Anda di halaman 1dari 4

RISET KEBIJAKAN

“Masalah Publik dalam Penanganan Covid-19”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Seminar Kebijakan Publik
Dosen Pengampu:
Wydha Mustika Maharani, S.AP., M AP

Oleh :
Anggi Dwi Rahayu (20105520051)

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR BLITAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
2023
Masalah Publik : Ragam masalah kebijakan saat pandemi Covid-19

Keterlambatan penanganan Covid-19 menyebabkan penyebaran virus tersebut tidak


terdeteksi dengan optimal. Pandemi Covid-19 telah berlangsung satu tahun lebih di Indonesia
sejak kasus pertama kali ditemukan pada 2020 lalu. Penanganan pandemi belum optimal
sehingga penyebaran virus terus berlangsung dengan terus bertambahnya jumlah korban jiwa.
Tidak efektifnya kebijakan pemerintah menjadi salah satu permasalahan yang dianggap
menjadi penyebab lambatnya penanganan pandemi.

Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagyo, mengatakan sejak awal pemerintah


tidak menganggap serius pandemi Covid-19. Padahal, berbagai pihak termasuk dirinya telah
memperingatkan pemerintah terhadap bahaya Covid-19. Salah satu permasalahan yang paling
awal yaitu pemerintah enggan menutup pintu masuk internasional, khususnya dari China
sebagai pusat pertama penyebaran Covid-19.

“Saya sudah ingatkan pemerintah harus serius tapi pemerintah sepele karena bilang
Indonesia tidak akan kena karena iklim tropis, makan nasi kucing. Saya juga bilang ke
Kementerian Perhubungan untuk close border namun tidak dijalankan,” jelas Agus dalam
webinar Perkembangan, Peluang dan Tantangan Vaksinasi Covid-19 yang diselenggarakan
Asian Law Student’s Association.
Alhasil, keterlambatan penanganan tersebut menyebabkan penyebaran Covid-19 tidak
terdeteksi dengan optimal. Dia juga menilai kebijakan pemerintah untuk mengatasi Covid-19
dengan menerapkan penghentian aktivitas sosial secara parsial seperti Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tidak
efektif sejak awal. Seharusnya, pemerintah mengambil penghentian total atau lockdown.
(Baca: Tips Kuliah Hukum Online Ala Presiden ALSA Indonesia)

Dia menjelaskan mengacu Undang Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang


Kekarantinaan Kesehatan pemerintah bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat selama lockdown. Sehingga, kekhawatiran masyarakat terhadap kekurangan
kebutuhan pokok tidak terjadi. Agus menjelaskan dengan penghentian aktivitas masyarakat
secara parsial tidak efektif dan menghabiskan biaya besar.

Kemudian, Agus menambahkan sejak awal pandemi pemerintah justru menerbitkan


berbagai peraturan yang karut marut sehingga membingungkan masyarakat. Dia
mencontohkan terjadi pertentangan antara Peraturan Menteri Kesehatan 9/2020 tentang
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19
dengan Peraturan Menteri Perhubungan 18/2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam
Rangka Percepatan Pecegahan Penyebaran Covid-19.

Selain itu, peraturan yang diterbitkan pemerintah sehubungan Covid-19 terdapat


berbagai pengecualian. “Sebaiknya enggak usah dibuat aturan sekalian kalau banyak pakai
kata kecuali,” jelas Agus.
emudian, dia juga mengkritik pemerintah yang mengganti-ganti penanggung jawab
penanganan pandemi dari Menteri Kesehatan, Gugus Tugas, Satgas hingga Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Dia juga menjelaskan terdapat berbagai kebijakan yang bertentangan antara


pemerintah pusat dan daerah. Hal ini menyebabkan penanganan pandemi Covid-19 di daerah
khususnya dalam penggunaan anggaran tidak berjalan.
Untuk itu, dia mendorong agar pemerintah melokalisir wilayah yang dapat dilakukan
karantina. Selain itu, percepatan vaksin juga harus dilakukan agar mengurangi penyebaran
Covid-19.
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo
Yogo menyatakan kepolisian telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga keamanan yang
berisiko karena Covid-19. Dia menjelaskan Covid-19 memang permasalahan kesehatan
namun memiliki risiko mengancam keamanan.

“Ini masalah kesehatan yang berkembang jadi dampak ekonomi, kemudian bisa
berkembang jadi dampak keamanan dan kalau tidak ditangani malah jadi dampak politis,”
jelas Sambodo.

Bahkan, Sambodo menjelaskan kepolisian melakukan tugas di luar tugas pokok


sehubungan Covid-19. “Dalam kondisi ini, polri berupaya yang kemudian dinilai offside dari
tugas pokok seperti pemulasaraan jenazah, pembuatan dapur umum, penyaluran bansos,
vaksinasi. Ini bukan tugas kepolisian tapi kepolisian punya azas subsidaridas, punya
tanggung jawab apabila yang bertanggung jawab tidak melakukannya. Ini untuk redam
gejolak masyarakat, apa yang dilakukan akan berdampak keamanan,” jelas Sambodo.

Data-data pendukung :
Sudah satu tahun lebih pandemi Covid-19 melanda dunia. Pandemi telah banyak
menimbulkan dampak dan perubahan dunia. Di Indonesia sendiri, pagebluk telah
memberikan dampak signifikan dalam semua sektor kehidupan bangsa Indonesia. Mulai dari
sektor kesehatan, sektor ekonomi, sektor pendidikan, sektor keagamaan, dan sektor lain
terkana imbasnya.
Pemerintah pusat telah melakukan berbagai upaya untuk menangani pandemi Covid-19. Di
sektor kesehatan, pemerintah telah berupaya mempercepat pelaksanaan tracing, testing, dan
treatment (3T), memenuhi obat antiviral untuk pengobatan pasien Covid-19, pemenuhan
kebutuhan oksigen, percepatan vaksinasi untuk seluruh penduduk Indonesia.
Di sektor ekonomi, pemerintah telah melakukan percepatan dalam penyaluran ragam bantuan
sosial (bansos) untuk masyarakat. Serta di sektor lainnya, pemerintah telah mengeluarkan
skema-skema kebijakan untuk meminimalisir dampak pandemi. Semuanya dilakukan semata-
mata untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)
Muhadjir Effendy mengatakan, penanganan pandemi Covid-19 ini bukan hanya tugas dari
pemerintah pusat.
Menurutnya, butuh kolaborasi dan gotong royong seluruh elemen masyarakat untuk
menyelesaikan permasalahan pandemi di Indonesia.
"Kita berupaya bagaimana keterlibatan elemen masyarakat betul-betul optimal. Sehingga
jangan sampai penanganan pandemi ini hanya ditangani negara saja," ujar Menko PMK
dalam Rapat Koordinasi Solidaritas Nasional Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia,
secara daring, pada Jumat (6/8).
Lebih lanjut, Muhadjir menjelaskan, pemerintah telah mengaktifkan "Klaster Nasional
Penanggulangan Bencana" untuk perkuat penanganan pandemi Covid-19. Klaster ini terdiri
dari Klaster Kesehatan, Klaster Logistik, Klaster Perlindungan dan Pengungsian, Klaster
Pendidikan, dan Klaster Pemulihan Dini.
Muhadjir mengatakan, aktivasi klaster nasional ini akan menjadi dasar pelibatan aktor
multipihak secara terkoordinasi dan terarah. Mulai dari pelibatan pihak kementerian dan
lembaga dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta, organisasi non pemerintah,
dan melibatkan masyarakat luas.
"Kolaborasi multipihak dengan prinsip gotong royong melalui klaster nasional
penanggulangan bencana dan lembaga pendukung dibidang kemanusiaan ini sangat
diperlukan," tuturnya.
Muhadjir mengarahkan agar kalster nasional bisa meningkatkan peranannya dalam
membantu penanganan Covid-19.
Untuk kaster kesehatan, terang Menko Muhadjir, bisa membantu percepatan vaksinasi dan
optimalisasi 3T dan sosialisasi protokol kesehatan 5M, dan membantu antisipasi kelangkaan
obat, alat kesehatan, serta peningkatan kapasitas tempat isolasi.
Untuk klaster logistik, bisa membantu memenuhi kebutuhan logistik dan mengawal distribusi
logistik penanganan Covid-19. Untuk klaster pendidikan, bisa mengawal kebijakan
pendidikan seperti pembelajaran tatap muka di masa PPKM, dan membantu pelaksanaan
percepatan vaksinasi bagi pelajar dan tenaga pendidikan.
Kemudian klaster pengungsian dan perlindungan membantu penguatan manajemen
pengungsian di masa pandemi dan tempat isolasi mandiri. Klaster pemulihan dini bisa
membantu pemerintah daerah untuk mengaktivasi posko satgas Covid-19 di hingga level
terendah di RT/RW, dan membantu pemulihan dampak Covid-19 di daerah.
"Peranan dan andil dari masyarakat dari seluruh komponen bangsa harus kita galakkan terus
dan tidak kalah pentingnya dengan peran negara," pungkas Menko PMK.
Sebagai informasi, rapat koordinasi turut dihadiri oleh perwakilan masing-masing klaster
nasional dari kementerian dan lembaga, serta organisasi non pemerintah dan pihak swasta.

Anda mungkin juga menyukai