945


42

Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 22


Tahun 2007 Tentang Bimbingan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang


Kepolisian Negara Republik Indonesia, Edisi 2010, Fokusmedia

Jurnal

Faris Faza Ghaniyyu, Yani Pujiwati, Betty Rubiat, Jaminan


Kepastian Hukum Konversi Sertipikat Menjadi Elektronik Serta
Perlindungannya Sebagai Alat Pembuktian , Jurnal USM Law
Review Vol 5 No 1 tahun 2022

Rizky Syahputra, Doddy Kridasaksana, Zaenal Arifin ,


Perlindungan Hukum Bagi Musisi Atas Hak Cipta Dalam
Pembayaran Royalti, Fakultas Hukum Universitas Semarang,
Semarang Law Review (SLR), Vol 3 No 1 2022

Elvi Alfian, Tugas Kepolisiaan Untuk Meningkatkan


Kepercayaan Publik Terhadap Penegak Hukum, Magister Ilmu
Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Batanghari Legalitas:
Jurnal Hukum, 12(1), Juni 202
43

Internet

File:///E:/KETIKAN%202018/AKPOL/S2%202019/teori

%20lawrence%20m%20friedmen.htm

Rasjuddin, "Hubungan Tujuan Hukum Kepastian Hukum"

(Online), (http://rasjuddin. blogspot.com/2013/06/hubungan-3-tinjauan-

hukum-kepastian-hukum.html

Nandy, Bhabinkamtibmas Adalah: Fungsi, Tugas, dan

Wewenangnya, https://www.gramedia.com/literasi/bhabinkamtibmas

Gartiria Hutami dan Anis Chariri, “Pengaruh Konflik Peran dan

Ambiguitas Peran teradap Komitmen Independensi Auditor Internal

Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Inspektorat Kota Semarang)”

(Semarang, Universitas Diponogoro, 2011),

http://eprints.undip.ac.id/30903/

Anda mungkin juga menyukai