Anda di halaman 1dari 2

Program Pelatihan : Pelatihan Kepemimpinan Administrastor

Angkatan : 66
Nama Mata pelatihan : Manajemen Risiko
Nama Peserta : Catherian. V. Picauly
Nomor Peserta Hadir : 08
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

a. Kemukakan hasil pengamatan Bapak/Ibu, terhadap kebijakan larangan mudik dan


aktivitas terkait lainnya, setelah Idul Fitriusaikemarin, seberapa efektif larangan
tersebut bisadijadikan tolok ukur dalam pengendalian risikopenyebaran Covid-19 ?
Idulfitri tak bisa dilepaskan dengan fenomena mudik Lebaran, mudik ke kampung
halaman. Sebuah fenomena sosio-kultural yang sudah berurat berakar, untuk melepas
rindu pada kampung halaman.

Apa pun caranya akan ditempuh masyarakat agar bisa bertandang ke kampung halaman
itu, kendati harus berutang sana-sini. Atau nglurug ke kampung halaman bermodalkan
sepeda motor: sebuah upaya yang sangat berisiko tinggi dari sisi keselamatan. Termasuk
situasi pandemi Covid-19 ini pun sepertinya tak menyurutkan masyarakat untuk mudik ke
kampung halaman. Padahal, sudah jelas dan tegas pemerintah menggulirkan kebijakan
bahwa mudik Lebaran 2021 dilarang, terhitung sejak 6-17 Mei 2021.

Untuk mendukung dan mengefektifkan larangan mudik Lebaran dimaksud, angkutan


umum di semua lini wajib stop operasi. Pada perspektif pengendalian pandemi Covid-19,
kebijakan yang digagas pemerintah bisa dimengerti. Pasalnya, hingga kini pandemi Covid-
19 di Indonesia secara umum belum bisa “ditaklukkan”, walau, beberapa bulan terakhir
mengalami tren penurunan.

Namun, mengacu pada tren global, utamanya kasus di India yang mengalami tsunami
pandemi, larangan mudik Lebaran adalah sebuah keniscayaan. Apalagi di level beberapa
negara ASEAN seperti Filipina, Singapura, Malaysia, dan Vietnam juga mengalami
serangan gelombang kedua.
Kendati larangan mudik Lebaran sudah lama digaungkan, tampaknya efektivitas di
lapangan masih jauh dari yang diharapkan. Pergerakan dan mobilitas massa ke daerah
terlihat masih signifikan.
Selain itu, dari sisi sosio-kultural, tarikan kultural mudik Lebaran jauh lebih kuat. Mudik Lebaran
terpatri kuat di kalangan masyarakat. Apalagi pada 2020 juga sudah “puasa” mudik sehingga
mudik Lebaran 2021 merupakan fase yang sungguh dinanti. Tak ada Lebaran tanpa mudik,
Lebaran akan terasa “garing” jika tanpa aktivitas mudik.
b. Untuk menjaga keberlangsungan tugas pokok dan fungsi pada masa pandemi Covid-19,
menurut pendapat Bapak/Ibu mana yang lebih berpeluang dalam memitigasi risiko,
antara mudik dibandingkan dengan tidak mudik?

"Dampak mudik terhadap perburukan situasi pandemi kita yang memang saat ini juga
belum dalam situasi yang terkendali, tentu jelas berdasarkan sains, berdasarkan studi
epidemiologi, jelas akan terjadi penambahan kasus, baik itu angka kesakitan maupun
kematian
Setelah lebih dari satu tahun bergelut dengan pandemi, Indonesia memiliki catatan
tingkat positivitas selalu di atas 10 persen. "Itu menunjukkan banyak kasus infeksi tidak
bisa kita deteksi, klaster-klaster tidak teridentifikasi, dan akhirnya tidak terselesaikan. Itu
seperti bom waktu, wabah, yang pada gilirannya tinggal menunggu saja satu trigger
untuk terjadinya ledakan kasus," jelas dia. "Itulah yang harus disadari oleh semua pihak,
baik Pemerintah maupun masyarakat. Tidak bisa hanya salah satu di antaranya,"
lanjutnya.

Perencanaan mitigasi yang matang dan penerapan di lapangan secara optimal diperlukan
agar jika pun terjadi lonjakan atau ledakan kasus, Indonesia masih bisa menanganinya.
Artinya, ledakan ini terjadi dalam skala yang masih bisa terkontrol. "Mitigasi ini upaya
untuk meminimalisasi risiko, dan mencegah kalau pun ada ledakan kasus ya tidak masif,
hanya dalam kategori atau batas yang masih bisa kita tolerir dalam kapasitas fasilitas
kesehatan maupun dalam respons-respons secara umum lainnya,

Anda mungkin juga menyukai