Anda di halaman 1dari 11

9 September 2020 lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

kembali menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),


seperti yang berlaku pada April-Mei 2020 silam. Setelah PSBB
Transisi pada Juni-Agustus 2020, Gubernur merujuk pada angka
kasus aktif Covid-19 di Jakarta yang terus meningkat serta fasilitas
tempat tidur di rumah sakit yang terancam penuh sebagai alasan
utama pemberlakuan PSBB. Dengan menarik rem darurat ini,
diharapkan grafik kasus aktif akan kembali melandai dan fasilitas
tempat tidur di rumah sakit dapat ditambah. Walaupun begitu,
peraturan-peraturan PSBB kedua sekarang tidak persis sama
dengan PSBB pertama yang kita lalui bersama pada awal pandemi.
Apa saja ya perbedaannya? Yuk, kita lihat tabel berikut yang
didasarkan pada Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2020.

Kegiatan Belajar Mengajar

PSBB I
Pihak sekolah atau institusi pendidikan harus memastikan
keberlangsungan proses pembelajaran melalui Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ), melakukan pencegahan penyebaran Covid-19, serta
menjaga keamanan.

PSBB II

Pihak sekolah atau institusi pendidikan memiliki tanggung jawab


yang sama dengan PSBB I, ditambah dengan kewajiban melarang
peserta didik melakukan aktivitas berkumpul, dan mengimbau orang
tua untuk turut menetapkan larangan tersebut.

Perkantoran atau Tempat Kerja


PSBB I

- Aktivitas bekerja di kantor dihentikan sementara.

- Karyawan diimbau untuk bekerja dari rumah.

PSBB II

Bila bekerja dari rumah tidak memungkinkan untuk semua


karyawan, aktivitas bekerja boleh berlanjut dengan pembatasan
jumlah orang dalam gedung kantor sebanyak 25%.

Rumah Ibadah
PSBB I

Kegiatan keagamaan di rumah ibadah dihentikan sementara.

PSBB II

- Kegiatan keagamaan di rumah ibadah dapat dilaksanakan dengan


pembatasan jumlah pengguna paling banyak 50% dari kapasitas.

- Rumah ibadah yang berada dalam zona merah tetap harus ditutup.

Tempat dan Fasilitas Umum


PSBB I

- Dilarang melakukan kegiatan dengan jumlah lebih dari lima orang


di tempat atau fasilitas umum.

- Pengecualian terhadap kegiatan memenuhi kebutuhan pokok


yang meliputi bahan pangan, energi, komunikasi, keuangan, dan
logistik.

PSBB II

- Dilarang melakukan kegiatan dengan jumlah lebih dari lima orang


di tempat atau fasilitas umum.

- Pengecualian terhadap kegiatan memenuhi kebutuhan pokok yang


meliputi bahan pangan, energi, barang sandang, komunikasi,
keuangan, dan logistik.

Moda Transportasi
PSBB I

- Kendaraan bermotor umum dan pribadi dibatasi jumlah


penumpangnya maksimal 50%.

- Layanan ojek online hanya boleh mengangkut barang.

PSBB II

- Kendaraan bermotor dibatasi jumlah penumpangnya maksimal


50%.

- Kapasitas angkut mobil pribadi dibatasi paling banyak dua orang


per baris kursi, kecuali domisili penumpang di alamat yang sama.

- Layanan ojek online boleh mengangkut penumpang.


Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah salah satu upaya pemerintah dalam
memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Beberapa wilayah di Indonesia sudah
mengajukan dan menerapkan PSBB. Penerapan PSBB diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 yang diteken Presiden Jokowi

Syarat PSBB
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020, pelaksanaan
pembatasan sosial berskala besar dilakukan selama masa inkubasi terpanjang yakni
14 hari. Jika masih terbukti penyeberannya, dapat diperpanjang selama 14 hari
sejak ditemukan kasus terakhir.
Penetapan PSBB dilakukan berdasarkan permohonan gubernur/bupati/walikota atau
ketua gugus tugas penanganan Covid-19. Adapun permohonan harus disertai
dengan data peningkatan jumlah dan penyebaran kasus menurut waktu, serta
kejadian transmisi lokal.
Daerah juga harus menyampaikan informasi kesiapan daerah, seperti aspek
ketersediaan kebutuhan hidup dasar rakyat, sarana dan prasarana kesehatan
anggaran, serta operasional jaring pengaman sosial dan aspek keamanan.
KOMPAS.com - Pemerintah menerapkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat
(PPKM) di Jawa-Bali mulai Senin ini (11/1/2021). Aturan pembatasan PPKM tersebut tertuang
dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatsan
Kegiatan untuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19.
Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat berlaku selama dua pekan, hingga 25 Januari
2021. Baca juga: PPKM Mulai Hari Ini, Berikut Daftar Daerah yang Terapkan Pembatasan di
Jawa-Bali Sebelumnya di awal pandemi pada Maret 2020, di beberapa daerah telah berlaku
pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kedua kebijakan ini membatasi kegiatan-kegiatan
masyarakat seperti bekerja, beribadah, bersekolah, hingga wisata. Apa saja perbedaan dari
kedua aturannya? Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
PPKM PPKM membatasi sejumlah kegiatan di Jawa dan Bali, dengan wilayah yang
menerapkannya antara lain: Jakarta Jawa Barat dengan prioritas di Kabupaten Bogor,
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cimahi, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Bandung
Raya. Banten dengan prioritas Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang
Selatan. Jawa Tengah dengan prioritas wilayah Semarang Raya, Banyumas Raya, Kota
Surakarta, dan sekitarnya. Daerah Istimewa Yogyakarta dengan prioritas di Kota Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Kulon Progo.
Jawa Timur dengan prioritas di wilayah Surabaya Raya dan Malang Raya. Bali dengan prioritas
Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Baca juga: Daftar 11 Daerah di Jawa Timur yang
Terapkan PPKM 11-25 Januari 2021

Adapun pembatasannya antara lain

1. Membatasi tempat kerja perkantoran dengan menerapkan work from home (WFH) sebesar 75
persen dan work from office (WFO) sebesar 25 persen dengan memberlakukan protokol
kesehatan secara lebih ketat.

2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring/online.

3. Sektor esensial yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat tetap dapat beroperasi
100 persen dengan pengaturan jam operasional, kapasitas, dan penerapan protokol kesehatan
secara lebih ketat.
4. Melakukan pengaturan pemberlakuan pembatasan, seperti Kegiatan restoran (makan/minum
di tempat sebesar 25 persen) dan untuk layanan makanan melalui pesan-antar/dibawa pulang
tetap diizinkan sesuai dengan jam operasional restoran. Pembatasan jam operasional untuk
pusat perbelanjaan/mal sampai dengan pukul 19.00 WIB.

5. Mengizinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100 persen dengan penerapan protokol


kesehatan secara lebih ketat. 6. Mengizinkan tempat ibadah untuk dilaksanakan pengaturan
pembatasan kapasitas sebesar 50 persen dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih
ketat. Baca juga: PSBB di Jawa-Bali, Ini Aturan untuk Ojol dan Taksi Online PSBB Sementara
itu, PSBB merupakan peraturan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam
rangka Percepatan Penanganan Covid-19 di berbagai daerah, seperti DKI Jakarta, Bogor,
Bandung, Makassar, Sumatera Barat, Banjarmasin, Tangerang, Pekanbaru, bahkan Tegal.
Aturan PSBB tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020.

Berikut rinciannya :

1. Bekerja dari rumah PSBB mewajibkan sebagian besar perkantoran menerapkan bekerja dari
rumah atau work from home (WFH) bagi kegiatan non-esensial. Meski begitu, ditegaskan bahwa
WFH bukan berarti meliburkan kegiatan perekonomian, tapi kembali menugaskan warga untuk
bekerja dari tempat tinggal. Baca juga: Diperpanjang Lagi, Berikut Aturan PSBB Transisi Jakarta
yang Harus Ditaati Peliburan tempat kerja dikecualikan bagi kantor atau instansi strategis yang
memberikan pelayanan terkait pertahanan dan keamanan, ketertiban umum, kebutuhan pangan,
bahan bakar minyak dan gas, pelayanan kesehatan, perekonomian, keuangan, komunikasi,
industri, ekspor dan impor, distribusi, logistik, serta kebutuhan dasar lainnya.

2. Peliburan sekolah Selama diberlakukan PSBB, sekolah wajib ditutup, dengan dilakukan
pembelajaran secara daring atau online. Peliburan sekolah dikecualikan bagi instansi strategis
yang memberikan pelayanan terkait pertahanan dan keamanan, ketertiban umum, kebutuhan
pangan, bahan bakar minyak dan gas, pelayanan kesehatan, perekonomian, keuangan,
komunikasi, industri, ekspor dan impor, distribusi, logistik, serta kebutuhan dasar lainnya. Baca
juga: Dari PSBB hingga Pengetatan Terukur, Kenapa Selalu Muncul Istilah Baru?

3. Keagamaan Pembatasan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan di


rumah dan dihadiri keluarga terbatas, dengan menjaga jarak setiap orang. Sementara itu,
kegiatan keagamaan yang dilakukan di tempat umum, dilaksanakan dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan, dan fatwa atau pandangan lembaga keagamaan resmi yang
diakui oleh pemerintah.

4. Tempat atau fasilitas umum Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum dilaksanakan
dilaksanakan dalam bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak orang. Pembatasan
dalam hal ini dikecualikan untuk: a. supermarket, minimarket, pasar, toko atau tempat penjualan
obat-obatan dan peralatan medis kebutuhan pangan, barang kebutuhan pokok, barang penting,
bahan bakar minyak, gas, dan energi. b. fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain dalam
rangka pemenuhan pelayanan kesehatan c. tempat atau fasilitas umum untuk pemenuhan
kebutuhan dasar penduduk lainnya termasuk kegiatan olah raga. Namun, ketiga bidang tersebut
harus tetap memperhatikan pembatasan kerumunan orang serta berpedoman pada protokol dan
peraturan perundang-undangan. Baca juga: Mulai Hari Ini Diperpanjang, Mari Ingat Kembali
Aturan PSBB Transisi di Jakarta...

5. Sosial budaya Pembatasan kegiatan sosial dan budaya dilaksanakan dalam bentuk
pelarangan kerumunan orang dalam kegiatan sosial dan budaya serta berpedoman pada
pandangan lembaga adat resmi yang diakui pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

6. Transportasi Pembatasan moda transportasi sebagaimana dimaksud dikecualikan bagi a.


moda transpotasi penumpang baik umum atau pribadi dengan memperhatikan jumlah
penumpang dan menjaga jarak antar penumpang. b. moda transpotasi barang dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Baca juga: PPKM Mulai Hari ini, Begini
Aturan Perjalanan dari dan ke Jawa-Bali

7. Kegiatan lain Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan
dikecualikan untuk kegiatan aspek pertahanan dan keamanan dalam rangka menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan. Selain itu, dikecualikan untuk
kegiatan yang mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat, dengan tetap memperhatikan
pembatasan kerumunan orang serta berpedoman kepada protokol dan peraturan perundang-
undangan

Apa kepanjangan PSBB?


PSBB adalah kepanjangn dari Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Sumber :

PP Nomor 21 Tahun 2020

Apa yang dimaksud dengan PSBB?


PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu
penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus Diseo.se 2019
(COVID-191 sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-I9).

Sumber : PP Nomor 21 Tahun 2020

Apa dasar hukum dari PSBB?


Dasar hukum PSBB adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Desease 2019 (COVID-19).

Kapan PP Nomor 21 Tahun 2020 diundangkan?


PP Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) diundangkan pada
tanggal 31 Maret 2020.

Sumber : PP Nomor 21 Tahun 2020


Siapa yang bisa melakukan PSBB?
Dengan persetujuan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan, Pemerintah Daerah dapat melakukan Pembatasan Sosial Berskala
Besar atau pembatasan terhadap pergerakan orang dan barang untuk satu provinsi
atau kabupaten/ kota tertentu.

Sumber : PP Nomor 21 Tahun 2020

Apa saja dasar pertimbangan dan kriteria pemberlakuan PSBB?


PSBB harus didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman,
efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.

Pembatasan Sosial Berskala Besar harus memenuhi kriteria sebagai berikut:


a. jumlah kasus danlatau jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar
secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah; dan
b. terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain.

Sumber :PP Nomor 21 Tahun 2020

Jakarta, Beritasatu.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan


pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, Kamis
(1/7/2021). PPKM darurat yang diterapkan pada 3-20 Juli 2021 ini mirip dengan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengatasi pandemi Covid-19 pada
2020.

Ketika itu juga ramai diwacanakan lockdown atau penutupan total wilayah namun
pemerintah memilih istilah PSBB.

Para gubernur atau bupati dan wali kota dapat mengusulkan PSBB di wilayahnya
kepada Menteri Kesehatan.

PSBB diatur dalam Permenkes Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19.

Kedua pembatasan tersebut memiliki kemiripan. Berikut perbedaan dan


kesamaan antara PPKM Darurat dengan PSBB.

1. Penentuan Wilayah yang Terkena Aturan


a. PSBB
Kepala daerah tidak bisa semena-mena menetapkan pemberlakuan PSBB di wilayahnya.
Saat mengusulkan PSBB kepada Menkes, kepala daerah harus menyertakan data
peningkatan jumlah kasus menurut waktu, penyebaran kasus menurut waktu, dan kejadian
transmisi lokal. Artinya, penetapan wilayah yang dapat diusulkan untuk PSBB adalah
wilayah di mana terjadi jumlah kasus atau jumlah kematian akibat Covid-19, menyebar
signifikan dan cepat ke beberapa wilayah.
Selain oleh gubernur/bupati/walikota, ketua pelaksana gugus tugas percepatan penanganan
Covid-19 dapat mengusulkan kepada menteri untuk menetapkan PSBB.

b. PPKM Darurat
Langsung ditetapkan oleh pemerintah pusat. Atas izin Presiden Jokowi dan pertimbangan
berbagai kalangan, Menko Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan menetapkan PPKM
Darurat mencakup 45 kabupaten/kota dengan nilai assesmen 4 dan 76 kabupaten/kota
dengan nilai assesmen 3, di Pulau Jawa dan Bali. Nama kota dan kabupaten sudah
disebutkan.

2. Durasi Waktu Pelaksanaan


a. PSBB
Pelaksanaan PSBB dilakukan selama masa inkubasi terpanjang (14 hari). Jika masih terdapat bukti
penyebaran berupa adanya kasus baru, dapat diperpanjang dalam masa 14 hari sejak ditemukannya
kasus terakhir.

b. PPKM Darurat
Ditetapkan oleh pemerintah pusat pada 3-20 Juli 2021 dengan target penurunan penambahan kasus
konfirmasi harian 10 ribu/hari.

3. Pengetatan Kegiatan Tepat Kerja

PSBB dan PPKM Darurat mengatur 100 persen work from home (WFH) untuk sektor
nonesensial. Pada PPKM Darurat disebut lebihi terperinci untuk sektor esensial diberlakukan
50 persen maksimum staf work from office (WFO) dengan protokol kesehatan lebih ketat.
Selain itu PPKM Darurat mengatur sektor kritikal yang memperbolehkan 100 persen
maksimum staf WFO dengan protokol kesehatan. Cakupan sektor kritikal adalah energi,
kesehatan, keamanan, logistik dan transportasi, industri makanan, minuman dan
penunjangnya, petrokimia, semen, objek vital nasional, penanganan bencana, proyek strategis
nasional, konstruksi, utilitas dasar (seperti listrik dan air), serta industri pemenuhan
kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari.

4. Kegiatan Belajar Mengajar


Baik PSBB maupun PPKM Darurat mengatur bahwa seluruh kegiatan belajar mengajar (sekolah,
perguruan tinggi, akademi, tempat pendidikan/pelatihan) dilakukan secara online atau daring.

5. Kegiatan Pusat Perbelanjaan/Mal


Baik PSBB maupun PPKM Darurat mengatur kegiatan pada pusat perbelanjaan/mal/pusat
perdagangan ditutup.

6. Kegiatan Pemnuhan Kebutuhan Sehari-hari

Baik PSBB maupun PPKM Darurat membatasi operasional supermarket, pasar tradisional,
toko kelontong, dan pasar swalayan yang menjual kebutuhan sehari-hari. Pada PPKM
Darurat terperinci pembatasan sampai pukul 20.00 waktu setempat dengan kapasitas
pengunjung 50 persen; untuk apotik dan toko obat bisa buka penuh selama 24 jam.

7. Kegiatan Makan dan Minum di Tempat Umum


Baik PSBB maupun PPKM Darurat mengatur pelaksanaan kegiatan makan/minum di tempat
umum (warung makan, rumah makan, kafe, pedagang kaki lima, lapak jajanan) yang berada
pada lokasi tersendiri maupun yang berlokasi pada pusat perbelanjaan/mal hanya
menerima delivery/take away dan tidak menerima makan di tempat (dine-in).

8. Kegiatan Keagamaan
Baik PSBB maupun PPKM Darurat mengatur bahwa tempat ibadah (masjid, mushala, gereja,
pura, vihara dan klenteng serta tempat umum lainnya yang difungsikan sebagai tempat
ibadah) ditutup sementara. Bentuk pembatasan kegiatan keagamaan adalah kegiatan
keagamaan yang dilakukan di rumah dan dihadiri keluarga terbatas, dengan menjaga jarak
setiap orang.

9. Kegiatan di Area Publik


a. PPKM Darurat
Jelas mengatur bahwa fasilitas umum (area publik, taman umum, tempat wisata umum dan
area publik lainnya) ditutup sementara.

b. PSBB
Tidak secara spesifik mengatur hal tersebut. Pada lampiran Permenkes 9/2020 disebutkan pembatasan
tempat atau fasilitas umum dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Tempat
yang dikecualikan antara lain tempat pemenuhan barang kebutuhan pokok, fasilitas pelayanan
kesehatan, hotel atau penginapan yang menampung wisatawan dan orang-orang yang terdampak
akibat Covid-19, maupun tempat atau fasilitas umum untuk pemenuhan kebutuhan dasar penduduk
lainnya termasuk kegiatan olahraga.

10. Kegiatan Sosial dan Seni Budaya


a. PPKM Darurat
Tegas menyebutkan kegiatan seni budaya, olahraga dan sosial kemasyarakatan (lokasi seni, budaya,
sarana olahraga, dan kegiatan sosial yang dapat menimbulkan keramaian dan kerumunan) ditutup
sementara. Resepsi pernikahan diizinkan dengan syarat dihadiri maksimal 30 orang dengan
menerapkan protokol kesehatan secara lebih ketat dan tidak menerapkan makan di tempat resepsi,
penyediaan makanan hanya diperbolehkan dalam tempat tertutup dan untuk dibawa pulang.

b. PSBB
Pembatasan dilaksanakan dalam bentuk pelarangan kerumunan orang dalam kegiatan sosial dan
budaya serta berpedoman pada pandangan lembaga adat resmi yang diakui pemerintah dan peraturan
perundang-undangan. Hal ini juga termasuk semua perkumpulan atau pertemuan politik, olah raga,
hiburan, akademik, dan budaya.

11. Kegiatan Transportasi Umum

a. PPKM Darurat

Pada Kendaraan umum, angkutan masal, taksi (konvensional dan online) dan kendaraan
sewa/rental) diberlakukan dengan pengaturan kapasitas maksimal 70 persen dengan
menerapkan protokol kesehatan secara lebih ketat. Pelaku perjalanan domestik yang
menggunakan transportasi jarak jauh pesawat, bis, dan kereta api harus menunjukkan kartu
vaksin (minimal vaksinasi dosis pertama dan PCR H 2 untuk pesawat serta Antigen (H1)
untuk moda transportasi jarak jauh lainnya.
b. PSBB

Pembatasan moda transportasi yang mengangkut penumpang di semua layanan transportasi


udara, laut, kereta api, jalan raya (kendaraan umum/pribadi) tetap berjalan dengan
pembatasan jumlah penumpang. Namun pengaturan secara lebih spesifik persentase
pembatasan ada pada paratran kepala daerah misalnya transportasi umum mengangkut
maksimal 50% dari kapasitas penumpang per angkutan serta diberlakukan pembatasan jam
operasional transportasi publik yakni pukul 06.00-18.00 WIB

Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat untuk CERDIK dalam


mengendalikan Penyakit Tidak Menular (PTM). Mari menuju masa
muda sehat, hari tua nikmat tanpa penyakit tidak menular dengan
perilaku CERDIK.

CERDIK adalah slogan kesehatan yang setiap hurufnya mempunyai


makna yaitu; C=Cek kesehatan secara berkala, E=Enyahkan asap
rokok, R=Rajin aktifitas fisik, D=Diet sehat dengan kalori seimbang,
I=Istirahat cukup dan K= Kelola stress. Perilaku CERDIK ini dapat
diterapkan melalui kegiatan Posbindu PTM.
Tema untuk Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada 4 Februari 2020 adalah I Am
and I Will, yang memiliki tujuan untuk mengajak dan mendorong kepada
seluruh kalangan masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit
kanker yang dapat terjadi pada siapapun.
Sebab, siapa pun memiliki kesempatan untuk mencegah dan menanggulangi
dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kanker bagi diri sendiri maupun orang
lain.

Berdasarkan tema ini, ahli hematologi onkologi medik FK-KMK UGM, dr.
Mardiah Suci Hardianti, PhD, SpPD-KHOM menekankan
pentingnya pencegahan, karena bagaimana pun mencegah lebih baik daripada
mengobati.
Untuk pencegahan kanker, dr. Mardiah menyarankan untuk selalu berusaha
melakukan gaya hidup sehat dan melakukan program CERDIK dan PATUH.

CERDIK merupakan akronim dari langkah Cek kesehatan secara berkala,


Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup
dan Kelola stres.
Sedangkan PATUH adalah program yang meliputi Periksa kesehatan secara
rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat
dan teratur, Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik
dengan aman dan Hindari rokok, alkohol serta zat karsinogenik lainnya.

"Semoga kita masing-masing dapat menjadi bagian dari perjalanan sejarah


perang untuk membebaskan dunia dari kanker sesuai dengan peran, fungsi
dan kemampuan kita masing-masing," ujar dr. Mardiah.

Selama ini, kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian paling
banyak di Indonesia.

Berdasarkan data GLOBOCAN, suatu badan epidemiologi kanker dibawah


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2018 tercatat kejadian kanker di
Indonesia mencapai 350 ribu, dengan angka kematian lebih dari 200 ribu per
tahun.
Tema untuk Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada 4 Februari 2020 adalah I Am
and I Will, yang memiliki tujuan untuk mengajak dan mendorong kepada seluruh
kalangan masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit kanker yang dapat
terjadi pada siapapun.
Sebab, siapa pun memiliki kesempatan untuk mencegah dan menanggulangi
dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kanker bagi diri sendiri maupun orang
lain.

Berdasarkan tema ini, ahli hematologi onkologi medik FK-KMK UGM, dr. Mardiah
Suci Hardianti, PhD, SpPD-KHOM menekankan pentingnya pencegahan, karena
bagaimana pun mencegah lebih baik daripada mengobati.
Untuk pencegahan kanker, dr. Mardiah menyarankan untuk selalu berusaha
melakukan gaya hidup sehat dan melakukan program CERDIK dan PATUH.

CERDIK merupakan akronim dari langkah Cek kesehatan secara berkala,


Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup dan
Kelola stres.

Sedangkan PATUH adalah program yang meliputi Periksa kesehatan secara rutin
dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan
teratur, Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik
dengan aman dan Hindari rokok, alkohol serta zat karsinogenik lainnya.
"Semoga kita masing-masing dapat menjadi bagian dari perjalanan sejarah
perang untuk membebaskan dunia dari kanker sesuai dengan peran, fungsi dan
kemampuan kita masing-masing," ujar dr. Mardiah.

Selama ini, kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian paling banyak di
Indonesia.

Berdasarkan data GLOBOCAN, suatu badan epidemiologi kanker dibawah


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2018 tercatat kejadian kanker di
Indonesia mencapai 350 ribu, dengan angka kematian lebih dari 200 ribu per
tahun.

Anda mungkin juga menyukai