Anda di halaman 1dari 14

NASKAH KARYA PERORANGAN

(NKP)

Tema : PELAKSANAAN TUGAS POLRI GUNA MENDUKUNG PENERAPAN


PROTOKOL KESEHATAN SELAMA PANDEMI COVID-19 DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA SITUASI KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

Judul : OPTIMALISASI PERAN FUNGSI SAT RESKRIM DALAM MENDUKUNG


PENERAPAN SANKSI HUKUM PELANGGARAN PROTOKOL KESEHATAN GUNA
MEWUJUDKAN SITUASI KAMTIBMAS DI KAB. SUMEDANG

DISUSUN OLEH :
BRIPKA TATANG

Untuk memenuhi salah satu tugas seleksi SIP di Panda Polda Jabar

Sumedang, Februari 2021


Tema : Pelaksanaan Tugas Polri Guna Mendukung Penerapan Protokol Kesehatan Selama
Pandemi Covid-19 Dalam Rangka Terwujudnya Situasi Kamtibmas Yang Kondusif

OPTIMALISASI PERAN FUNGSI SAT RESKRIM DALAM MENDUKUNG PENERAPAN


SANKSI HUKUM PELANGGARAN PROTOKOL KESEHATAN GUNA MEWUJUDKAN
SITUASI KAMTIBMAS DI KAB. SUMEDANG

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan. Namun yang terjadi
di Indonesia saat ini adalah maraknya penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus
corona yang mampu mengakibatkan kematian. Virus ini terdeteksi muncul pertama
kali di Wuhan China pada bulan Desember 2019. Virus corona merupakan virus yang
menyerang saluran pernafasan dan menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak
nafas serta nyeri tenggorokan.
Penyebaran virus ini sangatlah cepat hingga memakan banyak nyawa di
berbagai negara. Awal mulanya, warga Indonesia yang positif terkena virus corona
hanya 2 orang, namun penyebaran virus ini sangat cepat sehingga setiap hari ada
orang yang terkena atau terjangkit virus ini. Hingga pemerintah mengambil keputusan
untuk mempersiapkan rumah sakit daerah sebagai rumah sakit rujukan bagi setiap
orang yang terjangkit Covid-19.
Upaya pencegahan dan pemutusan rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia
membutuhkan kedisiplinan pada banyak aspek, terutama kehidupan sosial
masyarakat. Dalam situasi pandemi, diperlukan disiplin yang sangat ketat terhadap
kehidupan sosial masyarakat dalam bentuk physical distancing. Metode ini dianggap
sebagai upaya yang paling efektif untuk mencegah dan mengurangi angka
penyebaran virus ini.
Pemerintah memperkuat kewajiban physical distancing melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) dan Peraturan Kementerian Kesehatan (Permenkes) No. 9 Tahun 2020.
Aturan ini harus dipatuhi dan untuk memastikan kepatuhan tersebut, Polri menjadi
garda terdepan. Dalam konteks inilah, selain tenaga medis, Polri dapat disebut
sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

2
Keberhasilan PSBB memang tergantung dari kesadaran dan kedisiplinan masyarakat,
namun untuk memastikan keduanya berjalan, diperlukan peran Polri di dalamnya.
Disinilah letak persoalannya. Peran Polri khususnya fungsi sat reskrim sebagai
fungsi terdepan dalam penindakan hukum / refresif yang demikian krusial dan
signifikan untuk mencegah penyebaran COVID-19 tentu menjadi tugas “tambahan”
yang tidak pernah diduga sebelumnya. Polri, pada satu sisi memiliki tugas-tugas rutin
sebagai aparat penegak hukum dan penjaga ketertiban umum, sementara di sisi lain
menjadi pihak yang diandalkan untuk menegakkan aturan PSBB. Pada saat yang
sama, seluruh personel Polri di lapangan juga harus meningkatkan kewaspadaan bagi
dirinya masing-masing karena kemungkinan tertular virus ini juga besar.
Terlepas daripada itu, Jika melihat substansi maklumat Kapolri maupun operasi
yang dilakukan, fungsi Polri lebih banyak bergerak di area penindakan terhadap
pelanggaran ketimbang pencegahan. Terlebih lagi, area penindakan tersebut ingin
dicakup semuanya oleh Polri tanpa mempertimbangkan kesulitan teknis di lapangan.
Padahal, Polri perlu menyadari bahwa dari sisi internal, masih terdapat keterbatasan
(daya dukung) sumber daya Polri, seperti jumlah dan kemampuan personil yang
bertugas, koordinasi dengan stakeholder yang masih lemah, dan sebagainya. Dalam
banyak studi, keterbatasan-keterbatasan di atas belum sepenuhnya dapat
diselesaikan oleh pemerintah sendiri.
Padahal, sebagaimana tertuang dalam UU No. 2 Tahun 2002, fungsi Polri tidak
hanya penindakan, melainkan juga pencegahan melalui upaya persuasif yang dapat
melibatkan masyarakat. Tampaknya hal ini tidak menjadi prioritas bagi Polri mengingat
dalam maklumat tersebut, Polri ingin mengerahkan semua potensi kekuatan untuk
mendukung pelaksanaan PSBB.

B. Identifikasi Masalah
Fungsi penegakan hukum yang diemban Polri sesungguhnya tidak lepas dari
fungsinya sebagaimana telah diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri. Pasal
2 dalam UU ini menyebutkan bahwa salah satu fungsi kepolisian adalah fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Secara eksplisit, pernyataan ini kembali ditegaskan sebagai tugas dan wewenang Polri
yang diatur pada Pasal 13 UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri.
Berdasarkan regulasi di atas, maka istilah keamanan dalam konteks tugas dan
fungsi Polri adalah “keamanan dan ketertiban masyarakat,” dimana istilah ini
3
mengandung dua pengertian. Pertama, sebagai suatu kondisi dinamis masyarakat,
sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya pembangunan nasional sebagai tujuan
nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, tegaknya hukum, serta
terbinanya ketentraman. Kedua, keamanan sebagai kemampuan membina serta
mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah,
dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan
lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Di masa pandemi COVID-19, peran Polri lebih ditekankan pada pengertian kedua
karena pada masa PSBB, Polri mengemban fungsi penegakan hukum yang
ditegaskan kembali melalui Maklumat Kapolri No. Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan
Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Virus Corona. Maklumat tersebut
merupakan inisiatif Polri dalam mendukung PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang PSBB
dan Permenkes No. 9 Tahun 2020.
Maklumat Kapolri ini menyatakan bahwa Polri mendukung penuh kebijakan
pemerintah terkait penanganan COVID-19 dan memutus mata rantai wabah corona di
Indonesia melalui penindakan kepada masyarakat yang masih berkumpul. Selain itu,
Polri juga fokus pada penanganan kejahatan yang berpotensi terjadi saat penerapan
PSBB, seperti street crime, perlawanan terhadap petugas, masalah ketersediaan
bahan pokok, dan kejahatan siber. Untuk mendukung aspek penindakan, Polri
menggelar operasi kontinjensi Aman Nusa II 2020. Operasi ini diberlakukan sejak 19
Maret hingga 17 April 2020. Masa operasi bisa diperpanjang berdasarkan
perkembangan situasi di lapangan.
Satgas ini memiliki beberapa subsatgas. Pertama, Subsatgas Pidana Umum
(Pidum) bertugas menindak kejahatan konvensional (pencurian, penjarahan,
perampokan, tindak pidana bencana alam, serta tindak pidana karantina kesehatan).
Kedua, Subsatgas Ekonomi bertugas mengawasi dan menindak penimbunan bahan
makanan dan alat kesehatan, menindak pelaku ekspor antiseptik, bahan baku masker,
alat pelindung diri (APD) dan masker, serta penindakan terhadap obat atau alat
kesehatan yang tidak sesuai standar/izin edar. Ketiga, Subsatgas Siber melakukan
penindakan terhadap provokator dan penyebaran hoaks terkait penanganan COVID-
19.
Dari hasil latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa peran polri
dalam memutus serta mencegah mata rantai virus covid 19 begitu luas, sehingga perlu
dirumuskan dan dibatasi sehingga pembahasan makalah ini tidak melebar terlalu jauh,
maka untuk itu penulis mencoba menjabarkan sejauhmana optimalisasi peran fungsi
4
sat reskirm dalam mendukung penerapan sanksi prokes guna mencegah penyebaran
virus covid 19 khususnya di Kab. Sumedang.

C. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penulisan naskah karya perorangan
ini adalah sebagai berikut diantaranya :
1. Sejauhmana peningkatan kasus covid 19 di Kab. Sumedang saat ini
2. Sejauhmana optimalisasi peran sat reskrim polres sumedang dalam mendukung
penegakan hukum pelanggar prokes
3. Bagaimana upaya polres sumedang khususnya sat reskrim dalam mendukung
penegakan hukum pelanggar prokes guna mewujudkan situasi kamtibmas yang
kondusif di Kab. Sumedang

D. Maksud dan Tujuan serta Manfaat Penulisan


1. Maksud
Adapun yang menjadi maksud penulisan naskah karya perorangan ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang bagaimana optimalisasi fungsi sat reskrim polres
sumedang dalam penegakan hukum pelanggar prokes serta sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas seleksi SIP tahun 2021.
2. Tujuan
Tujuan penulisan NKP ini adalah sebagai pedoman dalam menentukan langkah-
langkah pendampingan penegakan hukum terhadap pelanggar prokes serta untuk
dijadikan gambaran bagi kalangan akademisi maupun aplikasi tugas kepolisian
dilapangan tentang pencegahan covid 19 di Kab. Sumedang
3. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan NKP ini adalah sebagai bahan referensi untuk dijadikan
pedoman dalam mencegah dan memutus mata rantai penyebaran covid 19 dari
segi tatanan penegakan hukum, sehingga akan menyebabkan efek jera bagi para
pelanggar protokol kesehatan

5
BAB II
KONDISI SAAT INI

A. Kondisi Saat Ini


Keadaan yang ada pada saat ini tentang situasi kamtibmas di Kab. Sumedang
pada umumnya kondusif, namun ditengah pandemi covid 19 seperti sekarang ini tidak
menutup kemungkinan terjadinya banyak kejahatan, selain itu peningkatan kasus
positif covid 19 yang cenderung meningkat, ini tidak terlepas dari pengaruh peran serta
aparat terkait dalam menegakan aturan prokes yang ketat sehingga dapat mencegah
penyebaran covid 19 di Kab. Sumedang secara signifikan.
Penulis akan menggambarkan sejauhmana kondisi yang ada terkait penulisan
naskah ini, yaitu dari sisi sumber daya yang ada, keadaan personil, sarana dan
prasarana, anggaran serta metode yang dijalankan selama ini guna membantu satgas
gugus tugas penegakan hukum prokes mencegah covid 19 di Kab. Sumedang
Dari segi sumber daya yang ada bahwasanya polres sumedang memiliki 1.230
personil sehingga memiliki potensi yang cukup dalam turut serta pencegahan
penyebaran covid 19, baik melalui penegakan hukum maupun memberikan
penerangan dan sosialisasi dampak yang ditimbulkan apabila masyarakat dan setiap
orang tidak menjalankan protokol kesehatan secara baik.
Penyebaran virus covid 19 di Kab. Sumedang sampai dengan tanggal 2 Februari
2021 mengalami peningkatan yang signifikan terlihat dari data sebagai berikut :
Terkonfirmasi positif sebanyak 1.721 orang dengan jumlah yang dirawat/isolasi
sebanyak 129 orang, meninggal 60 orang dan yang sembuh sebanyak 1.532 orang,
adapun yang melaksanakan isolasi mandiri sebanyak 108 orang dan dirawat 21
orang.
Dengan melihat data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kasus Covid 19 di
Kab. Sumedang dinilai sangat tinggi dengan kategori wilayah Kabupaten dengan
mobilitas masyarakat yang rendah, namun kenapa bisa muncul kasus dengan angka
yang lumayan cukup tinggi? Apakah kurangnya kepedulian masyarakat atau
kurangnya sosialisasi dari pemerintah, atau bahkan kurangnya penegakan hukum
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terkait. Untuk itu saya selaku penulis
tertarik mengkaji tentang penanganan pandemi covid 19 khususnya di Kab.
Sumedang.

6
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Berbagai negara di dunia masih terus berjuang untuk mencegah penyebaran
lebih luas maupun gelombang baru dari virus corona. Ada yang masih harus
melakukan pembatasan ketat dan ada pula negara yang telah mulai melonggarkan
pembatasan dengan membuka kembali sejumlah aktivitas.
Masyarakat pun mulai keluar dari rumah dan bersosialisasi bertemu dengan
teman-teman atau saudara. Namun, virus masih tetap ada di tengah-tengah
masyarakat. Potensi penularan dan terinfeksi virus masih ada. Untuk itu, perlu
diperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan risiko penularan virus corona.
Jika kita lihat angka kasus covid 19 di Kab. Sumedang yang sangat signifikan
kenaikannya, ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus
Covid-19 di Kab. Sumedang. Salah satu faktor meningkatnya kasus dalam dua pekan
terakhir yakni masih adanya kerumunan masyarakat. Masyarakat belum berdisiplin
mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
Hal ini diperburuk oleh perilaku masyarakat yang berkerumun sehingga
meningkatkan risiko penularan, disiplin masyarakat menerapkan protokol kesehatan
semakin menurun. Seperti tak memiliki empati, padahal telah ada banyak korban
kasus Covid-19 sampai ruang isolasi dan ICU Covid RS dan tempat karantina pun
sudah penuh.
Selain itu, faktor lainnya adalah masih terjadinya mobilitas masyarakat yang
masif, terutama di masa libur panjang dan cuti bersama. Faktor lain penyebab
meningkatnya kasus adalah masih ada masyarakat takut melakukan tes ketika sudah
memiliki gejala terjangkit Covid-19. Padahal, jika masyarakat dites dan positif, akan
dilakukan isolasi dan mencegah penularan kepada orang lain.

7
BAB III
KONDISI YANG DIHARAPKAN

Perubahan pola kriminalitas di masa pandemi. Studi Roberts menemukan bahwa


terjadi bentuk-bentuk baru kriminalitas yang berevolusi sebagai pemanfaatan situasi selama
masa pandemi COVID-19. Hal ini terkonfirmasi dari pandangan Polri bahwa kriminalitas
yang terjadi sepanjang PSBB salah satunya juga disebabkan oleh masyarakat yang
terdampak secara ekonomi di tengah pandemi. Para pelaku kriminal memanfaatkan situasi
pembatasan sosial yang membuat lingkungan sepi untuk melakukan aksinya.
Selain itu, Polri perlu memperhitungkan pola kriminalitas lainnya yang tidak hanya
terjadi sepanjang PSBB, melainkan selama masa pandemi. Misalnya, kasus pencurian dan
penimbunan alat medis, penjualan obat-obatan palsu melalui kejahatan terorganisir,
pencurian pada tempat sektor bisnis yang kosong, pelanggaran ketertiban umum karena
perselisihan masalah medis, hingga kesalahpahaman masyarakat mengenai penanganan
COVID-19.
Sampai saat ini, kesalahpahaman masih saja berlangsung di tengah semakin
meningkatnya kasus positif COVID-19. Hal ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi
terhadap tenaga medis maupun individu-individu non-tenaga medis hingga penolakan
terhadap jenazah yang dianggap terinfeksi. Polri memang telah menunjukkan upaya
penindakan melalui penegakan hukumnya, tetapi masih belum sebanding dengan masifnya
diskriminasi tersebut.
Kompleksitas ini perlu dicermati oleh Polri dalam menentukan prioritas tindakan
penegakan hukum. Dalam studi Stone, ada lima kategori utama yang dapat menjadi pilihan
prioritas pada masa pandemi: (1) menegakkan penerapan karantina secara tegas; (2)
melindungi tenaga medis; (3) menindak penimbunan peralatan medis dan penjualan obat
palsu; (4) mengawasi potensi hoaks yang dapat memicu konflik sosial; dan (5) menangkap
pelaku kriminal yang melakukan kejahatan jalanan.
Dari lima kategori ini, posisi kepolisian sangat penting dalam menyusun strategi untuk
menghadapinya dan dalam menetapkan prioritas masalah yang akan ditangani. Ini
merupakan kondisi yang diharapkan secara ideal fungsi sat reskrim dalam mendukung
penegakan hukum pelanggar prokes mencegah covid 19 di Kab. Sumedang.
Sebenarnya ada 2 bidang kondisi yang diharapkan yaitu Internal dan Eksternal, yang
mana internal ini lebih bersifat kedalam, seperti kondisi personil, SDM Personil, sertifikasi
personil dalam bidang hukum penyidikan, sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga
pelaksanaan penegakan hukum bagi para pelanggar prokes dapat lebih maksimal.
8
A. Aspek Personal
Dari sisi aspek personal diharapkan para anggota sat reskrim polres sumedang
mampu menguasai peraturan dan perundang-undangan terkait pencegahan dan
penanganan covid 19, selain itu memiliki sertifikasi keabsahan secara akademisi
terkait bidang hukum, minimal memiliki jenjang pendidikan strata 1 dibidang hukum,
sehingga penerapan sanksi hukum bagi para pelanggar prokes akan lebih tepat,
akurat dan maksimal dan tidak terjadi komplain dari pelanggar tersebut.

B. Aspek Anggaran
Dari segi anggaran diharapkan Polres Sumedang khususnya sat reskrim polres
sumedang cukup memadai dan mendapat dukungan lebih dari negara, dikarenakan
kasus covid 19 terlepas dari kasus pidana sehari-hari yang ditangani kepolisian,
sehingga diperlukan dukungan anggaran yang lebih.
Dukungan anggaran bisa melibatkan dinas instansi terkait, sehingga
penanganan covid 19 di Kab. Sumedang bisa maksimal, karena apabila kita lihat
bersama di institusi polri sendiri untuk anggaran covid 19 tidak dialokasi khusus,
namun mengambil dari dana polri yang sudah ada melalui proses rekofusing.
Dari sumber media cetak dikatakan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo
mengatakan bahwa Polri mengutamakan penanganan untuk wabah Covid-19. Argo
mengatakan, pemangkasan anggaran untuk keperluan lain sudah pernah dilakukan
oleh kepolisian. "Menyangkut pemangkasan anggaran untuk kepentingan bangsa dan
negara sudah dilakukan, tidak hanya giat corona saja.
Anggaran yang tidak bisa dilakukan selama corona bisa dikurangi," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengurangi anggaran di
sejumlah kementerian dan lembaga demi penanganan pandemi Covid-19, termasuk
untuk KPK, Kepolisian, Kejaksaan Agung, hingga Mahkamah Agung. Hal itu tertuang
dalam Peraturan Presiden RI Nomor 54 tahun 2020 mengenai Perubahan Postur dan
Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA 2020.
Pasal 1 Ayat 1 Perpres tersebut menyebutkan bahwa "Untuk melaksanakan
kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan atau menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan
dilakukan perubahan terhadap postur dan rincian APBN Tahun Anggaran 2020."
Berdasarkan Perpres Nomor 54/2020 yang diakses di Jakarta pada Minggu
(12/4/2019) itu, Pasal 1 Ayat 3 dan Ayat 4 mengatur bahwa anggaran pendapatan
9
negara diperkirakan sebesar Rp 1,760 triliun. Sedangkan anggaran belanja negara
diperkirakan sebesar Rp 2,613 triliun. Adapun anggaran Polri berkurang sebanyak Rp
8,577 triliun. Anggaran yang semula Rp 104,697 triliun dipangkas menjadi Rp 96,119
triliun. Sehingga kondisi anggaran yang diharapkan dalam penanganan covid 19 harus
dialokasikan sendiri, sehingga penanganannya akan lebih maksimal

C. Aspek Material
Dalam mendukung penanganan covid 19 diperlukan dukungan material baik
bidang sarana dan prasarana maupun piranti lunak dalam penerapan sanksi
pelanggar covid 19 sehingga bisa tepat dan maksimal, begitupula piranti lunak yang
diperlukan sebagai penunjang dalam menerapkan sanksi hukum bagi pelanggar ini
sangat diperlukan, kondisi yang diharapkan bahwa satuan atas maupun instansi terkait
harus mampu dan bisa mendukung petugas dilapangan dalam memberikan bahan
pengetahuan dibidang penerapan hukum kesehatan guna mencegah penyebaran
covid 19 di Kab. Sumedang

D. Aspek Methode
Kondisi yang diharapkan dalam penggunaan metode yang dilaksanakan adalah
mengacu pada sebuah teori yang sudah ditentukan, contohnya teori manajemen
seperti analisa SWOT yang merupakan akronim dari Strength (kekuatan), Weaknees
(kelemahan), Oppoturnity (peluang) dan Threat (ancaman), inilah methode yang
diharapkan dalam mendukung penegakan hukum bagi pelanggar prokes covid 19 di
Kab. Sumedang.
Analisis SWOT adalah metode analisis perencanaan strategis yang digunakan
untuk memonitor dan mengevaluasi lingkungan perusahaan baik lingkungan eksternal
dan internal untuk suatu tujuan bisnis tertentu. Dalam kaitan penegakan hukum analisa
ini mampu mengukur serta mengevaluasi keberhasilan dalam penegakan hukum
seperti contohnya penegakan protokol kesehatan.
SWOT melibatkan penentuan tujuan spekulasi bisnis atau proyek yang spesifik
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
mendukung dalam mencapai tujuan tersebut. Proses ini akan lebih baik dibahas
dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar sehingga dapat dianalisis
dengan baik hubungan dari setiap aspek.

10
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang memengaruhi keempat faktornya, kemudian dipetakan dalam
gambar matriks SWOT:
• kekuatan (strengths) yang mampu mengambil keuntungan dari peluang
(opportunities) yang ada, peluang disini sejauhmana tingkat kesadaran
masyarakat serta aktifitas masyarakat diluar rumah, untuk membatasi
tingkat kerumuman masyarakat
• kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan dari peluang
(opportunities) yang ada, seperti kurang sadarnya masyarakat terhadap
kesehatan baik diri sendiri maupun orang lain, banyak masyarakat yang
keluar rumah tanpa alasan yang jelas sehingga ini yang dapat menghambat
dalam penegakan prokes
• kekuatan (strengths) yang mampu menghadapi ancaman (threats) yang
ada, seperti halnya tingkat koordinasi yang baik diantara seluruh
stakeholder terkait baik masyarakat maupun instansi pemerintah, aparat
penegak hukum sehingga ini bisa dijadikan kekuatan dalam mendukung
penegakan hukum prokes mencegah covid 19 di Kab. Sumedang
• kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru, seperti banyak
masyarakat yang keluar rumah tanpa menggunakan masker, tanpa
menjaga jarak bahkan tidak peduli dengan kebersihan lingkungan, sering
lalu lalang ke tempat-tempat hiburan, sehingga ini yang menjadi kelemahan
bahkan menjadi ancaman baru sehingga meningkatkan bahaya pandemi
covid 19
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey yang memimpin proyek riset
pada Universitas Stanford pada Dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan
menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.

11
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

A. Upaya-Upaya Yang Harus Dilakukan


Dalam rangka memutus mata rantai covid 19 baik dibidang penegakan hukum
pelanggar prokes maupun persuasif masyarakat, upaya yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Membentuk tim terpadu selain gugus tugas penanganan covid 19, yang mana tim
tersebut dikhususnya untuk menangani pelanggaran yang akan berujung tindak
pidana, seperti perlawanan pelanggar terhadap petugas, amuk massa terhadap
posko ops yustisi pelanggar prokes
2. Upaya dalam bidang persuasif bahwa petugas kepolisian harus proaktif dalam
memberikan penerangan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang sanksi
hukum pelanggar prokes covid 19
3. Mengedepankan upaya persuasif daripada penegakan hukum, sehingga akan
mengurangi pelanggaran yang dilakukan masyarakat, bisa melalui pembagian
masker gratis, woro-woro / himbauan kelingkungan pemukiman warga terutama
lingkungan pusat keramaian, sosialisasi di media cetak maupun on air di stasiun
radio
4. Anggota sat reskrim polres sumedang mendampingi setiap pelaksanaan ops
yustisi penegakan prokes yang dilakukan sat pol pp, sehingga masyarakat akan
mendapatkan kepastian hukum dan petugas penegak disiplin prokes akan lebih
profesional
Adapun tujuan pengenaan sanksi administratif pelanggar prokes cegah covid 19
adalah untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyebaran dan
penularan Covid 19, meningkatkan kepatuhan masyarakat dan penanggungjawab
pemilik dan/atau pengelola usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan mengenai
penerapan prokes dalam pencegahan penyebaran Covid-19 serta memberikan beban
hukum dan efek jera bagi masyarakat yang melanggar penerapan prokes dalam
pencegahan penyebaran Covid -19.
Upaya partisipasi masyarakat pun bisa dilaksanakan dalam penerapan prokes
diruang publik seperti Penyediaan dan pembagian masker gratis, penyediaan sarana
cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau pencuci tangan
berbasis alkohol/masker, penyediaan media sosialisasi prokes dan pengenaan sanksi
administratif dalam bentuk brosur, pamfleat, booklet, spanduk, baligo, poster dan
12
media sosial lainnya, serta sosialisasi prokes dan pengenaan sanksi administratif di
tempat/rumah ibadah, sekolah dan ruang publik lainnya serta melalui media massa.

B. Ren Aksi / Strategi POAC


Adapun rencana aksi yang akan harus dilakukan oleh sat reskrim polres sumedang
dalam mendukung penegakan hukum prokses guna mencegah penyebaran coivd 19
dengan menggunakan strategi Planning, Organizing, Actuating serta Controling
adalah sebagai berikut :
1. Planning
Membuat perencanaan dalam menentukan sasaran penegakan prokes Covid 19
tidak hanya terhadap masyarakat, namun terhadap pengelola suatu objek maupun
pusat keramaian lainnya, shingga akan mengurangi tingkat mobilisasi masyarakat
dilingkungan publik, serta menegaskan kembali kepada pihak-pihak terkait untuk
menutup atau membatasi pengunjung dilingkungan tersebut.
Membuat kerjasama antara sat reskrim dengan pihak pengelola pusat keramaian
maupun tempat-tempat yang dapat mengundang datangnya masyarakat, sehingga
dalam penegakan hukum prokes covid 19 bisa maksimal.
2. Organizing
Membuat struktur organisasi secara terencana dengan melibatkan berbagai unsur
terkait, baik pihak internal maupun eksternal guna menentukan sasaran ataupun
titik yang menjadi pusat datangnya masyarakat, sehingga penegakan hukum
prokes tidak hanya dilakukan dijalan raya tetapi akan lebih tepat sasaran jika
langsung ke lokasi sasaran dengan cara berkunjung
3. Actuating
Segera melaksanakan aksi dengan berkejasama gugus tugas penanganan covid
19 maupun anggota Bhabinkamtibmas yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat, sehingga sat reskrim polres sumedang mengetahu masyarakat mana
yang kurang atuh terhadap kewajiban warga dalam menjalankan protokol
kesehatan guna mencegah penyebaran covid 19 di Kab. Sumedang
4. Controlling
Setelah melakukan aksi, maka segera melakukan pengawasan dan agar selalu
melekat terhadap masyarakat serta mengevaluasi setiap pelaksanaan kegiatan,
sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah organisasi, dalam hal ini penegakan
hukum prokes cegah covid 19 di Kab. Sumedang

13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2002
tentang Polri, maka Polri menjadi bagian dari institusi terpenting yang berada di garda
terdepan, terutama dalam hal penanganan, pengamanan dan juga edukasi serta
bhakti sosial yang bertujuan menenangkan, melindungi dan juga memberi
kenyamanan kepada masyarakat luas di seluruh Indonesia. Tugas-tugas kepolisian
tersebut terus bertambah seiring dengan adanya masa Covid-19.
Polri yang biasanya memberikan pengamanan dan ketertiban, dengan adanya
pandemi Covid-19 ini, Polri bertugas menyalurkan sembako ke masyarakat yang
kurang mampu. Tidak itu saja, Polri juga mendapat tugas tambahan lain diantaranya
adalah mengawal jenazah Covid-19, melaksanakan pemulasaran sampai dengan
menguburkan jenazahnya. Bahkan dalam beberapa kasus, di berbagai daerah terjadi
aksi penolakan penguburan jenazah yang dilakukan dengan protokol Covid-19.
Tugas-tugas yang dilakukan ini tentu saja diluar kebiasaan Polri, namun harus
tetap dilakukan. Seiring dengan tugas tambahan tersebut, Polri juga konsentrasi pada
penegakan hukum dalam hal ini Fungsi Sat Reskrim. Polisi menghadapi tantangan
lebih berat antara lain dengan meningkatkan kemantapan dan pembinaan hukum dan
penegakan hukum di Tanah Air.
Disisi lain, di masa pandemi Covid-19 ini, Polri juga harus tetap fokus untuk selalu
melaksanakan Polri yang Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi
Berkeadilan) sesuai program baru Kapolri Jenderal Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si
dengan memantapkan jajaran internalnya dan juga serangan kejahatan dari luar
(Eksternal) yang setiap saat dapat mengancam.

B. Saran
Adapun rekomendasi dan saran yang disampaikan dalam naskah karya perorangan
ini adalah untuk memutus mata rantai Covid 19 tidak hanya mengedepankan
penindakan hukum, akan tetap lebih menggalakan serta mengedepankan upaya
peruasif, seperti sosialisasi dilingkungan pusat perbelanjaan, kunjungan langsung ke
pemukiman warga, yang harus rutin dilakukan oleh setiap anggota polri serta
stakeholder lainnya.

14

Anda mungkin juga menyukai