Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan, kesimpulan penelitian ini adalah :

1. Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi dalam Ketentuan Hukum

Pidana di Indonesia yakni ada 3 (Tiga) hal yang menurut penulis

merupakan kebijakan paling penting dalam melakukan Upaya

Pencegahan Tindak Pidana Korupsi, yakni :

a) Kebijakan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi yang terdapat

dalam Pasal 5 UNCAC 2003 tercermin dalam Undang-undang

Nomor 30 Tahun 2002 Tentang KPK dan Inpres No. 5 Tahun

2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;

b) Kebijakan mengenai Institusi/Lembaga dalam Pencegahan

Korupsi (Pasal 6 UNCAC 2003), tercermin dalam pasal 14 UU

30 tahun 2002 Tentang KPK;

c) UNCAC 2003 juga mengatur mengenai peran serta masyarakat

(participation of society) yakni dalam Pasal 13 UNCAC, bahwa

setiap negara peserta wajib mengambil tindakan-tindakan yang

memadai, dalam jangkauan kemampuannya dan sesuai dengan

prinsip-prinsip fundamental hukum nasionalnya, untuk

meningkatkan partisipasi aktif individu-individu dan kelompok-

117
kelompok di luar sektor publik, seperti masyarakat madani,

lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi-

organisasi kemasyarakatan dalam pencegahan dan

pemberantasan korupsi dan untuk meningkatkan kesadaran

publik mengenal keberadaan, sebab-sebab, dan kegawatan

ancaman yang ditimbulkan oleh korupsi. Hal ini tercermin

dalam Pasal 41 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo

Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

2. Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, fungsi

pencegahan yang secara tegas terdapat dalam peraturan perundangan

yang berhubungan dengan lembaga hukum hanya terdapat dalam UU

KPK. Dalam Undang-Undang Kepolisian, masalah pencegahan tindak

pidana hanya ditempatkan secara umum berkenaan dengan ketertiban

dan ketentraman masyarakat. Sementara dalam Undang-Undang No.

16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia masalah ini

nyaris tidak disinggung.

118
B. Saran

Setelah meneliti dan membahas mengenai Upaya Pencegahan Tindak

Pidana Korupsi dalam Hukum Pidana di Indonesia dikaitkan dengan

UNCAC 2003, maka penulis mencoba menyampaikan saran-saran sebagai

berikut :

1. Diperlukan suatu kemauan dan keinginan yang kuat (political will)

dari lembaga pemerintahan seperti legislatif, eksekutif, maupun

yudikatif dalam melakukan pencegahan Tindak Pidana korupsi.

Kebijakan pemerintah maupun KPK yang telah diatur serta disusun

sebagai strategi untuk mencegah dan memberantas korupsi yang

diterapkan akan percuma dan sia-sia jika upaya tersebut tidak

dibarengi dengan niat serta kemauan yang kuat dari para

Penyelenggara Negara. Oleh karena itu sebuah political will yang

kuat akan sangat berharga dalam melawan korupsi dalam

mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi.

2. Konsistensi dari lembaga penegak hukum dan juga para aparatur

negara dalam menangani pencegahan tindak pidana korupsi yang

terjadi dalam pelaksanaan tata pelayanan pemerintahan. Karena jika

melakukan upaya tersebut hanya berorientasi pada jangka pendek

maka dikhawatirkan gejala tindak pidana korupsi dapat semakin

bertumbuh.

119
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan tindak

pidana korupsi sebagai bentuk dari kontrol sosial, tingginya kontrol

sosial akan mampu mempersempit ruang gerak bagi korupsi dan

memperlebar ruang bagi anti korupsi. Agar tingkat pertumbuhan

korupsi dapat terus ditekan, maka upaya mendorong kesadaran

masyarakat dalam pencegahan tindak pidana korupsi perlu terus

diupayakan.

120
121

Anda mungkin juga menyukai