Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar

“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI BANTUAN SOSIAL


PENDEMI COVID-19

Citranu
Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
Email: ranu.justitia@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya tindak pidana
korupsi dana bantuan sosial covid-19, mengetahui pengaturan hukum aparat penegak
hukum dalam melakukan pencegahan tindak pidana korupsi bantuan sosial pada masa
penanggulangan pendemi covid-19, dan mengetahui konsep tindakan yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum dalam pencegahan tindak pidana korupsi bantuan sosial
covid-19. Metode yang digunakan pada tulisan ini adalah metode hukum normatif,
menggunakan pendekatan perundang-undangan dan doktrinal. Bahan hukum yang
digunakan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier. Hasil dari analisis faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi bantuan
sosial covid-19 adalah tekanan atau keserakahan, kesempatan, rasionalitas, dan
kemampuan. Pengaturan hukum yang digunakan dalam pencegahan tindak pidana
korupsi dana bantuan sosial covid-19 adalah peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi dan strategi nasional
pencegahan tindak pidana korupsi, secara khusus surat edaran KPK Nomor 11 Tahun
2020 tentang Penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan data Non-
DTKS. Tindakan yang dilakukan aparat penegak hukum adalah melakukan
pendampingan, pengawasan guna meminimalisir peluang terjadinya perilaku koruptif
sesuai standar operasional prosedur dalam penyaluran dana bantuan sosial covid-19,
agar berjalan lancar, tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan hukum.

Kata Kunci: Pencegahan Korupsi, Bantuan Sosial, Covid-19

ABSTRACT
The purpose of this analysis is find out the factors that cause corruption of covid-19
social assistance funds, find out the legal arrangements of law enforcement officers in
the corruption criminal acts prevention in social assistance during the response to the
covid-19 Pendemi, and find out the actions concept carried out by law enforcement
officers in the corruption prevention of covid-19 social assistance. The method used in
this paper is a normative legal method, using a statutory and doctrinal approach. The
legal substance used consist of primary legal substance, secondary legal substance,
and tertiary legal substance. The analysis results causes of the covid-19 social
assistance corruption crime are pressure or greed, opportunity, rationality, and
ability. The legislation used in the corruption prevention of covid-19 social assistance
funds are the related regulations to the corruption eradication and national strategies
to corruption prevent, specifically the circular letter of the Corruption Eradication
Commission Number 11 of 2020 concerning the Use of Integrated Social Welfare Data
(DTKS) and Non-DTKS data. Actions taken by law enforcement officers are to provide
assistance, supervision in order to minimize the chance in the occurrence of corrupt
behavior in accordance standard operating procedures the distribution of Covid-19
social assistance funds, so that fluent, on target and not contrary to regulations.

Keywords: Corruption Prevention, Social Assistance, Covid-19

11
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

1. Pendahuluan Masyarakat dengan adanya PSBB dibatasi


Pemerintah Indonesia mengambil untuk melakukan kegiatan seperti pada
kebijakan untuk melakukan Pembatasan keadaan normal dan secara nyata
Sosial Bersekala Besar (PSBB) mengakibatkan terganggunya kegiatan
menggunakan dasar hukum Undang-Undang perekonomian masyarakat. Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan bertanggungjawab atas dampak dari PSBB
Kesehatan, kemudian di tindaklanjuti oleh itu sendiri. Langkah yang diambil oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 pemerintah untuk mengurangi beban
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar masyarakat yang penghasilannya tidak tetap
Dalam Rangka Percepatan Penanganan atau pendapatan harian, melalui pemberian
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan bantuan paket sembako dan bantuan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 langsung tunai (BLT) untuk memenuhi
Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan kebutuhan dasar masyarakat selama PSBB
Sosial Berskala Besar dalam rangka berlangsung. Hal ini sesuai dengan amanat
Percepatan Penanganan COVID-19 serta Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang telah tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 2 Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Tahun 2020. Kebijakan pemerintah ini Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),
bertujuan untuk menghambat penyebaran Pasal 4 (3) berbunyi:
covid-19. PSBB memiliki pengertian “Pembatasan kegiatan sebagaimana
berdasarkan Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan dengan memperhatikan pemenuhan
Kesehatan yakni: kebutuhan dasar penduduk. Penjelasannya
“Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah “Yang dimaksud dengan "kebutuhan dasar
pembatasan kegiatan tertentu penduduk penduduk" antara lain kebutuhan pelayanan
dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi kesehatan, kebutuhan pangan, dan kebutuhan
penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian kehidupan sehari-hari lainnya.”
rupa untuk mencegah kemungkinan Pemerintah juga sudah menyiapkan
penyebaran penyakit atau kontaminasi”. strategi preventif untuk mencegah
Pasal 59 berbunyi: penyelewengan dana bantuan sosial covid-19
“(1) Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan cara melakukan pengawasan oleh
merupakan bagian dari respons Kedaruratan KPK, Kejaksaan, Kepolisian, BPKP dan
Kesehatan Masyarakat. (2) Pembatasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Sosial Berskala Besar bertujuan mencegah (APIP). Definisi pencegahan menurut
meluasnya penyebaran penyakit Kedaruratan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kesehatan Masyarakat yang sedang terjadi berasal dari kata “cegah” yang artinya
antar orang di suatu wilayah tertentu”. menahan, merintangi atau menolak,
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 21 (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/cegah)
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial sedangkan “pengawasan” memiliki
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan pengertian penilikan atau
Penanganan Corona Virus Disease 2019 penjagaan.(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entr
(COVID-19), berbunyi: i/pengawasan) Diakses tanggal 18 juni 2020.
“Yang dimaksud dengan Pembatasan Merujuk dari gramatikalnya, pencegahan
Sosial Berskala Besar adalah pembatasan memiliki makna menahan atau merintangi
kegiatan tertentu penduduk dalam suatu agar jangan sampai suatu perbuatan terjadi,
wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus sedangkan makna pengawasan adalah
Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa menjaga agar tidak ada penyimpangan atau
untuk mencegah kemungkinan penyebaran kesalahan. Tindakan pencegahan dan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9). pengawasan memiliki peran penting dalam
penanggulangan tindak pidana korupsi

12
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

khususnya dana bantuan sosial covid-19. oleh aparat penegak hukum, serta
Pengawasan dilakukan untuk mencegah menganalisis bagaimana konsep tindakan
kerugian keuangan negara dan dana yang pencegahan tindak pidana korupsi terkait
disalurkan tepat sasaran, serta sesuai dana bantuan sosial pada masa pendemi
prosedur hukum. Penyelewengan terhadap covid-19 yang dilakukan oleh pemerintah
dana bantuan sosial pendemi covid-19 yang melalui aparat penegak hukum beserta pihak
mengakibatkan kerugian keuangan negara terkait yang diberikan wewenang oleh
merupakan tindak pidana korupsi. Adapun peraturan perundang-undangan, sehingga
langkah yang diambil oleh pemerintah pada penulis memberi judul tulisan ini
masa pendemi covid-19 untuk mencegah “Pencegahan Tindak Pidana Korupsi
terjadinya tindak pidana korupsi melalui Bantuan Sosial Pendemi Covid-19”.
strategi preventif sudah tepat, karena 2. Metode
menurut ilmu kriminologi kejahatan dapat Metode yang digunakan penulis adalah
dicegah dengan mencari faktor penyebab metode hukum normatif yakni menganalisis
terjadinya kejahatan itu sendiri. (Prakoso, permasalahan hukum melalui pendekatan
2017) Korupsi sendiri dapat diartikan peraturan perundang-undangan dan teori
sebagai tindakan curang atau fraud yang hukum. (Ibrahim, 2006) Teknik
merugikan keuangan negara (Hamzah, pengumpulan bahan hukum melalui studi
2005), sedangkan fraud secara umum kepustakaan atau library research. (Zed,
memiliki pengertian sebuah tindakan 2004) Bahan hukum yang digunakan adalah
kriminal menggunakan metode yang tidak bahan hukum primer yakni undang-undang
jujur untuk mengambil keuntungan dari yang berhubungan dengan permasalahan
orang lain. (Djasri, Rahma, & Hasri, 2018) yang dikaji, bahan hukum sekunder meliputi
Korupsi menurut jenis dan metodenya buku-buku dan jurnal yang relevan, bahan
menurut Morgan, yaitu: (1) suap, (2) hukum tersier berupa kamus hukum dan
nepotisme dan klientelisme, (3) penggelapan kamus bahasa Indonesia. (Marzuki, 2017)
dan penipuan, serta (4) penyalahgunaan Teknik analisis bahan hukum menggunakan
kekuasaan. Jenis korupsi, menurut Schacter deskriptif analistik untuk membahas
dan Shah, yakni: (1) Korupsi birokrasi dan permasalahan faktor penyebab terjadinya
melibatkan pejabat pemerintah, termasuk tindak pidana korupsi bantuan sosial covid-
suap skala kecil dan pemberian bantuan. (2) 19, menganalisis permasalahan melalui
Korupsi terkait penyelewengan dana peraturan perundang-undangan terkait guna
masyarakat dengan jumlah besar tapi mengetahui cara pencegahan dan
dilakukan oleh beberapa pejabat yang penanggulangan korupsi bantuan sosial
jumlahnya relatif kecil, dan (3) covid-19, sehingga bisa diambil suatu
Penyalahgunaan kekuasaan yang diberikan kesimpulan.
negara atau penyimpangan peraturan yang 3. Hasil dan Pembahasan
melibatkan kolusi antara perusahaan swasta A. Faktor Penyebab Terjadinya
dengan instansi-instansi pemerintah untuk Tindak Pidana Korupsi Bantuan Sosial
kepentingan pribadi. (Salama, 2014) Negara Covid-19
sangat membutuhkan tindakan yang tepat Pencegahan tindak pidana korupsi bantuan
untuk mencegah tindak pidana korupsi sosial covid-19 dapat ditanggulangi melalui
terhadap dana bantuan sosial covid-19, oleh penekanan terhadap faktor penyebab
sebab itu perlu kiranya melakukan analisis penyimpangan dan efektivitas dalam
faktor penyebab terjadinya tindak pidana program bantuan sosial covid-19 yakni
korupsi dana bantuan sosial covid-19 agar berupa, kualitas aparatur, kompetensi
dapat mencegahnya, dengan cara administrator, disiplin, sarana dan prasarana
menganalisis pengaturan hukum terkait serta pengawasan. (Samsudin, Kusuma, &
pencegahan tindak pidana korupsi dalam hal Djaja, 2017) Pada masa bencana covid-19
tindakan pengawasan dan pendampingan faktor penyebab terjadinya penyelewengan

13
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

atau penyimpangan dana bantuan sosial bisa mendapatkan keuntungan dengan cara yang
terjadi karena berbagai sebab, baik dari tidak benar atau melawan hukum atau
dalam diri pelaku (internal) ataupun dari luar adanya tekanan bahwa pelaku harus
diri pelaku (eksternal). Faktor internal atau melakukan perbuatan koruptif untuk
aspek perilaku individu, yaitu sifat tamak memenuhi kepentingan pribadinya. Tujuan
atau rakus manusia, moral yang kurang kuat, bantuan sosial adalah untuk meringankan
dan gaya hidup yang konsumtif, sedangkan beban masyarakat akibat atau dampak dari
faktor eksternal adalah faktor yang pendemi covid-19. Penyaluran bansos ini
mendukung terjadinya perilaku koruptif sangat masif sampai hampir seluruh wilayah
meliputi budaya sosial masyarakat, politik, Indonesia. Dana yang di anggarkan oleh
ekonomi, kultur organisasi dan lemahnya pemerintah sangat besar, bantuan sosial yang
pengawasan. (Yuwanto, 2015) di distribusikan bersifat darurat sehingga
Menurut teori Jack Bologne (GONE) butuh penanganan cepat, dan tepat, sehingga
penyebab korupsi ada 4 (empat), yaitu: 1. pada keadaan seperti ini sangat rawan terjadi
Greedy (keserakahan), dari dalam diri penyimpangan karena sangat urgen dan
pelaku. 2. Opportunity (kesempatan), diluar keadaan normal. Pelaku dapat
keadaan mendukung untuk melakukan memanfaatkan keadaan darurat untuk
korupsi. 3. Need (kebutuhan), kepentingan melakukan tindak pidana korupsi, ditengah
hidup. 4. Exposures (pengungkapan), seluruh tenaga dan upaya sedang
lemahnya penegakan hukum terhadap berkonsentrasi melakukan penanggulangan
koruptor. Sedangkan teori Vroom adanya covid-19, sehingga pengawasan menjadi
kausalitas kinerja (performance) dengan lemah dan cenderung memungkinkan untuk
kemampuan (ability) dan motivasi terjadinya penyimpangan.
(motivation) dalam melahirkan tindak pidana Faktor adanya kesempatan untuk
korupsi. Apabila motivasi pelaku ke arah melakukan tindak pidana korupsi. Pada masa
pengabdian dan kebenaran maka akan di pendemi covid-19, efek dari dana yang
ikuti oleh kinerja dan dukungan kemampuan dianggarkan dan disalurkan oleh pemerintah
untuk melakukan segala sesuatunya secara untuk membantu masyarakat sangat besar,
ikhlas dan taat hukum, berbeda dengan maka pelaku berniat mengambil kesempatan
motivasi yang menjadi tujuan adalah untuk mendapatkan keuntungan.
kekayaan dan hal yang berdasarkan materi Kesempatan biasanya lahir dari kedudukan
tanpa didukung kemampuan, maka kinerja atau jabatan yang melahirkan kewenangan
juga akan mengarah kepada keinginan dan untuk berbuat sesuatu. Kesempatan disini
harapan untuk melakukan sesuatu yang seperti yang terdapat pada Pasal 3 undang-
melanggar hukum atau menempuh jalan undang pemberantasan tindak pidana korupsi
instan untuk mendapatkan keuntungan yakni yakni “kesempatan, atau sarana yang ada
salah satunya adalah melakukan perbuatan padanya karena jabatan atau kedudukan atau
korupsi. (Waluyo, 2017) sarana yang ada padanya karena jabatan atau
Menurut fraud diamond theory, kedudukan”. Kedudukan seseorang bisa
penyimpangan (fraud) terdiri dari tekanan melahirkan kesempatan untuk melakukan
(pressure), kesempatan (opportunity), penyimpangan, karena kedudukan atau
rasionalisasi, dan kemampuan (capability.) jabatan yang diemban memberikan
(Indriani, Suroso, & Maghfiroh, 2016). keleluasaan untuk melakukan hal yang baik
Sehingga untuk mengetahui dan ataupun hal yang tidak baik.
mengidentifikasi adanya fraud dapat Pada dasarnya manusia memiliki
menggunakan fraud diamond theory. kehendak bebas untuk melakukan sesuatu,
Faktor penyebab korupsi melalui tekanan akan tetapi kebebasan tersebut tidak boleh
dalam diri pelaku sehingga mengakibatkan bertentangan dengan hukum dan
penyimpangan, meliputi secara psikologis mengakibatkan kerugikan bagi orang lain.
adanya hasrat dan tergoda untuk Setiap orang ingin hidup serba

14
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

berkecukupan, akan tetapi keinginan itu (BPKP) dan Aparat Pengawasan Intern
tidak dilandasi dengan kemampuan untuk Pemerintah (APIP) atau lembaga lain yang
memperolehnya, sehingga banyak orang diberikan kewenangan oleh undang-undang
melakukan tindakan-tindakan instan untuk untuk melakukan pengawasan dalam rangka
mendapatkan apa yang menjadi pencegahan tindak pidana korupsi
keinginannya tanpa mempedulikan tindakan sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 54
tersebut merugikan. Rasionalitas terhadap Tahun 2018 tentang Strategi Nasional
keinginan menyimpang, seperti kekayaan, Pencegahan Korupsi, yang secara sistematis
dan nafsu duniawi tentunya sangat besar dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
kemungkinan untuk terealisasi ketika 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang
kesempatan atau sarana untuk melakukan Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan
perbuatan tersebut ada dan mendukung. Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 20
Rasionalisasi menggunakan cara-cara yang Tahun 2001 Perubahan Atas Undang-
instan untuk mendapatkan keuntungan dari Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
cara yang tidak benar terjadi karena selain Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
dari lemahnya pengawasan terhadap Aparat penegak hukum diberikan wewenang
pemangku kebijakan juga lemahnya etika oleh undang-undang untuk melindungi
dan moral dari pejabat yang bersangkutan. keuangan negara agar dapat dipergunakan
Menggunakan kesempatan untuk melakukan sesuai dengan tujuan dari dianggarkannya
penyimpangan guna mendapatkan keuangan negara tersebut serta dapat
keuntungan pada saat pendemi covid-19 menekan potensi penyelewengan dana
jelas merupakan suatu kejahatan dan penanganan covid-19. Dalam hal melindungi
merugikan banyak orang khususnya kerugian keuangan negara dan mencegah terjadinya
keuangan negara. tindak pidana korupsi, aparat penegak
Faktor kemampuan memberikan dampak hukum memiliki dasar hukum dalam
yang signifikan untuk menunjang terjadinya melaksanakan tugas dan fungsinya meliputi:
tindak pidana korupsi. Kapasitas seseorang Dasar hukum Komisi Pemberantasan
dalam kedudukannya selaku pejabat publik Korupsi (KPK) melakukan pencegahan
atau pihak yang memiliki kewenangan, dapat tindak pidana korupsi adalah Pasal 6 huruf a,
mempengaruhi terjadinya penyimpangan b, dan c Undang-Undang Nomor 19 Tahun
dikarenakan kompetensi yang rendah atau 2019 Perubahan kedua atas Undang-Undang
tidak memiliki kemampuan untuk mengelola Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
suatu pekerjaan dalam hal ini bantuan sosial Pemberantasan Korupsi dan secara khusus
covid-19. Pejabat yang memiliki kapasitas pada masa pendemi covid-19 yang berbunyi:
rendah cenderung tidak mampu “Pasal 6 Komisi Pemberantasan Korupsi
mengaktualisasikan atau mengaplikasikan bertugas melakukan: a. tindakan-tindakan
tugas dan tanggungjawabnya sebagaimana pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak
yang telah ditentukan oleh peraturan Pidana Korupsi, b. koordinasi dengan
perundang-undangan. Lemahnya penafsiran instansi yang berwenang melaksanakan
terhadap tujuan suatu pekerjaan, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
mengakibatkan ketidakpatuhan terhadap instansi yang bertugas melalsanakan
ketentuan hukum, sehingga mengakibatkan pelayanan publik, c. monitor terhadap
terjadinya kerugian keuangan negara. penyelenggaraan pemerintahan negara.”
B. Pengaturan Hukum Pencegahan Khusus pada masa bencana nsional
Tindak Pidana Korupsi Bantuan pendemi covid-19, KPK mengeluarkan Surat
Sosial Pandemi Covid-19 Edaran KPK Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Pencegahan tindak pidana korupsi Penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan
dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam Sosial (DTKS) dan data Non-DTKS, yang
hal ini KPK, Kejaksaan, Polri, Badan isinya mengatur bagaimana langkah atau
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan strategi untuk melakukan penyaluran dana

15
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

bantuan sosial agar tepat sasaran dan dapat pelaksanaan pendampingan terhadap
dipertanggungjawabkan. K/L/BUMN/BUMD, baik diminta maupun
Dasar hukum Kejaksaan melakukan tidak diminta dalam rangka refocusing
pencegahan tindak pidana korupsi terkait kegiatan dan relokasi anggaran serta
pengawasan kebijakan penanggulangan pengadaan barang dan jasa untuk percepatan
pendemi covid-19 adalah Instruksi Jaksa penanganan Covid-19 dan melakukan
Agung Nomor 5 Tahun 2020 tentang koordinasi dan kerja sama dengan LKPP,
Kebijakan Pelaksanaan Tugas dan BPKP, APIP, dan instansi lainnya.
Penanganan Perkara Selama Masa Pengawasan dan pendampingan oleh
Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Kejaksaan terkait perencanaan anggaran,
Lingkungan Kejaksaan RI yang pada pelaksanaan anggaran dan
pokoknya mengatur pendampingan pertanggungjawaban anggaran covid-19
refocussing revisi anggaran, koordinasi dilakukan sebagaimana Kejaksaan
dengan LKPP, APIP dan optimalisasi menjalankan Keputusan Jaksa Agung
penanganan perkara menggunakan Acara Republik Indonesia Nomor: KEP-
Pemeriksaan Singkat (APS) dan pelaksaan 152/A/JA/10/2015 tanggal 01 Oktober 2015
persidangan secara elektronik (online). tentang Pembentukan Tim Pengawal dan
Instruksi Jaksa Agung RI Nomor 6 Tahun Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan
2020 sebagai pedoman bagi Jajaran (TP4), dan Instruksi Jaksa Agung RI Nomor:
Kejaksaan untuk melakukan Pengamanan INS-001/A/JA/10/2015 tentang
Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Pembentukan Tim Pengawal dan Pengaman
Sistem Keuangan Serta Pembatasan Sosial Pemerintahan dan Pembangunan Pusat dan
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Daerah Kejaksaan Republik Indonesia, untuk
Penanganan Covid-19 Jaksa Agung RI. melakukan aksi pencegahan dan
Instruksi Jaksa Agung 8 tahun 2020 tentang pemberantasan korupsi, serta
Gugus Tugas Optimalisasi Tugas Dan mamaksimalkan fungsi intelijen kejaksaan
Fungsi Kejaksaan Republik Indonesia Dalam dalam hal pencegahan tindak pidana korupsi
Pelaksanaan Refocusing Kegiatan Dan pada masa pendemi covid-19.
Realokasi Anggaran Bersumber Dari APBN, https://www.kejaksaan.go.id/berita.php?idu=
APBD, dan Dana Desa untuk 23&id=15727. Diakses tanggal 9 Juni 2020.
Penanggulangan Covid-19. Sebagai bentuk Dasar hukum Kepolisian melakukan
Kejaksaan berperan aktif dan terlibat pencegahan korupsi dana bansos covid-19
sepenuhnya, serta turut menciptakan kondisi adalah Pasal 1 ayat 5 dan Pasal 2 Undang-
yang mendukung melalui pendampingan Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
hukum terhadap kebijakan yang akan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pada
telah dilakukan Kementerian / Lembaga / Pasal 2 menyebutkan:
Pemerintah Daerah / Pemerintah “Kepolisian memiliki fungsi pemeliharaan
Desa/BUMN/BUMD sesuai dengan Instruksi keamanan dan ketertiban masyarakat,
Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun penegakan hukum, perlindungan,
2020 tentang Refocusing Kegiatan, pengayoman, dan pelayanan kepada
Realokasi Anggaran, serta Pengadaan masyarakat.”
Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Fungsi Keamanan dan Ketertiban
Penanganan Covid-19. Surat Edaran Jaksa masyarakat menurut Pasal 2 sesuai dengan
Agung Nomor 7 Tahun 2020 tanggal 9 April pengertian menurut Pasal 1 ayat 5 sebagai
2020 Tentang Optimalisasi Pelaksanaan tujuan nasional yang salah satunya
Pendampingan Terhadap Refocussing menangkal, mencegah segala bentuk
Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta pelanggaran hukum, artinya kepolisian
Pengadaan Barang dan Jasa dalam Rangka memiliki kewenangan untuk mencegah
Percepatan Penanganan Covid-19, yang pada terjadinya kejahatan dalam hal ini tindak
pokoknya Melakukan percepatan pidana korupsi, khususnya dana bansos

16
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

covid-19 dengan cara berkoordinasi dengan keterangan ahli, dan upaya pencegahan
aparat penegak hukum yang lain dalam korupsi. f. pengoordinasian dan sinergi
fungsi pengawasan. Pencegahan tindak penyelenggaraan pengawasan intern
pidana korupsi secara khusus yang dilakukan terhadap akuntabilitas keuangan
oleh Kepolisian melalui pengawalan negara/daerah dan pembangunan nasional
distribusi bantuan sosial covid-19, bersama-sama dengan aparat pengawasan
mengawasi bansos baik dari jumlah, sasaran intern pemerintah lainnya. i.pelaksanaan
dan kualitasnya sesuai dengan program kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan
pemerintah agar aman dan tepat sasaran. Pemerintah sesuai peraturan
Kepolisian berkolaborasi dengan masyarakat perundangundangan”
dalam fungsi intelijen untuk mencegah Pada masa pendemi covid-19 BPKP
penyimpangan dana bansos sehingga memiliki dasar untuk melakukan
penegakan hukum pidana menjadi upaya pengawasan melalui Surat Edaran Kepala
terakhir, serta Kepolisian melakukan BPKP Nomor: S-336/K/2020 Pengawalan
pendataan masyarakat yang membutuhkan Akuntabilitas Keuangan Dalam Rangka
bansos dan yang belum mendapatkan bansos. Percepatan Penanganan Corona Virus
https://jernih.co/politeia/delapan-instruksi- Disease 2019 (Covid-19) yang pada intinya
kapolri-siapkan-sembako-hingga-sisir- melakukan pengawalan terhadap
warga-yang-belum-dapat-bansos/. Diakses akuntabilitas keuangan negara atau daerah
tanggal 16 Juni 2020. untuk penanganan covid-19 dengan
Dasar hukum BPKP melakukan memperhatikan Instruksi Presiden Nomor 4
pengawasan adalah Pasal 49 ayat 2 Peraturan Tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan,
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Realokasi Anggaran serta Pengadaan Barang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang dan Jasa dalam rangka Percepatan
berbunyi: Penanganan Corona Virus Disease 2019
“(2) BPKP melakukan pengawasan intern (COVID-19)
terhadap akuntabilitas keuangan negara atas Dasar hukum Aparat Pengawas Intern
kegiatan tertentu yang meliputi: a. kegiatan Pemerintah sama atau satu kesatuan dengan
yang bersifat lintas sektoral, b. kegiatan BPKP yakni Peraturan Pemerintah Nomor
kebendaharaan umum negara berdasarkan 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Intern Pemerintah, karena BPKP termasuk
Bendahara Umum Negara, dan c. kegiatan APIP sebagaimana Pasal 49 ayat 1 yang
lain berdasarkan penugasan dari Presiden.” berbunyi:
Pasal 2 dan Pasal 3 huruf e, huruf f, dan “(1) Aparat pengawasan intern pemerintah
huruf i Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat
2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan (1) terdiri atas: a. BPKP, b. Inspektorat
Dan Pembangunan yakni: Jenderal atau nama lain yang secara
“Pasal 2, BPKP mempunyai tugas fungsional melaksanakan pengawasan intern,
menyelenggarakan urusan pemerintahan di c. Inspektorat Provinsi, dan d. Inspektorat
bidang pengawasan keuangan negara/ daerah Kabupaten/Kota.”
dan pembangunan nasional.” BPKP melakukan pengawasan dan
“Pasal 3 huruf e. pengawasan terhadap pendampingan terkait pelaksanaan anggaran
perencanaan dan pelaksanaan program keuangan negara yang digunakan untuk
dan/atau kegiatan yang dapat menghambat menanggulangi covid-19, dengan cara
kelancaran pembangunan, audit atas melaksanakan audit keuangan, apakah sudah
penyesuaian harga, audit klaim, audit memenuhi prosedur yang telah ditetapkan
investigatif terhadap kasus-kasus oleh undang-undang.
penyimpangan yang berindikasi merugikan Pada masa pendemi covid-19 kewenangan
keuangan negara/daerah, audit penghitungan APIP dalam hal pengawasan keuangan
kerugian keuangan negara/daerah, pemberian negara berdasarkan Surat Edaran Kepala

17
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

BPKP Nomor SE-6/K/D2/2020 tentang Tata lembaga dan pemerintah daerah turun
Cara Reviu oleh Aparat Pengawasan Intern langsung ke lapangan berkoordinasi dengan
Pemerintah atas Pengadaan Barang/Jasa lembaga atau instansi yang terkait
Dalam Rangka ercepatan Penanganan membidangi pengelolaan data masyarakat
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). yang layak mendapatkan bantuan sosial.
APIP melaksanakan tugas dan fungsinya Memperbaharui data, mensinkronisasi data
dalam hal pengawasan internal pengadaan dan melakukan validasi data. Ketiga:
barang atau jasa, dan audit kinerja dari pelaporan dan pengawasan terkait syarat
penyelenggara negara yang ada di daerah, penerima bantuan sosial, harus benar-benar
dalam hal percepatan penanganan covid-19. pihak yang tidak mampu atau pihak yang
C. Tindakan Pencegahan Tindak sejatinya layak untuk mendapatkan bantuan
Pidana Korupsi Bantuan Sosial sosial. Apabila ada pihak yang tidak
Pandemi Covid-19 termasuk ke dalam DTKS maka wajib
Tindakan pencegahan tindak pidana dilakukan sinkronisasi data dengan data yang
korupsi bantuan sosial pendemi covid-19 ada pada Dinas Kependudukan dan Catatan
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum Sipil, guna menyesuaikan dengan data
meliputi pertama: pengawasan perencanaan, nomor induk kependudukan (NIK) di Dinas
pengawasan terhadap penyusunan anggaran, Dukcapil untuk validasi bahwa tidak ada
pengadaan barang atau jasa, pelaksanaan data yang tidak sesuai atau rekayasa.
atau realisasi anggaran, pendistribusian Keempat: KPK merekomendasikan
bantuan sosial dan pelaporan serta kementerian atau lembaga dan pemerintah
pertanggungjawaban anggaran bantuan daerah melakukan transparansi dan
sosial covid-19. Khusus untuk pelaksanaan akuntabilitas dalam pelaksanaan penyaluran
anggaran bantuan sosial, aparat penegak bantuan sosial, baik itu keterbukaan data
hukum dalam hal ini Komisi Pemberantasan penerima bantuan sosial, realisasi bantuan,
Korupsi (KPK), melakukan pencegahan dan anggaran yang disediakan untuk
tindak pidana korupsi melalui pengawasan pelaksanaan bantuan sosial covid-19.
dan pembuatan standar operasional prosedur Keterbukaan dalam pelaksanaan bantuan
untuk melakukan penyaluran bantuan sosial sosial sangat penting agar penyimpangan
agar bantuan sosial tersebut tepat sasaran dan ataupun penyelewengan terhadap dana
meminimalisir penyimpangan atau bantuan sosial dapat diminimalisir. Semua
penyelewengan. KPK juga melakukan tindakan yang dilakukan dalam tahapan
koordinasi dengan aparat penegak hukum penyaluran bantuan sosial dapat terukur dan
yang lain untuk melakukan pengawasan bisa dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas
seperti Kejaksaan, Kepolisian, dan APIP. dan Transparansi sesuai dengan Pasal 3
Kedua: Prosedur yang harus dijalankan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
lembaga atau instansi pemerintah untuk Tentang Penyelenggaraan Negara Yang
melakukan penyaluran dana bantuan sosial Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan
data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Nepotisme, terkait asas-asas umum
dan data Non-DTKS meliputi kementerian penyelenggaraan negara yakni: 1. Asas
atau lembaga dan pemerintah daerah Kepastian Hukum, 2. Asas Tertib
melakukan pendataan lapangan guna Penyelenggaraen Negara, 3. Asas
penyaluran bantuan sosial dengan pedoman Kepentingan Umum, 4. Asas Keterbukaan,
data terpadu kesejahteraan sosial 5. Asas Proporsionalitas, 6. Asas
berkoordinasi dengan Dinas Sosial sebagai Profesionalitas; dan 7. Asas Akuntabilitas.
pusat data serta informasi kesejahteraan Asas-asas ini sejalan dengan karakteristik
sosial. Data penerima bantuan sosial harus Good Governance yang diharapkan mampu
update sehingga tidak ada kesalahan dalam untuk mencegah terjadinya tindak pidana
realisasi anggaran dan pelaksanaan bantuan korupsi, (Rasul, 2009) serta etika dan
sosial tepat sasaran. Kementerian atau integritas dari penyelenggara negara,

18
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

(Wiranta, 2015) dalam melaksanakan kontrol sosial (Bunga, Maroa, Arief, &
amanah undang-undang untuk Djanggih, n.d.) dalam hal penyelenggaraan
penanggulangan pendemi covid-19. Kelima: pemerintahan khususnya pada masa pendemi
KPK juga meminta peran serta masyarakat covid-19.
untuk melakukan pengawasan dengan cara Pencegahan dalam hal korupsi penanganan
menyediakan pelayanan pengaduan covid-19 melalui Surat Edaran KPK Nomor
masyarakat terkait pemberian bantuan sosial 8 Tahun 2020 penggunaan anggaran
covid-19. Masyarakat yang merasa tidak pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam
puas dengan bantuan sosial ataupun rangka percepatan penanganan corona virus
mengetahui adanya penyimpangan terkait disease 2019 (covid-19) terkait dengan
pelaksanaan bantuan sosial bisa melakukan pencegahan tindak pidana korupsi meliputi,
pengaduan agar aparat penegak hukum bisa Pertama: pengadaan barang dan jasa wajib
bergerak cepat untuk menyelesaikan patuh terhadap undang-undang secara khusus
permasalahan tersebut. Peran serta aturan PBJ yang dilekuarkan oleh LKPP.
masyarakat ini merujuk pada Pasal 8 (1) BPKP dan APIP menjalankan tugas dan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 fungsinya berperan aktif dalam
Tentang Penyelenggaraan Negara Yang pendampingan dan pengawasan serta
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan berkonsultasi dengan LKPP terkait
Nepotisme yang berbunyi: pengadaan barang dan jasa dalam rangka
“Peran serta masyarakat dalam penanganan covid-19. Pendampingan dan
penyelenggaraan negara merupakan hak dan pengawasan yang dilakukan BPKP dan APIP
tanggung jawab masyarakat untuk ikut bertujuan agar proses pengadaan barang dan
mewujudkan Penyelenggara Negara yang jasa untuk kepentingan covid-19 bisa
bersih.” berjalan sesuai dengan prosedur dan
Pasal 41 (1) Undang-Undang Nomor 20 mencegah terjadinya penyimpangan yang
Tahun 2001 Perubahan Atas Undang- mengakibatkan kerugian keuangan negara.
Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Kedua: Pada keadaan darurat nasional covid-
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang 19 pengadaan barang dan jasa wajib
berbunyi: memperhatikan konsep harga terbaik (Value
“Masyarakat dapat berperan serta for Money) dengan tetap akuntabel dan
membantu upaya pencegahan dan transparan guna mendapatkan kualitas,
pemberantasan tindak pidana korupsi”. jumlah, waktu, lokasi dan penyedia sesuai
Melibatkan masyarakat dalam mencegah dengan Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 16
dan mendeteksi korupsi, dalam rangka Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang atau
melakukan reformasi sektor publik, Jasa. Ketiga: setiap tahapan pengadaan
penguatan akuntabilitas, transparansi, dan barang dan jasa selalu menghindari
pengawasan. (Kurniawan, 2011) Masyarakat perbuatan yang termasuk dalam kategori
harus disadarkan akan pentingnya tindak pidana korupsi yaitu: a.
pencegahan tindak pidana korupsi, karena Persekongkolan tender atau kolusi dalam
korupsi dapat menghancurkan kehidupan pengadaan barang dan jasa, b. Tidak
berbangsa dan bernegara. Masyarakat harus memperoleh kickback atau pembayaran balik
peka terhadap tindak pidana korupsi, dari penyedia, c. Suap menyuap, d.
terutama yang berhubungan dengan dana Gratifikasi, e. Benturan kepentingan, f.
bantuan sosial covid-19, karena masyarakat Kecurangan atau maladministrasi, g. Niat
yang menjadi korban apabila dana tersebut jahat memanfaatkan keadaan darurat, dan h.
diselewengkan dan tidak tersalurkan dengan Tidak membiarkan terjadinya tindak pidana
baik. Informasi yang diberikan oleh korupsi. Pencegahan tindak pidana korupsi
masyarakat sangat membantu aparat penegak di atas bertujuan untuk memfokuskan atau
hukum untuk mencegah terjadinya tindak memprioritaskan pelaksanaan pengadaaan
pidana korupsi. Masyarakat berperan sebagai barang dan jasa untuk penanganan covid-19

19
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

tetap sesuai prosedur hukum walaupun moral dari penyelenggara negara yang bisa
sedang dalam keadaan darurat nasional. diklasifikasikan ke dalam beberapa faktor
Konsep Pencegahan korupsi menurut meliputi, adanya tekanan dari dalam diri
Greyclar dan Prenzler, 1. mempersulit upaya yakni sifat serakah, adanya kesempatan
untuk melakukan korupsi. 2. Mengurangi untuk melakukan perbuatan yang koruptif,
penyebab yang memungkinkan terjadinya adanya rasionalitas ataupun keinginan untuk
korupsi. 3. Meningkatkan resiko terdeteksi. mendapatkan keuntungan secara instan, dan
4. Mengurangi insentif terjadinya korupsi; rendahnya kualitas dan kapabilitas dari
dan 5. Mengurangi provokasi untuk penyelenggara negara yang melaksanakan
terjadinya korupsi. (Wibowo, 2015). Pada tugas untuk menyalurkan bantuan sosial
masa pendemi covid-19 tindakan yang harus covid-19. Pengaturan hukum pencegahan
dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk tindak pidana korupsi bantuan sosial secara
mencegah terjadinya tindak pidana korupsi teknis terdapat dalam Surat Edaran KPK
khususnya korupsi dana bantuan sosial Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penggunaan
adalah menutup dan menghilangkan celah Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
pelaku untuk melakukan tindakan dan data Non-DTKS, dengan tetap merujuk
menyimpang atau curang (fraud), seperti kepada peraturan perundang-undangan yang
menghilangkan tekanan atau dorongan dan ada di atasnya. Tindakan penanggulangan
kesempatan dari penyelenggara negara untuk tindak pidana korupsi dana bantuan sosial
melakukan tindakan koruptif dengan cara covid-19 dilakukan dengan mengawasi dan
pengendalian dan pengawasan guna mendampingi perencanaan, penganggaran,
mempersempit ruang gerak yang melahirkan pengadaan, pendistribusian dan pelaporan
tindakan koruptif. Memilih pejabat yang hasil pelaksanaan bantuan covid-19, selain
memiliki integritas untuk menduduki jabatan itu juga dilakukan evaluasi dan audit
atau melaksanakan tugas yang berhubungan terhadap keuangan dan kinerja
dengan penyaluran dana bansos covid-19, penyelenggara negara.
agar pada saat amanah tersebut diberikan, Daftar Acuan
pejabat yang bersangkutan tidak mengambil Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
kesempatan untuk melakukan penyimpangan Tentang Penyelenggaraan Negara Yang
atau tindak pidana korupsi terhadap dana Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi,
bansos. Memberikan pemahaman dan sudut Dan Nepotisme
pandang untuk melakukan kontra Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
rasionalisasi dari rasa atau keinginan untuk Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
melakukan suatu tindakan yang merugikan 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
orang lain dengan cara menanamkan prinsif Tindak Pidana Korupsi
etika, moral, dan iman atau irasionalitas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
kepada penyelenggara negara agar senantiasa tentang Kekarantinaan Kesehatan
menjunjung tinggi integritas. Menggunakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
kemampuan atau kapabilitas penyelenggara Perubahan kedua atas Undang-Undang
negara untuk melakukan pelaporan dan Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
mempertanggungjawabkan segala tindakan Pemberantasan Korupsi.
terukur yang sudah dilakukan dari jabatan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
yang telah di amanahkan. Menerapkan tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
penegakan hukum pidana sebagai ultimum Pengganti Undang-Undang Nomor 1
remedium. Tahun 2020 Tentang Kebijakan
Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem
4. Kesimpulan Keuangan Untuk Penanganan Pandemi
Faktor penyebab terjadinya tindak pidana Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
korupsi bantuan sosial bansos covid-19 Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi
adalah lemahnya pengawasan dan lemahnya Ancaman Yang Membahayakan

20
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

Perekonomian nasional dan / Atau Instruksi Jaksa Agung RI Nomor 6 Tahun


Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi 2020 sebagai pedoman bagi Jajaran
Undang-Undang. Kejaksaan untuk melakukan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Pengamanan Kebijakan Keuangan
tentang Pembatasan Sosial Berskala Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan
Besar Dalam Rangka Percepatan Serta Pembatasan Sosial Berskala Besar
Penanganan Corona Virus Disease 2019 Dalam Rangka Percepatan Penanganan
(COVID-19). Covid-19 Jaksa Agung RI.
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Surat Edaran Jaksa Agung Nomor 7 Tahun
tentang Pengadaan Barang atau Jasa 2020 tanggal 9 April 2020 Tentang
Instruksi Presiden Republik Indonesia Optimalisasi Pelaksanaan
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pendampingan Terhadap Refocussing
Refocusing Kegiatan, Realokasi Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta
Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Pengadaan Barang dan Jasa dalam
Jasa Dalam Rangka Percepatan Rangka Percepatan Penanganan Covid-
Penanganan Covid-19. 19.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Instruksi Jaksa Agung 8 tahun 2020 tentang
Tahun 2020 tentang Pedoman Gugus Tugas Optimalisasi Tugas Dan
Pembatasan Sosial Berskala Besar Fungsi Kejaksaan Republik Indonesia
dalam rangka Percepatan Penanganan Dalam Pelaksanaan Refocusing
COVID-19 Kegiatan Dan Realokasi Anggaran
Surat Edaran KPK Nomor 8 Tahun 2020 Bersumber Dari APBN, APBD, dan
penggunaan anggaran pelaksanaan Dana Desa untuk Penanggulangan
pengadaan barang/jasa dalam rangka Covid-19.
percepatan penanganan corona virus Marzuki, M. (2017). Penelitian Hukum:
disease 2019 (covid-19) terkait dengan Edisi Revisi. Prenada Media.
pencegahan tindak pidana korupsi. Bunga, M., Maroa, M. D., Arief, A., &
Surat Edaran KPK Nomor 11 Tahun 2020 Djanggih, H. (n.d.). Urgensi Peran Serta
tentang Penggunaan Data Terpadu Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan
Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan data dan Pemberantasan Tindak Pidana
Non-DTKS. Korupsi. LAW REFORM, 15(1), 85–
Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia 97. diakses tanggal 18 juni 2020
Nomor: KEP-152/A/JA/10/2015 tanggal KBBI, (2020), Kemdikbud,
01 Oktober 2015 tentang Pembentukan https://kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses
Tim Pengawal dan Pengaman tanggal 18 juni 2020
Pemerintahan dan Pembangunan (TP4). Kejaksaan Republik Indonesia, (2020),
Instruksi Jaksa Agung RI Nomor: INS- Optimalkan peran kejaksaan RI dalam
001/A/JA/10/2015 tentang pengamanan / pendampingan refocusing
Pembentukan Tim Pengawal dan anggaran covid 19 di daerah, jamintel
Pengaman Pemerintahan dan dan jamdatun berikan pengaranan via
Pembangunan Pusat dan Daerah vicon,https://www.kejaksaan.go.id/berit
Kejaksaan Republik Indonesia, untuk a.php?idu=23&id=15727. Di akses
melakukan aksi pencegahan dan tanggal 9 Juni 2020
pemberantasan korupsi. Jernih.co, (2020), Delapan Instruksi Kapolri,
Instruksi Jaksa Agung Nomor 5 Tahun 2020 Siapkan Sembako Hingga Sisir Warga
tentang Kebijakan Pelaksanaan Tugas Yang Belum Dapat Bansos,
dan Penanganan Perkara Selama Masa https://jernih.co/politeia/delapan-
Pencegahan Penyebaran Covid-19 di instruksi-kapolri-siapkan-sembako-
Lingkungan Kejaksaan RI. hingga-sisir-warga-yang-belum-dapat-
bansos/. Diakses tanggal 16 Juni 2020

21
Prosiding Seminar Nasional Webinar Nasional Universitas Mahasaraswati Denpasar
“Percepatan Penanganan COVID-19 Berbasis Adat di Indonesia”

Djasri, H., Rahma, P. A., & Hasri, E. T. dan integritas dalam pencegahan
(2018). Korupsi dalam Pelayanan korupsi. Jurnal Lingkar Widyaiswara,
Kesehatan di Era Jaminan Kesehatan 2(4). diakses tanggal 18 juni 2020
Nasional: Kajian Besarnya Potensi dan Yuwanto, L. (2015). Profil Koruptor
Sistem Pengendalian Fraud. diakses Berdasarkan Tinjauan Basic Human
tanggal 18 juni 2020 Values. Jurnal Antikorupsi Integritas,
Indriani, I., Suroso, A., & Maghfiroh, S. 1(1),. diakses tanggal 18 juni 2020
(2016). Penerapan Konsep Fraud Zed, M. (2004). Metode peneletian
Diamond Theory dalam Mendeteksi kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.
Perilaku Fraud. Simposium Nasional diakses tanggal 20 juni 2020
Akuntansi XIX, Lampung. diakses Hamzah, A. (2005). Pemberantasan korupsi:
tanggal 17 juni 2020 hukum pidana nasional dan
Kurniawan, T. (2011). Peranan Akuntabilitas internasional. Divisi Buku Perguruan
Publik dan Partisipasi Masyarakat Tinggi, RajaGrafindo Persada.
dalam Pemberantasan Korupsi di Ibrahim, J. (2006). Teori dan Metodologi
Pemerintahan. Bisnis & Birokrasi Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Journal, 16 (2), diakses tanggal 18 juni Bayumedia Publishing.
2020
Prakoso, A. (2017). Kriminologi dan Hukum
Pidana (Pengertian, Aliran, Teori dan
Perkembangannya). diakses tanggal 17
juni 2020
Rasul, S. (2009). Penerapan Good
governance di Indonesia dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi.
Mimbar Hukum-Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, 21(3),.
diakses tanggal 18 juni 2020
Salama, N. (2014). Motif dan proses
psikologis korupsi. Jurnal Psikologi,
41(2).
Samsudin, M., Kusuma, A. R., & Djaja, S.
(2017). Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Penyaluran Bantuan Sosial Di Bagian
Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten
Kutai Timur. Jurnal Administrative
Reform (JAR), 2(1). diakses tanggal 17
juni 2020
Waluyo, B. (2017). Optimalisasi
pemberantasan korupsi di indonesia.
Jurnal Yuridis, 1(2). diakses tanggal 18
juni 2020
Wibowo, R. A. (2015). Mencegah Korupsi di
Pengadaan Barang dan Jasa: Apa yang
sudah dan yang masih harus dilakukan?
Integritas: Jurnal Antikorupsi-Special
Issue, 1(1). diakses tanggal 19 juni 2020
Wiranta, D. N. S. (2015). Transformasi
Birokrasi: Cara untuk penguatan etika

22

Anda mungkin juga menyukai