Oleh
Permenkes 9 tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan
COVID-19 adalah kelanjutan dari Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Pemerintah Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11
Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) telah menyatakan COVID-19 sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang
wajib dilakukan upaya penanggulangan.
PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-I9). Pembatasan Sosial Berskala Besar merupakan strategi
pemerintah dalam mencegah penyebaran virus corona dengan beberapa kriteria jumlah kasus
Covid19 meningkat dan menyebar secara cepat ke beberapa wilayah Pelaksanaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar dilakukan selama masa inkubasi terpanjang (14 hari) dan dapat
diperpanjang apabila ditemukan kasus baru selama 14 hari sejak ditemukannya kasus terakhir.
PSBB dilakukan dengan beberapa hal, yaitu:
Membatasi aktivitas sekolah dan tempat kerja, kecuali kantor atau instansi
strategi yang memberikan pelayanan ketahanan atau keamanan, ketertiban
umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak atau gas, kesehatan,
perekonomian, keuangan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Kegiatan keagamaan harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan
serta fatwa atau pandangan lembaga keagamaan resmi yang diakui oleh
pemerintah
Kegiatan yang diselenggarakan di tempat atau fasilitas umum harus
dilaksanakan dalam bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak
Pembatasan kegiatan sosial dan budaya harus diadakan dalam bentuk
pelarangan kerumunan orang
Selama masa PSBB, transportasi umum masih beroperasi seperti biasa. Hanya
saja, pembatasan dilakukan dengan memperhatikan jumlah penumpang yang
naik serta menjaga jarak antar penumpang.
Jakarta merupakan salah satu wilayah yang menerapkan PSBB dan dalam
penerapannya terjadi pro dan kontra terhadap kebijakan PSBB tersebut. Diharapkan dengan
adanya PSBB dapat mengurangi kontak antara individu masyarakat dan dapat menjaga jarak
agar terhindar dari rantai penyebaran virus SARS-Coronavirus Tipe 2.
Dalam penerapan PSBB juga tidak memberikan sanksi bagi pelanggarnya. Sehingga
PSBB dinilai hanya seperti himbauan belaka dan dihiraukan masyarakat. Masyarakat masih
sepele dengan Covid-19. Kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjalankan
kebijakan pemerintah. Pemerintah wajib mengedukasi masyarakat perihal pentingnya
penanganan Covid-19. Masyarakat harus peduli menjaga dirinya dan orang lain dengan
pembatasan kontak fisik dan jarak. Masyarakat yang berada di daerah wabah tidak boleh keluar
dari daerah tersebut, dan begitu sebaliknya agar daerah yang tidak terkena wabah terhindar dari
penyebarannya.
PSBB mewajibkan setiap masyarakat berada di rumah dan tidak bekerja ke kantir untuk
menghindari aktifitas diluar ruangan, sehingga berdampak sebagian dari masyarakat
kehilangan mata pencahariannya dan membutuhkan pasokan bahan pokok makanan. Sebagian
masyarakat yang kelihangan mata pencaharian bahkan tidak punya persediaan makanan dan
kelaparan. Peran pemerintah sangat penting untuk dapat memberikan bantuan. Kenyataannya
mereka tidak mendapatkan pasokan bahan makan. Seharusnya dalam pelaksanaan PSBB
pemerintah harus sudah mempersiapkan pasokan bahan pokok bagi masyarakat.
Semua kebijakan yang di ambil pemerintah harus berkoordinasi dengan baik dari
jajaran tertingggi hingga terendah berkolaborasi dengan masyarakat. Masyarakat juga harus
ikut berpartisipasi dalam setiap kebijakan dan penanganan penyebaran Covid-19. Semua
kebijakan harus terbebas dari kepentingan kelompok dan unsur poilitik. Perlu juga dilakukan
pengawasan terhadap setiap kebijakan dan melakukan peningkatan kualitas kebijakan.