Anda di halaman 1dari 10

TUGAS JURNAL PAPER

“UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG


KORUPSI VAKSIN COVID 19 DI SUMATRA UTARA”

Disusun Oleh :

1. ARFIANI GIANADEVI (2306013)


2. DEBY SINTIA DEWI (2306025)
3. MONIKA INDAH PUSPITA (2306065)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN JALUR RPL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2023
UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG
KORUPSI VAKSIN COVID 19 DI SUMATRA UTARA

Abstrak

Kejadian pandemi Covid-19 memunculkan kekhawatiran besar pada masyarakat. Salah


satu solusi kesehatan yang akan ditempuh oleh Pemerintah yaitu memberikan vaksin kepada
masyarakat sehingga terjadi kekebalan kelompok (herd immunity). Vaksinasi Covid-19
menjadi salah satu program utama pemerintah Indonesia sebagai upaya pencegahan
penyebaran virus Covid-19. Tindak pidana dilakukan oleh pihak-pihak yang seharusnya
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan sumpah jabatannya. Pihak yang
dimaksud ialah tenaga kesehatan selanjutnya sebagai pihak pertama yang melakukan
perbuatan pidana yakni melakukan penjualan dosis vaksin Covid-19 kepada pihak kedua
secara melawan hukum. Tindakan menjual dosis vaksin Covid-19 itu telah melanggar hukum
positif Indonesia
Metode penelitian kualitatif ini dimulai dengan pengumpulan data yang berhubungan
dengan pembahasan, lalu menyusun, mengklasifikasikan dan menganalisisnya serta
kemudian menginterpretasikan data, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang
fenomena yang diteliti. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pendekatan yuridis empiris dan yuridis normatif. Analisa data menggunakan
kualitatif.
Upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan melakukan pencegahan agar tidak terjadi
tindak pidana penyalahgunaan wewenang korupsi vaksin covid-19 sehingga tidak terjadi
daerah lain dengan membuat Pakta integritas ini setidaknya memuat prinsip 4 NO’s, yaitu No
Bribery (Tidak boleh ada suap-menyuap), No Kickback (Tidak boleh ada komisi atau uang
terima kasih), No Gift (Tidak boleh ada hadiah), dan No Luxurious Hospitality (Tidak boleh
ada jamuan yang mewah). Selian itu dengan melakukan audit terhadap petugas vaksin covid-
19.

Kata Kunci : Pencegahan, Wewenang, Korupsi, Vaksin Covid-19

PENDAHULUAN
Kejadian pandemic Covid-19 memunculkan kekhawatiran besar pada masyarakat. Salah
satu solusi atau tindakan kesehatan yang ditempuh pemerintah dengan memberikan vaksin
kepada masyarakat agar terjadi kekebalan kelompok (herd Immunity). Pemerintah melalui
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) dengan
menargetkan 70% penduduk (180 juta) agar mendapatkan vaksin sehingga terbentuk herd
immunity. Banyak tantangan yang muncul dalam rencana vaksinasi, mulai dari pencarian
penyedia vaksin, pendanaan, distribusi hingga pemberian vaksin kepada masyarakat
(KPK.Go.Id, 2021)
Sejak akhir Desember 2020, pemerintah telah mengeluarkan Rp 637,3 miliar untuk
membeli vaksin virus corona (Covid-19) tahap awal. Anggaran tersebut dibelikan vaksin
produksi Sinovac (3 juta dosis) dan Cansino (100 ribu dosis). Vaksin yang telah tiba pada
Desember 2020 di tanah air sebanyak 1,2 juta dosis (Sinovac) sedangkan 1,8 juta sisanya
akan datang Januari 2021. Pemerintah juga telah membuat komitmen dengan sejumlah
produsen lain untuk memenuhi kebutuhan bagi 180 juta penduduk.(Ardinata, 2020)
Vaksinasi Covid-19 menjadi salah satu program utama pemerintah Indonesia sebagai
upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19. Program ini dilakukan pada fasilitas
pelayanan kesehatan oleh para tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya wajib mengedepankan prinsip jujur dan keselamatan pasien atau
konsumen menjadi hal yang mutlak. (Sely et al., 2023)Apalagi dalam situasi darurat bencana
non-alam Covid-19 di Indonesia, tenaga kesehatan harus mengedepankan keselamatan
seluruh masyarakat Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya di lapangan selalu dijumpai
oknum-oknum yang ingin memanfaatkan krisis nasional akibat wabah Covid-19 untuk
menguntungkan individu maupun kelompok (Rafifnafia Hertianto et al., n.d.)
Tindak pidana dilakukan oleh pihak-pihak yang seharusnya menjalankan tugas pokok
dan fungsinya sesuai dengan sumpah jabatannya (Libri, 2020). Pihak yang dimaksud ialah
tenaga kesehatan selanjutnya sebagai pihak pertama yang melakukan perbuatan pidana yakni
melakukan penjualan dosis vaksin Covid-19 kepada pihak kedua secara melawan hukum.
Tindakan menjual dosis vaksin Covid-19 itu telah melanggar hukum positif Indonesia (Sely
et al., 2023)
Terjadi beberapa peristiwa vaksinasi Covid-19 berbayar. Dosis vaksin Covid-19
diperoleh dengan cara menyelewengkan stok vaksin. Dosis Vaksin Covid-19 tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan vaksinasi ilegal dengan adanya
bayaran dengan nominal tertentu telah memenuhi unsur tindak pidana korupsi yaitu
memperkaya diri sendiri, serta dinilai telah melakukan perbuatan merugikan keuangan
negara. Hal ini didukung bahwa pengadaan dosis vaksin Covid-19 bersumber dari dana
(Ardinata, 2020). Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang berasal dari pajak
maupun non-pajak. Dengan demikian, tindakan menjual vaksin secara ilegal dan melawan
hukum termasuk suatu perbuatan atau tindakan yang merugikan keuangan negara (Siagian &
Sumatera Utara, 2022a)
Berdasarkan kasus yang terjadi di Medan Sumatera Utara yaitu terjadi pelanggaran
tindak pidana penyelewangan korupsi vaksin atau jual beli vaksin. Suhadi terlibat kasus jual
beli vaksin Covid Bersama 2 orang dokter dan seorang dari pegawai swasta. Berdasarkan
putusan Majelis Hakim yang diketuai Saut Maruli (2022) menyatakan perbuatan terdakwa
yang menguntungkan orang lain ini sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 5
ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHPidana yaitu dakwaan keempat Jaksa
Penuntut Umum (JPU). Hal ini mendasari Majelis Hakim untuk menyatakan bahwa terdakwa
Suhadi terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan
sengaja memberi kesempatan melakukan korupsi yang dilakukan secara berlanjut. Hukuman
1 tahun penjara djatuhkan kepada Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Bidang
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut),
Suhadi, karena terlibat dalam kasus jual beli vaksin Covid-19 secara ilegal. Selain itu tidak
hanya pidana penjara, namun Suhadi juga dibebani membayar denda Rp 50 juta dengan
subsidair 1 bulan kurungan. Pertimbangan putusan yang diberikan kepada Suhadi antar lain,
perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi. Hal yang meringankan, terdakwa belum pernah dihukum, tidak menikmati
uang hasil berbayar, dan bersikap sopan selama persidangan.
(Identifikasi_Risiko_Korupsi_Pada_Pelaksanaan_Vaksin_Program_dan_Vaksin_Gotong_Royong_Cov
id-19, n.d.)
Oknum yang menjual vaksin secara ilegal sudah tentu telah melawan hukum, karena
vaksin tersebut bukan untuk dijual kepada sekelompok orang tersebut. Perbuatan tersebut
telah melanggar ketentuan hukum pidana Indonesia. Polisi melalui Penyidik Subdit III
Tipidkor Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumatera Utara
menjerat Selviwaty Als Selvi sebagai pemberi suap dengan Pasal 5 Ayat (1) Huruf a dan
b/atau Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas UndangUndang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (yang selanjutnya disebut Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi). Sedangkan dr. Indra Wirawan dan Kristinus Saragih
selaku penerima suap dijerat Pasal 12 Huruf a dan b dan/atau Pasal 5 Ayat (2) dan/atau Pasal
11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya Penyidik juga
menjerat dengan Pasal 64 Ayat (1) dan Pasal 55 Kitab UndangUndang Hukum Pidana
(KUHP) dengan ancaman maksimal hukuman pidana seumur hidup atau paling singkat empat
tahun dan paling lama 20 tahun disertai denda paling sedikit 200 juta dan paling banyak 1
miliar (Siagian & Sumatera Utara, 2022a).
Oknum-oknum yang mengambil keuntungan di masa Pandemi Covid-19 terkait tindak
pidana yaitu Jual-Beli Vaksin Covid-19 secara ilegal di wilayah hukum Polda Sumatera
Utara, maka pantas untuk diberikan ancaman hukuman yang berat. Ancaman hukuman
ditambah adanya pemberatan hukuman. Ancaman hukuman pemberatan yang seharusnya
dapat diancamkan penyidik yakni adanya hukuman pengembalian uang atau penyitaan aset
kekayaan tersangka (Aset Recovery) yang diperoleh dari hasil korupsi yang dicantumkan di
dalam berkas penyidikan perkara untuk kemudian dilimpahkan kepada kejaksaan. (Sely et al.,
2023)
Tinjauan dari segi yuridis (materil) dihadapkan dengan situasi dan kondisi negara dalam
keadaan darurat bencana Pandemi Covid-19. Ancaman hukuman seharusnya dilakukan
berdasarkan analisis yuridis yang ketat dan detail dengan cara mengancam tersangka dengan
pasal berlapis, yaitu dengan memasukkan Pasal 2 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ke dalam daftar pasal yang diancamkan kepada
tersangka. Pasal tersebut sangat tepat digunakan untuk menjerat para tersangka. Hal ini
disebabkan di dalam Pasal 2 Ayat (2) terdapat satu ketentuan yakni “keadaan tertentu”.
Maksudnya terdapat suatu pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi, apabila tindak
pidana tersebut dilakukan pada saat negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan amanat
undangundang yang berlaku, pada waktu terjadinya bencana alam nasional, dan pada saat
negara dalam keadaan krisis moneter (Rafifnafia Hertianto et al., n.d.).
Maka perbuatan yang dilakukan oleh Suhadi telah memenuhi unsur yang diatur di dalam
Pasal 2 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau
setidaknya ada upaya memiskinkan para pelaku tindak pidana korupsi di masa Pandemi
Covid-19 ini. Hukuman pemberatan diberikan agar perbuatan serupa tidak terulang kembali.
Berdsarkan uraian diatas maka penulis tertarik membuat paper dengan judul “upaya
pencegahan penyalahgunaan wewenang korupsi vaksin covid 19 di Sumatra Utara”

METODOLOGI
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah mengenai upaya pencegahan
penyalahgunaan wewenang korupsi vaksin Covid 19 di Sumatra Utara”. Penelitian ini
mengambil lokasi penelitian di Sumatera Utara. Sifat penelitian ini adalah penelitian
deskriptif analisis. Dalam hal ini akan menggambarkan tentang tindak pidana korupsi
memperjual belikan vaksin Covid-19 yang bukan merupakan objek yang harus
dikomersialkan dan menguntungkan diri sendiri atau kelompok tertentu. Di dalam tindak
pidana tersebut terjadi tindakan suap-menyuap untuk mendapatkan dosis vaksin demi
menggelar vaksinasi Covid-19 ilegal. Penelitian deskriptif ini dimulai dengan pengumpulan
data yang berhubungan dengan pembahasan, lalu menyusun, mengklasifikasikan dan
menganalisisnya serta kemudian menginterpretasikan data, sehingga diperoleh gambaran
yang jelas tentang fenomena yang diteliti.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
yuridis empiris dan yuridis normatif. Metode pendekatan yuridis empiris, yaitu bahwa dalam
mencari data yang diperlukan tidak hanya berpegang pada segisegi yuridis saja, melainkan
juga berpegang pada hasil penelitian dan fakta-fakta di lapangan. menelaah teori-teori,
konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundangundangan yang berhubungan
dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis yang dilakukan dengan
meneliti aspek-aspek hukum berupa peraturan-peraturan, perundang-undangan, dan peraturan
hukum lainnya yang berhubungan dengan upaya pencegahan wewenang korupsi vaksin
Covid-19 meliputi bagaimana kasus ini agar tidak terjadi di daerah lain, upaya pencegahan
dan perlunya audit dilakukan.
Maka sumber data dalam penelitian ini adalah data primery dan sekunder. Data yang
terkumpul tersebut akan dianalisa secara baik dan benar dengan menggunakan analisis
kualitatif atau dijabarkan dengan kalimat. Analisis kualitatif ialah suatu analisa yang
dilandaskan pada pemikiran atau paradigma hubungan dinamis (dua arah) antara data-data,
teori, dan konsep yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan
konsep yang didasarkan pada data yang diperoleh.

PEMBAHASAN
1. Bagaimana biar kasus tidak terjadi di daerah lain
Vaksin sebagai salah satu hak publik di masa pandemi patut dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang Pelayanan Publik sebagai dasar hukum. Jika menilik
Undang-Undang Pelayanan Publik lebih dalam, fenomena vaksin ilegal tentu
bertentangan dengan Undang-Undang Pelayanan Publik. Jika kita merujuk pada Pasal 4
Undang-Undang Pelayanan Publik, dapat kita temui asas-asas dalam menyelenggarakan
pelayanan publik yang dilanggar pada kasus vaksin ilegal ini(Sari & Sriwidodo, 2020)
Kasus penyelewengan wewenang korupsi vaksin covid-19 yang dilakukan pihak-
pihak yang tertentu di Provinsi Sumatera Utara. esensi dari pelaksanaan vaksin yang
seyogyanya menjadi hak publik untuk mendapatkan kesehatan dan dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip pelayanan publik, hal tersebut karena negara berkewajiban melayani
setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam
kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat UUD NRI 1945, sehingga publik
tidak lagi dirugikan dengan kejadian-kejadian seperti ini kedepannya (Hertianto, 2021)
Agar hal ini atau kasus ini tidak terjadi di daerah lain yaitu dengan mendirikan
satgas pencegahan korupsi. Demikian halnya dilakukan Pemerintah Kabupaten Klaten
membentuk Satgas Pencegahan Korupsi Direktorat Wilayah III Bidang Koordinasi dan
Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI melakukan rapat koordinasi
Monitoring Centre of Preventation (MCP) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Klaten di Pendapa Kabupaten Klaten. Kegiatan tersebut digelar dalam rangka monitoring
dan evaluasi pencegahan korupsi di Klaten. Tim Satgas Pencegahan Korupsi KPK RI.
(Grace Haque & Sunarsi, n.d.)
Kehadiran tim sebagai bentuk pendampingan KPK kepada Pemkab Klaten.
Kegiatan serupa juga dilaksanakan bersama pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Intinya dari monitoring ini adalah bagaimana agar pemerintahan daerah dalam
melaksanakan tugasnya tansparan, akuntabel dan bebas korupsi (Azril Zah, 2022).
Sebelumnya KPK mendorong upaya perbaikan tata kelola Pemkab Klaten dengan
berbasiskan pada hasil pengukuran MCP dan Survei Penilaian Integritas (SPI) di tahun
2021. MCP merupakan aplikasi atau dashboard yang dikembangkan oleh KPK untuk
melakukan monitoring capaian kinerja program pencegahan korupsi melalui perbaikan
tata kelola pemerintahan yang dilaksanakan pemerintah daerah di seluruh
Indonesia.“MCP ini meliputi delapan area intervensi yakni pengelolaan APBD,
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa (Apriastanti et al., 2022a; Mahmud & Pongoliu,
2023a)
Tim Stranas Pencegahan Korupsi, KPK menyampaikan penyediaan data calon
penerima vaksin bisa didasarkan dengan data kependudukan. Sebab data kependudukan
berbasis NIK dapat menyediakan data sebaran penduduk dengan kriteria yang
dibutuhkan di suatu wilayah. Dengan demikian, bila ada perbaikan data dari lapangan,
maka hasil perbaikannya ini juga diharapkan tersambung ke Dukcapil agar menjadi
perbaikan data kependudukan.(Rafifnafia Hertianto et al., n.d.)
2. Upaya pencegahan
Proses pengadaan vaksin dinilai memiliki risiko tinggi karena dilaksanakan dalam
keadaan darurat akibat merebaknya Covid-19. (Apriastanti et al., 2022a). Mekanisme
pengadaan vaksin tak dapat dilakukan melalui proses tender, tetapi dengan pembelian
langsung karena terbatasnya produsen vaksin dan kebutuhan akan vaksin sudah sangat
mendesak. Demi pencegahan korupsi pada sektor kesehatan, Kemenkes sesungguhnya
telah dua kali mengadakan nota kesepahaman dengan KPK, yaitu pada 2016 dan 2020
(Rafifnafia Hertianto et al., n.d.).
Sejumlah kegiatan bersama dirancang oleh kedua institusi ini untuk mewujudkan
pelaksanaan program kesehatan yang bebas dari korupsi. Meski demikian, sejumlah
kegiatan tersebut tidak ada yang spesifik untuk mencegah korupsi dalam pengadaan
vaksin Covid-19. Upaya mencegah korupsi pengadaan vaksin Covid-19 saat ini mendesak
dilakukan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kerugian keuangan negara yang
lebih besar dan sekaligus memastikan bahwa program vaksinasi dapat berjalan dengan
lancar tanpa hambatan. Selain melibatkan KPK, terdapat sejumlah langkah yang harus
dilakukan Kemenkes untuk mencegah terjadinya korupsi dalam pengadaan vaksin.(Siagian
& Sumatera Utara, 2022b)
Pertama, meningkatkan transparansi dalam pengadaan vaksin. Kemenkes sebaiknya
memberikan informasi secara rinci mengenai rekanan ataupun pihak lain yang terlibat
dalam pengadaan vaksin dan realisasi penggunaan anggaran (Dewi et al., n.d.). Informasi
ini sebaiknya diumumkan secara berkala dan dapat diakses secara terbuka sehingga semua
pihak dapat terlibat dalam mengawasi pengadaan dan penggunaan anggaran vaksin
Covid-19. Kedua, membentuk satuan tugas (satgas) dalam menerima dan menindaklanjuti
laporan penyimpangan pengadaan vaksin Covid-19. (Musyawir et al., 2022)
Satuan ini berasal dari Inspektorat Kemenkes yang anggotanya diseleksi secara ketat.
Saluran pengaduan khusus pengadaan vaksin sebaiknya dibuka 24 jam agar jika ada
laporan penyimpangan dapat segera ditindaklanjuti (Simamora, n.d.). Jika ada indikasi
korupsi yang kuat, satgas tidak perlu ragu melimpahkan laporan tersebut ke KPK ataupun
kejaksaan untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut. Untuk memperkuat satgas, pihak
Kemenkes juga dapat melibatkan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) (188400137 - Ceriah Banjarnahor - Fulltext, n.d.) . Hal ini sejalan dengan salah satu
fungsi LKPP, yaitu mengawasi penyelenggaraan pengadaan barang/jasa pemerintah
secara elektronik (Kurniawan, 2021). Ketiga, mewajibkan setiap pejabat dan pegawai
Kemenkes yang terlibat pengadaan vaksin Covid-19 ataupun rekanan yang menyediakan
dan mendistribusikan vaksin untuk tanda tangan pakta integritas.(Mahmud & Pongoliu,
2023a)
Pakta integritas ini setidaknya memuat prinsip 4 NO’s, yaitu No Bribery (Tidak boleh
ada suap-menyuap), No Kickback (Tidak boleh ada komisi atau uang terima kasih), No
Gift (Tidak boleh ada hadiah), dan No Luxurious Hospitality (Tidak boleh ada jamuan
yang mewah) (Pardede et al., 2021) . Harus diatur pula penerapan sanksi dan proses
hukum apabila terjadi pelanggaran terhadap pakta integritas tersebut
(Mustaqim & Pardana, 2022)
. Keempat, Kemenkes sebaiknya mulai menerapkan ISO 37001 tentang Sistem
Manajemen Antipenyuapan, khususnya pada unit kerja atau bidang yang menangani
pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementerian. (Hawksworth et al., 2020)
3. Adanya Audit pencegahan korupsi vaksin di daerah lain
Berdasarkan ketentuan Pasal 21 Ayat (9) huruf a Peraturan Presiden Nomor 99
Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
penanggulangan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan melakukan pembinaan, pendampingan dan pengawasan
dalam pelaksanaan penunjukan langsung penyediaan Vaksin Covid-19
(Pardede et al., 2021)
. Selanjutnya berdasar Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 700.1.2/340/IJ Tanggal
20 Februari 2023 perihal Pengawasan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Tahun 2023,
akan dilaksanakan pengawasan pelaksanaan Covid-19 yang melibatkan BPKP,
Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota. (Apriastanti et al., 2022b)
Tujuan audit pelaksanaan vaksinasi adalah untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwa pelaksanaan, monitoring Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana
kegiatan program vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-
19 telah dilaksanakan melalui tata kelola yang baik dan memberikan rekomendasi
perbaikan atas kelemahan yang ditemui (Dinkes Kab, 2022)
Adapun sasaran dan ruang lingkup audit adalah : 1. Sasaran audit adalah menilai
auditi telah menjalankan program vaksinasi kegiatannya secara ekonomis, efisien, dan
efektif (Simamora, n.d.) . Selain itu, sasaran audit juga untuk mendeteksi adanya
kelemahan sistem pengendalian intern serta adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse). 2. Program vaksinasi
dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19 yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan.(Mahmud & Pongoliu, 2023b)
Ruang lingkup audit program vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi
Covid-19 terdiri dari perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi kegiatan
vaksinasi, termasuk distribusi dan pengelolaan stok vaksin Covid-19. Sebagai contoh,
Tim Audit sedang melaksanakan kegiatan Audit Dengan Tujuan Tertentu (ADTT) Stok
Vaksin Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Tahun 2021 pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Fasyankes) dan Dinas Kesehatan di Kabupaten Bireuen, sesuai dengan Surat
Perintah Tugas Inspektur Kabupaten Bireuen Nomor: 700/168/INK-SPT/2021, Tanggal
4 Nopember 2021 untuk melaksanakan kegiatan Pengawasan Vaksinasi COVID-19
tahap 4 tahun 2021 pada Faslitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bireuen, selama 13 hari penugasan mulai tanggal 15 November s.d 3
Desember 2021.
Tujuan audit adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas
distribusi vaksin COVID-19 dan pengelolaan persediaan vaksin Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan memberikan rekomendasi perbaikan atas kelemahan
pengendalian yang ditemui.(Mahmud & Pongoliu, 2023b)

KESIMPULAN
Kejadian pandemi Covid-19 memunculkan kekhawatiran besar pada masyarakat,
Salah satu solusi kesehatan yang akan ditempuh oleh Pemerintah yaitu memberikan
vaksin kepada masyarakat sehingga terjadi kekebalan kelompok (herd immunity). Upaya
yang dilakukan pemerintah yaitu dengan melakukan pencegahan agar tidka terjadi tindak
pidana wewenang korupsi vaksin covid-19 dilakukan pencegahan agar tidak terjadi
daerah lain dengan membuat Pakta integritas ini setidaknya memuat prinsip 4 NO’s, yaitu
No Bribery (Tidak boleh ada suap-menyuap), No Kickback (Tidak boleh ada komisi atau
uang terima kasih), No Gift (Tidak boleh ada hadiah), dan No Luxurious Hospitality
(Tidak boleh ada jamuan yang mewah). Selian itu dengan melakukan audit terhadap
petugas vaksin covid-19.
SARAN
Hendaknya Dinas Kesehatan atau pemerintah terkait yaitu Kabupaten membuat
program untuk mengantisipasi atau mencegah terjadinya wewenang korupsi vaksin
covid-19.

REFERENSI

Apriastanti, S. D., Diah Widajantie, T., & Akuntansi, J. (2022a). PENGARUH TEMUAN AUDIT TERHADAP
TINGKAT KORUPSI PEMERINTAH DAERAH. In Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas
Pendidikan Ganesha (Vol. 13, Issue 2). https://riset.ti.or.id/,

Apriastanti, S. D., Diah Widajantie, T., & Akuntansi, J. (2022b). PENGARUH TEMUAN AUDIT TERHADAP
TINGKAT KORUPSI PEMERINTAH DAERAH. In Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas
Pendidikan Ganesha (Vol. 13, Issue 2). https://riset.ti.or.id/,

Ardinata, M. (2020). Tanggung Jawab Negara terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia (HAM). Jurnal HAM, 11(2), 319. https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.319-332

AUDITOR EKSTERNAL DAN INTERNAL SEBAGAI. (n.d.).

Belinda Makatita, B. (n.d.). PENGARUH AKUNTABILITAS, KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN KOMITMEN


ORGANISASIONAL TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL INSPEKTORAT KABUPATEN MIMIKA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Akuntansi (S1) Pada
Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta Disusun
Oleh.

188400137 - Ceriah Banjarnahor - Fulltext. (n.d.).

Dewi, A., Analis, M. H., Pemda, H., & Jambi, K. (n.d.). Penyalahgunaan Wewenang Dalam Perspektif
Tindak Pidana Korupsi. http://www.transparancy.org,

Grace Haque, M., & Sunarsi, D. (n.d.). Analysis of SMEs Culinary Marketing Strategy During Covid 19
Pancemic: A Study at “Sate Bebek Cilegon” Resto in Cilegon, Banten. International Journal of
Education, Information Technology and Others. https://doi.org/10.5281/zenodo.4087860

Hawksworth, A., Jayachander, M., Hester, S., Mohammed, S., & Hutchinson, E. (2020). Proteomics as a
tool for live attenuated influenza vaccine characterisation. Vaccine, 38(4), 868–877.
https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2019.10.082

Identifikasi_Risiko_Korupsi_Pada_Pelaksanaan_Vaksin_Program_dan_Vaksin_Gotong_Royong_Covid-19.
(n.d.).

JMA : JOURNAL OF UNICORN ADPERTISI. (n.d.). https://jurnal.adpertisi.or.id/index.php/jua

Komprehensif Indralaya, U. (2015). UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS HUKUM KAMPUS INDRALAYA


NAMA : JANUARI SIAHAAN NIM : 02101001207 PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI
INDONESIA Secara Substansi telah disetujui dan telah dipertahankan dalam.

Kurniawan, M. B. (2021). Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19 Ditinjau dari
Perspektif Hak Asasi atas Kesehatan. Jurnal HAM, 12(1), 37.
https://doi.org/10.30641/ham.2021.12.37-56
Libri. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Konsumsi Natrium Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2015.

Mahmud, H., & Pongoliu, A. F. (2023a). Dampak Vaksinasi di Masa Pandemi Covid-19 Terhadap
Lingkungan Global. Jurnal Serambi Hukum, 16.

Mahmud, H., & Pongoliu, A. F. (2023b). Dampak Vaksinasi di Masa Pandemi Covid-19 Terhadap
Lingkungan Global. Jurnal Serambi Hukum, 16.

Mustaqim, F., & Pardana, D. (2022). Evaluasi Penilaian Aktiva Tetap menurut Standar Akuntansi
Pemerintah pada Kantor Bappeda Kota Baubau. Jurnal Ilmiah Akuntansi Manajemen, 5(1), 29–36.
https://doi.org/10.35326/jiam.v5i1.2138

Musyawir, A. K., Imtihana, I., Febrianti, D., Pasiga, N., & Putri, D. (2022). SOSIALISASI PENGENALAN
VARIAN BARU VIRUS COVID-19 (OMICRON) GUNA MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT
TENTANG PENTINGNYA VAKSINASI COVID-19. Batara Wisnu : Indonesian Journal of Community
Services, 2(2), 270–280. https://doi.org/10.53363/bw.v2i2.98

Mustaqim, F., & Pardana, D. (2022). Evaluasi Penilaian Aktiva Tetap menurut Standar Akuntansi
Pemerintah pada Kantor Bappeda Kota Baubau. Jurnal Ilmiah Akuntansi Manajemen, 5(1), 29–36.
https://doi.org/10.35326/jiam.v5i1.2138

NITA RISNAWATI-FSH. (n.d.).

Pencegahan Dan, U. (n.d.). REPUBLIK INDONESIA.

Pardede, M., Penelitian, B., Hukum, P., Hukum, K., Ham, D., & Corresponding, J. (2021). Legal Aspects of
Health Quarantine and Consumer Protection in Treatment of Covid-19 Pandemic. Jurnal Penelitian
Hukum De Jure, 21(1). https://doi.org/10.30641/dejure.2021.V21.023-044

Rafifnafia Hertianto, M., Putu, N., & Maharani, M. (n.d.). Analisis Yuridis Vaksin Covid-19 Ilegal:
Perlindungan dan Penegakan Hak Kesehatan Warga Negara Indonesia. 7(1), 2021.
https://doi.org/10.15294/snhunnes.v7i1.708

Sari, I. P., & Sriwidodo, S. (2020). Perkembangan Teknologi Terkini dalam Mempercepat Produksi Vaksin
COVID-19. Majalah Farmasetika, 5(5), 204. https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i5.28082

Sely, M. D., Rumaolat, W., & Lapodi, A. R. (2023). Edukasi Pentingnya Vaksinasi Covid-19 di Dusun
Waralohi Kab. Seram Bagian Barat. Catimore: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 80–86.
https://doi.org/10.56921/cpkm.v2i1.70

Siagian, F. S., & Sumatera Utara, I. (2022a). Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Jual Beli Vaksin Secara
Ilegal Dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 (Studi Pada Kepolisian Daerah Sumatera Utara). In
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah (Vol. 3, Issue 2).
http://kompas.com/nasional/read/2021/07/12/15143381/

Siagian, F. S., & Sumatera Utara, I. (2022b). Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Jual Beli Vaksin Secara
Ilegal Dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 (Studi Pada Kepolisian Daerah Sumatera Utara). In
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah (Vol. 3, Issue 2).
http://kompas.com/nasional/read/2021/07/12/15143381/

Simamora, S. C. (n.d.). PENGARUH DATA VAKSINASI, INDEKS DOW JONES DAN NILAI TUKAR TERHADAP
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TRIWULAN SATU
TAHUN 2021 (Vol. 11, Issue 2).
Sosiawan, U. M. (2019). Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 19(4), 517.
https://doi.org/10.30641/dejure.2019.v19.517-538

Yuliyana, I., & Setyaningrum, D. (2016). Pengaruh Penerapan E-Government dan Akuntabilitas terhadap
Simposium Nasional Akuntansi XIX.

Anda mungkin juga menyukai