Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS HUKUM

Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

Nomor : 2803/SK/BAN-PT/Ak-PPJ/S/V/2020

Tinjauan Yuridis Sosiologis Terhadap


Pelanggaran Kepada Larangan Mudik 2021

Oleh :
Yocelyn Miranda
(6051801074)

Proposal Makalah
Disusun Sebagai Salah Satu Kelengkapan
Tugas Sosiologi Hukum
Program Studi Ilmu Hukum
2021
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Tinjauan Pusataka dan Kerangka Pemikiran

1.5.1 Tinjauan Pustaka

1.5.2 Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

1.6.2 Lokasi Penelitian

1.6.3 Populasi dan Sampel

1.6.4 Sumber Data

1.7 Rencana Sistematika Penulisan

DAFTAR PUSTAKA

1
1.1 Latar Belakang
Sejak awal bulan Maret 2020, Indonesia dikejutkan dengan suatu wabah penyakit baru yang
disebabkan oleh sebuah virus bernama Corona atau COVID-19. Virus ini mulai menyebar pada
Desember 2019 di kota Wuhan Provinsi Hubai Tiongkok. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO
resmi menetapkan wabah COVID-19 sebagai pandemi global. Di Indonesia sendiri virus COVID-
19 mulai masuk pada tanggal 2 Maret 2020 melalui warga negara Jepang yang pada saat itu sedang
berkunjung ke Indonesia. Warga negara Jepang tersebut menularkan virus COVID-19 kepada
kasus pertama di Indonesia. Pandemi COVID-19 mengakibatkan banyak perubahan dalam
kehidupan masyarakat baik secara global maupun nasional.
Negara-negara telah mengeluarkan regulasi-regulasi baru untuk menangani penyebaran virus
ini. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa regulasi terkait penanganan masalah Kesehatan yaitu
Undang-Undang nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehataan. Undang-Undang ini
mengatur tentang tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, hak dan kewajiban,
penyelenggaraan kekarantinaan Kesehatan, dokumen Karantina Kesehatan, dan lain-lain. Untuk
menangani pandemic COVID-19 itu sendiri, Pemerintah menerbitkan regulasi baru yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan COVID-19.
Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu bagi penduduk di
dalam suatu wilayah yang telah terpapar COVID-19 untuk mencegah kemungkinan penyebaran
virus tersebut. PSBB meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat umum. PSBB pertama kali diberlakukan di
Jakarta selama 14 hari, yakni sejak 10-23 April 2020. Setelah itu pemberlakuan PSBB
diperpanjang hingga dua kali karena perkembangan kasus COVID-19 yang tidak kunjung
membaik. Sejak Januari 2021 terhitung 23 kabupaten menerapkan kebijakan PSBB karena
Indonesia meraih kasus COVID-19 tertingginya pada saat itu yaitu hingga 11.000an kasus.
Kasus COVID-19 di Indonesia pun perlahan membaik, namun melihat kasusnya yang masih
ribuan, Presiden RI mengumumkan kebijakan pada perayaan Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah
yaitu seluruh masyarakat dilarang untuk melakukan mudik atau pulang kampung dan harus tetap
berdiam di rumah. Karena larangan tersebut, Menteri Perhubungan mengeluarkan kebijakan
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 25 Tahun 2020 tentang

2
Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah Dalam Rangka
Pencegahan Penyebaran Virus Disease 2019 (COVID-19).
Dalam Permenhub No. 25 Tahun 2020 terdapat larangan yang menerapkan sanksi yang
tercantum dalam Pasal 93 UU No. 6 tahun 2018, dimana apabila terjadi pelanggaran terhadap
karantina Kesehatan maka nantinya akan diberi teguran secara persuasif hingga dikenakan pidana
satu tahun penjara dan denda maksimal Rp 100 juta. Dalam menerapkan larangan mudik ini,
Pemerintah bekerja sama dengan tatanan pemerintahan lainnya mulai dari provinsi, kabupaten,
kecamatan, dan daerah.
Sama halnya seperti tahun 2020, pada tahun 2021 Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
baru yaitu Surat Edaran Kepala Satgas Penanganan COVID-19 No. 13 Tahun 2021 tentang
Peniadaan Mudik pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah selama 6-
17 Mei 2021. Larangan mudik ini dilakukan untuk menekan laju penyebaran COVID-19 yang
meningkat akibat liburan Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Data Satgas COVID-19 menunjukkan
bahwa libur Idul Fitri tahun 2020 telah mengakibatkan kenaikan rata-rata jumlah kasus harian
sebesar 68-93% dengan penambahan kasus harian 413-559.
Periode larangan mudik ini dilakukan dengan cukup ketat dengan penempatan Polri dan TNI
yang akan melakukan operasi di tempat-tempat strategis seperti pintu kedatangan wilayah rest
area, perbatasan kota besar, titik pengecekan (checkpoint), dan lain-lain. Penempatan Polri dan
TNI ini dilakukan untuk memeriksa dokumen surat izin perjalanan dan surat keterangan negatif
yang menjadi dokumen wajib melakukan perjalanan selama periode tersebut. Selain itu, sebelum
melakukan aktivitasnya, masyarakat yang telah mendapatkan izin untuk melakukan perjalanan
selama periode ini wajib melakukan karantina mandiri selama 5x24 jam saat tiba di tempat tujuan.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat jumlah pemudik selama lebaran 2021
mencapai 1,5 juta orang. Menhub mengklaim larangan mudik Lebaran tahun ini efektif. Hal ini
terbukti dari penurunan jumlah penumpang di bandar udara, kapal penyebrangan, dan kereta api.
Hasil survei yang dihimpun oleh Kemenhub mengungkapkan bahwa sebanyak 18 juta orang
berencana untuk mudik Lebaran, namun hanya sekitar 1,5 juta orang yang tetap pergi mudik.
Namun data berkata lain, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan
COVID-19 menyatakan, kasus kenaikan COVID-19 pasca Idul Fitri mengalami kenaikan lebih
tinggi yaitu 112,22%, sedangkan kenaikan kasus pada tahun 2020 adalah 93,11%. Hingga kini,

3
setiap harinya Indonesia mencatat rekor kasus COVID-19 tertinggi baru mencapai puluhan ribu
kasus.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin melakukan kajian dan penelitian yang
berjudul“Lar Tinjauan Yuridis Sosiologis Terhadap Pelanggaran Kepada Larangan Mudik 2021”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang
yang akan dibahas sebagai berikut :
(1) Bagaimana aturan hukum terkait pelanggaran terhadap larangan mudik 2021?
(2) Bagaimana penegakan hukum terkait pelanggaran terhadap larangan mudik 2021?
(3) Bagaimana upaya yang dilakukan Pemerintah dalam mengatasi pelanggaran terhadap
larangan mudik 2021?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1 Maksud Penelitian
Tujuan dari dibentuknya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah yang menjadi
pemicu masyarakat untuk tetap melakukan mudik dan melanggar larangan mudik 2021.

1.3.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut :
(1) Untuk mengetahui dan memahami mengenai aturan hukum terkait pelanggaran terhadap
larangan mudik 2021.
(2) Untuk mengetahui penegakan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah terkait pelanggaran
terhadap larangan mudik 2021.
(3) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pemerintah dalam mengatasi pelanggaran
terhadap larangan mudik 2021.

4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuian mengenai factor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran masyarakat
terhadap larangan mudik 2021.
1.4.2 Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat
untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan teori mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pelanggaran masyarakat terhadap larangan mudik 2021.

1.5 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran


1.5.1 Tinjauan Pustaka
1.5.1.1 COVID-19
1.5.1.1.1 Pandemi COVID-19
Menurut KBBI, pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak dimana-mana, meliputi
daerah geografi yang luas. Dalam memberikan status pandemic, WHO melakukannya
berlandaskan pada beberapa fase, yaitu : (1) Fase 1 dimana tidak terdapat virus yang beredar di
antara hewan dapat menyebabkan infeksi pada manusia; (2) Fase 2 dimana adanya virus yang
beredar pada hewan dan dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia sehingga terdapat potensi
ancaman pandemi; (3) Fase 3 dimana virus yang berasal dari hewan menyebabkan beberapa kasus
yang menjangkit sekelompok kecil orang, namun penularan antar manusia masih terbatas; (4) Fase
4 dimana mulai terjadi penularan virus dari manusia ke manusia atau hewan ke manusia yang
bertambah banyak sehingga menjadi wabah penyakit; (5) Fase 5 dimana penyebaran virus dari
manusia ke manusia terjadi setidaknya pada dua negara berbeda di satu wilayah WHO; dan yang
terakhir (6) Fase 6 dimana wabah semakin meluas ke berbagai negara di wilayah WHO.
Virus COVID-19 sendiri dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO pada tanggal 11 Maret
2020. Pada saat itu, penyebaran virus COVID-19 sudah menyebar ke lebih dari 100 negara. Virus
COVID-19 sendiri merupakan virus yang awalnya berasal dari binatang yang ditemukan pertama
kali di Kota Wuhan, China dan menyebar ke wilayah lain dan kemudian negara-negara lain. Per
14 Juli 2021 tercatat 188.623.034 kasus COVID-19 di 222 negara dunia dari berbagai belahan
benua. Berdasarkan data yang dihimpun oleh sebuah website bernama worldometer, tertanggal 13
Juli 2021, Indonesua menduduki posisi 15 tertinggi di dunia dengan total 2.615.529 kasus.

5
1.5.1.1.2 Dampak Pandemi COVID-19
Sejak Maret 2020 dimana kasus pertama COVID-19 ditemukan di Indonesia, Pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam menangani hal ini. Mulai dari Keputusan
Presiden hingga Peraturan Pemerintah telah dikeluarkan. Kebijakan tersebut meliputi pembatasan
terhadap kegiatan sehari-hari masyarakat. Setelah peningkatan kasus yang pesat sejak mudik
lebaran 2021, pemerintah memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau
PPKM Darurat mulai tanggal 3 hingga 20 Juli mendatang di Wilayah Jakarta dan Bali. Dilansir
dari website resmi covid19.go.id, aturan selama pemberlakuan PPKM meliputi kegiatan
perkantoran untuk sector non essensial 100% kerja dari rumah, kegiatan belajar mengajar 100%
daring, kegiatan di pusat perbelanjaan ditutup sementara, kegiatan sektor esensial seperti keuangan
dan perbankan, pasar modal, sistem pembayaran, dan lain-lain dilakukan dengan orientasi 50%
kerja dari rumah, supermarket dikurangi kapasitas pengunjungnya maksimal 50% dan dibuka
hanya sampai pukul 20.00, apotik dan toko obat dapat buka secara penuh selama 24 jam, kegiatan
restoran hanya delivery/take away, fasilitas umum ditutup sementara, kegiatan ibadah ditutup
sementara, transportasi umum kapasitas maksimal 70% dengan pengetatan protocol kesehatan,
resepsi pernikahan dihadiri maksimal 30 orang, kegiatan perjalanan domestic diperlukan kartu
vaksin minimal dosis 1 dan bukti PCR, dan pelaksanaan PPKM Mikro di wilayah RT/RW zona
merah tetap diberlakukan. Hal ini tentu saja berdampak kepada semua sector di Indonesia.

1.5.1.2 Mudik
1.5.1.2.1 Apa itu Mudik
Mudik disinonimkan dengan istilah pulang kampung oleh KBBI. Mudik sendiri
dilakukan oleh masyarakat Indonesia menjelang perayaan Idul Fitri tiba. Mudik lebaran biasanya
dilakukan oleh masyarakat Indonesia penganut agama islam yang bertempat tinggal jauh dari
kampung halaman mereka. Kegiatan ini dapat dilakukan sebelum atau setelah hari lebaran. Banyak
orang berpendapat bahwa mudik lebaran bagi masyarakat Indonesia merupakan suatu ibadah atau
ritual tahunan yang wajib dilakukan. Mudik lebaran dapat juga dianggap sebagai perayaan yang
dilakukan oleh umat beragama islam setelah satu bulan lamanya menunaikan kewajiban agamanya
yaitu melaksanakan ibadah puasa.

6
1.5.1.2.2 Aturan Mengenai Mudik
Sebelumnya tidak ada aturan resmi mengenai mudik selain himbauan-himbauan
tertentu, penutupan jalan, dan lain-lain. Kegiatan mudik itu sendiri merupakan kegiatan yang
positif dan bahkan beberapa berpendapat bahwa kegiatan mudik adalah suatu bentuk ibadah bagi
masyarakat yang beragama Islam. Walau begitu, kondisi pandemi COVID-19 berdampak bagi
kegiatan mudik masyarakat Indonesia. Pemerintah memberlakukan kebijakan larangan mudik
2021 selama 6-17 Mei dan memperketat syarat berpergian sebelum dan sesudah periode tersebut.
Regulasi ini diatur dalam Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 dari Satgas Penanganan covid-19
tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran
COVID-19 Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah.
Selain itu, pemerintah juga mengatur kewajiban Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) bagi
kelompok-kelompok tertentu yang diperbolehkan melakukan perjalanan selama periode tersebut.
SKIM ini wajib ditandatangani oleh pejabat setingkat eslon II, khusus bagi pegawai pemerintahan,
BUMN, BUMD, TNI dan Polri, pemimpin perusahaan bagi pegawai swasta, dan kepala desa atau
lurah. Bagi masyarakat yang memiliki kepentingan untuk berpergian selama periode larangan
mudik, dalam adenum SE Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 13 Tahun 2021 mengatur bahwa
pelaku perjalanan transportasi darat pribadi, transportasi udara, transportasi umum lainnya wajib
menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 dari hasil tes PCR dan SIKM, beberapa pun mewajibkan
kartu vaksinasi COVID-19 dengan minimal dosis pertama.

1.5.2 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran ini bertujuan agar untuk memudahkan pembaca untuk menerima
hal-hal yang berusaha dikomunikasikan oleh penulis. Mudik lebaran merupakan kegiatan ritual
tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Namun, pandemi COVID-19 membuat mudik
lebaran tidak dapat dilakukan dengan tujuan untuk menekan laju penyebaran virus COVID-19.
Maka dari itu pemerintah melarang kegiatan mudik lebaran pada tahun 2021 ini. Di sisi lain, survei
yang dilakukan oleh Kemenhub menunjukkan bahwa 18 juta masyarakat Indonesia masih ingin
melakukan mudik. Larangan mudik lebaran 2021 dinilai efektif karena masyarakat yang mudik

7
terhitung 1,5 juta orang dibawah hasil survei yang dilakukan. Akan tetapi data berkata lain karena
sejak lebaran 2021 peningkatan kasus COVID-19 melojak pesat.

1.6 Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan suatu sarana yang penting untuk menemukan, mengembangkan,
serta menguji suatu pengetahuan.Untuk itu sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih
dahulu menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Dalam menulis penelitian ini, penulis
menggunakan pendekatan yuridis sosiologis yaitu metode yang menjawab permasalahan
menggunakan sudut pandang hukum. Pembahasan penelitian ini didasarkan berbagai peraturan
yang berlaku dan kesesuaiannya dengan kenyataan atau fenomena yang terjadi dalam lingkup
masyarakat. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
beberapa tahap penelitian sebagai berikut:
(1) Melakukan Survei terhadap efektivitas larangan mudik 2021
(2) Penelitian tentang peraturan yang berkaitan dengan larangan mudik 2021

1.6.1 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Jakarta, dengan sasaran utama adalah masyarakat yang setiap tahun
melaksanakan mudik baik yang tetap melaksanakan kegiatan mudik maupun tidak pada tahun
2021 ini.

1.6.2 Populasi dan Sampel


(1) Populasi
Populasi penelitian merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2008, p.89). Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat Indonesia
yang setiap tahunnya melaksanakan mudik lebaran.

(2) Sampel
Sampel penelitian adalah Sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dari penelitian ini adalah masyarakat
Indonesia yang melaksanakan mudik lebaran pada tahun 2021.

8
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
1.6.3.1 Wawancara
Wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara tidak terstruktur yang berarti
Pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan saja. Wawancara
dilakukan dengan sejumlah responden untuk memperoleh jawaban-jawaban terhadap pertanyaan
peneliti yang nantinya akan digunakan sebagai bahan penelitian.

1.6.3.2 Studi Dokumen


Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data berupa hukum positif, ajaran hukum, dan
Hasil-hasil penelitian akademik yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Dengan
demikian, studi dokumen dilakukan terhadap peraturan-peraturan yang mengatur mengenai
aturan selama pandemic COVID-19 dan larangan mudik 2021.

1.6.4 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dicari dari peraturan-peraturan yang
dapat ditemukan dalam bahan Pustaka dan kemudian akan dikaitkan dengan fakta-fakta hukum
yang relevan dengan fenomena yang sedang diteliti. Bahan Pustaka yang dimaksud antara lain :
(1) Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah seperangkat norma atau kaidah dalam hukum positif nasional
yang relevan dengan permasalahan di dalam penelitian ini, berupa :
- Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19)
- Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 25 Tahun 2020
tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah
Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Virus Disease 2019 (COVID-19).
- Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 Tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri
1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah.
(2) Bahan hukum sekunder

9
Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan lebih lanjut terkait
bahan hukum primer yang telah disebutkan diatas. Bahan hukum sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini berupa buku-buku, jurnal-jurnal, makalah-makalah, dan
artikel-artikel yang relevan.
(3) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan penunjang dari bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini berupa Kamus Besar
Bahasa Indonesia.

1.7 Rencana Sistematika Penulisan


Dalam penelitian ini, kerangka penulisan hukum yang akan dibuat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai garis besar permasalahan yang terdapat dari
keseluruhan penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah yang akan diteliti,
identifikasi masalah yang akan diteliti, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran dari penelitian ini, serta metode yang digunakan
untuk meneliti.

BAB II PENGATURAN LARANGAN MUDIK LEBARAN


Dalam bab ini akan dianalisa lebih dalam mengenai aturan larangan mudik lebaran di
Indonesia dan efektivitasnya dengan membandingkan aturan yang ada serta kenyataan yang
terjadi di masyarakat.

BAB III PELANGGARAN TERHADAP LARANGAN MUDIK LEBARAN


Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap
aturan larangan mudik lebaran serta membahas pula bagaimana penanganan pemerintah
terhadap hal tersebut.

10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang membahas tentang faktor-faktor
penyebab masyarakat melanggar larangan mudik lebaran dan sejauh mana penegakan hukum
akan aturan larangan mudik lebaran.

BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran
yang diberikan terhadap masalah di dalam penelitian tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Hukum Materiil
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian
Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran
Virus Disease 2019 (COVID-19).
Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 Tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah dan
Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Selama Bulan Suci Ramadhan
1442 Hijriah

Buku
Waluyo, Bambang, 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Penerbit Sinar Grafika Pusat. Jakarta

Jurnal
Muh. Hasrul, “Aspek Hukum Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)”, Volume 3, Nomor 2, 2020.
Bambang B. Soebyakto, “Mudik Lebaran”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2011.
Ria Yunita, Amalliah, “Strategi Komunikasi Pemerintah Terhadap Masyarakat Mengenai Kebijakan
Larangan Mudik Lebaran Tahun 2021 Pada Pandemi COVID-19”, Jurnal Akrab Juara, Volume 6, Nomor
2, Mei 2021.
Nuria Febri Sinta Rahayu, Agus Machfud Fauzi, Dinda Ayu Aprilianti, “Kebijakan Pemerintah dan
Tradisi Mudik Lebaran Pada Masa Pandemi COVID-19”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu
Sosial, Hukum & Pengajarannya, Volume 16, Nomor 1, April 2021.
Ditto Aditia Darma Nasution, Erlina, Iskandar Muda, “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Perekonomian Indonesia”, Jurnal Benefita, Volume 5, Nomor 2, Juli 2020.

Kamus
Yrama Widya, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Grapika, Bandung:2003.

Artikel
CNN Indonesia, Menhub: 1.5 Juta Orang Mudik Selama Lebaran 2021,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210515130721-20-642716/menhub-15-juta-orang-mudik-
selama-lebaran-2021

12

Anda mungkin juga menyukai