Anda di halaman 1dari 7

FORMULA MENCEGAH KEJAHATAN ITE

(PERANAN KEPOLISIAN, ASAS-ASAS HUKUM, FORMULA


TERHINDAR)
“Makalah ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah”
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu:
Moch. Rosy Ilhamsyah, S.I. Kom., M. Sos.
Disusun Oleh:
Ri’yatul Jinany (202312134164)
Erlisa Nur Cahyani (202312134158)

PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR


JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AL FITHRAH
SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari hakikat kejahatan sebagai suatu masalah sosial, banyak
faktor yang menjadi sebab terjadinya kejahatan tersebut. Khususnya
kejahatan ITE. Faktor tejadinya kejahatan itu sangat kompleks dan berada
di luar jangkauan kesejahteraan amanat hukum pidana. Sanksi pidana
selama ini bukanlah obat (remedium) untuk mengatasi sebab-sebab
sumber penyakit. Dengan kata lain bukan sebagai pengobatan kausatif,
tetapi hanya sekedar pengobatan simtomatis, atau bisa dikatakan sebagai
legal stucture saja.
Adanya ITE di era modern ini banyak memiliki kegunaan. Namun,
tidak sedikit dari kalangan masyarakat yang memanfaatkan dan
menyalahgunakannya. Kejahatan yang marak terjadi di dalamnya yaitu
sebagaimana uraian materi sebelumnya, seperti ujaran kebencian, cyber
crime, penyebaran Hoax, Dls. Maka, menggunakan informasi elektronik
sebagaimana mestinya, akan membantu meminimalisir kejahatan-
kejahatan ITE ynng umumnya terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asas-asas hukum mengenai kejahatan ITE?
2. Bagaimana peranan polisi dalam mengatasi kejahatan ITE?
3. Formulasi agar terhindar dari kejahatan ITE!

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui asas-asas hukum mengenai kejahatan ITE
2. Untuk mengetahui peranan polisi dalam mengatasi kejahatan ITE
3. Untuk mengetahui formulasi agar terhindar dari kejahatan ITE

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asas-Asas Hukum Kejahatan ITE1


Berbicara terkait asas-asas yang harus dipegang dalam menjalankan
UU-ITE, penulis kiranya perlu mengulas beberapa asas yang harus
dipegang dalam menjalankan undang-undang tersebut. Pertama, melihat
UU-No 11 2008 tentang Informasi dan Transaksi Eletronik. Pada pasal 3
dijelaskan tentang Asas dan Tujuan sebagai berikut: "Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan
asas kepastian hukum, manfaat, kehatihatian, iktikad baik, dan kebebasan
memilih teknologi atau netral teknologi”. Sebagai berikut penjelasannya:
a. “Asas kepastian hukum” berarti landasan hukum bagi
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik serta
segala sesuatu yang mendukung penyelenggaraannya yang
mendapatkan pengakuan hukum di dalam dan di luar pengadilan.
b. “Asas manfaat” berarti asas bagi pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik diupayakan untuk mendukung
proses berinformasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
c. “Asas kehatihatian” berarti landasan bagi pihak yang
bersangkutan harus memperhatikan segenap aspek yang berpotensi
mendatangkan kerugian, baik bagi dirinya maupun bagi pihak lain
dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.
d. “Asas iktikad baik” berarti asas yang digunakan para pihak
dalam melakukan Transaksi Elektronik tidak bertujuan untuk
secara sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakibatkan
kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut.

1
https://adams.co.id/rule/UU/ITE/bab_02.htm#:~:text=Pemanfaatan%20Teknologi
%20Informasi.

2
e. “Asas kebebasan” memilih teknologi atau netral teknologi”
berarti asas pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu
sehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang akan
datang.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan tentang Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik pada pasal 4 yang mana
ITE dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia.
b. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik.
d. membuka kesempatan seluasluasnya kepada setiap Orang untuk
memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan
bertanggung jawab.
e. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi
pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

B. Peranan Kepolisian
Selain memperhatikan apa yang menjadi poin-poin penting dalam
UU-ITE sebagai legal structure, juga perlu memperhatikan peran Polisi
sebagai legal leadership dalam sistem hukum. Saat ini polisi adalah
sebagai pemelihara Kamtibmas juga sebagai aparat penegak hukum dalam
proses pidana. Polisi adalah aparat penegak hukum jalanan yang langsung
berhadapan dengan masyarakat. Dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Republik Indonesia, “Fungsi Kepolisian adalah salah
satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan

3
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat”2.
Dalam Pasal 4 UU No.2 Tahun 2002 juga menegaskan “Kepolisian
Negara RI bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib, dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”. Termasuk dalam
menyadarkan UU-ITE secara lengkap dengan isi, baik dari segi kepastian,
sampai tujuan. Mengingat polisi bukan hanya mengungkap dan
menghukum tindak kejahatan. Tetapi, juga mensosialisasikan produk buku
tersebut, yaitu UU.
Negara Republik Indonesia dalam wujud komitmen moral yang
meliputi pada pengabdian, kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya
disusun kedalam kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
etika profesi kepolisian terdiri dari :3
a. Etika pengabdian merupakan komitmen moral setiap anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap profesinya sebagai
pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum
serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
b. Etika kelembagaan merupakan komitmen moral setiap anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap institusinya yang
menjadi wadah pengabdian yang patut dijunjung tinggi sebagai
ikatan lahir batin dari semua insan Bhayangkara dan segala martabat
dan kehormatannya.
c. Etika kenegaraan merupakan komitmen moral setiap anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan institusinya untuk
senantiasa bersikap netral, mandiri dan tidak terpengaruh oleh

2
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Cetakan I, Citra Umbara, Bandung 2009, h. 3.
3
”Kode Etik Profesi Kepolisian Republik Indonesia”,
<http://www.metro.polri.go.id/kodeetik-kepol> diakses pada tanggal 11 Desember 2013.

4
kepentingan politik dan golongan dalam rangka menjaga tegaknya
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberhasilan penyelenggaraan fungsi kepolisian dengan tanpa
meninggalkan etika profesi sangat dipengaruhi oleh kinerja polisi yang
direfleksikan dalam sikap dan perilaku pada saat menjalankan tugas dan
wewenangnya. Dalam Pasal 13 UU Kepolisian ditegaskan tugas pokok
kepolisian adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat. Profesionalisme polisi amat diperlukan
dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum, mengingat modus
operandi dan teknik kejahatan semakin canggih, seiring perkembangan dan
kemajuan zaman. Apabila polisi tidak profesional maka proses penegakan
hukum akan timpang, akibatnya keamanan dan ketertiban masyarakat akan
senantiasa terancam sebagai akibat tidak profesionalnya polisi dalam
menjalankan tugas. Tugas polisi disamping sebagai penegak hukum (law
enforcement) dan juga sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat (order maintenance officer). Polisi adalah ujung tombak dalam
sistem keadilan sosial masyarakat. Di tangan polisilah terlebih dahulu
mampu mengurai gelapnya kasus kejahatan. Polisi dituntut mampu
menyibak belantara kejahatan di masyarakat dan menemukan pelakunya.
polisi harus melakukan serangkaian tindakan untuk mencari dan
menemukan bukti-bukti guna membuat terang suatu kejahatan dan
menemukan pelakunya. Berbagai macam jenis kejahatan yang telah
ditangani pihak kepolisian dalam memberantas kejahatan, demi untuk
meningkatkan suasana yang aman dan tertib, sebagaimana yang menjadi
tanggung jawab pihak kepolisian. Masyarakat dengan polisi tidak dapat
dipisahkan. Konflik antara polisi dengan masyarakat juga sering terjadi
karena ketidakprofesionalan dalam menjalankan tugas, misalnya
melakukan penyidikan tanpa surat dan dasar hukum yang kuat, melakukan
penangkapan dan penahanan tanpa prosedur, melakukan kekerasan kepada

5
tersangka dan sebagainya. Tindakan keras dari kepolisian harus tetap
berdasarkan aturan-aturan hukum yang berlaku dan menghormati HAM.
C. Formulasi Menghindari Kejahatan ITE
Berdasarkan UU-NO 11, 2008 Pasal 3 yang menjelaskan asas-asas
kegunaan dan manfaat ITE yang telah diuraikan di atas. Maka jelas bahwa
kegunaan ITE bagi masyarakat telah diatur dan dibatasi oleh asas-asas
hukum, sehingga apabila terjadi pelanggaran, maka pelaku akan dikenakan
tindak pidana sesuai UU yang ditetapkan, dan dianggap sebagai pelanggar
hukum. Sehingga dengan merujuk kepada asas-asas hukum yang telah
ditetapkan tersebut, kita dapat berhati-hati dalam memanfaatkannya dan
mengantisipasi terjadinya pelanggaran ITE.

Anda mungkin juga menyukai